BAB IV PEMBAHASAN
IV.1. Analisis Perubahan Penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. IV.1.1. Penyajian Instrumen Keuangan Terdapat beberapa perubahan pada pos instrumen keuangan yang terjadi karena adanya penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) pada industri perbankan, dibawah ini merupakan perubahan pos instrumen keuangan dari hasil analisis yang dilakukan pada laporan keuangan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. yang berkaitan dengan penyajian instrumen keuangan: Keterangan : Tahun 2009: Sebelum bank menerapkan PSAK No.50 (revisi 2006) Tahun 2011: Saat bank menerapkan PSAK No.50 (revisi 2006)
1. Kas dan setara kas Tahun 2009: Komponen yang diklasifikasikan sebagai bagian dari kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain. Tahun 2011: Pada penerapan revisi 2006, Bank melakukan pengklasifikasian pada kas dan setara kas, mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka pendek lancar lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang.
33
Alasan: Berdasarkan hasil analisis antara PSAK No. 50 (revisi 2006) dengan laporan posisi keuangan Bank, memperoleh hasil bahwa aset keuangan menurut PSAK No. 50 (revisi 2006) aset keuangan adalah aset yang berbentuk kas, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, dan hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan dari entitas lain. Sedangkan menurut Bank aset keuangan terdiri dari Kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka pendek lainnya dengan jangka waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk aset keuangan Bank penerapannya telah sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
2. Giro pada Bank Indonesia dan Bank lain Tahun 2009: Giro pada Bank Indonesia disajikan sebesar nilai giro, sedangkan giro pada bank lain dinyatakan sebesar nilai giro dikurangi dengan penyisihan kerugian penurunan nilai. Tahun 2011: Giro pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang pada laporan posisi keuangan Bank. Instrumen keuangan ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Alasan: Berdasarkan analisis terhadap giro pada Bank Indonesia dan Bank lain dalam laporan posisi keuangan, Bank melakukan penyajian sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi 34
cadangan kerugian penurunan nilai. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
3. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain Tahun 2009: Penempatan pada bank lain disajikan sebesar saldo penempatan dikurangi penyisihan kerugian dan penempatan pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurangi pendapatan bunga yang ditangguhkan. Tahun 2011: Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang dalam laporan posisi keuangan Bank. Dan disajikan
sebesar
biaya
perolehan
diamortisasi
dengan
menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Alasan: Berdasarkan analisa akun Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dalam laporan posisi keuangan Bank, melakukan penyajian sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
35
4. Efek-efek Tahun 2009: Efek-efek dan obligasi pemerintah disajikan sebesar saldo dikurangi penyisihan kerugian. Tahun 2011: Efek-efek diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo, yang diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut. Alasan: Berdasarkan analisa akun efek-efek dalam laporan posisi keuangan Bank, diklasifikasikan menjadi kelompok, yaitu efek untuk diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
5. Pinjaman yang diberikan Tahun 2009: Pinjaman yang diberikan disajikan sebesar saldo pinjaman yang diberikan dikurangi dengan penyisihan kerugiannya. Tahun 2011: Kredit yang diberikan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang pada laporan posisi keuangan. Kredit yang diberikan disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
36
Alasan: Berdasarkan analisis pos kredit yang diberikan dalam laporan posisi keuangan Bank, kredit yang diberikan ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
6. Kewajiban segera Tahun 2009: Kewajiban segera disajikan sebesar jumlah kewajiban bank. Tahun 2011: Kewajiban segera disajikan sebesar biaya perolehan yang diamortisasi. Alasan: Berdasarkan analisa kewajiban segera yang diklasifikasi sebagai liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan Bank, kewajiban segera disajikan sebesar biaya perolehan diamortisas. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
7. Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain Tahun 2009: Simpanan nasabah mencakup giro, tabungan, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Penyajian masing-masing atas instrumen keuangan disajikan sebesar: a. Giro dan tabungan disajikan sebesar nilai nominal. b. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal.
37
c. Sertifikat deposito disajikan sebesar nilai nominal dikurangi dengan beban bunga yang belum diamortisasi. Simpanan dari bank lain mencakup kewajiban dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka. Simpanan dari Bank lain ini disajikan sebesar jumlah kewajiban terhadap bank lain. Tahun 2011: Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai
kewajiban
keuangan
yang
diukur
dengan
biaya
perolehan
diamortisasi. Biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain dikurangkan dari jumlah pinjaman yang diterima. Alasan: Berdasarkan analisa pos simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan Bank, kredit yang diberikan ini disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi dan biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain dikurangkan dari jumlah pinjaman yang diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
38
8. Surat berharga yang diterbitkan Tahun 2009: Disajikan sebesar nilai nominal dikurangi biaya emisi. Tahun 2011: Surat berharga yang diterbitkan diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dan disajikan sebesar biaya perolehan diamortisasi.
9. Pinjaman yang diterima Pinjaman diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan Bank.
10. Saham biasa Saham biasa diklasifikasikan sebagai ekuitas keuangan pada laporan posisi keuangan Bank.
11. Pendapatan bunga dan beban bunga Tahun 2009: Pendapatan dan beban bunga diakui berdasarkan konsep akrual. Tahun 2011: didalam laporan laba rugi menggunakan metode suku bunga efektif. Alasan: Berdasarkan analisa pendapatan bunga dan beban bunga yang disajikan dalam laporan laba rugi Bank, pendapatan bunga dan beban bunga disajikan sebesar perhitungan dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006).
39
10. Pendapatan provisi dan komisi Tahun 2009: Pendapatan provisi dan komisi diklasifikasikan sebagai pendapatan administrasi yang merupakan pendapatan yang diperoleh dari nasabah pensiunan dan Usaha Mikro Kecil yang diakui dalam laporan laba rugi pada saat perjanjian ditandatangani. Tahun 2011: Provisi dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pemberian kredit diakui sebagai bagian atau pengurang dari biaya perolehan kredit dan disajikan sebagai pendapatan bunga dengan cara diamortisasi berdasarkan metode suku bunga efektif, pada laporan laba rugi. Alasan: Berdasarkan analisa pendapatan provisi dan komisi yang disajikan dalam laporan laba rugi Bank, pendapatan provisi dan komisi diakui dan disajikan sebesar biaya perhitungan dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Maka dapat disimpulkan bahwa Bank melakukan penerapan sesuai dengan PSAK No.50 (revisi 2006)
IV.1.2. Pengungkapan Instrumen Keuangan 1. Perubahan kebijakan akuntansi Pada pengungkapan catatan pada laporan keuangan bank, sebelum adanya PSAK No.50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan, tidak terdapat beberapa kebijakan akuntansi yang dicantumkan, tapi setelah penerapan PSAK No.50 (revisi 2006) terdapat beberapa informasi yang ditambahkan yang menjadi ketentuan yang wajib diungkapkan pada catatan laporan keuangan perusahaan, yaitu: 40
a. Klasifikasi instrumen keuangan Bank
mengklasifikasikan
instrumen
keuangan
kedalam
aset
keuangan, kewajiban keuangan dan keuangan ekuitas. berdasarkan karakteristik dan dasar pengukuran yang digunakan. 1)
Aset keuangan, dibagi menjadi: a) Aset keuangan tersedia untuk dijual i. Efek-efek (marketable assets) ii. Penyertaan (investments) b)
Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo i. Efek-efek (marketable assets)
c)
Pinjaman yang diberikan dan piutang i. Giro yang pada Bank Indonesia dan bank lain ii. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain iii. Pinjaman yang diberikan
2) Liabilitas keuangan hanya diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai perolehan di amortisasi, yaitu: a)
Kewajiban segera
b)
Simpanan dari nasabah dan Bank lain
c)
Efek-efek yang diterbitkan
d)
Pinjaman
41
b.
Penentuan nilai wajar Nilai wajar untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif ditentukan berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada tanggal neraca menggunakan harga yang dipublikasikan secara rutin dan berasal dari sumber yang terpercaya.
c.
Penghentian pengakuan Aset keuangan dilakukan penghentian pengakuan ketika hak kontraktual untuk atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut beakhir, atau ketika aset keuangan tersebut telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset telah ditransfer. Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.
d.
Reklasifikasi aset keuangan Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke kategori instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan.
e.
Saling hapus instrumen keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus buku dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca jika memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus buku atas jumlah yang telah diakui 42
tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara bersamaan.
2.
Pengungkapan atas manajemen risiko terkait dengan instrumen keuangan a)
Teknik pengukuran risiko pasar Sebagai bagian dari manajemen risiko pasar, Bank melakukan berbagai macam strategi lindung nilai dengan mengimplementasikan akuntansi lindung nilai. Bank juga melakukan transaksi swap suku bunga untuk menyesuaikan risiko suku bunga yang terasosiasi dengan kredit yang diberikan dan pembiayaan/piutang syariah jangka panjang dengan tingkat bunga tetap.
b)
Risiko pasar Risiko pasar adalah risiko terjadinya kerugian yang disebabkan oleh adanya perubahan kondisi pasar seperti perubahan tingkat bunga dan perubahan nilai tukar mata uang. Bank memiliki eksposur terhadap fluktuasi tingkat suku bunga pasar yang berlaku baik atas risiko nilai wajar maupun arus kas. Kebijakan yang dijalankan Bank dalam pengendalian terhadap risiko suku bunga: 1) Melakukan pemantauan risiko suku bunga baik pada trading book maupun pada banking book.
43
2) Melakukan simulasi perhitungan Net Interest Income terhadap semua kemungkinan perubahan tingkat suku bunga. c)
Risiko kredit Untuk setiap kelompok aset keuangan dan eksposur kredit lainnya, entitas mengungkapkan informasi mengenai eksposur risiko kredit, termasuk: 1) Jumlah yang paling mewakili nilai maksimal eksposur risiko kredit pada tanggal neraca, tanpa memperhitungkan nilai wajar dari setiap agunan, dalam hal pihak lawan tidak mampu memenuhi kewajibannya atas instrumen keuangan, 2)
konsentrasi risiko kredit yang signifikan.
d)
Risiko likuidasi Kebijakan yang dijalankan Bank dalam mengendalikan risiko likuiditas adalah: 1) Menetapkan kebijakan pengendalian risiko likuiditas yang telah disesuaikan dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, sumber daya manusia dan risk appetite Bank. 2) Menetapkan kebijakan dan prosedur penetapan limit risiko likuiditas secara tertulis, lengkap, memadai dan cukup mudah ditelusuri. 3) Membentuk satuan kerja pengendali risiko likuiditas dan melaksanakan pengendalian risiko likuiditas yang dilaksanakan secara konsisten dan independen.
44
4) Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usaha meningkatkan atau menurunkan sumber dana tertentu. IV.2. Proyeksi Jika Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Melakukan penerapan PSAK No. 50 (revisi 2010) dan PSAK No. 60 IV.2.1. Penyajian Kembali Laporan Keuangan BTPN Tbk. Pada PSAK No.50 (revisi 2010) mengenai penyajian instrumen keuangan, terdapat beberapa perbedaan yang sebelumnya tidak terdapat pada PSAK No.50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan. Beberapa perbedaan tersebut akan dijelaskan dan dilakukan penyajian kembali (proyeksi) oleh peneliti sesuai dengan PSAK No. 50 (revisi 2010). Dibawah ini merupakan 3 standar yang tidak terdapat pada PSAK No.50 (revisi 2006): 1. Instrumen yang memiliki opsi jual (puttable instrument). 2. Instrumen yang memiliki kewajiban menyerahkan bagian prorata aset neto entitas hanya pada saat likuidasi. 3. Reklasifikasi Liabilitas Keuangan kedalam Instrumen Ekuitas.
Dibawah ini merupakan contoh transaksi dan penyajiannya didalam laporan keuangan, berdasarkan pada PSAK No. 50 (revisi 2010) mengenai penyajian instrumen keuangan. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap penyajian terhadap instrumen opsi jual dan standar lainnya yang sebelumnya tidak diatur pada PSAK No. 50 (revisi 2006).
45
1. Instrumen yang memiliki opsi jual Bank melakukan penerbitan instrumen dengan opsi jual (saham biasa), karena saham biasa yang diterbitkan oleh Bank merupakan saham dengan opsi jual maka Bank mengklasifikasikannya sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan Bank. Saham dengan opsi jual memberikan pemegangnya hak untuk memperoleh penyerahan atau pertukaran atas saham yang dimiliki dengan kas atau aset keuangan lain. Terdapat 3 opsi dalam penyelesaian saham dengan opsi jual, yaitu: Asumsi: Tanggal kontrak Tanggal penyelesaian
1 April 2011 31 maret 2012
Harga pasar per saham pada 1 april 2011
Rp 110
Harga pasar per saham pada 31 desember 2011
Rp 100
Harga pasar per saham pada 31 maret 2012
Rp 100
Harga yang telah ditetapkan untuk dibayar pada 31 maret 2012
Rp 105
Nilai kini harga jadi pada 1 april 2011
Rp 94
Jumlah saham berdasarkan kontrak opsi
1.000 lembar
Nilai wajar opsi pada 1 april 2011
Rp 7.000
Nilai wajar opsi pada 31 desember 2011
Rp 6.000
Nilai wajar opsi pada 31 maret 2012
Rp 5.000
a. Penyelesaian neto dengan kas
46
Pada tanggal 1 april 2011 pihak Bank melakukan kesepakatan dengan pihak A, dimana pihak Bank memiliki kewajiban untuk membayar atau membeli kembali saham biasa yang telah diterbitkan, sejumlah nilai wajar pada saat transaksi sebanyak 1.000 lembar saham. Pada tanggal jatuh tempo, 31 maret 2012: Nilai kas yang harus dibayarkan oleh pihak Bank kepada pihak A adalah sebesar harga perjanjian pembayaran, yaitu sebesar Rp 105.000 (Rp 105 x 1.000 lembar)
Untuk transaksi-transaksi yang terjadi dari tanggal penerbitan hingga pembayaran dapat dicatat jurnal sebagai berikut: 1 april 2011 Dr. Kas Cr. Kewajiban Opsi jual (saham biasa) biasa)
Rp 7.000 Rp 7.000
(Mencatat penerbitan opsi jual)
31 desember 2011 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Cr. Keuntungan
Rp 1.000 Rp 1.000
(Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual)
31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Cr. Keuntungan
Rp 1.000 Rp 1.000
(Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual)
47
Pada waktu pembayaran, pihak Bank akan menilai nilai wajar atas nilai wajar opsi jual, dan mencatatnya kedalam ayat jurnal seperti pada penyesuaian diakhir periode akuntansi.
31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Cr. Kas
Rp 5.000 Rp 5.000
(Mencatat penyelesaian opsi jual) Pihak Bank berkewajiban membayar Rp 105.000 kepada pihak A, dan pihak A berkewajiban menyerahkan Rp 100.000. Jadi, pihak Bank membayar jumlah neto sebesar Rp 5.000 kepada pihak A.
b. Diselesaikan secara neto dengan saham Dengan menggunakan asumsi yang sama, transaksi yang berhubungan dengan penyelesaian secara neto dengan saham, dapat dicatat ayat jurnal sebagai berikut:
31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual (saham biasa) Cr. Saham Biasa
Rp 5.000 Rp 5.000
(Mencatat penyelesaian kewajiban opsi) * Penerbitan saham oleh pihak Bank, dicatat sebagai transaksi ekuitas
48
Karena penyelesaiannya dilakukan dengan melakukan penyerahan saham oleh pihak bank kepada pihak A. Maka pihak Bank berkewajiban menyerahkan saham senilai Rp 105.000 (Rp 105 x 1.000 lembar) kepada pihak A, dan pihak A menyerahkan saham senilai Rp 100.000 (Rp 100 x 1.000 lembar) kepada pihak Bank. Jadi, pihak Bank menyerahkan jumlah neto nilai saham sebesar Rp 5.000 dan dengan jumlah saham sebanyak 50 lembar (Rp 5.000/Rp 100)
c. Diselesaikan dengan mempertukarkan kas dengan saham Opsi penyelesaian ini disebut juga penyelesaian fisik bruto, dan pada saat jatuh tempo maka pihak Bank akan menyelesaikannya secara bruto. Pihak Bank berkewajiban menyerahkan kas sebesar Rp 105.000 kepada pihak A dengan ditukar saham dengan nilai Rp 100.000 (Rp 100 x 1.000 lembar) 1 april 2011 Dr. Kas Cr. Ekuitas
Rp 7.000 Rp 7.000
(Mencatat premi opsi) Dr. Ekuitas Cr. Liabilitas
Rp 94.000 Rp 94.000
(Mencatat nilai kini kewajiban)
31 desember 2011 Dr. Kewajiban opsi jual Cr. Keuntungan
Rp 1.000 Rp 1.000
(Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual)
49
31 maret 2012 Dr. Kewajiban opsi jual Cr. Keuntungan
Rp 1.000 Rp 1.000
(Mencatat penurunan nilai wajar opsi jual) Dr. Kewajiban opsi jual Cr. Kas
Rp 105.000 Rp 105.000
(Mencatat penyelesaian opsi jual)
Penjelasan terhadap contoh transaksi diatas adalah: a. Penerbitan atas transaksi instrumen opsi jual akan memunculkan pos liabilitas opsi jual didalam laporan keuangan, disajikan sebagai bagian kewajiban. b. Penurunan nilai wajar pada instrumen opsi jual tersebut akan disajikan pada laporan laba rugi tahun berjalan sebagai keuntungan atau kerugian penurunan nilai.
2. Instrumen yang memiliki kewajiban menyerahkan bagian prorata aset neto entitas hanya pada saat likuidasi Terdapat beberapa instrumen keuangan yang mewajiban entitas (pihak penerbit) instrumen keuangan untuk menyerahkan kepada pemegang instrumen bagian prorata aset neto hanya pada saat likuidasi. Namun instrumen tesebut dapat diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas jika memenuhi beberapa ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu: a. Entitas memberikan hak kepada pemegang instrumen untuk bagian prorata aset neto pada saat entitas dilikuidasi.
50
b. Instrumen tersebut berada pada kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain. c. Seluruh instrumen yang berada pada kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua kelompok instrumen lain harus memiliki kewajiban kontraktual identik bagi entitas penerbit untuk menyerahkan bagian prorata aset neto pada saat likuidasi. Apabila Bank dalam hal ini tidak mampu memenuhi ketentuan diatas, maka Bank tidak dapat mengklasifikasikan instrument tersebut sebagai instrument ekuitas.
Asumsi : Bank menerbitkan saham biasa, instrumen tersebut diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan karena instrumen tersebut tidak memenuhi ketentuan untuk dapat diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas. Dalam penyajiannya dilaporan keuangan, maka Bank akan menyajikan saham biasa dalam komponen liabilitas keuangan, dan secara langsung menambah nilai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan. Apabila saham biasa yang diterbitkan bank mampu memenuhi ketentuan untuk mengklasifikasikan instrumen tersebut kedalam instrumen ekuitas, maka akan secara langsung menambah nilai instrumen ekuitas pada laporan posisi keuangan.
3. Reklasifikasi Liabilitas Keuangan kedalam Instrumen Ekuitas 51
Dalam hal reklasifikasi, instrumen dengan opsi jual yang telah diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, oleh pihak bank dapat dilakukan reklasifikasi dari liabilitas keuangan kedalam instrumen keuangan, apabila instrumen dengan opsi jual tidak lagi memenuhi ketentuan sebagai liabilitas keuangan. Penghitungan atas reklasifikasi instrumen, sebagai berikut: a. Entitas mengklasifikasi instrumen ekuitas sebagai liabilitas keuangan sejak tanggal ketika instrumen tidak lagi memiliki fitur instrumen keuangan. Liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar instrumen pada tanggal klasifikasi. b. Entitas mengklasifikasi liabilitas keuangan sebagai instrumen ekuitas sejak tanggal ketika instrumen memiliki fitur instrumen ekuitas. Instrumen ekuitas diukur pada jumlah tercatat liabilitas keuangan pada tanggal reklasifikasi.
Asumsi: Dalam kasus ini, bank melakukan klasifikasi pada saham biasa yang memiliki opsi jual kedalam liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, dan melakukan reklasifikasi kedalam instrumen ekuitas. Dari hasil reklasifikasi tersebut maka bank akan mengurangkan nilai saham biasa yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dan menyajikan saham tersebut sebagai penambah nilai didalam komponen instrumen ekuitas yaitu sebesar nilai liabilitas keuangan yang diklasifikasi.
52
IV.2.2. Proyeksi atas pengungkapan instrumen keuangan pada Laporan keuangan BTPN Tbk. Suatu entitas harus mengungkapkan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan untuk mengevaluasi sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan pada saat tanggal pelaporan laporan keuangan entitas. Persyaratan sehubungan dengan sifat dan tingkat risiko tersebut mencakup dua jenis
pengungkapan,
yaitu
pengungkapan
kualitatif dan
pengungkapan
kuantitatif. Pengungkapan harus berfokus pada risiko yang timbul dari instrumen keuangan dan bagaimana pihak entitas atau manajemen dapat mengelola risiko tersebut. Risiko yang biasanya timbul dari instrumen keuangan meliputi dan tidak terbatas pada riisko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar. Namun hal ini tidak berarti bahwa persyaratan pengungkapan yang berlaku tidak hanya untuk risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar, tapi juga untuk risiko lain yang teridentifikasi oleh entitas atas instrumen keuangan yang dimiliki. 1. Pengungkapan kualitatif (qualitative disclosures) Pengguna laporan keuangan biasanya menilai informasi mengenai risiko seperti risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar, yang timbul dari instrumen keuangan entitas dan cara yang digunakan untuk menidentifikasi, mengukur, dan pengelolaan atas risiko tersebut.
2. Pengungkapan kuantitatif (quantitative disclosures) 53
Pengungkapan atas setiap jenis risiko yang meliputi risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar, yang timbul dari instrumen keuangan, maka suatu entitas harus mengungkapkan ringkasan data kuantitatif tentang eksposur risiko pada tanggal pelaporan. Pengungkapan ini wajib dilakukan entitas berdasarkan pada informasi yang diberikan secara internal kepada manajemen kunci entitas. Dibawah ini merupakan hasil proyeksi atas pengungkapan yang dilakukan sesuai dengan PSAK No. 60
IV.2.2.1 Pengungkapan Kualitatif (Qualitative Disclosures) a. Risiko kredit Risiko kredit adalah risiko dimana suatu pihak atas instrumen keuangan akan menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak lain diakibatkan kegagalannya dalam memenuhi suatu kewajiban. 1) Pengukuran risiko kredit Estimasi terhadap eksposur kredit adalah proses yang kompleks dan memerlukan penggunaan model, dimana nilai dari suatu produk bervariasi tergantung dengan perubahan pada variabel-variabel pasar, arus kas masa depan dan rentang waktu. Penilaian risiko kredit atas suatu portofolio aset memerlukan estimasi-estimasi, seperti kemungkinan terjadinya wanprestasi dan rasio kerugian.
Dalam mengukur risiko kredit untuk pinjaman yang diberikan, Bank mempertimbangkan tiga komponen, yaitu: 54
a) Probability of default (PD) klien atau counterpart atas liabilitas kontraktualnya b) Eksposur terkini pada rekanan dan kemungkinan perkembangan masa depan, yang akan digunakan Bank untuk mendapatkan exposure at default (EAD) c) kemungkinan rasio pemulihan atas liabilitas yang telah wanprestasi atau loss given default (LGD). Model ini sedang ditelaah untuk memonitor tingkat akurasi model, relatif terhadap kinerja aktual dan diubah jika diperlukan untuk mengoptimalisasi keefektivitasannya.
EAD dihitung berdasarkan jumlah yang diharapkan terutang pada saat wanprestasi terjadi. Untuk komitmen yang diberikan, adalah sebesar jumlah yang telah ditarik ditambah jumlah yang mungkin telah ditarik pada saat wanprestasi terjadi. Loss given default merupakan ekspektasi Bank atas besarnya kerugian dari suatu klaim pada saat wanprestasi terjadi. Hal ini dinyatakan dalam persentase kerugian per unit dari suatu eksposur. Loss given default biasanya bervariasi sesuai dengan tipe rekanan, jenis dan senioritas dari klaim dan ketersediaan agunan atau pendukung kredit lainnya.
2) Manajemen risiko kredit Bank mengelola, dan mengendalikan konsentrasi risiko kredit dimanapun risiko tersebut teridentifikasi terhadap debitur individu dan kelompok, dan industri serta sektor geografis. Bank menentukan tingkat risiko 55
kredit yang dimiliki dengan menetapkan batas jumlah risiko yang bisa diterima yang terkait dengan satu debitur, atau beberapa kelompok debitur. 3) Pengelolaan manajemen terhadap risiko pinjaman yang diberikan: a) Melakukan kaji ulang atas kebijakan kredit secara periodik (apabila diperlukan) dalam kaitannya dengan perubahan kondisi perekonomian dan/atau pendekatan bisnis. Review atas kebijakan juga dilakukan agar dapat mengakomodasi perubahan peraturan. b) Struktur proses persetujuan kredit melalui komite persetujuan kredit. Menggunakan cograntor approval process four eyes principle dalam setiap keputusan kredit. c) Deteksi dini permasalahan melalui early warning system account watchlist dan pemantauan yang disiplin.
b. Risiko likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko dimana suatu entitas menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang diselesaikan dengan penyerahan kas atau aset keuangan lainnya. Risiko likuiditas terjadi karena adanya kesenjangan yang cukup besar dalam menurunkan kemampuan Bank untuk memenuhi liabilitasnya pada saat jatuh tempo. Pelaporan jatuh tempo didasarkan pada jangka waktu yang tersisa sampai tanggal kontraktual. Secara historis, sebagian besar dari simpanan diperpanjang pada saat jatuh tempo. Selain itu, jikaterdapat keperluan likuiditas, efek-efek dapat dicairkan dengan menjual atau menggunakannya sebagai jaminan dalam pasar antar 56
bank. Langkah yang diambil oleh Bank sehubungan dengan maturity gap antara aset dan liabilitas moneter adalah dengan menetapkan gap limit yang disesuaikan dengan kemampuan untuk memperoleh likuiditas segera. Kebijakan yang dijalankan Bank dalam mengendalikan risiko likuiditas adalah: 1) Menetapkan
kebijakan
pengendalian
risiko
likuiditas
yang
telah
disesuaikan dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, sumber daya manusia dan risk appetite Bank. 2) Menetapkan kebijakan dan prosedur penetapan limit risiko likuiditas secara tertulis, lengkap, memadai dan cukup mudah ditelusuri. 3) Membentuk satuan kerja pengendali risiko likuiditas dan melaksanakan pengendalian risiko likuiditas yang dilaksanakan secara konsisten dan independen. 4) Melaksanakan fungsi ALCO (Asset & Liability Committee) untuk mengatur tingkat bunga dalam usaha meningkatkan/menurunkan sumber dana tertentu.
c. Risiko pasar Risiko pasar adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Risiko pasar meliputi risiko mata uang dan risiko suku bunga. Risiko pasar dapat timbul karena adanya perubahan kondisi pasar yang meliputi perubahan
tingkat bunga dan perubahan nilai tukar mata uang.
Pendapatan Bank berasal dari selisih antara bunga yang dihasilkan dari sisi 57
aset dengan bunga yang dibayarkan kepada dana pihak ketiga. Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan tersebut, sehingga menyebabkan kinerja Bank menurun. Oleh karena itu, terkait dengan risiko pasar atas instrumen keuangan, maka Bank akan mengungkapkan risiko pasar terkait dengan risiko tingkat bunga dan risiko nilai tukar mata uang. 1) Risiko tingkat bunga Risiko nilai wajar suku bunga adalah risiko dimana nilai dari suatu instrumen keuangan berfluktuasi karena perubahan suku bunga pasar. Bank memiliki eksposur terhadap fluktuasi tingkat suku bunga pasar yang berlaku baik atas risiko nilai wajar maupun arus kas. Margin bunga bisa meningkat sebagai hasil dari perubahan tersebut tetapi dapat menimbulkan kerugian ketika terdapat pergerakan yang tidak diharapkan. Kebijakan yang dijalankan Bank dalam pengendalian terhadap risiko suku bunga, sebagai berikut: a) Melakukan pemantauan risiko suku bunga. b) Melakukan simulasi perhitungan Net Interest Income terhadap semua kemungkinan perubahan tingkat suku bunga. c) Melakukan pemantauan terhadap Repricing Gap Profile Asset & Liability secara keseluruhan dalam mengantisipasi pergerakan trend suku bunga pasar yang dapat menyebabkan kerugian.
2) Risiko mata uang Risiko mata uang adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi karena 58
perubahan kurs valuta asing. Bank tidak terpengaruh risiko mata uang karena tidak ada transaksi yang dilakukan dalam mata uang selain Rupiah.
IV.2.2.2 Pengungkapan Kuantitatif (Quantitative Disclosures) 1. Risiko kredit Bank melakukan penerapan kebijakan dalam mengurangi risiko kredit. Hal yang biasa dilakukan oleh Bank adalah dengan meminta agunan sebagai uang muka. Beberapa jenis agunan yang diterima oleh Bank dalam mengurangi risiko kredit. Jenis-jenis agunan atas pinjaman yang diberikan, sebagai berikut: a) Hipotek atas properti hunian b) Agunan atas aset usaha seperti tanah dan bangunan. Eksposur risiko kredit terhadap aset pada laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut: Tabel IV.1 Eksposur maksimum risiko kredit 2011 Giro pada Bank Indonesia
Persentase
2010
Persentase
3,218,561
7.26%
2,247,952
6.78%
26,172
0.06%
72,580
0.22%
8,408,227
18.96%
5,312,524
16.02%
593,362
1.34%
922,313
2.78%
Dimiliki hingga jatuh tempo
1,523,426
3.43%
1,077,545
3.25%
Pinjaman yang diberikan-bersih
30,000,642
67.63%
22,987,471
69.32%
587,918
1.33%
540,278
1.63%
44,358,308
100%
33,160,663
100%
Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Efek-efek Tersedia untuk dijual
Aset lain-lain-Bunga yang masih akan diterima dan uang muka Sumber: Laporan Keuangan BTPN
59
Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit Tabel IV.2 Konsentrasi Risiko Sektor Geografis
Jawa Barat Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Efek-efek Tersedia untuk dijual Dimiliki hingga jatuh tempo Pinjaman yang diberikan-bersih Aset lain-lain-Bunga yang masih akan diterima dan uang muka Pada tanggal 31 desember 2011
Sumatera
2011 Kalimantan dan Sulawesi
20
5,553
7,164
Jawa selain
Jumlah
Jawa Barat 3,218,561 13,435
3,218,561 26,172
8,408,227
8,408,227
593,362 1,523,426
593,362 1,523,426
5,652,546
6,195,232
5,481,001
12,671,863
30,000,642
84,412 5,736,978
90,747 6,291,532
80,285 5,568,450
332,474 26,761,348
587,918 44,358,308
60
Konsentrasi risiko aset keuangan dengan eksposur risiko kredit Tabel IV.3 Konsentrasi Risiko Sektor Industri 2011 Pemerintah Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Efek-efek Tersedia untuk dijual Dimiliki hingga jatuh tempo Pinjaman yang diberikan-bersih Aset lain-lain-Bunga yang masih akan diterima dan uang muka Pada tanggal 31 desember 2011
Lembaga Perdagangan Keuangan
Jasa
Perindustrian
Lain-lain
3,218,561
7,893,227
26,172
3,218,561 26,172
515,000
8,408,227
593,362 1,523,426
593,362 1,523,426 3,654,112 619,959 53,525
13,228,576
Jumlah
541,172
9,081
3,707,637 629,040
656,277 25,070,294 9,613
515,699
30,000,642 587,918
665,890 25,585,993 44,358 ,308
61
Tabel IV.4 Risiko Likuiditas 2011 Jumlah Aset Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Efek-efek Pinjaman yang diberikan Penyertaan Aset tetap-bersih Aset pajak tangguhan Aset lain-lain Jumlah aset Penyisihan kerugian Jumlah Liabilitas Kewajiban segera Giro Tabungan Deposito berjangka dan sertifikat deposito Simpanan dari Bank lain Surat berharga yang diterbitkan Pinjaman Liabilitas lain-lain Jumlah Liabilitas Aset (liabilitas) bersih Aset (liabilitas) bersih setelah penyisihan kerugian
≤ 1 bulan
˃ 1-3 bulan
˃ 3-6 bulan
820.624 3.218.561 26.172 8.408.227
820.624 3.218.561 26.172 4.462.688
2.274.256
1.671.283
2.116.788 30.310.157 22 470.850 28.590 1.560.665 46.960.656 (309.515) 46.651.141
99.797 15.871
791.482 42.137
240.756 144.171
2.613 8.646.326
208.313 435.708 5.567.507
208.313 435.708 5.567.507
29.614.785 115.069 3.631.842 748.900 711.819 41.033.943 5.926.713
15.175.402 115.069
136.439 21.638.438 (12.992.112)
˃ 6-12 bulan
˃ 12 bulan
984.753 568.547
29.539.431
132.671 3.240.546
13.401 2.069.611
126.387 1.679.687
1.213.120 30.752.551
8.396.753
5.229.447
808.231
4.952
348.259
3.283.583 748.900 1.111 4.038.546 26.714.005
432.268 8.829.021 (5.588.475)
22.264 5.251.711 (3.182.100)
99.919 1.256.409 423.278
Tidak memiliki jatuh tempo
22 470.850 28.590 72.473 571.935
19.818 19.818 552.117
5.617.198
62
2. Risiko pasar a) Tingkat bunga Dibawah ini merupakan tingkat suku bunga pertahun untuk aset dan liabilitas keuangan yang dianggap penting bagi Bank:
2011 %
2010 %
ASET Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Sertifikat Bank Indonesia Pinjaman yang diberikan dan pembiayaan
2.92
1.47
4.51-7.40 5.50-6.27 6.66 6.45 25.68
26.68
9.38 4.50 8.67 4.42
7.45 3.20 9.00 5.15
3.98 0.31 4.90 4.23
2.11 0.20 2.42 2.11
LIABILITAS Simpanan nasabah Giro Tabungan Deposito berjangka Deposito on call Simpanan dari Bank lain Giro Tabungan Deposito berjangka Call money
63
64
Tabel IV.5 Risiko Tingkat Bunga 2011 Bunga tetap Bunga mengambang Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain Efek-efek Pinjaman yang diberikan Aset lain-lainBunga yang masih akan Diterima dan uang muka Jumlah aset keuangan Kewajiban segera Simpanan nasabah Simpanan dari Bank lain Surat berharga yang diterbitkan Pinjaman Liabilitas lain-lain Jumlah Liabilitas keuangan Jumlah gap repricing suku bunga
≤ 1 bulan
˃ 1-3 bulan
˃ 3-6 bulan
˃ 6-12 bulan
˃ 12 bulan
Tidak dikenakan bunga
3,218,561 26,172 4,462,688 99,797 15,871
7,823,089
6,003,215
15,175,401 115,069
Jumlah 3,218,561 26,172
2,274,256 791,482 42,137
3,107,87
8,396,753
1,671,283 240,756 144,171
2,056,210
5,229,447
984,753 568,547
1,553,300
8,408,227 2,116,788 30,310,157
29,539,431
29,539,431
587,918 587,918
587,918 44,667,823
208,313 808,231
4,952
348,259
19,818 228,131
208,313 35,617,999 115,069 3,631,842 748,900 619,121 40,941,244
359,787
3,726,579
6,003,215
136,439 15,426,909
339,570 8,736,323
22,264 5,251,711
99,919 1,256,409
3,283,583 748,900 1,111 4,038,546
(6,003,215)
(7,603,820)
(5,628,448)
(3,195,501)
296,891
25,500,885
64
IV.3. Alasan pemisahan PSAK No.50 (revisi 2006) menjadi PSAK No. 50 (revisi 2010) dan PSAK No. 60 Pemisahan pada PSAK No. 50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan menjadi dua bagian yaitu PSAK No. 50 (revisi 2010) mengenai penyajian instrumen keuangan dan PSAK No. 60 mengenai pengungkapan instrumen keuangan, dikarenakan PSAK melakukan konvergensi pada IAS 32, Presentation and disclosure Financial Instruments. Pada tahun 2005, IASB melakukan pemisahan pada standar akuntansi atas penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan pada IAS 32 dipisah menjadi
IAS 31
mengenai penyajian instrumen keuangan dan IFRS 7 mengenai pengungkapan instrumen keuangan. Pemisahan yang dilakukan IASB pada IAS 32 ke IFRS 7 dikarenakan agar entitas dapat menyediakan pengungkapan pada laporan keuangan, agar pengguna laporan keuangan dapat melakukan evaluasi terhadap: 1. Signifikans instrumen keuangan pada posisi keuangan dan kinerja entitas. 2. Sifat dan tingkat risiko yang muncul dari instrumen keuangan, yang timbul selama periode terkait dan pada saat tanggal pelaporan, serta bagaimana entitas mengelola risiko tersebut. Pengguna laporan keuangan membutuhkan pengungkapan yang dapat memberikan informasi yang dapat memberikan gambaran terhadap kinerja entitas dan risiko-risiko terkait instrumen keuanga. Oleh karena itu IASB meningkatkan persyaratan pengungkapan yang ada tentang sifat dan tingkat risiko likuiditas yang timbul dari instrumen keuangan. Peningkatan persyaratan dalam pengungkapan terhadap instrumen keuangan memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi 65
eksposur entitas terhadap risiko likuiditas yang timbul dari instrumen keuangan dan bagaimana perusahaan mengelola risiko ini. Dampak dari pemisahan standar tersebut, tidak mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan baik pada PSAK No.50 (revisi 2010) maupun PSAK No.60, hanya saja didalam PSAK No.60 mensyaratkan pengungkapan yang lebih detail atas risiko keuangan apabila dibandingkan dengan PSAK No.50 (revisi 2006). Pengungkapan
tersebut
terutama
meliputi
pengungkapan
kualitatif
dan
pengungkapan kuantitatif atas eksposur risiko yang timbul dari instrumen keuangan, termasuk pengungkapan minimum atas risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar. Pengungkapan kualitatif menjelaskan tujuan manajemen, kebijakan dan proses untuk mengelola risiko tersebut. Sedangkan, pengungkapan kuantitatif menjelaskan informasi tentang batas risiko yang dihadapi entitas, berdasarkan informasi yang disiapkan secara internal kepada personel manajemen kunci.
66