BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta, merupakan rumah sakit terakreditasi paripurna di tahun 2016. Salah satu unit pelayanan rawat jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk unggulan PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah unit hemodialisa.
Bahkan
ketika
PKU
Muhammadiyah
Yogya
mengembangkan lahan yaitu RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping sejak tahun 2009 tidak luput juga penambahan pelayanan Hemodialisa dikarenakan permintaan layanan cuci darah memang sangat tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari instalasi hemodialisa PKU Muhammadiyah Yogya unit I, jumlah pasien HD pada tahun 2015 sebanyak 321 pasien. Bulan Mei 2016 berjumlah 159 pasien dan total sementara berjumlah 245 pasien. Berdasarkan wawancara dari kepala perawat unit hemodialisis, berkurangnya jumlah pasien dikarenakan dua alas an yaitu pasien meninggal dan pasien yang pindah rumah sakit karena alasan yang tidak diketahui rumah sakit. Mesin hemodialisis yang ada berjumlah 24 mesin Unit hemodialisis mulai ada pada tahun 1995 dan bekerjasama dengan asuransi kesehatan mulai tahun 2004.
36
37
2. Persiapan Penelitian Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Persiapan Administrasi Persiapan administrasi yang dilakukan pada penelitian ini diawali dengan mengajukan surat permohonan ijin penelitian yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia pada hari Kamis tanggal 11 Februari 2016 dengan nomor surat 145/ Dek / 70 / Div.Um.RT / 11 / 2016 yang ditujukkan kepada Rumah Sakit PKU Unit 2. Surat diajukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pusat Unit 1. Setelah surat disampaikan, pada hari Senin tanggal 7 Maret pihak rumah sakit memberikan informasi bahwa proposal penelitian diterima dan penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1. Proses selanjutnya adalah membayar uang administrasi sebagai izin dalam melakukan penelitian dan mendiskusikan waktu pengambilan data penelitian yang akan dilakukan di PKU Muhammadiyah Unit 1. b. Persiapan Alat Ukur Kualitas Hidup dari subjek dapat diungkap dengan skala kualitas hidup yang mengacu pada teori dari WHO (WHOQOL Group, 1996) yang terdiri dari 4 aspek, diantaranya kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Kualitas Hidup dari WHOQOL akan diketahui setelah subjek penelitian mengisi skala.
38
Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula tingkat kualitas hidup yang dimiliki oleh subjek, dan sebaliknya semakin rendah nilai yang dihasilkan, maka semakin rendah pula tingkat kualitas hidup yang dimiliki oleh subjek. Kemudian alat ukur penelitian ini juga menggunakan skala efikasi diri dari subjek penelitian dapat diungkap dengan skala efikasi diri yang mengacu pada teori dari Bandura (1977) yang terdiri dari 3 aspek, diantaranya Level (tingkatan), Strength (kekuatan), dan Generality (Generalitas). Skala untuk variabel efikasi diri diambil dari Bandura yang dituangkan dalam skala General Self-Efficacy Scale oleh Schwarzer dan Jerusalem (1995). Hasil efikasi diri subjek akan diketahui setelah subjek penelitian mengisi skala. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakih tinggi pula tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh subjek, dan sebaliknya semakin rendah nilai yang dihasilkan, maka semakin rendah pula tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh subjek. . B. Laporan Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1. Pelaksanaan pengambilan data penelitian dilakukan selama lima hari dimulai pada hari Jum’at tanggal 11 Maret 2016 sampai tanggal 16 Maret 2016 pukul 09.00 sampai 15.00. Pada saat
39
pengambilan data, peneliti melibatkan pasien yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1 sejumlah 40 orang. Peneliti menyebarkan skala pada pasien yang sedang menjalani proses terapi hemodialisis. Berdasarkan arahan dari dokter yang bertanggung jawab dengan penelitian peneliti, subjek penelitian diminta untuk mengisi skala yang sedang menjalani proses terapi hemodialisis sehingga subjek yang diteliti sedang dalam keadaan berbaring dan tangan kanan subjek tidak dapat digunakan untuk menulis jawaban skala karena terhubung dengan selang infus sehingga peneliti yang membacakan kuesioner satu persatu kepada subjek.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian Gambaran mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 3 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia
Usia N 21-30 3 31-40 8 41-50 12 51-60 10 61-70 6 71-80 1 Total 40 Sumber: data primer
Persentase (%) 7,5 20 30 25 15 2,5 100.00
40
Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis N Kelamin Laki-Laki 26 Perempuan 14 Total 40 Sumber: data primer
Persentase (%) 65 35 100.00
Berdasarkan data di atas, dilihat dari rentang usia diketahui bahwa subjek yang berusia 21 sampai usia 30 tahun berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, subjek yang berusia 31 sampai usia 40 tahun berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 20%, subjek yang berusia 41 sampai usia 50 tahun berjumlah 12 orang dengan persentase sebesar 30%, subjek yang berusia 51 sampai usia 60 tahun berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 25%, subjek yang berusia 61 sampai usia 70 tahun berjumlah 6 orang dengan persentase sebesar 15%, subjek yang berusia 71 sampai usia 80 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%. Kemudian dapat diketahui juga bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 26 orang dengan presentase sebesar 65% dan 14 orang berjenis kelamin perempuan dengan presentase sebesar 35%.
41
Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 Tidak Sekolah Total Sumber: data primer
N 3 7 16 3 7 3 1 40
Persentase (%) 7,5 17,5 40 7,5 17,5 7,5 2,5 100.00
Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Dagang Buruh Wiraswasta Tidak Bekerja Total Sumber: data primer
N 8 1 7
Persentase (%) 20 2,5 17,5
1 2 3 18 40
2,5 5 7,5 45 100.00
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa latar belakang pendidikan subjek yang merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) sejumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, subjek yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejumlah 7 orang dengan persentase sebesar 17,5%, subjek yang
42
merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sejumlah 16 orang dengan persentase sebesar 40%, subjek yang merupakan lulusan Diploma 3 (D3) sejumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, subjek yang merupakan lulusan Sarjana Strata 1 (S1) sejumlah 7 orang dengan persentase sebesar 17,5%, subjek yang merupakan lulusan Sarjana Strata 2 (S2) sejumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, dan yang terakhir subjek yang tidak sekolah sejumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%. Kemudian dapat diketahui juga bahwa subjek yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejumlah 8 orang dengan persentase sebesar 20%, subjek yang bekerja sebagai Pegawai Swasta sejumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%, subjek yang bekerja sebagai Wiraswasta sejumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, subjek yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sejumlah 7 orang dengan persentase sebesar 17,5%, subjek yang bekerja sebagai Pedagang sejumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%, subjek yang bekerja sebagai Buruh sejumlah 2 orang dengan persentase sebesar 5%, dan subjek yang tidak bekerja sejumlah 18 orang dengan persentase sebesar 45%. Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan
Status Pernikahan Menikah Bercerai Belum Menikah Total Sumber: data primer
N 37 2 1 40
Persentase (%) 92,5 5 2,5 100.00
43
Tabel 8 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Agama
Agama Islam Non Islam Total Sumber: data primer
N 40 0 40
Persentase (%) 100 0 100.00
Tabel 9 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Komplikasi
Komplikasi Diabetes Hipertensi Kista Ginjal Infeksi Lambung Diabetes dan Hipertensi Tidak Komplikasi Total Sumber: data primer
N 5 11 1 1 3 19 40
Persentase (%) 12,5 27,5 2,5 2,5 7,5 47,5 100.00
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa status pernikahan subjek yang menikah sejumlah 37 orang dengan persentase sebesar 92,5%, subjek yang bercerai sejumlah 2 orang dengan persentase sebesar 5%, dan subjek yang belum menikah sejumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%. Kemudian dapat dilihat juga bahwa subjek yang beragama Islam sejumlah 40 orang dengan persentase sebesar 100% dan tidak ada subjek yang beragama non Islam dengan persentase sebesar 0%. Berdasarkan data diatas juga dapat dilihat bahwa subjek yang mengalami komplikasi penyakit diabetes sejumlah 5 orang dengan persentase sebesar 12,5%, subjek yang mengalami komplikasi penyakit hipertensi
44
sejumlah 11 orang dengan persentase sebesar 27,5%, subjek yang mengalami komplikasi penyakit kista ginjal sejumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%, subjek yang mengalami komplikasi penyakit infeksi lambung sejumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%, subjek yang mengalami komplikasi penyakit diabetes dan hipertensi sejumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, dan subjek yang tidak mengalami komplikasi penyakit sejumlah 19 orang dengan persentase sebesar 47,5%. 2. Deskripsi Data Penelitian Gambaran umum dari data penelitian ini dapat dilihat dari tabel deskripsi data penelitian yang berupa data hipotetik dan data empirik yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian
Empirik
Hipotetik Variabel Min
Max
Mean
Kualitas Hidup
22
110
66
Efikasi Diri
10
40
25
SD
Min
14,67 48 5
19
Max
Mean
SD
93
71,65
10, 62
40
28,7
5,5
Keterangan: Data Hipotetik : skor yang diperoleh oleh subjek Data Empirik : skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian
Deskripsi data dari penelitian di atas selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui kriteria kategorisasi kelompok subjek pada variabelvariabel yang diteliti. Kategorisasi dilakukan untuk menempatkan
45
individu ke dalam kelompok-kelompok yang berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2013). Kategorisasi ini bersifat relatif, sehingga peneliti dapat menyatakan secara subjektif jenjang interval yang mencakup setiap kategori yang diinginkan selama penetapan yang digunakan masih dalam batas kewajaran dan dapat diterima oleh akal. Penggunaan rumus interval kategori yang digunakan oleh peneliti terdiri dari 5 kategori dan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 11 Norma Kategorisasi
Norma Kategorisasi
Kategori
X - 1,8
Sangat Rendah
- 1,8 < X - 0,6
Rendah
- 0,6 < + 0,6
Sedang
+ 0,6 < + 1,8
Tinggi
X > + 1,8
Sangat Tinggi
Keterangan: x = Skor Total = Standar Deviasi = Mean Hipotetik Berdasarkan norma kategorisasi di atas, maka subjek dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori pada masing-masing variabel, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
46
Tabel 12 Kategori Subjek pada Variabel Kualitas Hidup Kategori
Rentang Skor
Jumlah
Persentase (%)
Sangat Rendah
x < 39,59
0
0
Rendah
39,59 x 57, 2
4
10
Sedang
57, 2 x 74, 80
16
40
Tinggi
74, 80 x 92, 40
19
47,5
Sangat Tinggi
x > 92, 40
1
2,5
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki kualitas hidup dengan kategori sangat rendah tidak terdapat orang atau subjek sehingga presentase yang didapatkan adalah 0%. Subjek dengan kategori rendah berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 10% dan 16 orang yang termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 40%. Kemudian terdapat 19 orang termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 47,5%. Selain itu pada kategori sangat tinggi terdapat 1 orang sehingga presentase yang didapatkan adalah 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kualitas hidup dalam kategori sedang dan tinggi.
47
Tabel 13 Kategori Subjek pada Variabel Efikasi Diri
Kategori
Rentang Skor
Jumlah
Persentase (%)
Sangat Rendah
x < 16
0
0
Rendah
16 x 22
2
5
Sedang
22 x 28
15
37,5
Tinggi
28 x 34
16
40
Sangat Tinggi
x > 34
7
17,5
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki efikasi diri dengan kategori sangat rendah berjumlah tidak terdapat orang atau subjek sehingga presentase yang didapatkan adalah 0% dan 2 orang termasuk dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 5%. Kemudian terdapat 15 orang termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 37,5% dan subjek dalam kategori tinggi berjumlah 16 subjek dengan presentase 40%. Lalu pada kategori sangat tinggi terdapat 7 orang yang sehingga presentase yang didapatkan adalah 17,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki tingkat efikasi diri dengan kategori sedang dan tinggi. 3. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis, telebih dahulu melakukan uji asumsi, yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas
48
merupakan syarat sebelum melakukan uji korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran. a) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah persebaran skor pada variabel penelitian mengikuti kurva normal atau tidak. Persebaran skor yang normal merupakan gambaran bahwa data yang diperoleh telah mewakili keseluruhan data. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 17.00 for Windows ini diperoleh sebaran skor pada variabel kualitas hidup adalah normal (K-S Z = 0.636 ; p = 0,813) dan sebaran skor pada variabel efikasi diri adalah normal (K-S Z = 0,993 ; p = 0,278). Pada hasil uji normalitas tersebut dapat dikatakan bahwa kedua skala tersebut memiliki sebaran data yang normal (p= >0,05). b) Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel kualitas hidup dengan efikasi diri. Hubungan kedua variabel ini dikatakan linier apabila p < 0,05 sedangkan jika p > 0,05 maka hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier. Hasil uji linieritas variabel kualitas hidup dan efikasi diri menunjukkan koefisien sebesar F = 43,755 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa adanya hubungan yang linier antara variabel kualitas hidup dan efikasi diri.
49
4. Uji Hipotesis Adanya korelasi atau hubungan antara kualitas hidup dengan efikasi diri dapat diketahui dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan bantuan program SPSS 17.00 for Windows. Hasil analisis korelasi antara kualitas hidup dengan efikasi diri menunjukkan angka r sebesar 0.547 dan nilai signifikansi sebesar p = 0.000 (p= <0.01) yang berarti bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel. Nilai korelasi Pearson yang positif sebesar 0.547 menunjukkan bahwa hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kualitas hidup dengan efikasi diri. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. D. Pembahasan Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Berdasarkan hasil analisis korelasi menggunakan Product Moment dari Pearson diperoleh koefisien (r) korelasi sebesar 0.547 dan p = 0.000 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Berdasarkan hasil uji korelasi dapat diartikan semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi pula kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah efikasi diri maka semakin tinggi pula kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis.
50
Penelitian diatas didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yurhansyah (2016) yang meneliti hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada pasien kanker. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif antara efikasi dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang dilakukan, diperoleh hasil r= 0.325 dan p= 0,005 (p<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. Kualitas hidup telah dikaitkan dengan konsep yang berbeda dari jenisnya karena kualitas hidup memiliki dimensi psikologis, dan salah satunya adalah efikasi diri. Menurut Bandura (1997) efikasi diri terdiri dari keyakinan dan atau persepsi
yang
individu
miliki
tentang
potensi
mereka
sendiri
untuk
mengembangkan semua jenis kegiatan yang direncanakan agar menghasilkan hasil yang diinginkan. Keyakinan pada kemampuan diri yang dipersiapkan memberikan dasar motivasi bagi manusia, kesejahteraan, pemenuhan diri dan harapan pada hasilnya. Bukti ditemukan didalam penelitian De Castro dkk (2012) bahwa efikasi diri merupakan hal yang penting dalam menghasilkan kesehatan yang lebih baik (Bandura, 1997). Efikasi diri dan kualitas hidup ketika dilakukan penelitian antara kedua variabel tersebut merupakan konsep yang telah dikaitkan dengan hasil yang baik dalam kesehatan (De Castro dkk, 2012). Data distribusi frekuensi kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1 dari 40 pasien yang dijadikan sample penelitian diketahui bahwa tidak ada subjek yang memiliki kategori sangat rendah tidak terdapat orang atau subjek sehingga presentase yang didapatkan adalah 0%.
51
Subjek dengan kategori rendah berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 10% dan 16 orang yang termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 40%. Kemudian terdapat 19 orang termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 47,5%. Selain itu pada kategori sangat tinggi terdapat 1 orang sehingga presentase yang didapatkan adalah 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kualitas hidup dalam kategori tinggi. Data distribusi frekuensi efikasi diri pada pasien gagal ginjal kronis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1 dari 40 pasien yang dijadikan sample penelitian diketahui bahwa tidak ada subjek yang memiliki kategori sangat rendah berjumlah tidak terdapat orang atau subjek sehingga presentase yang didapatkan adalah 0% dan 2 orang termasuk dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 5%. Kemudian terdapat 15 orang termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 37,5% dan subjek dalam kategori tinggi berjumlah 16 subjek dengan presentase 40%. Lalu pada kategori sangat tinggi terdapat 7 orang yang sehingga presentase yang didapatkan adalah 17,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki tingkat efikasi diri dengan kategori tinggi. Berdasarkan data distribusi frekuensi kedua variabel dalam penelitian diatas dapat dilihat bahwa sampel pasien gagal ginjal kronis yang ada di PKU Muhammadiyah Unit I memiliki efikasi diri dan kualitas hidup yang tinggi. Data diatas juga didukung dengan wawancara yang dilakukan pada salah satu subjek, subjek menceritakan tentang persepsinya bahwa ketidakmampuannya dalam bekerja dan mengurus anak dan suami membuat subjek merasa tidak berdaya sehingga subjek selalu mengharapkan ingin cepat sembuh dari sakitnya
52
agar tidak merepotkan keluarganya. Subjek yang tidak mampu menyelesaikan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu membuat menurunnya efikasi diri subjek yang dapat dilihat dari skor yang diperoleh subjek dalam skala efikasi diri yang hanya berjumlah 19, termasuk dalam kategori rendah. Merujuk dari kasus, dari aspek kesehatan fisik subjek tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya semenjak mengidap penyakit gagal ginjal kronis. Kondisi fisik subjek yang dirasakan adalah kondisi badan yang sangat tidak nyaman, rasa lelah, rasa sakit, pendarahan yang sangat banyak dan bergumpal, dan tidak bisa tidur sehingga subjek sudah tidak sanggup menahan penyakit yang dideritanya, terutama efek yang ditimbulkan dari hemodialisis adalah kaki yang mulai membengkak semua. Berdasarkan aspek kesejahteraan psikologis, dapat dilihat bahwa subjek merasa pikirannya menjadi begitu lemah karena subjek berpikir bahwa hemodialisis yang dijalani selama dua kali seminggu hanya untuk memperpanjang usia saja. Subjek tidak dapat menerima bahwa usianya yang baru 43 tahun harus menderita penyakit gagal ginjal kronis. Akibat keadaan fisik yang lemah, subjek tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik dan membutuhkan bantuan dari suami dan anak-anaknya sehingga muncul perasaan negatif dari subjek berupa persepsi bahwa subjek merupakan beban bagi keluarga dan tidak mampu berperan sebagai seorang istri dan ibu yang baik. Subjek juga mengeluh terhadap kemampuan subjek dalam berkonsentrasi yang menjadi sangat kacau dan subjek juga merasa kecewa atas penampilan tubuhnya yang mulai membengkak yang merupakan efek samping dari hemodialisa.
53
Subjek tidak dapat tidur dengan merebahkan tubuhnya, melainkan harus tidur dengan posisi duduk karena dada subjek terasa sesak nafas. Subjek juga memiliki gangguan di daerah perut bagian dalam yang menyebabkan subjek mengalami pendarahan sehingga menurut dokter subjek harus melakukan operasi. Akibat dari pengalaman sakit yang dirasakan dan beban terapi kesehatan yang harus dilakukan subjek memicu perasaan negative sehingga subjek merasa bingung dan takut karena bagi subjek seorang pasien yang telah melakukan hemodialisa jika melakukan operasi akan percuma dan justru memperpendek usia. Dilihat dari aspek kesejahteraan di lingkungan yang mencakup sumber keuangan, kebebasan, keamanan fisik, kesehatan dan kepedulian sosial, lingkungan rumah, kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, memiliki waktu luang. Subjek yang tinggal di kampung memiliki status ekonomi yang sangat kurang sekali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga kesempatan untuk berekreasi juga tidak ada sama sekali, apalagi didukung oleh kondisi fisik yang lemah dan sakit. Kemampuan bergaul subjekpun kurang karena tidak bisa pergi kemanamana. Dilihat dari aspek hubungan sosial subjek yang mencakup hubungan personal, dukungan sosial, dan aktifitas seksual. Pertama, subjek tidak puas dengan hubungan sosialnya karena kemampuan bergaul subjekpun berkurang karena tidak bisa pergi kemana-mana akibat penyakit yang dideritanya. Selain itu subjek juga tidak puas dengan kebutuhan seksualnya karena sudah tidak dapat lagi melakukan aktifitas seksual.
54
Peneliti melakukan wawancara diatas untuk mendukung hasil analisis data pada penelitian ini. Wawancara dilakukan kepada subjek yang memiliki skor kualitas hidup dan efikasi diri yang paling rendah diantara 40 subjek. Skor yang dihasilkan subjek pada skala WHOQOL-BREF adalah 48 yang menunjukkan bahwa kualitas hidup subjek termasuk dalam kategori rendah. Skor yang dihasilkan subjek pada skala General Self Efficacy Scale adalah 19 yang menunjukkan bahwa efikasi diri subjek termasuk dalam kategori rendah. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa efikasi diri subjek yang rendah mempengaruhi kualitas hidup subjek yang rendah pula. Dapat disimpulkan berdasarkan analisis data dan wawancara diatas bahwa semakin rendah efikasi diri maka semakin rendah pula kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Namun berdasarkan hasil penelitian, mayoritas dari subjek memiliki efikasi diri yang tinggi dan tingkat kualitas hidup yang tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah efikasi diri semakin rendah pula tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Begitupula sebaliknya, semakin tinggi efikasi diri semakin tinggi pula tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Penilitian diatas juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rayyani dkk (2014) ditemukan fakta bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menerima hemodialisis di Iran tenggara tidak memiliki selfcare efikasi diri yang memadai dan mereka memiliki kualitas hidup yang buruk. Rayyani dkk (2014) juga mengungkapkan bahwa pasien yang memiliki selfcare efikasi diri yang lebih tinggi mengalami kualitas hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk memberikan perhatian lebih pada selfcare efikasi diri untuk
55
mengurangi kebutuhan untuk perawatan kesehatan, memfasilitasi pasien agar mematuhi pengobatan yang harus dijalani, meningkatkan status kesehatan fungsional, dan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien, para profesional perawatan kesehatan harus mengidentifikasi terlebih dahulu pasien hemodialisis yang kurang memiliki selfcare efikasi diri yang dibutuhkan untuk perawatan diri, dan kemudian fokus pada pendidikan khusus intervensi untuk membangun kepercayaan selfcare efikasi diri selama sesi hemodialisis. Peneliti mengakui penelitian ini tak luput dari kelemahan seperti terdapatnya
aitem
yang
membingungkan
sehingga
beberapa
subjek
mempertanyakan maksud dari aitem tersebut. Selain itu, dari alat ukur yang digunakan, skala WHOQOL-BREF memiliki jumlah aitem yang jumlahnya banyak bagi pasien gagal ginjal kronis yang sedang menjalani hemodialisis, karena pasien gagal ginjal kronis memiliki kondisi tubuh yang lemah dan gampang lelah jika harus diberikan pertanyaan skala sejumlah 26 aitem.