PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU Arma Yuliza1, Ali Usman2 ABSTRACT PSAK No. 50 (Reviseing 2006) arranging about monetary instrument expression and presentation. PSAK No. 55 (Reviseing 2006) arranging about confession and measurement of monetary instrument. Matter which enough krusial from both the PSAK to bank is that credit as bank asset classified at "And Receivables Loan" which its of him is by cost amortized, this matter bring consequence that credit value (in this case bank asset) will influence by projection of cashflow of asset. This research aim to to know how applying of PSAK No. 50 (Reviseing 2006) and PSAK No. 55 (Reviseing 2006) at PT. Bank of Riaukepri Ministrant Branch Tip of Stone which is have location to in Road;Street General of Sudirman District Of Back Part Stone Sub-Province of Rokan Pate;Upstream by using descriptive method. From result of research known that PT. Bank of Riau Ministrant Kepri Branch of Ujungbatu have applied PSAK No. 50 (Reviseing 2006) and PSAK No. 55 (Reviseing 2006) effectively dated 1 January 2012 pursuant to released by Indonesia Bank. Keyword : PSAK ABSTRAK PSAK No. 50 (Revisi 2006) mengatur tentang penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan. PSAK No. 55 (Revisi 2006) mengatur tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Hal yang cukup krusial dari kedua PSAK tersebut bagi bank adalah bahwa kredit sebagai asset bank digolongkan pada “Loan and Receivables” yang mana valuasinya adalah dengan cara amortized cost, hal ini membawa konsekuensi bahwa nilai kredit (dalam hal ini asset bank) akan dipengaruhi oleh proyeksi cashflow dari asset tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakan penerapan PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) pada PT. Bank RiauKepri Cabang Pembantu Ujung Batu yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Kecamatan Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu dengan menggunakan metode deskriptif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujungbatu telah menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) secara efektif tertanggal 1 Januari 2012 sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Kata Kunci: PSAK
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menyelaraskan standar akuntansi keuangan khususnya untuk perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan market
dicipline, Bank Indonesia berinisiatif melakukan kerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk menyusun Standar Akuntansi Keuangan yang mengadopsi International Accounting Standard (IAS) 39 dan IAS 32. Penyusunan dilakukan dengan
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 20
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
melibatkan perwakilan Perbankan, Departemen Keuangan, Bapepam, dan lembaga terkait lainnya. PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan yang menggantikan Akuntansi Investasi Efek Tertentu, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang menggantikan Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai. PSAK No. 50 (Revisi 2006) mengatur tentang penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan sementara PSAK No. 55 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. Hal yang cukup krusial dari kedua PSAK tersebut bagi bank adalah bahwa, kredit sebagai asset bank digolongkan pada “Loan and Receivables” yang mana valuasinya adalah dengan cara amortized cost, hal ini membawa konsekuensi bahwa nilai kredit (dalam hal ini asset bank) akan dipengaruhi oleh proyeksi cashflow dari asset tersebut, sehingga kredit yang dikenakan bunga dibawah bunga pasar akan terdiskon menjadi lebih kecil dari harga perolehannya (kredit yang dikucurkan). Selain itu sistem akuntansi baru ini memperkenalkan “Impairment” sebagai padanan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), hanya saja jika pada PPAP sudah ada ketentuannya (Col 1= 1%, Col 2 = 5% dan seterusnya) disini impairment sifatnya mesti diperhitungkan per kasus berdasarkan probabilitas suatu kredit atau kasus menjadi default. Disatu sisi kredit yang kualitasnya baik (kelancaran pembayaran dan prospek usaha baik) akan mengecil provisinya (atau dalam hal ini impairment). Disisi lain kredit yang kualitasnya kurang baik akan menjadi semakin besar provisinya. Penerapan standar akuntansi baru untuk laporan keuangan perbankan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.50 dan 55 diyakini akan
menutup celah bagi para banker melakukan window dressing atau merekayasa laporan keuangan bank untuk tujuan tertentu. Contoh, memainkan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) untuk mengatur laba. Dengan merujuk PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006), bank harus melaporkan kondisi neraca yang benar saat pelaporan. Jika pencadangannya tidak besar, bank tidak boleh menumpuk terlalu banyak. Sisa pencadangan dimasukkan sebagai laba ditahan, di sisi asset. Jadi, jika laba besar harus dilaporkan besar. Sebaliknya jika kecil, harus dilaporkan kecil juga. Selama ini, penentuan cadangan memakai konsep ekspektasi kerugian kredit. Bank bisa menumpuk cadangan besar-besaran kalau banker merasa default kreditnya besar. Celah ini yang banyak dimanfaatkan bank untuk memoles laporan keuangannya. Modusnya bank sengaja menumpuk pencadangan secara besar dengan alasan kehati-hatian, meski kualitas kredit tidak mengkhawatirkan. Alhasil, laba ikut turun. Tujuannya menghindari pajak atau mengatur ritme kinerja. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul “Penerapan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) Pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat suatu perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah Penerapan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) Pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah:
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 21
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
1. Untuk mengetahui Penerapan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) Pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menambah wawasan penulis mengenai PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) pada dunia Perbankan, khususnya di PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu. 2. Untuk mengetahui penerapan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang. LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan Pengertian bank menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan kedua defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah: 1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. 2. Menyalurkan dana kepada masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan
permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan dari dalam surat-surat berharga yang berasal kota (clearing), penangihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso) dan jasa-jasa bank lainnya. B. Manajemen Kredit Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan cara membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan angsuran sesuai dengan perjanjian. Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credera yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kerdit, berarti mereka memperoleh kepercayaan. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Unsur-unsur kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kerdit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 22
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
2.
3.
4.
5.
baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa datang. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Resiko Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, resiko kerugian yang diakibatkan nasabah yang sengaja tidak mau membayar kreditnya dan resiko kerugian yang tidak sengaja akibat terjadinya musibah seperti bencana alam dll. Balas jasa Adapun balas jasa dari pemberian fasilitas kredit bank adalah berupa bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi ini merupakan keuntungan utama bank.
C. Suku Bunga Kredit Ketika mengajukan permohonan kredit ke bank, kita perlu memahami cara bank menghitung bunga kredit. Hal ini karena masing-masing bank memiliki metode perhitungan bunga yang berbeda sehingga biaya bunga menjadi berbeda. Metode Perhitungan Bunga Secara umum ada 2 metode dalam perhitungan bunga yaitu efektif dan flat. Namun dalam praktek sehari-hari ada modifikasi dari metode efektif yang disebut dengan metode anuitas. Untuk memudahkan pemahaman konsep metode perhitungan bunga di atas, dapat diilustrasikan sebagai berikut: Misalnya, kita mengajukan kredit dengan jangka waktu 24 bulan sebesar Rp
24.000.000,00 dengan bunga 10% per tahun. Kita berniat melakukan pembayaran pokok pinjaman Rp 1.000.000,00 per bulan sampai lunas. Asumsi bahwa suku bunga kredit tidak berubah (tetap) selama jangka waktu kredit. Metode Efektif Metode ini menghitung bunga yang harus dibayar setiap bulan sesuai dengan saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya. Rumus perhitungan bunga adalah : Bunga = SP x i x (30/360) SP = saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya, i = suku bunga per tahun, 30 = jumlah hari dalam 1 bulan, 360 = jumlah hari dalam 1 tahun. Bunga efektif bulan 1 = Rp 24.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari) = Rp 200.000,00 Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah Rp 1.000.000,00 + 200.000,00 = Rp 1.200.000,00 Bunga efektif bulan 2 = Rp 23.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari) = Rp 191.666,67 Angsuran pokok dan bunga pada bulan 2 adalah: Rp 1.000.000,00 + 191.666,67 = Rp 1.191.666,67 Angsuran bulan kedua lebih kecil dari angsuran bulan pertama. Demikian pula untuk bulan-bulan selanjutnya, besar angsuran akan semakin menurun dari waktu ke waktu. Metode Anuitas Merupakan modifikasi dari metode efektif. Metode ini mengatur jumlah angsuran pokok dan bunga yang dibayar agar sama setiap bulan. Rumus perhitungan bunga sama efektif yaitu : dengan metode Bunga = SP x i x (30/360)
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 23
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
SP = saldo pokok pinjaman bulan sebelumnya, i = suku bunga per tahun, 30 = jumlah hari dalam 1 bulan, 360 = jumlah hari dalam 1 tahun.
Biasanya Bank memiliki aplikasi software yang secara otomatis menghitung bunga anuitas. Dalam kasus diatas, tabel perhitungan akan muncul sebagai berikut :
= Rp 1.107.478,00
Bulan
Saldo
Bunga Anuitas 0
Angsuran Pokok
Total Angsuran
0
0
0
24.000.000
1
23.092.522
200.000
901.478
1.107.478
2
22.177.481
192.438
915.040
1.107.478
Angsuran pinjaman bulan 1 Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah = Rp 1.000.000,00 + 107.478,00 = Rp 1.107.478,00 Bunga anuitas bulan 1 = Rp 24.000.000,00 x 10% x (30 hari/360 hari) = Rp 200.000,00 Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah = Rp 907.478,00 + 200.000,00 = Rp 1.107.478,00 Bunga anuitas bulan 2 = Rp 23.092.522,00 x 10% x (30 hari/360 hari) = Rp 192.438,00 Angsuran pokok dan bunga pada bulan 1 adalah = Rp 915.040,00 + 192.438,00 = Rp 1.107.478,00 Terlihat bahwa angsuran bulan kedua sama dengan angsuran bulan pertama dan seterusnya dimana besarnya angsuran akan tetap sama sampai dengan selesainya jangka waktu kredit.
Metode Flat Dalam metode ini, perhitungan bunga selalu menghasilkan nilai bunga yang sama setiap bulan, karena bunga dihitung dari prosentasi bunga dikalikan pokok pinjaman awal. Rumus perhitungannya adalah : Bunga per bulan = (P x i x t) : jb Dimana: P = pokok pinjaman awal, i = suku bunga per tahun, t = jumlah tahun jangka waktu kredit, jb = jumlah bulan dalam jangka waktu kredit. Karena bunga dihitung dari pokok awal pinjaman, maka biasanya suku bunga flat lebih kecil dari suku bunga efektif. Dalam contoh kasus di atas misalkan bunga flat sebesar 5,3739 % per tahun. Bunga flat tiap bulan selalu sama. = (Rp 24.000.000,00 x 5,3739% x 2 ) : 24 Angsuran pinjaman bulan 2 Angsuran pokok dan bunga pada bulan 2 adalah Rp 1.000.000,00 + 107.478,00 = Rp 1.107.478,00 Perbandingan Anuitas dengan Flat Berdasarkan contoh kasus di
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 24
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
atas, dapat disimpulkan bahwa untuk jangka waktu kredit 2 tahun, maka suku bunga efektif 10% per tahun akan menghasilkan angsuran yang sama dengan suku bunga flat 5,3739 % per tahun. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini penulis lakukan pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Kecamatan Ujung Batu Kabupaten Rokan Hulu. 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk jadi seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, produk perusahaan, aktivitas perusahaan, dan data yang terkait dengan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006). Selain itu dalam penelitian ini juga digunakan data primer yaitu berupa informasi umum yang terkait dengan perusahaan dan penelitian ini. Data-data yang diperoleh bersumber dari : a. Pimpinan Cabang Pembantu b. Pimpinan Seksi Operasional 3. Metode Pengumpulan Data Ada beberapa metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data dari Bank Riau Kepri Cabang Ujung Batu yaitu: a. Wawancara, yaitu suatu pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan Pimpinan Seksi Operasional. b. Dokumentasi, yaitu suatu pengumpulan data dengan meminta beberapa dokumen bank yang ada hubungannya dengan penerapan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006).
c. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. 4. Analisis Data Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan dan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat dibandingkan secara cermat dengan teori yang relevan dengan permasalahan untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan. PEMBAHASAN MASALAH Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian penulis mengenai penerapan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu. PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu berdasarkan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009. Kredit yang diberikan oleh PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu berjumlah 49 jenis. Pada umumnya untuk setiap jenis kredit yang dicairkan, nasabah akan dikenakan biaya sebagai berikut: 1. Biaya Provisi sebesar 1% minimal Rp.200.000,2. Biaya Administrasi sebesar Rp .200.000,3. Biaya Asuransi yang nilainya dihitung berdasarkan tarif (rate) tertentu berdasarkan umur nasabah dan jangka waktu kredit. 4. Biaya pengikatan di notaris untuk agunan sebesar Rp.250.000,untuk SKM Notarial dan 1%xplafond, minimal Rp.1.000.000,- untuk APHT. Pemberlakuan PSAK No. 50 dan 55 (Revisi 2006) sangat berpengaruh terutama terhadap pengakuan pendapatan kredit dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 25
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
Pendapatan provisi kredit Pengakuan Pendapatan Bunga Kredit Setelah PSAK No. 50 (Revisi 2006) di berlakukan pada tanggal 1 Januari 2012, hal yang paling berpengaruh pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu adalah dalam hal pengakuan pendapatan, dimana pendapatan bunga diakui seluruhnya (100%) pada saat terjadinya pencairan kredit. Hal ini mengakibatkan akun pendapatan menjadi besar. Misalkan, Kredit Rp100.000.000, dengan jangka waktu 10 tahun bunga 8%, maka pendapatan bunga 8% selama 10 tahun tersebut telah diakui seluruhnya pada saat kredit dicairkan. Sebelum PSAK No. 50 (revisi 2006) diberlakukan, sistem pengakuan pendapatan berdasarkan jangka waktu. Misalkan untuk kredit Rp100.000.000 dengan jangka waktu 10 tahun dan bunga flat 8%, PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan menagihkan biaya provisi kepada nasabah sebesar 1% dari plafon kredit. Biaya provisi ini bagi PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu merupakan “ pendapatan provisi kredit diterima di muka”. Pendapatan provisi diterima di muka ini selanjutnya akan di amortisasi selama jangka waktu kredit. 1 % x Rp100.000.000 = Rp1.000.000 ( pendapatan provisi kredit yang diterima di muka). Jadi, pada saat kredit dicairkan, PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan mengakui pendapatan provisi kredit yang di terima di muka dan pendapatan Administrasi. Pendapatan bunga akan dicatat pada akhir bulan. Jurnal pada saat pencairan kredit adalah: Kredit yang diberikan xxx Kas/Tabungan Debitur xxx Untuk mencatat pendapatan provisi junalnya adalah:
xxx
A.
Kas
xxx
Pada akhir bulan, jurnal untuk mencatat pendapatan bunga dan provisi: Pendapatan bunga Pendapatan bunga
xxx xxx
Pendapatan provisi kredit xxx Pendapatan provisi kredit
xxx
Sebelum pemberlakuan PSAK No. 50 (revisi 2006), pendapatan yang diakui adalah pendapatan rill (yang benar-benar telah terjadi). Setelah pemberlakuan PSAK No. 50 (revisi 2006), pendapatan seluruhnya diakui di depan (metode accrual). Masalah akan terjadi pada saat terjadi suplesi, dimana nasabah menyambung kredit atau melunasi kreditnya sebelum tanggal jatuh tempo. Dalam hal ini, pendapatan yang telah diakui seluruhnya di depan harus dibuatkan jurnal koreksi pendapatan. Jurnal pada saat pencairan kredit adalah: Kredit yang diberikan xxx Kas/Tabungan Debitur xxx Pendapatan bunga kredit xxx Pendapatan bunga kredit xxx Jika terjadi suplesi, jurnal koreksi yang dibuat: Pendapatan bunga kredit xxx Pendapatan bunga kredit xxx Bunga kredit yang di berlakukan pada PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu adalah bunga flat dan bunga efektif (menurun) untuk kredit yang plafonnya di atas Rp100.000.000. B. Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Sebagaimana diatur dalam PSAK No. 55 (Revisi 2006) paragraf 63 dan Pedoman Aplikasi PSAK No. 55 (Revisi 2006) paragraf 102-105 (terlampir),
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 26
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
evaluasi penurunan nilai harus dilakukan berdasarkan suatu proses estimasi yang dapat menghasilkan satu nilai kerugian atau kisaran (range) nilai kerugian terbaik yang mungkin terjadi. Estimasi penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok aset keuangan dimaksud didasarkan pada kerugian historis yang pernah dialami aset-aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang Umur Kredit 0 hari 001 hari – 90 hari 091 hari – 180 hari 181 hari – 270 hari 271 hari – ke atas
serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok aset keuangan tersebut. Sebelum berlakunya PSAK No. 55 (Revisi 2006), CKPN dikenal dengan istilah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), dimana perhitungan besarnya penyisihan menggunakan mekanisme sebagai berikut:
Collectibility 1 (lancar) 2 (dalam perhatian) 3 (kurang lancar) 4 (diragukan) 5 (macet)
Penjelasan: Pada saat pencairan kredit, PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan langsung menyisihkan 1 % dari total kredit sebagai PPAP. Kredit yang baru cair statusnya adalah col 1 kategorinya “lancar”, kerdit yang berumur 1 – 90 hari akan masuk dalam kategori “dalam perhatian” (col 2), dan PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan menyisihkan 5 % dari total baki debet ( sisa kredit) sebagai PPAP. Kredit yang berumur 091 – 180 hari akan masuk kategori “kurang lancar” (col 3) dan PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan menyisihkan 15 % dari total baki debet sebagai PPAP. Kredit yang berumur 181 – 270 hari akan masuk sebagai kategori “diragukan” (col 4) dan PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan menyisihkan 50 % dari total baki debet sebagai PPAP. Untuk kredit yang berumur di atas 271 hari, akan masuk sebagai kategori “macet” (col 5) sehingga PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan menyisihkan 100 % dari total baki debet sebagai PPAP. Total keseluruhan PPAP akan mengurangi laba. Dalam mekanisme Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif ini nilai agunan (collateral) juga diperhitungkan.
PPAP 1 % x total kerdit 5 % x total baki debet 15 % x total baki debet 50 % x total baki debet 100 % x total baki debet
Untuk agunan yang telah diikat sempurna (menggunakan sertifikat hak milik) dan diasuransikan, maka nilai dari agunan tersebut dapat mengurangi jumlah PPAP yang dicadangkan. Misalnya: Kredit dengan kategori col 5 yang mestinya dicadangkan 100 % sebagai PPAP dan akan mengurangi laba, jika agunannya termasuk yang dipertimbangkan, misalkan dinilai 30 %, maka agunan tersebut akan dapat mengurangi jumlah PPAP menjadi 70 %. Tiap akhir tahun, dengan menggunakan sistem Bank Vision, Kantor Cabang Pembantu Ujung Batu akan menutup (me–nol-kan) rekening pendapatan dan rekening biaya dimana kedua rekening tersebut akan dikonsolidasikan ke Laporan Keuangan Kantor Pusat di Pekanbaru. Tiap awal tahun, pada kondisi biaya nol, pendapatan nol, jika terjadi perubahahan tingkat collectability dengan adanya pelunasan atau pembayaran oleh nasabah yang sebelumnya status kreditnya ada pada tingkat col 5, maka PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan melakukan koreksi pendapatan PPAP.
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 27
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
Misalnya: Kredit sejumlah Rp5.000.000 pada tingkat col 5 yang semestinya telah di cadangkan 100 % menjadi PPAP, jika dilunasi oleh nasabah akan menjadi pendapatan PPAP. Pada saat yang sama jika terjadi biaya PPAP Rp10.000.000, maka PT. Biaya PPAP Koreksi pendapatan PPAP PPAP
A. Kesimpulan
Jurnalnya :
Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
Terhitung tanggal 31 Januari 2012, untuk kantor cabang konvensional, pembentukan CKPN kredit menggunakan tarif dari data historis. PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu yang di hitung dengan menggunakan metode perhitungan probability of default (PD) dan Loss Given Default (LGD). Besarnya tarif di hasilkan oleh sistem pada divisi keuangan dan operasional yang kemudian di otorisasi oleh Direktur Operasional dan selanjutnya diberlakukan sebagai acuan perhitungan CKPN seluruh cabang, cabang pembantu, dan kedai Bank Riau Kepri. Perhitungan tarif CKPN ini berdasarkan pedoman tertentu dengan data yang di ambil dari data pengakuan kerugian historis. PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu selama 3 tahun belakangan yaitu bulan April 2009 s/d Maret 2012. Hasil perhitungan tarif CKPN tersebut akan di berlakukan untuk periode pencadangan bulan April s/d Juni 2012. Besarnya pembentukan CKPN di pengaruhi oleh kolektibilitas kredit, semakin besar tingkat Non Porferming Line (NPL) kredit maka semakin besar pembentukan CKPN yang menggunakan tarif PD dan LGD. Disini, nilai agunan tidak lagi bisa di perhitungkan sebagai pengurangan besarnya CKPN. PENUTUP
Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu akan mengkreditkan biaya PPAP sebesar koreksi pendapatan PPAP sehingga biaya PPAP periode tersebut berkurang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006 terlampir) merupakan PSAK revisi tahun 2006 yang mengacu kepada International Financial Reporting Standar (IFRS). 2. Penerapan PSAK No. 50 (Revisi 2006) mengenai pengungkapan terhadap estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif harus diungkapkan dalam kebijakan akuntansi pada catatan atas laporan keuangan. 3. Penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2006) berpengaruh pada pendapatan kredit diakui seluruhnya di depan dan Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang perhitungannya menggunakan metode probability of default (PD) dan loss given default (LGD). 4. Perhitungan tarif CKPN yang berlaku untuk semua kantor Bank Riau Kepri dilaksanakan oleh Divisi Keuangan dan Operasional Kantor Pusat per triwulan dengan menggunakan sistem Bank Vision. Tarif CKPN periode sekarang (periode April s/d Juni 2012 terlampir)
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 28
PENERAPAN PSAK NO. 50 (REVISI 2006) DAN PSAK NO.55 (REVISI 2006) PADA PT. BANK RIAU KEPRI CABANG PEMBANTU UJUNG BATU
5. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu menghitung CKPNnya berdasarkan tarif yang telah ditentukan oleh Kantor Pusat.
Ikatan Auntan Indonesia, 2006. Panduan Implementasi dan Contoh Ilustrasi. Jakarta: Menteng Istilahbank.blogspot.com
B. Saran 1. Sebaiknya PT. Bank Riau Kepri Cabang Pembantu Ujung Batu meningkatkan kinerjanya supaya Non Porferming Line (NPL) bisa ditekan seminimal mungkin, sehingga nantinya tarif Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) bisa lebih kecil. 2. Untuk penelitian yang sama di masa mendatang disarankan agar melakukan penelitian di kantor pusat karena data yang diperlukan akan lebih lengkap dibandingkan dengan data yang dicabangnya. 3. Untuk penelitian yang sama dimasa mendatang disarankan agar melakukan penelitian yang bersifat membandingkan antara dua bank atau lebih. Sehingga dapat diketauhi penerapan PSAK No. 50 (revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Chinmi.wordpress.com/2010/IstilahIstilah-Dalam-Manajemen Resiko.
Kasmir, 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kasmir, 2011. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada mi.scribd.com/persepsi/perbankanterhadap-PSAK-50-dan-PSAK-55 PT. Bank Pembangunan Daerah Riau Divisi Administrasi dan Keuangan. Buku petunjuk Jurnal. Pekanbaru. Desember 2005 R. Mintardjo 2010. Praktek Akuntansi Bank. PT. Gelora Aksara Pratama Seminarakuntansi.Warsidi.Com/2010/06/ Financial.Instrumenimplementasi. psak.html www.resep.web.id/..../pengetahuankredit-a-z-istilah-istilahperbankan.html www.bi.go.id/wef/id/kamus Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
Clubbing.kapanlagi.com/treads/18928/ist ilah-umum-perbankan Forum.detik.com/implikasi-penerapanpada-dunia-perbankan Gunawan, Ikhsan. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Pekanbaru: UNRI PRESS Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol.2.No.1 Januari 2013 | 29