BAB I PENDAHULUAN
Keberadaan manusia sebagai makhluk hidup dapat ditinjau dari berbagai macam segi sesuai dengan sudut tinjauan dalam mempelajari manusia itu sendiri. Oleh karena itu tinjauan mengenai manusia dapat bermacam-macam, misalnya manusia sebagai makhluk budaya, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk individu dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk individu, maka dalam tindakan-tindakan yang mereka lakukan terkadang menjurus pada kepentingan pribadi. Namun disisi lain manusia juga sebagai makhluk sosial, oleh karena itu manusia dituntut untuk tidak hanya mengabdi kepada dirinya sendiri melainkan juga harus mengabdi kepada masyarakat dan lingkungan sosialnya. Dalam hal inilah keberadaan orang lain sangat dibutuhkan. Adapun adanya manusia, bahkan orang yang kaya raya sekalipun butuh orang lain. Apalagi dalam kehidupan bermasyarakat, manusia butuh yang namanya tetangga. Tetangga sangat penting sekali keberadaanya dalam lingkungan masyarakat. Tetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa dipisahkan. Dalam kehidupan bertetangga selalu terdapat interaksi antara individu dengan individu lainnya. Kehidupan bertetangga tidak selalu berjalan searah, dalam arti tidak selalu sesuai dengan keinginan masing-masing individu. Terkadang antara individu satu dengan yang lainnya dapat sejalan atau sependapat dalam sesuatu hal, tetapi tidak jarang terjadi suatu pertentangan di dalam kehidupan bertetangga.
1
2
Dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat tidak lepas dari kehidupan bertetagga dan dapat dipastikan selalu diatur oleh hukum. Seperti dikatakan Wiryono Prodjodikoro, “Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat, sedangkan satu-satunya tujuan dari hukum ialah mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib dalam masyarakat”.1 Orang-orang ini dalam kehidupannya sehari-sehari selalu bergaul satu sama lain. Sebagai contoh pergaulan ini terlihat diantara orang-orang pemilik pekarangan yang merupakan tetangga satu dari yang lain. Orang-orang dalam lingkup tetangga ini masing-masing mempunyai bermacam-macam kepentingan dalam mempergunakan pekarangannya. Berbagai kepentingan ini tidak selalu dapat dipuaskan dengan tidak memperkosa kepentingan tetangga lain. Oleh karena itu, dengan sendirinya harus diakui bahwa adanya kepentingan orang tertentu seharusnya dibatasi dalam hal memuaskannya. Disinilah diperlukan suatu pedoman untuk bertingkah laku agar menjadi acuan masyarakat dalam kehidupan bertetangga. Kehidupan masyarakat yang semakin beragam dapat menimbulkan aspek positif dan aspek negatif. Aspek positif dapat menjadi faktor peningkatan kesadaran untuk hidup rukun antara sesama tetangga, saling peduli dan saling pengertian mengatasi masalah lingkungan bersama serta membentuk pola hidup tertib dan aman sebagai embrio terbentuknya kehidupan bertetangga yang sehat. Sedangkan aspek negatif dapat menjadi pemicu konflik tetangga karena pemanfaatan hak milik dan fasilitas lingkungan serta tidak saling peduli dan tidak 1
Wiryono Prodjodikoro, 1992, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung, Sumur Bandung, hlm.9.
3
saling toleransi. Kondisi masyarakat yang demikian itu dapat menjadi sumber konflik dan sekaligus menjadi pendorong untuk terbentuknya kehidupan bertetangga yang tidak sehat antar sesama tetangga. Beberapa contoh kondisi hidup bertetangga yang tidak sehat antar sesama tetangga yaitu sebagai berikut : 1. Tanaman pagar yang tidak terawat baik, tumbuh merembet ke tetangga sebelah dan dipampas tanpa izin tetangganya dan pemiliknya marah. 2. Pohon peliharaan yang dahannya menjorok ke halaman tetangga, daunnya ikut mengotori halaman. Tetangga sebelah memotong dahannya yang menjorok ke halamannya sehingga pemiliknya marah. 3. Selokan yang tidak dirawat dan penuh kotoran menimbulkan bau busuk sekitarnya, tidak mau membersihkan sendiri sehingga timbul omelan. 4. Pemilik rumah diajak membersihkan bersama selokan sekitar rumah mereka supaya bersih dan tidak bau, tetapi tetangga sebelah tidak peduli.2 Keadaan seperti diatas tidak disadari telah menimbulkan gangguan dan ketidaknyamanan bagi tetangga sekitar. Walaupun sepertinya ini masalah sepele, tetapi apabila ada tetangga yang secara sengaja atau kealpaan telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban si pelaku, atau kesusilaan, atau kepatutan dalam masyarakat baik terhadap diri atau benda orang lain dan perbuatan itu merugikan orang lain, maka 2
hlm.190.
Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti,
4
orang tersebut sudah bisa dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dan hal ini dapat digugat di depan Hakim berdasarkan Pasal 1365 Kitab UndangUndang Hukum Perdata tentang perbuatan melawan hukum. Melihat banyaknya kasus-kasus mengenai perbuatan melawan hukum yang sering terjadi dalam kehidupan bertetangga, maka hal ini menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih dalam dan dalam skripsi ini penulis mengambil judul “Perbuatan Melawan Hukum Dalam Kehidupan Bertetangga (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sleman Nomor : 04/Pdt.G/2008/PN.Slmn) “. Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah : Apakah dasar pertimbangan hakim dalam putusan Nomor : 04/Pdt.G/2008/PN.Slmn mengenai perbuatan melawan hukum dalam kehidupan bertetangga telah memenuhi unsur-unsur perbuatan melawan hukum? Secara konkrit, pembahasan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim yang digunakan untuk memutus perkara Nomor : 04/Pdt.G/2008/PN.Slmn tentang Perbuatan Melawan Hukum yang terjadi dalam kehidupan bertetangga. Suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut memberikan manfaat bagi para pihak. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian terhadap perkembangan hukum sebagai acuan dan sumber informasi
5
tentang perbuatan melawan hukum khususnya berkenaan dengan kehidupan bertetangga. 2. Secara praktis, penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat secara luas agar bisa lebih memahami permasalahan dalam kehidupan bertetangga sehingga diharapkan bisa tercipta kehidupan bertetangga yang harmonis.