perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan beberapa tahapan pembahasan yang dimulai pembacaan heuristik, hermeneutik, hipogram, dan matriks dari keenam lirik lagu ERK. Analisis keenam lirik lagu tersebut dititikberatkan pada analisis ungkapan yang mengandung aspek sosial politik yang terdapat dalam album Kamar Gelap tersebut.
A. Mosi Tidak Percaya Ini masalah kuasa, alibimu berharga Kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa? Kamu tak berubah, selalu mencari celah Lalu semakin parah, tak ada jalan tengah Pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah Jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah Kamu ciderai janji, luka belum terobati Kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli Janjimu pelan pelan akan menelanmu Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya Ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya (Cholil Mahmud, 2008) 1. Pembacaan Heuristik Pembacaan Heuristik adalah pembacaan berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Untuk memperjelas arti yang terkandung, selanjutnya perlu diberi sisipan kata atau sinonim, kata-katanya ditaruh dalam tanda kurung, dan bila perlu susunannya dibalik commit untuk memperjelas arti yang terkandung. to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Berikut ini adalah pembacaan heuristik terhadap lirik lagu “Mosi Tidak Percaya”, karya ERK. Bait ke-1 ini masalah kuasa, alibimu berharga kalau kami tak percaya (kepadamu), lantas kau mau apa? Bait ke-2 kamu tak berubah, selalu (saja) mencari celah lalu semakin parah, (dan) tak ada jalan tengah bait ke-3 pantas kalau kami marah, sebab (kamu) dipercaya susah jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah Bait ke-4 kamu ciderai janji, (padahal) luka (kami) belum terobati kami tak mau dibeli, (dan) kami tak bisa dibeli Bait ke-5 janjimu, pelan pelan akan menelanmu Bait ke-6 ini (adalah) mosi tidak percaya, (dan) jangan anggap kami tak berdaya ini (adalah) mosi tidak percaya, (dan) kami tak mau lagi diperdaya Penggunaan kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh ERK untuk commit to user menunjukkan posisi seseorang dalam lirik tersebut. Terdapat kata ganti pada larik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 lagu yang menggunakan proposisi /kami/ adalah sebagai pengganti orang pertama yang merupakan ERK mewakili masyarakat, sedangkan proposisi /kau/, /mu/, dan /kamu/ adalah kata ganti orang kedua yang merupakan para politisi atau wakil rakyat.
2. Pembacaan Hermeneutik Tahapan selanjutnya dalam penelitian lirik lagu menurut Rifaterre adalah meninjau kembali dan membandingkan hal-hal yang telah dibacanya pada tahap pembacaan heuristik. Dalam pembacaan tingkat dua ini menitikberatkan pada ketidaklangsungan ekspresi, yang disebabkan oleh tiga hal, yaitu penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Kami lirik adalah pemikiran Cholil Mahmud yang mengambil masyarakat Indonesia sebagai subyek pertama. Dalam diksi lirik lagu tersebut, Cholil memilih kata-kata dengan bahasa keseharian namun permainan rima yang membuat lirik menjadi lebih indah. Larik kesatu dan kedua ini masalah kuasa, alibimu berharga kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa? ( Cholil Mahmud, 2008) Pada larik pertama, /ini masalah kuasa, alibimu berharga/ terdapat penekanan dalam lirik, yaitu tentang kuasa. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), /kuasa/ pada tingkat pertama berarti kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu), kekuatan; pada tingkat kedua berarti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) sesuatu; dan pada tingkat ketiga berarti pengaruh (gengsi, kesaktian, dsb) yang ada pada seseorang karena jabatannya (martabatnya); sedangkan tingkat keempat berarti mampu atau sanggup; dan tingkat kelima berarti orang yang diserahi wewenang. (Dendy Sugono dkk, 2008:824) Untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, manusia cenderung mempunyai alasan tersendiri dan berbeda-beda. Pemimpin juga mempunyai tujuan dan alasan tersendiri untuk berkuasa, dan alibi adalah cara menyiasati alasan dan tujuan yang disembunyikan para penguasa. Misalnya dengan berkuasa mampu memperkaya diri ataupun menaikkan derajat, dan alasan-alasan dari penguasa dipertanyakan dianggap hanya sebagai alibi. Hal ini berkaitan dengan fakta yang terjadi di dalam negeri Indonesia, sebuah kuasa hanya dipandang sebelah mata karena sudah tidak dapat dipercaya lagi oleh masyarakat, jelas dianggap tidak ada bukti nyata dengan janji yang diucapkan. Dalam larik kedua menekankan bahwa kami lirik seakan sudah lelah dibohongi, bahkan seakan menantang kepada penguasa, /kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa?/. Penciptaan arti (creating of meaning) yang muncul salah satunya berupa rima sangat jelas tampak di dalam larik kesatu dan kedua tersebut, agar lirik terlihat lebih indah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rima terus yang berpola a-a-a-a dan berbunyi efoni dalam fonem terakhir dari tiap klausa, yakni dalam kata /kuasa/, /berharga/, /percaya/, dan /apa/. Bunyi efoni vokal /a/ dalam tiap akhir klausa tersebut
bersifat visualisasi dan menghadirkan suasana
semangat, keberanian, dan lantang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Keselarasan bunyi
sangat
penting dalam
pola persajakan, agar
memunculkan efek keindahan dari lirik itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dalam keselarasan bunyi fonem terakhir pada tiap klausa yang sama, namun di dalam setiap bait mempunyai ragam bunyi tersendiri. Larik ketiga dan keempat kamu tak berubah, selalu mencari celah lalu semakin parah, tak ada jalan tengah ( Cholil Mahmud, 2008) Kesempatan yang diberikan oleh masyarakat telah disalahartikan, hanya digunakan untuk mencari keuntungan. /Kamu/ lirik diartikan sebagai penguasa atau pejabat yang selalu sama saja mencari kesempatan saat berada di posisinya, tanpa adanya perbaikan sifat (berubah), tetap berupaya membodohi rakyat dengan janji-janji palsu mereka. Hal ini tercantum dalam larik ketiga /kamu tak berubah, selalu mencari celah/. Bahkan kerugian yang ditanggung rakyat semakin parah, /lalu semakin parah, tak ada jalan tengah/. Mereka sebagai penguasa tidak pernah memiliki /jalan tengah/ yang tepat, frase /jalan tengah/ berarti solusi atau jalan keluar, dan rakyat pun semakin tersisihkan di negerinya sendiri. Penciptaan arti (creating of meaning) yang berupa rima dalam larik ketiga dan keempat tersebut ditunjukkan dengan rima terus yang berpola a-a-a-a dalam tiap klausa. Fonem /h/ dalam kata /parah/, /berubah/, /celah/, dan /tengah/ merupakan bunyi yang parau dan disebut sebagai kakofoni, meskipun biasanya berupa kombinasi bunyi k, p, t, s. Bunyi jenis ini biasanya menghadirkan suasana tekanan, keterasingan, kesedihan, kekecewaan, tidak menyenangkan, kesakitan, kekacauan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 Larik kelima dan keenam pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah ( Cholil Mahmud, 2008) Dalam larik kelima /pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah/ mencantumkan respon segala penyimpangan yang dilakukan penguasa membuat rakyat marah. Ini adalah akibat penguasa yang lupa ataupun sengaja melupakan terhadap janjinya. Ucapan mereka sewaktu kampanye hanya omong kosong belaka tanpa tindakan nyata. Hal ini menunjukkan batas kesabaran rakyat terhadap penguasanya. Situasi yang sudah tidak kondusif dan kekacauan dalam segala aspek kehidupan. Fakta-fakta tersebut kadang tidak sesuai dengan alasan yang dikemukakan penguasa. Inilah yang menyebabkan kesabaran rakyat mencapai batasnya tercantum dalam larik keenam /jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah/. Dalam kedua larik tersebut terjadi hubungan sebab akibat dalam tiap lariknya, yakni dengan /susah dipercaya/ maka akan mengakibatkan ke/marah/an dalam larik kelima, sedangkan larik keenam menunjukkan /argumenmu payah/ mengakibatkan ke/resah/an. Larik ketujuh dan kedelapan kamu ciderai janji, luka belum terobati kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli ( Cholil Mahmud, 2008) Rakyat merasa tertipu oleh janji yang pernah diucapkan sewaktu mereka mencalonkan diri menjadi penguasa ataupun pejabat. Penipuan ini membuat kepercayaan yang pernah diberikan oleh rakyat seakan tidak berarti, dan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 faktanya tidak hanya terjadi satu kali, namun berkali-kali tanpa adanya perbaikan. Inilah yang menjadikan rakyat semakin terluka, /kamu cederai janji, luka belum terobati/. Dari larik ketujuh tersebut menjelaskan adanya luka bekas cedera yang belum terobati semakin ditambah cedera baru, dan kata /cedera/ di larik tersebut mempunyai makna perumpamaan dari rasa sakit hati kebohongan janji para penguasa atau pejabat. Penekanan dalam larik kedelapan /kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli/ ini adalah sikap tegas rakyat yang tak lagi mau memberikan kepercayaan pada penguasa, dan rakyat itu tidak bisa dibeli dengan menyuarakan menolak money politik. Dengan peristiwa tersebut, rakyat mengambil sikap bahwa kekuasaan tidak hanya sekedar uang, namun kepercayaan dan kesejahteraan. Mengingat sebuah kepercayaan itu sangat mahal harganya bahkan tak ternilai, dan ketika kepercayaan rakyat terpaksa terbayarkan pada penguasa, harusnya menggunakan sebaik-baiknya untuk memperbaiki negara, namun fakta yang terjadi semakin buruk. Pola persajakan kembali muncul dengan akhir fonem yang berbeda dengan bait sebelumnya, dalam larik ketujuh dan kedelapan memunculkan akhir fonem vokal /i/ dalam tiap akhir klausanya. Tetap pada dasarnya menimbulkan keindahan dalam lariknya, visualisasi fonem /i/ mengandung rima terus dan berbunyi efoni dalam fonem terakhir dari tiap klausa, yakni dalam kata /janji/, /dibeli/, dan /terobati/. Bunyi efoni vokal /i/ tersebut biasanya menghadirkan suasana semangat, keberanian, dan lantang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Larik kesembilan janjimu pelan-pelan akan menelanmu ( Cholil Mahmud, 2008) Sakit hati /kami/ lirik dilampiaskan lewat sumpah serapah dalam larik kesembilan, yang beranggapan bahwa suatu saat hukuman seseorang akan kembali pada perkataanya sendiri. Kenyataan yang mereka hadapi tidak sesuai dengan harapan. Inilah yang menyebabkan penguasa tidak lagi berarti di hadapan rakyat. Larik kesepuluh dan kesebelas ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya ( Cholil Mahmud, 2008) Dalam kedua larik terdapat pengulangan kalimat dalam lirik lagu tersebut yang merupakan penegasan dan pesan inti yang disampaikan, tentang kemuakan rakyat yang tidak lagi percaya dengan meneriakkan mosi tidak percaya, meneriakkan kekuatan rakyat yang dianggap tidak berdaya, dan mengingatkan kepada para wakil rakyat yang selalu mengumbar janji tanpa pembuktian akan sengsara nantinya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dendy Sugono dkk, 2008:1043), mosi adalah keputusan rapat yang menyatakan pendapat dan keinginan para anggota rapat, atau anggota. Dapat disimpulkan bahwa, mosi tidak percaya adalah mosi yang menyatakan tidak percaya kepada kebijaksanaan pemerintah (pengurus organisasi, dsb). Di dalam kehidupan sehari-hari, frase /mosi tidak percaya/ biasanya commit to user dipakai oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang ditujukan kepada kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Pemerintah. Fakta yang terjadi, justru para anggota DPR yang lebih banyak mengumbar janji ketika berkampanye. Maka, bentuk sindiran juga dari kami lirik untuk wakil rakyat bahwa mosi tidak hanya disepakati oleh anggota DPR saja, karena rakyat juga berhak bermosi tidak percaya kepada Pemerintah maupun anggota DPR. Rakyat pun bersepakat dengan menyatakan lewat mosi, berjanji tidak akan diperdaya lagi oleh janji-janji para pemilik kuasa.
3. Hipogram Kehidupan sosial politik yang berkembang di Indonesia menjadi acuan lirik lagu tersebut, yakni tentang ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa yang merajalela di negara Indonesia. Lagu ini terinspirasi dari kehidupan sosial politik di Indonesia, tentang penolakan dan perlawanan rakyat terhadap para politisi yang selalu mengingkari janji. Janji-janji yang mereka lontarkan pada masa berkampanye, hanya jadi isapan jempol belaka saat mereka terpilih menjadi wakil rakyat. Dalam hal ini, contohnya tentang para wakil rakyat yang terpilih menjanjikan kehidupan yang lebih baik, pemberantasan korupsi dan lain-lain. Namun saat mereka berkuasa, seperti amnesia, mereka lupa semua janjinya saat berkampanye dulu. Penguasa adalah mereka yang mampu menjabat apa yang mereka inginkan. Lirik lagu Mosi Tidak Percaya merupakan transformasi dari latar belakang sosial politik tersebut, dan kehidupan sosial politik adalah hipogram potensial dari lirik lagu tersebut. Hipogram lainnya yang terkandung dalam lagu tersebut adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 ini masalah kuasa, alibimu berharga kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa? kamu tak berubah, selalu mencari celah lalu smakin parah, tak ada jalan tengah ( Cholil Mahmud, 2008) Kutipan larik pertama sampai dengan empat di atas mempunyai kaitan dengan karya sebelumnya, khususnya lirik lagu yang menginspirasi sebelumnya. Hal tersebut mampu ditunjukkan dalam lirik lagu sang legendaris musik Iwan Fals, mengingat sosok Iwan Fals adalah salah satu idola dari band ERK, selain tokoh Franky, Setiawan Djody, tokoh-tokoh lain yang mengkritik kehidupan sosial politik yang terjadi di Indonesia lewat karya-karyanya, baik lagu maupun karya sastra lainnya. Kalau cinta sudah di buang Jangan harap keadilan akan datang Kesedihan hanya tontonan Bagi mereka yang di perbudak jabatan O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar Sabar, sabar, sabar dan tunggu Itu jawaban yang kami terima Ternyata kita harus ke jalan Robohkan setan yang berdiri mengangkang (Iwan Fals, 1989) Penggalan lirik lagu di atas adalah karya Iwan Fals yang berjudul Bongkar, masuk dalam album Swami yang dirilis pada tahun 1989 dengan konsep kolaborasi. Di dalam kutipan lagu Bongkar di atas, pada larik pertama sampai dengan kesepuluh mempunyai pemaknaan bahwa mereka (penguasa) ketika diperbudak oleh jabatan akan kehilangan cinta, apalagi keadilan bagi rakyatnya yang memberi kepercayaan lewat pemilihan umum. Kondisi yang parah lantas dipertanyakan rakyat, namun selalu tanpa ada jalan keluar, hanya menunggu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 jawaban tanpa pasti yang diterima. Semua yang dilakukan oleh pejabat tidak pernah berubah, bahkan malah mencari celah ketika rakyat turun ke jalan. Dalam penggalan lirik lagu Iwan Fals mempunyai kesamaan makna dan tema dalam membaca situasi, yakni keburukan sifat penguasa yang tidak pernah berubah dalam kepemimpinannya terhadap rakyat, tidak adanya jawaban pasti dan jalan keluar membuat rakyat muak. Sosok Iwan Fals mampu menjadi salah satu idola band ERK karena karyakaryanya yang kritis terhadap lingkungan sosial politik Indonesia, bahkan banyak karya yang dilarang terbit oleh pemerintah karena mengandung kritik terhadap sistem pemerintahan Indonesia pada waktu Soeharto menjadi presiden atau pada jaman Orde Baru. Profil yang dilansir dari Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Iwan _Fals) diakses pada 23 Oktober 2012 pukul 21:32. Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto lahir di Jakarta, pada tanggal 3 September 1961. Iwan Fals adalah seorang penyanyi beraliran balada dan country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia. Iwan lahir dari pasangan Lies (ibu) dan Kolonel Anumerta Sucipto (ayah). Iwan menikahi Rosana yang akrab disapa "Mbak Yos", hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga anak yaitu, Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Bassae, dan Raya Rambu Rabbani. Lewat lagu-lagunya, ia memotret suasana sosial kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional dan Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan OI. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui di setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara. Banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah pada jaman Orde Baru, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan terhadap pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagulagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara. Beberapa konser musiknya pada tahun 1980-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Bahkan, Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama dua minggu karena menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru pada bulan April tahun 1984. Hipogram lainnya yang terdapat dalam lagu Mosi Tidak Percaya adalah tema dan masalah politik uang yang sering menodai dalam pemilihan umum, baik dari
pemilihan
calon
legislatif
maupun
presiden.
Bahkan
seiring
perkembangannya, pemilihan kepala desa pun ternodai money politic juga. Penolakan politik uang muncul pada larik kedelapan dalam lirik lagu Mosi Tidak Percaya, yang menyimpulkan bahwa kami lirik tidak mau dibeli dan menyuarakan bahwa tidak bisa dibeli. Kata /beli/ tidak pernah terlepas dari kata /barter/, yakni penukaran barang. Dalam konteks lirik lagu ERK di sini, barter dideskripsikan dengan penukaran hak suara rakyat dengan barang materi tertentu (kaos, sembako, barang kebutuhan sehari-hari, dsb), namun lebih cenderung ke materi /uang/. kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli. ( Cholil Mahmud, 2008) Larik kedelapan lagu Mosi Tidak Percaya mempunyai hubungan makna implisit dengan lirik lagu Iwan Fals dengan judul Politik Uang, yakni penggambaran
Iwan
Fals
tentang
sepak
terjang
money
politic,
dan
ditransformasikan oleh band ERK menjadi sebuah pernyataan singkat penolakan pembelian hak suara dengan materi apapun, dan dalam penelitian ini uang sebagai konteksnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Boleh saja partai ribuan jumlahnya Tapi yang menang yang punya uang Seorang cepek ceng sudah bisa jadi presiden Begitulah cerita yang berkembang Gontok gontokan sudah nggak musim Adu doku ini yang ditunggu tunggu Pemilu tempat berpestanya uang palsu Habis kalau nggak gitu nggak lucu Program program berseliweran Seperti dongeng jaman kecil dulu Walau ternyata hanya kibul doang Tapi kampanye bikin hati senang Bul kibul tak kibul kibul Kibul diadu demi perkibulan Ini sudah dari jaman baheula Dari jaman raja raja sampai sekarang Uang adalah bahasa kalbu Santapan rohani para birokrat Tentu saja tidak semuanya Tapi yang pasti banyak yang suka Jangan heran korupsi menjadi jadi Habis itulah yang diajarkan Ideologi jadi komoditi Bisa diekspor ke luar negeri Uang adalah bahasa kalbu Santapan rohani rakyat dan wakil rakyatnya Tentu saja tidak semuanya Tapi yang pasti banyak yang suka Jangan heran korupsi menjadi jadi Habis itulah yang diajarkan Ideologi jadi dagangan Bisa diekspor ke luar negeri (Iwan Fals, 2004) Lagu Politik Uang masuk dalam album Iwan Fals yang berjudul Manusia Setengah Dewa tahun 2004. Sebuah album Iwan Fals yang tidak pernah lepas dengan kritik sosial dan politiknya. Lagu ini berkisah mengenai dunia politik dengan banyaknya partai yang terdaftar untuk ikut pemilihan umum. Dalam lirik tersebut menonjolkan tentang dengan uang banyak, sebuah partai bisa memenangkan pemilu, menyuap (membeli) hak suara para pemilih untuk memilih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 partai politik yang ditentukan. Kampanye dengan menawarkan berbagai program kerja kepada rakyat hanyalah seperti dongeng karena kenyataannya hanya sebuah pembicaraan yang tidak jelas pelaksanaannya. Namun banyak penonton cukup senang karena mereka mendapat keuntungan materi dengan menghadiri kampanye politik. /Uang/ mempunyai sinonim dengan /doku/. Penggambaran uang dalam lirik tersebut mempunyai makna konotatif, yang berarti bahasa kalbu atau merupakan santapan rohani mulai birokrat, rakyat jelata bahkan wakil rakyat. Meski di dalam kehidupan masyarakat tidak semuanya sependapat, namun secara sadar atau tidak praktek tersebut banyak yang suka. Dengan uang (kotor) bagi siapa saja yang suka, apapun bisa dilakukan, bahkan untuk memperoleh kekuasaan politik. Di dalam kehidupan sehari-hari pun tidak luput dari praktek korupsi, dan itu menjadi pola pembelajaran secara tidak sadar yang mengajarkan praktek negatif tersebut. Lirik Iwan Fals membaca situasi dengan uang /cepek ceng/ atau dalam bahasa Indonesia berarti seratus ribu hak suara mampu ditukar dan dibeli, dan lewat karya ERK menolak praktek jual beli tersebut. Secara intertekstualitas kedua karya tersebut mempunyai makna implisit yang sama dalam pengangkatan tema dan masalah, yakni tentang praktek money politic. Secara tidak langsung hubungan band ERK dan sosok Iwan Fals sangat berkaitan, karena ERK mengidolakan sosok Iwan Fals yang menginspirasinya dalam karya-karyanya dengan membaca permasalahan aspek sosial politik yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 ada dan dapat menyampaikannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk musik yang dapat dimengerti dengan mudah.
4. Matriks Matriks dalam lirik lagu Mosi Tidak Percaya adalah sikap rakyat yang tidak mau lagi diperdaya oleh penguasa, karena kekuasaan sudah tidak dapat lagi dipercaya. Penyajian lirik yang argumentatif memaparkan tentang penolakan yang tegas terhadap wakil rakyat yang tidak pernah menepati janjinya, janji mereka yang selalu digemborkan saat berkampanye, dan mereka seakan lupa jika sudah terpilih. Matriks tersebut dikembangkan dengan ungkapan-ungkapan tidak percaya dan marah kepada penguasa. Sikap tersebut hadir karena kenyataan dan harapan yang pernah dijanjikan oleh penguasa berbeda. Varian yang terdapat dalam lirik lagu Mosi Tidak Percaya adalah sebagai berikut. Varian pada bait pertama adalah rasa ketidakpercayaan rakyat kepada penguasa. Varian pada bait kedua adalah ketidaksabaran rakyat kepada keadaan dan perilaku yang tidak pernah berubah. Varian pada bait ketiga adalah kemarahan rakyat kepada penguasa karena kesabaran mereka sudah habis. Varian pada bait keempat adalah sikap dari rakyat yang merasa bahwa mereka bukanlah mainan. Mereka bukanlah barang yang bisa dibeli. Varian pada bait kelima adalah sumpah serapah rakyat yang sudah kehilangan kesabaran. Varian pada bait keenam adalah sikap tegas rakyat kepada penguasa karena mereka sudah lupa pada apa yang sudah mereka janjikan saat sebelum menjabat sebagai penguasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Dalam lagu ini ERK mewakili kemarahan rakyat yang selalu dibohongi oleh para penguasa, dibuai dengan janji-janji manis yang tidak pernah terrealisasi. Lirik lagu ini juga merepresentasikan perlawanan terhadap money politic atau politik uang yang ada saat musim kampanye tiba. Dari analisis lirik lagu Mosi Tidak Percaya tersebut, mengajarkan kepada para pembaca untuk kritis dan lebih selektif kepada calon penguasa yang akan dipilih. Apabila nanti mereka berada pada posisi menjadi penguasa, mereka tidak lupa daratan. Kepercayaan yang sudah diberikan oleh rakyat merupakan amanah yang tidak boleh disia-siakan.
B. Menjadi Indonesia Ada yang memar, kagum banggaku Malu membelenggu Ada yang mekar, serupa benalu Tak mau temanimu Lekas, Bangun tidur berkepanjangan Menyatakan mimpimu Cuci muka biar terlihat segar Merapikan wajahmu Masih ada cara menjadi besar Memudakan tuamu Menjelma dan menjadi Indonesia Ada yang runtuh, tamah ramahmu Beda teraniaya Ada yang tumbuh, iri dengkimu Cinta pergi ke mana? (Cholil Mahmud, 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
1. Pembacaan Heuristik Bait ke-1 ada yang memar, (dalam) kagum banggaku malu membelenggu ada yang mekar, (dan) serupa benalu (dia) tak mau temanimu Bait ke-2 lekas, bangun (dari) tidur berkepanjangan (untuk) menyatakan mimpimu (lalu) cuci muka (mu) biar terlihat segar (serta) merapikan wajahmu masih ada cara (untuk) menjadi besar (mari) memudakan tuamu (lalu) menjelma dan menjadi Indonesia Bait ke-3 ada yang runtuh, (dari) tamah ramahmu (dia) beda teraniaya ada yang tumbuh, (dari) iri dengkimu (dan) cinta (entah) pergi ke mana?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Penggunaan kata ganti /ku/ dalam lirik tersebut sebagai kata ganti orang pertama yang merupakan aku lirik atau si pencipta lagu yang merasa kagum namun terluka, sedangkan proposisi /mu/ adalah kata ganti orang kedua yang merupakan personifikasi dari Negara Republik Indonesia itu sendiri.
2. Pembacaan Hermeneutik Pada larik pertama dalam lirik terdapat penyimpangan arti (distorting meaning) yaitu ironi /ada yang memar, kagum banggaku/. Dalam kekaguman terdapat luka yang berusaha untuk ditahan. /malu membelenggu/, ungkapan ini mengandung penggantian arti yaitu personifikasi (memperlakukan sesuatu seperti manusia). Larik pertama sampai dengan keempat ada yang memar, kagum banggaku malu membelenggu ada yang mekar, serupa benalu tak mau temanimu (Cholil Mahmud, 2008) Malu yang dirasakan sangat erat di hati. Kalimat ini merupakan sindiran tentang bagaimana masyarakat Indonesia sekarang ini seperti susah untuk mencari alasan yang tepat mengapa mereka harus bangga terhadap negerinya sendiri. Sebagai warga negara yang baik tentu ingin membanggakan negeri sendiri, tetapi justru situasi yang terjadi tidak sebagaimana mestinya, malu akan negerinya sendiri, negeri yang terlalu terbuai dengan kekayaan alamnya, negeri yang terbuai oleh retorika tanpa ada bukti nyata dari para pemimpinnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Pada larik ketiga /ada yang mekar serupa benalu/, merupakan bentuk penggantian arti, yaitu metafora (membandingkan dua hal yang serupa). Di sini juga terjadi kontradiksi, dimana keindahan itu diibaratkan seperti benalu. Benalu adalah tanaman yang mengganggu. Larik keempat /tak mau temanimu/, ini berarti banyak sekali keinginan namun yang tidak sejalan. Jadi tidak menjadi teman, karena ada perbedaan keinginan dan kepentingan. Berpegang pada sifat benalu yang menumpang, para politisi atau pejabat sering memanfaatkan Indonesia sebagai tumpangannya untuk menjadi lebih tenar dan kaya lalu berkuasa, merendahkan harga dirinya hanya untuk sebuah jabatan dan kekuasan supaya bisa menjadi seorang hartawan bukan dermawan. Larik kelima sampai dengan kesepuluh lekas, bangun tidur berkepanjangan menyatakan mimpimu cuci muka biar terlihat segar merapikan wajahmu masih ada cara menjadi besar (Cholil Mahmud, 2008) Larik yang berbunyi /lekas, bangun tidur berkepanjangan, menyatakan mimpimu/ menegaskan bahwa tidak sekedar ajakan, namun sudah menjadi sebuah perintah untuk segera mengerjakan sesuatu yang berguna. Mewujudkan mimpi dari tiap-tiap individu warga Indonesia, sehingga mampu memberikan sesuatu kepada negara, baik
prestasi
maupun kebanggaan lainnya.
Aku lirik
memerintahkan bangkit dan mulai berbenah diri, tak perlu terus terlena menoleh masa suram bangsa ini, selama masih ada mimpi, bangsa ini belumlah gagal, juga to bahwa user bangsa ini akan lebih baik di mengajarkan untuk lebih berpikircommit optimis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 masa yang akan datang, dengan memulai dari diri sendiri dengan meneruskan cita-cita mulia negeri ini, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Pada lirik /cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu/, menandakan bahwa kita harus tampil dengan keinginan positif. /Masih ada cara menjadi besar/ dan bangsa ini masih memiliki potensi untuk menjadi besar apabila kita sadar. Aku lirik mempunyai pemikiran optimistis dengan masih adanya cara dan masih banyak cara untuk bisa membuat Ibu Pertiwi tersenyum kembali, misalnya dalam bidang olahraga, mengingat pertandingan bulu tangkis mampu menembus juara internasional. Dengan berprestasi baik atau bahkan memenangkan suatu kompetisi olahraga antar negara sudah dirasa membesarkan nama Indonesia. Larik kesebelas dan kedua belas memudakan tuamu menjelma dan menjadi Indonesia (Cholil Mahmud, 2008) Larik kesebelas dan kedua belas merupakan sebuah ungkapan untuk membangkitkan semangat, biarpun umur negara semakin tua tapi semangat harus muda dan menjadi Indonesia yang sebenarnya dengan semangat “bhineka tunggal ika”, mengingat Indonesia kaya akan sumber alam maupun sumber daya manusianya. Siapapun yang merasa menjadi bangsa Indonesia harus bangkit dan membangun bersama bangsa ini. Larik ketiga belas sampai dengan keenam belas ada yang runtuh, tamah ramahmu beda teraniaya ada yang tumbuh, iri dengkimu cinta pergi ke mana? commit to user (Cholil Mahmud, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Ada ciri Bangsa Indonesia yang hilang dalam perkembangan jaman dan tercantum dalam lirik /ada yang runtuh, tamah ramahmu/, yaitu ramah tamah atau sikap
toleran
kepada
sesama.
Ini
merupakan
bentuk
metafora,
yaitu
membandingkan dua hal yang sama. /Beda teraniaya, ada yang tumbuh, iri dengkimu/. Perbedaan di Indonesia bisa menjadikan jarak, terutama bagi kaum minoritas. Perbedaan ini juga sering menumbuhkan sifat iri dan benci. Kata benci tentu bertolakbelakang dengan cinta dan tidak pernah lepas dalam kedekatan hubungannya, kedua sifat ini ada saling mengalahkan. Jika cinta pergi yang ada hanyalah benci. /Cinta pergi ke mana?/. Kata /ramah/ dalam KBBI berarti baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya (terhadap semua orang); suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan, sedangkan /ramah tamah/ berarti amat ramah (Dendy Sugono dkk, 2008:1254). Hakekatnya penulisan dalam karya sastra bersifat bebas, tanpa mengindahkan tata bahasa dan kode bahasa, maka untuk memunculkan efek keindahan frase /ramah tamah/ diubah dan dibalik oleh Cholil menjadi /tamah ramah/ dalam liriknya. Negara Kesatuan Republik Indonesia pada dasarnya terdiri dari berbagai macam ras, suku, dan agama, maka seringkali terjadi suatu gesekan-gesekan yang diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan tersebut. Aku lirik menggambarkan mulai hilangnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, suatu frase yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, yang seharusnya dipertahankan di tengah segala dinamika sosial yang terjadi. Di tengah kesenjangan sosial yang terjadi, ada kecemburuan sosial commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 yang secara tidak langsung membuat rakyat Indonesia seperti kehilangan akal sehatnya. Memudarnya rasa saling menghargai dan mencintai antar sesama umat manusia, serta mudah terprovokasi dan menjadikan konflik yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan tersebut merupakan runtuhnya ramah tamah dan tumbuhnya iri dengki. Penciptaan arti (creating of meaning) dalam lagu tersebut berupa rima atau pola persajakan yang tampak di dalam lirik lagu tersebut, dengan tujuan memberikan efek keindahan pada larik. Hal ini dapat dilihat dari fonem terakhir pada masing-masing larik dalam setiap bait. Bait pertama terbagi empat larik, yakni larik kesatu sampai dengan keempat. Lirik terlihat menjadi lebih indah, dengan ditunjukkan adanya rima terus yang berpola a-a-a-a dan berbunyi efoni dalam fonem terakhir dari tiap akhir larik. Hal tersebut ditunjukkan dalam akhiran fonem /u/ pada kata /banggaku/, /membelenggu/, /benalu/; dan /temanimu/. Bunyi efoni vokal /u/ dalam tiap akhir klausa tersebut
bersifat visualisasi dan menghadirkan suasana semangat,
keberanian, dan lantang. Bait kedua terdiri dari delapan larik, yakni larik kelima sampai dengan kedua belas. Larik kelima hanya satu kata ajakan /lekas/ dan larik keenam adalah sambungan dari larik pertama yaitu tentang apa yang diajaknya. Keselarasan bunyi ditunjukkan pada larik ketujuh sampai dengan larik kesepuluh. Keselarasan tersebut ditunjukkan dengan akhiran fonem /u/ pada klarik ketujuh dan kesembilan pada kata /mimpimu/ dan /wajahmu/, sedangkan larik kedelapan dan user /r/ pada kata /segar/ dan /besar/. kesepuluh dengan memunculkan commit akhiran tofonem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Dalam bait kedua ini ada dua larik dengan tanpa keselarasan bunyi di akhir fonem larik kesebelas dan kedua belas, dengan fungsi sebagai penegas karena mengandung inti pesan yang disampaikan. Bait ketiga terdiri dari empat larik, yakni larik ketiga belas sampai dengan keenam belas. Dalam setiap larik terdapat keselarasan bunyi akhiran dalam persajakan. Keselarasan pertama ditunjukkan dalam kedua larik yang berakhiran fonem /u/ pada kata /ramahmu/ dan /dengkimu/ dalam larik ketiga belas dan kelima belas, sedangkan keselarasan kedua ditunjukkan dalam akhiran fonem vokal /a/ pada kata /teraniaya/ dan /ke mana/ dalam larik keempat belas dan keenam belas.
3. Hipogram Kehidupan sosial yang berkembang di Indonesia menjadi acuan lirik lagu tersebut, khususnya tentang kebangkitan negara Indonesia untuk menjadi negara yang besar. Lagu ini terinspirasi dari kehidupan sosial di Indonesia, di tengah keterpurukan sifat Indonesia yang terjadi masih ada cara untuk bangkit dari keterpurukan tersebut. Lirik lagu Menjadi Indonesia merupakan transformasi dari latar belakang aspek sosial tersebut, dan kehidupan sosial adalah hipogram potensial dari lirik lagu tersebut. Karya band ERK banyak terinspirasi dari para idolanya, sehingga tidak menutup
kemungkinan
bahwa
lirik
lagunya
commit to user
mempunyai
hubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 intertekstualitas dengan karya sastra para idolanya. Berikut hipogram lainnya dari lirik lagu Menjadi Indonesia. Terbanglah garudaku Singkirkan kutu-kutu di sayapmu oh..... Berkibarlah benderaku Singkirkan benalu di tiangmu Jangan ragu dan jangan malu Tunjukkan pada dunia Bahwa sebenarnya kita mampu Mentari pagi sudah membumbung tinggi Bangunlah putra putri ibu pertiwi Mari mandi dan gosok gigi Setelah itu kita berjanji Tadi pagi esok hari atau lusa nanti Garuda bukan burung perkutut Sang saka bukan sandang pembalut Dan coba kau dengarkan Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut Yang hanya berisikan harapan Yang hanya berisikan khayalan (Iwan Fals, 1981) Penggalan lirik lagu dari Iwan Fals yang berjudul Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi dalam album Sarjana Muda yang beredar pada tahun 1981. Lagu nasionalisme tersebut mempunyai kemiripan dengan lagu Menjadi Indonesia karya ERK berdasarkan tema dan masalah yang diangkat, yakni semangat bangkit membesarkan Indonesia. Kutipan lirik lagu Iwan Fals tersebut merupakan anjuran dan ajakan untuk bangkit dan berkarya membangun bangsa Indonesia. Kutu dan benalu menjadi penggambaran suatu rintangan dan hambatan yang menghalangi sebuah laju tujuan. Kata benalu muncul juga dalam kutipan lagu ERK pada bait kesatu, yang membedakan hanya pada pengemasan diksi. Dalam hipogram lirik lagu Iwan Fals commit user benalu dipilih untuk disingkirkan tanpato penggambaran karena sifatnya yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 mengganggu, sedangkan transformasinya ke dalam lirik lagu ERK, benalu hanya sebatas penggambaran awal yang tumbuh.
ada yang memar, kagum banggaku malu membelenggu ada yang mekar, serupa benalu tak mau temanimu (Cholil Mahmud, 2008) Benalu (Loranthus, suku Loranthaceae) pada tingkat pertama adalah tumbuhan yang menumpang pada tanaman lain dan mengisap makanan dari tanaman yang ditumpanginya; pasilan; dan pada tingkat kedua berarti orang yang menumpang hidup pada orang lain; orang yang merugikan atau menguasai orang atau tempatnya menumpang (Dendy Sugono dkk, 2008:169). Benalu sering dikaitkan dengan sifat orang yang senang menumpang kepentingannya kepada usaha orang lain tanpa mau berusaha sendiri. Klausa /mentari pagi sudah membumbung tinggi/ mempunyai arti bahwa sudah tiba saatnya untuk bangkit dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan tanpa harus menunda waktu lagi. Suatu tindakan atau persiapan yang harus dilakukan apabila akan melakukan suatu aktivitas digambarkan dengan /mari mandi dan gosok gigi/. Dalam hal ini, yang diperlukan untuk bangkit dalam membangun negara Indonesia ini adalah suatu tindakan nyata tanpa perlu banyak teori. Dalam hubungan intertekstualitas antara karya ERK dengan Iwan Fals, masih ada hipogram lainnya yang muncul dengan tema bangun mempunyai makna implisit yang sama yakni bangkit, yang membedakan hanya pada diksi dari kedua lirik tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 lekas, bangun tidur berkepanjangan menyatakan mimpimu cuci muka biar terlihat segar merapikan wajahmu masih ada cara menjadi besar (Cholil Mahmud, 2008) Perbedaan pengemasan lirik lagu muncul
dengan menambahkan
penggambaran sifat seperti manusia ketika /bangun/, yakni dengan /cuci muka biar terlihat segar, merapikan wajahmu/ pada lirik lagu Menjadi Indonesia, dan dalam lirik lagu Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi ditunjukkan dengan /mari mandi dan gosok gigi/. Makna Indonesia bangkit dalam lirik lagu Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi juga ditegaskan dengan memunculkan klausa /garuda bukan burung perkutut/, /sang saka bukan sandang pembalut/, dan /Pancasila itu bukanlah rumus kode buntut/. Dalam penggambaran liriknya hanya berisi harapan dan khayalan. Sila-sila yang tercantum dalam Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan sebagai dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai dasar, tentunya bukanlah suatu hafalan kata-kata semata, namun harus direalisasikan dengan tindakan yang nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hubungan inertekstualitas karya band ERK juga terdapat dalam lirik lagu dari sang legendaris balada Franky, yang juga meniti karir lewat karya lagu membaca situasi sosial Indonesia. Franky Hubert Sahilatua lahir di Surabaya, Jawa Timur, 16 Agustus 1953 dan meninggal dunia pada tanggal 20 April 2011 di usia 57 tahun. Beliau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 adalah penyanyi balada berdarah Maluku asal Surabaya. Franky adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara, yang di antaranya adalah Jane Sahilatua dan Johnny Sahilatua. Namanya dikenal publik sejak paruh kedua dekade 1970-an, ketika ia berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua, dengan nama Franky & Jane. Duet ini sempat menghasilkan lima belas album, semuanya di bawah Jackson Record. Setelah duet ini mengakhiri kerja samanya, karena Jane kemudian menikah dan hendak memusatkan diri pada keluarga, Franky lebih banyak bersolo karier. Sejak tahun 1990-an hingga sekarang, Franky banyak terlibat dalam aksiaksi panggung bertema sosial dan nasionalisme. Ia aktif terlibat dalam masa peralihan politik dari Orde Baru menuju Reformasi, penentangan RUU APP, serta gerakan anti globalisasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Franky_Sahilatua) diakses pada 13 Mei 2013 pukul 23:47. Intertekstualitas dalam lirik lagu Kembali Ke Pancasila karya Franky dapat ditunjukkan dalam makna implisit yang tersirat di hubungan kedua karya tersebut, dengan tema dan masalah yang sama yakni tentang kehilangan sifat karakter bangsa Indonesia, dan ajakan untuk kembali bangkit memperbaiki bangsa.
Indonesia Kini berubah Tak lagi seperti dulu Penuh dengan kekerasan Pentingkan diri sendiri Hilangnya nurani Aku rindu negriku dulu Penuh senyum penuh santun Tulus pikiran tulus hati Kita saling bicara commit to user Kita saling percaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Kembali ke Pancasila Jati diri bangsa Sebelum negeri tenggelam Ditelan gelombang (Franky, 2005) Dalam lirik Menjadi Indonesia terdapat sifat karakter khas bangsa Indonesia yang mulai hilang, karena bangsa Indonesia terkenal di negara lain sebagai negara yang ramah tamah. Faktanya, yang berkembang adalah sifat iri dengki yang menghilangkan cinta, karena cinta kepada sesama manusia merupakan kunci sebuah persatuan. Kata cinta berarti sayang yang dalam konteks tersebut mempunyai makna saling menyayangi sesama manusia. ada yang runtuh, tamah ramahmu beda teraniaya ada yang tumbuh, iri dengkimu cinta pergi ke mana? (Cholil Mahmud, 2008) Dalam lirik ERK di atas secara implisit mempunyai kesamaan tema dan masalah dengan kutipan lagu Kembali Ke Pancasila. Dalam lirik lagu ERK hanya disebutkan sifat ramah tamah, dan untuk mengandung unsur keindahan, frase tersebut dibalik menjadi tamah ramah. Namun di dalam lirik Franky, sifat karakter Indonesia dibeberkan secara luas dengan memunculkan frase-frase /penuh senyum/, penuh santun/, /tulus pikiran/, tulus hati/, /kita saling bicara/, /kita saling percaya/. Hal tersebut tergolong dalam sifat ramah tamah yang dimunculkan ERK dalam karyanya. Keramahtamahan Indonesia di dalam kedua karya yang berhubungan tersebut digambarkan sebagai jati diri bangsa yang runtuh. Ramah tamah yang mulai luntur memunculkan sifat lain yang cenderung mengarah ke hal negatif. Dalam lirik lagu Kembali Ke Pancasila digambarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 dengan frase-frase yang bersifat /penuh dengan kekerasan/, /pentingkan diri sendiri/, /hilangnya nurani/. Sifat-sifat tersebut muncul karena tumbuhnya rasa /iri dengki/ dan kehilangan cinta /sesama/ yang dimunculkan dalam lirik Menjadi Indonesia. Perintah bangkit untuk memperbaiki bangsa Indonesia di dalam kedua karya antara ERK dan Franky mempunyai perbedaan diksi yang sebenarnya sama dalam makna implisit. Franky dalam lirik lagunya mengajarkan perintah dengan /Kembali ke Pancasila jati diri bangsa/, /Sebelum negeri tenggelam ditelan gelombang/, secara makna implisit Pancasila adalah dasar negara yang menjadi jati diri bangsa. Saatnya kembali ke dasar negara untuk memperbaiki bangsa, karena jaman sekarang bangsa Indonesia dirasa sudah menyimpang dari Pancasila, sebelum bangsa Indonesia tidak berkutik dengan apapun. Lirik ERK mengajak untuk /memudakan tuamu/, /menjelma dan menjadi Indonesia/, yang secara implisit mengandung makna dengan semangat yang masih muda atau menjadikan muda dari bangsa yang sudah tua dalam umurnya, dan menjadi Indonesia yang sebenarnya.
4. Matriks Dari judul lirik Menjadi Indonesia mempunyai sifat sebuah proses, atau mengindonesiakan hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia. Matriks dari lirik lagu tersebut adalah ajakan untuk bangga sebagai bangsa Indonesia. Matriks tersebut dikembangkan dengan model ajakan untuk kembali bersemangat menjadi warga negara Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia, kita terlalu tertidur oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 keadaan. Tidak ada persatuan di antara rakyat Indonesia. Hal itulah yang melemahkan kita sebagai bangsa Indonesia. Varian pada bait pertama adalah rasa bangga sekaligus malu terhadap keindonesiaannya. Ini merupakan kontradiksi yang terjadi dalam diri seseorang. Varian pada bait kedua adalah ajakan untuk bangkit. Selalu merasa menjadi bangsa yang besar, terkadang kita terlena dan lupa. Saatnya kita mewujudkan citacita sebagai bangsa yang besar. Varian pada bait ketiga adalah rasa cinta yang sudah tidak ada. Rasa cinta bisa menumbuhkan perasaan saling memiliki dan tidak saling menyakiti. Keramahan kepada sesama menunjukkan rasa cinta yang besar. Dari analisis lirik lagu Menjadi Indonesia, mengajak pembaca untuk segera bangkit dan mewujudkan cita-cita dari masing-masing individu dalam rangka mewujudkan cita-cita yang lebih besar, yaitu cita-cita bangsa Indonesia, dan masih ada cara bangsa Indonesia untuk menjadi besar di samping ketatanegaraan, baik dari segi prestasi kejuaraan olahraga, pendidikan, maupun bidang lain yang perlu dikembangkan. Siapapun yang merasa rakyat negara Indonesia, harus benar-benar menjadi Indonesia, khususnya generasi muda yang masih mempunyai harapan besar.
C. Kenakalan Remaja di Era Informatika Senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang Padahal hanya iseng belaka Ketika birahi yang juara, etika menguap entah ke mana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Oh nafsu menderu-deru, bikin malu... Oh nafsu menderu-deru, susah maju... Rekam dan memamerkan badan yang lainnya Mungkin hanya untuk kenangan Apakah kita tersesat arah? Mengapa kita tak bisa dewasa? (Cholil Mahmud, 2008)
1. Pembacaan Heuristik Bait ke-1 senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang padahal (itu) hanya iseng belaka Bait ke-2 ketika birahi yang juara (dan) etika menguap entah ke mana Bait ke-3 oh nafsu menderu-deru, (hanya) bikin malu... oh nafsu menderu-deru, (membuat) susah maju... Bait ke-4 (me)rekam dan memamerkan badan yang lainnya mungkin (hal itu) hanya untuk kenangan Bait ke-5 apakah kita (akan) tersesat arah? mengapa kita tak bisa (menjadi) dewasa? Penggunaan kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh ERK untuk commit to user menunjukkan posisi seseorang dalam lirik tersebut. Terdapat kata ganti pada larik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 lagu yang menggunakan proposisi /kita/ adalah sebagai kata ganti orang pertama yang merupakan pelaku kenakalan, khususnya remaja di Indonesia dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
2. Pembacaan Hermeneutik ERK menanggapi aspek sosial yang makin buruk dengan membaca dan mengkritik lewat karya lagunya Kenakalan Remaja di Era Informatika dengan kemasan bahasanya yang indah dengan rima dan diksi yang sederhana namun jarang digunakan dalam bahasa keseharian. Berikut pembacaan hermeneutik : Larik pertama dan kedua senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang padahal hanya iseng belaka (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik pertama /senang mengabadikan tubuh yang terhalang/ merupakan penggantian makna (displacing meaning) gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Kesenangan merekam tubuh yang bugil ke dalam media rekam. Kesenangan adalah hal yang cenderung menuju ke hobi, dan ini sudah menjadi candu yang sulit hilang. /Padahal hanya iseng belaka/. Hal tersebut dilakukan karena iseng, sebuah alasan yang sepele. Larik ketiga ketika birahi yang juara, etika menguap entah ke mana (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik /ketika birahi yang juara/ merupakan penggantian makna commit to user gaya bahasa yang memakai nama (displacing of meaning) gaya bahasa metonimia,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Saat nafsu birahi menguasai manusia, saat itu manusia menjadi lupa akan dirinya. Pada larik /etika menguap entah ke mana/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning) yaitu gaya bahasa metafora, gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Etika yang seharusnya ada pada tiap manusia, tertutupi oleh tingkah lakunya sendiri. Larik keempat dan kelima oh nafsu menderu-deru, bikin malu... oh nafsu menderu-deru, susah maju... (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik kelima sampai dengan kedelapan /oh nafsu menderu-deru/, /bikin malu/, /oh nafsu menderu-deru/, /susah maju/ merupakan penggantian makna (displacing of meaning) gaya bahasa repetisi, yaitu majas perulangan kata sebagai penegasan, dan dalam kutipan lirik lagu tersebut ditunjukkan dengan pengulangan klausa /nafsu menderu-deru/. Nafsu yang tidak dapat dikendalikan membuat remaja melakukan hal yang tidak sepatutnya, mengingat usia remaja adalah masa yang rasa keingintahuan lebih tinggi dibanding pemikiran tentang dampaknya. Hal inilah yang membuat potensi yang ada pada generasi muda tidak berkembang. Penciptaan arti (creating of meaning) yang muncul salah satunya berupa rima sangat jelas tampak di dalam larik keempat dan kelima tersebut, agar lirik terlihat lebih indah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rima terus yang berpola a-a-a-a dan berbunyi efoni dalam fonem terakhir dari tiap akhir larik, yakni dalam kata /malu/, dan /maju/. Bunyi efoni vokal /u/ dalam tiap akhir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 kalimat tersebut
bersifat visualisasi dan menghadirkan suasana semangat,
keberanian, dan lantang. Larik keenam dan ketujuh rekam dan memamerkan badan yang lainnya mungkin hanya untuk kenangan (Cholil Mahmud, 2008) Larik keenam, /rekam dan memamerkan badan yang lainnya/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning) gaya bahasa metafora, gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Banyak kejadian asusila yang direkam dan dimasukkan ke dalam jaringan internet, mengingat perkembangan teknologi yang begitu pesat. Peristiwa tersebut mayoritas dilakukan oleh generasi muda. Larik ketujuh. /mungkin hanya untuk kenangan/, tujuan yang sederhana ini mungkin hanya sebagai kenangan bagi mereka yang melakukan dan itu sepele, namun akan berakibat fatal ketika hal-hal yang tidak mungkin terjadi berbalik menjadi kenyataan. Seperti perekaman video yang tidak senonoh tersebut secara tidak sengaja berpindah tangan lalu diunggah ke internet. Larik kedelapan apakah kita tersesat arah? mengapa kita tak bisa dewasa? (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik /apakah kita tersesat arah/ merupakan penggantian makna (displacing of meaning) yaitu gaya bahasa retoris, gaya bahasa yang berupa kalimat tanya yang jawabannya tersebut sudah diketahui jawabannya oleh penanya. Generasi muda yang telah melakukan kesalahan bukan sepenuhnya salah mereka, namun hal itu menjadi tanggung jawab kita bersama. Penyimpangan itu commit to user sudah terjadi lewat penyalahgunaan sesuatu yang dianggap sederhana, teknologi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 khususnya. Pada larik /mengapa kita tak bisa dewasa/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning) gaya bahasa ironi, gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolokolok. Kata kita pada larik terakhir merupakan sindiran tidak hanya pada remaja sebagai pelaku, namun kita semua rakyat Indonesia. Saat kita menyalahkan remaja sebagai pelaku tindak asusila, kita juga harus memiliki solusi yang jelas untuk meminimalisir sebab dari penyimpangan tersebut. Bagaimanapun yang terjadi mereka para remaja juga bagian dari kita, bangsa Indonesia.
3. Hipogram Kenakalan remaja pada masa sekarang sudah berada dalam taraf yang sangat meresahkan, khusunya para orang tua. Bentuk tawuran antar pelajar, kriminalitas remaja, narkoba, baik sebagai pemakai atau pengedar. Tidak kalah mengerikan ketika pelajar yang menjadi aktor, aktris dan produser film mesum. Remaja sekarang sudah banyak yang diluar pengendalian moral baik dari orang tua maupun guru dan lingkungan yang terlibat. Banyak video porno yang beredar di dalam masyarakat, seiring perkembangan teknologi yang pesat, dan ERK menyebutnya Era Informatika dalam judul lagunya. Penyebaran tersebut melalui ponsel ke ponsel dan berkembang melalui internet yang sangat mudah diakses untuk masa globalisasi sekarang. Ironisnya, para remaja dan pelajar yang mendominasi pelaku video porno tersebut layaknya film drama dewasa. Menyangkut kepolosan pemikiran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 remaja, bahwa yang mereka lakukan adalah hanya iseng belaka atau hanya sebatas menyenangkan gejolak sesaat, tanpa memikir panjang kebelakangnya. Di dalam dunia komunikasi muncul terminologi baru yang berawal dari kegiatan kenakalan remaja tersebut, yakni sexting. Sexting berasal dari kata sex dan texting, yang berarti suatu aktivitas mengirimkan pesan berupa teks kepada orang lain dengan harapan dapat melakukan aktivitas seksual di kemudian hari. Dalam media online Republika menyebutkan bahwa, sexting adalah istilah yang dipakai untuk aktivitas mengirim atau mengunggah foto telanjang maupun setengah bugil atau mengirim pesan teks yang membangkitkan birahi. (http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/03/04/mj410i-waspadaisexting-apa-itu) diakses pada 12 Juni 2013 pada pukul 01:22. Pengertian lain sexting adalah suatu terminologi yang dibuat oleh media untuk menjelaskan fenomena pengiriman atau penyebaran pesan-pesan seksual yang berupa tulisan, gambar, dan video. Dengan latar belakang sosial yang berkembang di Indonesia menjadi acuan lirik lagu tersebut, yakni tentang bentuk kenakalan remaja yang semakin luas dan merajalela di negara Indonesia seiring berkembangnya jaman. Lagu ini terinspirasi dari banyaknya video porno ataupun gambar-gambar porno yang beredar di internet dengan wajah-wajah polos remaja sebagai pemerannya. Lirik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika merupakan transformasi dari latar belakang sosial tersebut, dan kehidupan sosial adalah hipogram potensial dari lirik lagu tersebut. Hipogram lainnya yang terkandung dalam lagu tersebut adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Putri gadis belia yang baru melek Jadi liar karena ingin keren Dan dibilang trendi Putri harusnya kau ada di rumah Isi PR atau les fisika Bukan di diskotik Segala macam kau coba asal bau USA Dari red label hingga tanpa beha Tingkah laku berubah serasa hidup di LA Dan kau pun bangga Putri sayang tubuhmu kok digratisin Hanya untuk kejar satu kata Biar dibilang seksi Segala macam kau suka asal bau USA Bercinta di drive-in sambil weekend Semua teman priamu mirip junkies di LA Dan kau pun tertawa Ini konyol namanya Hampir tak ada tujuan pasti Jadi apa yang kau cari Mungkin kau wiraswasta tubuh Atau kau nikmati sendiri Putri wajahmu memelas pucat pasi Mengurung diri dalam kamarnya Dan dibilang bunting Segala macam kau suka asal bau USA Bercinta di drive-in sambil weekend Semua teman priamu mirip junkies di LA Dan kau pun tertawa (Azis, 1997) Lirik lagu ciptaan Azis tersebut berjudul Putri yang dibuat dan diaransemen bersama band Jamrud pada tahun 1997 dengan album Putri. Lirik lagu Putri menggambarkan bentuk kenakalan seorang gadis yang baru beranjak dewasa atau remaja. Padahal di usianya yang remaja seharusnya masih menekuni dunia pendidikan, tapi pengaruh budaya global membuatnya terseret arus yang seharusnya tidak dilakukan remaja. Pergaulan diskotik, pakaian yang tidak mencerminkan kebudayaan budaya timur, serta pergaulan yang menimbulkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 kehamilan diluar nikah, tergambar dengan bahasa yang lugas dan tegas dalam lirik lagu tersebut. Situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Jamrud_%28grup_musik%29) diakses pada 28 Juli 2013 pukul 20:31, Wikipedia menyebutkan bahwa jamrud adalah band cadas yang berasal dari Indonesia, pertama kali terbentuk pada tahun 1989 di Cimahi, Jawa Barat dengan nama Jamrock. Jamrud sejak terbentuknya didepani oleh Azis Mangasi Siagian (gitar) dan Ricky Teddy (bass) serta dikenal sebagai grup musik yang sukses mengusung musik cadas sebagai musik populer di Indonesia pada tahun „90-an. Sebelum menjadi Jamrud, formasi awal Jamrock terdiri dari Azis Mangasi Siagian (gitar), Ricky Teddy (bass), Agus (drum), dan Oppi (vokal). Selain mereka, Budhy Haryono pentolan Gigi Band juga pernah menjadi anggota band ini. Grup ini beberapa kali mengalami pergantian personel, Budhy Haryono, mantan pemain drum GIGI juga pernah bergabung dengan Jamrock. Formasi Jamrock akhirnya terbentuk menjadi yang populer dikenal oleh penggemarnya tahun '90-an yaitu Azis (gitar), Ricky Teddy (bass), Krisyanto (vokal), Fitrah Alamsyah (gitar), dan Sandy Handoko (drum). Jamrud menjadi matang secara musik dan penampilan di bawah asuhan label rekaman milik Log Zhelebour tersebut. Penjualan album perdana Jamrud, Nekad (1996), meraih angka penjualan sebanyak 150 ribu keping dalam waktu singkat. Kesuksesan mereka dilanjutkan dengan album kedua mereka, Putri (1997), yang angka penjualannya mencapai 250 ribu keping. Keuntungan besar dari hasil penjualan album-album Jamrud terus berlanjut hingga mereka merilis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Terima Kasih (1998). Album tersebut sangat populer di kalangan generasi muda Indonesia, terutama lewat lagu Berakit-rakit dan Terima Kasih, sehingga terjual hingga menyentuh angka 750 ribu keping, prestasi yang sangat luar biasa untuk penjualan album musik cadas di Indonesia saat itu.mereka juga mendapat anugerah penghargaan sebagai Group Rock Terbaik AMI Award 1999. Puncak kesuksesan komersial Jamrud adalah album Ningrat (2000) yang mencatat angka penjualan sebanyak dua juta keping di Indonesia dengan populernya single Surti-Tejo dan Pelangi di Matamu di Indonesia. Album Ningrat mencatat sejarah dengan meraih anugerah 5 penghargaan AMI Award 2000. Dalam hubungan intertektuallitasnya, lirik lagu yang berjudul Putri dari band Jamrud menjadi hipogram dari lirik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika karya ERK. Secara makna implisit mempunyai tema dan masalah yang sama, yakni bentuk kenakalan remaja yang terpengaruh oleh jaman dan budaya barat. Yang membedakan hanya pada perbedaan waktu yang melatarbelakangi kedua lirik lagu tersebut muncul. Masa awal globalisasi melanda Indonesia membuat banyak mengadopsi budaya luar, khususnya budaya barat untuk alasan kemajuan. Lirik lagu Putri muncul di dalam era berkembangnya globalisasi tersebut. Hal ini berbeda dengan lirik lagu ERK yang muncul seiring berkembangnya jaman teknologi informatika besar-besaran di Indonesia, dengan mengusung lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika. Larik kesatu sampai dengan ketujuh senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang padahal hanya iseng belaka commit to userentah ke mana ketika birahi yang juara, etika menguap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
oh nafsu menderu-deru, bikin malu... oh nafsu menderu-deru, susah maju... rekam dan memamerkan badan yang lainnya mungkin hanya untuk kenangan (Cholil Mahmud, 2008) Di dalam larik pertama sampai dengan ketujuh dari Cholil mempunyai kesamaan dengan lirik lagu karya Azis dari Jamrud, yakni penggambaran bentuk kenakalan remaja yang hanya alasan-alasan tertentu. Secara makna implisit, larik kesatu
sampai
kesepuluh
menggambarkan
bentuk
kesenangan
remaja
mengabadikan dan merekam tubuhnya yang bugil atau tanpa busana hanya dengan alasan iseng dan untuk kenangan. Karena masa remaja merupakan masa yang sulit mengendalikan nafsu birahi yang tinggi, rasa keingintahuan yang tinggi,
padahal
menyebabkan
malu
dan
susah
maju
ketika
salah
mengendalikannya. Pada akhirnya pendidikan yang dipelajarinya kurang berpengaruh, termasuk kehilangan etika. Bentuk kenakalan dalam ERK muncul di masa Informatika berkembang pesat lewat teknologinya. Penggambaran kenakalan remaja dari ERK mempunyai kesamaan makna implisit dengan bentuk kenakalan remaja dan alasannya, yang disebutkan dalam lirik lagu Putri dari band Jamrud. Larik pertama sampai dengan ketiga belas Putri gadis belia yang baru melek Jadi liar karena ingin keren Dan dibilang trendi Putri harusnya kau ada di rumah Isi PR atau les fisika Bukan di diskotik Segala macam kau coba asal bau USA Dari red label hingga tanpacommit beha to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Tingkah laku berubah serasa hidup di LA Dan kau pun bangga Putri sayang tubuhmu kok digratisin Hanya untuk kejar satu kata Biar dibilang seksi (Azis, 1997) Kutipan lagu Jamrud tersebut mencakup bentuk kenakalan remaja pada masa globalisasi, dimana budaya barat menjadi trend di Indonesia. Seperti dalam larik pertama sampai ketiga belas yang mempunyai makna implisit penggambaran bentuk kenakalan remaja dengan /jadi liar/ atau berarti menikmati kebebasan, dengan alasan /ingin keren/, /dan dibilang trendi/. Trendi mempunyai makna bergaya tren atau modern. Usia remaja seharusnya diisi dengan kegiatan berpendidikan, seperti belajar, mengerjakan PR ataupun mengikuti les, bukan pergi ke /diskotik/ atau tempat hiburan malam. Rasa ingin keingintahuan dan mencoba sangat tinggi pada usia remaja karena belum stabilnya nafsu. Seperti dalam lirik /segala macam kau coba asal bau USA/, /dari red label hingga tanpa beha/, dan /tingkah laku berubah serasa hidup di LA/. Artinya bahwa remaja yang digambarkan dalam tokoh /Putri/ mempunyai nafsu tinggi untuk mencoba kehidupan dunia barat yang digambarkan dengan /USA/ atau negara Amerika Serikat, dari meminum minuman beralkohol /red label/ sampai ingin mencicipi kebebasan seks, /tanpa beha/, bertingkah laku seperti di /LA/ atau Los Angeles, salah satu kota dari negara Amerika. Kenakalan /Putri/ tentang ingin menikmati kebebasan seks ditunjukkan dalam lirik /sayang tubuhmu kok digratisin/, /hanya untuk kejar satu kata/, dan /biar dibilang seksi/. Lirik yang mengandung hipogram lainnya terdapat dalam larik kesembilan commit to user belas dan kedua puluh dari lagu Putri.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Hampir tak ada tujuan pasti Jadi apa yang kau cari (Azis, 1997) Lirik ciptaan Azis tersebut menjadi simpulan atau penegasan dari seluruh larik yang disebutkan dalam lagu Putri, yakni tentang tidak adanya tujuan pasti dari bentuk kenakalan tersebut. Dalam lirik tersebut juga adanya sebuah pertanyaan bagi /Putri/ dalam lirik dan masyarakat khususnya remaja, yang jawabannya dikembalikan kepada masyarakat. Jawaban akan muncul dengan sendirinya menurut interpretasi masyarakat itu sendiri, dan masing-masing akan berbeda. Hal ini secara intertekstualitas mempunyai kesamaan dalam lirik Kenakalan Remaja di Era Informatika karya ERK, yakni tidak adanya tujuan pasti, seakan-akan tersesat oleh perkembangan jaman. Larik kedelapan apakah kita tersesat arah? mengapa kita tak bisa dewasa? (Cholil Mahmud, 2008) Remaja memang sudah terlalu banyak mengadopsi budaya barat, yang membuat negara kita hancur secara perlahan. Dalam penyebaran kerusakan ini adalah peran media yang sangat berpengaruh, karena dengan media semua hal yang kita ketahui dari belahan dunia sangat mungkin kita akses kapan pun. Karena remaja kita akan kehilangan identitas bangsa serta moral yang terkandung dalam agama tidak akan dilakukan dalam kehidupan, sehingga itu secara perlahan menghancurkan remaja itu sendiri serta menghancurkan bangsa. Seperti lagu Putri tersebut, inovasi yang sangat menarik pada masa awal globalisasi yang mengadopsi budaya barat sebagai trendi. Group band Jamrud to user dengan mengampanyekan hal-halcommit yang bermuatan positif (menurut makna lagu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 tersebut), sehingga menyindir para remaja yang tidak lagi mempunyai rasa malu. Jaman berkembang lagi dengan memajukan teknologi atau era informatika, dan ERK membuat karya lagu kenakalan remaja sesuai dengan jaman yang berkembang waktu Cholil dan kawan-kawan merintis bandnya.
4. Matriks Matriks dalam lirik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika adalah tentang penyimpangan generasi muda, yakni kenakalan remaja. Perkembangan teknologi yang begitu cepat, apabila tidak diimbangi dengan pendidikan moral dan agama yang seimbang akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat begitu juga ketika disalahgunakan, khususnya para remaja. Hal ini disebabkan oleh usia remaja adalah masa yang labil, masa perpindahan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Era Informatika adalah ilmu tentang pengumpulan, klasifikasi, penyimpanan, pengeluaran, dan penyebaran pengetahuan yang direkam (tingkatan pertama); dan pada tingkatan kedua berarti
hal-hal yang
berkaitan dengan informasi; usaha dl bidang informasi. Varian pada bait pertama adalah kebiasaan manusia yang sepele namun negatif. Varian pada bait kedua adalah saat manusia telah dikuasai oleh nafsu birahinya. Varian pada bait ketiga adalah nafsu yang tidak dapat dikendalikan akan menimbulkan efek yang negatif. Varian pada bait keempat adalah efek negatif dari pemanfaatan teknologi. Varian pada bait kelima adalah sikap yang harusnya kita ambil terhadap peristiwa ini. Lirik lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika mengingatkan kita to user kepada manfaat negatif terhadap commit penggunaan teknologi. Usia remaja merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 usia yang labil. Rawan terhadap segala godaan. Untuk itulah sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga dan membimbing generasi muda supaya mereka tidak terjebak pada perilaku negatif yang cenderung menyimpang. Gejala mengambil foto atau video bugil dengan menggunakan kamera ponsel, kemudian menyebarkannya merupakan bentuk respon spontan remaja dari kemajuan teknologi yang pesat. Anak-anak atau kaum remaja di Indonesia bisa merupakan pelaku, penyebar, penikmat, ataupun sekedar penasaran ingin melihat sexting. Namun sejatinya mereka semua adalah korban. Masa anak-anak yang mestinya dinikmati dengan bermain, berolahraga, belajar bersama, bergembira ria, bisa terpuruk menjadi lamunan panjang, kesedihan dan frustrasi mendalam, terkurung di bilik warnet, asyik menikmati fitur dan aplikasi di handphone, hingga terkurung dalam penjara akibat pelecahan seksual yang mereka lakukan. Perlunya melakukan pendidikan media untuk remaja Indonesia, disamping pendidikan moral dan agama. Agar dapat memilah dan memilih mana media yang sehat untuk dikonsumsi anak dan mana yang tidak. Perlunya dorongan media, baik pers maupun lembaga penyiaran untuk turut berperan serta dalam perlindungan anak dari muatan dalam media maupun lembaga penyiaran yang berbahaya bagi anak-anak dan remaja. Serta perlunya meningkatkan budaya malu yang sudah semakin hilang dari negeri ini, karena ketika semua orang sadar dan tinggi rasa malunya, maka tak perlu peran hukum negara dan kontrol sosial masyarakat. Lemahnya kontrol orang tua menjadi salah satu alasan timbulnya kenakalan remaja, dan khususnya dalam bidang teknologi. Terkadang sering commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 mengabaikan kecanggihan teknologi dan membiarkan anak tenggelam di dalamnya. Alangkah baiknya, jika orang tua selalu memantau aktivitas anak di dunia maya, khususnya sosial media.
D. Jangan Bakar Buku Karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya Karena setiap aksara, membuka jendela dunia Kata demi kata mengantarkan fantasi Habis sudah, habis sudah Bait demi bait pemicu anestesi Hangus sudah, hangus sudah Karena setiap abunya, membangkitkan dendam yang reda Karena setiap dendamnya, menumbuhkan hasutan baka (Cholil Mahmud, 2008)
1. Pembacaan Heuristik Bait ke-1 Karena (dalam) setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya Karena (dalam) setiap aksara, membuka jendela dunia Bait ke-2 Kata demi kata (bisa) mengantarkan fantasi (dan semuanya) habis sudah, (dan semuanya) habis sudah Bait demi bait (menjadi) pemicu anestesi (dan semuanya) hangus sudah, (dan semuanya) hangus sudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Baitke-3 Karena setiap abunya, (akan) membangkitkan dendam yang reda Karena setiap dendamnya, (akan) menumbuhkan hasutan (yang) baka
2. Pembacaan Hermeneutik Larik pertama dan kedua Karena setiap lembarnya, mengalir berjuta cahaya karena setiap aksara, membuka jendela dunia (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik pertama, /karena setiap lembarnya/, /mengalir berjuta cahaya/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa pras pro toto atau gaya bahasa sebagian untuk seluruhnya, untuk klausa /karena setiap lembarnya/, dan gaya bahasa metafora atau gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat, untuk klausa /mengalir berjuta cahaya/. Buku adalah sumber berharga bagi kehidupan. Di dalamnya terdapat dokumentasi peristiwa yang terjadi di dunia. Lewat buku kita dapat memperoleh informasi tentang hal yang kita pelajari, dan tentunya akan mendapatkan pencerahan. Pencerahan di sini maksudnya adalah ilmu pengetahuan yang menerangi kita berjalan menyusuri gelapnya dunia. Larik kedua /karena setiap aksara/, /membuka jendela dunia/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa pras pro toto atau gaya bahasa sebagian untuk seluruhnya, untuk klausa /karena setiap aksara/, dan gaya bahasa metafora atau gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat, untuk klausa /membuka jendela dunia/. Hal ini relevan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 pepatah umum yang berbunyi : “Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Buku adalah jendela dunia”. Dunia dapat dirangkum dalam sebuah buku. Kita dapat mengetahui yang terjadi pada sebuah negara beribu-ribu tahun yang lalu juga lewat sebuah buku. Tidak perlu jauh-jauh berkeliling dunia hanya untuk mengenalnya. Dengan membaca kita bisa melihat dunia tanpa harus mengeluarkan dana yang sebegitu besar untuk berkeliling dunia. Begitu berharganya buku bagi kelangsungan hidup. Penciptaan arti (creating of meaning) muncul salah satunya berupa rima yang sangat jelas tampak di dalam larik pertama dan kedua tersebut, agar lirik terlihat lebih indah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rima terus yang berpola a-a-a-a dan berbunyi efoni dalam fonem /a/ pada fonem terakhir dari tiap klausa, yakni dalam kata /lembarnya/, /cahaya/, /aksara/, dan /dunia/. Bunyi efoni vokal /a/ dalam tiap akhir klausa tersebut bersifat visualisasi dan menghadirkan suasana semangat, keberanian, dan lantang. Larik ketiga sampai dengan keenam kata demi kata mengantarkan fantasi habis sudah, habis sudah bait demi bait pemicu anestesi hangus sudah, hangus sudah (Cholil Mahmud, 2008) Segala manfaat dari buku bisa hilang karena pelarangan atau bahkan pembakaran buku. Hal ini sering terjadi pada buku-buku yang dianggap sesat atau juga buku yang dapat mengguncang stabilitas politik. Karena buku dapat memuat ideologi yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Hal ini muncul dalam larik ketiga, /kata demi kata mengantarkan fantasi/, merupakan penggantian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa personifikasi; gaya bahasa yang menganggap sebuah benda atau sesuatu hal seperti manusia. Penulis yang berhasil adalah penulis yang karyanya mampu mempengaruhi pembacanya. Inilah yang biasanya ditakuti oleh penguasa. Ketika membaca buku cerita pun akan dibawanya ke suatu tempat antah berantah dimana segalanya menjadi mungkin. /Habis sudah/, /habis sudah/ merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa repetisi; gaya bahasa perulangan kata-kata sebagai penegasan. Buku-buku yang sudah dibakar, sudah tidak lagi berguna. Segala manfaat yang terdapat di dalamnya akan lenyap bersama dengan abu dari sisa pembakaran. Larik kelima /bait demi bait pemicu anestesi/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa asosiasi; gaya bahasa yang mana perbandingan dua hal yang hakekatnya berbeda tetapi sengaja dianggap sama. Buku mampu membius pembaca dan menggiring pada ideologi yang terdapat didalamnya. Dengan membaca dituntut untuk berpikir kreatif. Larik keenam /hangus sudah/, /hangus sudah/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa repetisi; gaya bahasa perulangan katakata sebagai penegasan. Namun apa yang tersisa apabila buku-buku itu dibakar. Semua daya dan upaya untuk melahirkannya terasa sia-sia. Penciptaan arti (creating of meaning) muncul kembali dalam larik ketiga sampai dengan keenam berupa rima yang sangat jelas tampak berpola a-b-a-b yang memunculkan akhiran fonem vokal /i/ pada larik ketiga dan kelima dalam kata /fantasi/ dan /anestesi/, akhiran fonem konsonan /h/ pada larik keempat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 keenam dalam kata /sudah/. Perpaduan akhiran fonem yang berbeda tersebut mampu menjadi kombinasi bunyi dan memunculkan efek keindahan. Larik ketujuh dan kedelapan karena setiap abunya, membangkitkan dendam yang reda karena setiap dendamnya, menumbuhkan hasutan baka (Cholil Mahmud, 2008) Dalam larik ketujuh, /karena setiap abunya membangkitkan dendam yang reda/, merupakan penyimpangan makna (distorting of meaning), yaitu kontradiksi, dimana hal ini terjadi diakibatkan oleh sebuah paradox yaitu pertanyaan yang tampaknya berlawanan dalam dirinya sendiri atau bertentangan dengan pendapat umum, akan tetapi apabila dilihat lebih dalam mengandung suatu kebenaran. Dari peristiwa pembakaran tersebut mampu membangkitkan sebuah pemberontakan baru, rasa ingin tahu masyarakat tentang ideologi yang terkandung di dalamnya. Larik kedelapan, /karena setiap dendamnya menumbuhkan hasutan baka/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Di dalam /dendamnya/ mampu menumbuhkan berontak untuk selamanya. Dendam yang tumbuh dalam diri masyarakat, mampu berubah menjadi sebuah kejahatan. Setiap dendam akan menumbuhkan rasa benci, dan rasa benci yang tidak berkesudahan akan menciptakan kejahatan. Penciptaan arti (creating of meaning) kembali muncul berupa rima yang tampak pada larik ketujuh dan kedelapan tersebut, agar lirik terlihat lebih indah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rima terus yang berpola a-a-a-a dan berbunyi efoni dalam fonem /a/ pada fonem terakhir dari tiap klausa, yakni dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 kata /abunya/, /reda/, /dendamnya/, dan /baka/. Bunyi efoni vokal /a/ dalam tiap akhir klausa tersebut bersifat visualisasi dan menghadirkan suasana semangat, keberanian, dan lantang.
3. Hipogram Pembakaran buku merupakan suatu tindakan memusnahkan buku atau media tulisan lainnya, dan Robertus Robert menyebutnya dengan istilah librisida atau konsep dari libricide yang bersumber dari Rebbeca Knuth yang berarti pembunuhan terhadap buku. Hal ini disampaikan dalam bentuk draft untuk materi kuliah umum mengenai “Pelarangan Buku dalam Politik Kebudayaan Indonesia”, yang diselenggarakan kerjasama Elsam dan Dewan Kesenian Jakarta, Rabu, 17 Maret 2010 (http://www.elsam.or.id/new/?id=429%E2%8C%A9=in&act=view& cat=c/101) diakses pada 8 Agustus 2013 pukul 20:19. Indonesia mempunyai catatan sejarah yang kelam tentang pembakaran buku yang pernah terjadi. Buku-buku karya sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer dan Mohammad Hatta pun pernah menjadi korban pembakaran. Memasuki orde baru yang dipimpin Soeharto, peristiwa librisida semakin sistematis dan mengarah ke ranah ideologis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan politik. Era orde baru menganggap paham komunisme dan organisasi PKI sebagai pengkhianat bangsa Indonesia melalui argumen-argumen politis. Banyak mereka yang dituduh sebagai anggota atau simpatisan PKI dengan tidak segan dibunuh oleh sang pengusa. Maka tidak heran jika buku-buku yang menyimpang dan mengganggu stabilitas negara dilarang beredar di masyarakat, salah satunya buku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 yang berjudul Dalih Pembunuhan Massal karya John Roosa. Buku ini membeberkan tentang kesemrawutan peristiwa G/30/S/PKI. Kebebasan dan masyarakat yang lebih demokratis mulai muncul di masa jatuhnya
rezim Suharto pada tahun 2008. Dunia penulisan dan penerbitan
menjadi lebih bebas dan jurnalistik terlepas dari bayang-bayang kekuasaan pemerintah. Namun, pembakaran buku tidak berhenti di momen jatuhnya Suharto. Pemusnahan tersebut masih berjalan seiring waktu dan diperlukan jika memang mengganggu sesuatu yang dianggap menyimpang dari sesuatu yang ditetapkan, dan mengandung unsure permainan politik yang dilakukan oleh penguasa. Membaca dan menulis mempunyai pengaruh yang besar bukan hanya terhadap individu atau masyarakat, tetapi juga mampu mempengaruhi negara dalam ranah ideologis dan politis. Gambaran awal peristiwa di atas termasuk aspek sosial politik yang melatarbelakangi dan menjadi acuan lirik lagu Jangan Bakar Buku karya ERK, dan mengangkat tema dan masalah tentang librisida atau pembunuhan terhadap buku yang masih merajalela di negara Indonesia. Lagu ini terinspirasi dari maraknya pembakaran buku yang terjadi di Indonesia maupun negara lain, dan yang paling menonjol adalah pemusnahan buku pada masa rezim Suharto. Lirik lagu Jangan Bakar Buku merupakan transformasi dari latar belakang aspek sosial politik tersebut, dan peristiwa sejarah pembakaran buku merupakan hipogram potensial dari lirik lagu tersebut. Hipogram lainnya yang terkandung dalam lagu tersebut adalah sebagai berikut : Books are burning in the main square commit user And I saw there, the fire eating thetotext
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Books are burning in the still air And you know where they burn books, people are next I believe the printed word should be forgiven Doesn't matter what it said Wisdom hotline from the dead back to the living Key to the larder for your heart and your head Books are burning in our own town Watch us turn 'round and cast our glances elsewhere Books are burning in the playground Smell of burnt book is not unlike human hair Well, I believe the printed word is more than sacred Beyond the gauge of good or bad The human right to let your soul fly free and naked Above the violence of the fearful and sad The church of matches Anoints in ignorance with gasoline The church of matches Grows fat by breathing in the smoke of dreams, it's quite obscene Books are burning, more each day now And I pray now, you boys will tire of these games Books are burning, I hope somehow This will allow, a phoenix up from the flames (Andy Partridge, 1992)
Terjemahan : Buku terbakar di lapangan utama Dan aku melihat di sana, api memakan teks Buku terbakar di udara lagi Dan anda tahu di mana mereka membakar buku, orang yang mendatang Saya percaya kata yang dicetak harus diampuni Tidak peduli apa yang dikatakan Kebijaksanaan respon tanggapan dari kematian kembali ke hidup Kunci lemari makan untuk jantung anda dan kepala Anda Buku terbakar di kota kita sendiri Menonton kami berbalik dan melirik kami di tempat lain Buku terbakar di taman bermain Bau buku yang terbakar tidak seperti rambut manusia Yah, saya percaya kata yang dicetak ini lebih dari sakral Di luar ukuran dari baik atau buruk Hak asasi manusia untuk membiarkan jiwa anda terbang bebas dan telanjang Di atas kekerasan yang takut dan sedih commit to user Jemaat korek api
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Mengurapi dalam ketidaktahuan dengan bensin Jemaat korek api Tumbuh lemak hingga menghirup asap dari mimpi, itu cukup tidak senonoh Buku terbakar, lebih setiap harinya kini Dan saya berdoa sekarang, kalian akan lelah permainan ini Buku terbakar, saya berharap entah bagaimana Ini akan memungkinkan, seekor burung phoenix bangun dari kobaran api (Andy Partridge, 1992) Lirik lagu karya Andy Patridge di atas berjudul Books Are Burning dan termasuk dalam album Nonsuch (styled as NONSVCH) yang berarti tidak ada. Album tersebut merupakan album studio kedua belas oleh band XTC Inggris, yang dirilis pada tanggal 27 April 1992. XTC adalah aliran baru band dari Swindon, Inggris. Band ini aktif antara tahun 1977 dan 2005, dan menikmati beberapa keberhasilan album, termasuk hits Kanada dan Inggris "Making Plans for Nigel" (1979) dan "Senses Working Overtime" (1982). Mereka mungkin lebih lama dikenal kritis (bukan komersial) dari karya mereka. Berawal pada tahun 1972, duo inti Andy Partridge (gitar & vokal) dan Colin Moulding (bass & vokal) melalui banyak nama band yang dibuat (termasuk The Helium Kidz dan Star Park). Dan mengusung drummer Terry Chambers bergabung pada tahun 1973, keyboard Barry Andrews bergabung pada tahun 1976, dan band tersebut akhirnya bertahan dengan nama XTC. Lirik lagu Books Are Burning merupakan hipogram dari lirik lagu Jangan Bakar Buku, karena mempunyai hubungan intertekstualitas dengan kesamaan tema dan masalah secara makna implisit. Tema dan masalah yang dimunculkan dalam kedua lagu tersebut adalah menolak dengan adanya pembakaran buku atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 librisida, dan tentunya dengan latar belakang peristiwa yang sama namun waktu dan setting tempat yang berbeda, ERK yang mengkritik Indonesia sedangkan XTC membaca Inggris. Perbedaan di kedua lirik lagu tersebut juga muncul dalam pengemasan gaya bahasa, dalam lirik lagu Books Are Burning lebih menonjolkan kata-kata secara langsung tentang pembakaran buku yang terjadi. ERK dalam Jangan Bakar Buku lebih menonjolkan penjelasan dari kekuatan buku, yang pada akhirnya menolak untuk dibakar.
4. Matriks Matriks dalam lirik lagu Jangan Bakar Buku adalah tentang sikap yang harus kita ambil terhadap buku. Maksudnya adalah buku memiliki kelebihan untuk mengantarkan sebuah ideologi. Ideologi yang tidak cocok di dalam sebuah negara tertentu, maka buku itu dilarang beredar bahkan bisa mengalami pemusnahan oleh pemerintah negara itu sendiri. Peristiwa ini akan mampu memancing masyarakat untuk lebih ingin mengetahui isi buku tersebut. Apabila masyarakat terpengaruh dan menyetujui isi buku tersebut, akan terjadi gejolak di negara itu, karena buku yang isinya kuat akan dapat mempengaruhi pembacanya. Varian pada bait pertama adalah manfaat yang diberikan buku kepada pembacanya. Varian pada bait kedua adalah pengaruh buku yang kuat akan percuma, apabila buku tersebut mengalami pemusnahan. Varian pada bait ketiga adalah efek yang dapat ditimbulkan oleh buku yang mengalami pemusnahan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Lirik lagu Jangan Bakar Buku mengajak kita untuk bersikap arif terhadap sebuah buku pada umumnya dan sebuah ajaran pada khususnya. Karena tindakan yang kita lakukan akan berpengaruh pada reaksi yang terjadi. Dan hanya kita yang dapat menentukan apakah buku itu memberi efek positif atau negatif.
E. Banyak Asap di Sana Hidup tak lagi sama konglomerasi pesta Lapar bagai hama tak ada yang tersisa Dedikasi dijaga berjejal di kepala Demi sanak saudara hingga menyesakkan dada Diskriminasi hanya untuk kita semua Kado bersama sama di musim petik tiba Yang muda lari ke kota, berharap tanahnya mulia Kosong di depan mata, banyak asap di sana Menanam tak bisa, menangis pun sama Gantung cita cita di tepian kota (Cholil Mahmud, 2008)
a. Pembacaan Heuristik Bait ke-1 Hidup (ini) tak lagi sama konglomerasi pesta lapar bagai hama (dan) tak ada yang tersisa Bait ke-2 dedikasi dijaga (dan) berjejal di kepala demi sanak saudara hingga menyesakkan dada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Bait ke-3 diskriminasi hanya untuk kita semua kado bersama sama di musim perik tiba Bait ke-4 yang muda lari ke kota, (dan) berharap tanahnya mulia (tetapi) kosong di depan mata, (serta) banyak asap di sana Bait ke-5 menanam tak bisa, (dan) menangis pun sama (me)gantung cita cita di tepian kota
Terdapat kata ganti pada larik lagu yang menggunakan proposisi /kita/ adalah sebagai pengganti orang pertama yang merupakan pelaku urbanisasi khususnya, dan masyarakat yang terlibat pada umumnya.
b. Pembacaan Hermeneutik Lagu dengan tema urbanisasi ini memiliki keindahan dan keunikan tersendiri dengan gaya pola persajakannya. Penciptaan arti (creating of meaning) yang muncul berupa rima sangat jelas tampak di dalam semua akhir larik tersebut, yakni dengan memunculkan fonem vokal /a/ dalam setiap akhir larik. Dengan rima terus yang berpola a-a-a-a memunculkan bunyi efoni dan sifat visualisasi yang menghadirkan suasana semangat, keberanian, dan lantang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 Keselarasan bunyi
sangat
penting dalam
pola persajakan, agar
memunculkan efek keindahan dari lirik itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dalam keselarasan bunyi fonem terakhir pada tiap akhir larik yang sama. Larik pertama dan kedua Hidup tak lagi sama konglomerasi pesta lapar bagai hama tak ada yang tersisa (Cholil Mahmud, 2008) Larik pertama, /hidup tak lagi sama konglomerasi pesta/, hidup yang terjadi saat ini berjalan tidak stabil. Konglomerasi adalah keutuhan yang terjadi dari bermacam-macam unsur (Dendy Sugono dkk, 2008:800). Terjadi perbedaan yang mencolok antara golongan atas dan bawah. Hidup yang komersil dan konsumtif membuat manusia berlomba atau berkompetisi untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya yang terkadang tidak mengindahkan normanorma yang ada, sehingga memunculkan kecurangan. Larik kedua /lapar bagai hama tak ada yang tersisa/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Hama bagi para petani adalah musuh yang ditakuti, karena mereka mampu menggagalkan panen. Kesejahteraan petani pun dapat mengalami kendala. Hama dalam lirik lagu di atas juga menyimbolkan manusia yang rakus, yakni dengan mengeksploitasi kekayaan rakyat demi keuntungan pribadi. Larik ketiga dan keempat dedikasi dijaga berjejal di kepala demi sanak saudara hingga menyesakkan dada (Cholil Mahmud, 2008) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Larik ketiga, /dedikasi dijaga berjejal di kepala/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), gaya bahasa asosiasi; gaya bahasa yang memperbandingkan dua hal yang pada hakekatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Di dalam KBBI, dedikasi adalah persembahan; pengabdian; pembaktian; sesuatu yang dilakukan untuk tujuan suci atau bersifat pengorbanan (Dendy Sugono, 2008:329). Dedikasi merupakan pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia atau bisa dikatakan sebuah pengabdian, namun hal itu hanya ada di dalam pikiran, hanya sebagai gagasan dan tidak pernah terealisasi. Peristiwa ini terjadi disebabkan adanya sikap nepotisme atau sistem kekerabatan yang masih dianut oleh masyarakat Indonesia. Misalnya di dalam sebuah perusahaan, ketika seseorang mempunyai saudara sebagai pimpinan perusahaan atau jabatan yang dirasa terhormat di perusahaan tersebut, maka seseorang tersebut tidak perlu takut untuk mendapatkan pekerjaan. Bagi mereka yang tidak termasuk didalamnya, akan tersingkir pertama kali. Seperti dalam larik keempat, /demi sanak saudara hingga menyesakkan dada/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa hiperbola; melebih-lebihkan sesuatu hal. Larik kelima dan keenam diskriminasi hanya untuk kita semua kado bersama sama di musim perik tiba (Cholil Mahmud, 2008) Dalam larik kelima, muncul pembedaan yang dilakukan oleh para petinggi berlaku bagi mereka yang berada di luar wilayah, karena bagi para petinggi atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 konglomerasi, rakyat hanya dijadikan sebagai objek untuk mendapatkan keuntungan. Wilayah yang seharusnya diperuntukkan bagi rakyat sudah habis sumber kekayaannya. /Diskriminasi hanya untuk kita semua/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), gaya bahasa totem pro parte; gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk satu. Pembedaan perlakuan tersebut didasari dengan adanya sistem kekerabatan dan nepotisme tersebut, dan terjadi pada masyarakat luas yang tidak mempunyai kekerabatan dengan para petinggi.. Saat kekayaan alam itu dikeruk semua maka yang terjadi adalah hutan yang gundul dan sungai yang kering. Sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari tanah yang kering. Hanya ada kemiskinan. Apalagi di musim kemarau, tak ada lagi yang dapat diolah. /Kado bersama-sama di musim perik tiba/, merupakan penyimpangan makna (distorting of meaning), kontradiksi yaitu hal yang terjadi diakibatkan oleh sebuah paradox yaitu pernyataan yang tampaknya berlawanan dalam dirinya sendiri atau bertentangan dengan pendapat umum, akan tetapi apabila dilihat lebih dalam mengandung suatu kebenaran. Larik ketujuh dan kedelapan yang muda lari ke kota, berharap tanahnya mulia kosong di depan mata, banyak asap di sana (Cholil Mahmud, 2008) Larik ketujuh, /yang muda lari ke kota/, /berharap tanahnya mulia/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa pras pro toto; gaya bahasa sebagian untuk seluruhnya. Kaum muda memilih urbanisasi, karena melihat adanya peluang kerja dengan gaji menjanjikan, dibandingkan hanya kerja di sawah. Karena pertanian lebih cenderung dilakukan oleh orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 yang berumur tua, maka yang muda lari ke kota. Kaum muda memiliki semangat untuk memperjuangkan hidupnya, sehingga mampu menjadi tumpuan dari keluarga untuk mendapatkan materi harta agar dapat menyejahterakan keluarganya di desa. Mereka akan merantau untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, namun fakta yang terjadi justru mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hal yang mereka harapkan tidak ada. /Kosong di depan mata, banyak asap di sana/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), gaya bahasa ironi; yaitu gaya bahasa yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok, karena yang ada di perkotaan hanya asap dari pabrik dan kendaraan bermotor. Larik kesembilan dan kesepuluh menanam tak bisa, menangis pun sama gantung cita cita di tepian kota (Cholil Mahmud, 2008) Larik kesembilan, /menanam tak bisa, menangis pun sama/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa ironi; gaya bahasa yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok. Setelah berada di kota, orang-orang yang mencari peruntungan disana tidak bisa melakukan apa-apa. Kegiatan yang biasa dilakukan di desa untuk mencukupi kebutuhan dengan /menanam/ dan mengolah lahan, tidak dapat dilakukan di kota karena tidak adanya lahan. Bahkan /menangis/ juga tidak bisa, karena jauh dari keluarga. Pada waktu masih di desa tentu dekat dengan keluarga dan ada yang akan dijadikan tempat berkeluh kesah, memberikan semangat lebih dekat. Pada akhirnya yang terjadi adalah seperti ditunjukkan dalam larik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 kesepuluh, /gantung cita-cita di tepian kota/, setelah tak menemukan apa-apa di kota, mereka akhirnya hidup di pinggiran kota. Mengadu nasib di sana dan berharap hidup mereka menjadi lebih baik.
c. Hipogram Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan) pada tingkatan pertama; sedangkan tingkatan kedua berarti perubahan dari suasana (cara hidup, dsb) desa ke kota (Dendy Sugono dkk, 2008:1789). Urbanisasi cenderung melonjak ketika arus balik pasca lebaran, karena sebagian besar orang ketika mudik membawa kerabat dan saudara untuk bersamasama mengadu nasib di kota besar padahal ketidakpastian nasib berpihak pada mereka. Pendatang baru sebenarnya bukan menjadi masalah bagi pemerintah kota tujuan selama mereka memiliki pendidikan yang cukup dan mampu bersaing. Lonjakan jumlah pendatang baru menjadi masalah serius apabila di antara mereka tidak memiliki keahlian, yang tentu akan menjadi beban pemerintah. Anggapan memperoleh kehidupan yang lebih baik ini karena ketimpangan ekonomi yang terlalu jauh terjadi antara kondisi di perkotaan dan perdesaan. Lapangan pekerjaan lebih banyak di perkotaan, sementara kesempatan kerja di perdesaan cenderung rendah, sehingga dengan merantau ke kota dianggap cukup menjanjikan untuk memperbaiki nasib hidupnya. Kondisi di perkotaan berbeda dengan kehidupan pertanian di perdesaan. Lahan pertanian bukan lagi dianggap sebagai hal yang menarik untuk dijadikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 lapangan usaha. Masyarakat yang melihat peluang kerja di perkotaan lebih menjanjikan memilih mengadu nasib ke kota, mereka bukannya berusaha untuk memperbaiki kondisi pertanian yang ada di desa-desa. Semakin lama, pertanian dikelola oleh penduduk yang berumur tua hingga membuat produktivitas kinerja pertanian juga ikut menurun. Anggapan sebagai pekerjaan kasar dan memberikan hasil pendapatan yang rendah, membuat pertanian semakin ditinggalkan oleh kaum muda. Latar belakang di atas mampu menjadi acuan lewat kritikan ERK dalam lirik lagu Banyak Asap di Sana, khususnya tentang urbanisasi yang terjadi di negara Indonesia. Lagu ini terinspirasi dari kehidupan sosial politik yang berkembang di Indonesia, di tengah sulitnya mencukupi kebutuhan ekonomi yang tinggal di daerah pedesaan, dengan menggantungkan nasib di kota-kota besar yang justru membuat harapan kosong bagi perantau. Lirik lagu Banyak Asap di Sana merupakan transformasi dari latar belakang urbanisasi yang terjadi tersebut, dan termasuk dalam hipogram potensial dari lirik lagu tersebut. Karya band ERK banyak terinspirasi dari para idolanya, sehingga tidak menutup
kemungkinan
bahwa
lirik
lagunya
mempunyai
intertekstualitas dengan karya sastra para idolanya. Bersama mereka ku datang Perempuan penjual kembang Anak ganas dan pasanda Menuju negeri yang penuh dengan peraturan Sedang keadaan tak pernah menjadi mapan Bukalah pintu dan jendela Dengarkanlah nyanyian kami commit to user (Yoyik dan Athoq Klobot, 1985)
hubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 Kutipan lirik lagu Iwan Fals tersebut berjudul Kaum Urbanis yang diciptakan oleh kedua sahabatnya Yoyik dan Athoq Klobot dengan judul album Kelompok Penyanyi Jalanan yang dirilis pada tahun 1985. Lagu dalam album KPJ tersebut menceritakan para pejuang pencari nafkah di tempat atau daerah orang. Kaum urbanis sebutannya, merupakan orang-orang yang hijrah mengadu nasib di tanah lain (cenderung menuju kota-kota besar). Pada kenyataannya keadaan tak membantu kaum urbanis untuk mengubah pola hidup menjadi mapan, namun nasib mereka menggantung atau berada dalam ketidakpastian. Secara matriks, lirik lagu kaum urbanis merupakan lirik yang menyinggung tentang urbanisasi di Indonesia yang faktanya hanya berisi harapan ketidakpastian untuk menjadi hidup lebih maju dan mapan. Hal ini secara intertekstualitas mempunyai kesamaan makna implisit dengan lirik lagu Banyak Asap di Sana, yang menggambarkan ketidakpastian hidup mapan atau sejahtera bagi orang-orang yang melakukan urbanisasi di Indonesia, karena pada akhirnya hanya /gantung cita-cita di tepian kota/. Lirik lagu Kaum Urbanis merupakan hipogram dari lirik lagu Banyak Asap di Sana yang ditunjukkan dalam larik ketujuh sampai dengan kesepuluh, yang berbunyi : yang muda lari ke kota, berharap tanahnya mulia kosong di depan mata, banyak asap di sana menanam tak bisa, menangis pun sama gantung cita cita di tepian kota (Cholil Mahmud, 2008) Dari kedua lagu yang dibahas tersebut dari segi lirik mempunyai makna implisit yang sama dalam tema dan masalah yang diangkat, yakni tentang maraknya urbanisasi. Lirik lagu Banyak Asap di Sana merupakan transformasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 dari lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Kaum Urbanis, meskipun dalam latar belakangnya mempunyai perbedaan waktu. d. Matriks Matriks dalam lirik lagu Banyak Asap di Sana adalah harapan akan kesejahteraan urbanisasi yang telah hilang. Peristiwa ini terjadi pada para pekerja yang ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik. Harapan mereka sirna setelah melihat kenyataan yang terjadi. Tidak ada apa-apa di kota, yang ada adalah kesenjangan antara kaya dan miskin. Yang kaya sibuk menguras kekayaan dari rakyat bawah, sedangkan yang miskin seperti makan buah simalakama (mati segan, hiduppun tak mau) karena mereka sudah tidak dapat melakukan apa-apa lagi. Varian pada bait pertama adalah terjadinya peristiwa eksploitasi oleh para konglomerat terhadap rakyat kecil. Varian pada bait kedua adalah adanya nepotisme di negara ini. Varian pada bait ketiga adalah diskriminasi di kalangan masyarakat bawah. Varian pada bait keempat adalah harapan yang sirna dari kaum muda. Varian pada bait kelima adalah kegagalan dari para masyarakat urban untuk memperbaiki hidupnya. Lirik lagu Banyak Asap di Sana merupakan sebuah peringatan bagi kita tentang kota besar, dan khususnya Jakarta. Banyak orang yang ingin mengadu nasib di sana. Namun yang terjadi mereka hanya mendapatkan kekecewaan. Mereka tidak mendapatkan apa-apa. Peringatan ini bukan hanya untuk rakyat kecil sebagai pelaku, tetapi juga para konglomerat yang harusnya ikut serta dalam commitmenenggelamkan to user memajukan bangsa, bukan justru malah mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 Memang setiap penduduk memiliki hak bekerja dan memilih lokasi kerja di setiap jengkal wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan segala hak dan kewajibannya sebagai tenaga kerja, selama kesempatan bekerja itu tersedia seluas-luasnya. Karena itu, apabila seseorang mengadu nasib ke kota tetapi tetap tidak mampu memperbaiki nasibnya, tentu merupakan sebuah kemunduran. Seharusnya, siapa pun yang datang ke kota harus memiliki skill atau kemampuan agar mampu bersaing, bisa memperoleh berlipat-lipat pendapatan dibandingkan dengan ketika tinggal di perdesaan. Pada dasarnya lewat dua karya lagu tersebut mengkritik urbanisasi, agar masyarakat pada umumnya tidak perlu melakukan hal tersebut. Pedesaan dirasa lebih memiliki lahan pekerjaan yang pasti, dan perlu pengembangan dari generasi muda bukan ditinggalkan.
F. Tubuhmu Membiru …. Tragis Kamu ingin melompat, ingin sekali melompat Dari ketinggian di ujung sana, menuju entah apa namanya. Coba bukalah mata, indah di bawah sana Tutup rapat kedua telinga, dari bisikan entah di mana Kau terbang dari ketinggian mencari yang paling sunyi Dan kau melayang mencari mimpi-mimpi yang tak kunjung nyata Kulihat engkau terkulai, tubuhmu membiru tragis. tragis Perihmu yang menganga, tak hentinya bertanya Hidup tak selamanya linier, tubuh tak seharusnya tersier (Cholil Mahmud, 2008) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 a. Pembacaan Heuristik Bait ke-1 kamu ingin melompat (lalu jatuh), (dan) ingin sekali melompat (lalu jatuh) dari ketinggian (yang berada) di ujung sana, (dan) menuju entah apa namanya Bait ke-2 coba bukalah mata (mu), (dan lihatlah) indah di bawah sana tutup rapat kedua telinga (mu), (untuk menghindar) dari bisikan entah di mana Bait ke-3 kau terbang dari ketinggian (untuk) mencari yang paling sunyi dan kau melayang mencari mimpi-mimpi yang tak kunjung nyata Bait ke-4 kulihat engkau terkulai, (dan) tubuhmu membiru (yang terjadi padamu) tragis, (sangat) tragis Bait ke-5 perihmu (dari luka) yang menganga, tak henti (-henti) nya bertanya hidup (itu) tak selamanya linier, (dan) tubuh (itu) tak seharusnya tersier Penggunaan kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh ERK untuk menunjukkan posisi seseorang dalam lirik tersebut. Terdapat kata ganti pada larik lagu yang menggunakan proposisi /kamu/, /kau/, /engkau/, dan /mu/ adalah sebagai pengganti orang pertama yang merupakan sahabat Cholil yang meninggal commit to user karena overdosis pada khususnya, dan masyarakat luas yang terlibat narkoba pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 umumnya. Overdosis atau kelebihan dosis adalah gejala terjadinya keracunan akibat obat yang melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh.
b. Pembacaan Hermeneutik Larik pertama dan kedua kamu ingin melompat, ingin sekali melompat dari ketinggian di ujung sana, menuju entah apa namanya (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik pertama /kamu ingin melompat/, /ingin sekali melompat/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa repetisi; gaya bahasa perulangan kata sebagai penegasan. Keinginan yang sudah tidak dapat dibendung lagi, karena muncul kata /sekali/ dalam lariknya yang bersifat sebagai penegas. Kata /melompat/ merupakan sebuah bentuk perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang cenderung memunculkan kata jatuh di dalam hubungan sebab akibatnya, karena melompat suatu aktifitas melayang dan jatuh. /Melompat/ dalam lirik berarti ingin lepas dari jeratan narkoba, karena efek obat yang ditimbulkannya sudah membuat berada di ketinggian. Larik kedua, /dari ketinggian di ujung sana/, /menuju entah apa namanya/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa alusio; gaya bahasa semacam acuan yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa sebagai pedoman untuk masa-masa ke depan. Kata /ketinggian/ merupakan sebuah tempat yang digambarkan sangat tinggi, dan dalam lirik tersebut berarti tempat yang tidak dapat dijangkau karena sifatnya commit/ketinggian/ to user yang abstrak atau tidak realis. Makna digambarkan sebagai sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 tempat yang hanya berisi imajinasi, khayalan, tidak nyata, jauh dari realita, karena mengandung unsur melayang di larik sebelumnya. /Entah apa namanya/ merupakan sebuah gambaran tempat yang tidak mampu disebutkan dengan lisan maupun tulis, karena sifatnya yang abstrak. Larik ketiga dan keempat coba bukalah mata, indah di bawah sana tutup rapat kedua telinga, dari bisikan entah di mana (Cholil Mahmud, 2008) Larik ketiga, /coba bukalah mata/, /indah di bawah sana/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa ironi; gaya bahasa yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok. Maksud /indah di bawah sana/ adalah dunia yang realis atau nyata, yang pada kenyataanya lebih sulit melewati realita dibandingkan menikmati dunia imajinasi atau khayalan. Ini merupakan dua hal yang bertentangan yaitu antara kehidupan yang keras dan kematian yang menunggu ketika menikmati dunia imajinasi atau khayalan dengan pengaruh narkoba. /Kamu/ lirik disindir oleh si pencipta lagu untuk /membuka mata/ atau berarti mebuka pandangan lebih luas, tidak menyempit tanpa pemikiran ke depannya. Larik keempat /tutup rapat kedua telinga/, /dari bisikan entah di mana/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. /Kamu/ lirik digambarkan sudah terpengaruh narkoba dengan cukup parah, bahkan untuk berhenti dari ketergantungan sangat sulit. Hal ini ditunjukkan dengan penggambaran perintah untuk /menutup rapat kedua telinga/, dari suaracommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 suara misterius yang meneruskan memakai narkoba. Sebenarnya suara misterius atau /bisikan entah di mana/ tersebut adalah suara hati dari /kamu/ lirik itu sendiri. Hal ini terjadi, dikarenakan tidak ada sistem kekuatan dalam diri seseorang itu, seperti kekuatan iman, moral, dan pendidikan lainnya yang membekali. Penciptaan arti (creating of meaning) muncul dengan pola persajakan yang ditonjolkan dengan akhiran fonem vokal /a/ dalam tiap klausa terakhir dalam lariknya, yakni pada kata /mata/, /sana/, /telinga/, dan /mana/. Kombinasi bunyi yang indah tersebut termasuk jenis bunyi efoni yang bersifat visualisasi dan menghadirkan suasana semangat, keberanian, dan lantang. Larik kelima dan keenam kau terbang dari ketinggian mencari yang paling sunyi dan kau melayang mencari mimpi-mimpi yang tak kunjung nyata (Cholil Mahmud, 2008) Larik kelima, /kau terbang dari ketinggian mencari yang paling sunyi/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa hiperbola; gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu. /Kau/ lirik terpengaruh berat oleh narkoba dan ingin mengonsumsi dengan lebih banyak lagi untuk menemukan bentuk imajinasi yang paling sunyi, karena pada dasarnya narkoba adalah sebuah jenis obat penenang. Dengan narkoba /kau/ lirik mengharapkan ketenangan dari dunia imajinasi dan khayalan untuk lari dari realita kehidupan yang berat. Hal ini ditunjukkan dengan kata /terbang/, yang merupakan efek dari mengonsumsi obat terlarang tersebut, dan /mencari yang paling sunyi/ atau berarti tempat yang memiliki ketenangan yang tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 Larik keenam, /dan kau melayang mencari mimpi-mimpi yang tak kunjung nyata/, yaitu gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. /Kau/ lirik dengan efek /melayang/ obat tersebut, terus mengonsumsi obat terlarang untuk mencari nikmat ketenangan yang berharap /mimpi-mimpi/ di dalam pikirannya seakan nyata terjadi, biarpun hal tersebut mustahil dengan jalan salah tersebut. Larik ketujuh kulihat engkau terkulai, tubuhmu membiru tragis. tragis (Cholil Mahmud, 2008) Pada larik ketujuh, /kulihat engkau terkulai/, /tubuhmu membiru tragis/, /tragis/. Ungkapan
/tubuhmu membiru/, merupakan penggantian
makna
(displacing of meaning), yaitu gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. /Tubuh yang membiru/ berarti tubuh yang sudah mati. Dengan nafsu ingin mencari ketenangan yang lebih, maka mengonsumsi obat terlarang dengan lebih juga, karena tidak puas dengan apa yang didapatinya. Konsumsi obat terlarang melebihi takaran maka yang terjadi adalah tubuh yang tidak kuat dan menimbulkan kematian (overdosis). Kematian overdosis dalam lirik tersebut ditunjukkan dengan kata /terkulai/, /tubuhmu membiru/, dan /tragis/, seperti ciri-ciri orang yang meninggal karena overdosis pada umumnya.
Ungkapan /tragis/, /tragis/, merupakan penggantian makna
(displacing of meaning), yaitu gaya bahasa repetisi; gaya bahasa pengulangan kata sebagai penegasan. Pengulangan kata /tragis/ merupakan bentuk penegasan bahwa peristiwa tersebut merupakan tragedi yang menyedihkan. Seperti dalam KBBI, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 bahwa kata /tragis/ berarti (bersifat) menyedihkan (Dendy Sugono dkk, 2008:1728). Larik kedelapan dan kesembilan perihmu yang menganga, tak hentinya bertanya hidup tak selamanya linier, tubuh tak seharusnya tersier (Cholil Mahmud, 2008) Dalam larik kedelapan, /perihmu yang menganga/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa hiperbolis; gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu. Luka yang ada di tubuh /kamu/ lirik menunjukkan betapa rasa sakit yang dideritanya, saat menjelang sakaratul maut. /Tak hentinya bertanya/ merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa ironi; gaya bahasa yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok. Tubuh yang sudah mati itu masih bertanya tentang dirinya, tentang kejadian yang dialami, dan tentunya hidup yang sudah tidak berarti. Larik kesembilan, /hidup tak selamanya linier/, /tubuh tak seharusnya tersier/, merupakan penggantian makna (displacing of meaning), yaitu gaya bahasa metafora; gaya bahasa perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. /Linier/ adalah terletak pada suatu garis lurus. Maksudnya adalah hidup tak selamanya mengikuti garis lurus, pasti ada garis melengkung yang dideskripsikan sebagai rintangan. Di dalam faktanya, realita kehidupan memang harus banyak rintangan dan ujian yang harus dilewati untuk menaikkan tingkatan kedewasaan dalam menyikapi hidup. Tentunya hal tersebut membuat hidup menjadi berwarna. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 Istilah /tersier/ merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia menurut tingkat kepentingannya, dan /tersier/ menjadi tingkatan ketiga di samping kebutuhan primer yang pertama dan sekunder yang kedua. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang hanya bisa dipenuhi dengan mengonsumsi benda yang tergolong mewah atau luks. Kebutuhan tergolong dalam kebutuhan tersier adalah mobil, intan berlian, dan vila (Sri Pujiastuti dkk, 2007:14). Kebutuhan /tubuh/ tidak seharusnya dimanjakan dengan kemewahan. Mengingat narkoba adalah barang yang menjadi kebutuhan yang ketiga atau tidak begitu penting, dan narkoba identik dengan gaya hidup mewah.
c. Hipogram Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya, bila dilihat dari sejarah penggunaannya sesungguhnya adalah satu tipe obat penghilang rasa sakit yang telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, namun seiring berjalannya waktu berkembang menjadi salah satu obat terlarang karena penyalahgunaan. Baik dari segi penyakit-penyakit yang dapat menular lewat jarum suntik, maupun kelebihan takaran (overdosis). Mengingat banyaknya peredaran narkoba karena akses yang mudah untuk mendapatkan barang tersebut, banyak juga kematian orang. Hal ini disebabkan karena penyalahgunaan yang mulai dari terkena infeksi HIV, virus hepatitis B dan C sampai overdosis (disingkat dengan istilah OD adalah kondisi karena kelebihan takaran obat atau zat yang dikonsumsi dengan gejala keracunan) yang tidak tepat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 Latar belakang di atas mampu menjadi acuan lewat kritikan ERK dalam lirik lagu Tubuhmu Membiru … Tragis, khususnya tentang penyalahgunaan narkoba yang berujung pada kematian. Lagu ini terinspirasi dari kematian sahabat Cholil yang meninggal karena overdosis, dan penyalahgunaan narkoba pada umumnya. Lirik lagu Tubuhmu Membiru … Tragis merupakan transformasi dari latar belakang banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba yang berujung pada kematian, khususnya overdosis, dan termasuk dalam hipogram potensial dari lirik lagu tersebut. Mungkin sudah seratus kali ku beritahu Juga sudah seratus kali ku nasehati Untuk berhenti tinggalkan saja Serbuk sialan yang terus berenang di darahmu Mungkin kedua kupingmu sudah berjamur Atau semua kata kau anggap sampah di depanmu F**K OFF... silahkan pergi F**K OFF... urus sendiri F**CK OFF... ikut duniamu F**K OFF... Nikmati saja sendiri kalau hanya itu yang ada di otakmu Dan aku takkan bisa merubah semua mimpi di alam fikiranmu Mungkin sudah seratus kali kau mengeluh Juga sudah seratus kali curahkan hati Ingin berhenti tapi tak bernyali Sakit yang menggigit menerkam habis di tubuhmu (Azis, 2000) Lirik lagu Fuck Off yang selanjutnya disebutkan f**k off tersebut merupakan karya dari Azis yang diciptakan untuk mengenang kedua teman personel Jamrud yang meninggal dan mencantumkan lagu tersebut ke dalam user dan Shandy (drum), meninggal album Ningrat. Dua personelnya,commit Fitrahto(gitar)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 akibat kelebihan obat terlarang sejenis narkoba. Fitrah lebih dulu meninggalkan Jamrud untuk selama-lamanya pada bulan Agustus 1999, sedangkan Shandy meninggal seusai album Ningrat selesai digarap pada bulan Mei tahun 2000. Larik kesatu sampai dengan keenam Mungkin sudah seratus kali ku beritahu Juga sudah seratus kali ku nasehati Untuk berhenti, tinggalkan saja Serbuk sialan yang terus berenang di darahmu Mungkin kedua kupingmu sudah berjamur Atau semua kata kau anggap sampah di depanmu (Azis, 2000) Makna implisit dari larik pertama sampai dengan keenam lirik lagu f**k off tersebut menyimpulkan bahwa /aku/ lirik yang merupakan kata ganti pertama atau Azis selaku pencipta lagu, selalu memperingatkan dan memerintahkan /kamu/ lirik (sahabatnya) untuk berhenti mengonsumsi narkoba, hal ini diperkuat dengan memunculkan frase /serbuk sialan/. /Kamu/ lirik seakan menutup telinga atas nasehat /aku/ lirik untuk berhenti memakai narkoba dan tidak pernah menggubrisnya. Hal ini diperkuat dengan munculnya klausa /kedua kupingmu sudah menjamur/, yang berarti kedua telinga tidak berfungsi dengan baik karena terkena jamur. Juga klausa /semua kata kau anggap sampah/, yang berarti sesuatu yang sudah tidak layak dipakai dan harus dibuang, karena sifatnya yang kotor. Azis selalu berusaha menyadarkan sahabatnya Fitrah dan Shandy yang juga bagian dari Jamrud akan hal yang salah dan menyesatkan tersebut, namun tidak pernah direspon dengan baik yang sampai pada akhirnya mereka menanggung akibatnya. Kematian kedua personil Jamrud tersebut menjadi inspirasi dan memunculkan lirik-lirik lagu yang mengenang kematiannya. Hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 juga ditunjukkan Cholil dalam lagunya bersama band ERK dalam larik ketiga dan keempat. coba bukalah mata, indah di bawah sana tutup rapat kedua telinga, dari bisikan entah di mana (Cholil Mahmud, 2008) Empat larik karya Cholil di atas merupakan bentuk transformasi dari lirik lagu f**k off yang mempunyai kesamaan tema dan masalah, khususnya dalam hal memperingatkan dan memerintahkan sahabatnya. Dalam lirik lagu f**k off juga terdapat hipogram lainnya yang mempunyai kesamaan tema dan masalah dengan lirik lagu Tubuhmu Membiru … Tragis, ditunjukkan dengan larik kelima dan keenam berikut : kau terbang dari ketinggian mencari yang paling sunyi. dan kau melayang mencari mimpi-mimpi yang tak kunjung nyata. (Cholil Mahmud, 2008) Empat larik dari band ERK di atas merupakan transformasi dari lirik lagu f**k off dalam larik kesebelas sampai dengan keempat belas, yang mempunyai kesamaan makna secara implisit, yakni tentang sensasi luar biasa yang dirasakan pemakai karena pengaruh narkoba yang efek ketergantungannya sulit untuk dikendalikan. Sehingga langkah untuk menambah takaran konsumsi obat terlarang tersebut sangat dimungkinkan, karena rasa sensasi yang ditimbulkan efek obat tersebut sudah merasuk pikiran dan mematikan logika. Nikmati saja sendiri kalau hanya itu yang ada di otakmu Dan aku takkan bisa merubah semua mimpi di alam fikiranmu (Azis, 2000) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 Keinginan untuk lepas dari jeratan narkoba pun diungkapkan dalam kedua lirik lagu yang berhubungan intertekstualitas secara tidak langsung tersebut. Dalam lirik lagu f**k off ditunjukkan dalam lirik berikut : Mungkin sudah seratus kali kau mengeluh Juga sudah seratus kali curahkan hati Ingin berhenti tapi tak bernyali Sakit yang menggigit menerkam habis di tubuhmu (Azis, 2000) Empat larik ciptaan Azis di atas mendeskripsikan bahwa /kau/ lirik (sahabat
Azis)
seringkali
mengungkapkan
keinginannya
untuk
berhenti
mengonsumsi narkoba, namun efek ketergantungan yang merasuki pikiran sangat sulit untuk dihindari bahkan digambarkan dalam lirik dengan frase /tak bernyali/. Dalam lirik lagu ERK bertransformasi dalam judul Tubuhmu Membiru … Tragis. Keinginan untuk lepas dari narkoba dalam lirik ERK memiliki perbedaan dalam pengungkapannya dengan lirik lagu Jamrud. Cholil lebih mengemasnya dengan gaya bahasa kiasan agar memunculkan efek keindahan dalam liriknya, tidak dengan ungkapan secara langsung seperti dalam lirik f**k off. Hal ini ditunjukkan dengan memunculkan kata /melompat/ dalam lirik ERK yang berarti berpindah dari dunia khayal atau imajinasi dari efek obat terlarang tersebut menuju dunia nyata atau realis. Secara tidak langsung mempunyai maksud ingin lepas dan berhenti dari pengaruh narkoba. Larik pertama dan kedua kamu ingin melompat, ingin sekali melompat dari ketinggian di ujung sana, menuju entah apa namanya (Cholil Mahmud, 2008) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 Cholil dan Azis lewat karya lagunya jelas tergambarkan bahwa keduanya merupakan sosok yang ingin membantu dan mengobati sahabatnya, tidak memusuhinya, apalagi mengucilkan, stigma negatif pun dihindari, mengingat bahwa orang yang memakai narkoba adalah orang yang sakit.
d. Matriks Matriks dalam lirik lagu Tubuhmu Membiru … Tragis adalah kematian yang sia-sia diakibatkan oleh overdosis. Peristiwa ini merupakan proses dimana seseorang ketika sudah mengenal narkoba atau pun mencobanya, maka akan berakibat ketergantungan dan sangat sulit untuk berhenti, yang ada justru ketagihan yang memuncak atau bertambahnya takaran yang berujung pada kematian. Varian pada bait pertama adalah keinginan untuk lepas dari jeratan tempat yang tinggi dalam keberadaannya atau dunia imajinasi dan khayalan yang ditimbulkan oleh efek narkoba. Varian pada bait kedua adalah ajakan untuk membuka pandangan yang lebih luas dan menutup suara hati yang ketagihan. Varian pada bait ketiga adalah ketagihan yang ingin mencari ketenangan yang lebih tenang dengan mengonsumsi narkoba melebihi takaran. Varian pada bait keempat adalah kematian yang sia-sia. Varian pada bait kelima adalah tubuh yang luka kecanduan secara tidak sadar terus bertanya akan hakekatnya kehidupan tidak seperti garis yang lurus.
commit to user