BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1.
Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Ada banyak devisi-devisi di PT. Bank BRI Yogyakarta yaitu bagian umum/ SDM, mikro, marketing, support, teller, customer service dan sekretaris. Bagian devisi di PT. Bank BRI Yogyakarta menjadikan kinerja di setiap bagian devisi tersebut berbeda-beda. Kinerja setiap karyawan di masing-masing devisi memiliki tingkat kesulitan dan kepadatan kerja yang berbeda juga. Karyawan harus memiliki kinerja yang baik agar perusahaan memiliki profit yang tinggi. Pada penelitian ini sebagian besar yang menjadi subjek penelitian adalah bagian mikro, marketing, support, teller, dan sekretaris. Kesejahteraan psikologis karyawati PT. Bank BRI Yogyakarta mengalami penurunan beberapa bulan terakhir dikarenakan oleh banyaknya tuntutan kerja dan hubungan dengan rekan kerja yang kurang baik. Menurunnya kesejahteraan psikologis karyawati PT. Bank BRI Yogyakarta juga dapat terjadi jika karyawati mengalami stres kerja. Stres kerja diartikan sebagai perasaan tertekan yang dialami karyawati dalam menghadapi pekerjaan.
31
32
Stres kerja karyawati PT. Bank BRI Yogyakarta diindikasikan dari beban kerja yang terlalu banyak, tekanan pekerjaan untuk bisa mencapai target perusahaan, kurangnya waktu istirahat karena menyelesaikan pekerjaan dan konflik dengan sesama rekan kerja. Dari hal tersebut berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis para karyawati di PT. Bank BRI Yogyakarta. 2.
Persiapan a. Persiapan Administrasi Persiapan
administrasi
dalam
penelitian
ini
meliputi
surat
permohonan ijin penelitian yang dikeluarkan Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang ditujukan kepada PT. Bank BRI Kantor Wilayah Yogyakarta dengan nomor surat 466/Dek/70/Div.Um.RT/IV/2016 tanggal 20 April 2016. Kemudian PT. Bank BRI Kantor Wilayah Yogyakarta memberikan surat persetujuan ijin penelitian dengan nomor surat B.379/KW-VII/SDM/HBI/04/2016 yang ditujukan kepada Dekan Fakultas Psikologi dan Imu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia dan Peneliti. b. Persiapan Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu skala kesejahteraan psikologis dan skala tuntutan pekerjaan. Skala kesejahteraan psikologis yang dipakai dalam penelitian ini merupakan skala translasi. Aspek kepuasan kerja dari Macdonald, dkk (1997), kepuasan hidup dari Pavot, dkk (1993), dan Kepuasan Keluarga dari Hackman (1975). Skala tututan pekerjaan yang dipakai dalam penelitian
33
ini merupakan skala translasi. Aspek Work Overload dari Gashi (2014) dan Emotional Demands dari Bakker, dkk (2013). c.
Uji Coba Alat Ukur Alat ukur harus diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penelitian. Hal ini dimaksudkan agar validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut dapat diketahui. Uji coba dilakukan pada 50 karyawti di dua kantor cabang Bank BRI Yogyakarta. Uji coba pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2016.
d. Hasil Uji Coba Alat Ukur Data yang telah diperoleh berdasarkan uji coba alat ukur selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas skala dengan menggunakan program statistik yaitu Statistical Product Service Solution (SPSS) 17.00 for Windows untuk skala Kesejahteraan Psikologis dan Tuntutan Pekerjaan. Uji coba tersebut mendapatkan hasil sebagai berikut: 1) Validitas Skala dan Seleksi aitem Seleksi aitem dalam penelitian ini menggunakan batas kritis 0,25 maka aitem yang memiliki batasan kritis dibawah 0,25 akan gugur. a) Validitas Skala Kesejahteraan Psikologis Hasil analisis aitem pada skala kesejahteraan psikologis menunjukkan bahwa dari 24 aitem yang diuji cobakan, terdapat 2 aitem yang tidak layak untuk digunakan atau gugur. Aitem yang gugur adalah nomor 11 dan 15.
34
b) Validitas Skala Tuntutan Pekerjaan Hasil
analisis
aitem
pada
skala
tuntutan
pekerjaan
menunjukkan bahwa dari 14 aitem yang diuji cobakan, terdapat 1 aitem yang tidak layak untuk digunakan atau gugur. Aitem yang gugur adalah nomor 2. Berikut rincian aitem yang gugur pada hasil uji coba penelitian alat ukur skala kesejahteraan psikologis dan tututan pekerjaan. Tabel 3 Distribusi Butir Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji Coba No. Aspek-aspek Sebaran Aitem Jumlah 1. Kepuasan Kerja 1, 4, 7, 10, 13, 16, 10 18, 20, 22, 24 2. Kepuasan Keluarga 2, 5, 8, (11), 14, 17, 9 19, 21, 23 3. Kepuasan Hidup 3, 6, 9, 12, (15) 5 Total 24 Keterangan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor aitem yang tidak dapat digunakan setelah uji coba. Tabel 4 Distribusi Butir Skala Tututan Pekerjaan Setelah Uji Coba No. Aspek-aspek Sebaran Aitem Jumlah 1. Work overload 1, (2), 5, 6, 9, 10, 8 14 2. Emotional demands 3, 4, 7, 8, 11, 12 6 Total 14 Keterangan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor aitem yang tidak dapat digunakan setelah uji coba. 2) Reliabilitas Skala Uji reliabilitas hanya ditujukan pada aitem-aitem yang telah memenuhi syarat validitas. Uji reliabilitas menggunakan analisis statistik Cronbach’s Alpha pada program SPSS 17.00 for Windows.
35
Uji reliabilitas pertama, yaitu skala kesejahteraan psikologis menghasilkan koefisien Alpha sebesar 0.907 sehingga dapat dikatakan bahwa skala kesejahteraan psikologis reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian selanjutnya. Untuk uji reliabilitas kedua, yaitu skala tuntutan pekerjaan menghasilkan koefisien Alpha 0.919 sehingga dapat dikatakan bahwa skala kesejahteraan psikologis reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian selanjutnya.
B. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian berlangsung dari tanggal 1 Juni sampai 15 Juni 2016 di PT. Bank BRI Yogyakarta. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawati di PT. Bank BRI Yogyakarta yang berusia minimal 21 Tahun dan merupakan karyawati tetap di kantor tersebut. Pengambilan data dilakukan pada 120 karyawati. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada subjek. Proses pembagian kuesioner penelitian ini tidak dilakukan sendiri oleh peneliti. Hal ini dikarenakan peneliti tidak diperbolehkan oleh pihak PT. Bank BRI Yogyakarta untuk membagikan kuesioner tersebut secara langsung kepada subjek. Proses pembagian kuesioner dilakukan oleh salah satu karyawan yang dijadikan penghubung antara peneliti dan para subjek. Peneliti juga memeriksa kembali kuesioner yang sudah dikembalikan oleh subjek. Setiap subjek diberikan kuesioner yang berisi skala kesejahteraan psikologis dan skala
36
tuntutan pekerjaan. Kuesioner dilengkapi petunjuk pengisian kuesioner yang disajikan secara tertulis pada bagian awal kuesioner. Hal ini dilakukan untuk mempermudah subjek dalam mengisi kuesioner tersebut. Peneliti memberikan kuesioner kepada pihak PT. Bank BRI Yogyakarta dengan jumlah 130 eksemplar kuesioner, tetapi ada beberapa karyawati yang sedang cuti sehingga jumlah kuesioner yang terkumpul berjumlah 120 eksemplar kuesioner.
C. Hasil Penelitian Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh data diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dan uji linearitas digunakan sebagai prasyarat analisis sebelum melakukan analisis korelasi. Semua uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17.00 for Windows. 1.
Desksipsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah karyawati di PT. Bank BRI Yogyakarta yang berjumlah 120 orang. Adapun gambaran umum mengenai subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Rentang Usia No. Usia Frekuensi 1 24-30 39 2 31-35 21 3 36-40 13 4 41-45 7 5 46-50 21 6 51-56 19 Total 120
Prosentase 32.5% 17.5% 10.83% 5.83% 17.5% 15.83% 100%
37
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia subjek penelitian berkisar dari 24-56 tahun. Adapun subjek yang berusia 24-30 tahun berjumlah 39 orang atau sebesar 32,5%. Subjek yang berusia 31-35 tahun berjumlah 21 orang atau sebesar 17,5%. Subjek yang berusia 36-40 tahun berjumlah 13 orang atau sebesar 10,83%. Subjek yang berusia 41-45 tahun berjumlah 7 orang atau sebesar 5,83%. Subjek yang berusia 46-50 tahun berjumlah 21 orang atau sebesar 17,5%. Dan subjek yang berusia 51-56 tahun berjumlah 19 orang atau sebesar 15,83%. Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak No. Jumlah Anak Frekuensi 1 0-1 anak 58 2 2-3 anak 60 3 4 anak 2 Total 120
Prosentase 48.33% 50% 1.67% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek penelitian ini mempunyai anak yang berjumlah 0-1 anak yaitu 58 orang atau sebesar 48,33%. Sedangkan subjek yang mempunyai anak berjumlah 2-3 anak yaitu 60 orang atau sebesar 50%. Dan hanya dua subjek saja yang mempunyai 4 anak atau sebesar 1,67%. Tabel 7 Deskripsi Subjek Berdasarkan Lama Bekerja No. Lama Bekerja Frekuensi 1 1-5 tahun 34 2 6-10 tahun 25 3 11-15 tahun 11 4 16-20 tahun 11 5 21-25 tahun 12 6 26-30 tahun 25 7 31-35 tahun 2 Total 120
Prosentase 28.33% 20.83% 9.17% 9.17% 10% 20.83% 1.67% 100%
38
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 1-5 tahun berjumlah 34 orang atau sebesar 28,33%. Subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 6-10 tahun berjumlah 25 orang atau sebesar 20,83%. Subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 10-15 tahun berjumlah 11 orang atau sebesar 9,17%. Subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 16-20 tahun berjumlah 11 orang atau sebesar 9,17%. Subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 21-25 tahun berjumlah 12 orang atau sebesar 10%. Subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 26-30 tahun berjumlah 25 orang atau sebesar 20,83%. Dan subjek yang memiliki lama waktu bekerja pada rentang 31-35 tahun berjumlah 2 orang atau sebesar 1,67%. 2.
Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi data penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggirendahnya tingkat tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psiologis. Berdasarkan data yang telah terkumpul maka diperoleh deskripsi data sebagai berikut: Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian Hipotetik Variabel X X Mean SD min max Kesejahteraan 44 88 66 22 Psikologis Tuntutan 26 52 39 13 Pekerjaan Keterangan: X min = Skor Total Minimum X max = Skor Total Maksimum SD = Standar Deviasi
X min 67 20
Empirik X Mean max 105 89.10 60
41.46
SD 6.775 9.698
39
Penelitian ini mengelompokkan skor skala kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut ini adalah kriteria skala: Tabel 9 Kriteria Kategori Skala Kategori Nilai Tinggi X ≥ (µ + 1 σ) Sedang (µ - 1 σ) ≤ X < (µ + 1 σ) Rendah X < (µ - 1 σ) Keterangan: X = Skor Total µ = Mean Hipotetik σ = Standar Deviasi Hipotetik a. Kesejahteraan Psikologis Kategorisasi skala kesejahteraan psikologis adalah sebagai berikut: Tabel 10 Kategorisasi Kesejahteraan Psikologis Skor Kategori X ≥ 88 Tinggi 44 ≤ X < 88 Sedang X < 44 Rendah Total
Frekuensi 77 43 0 120
Prosentase 64.17% 35.83% 0% 100%
b. Tuntutan Pekerjaan Kategorisasi skala kesejahteraan psikologis adalah sebagai berikut: Tabel 11 Kategorisasi Tuntutan Pekerjaan Skor X ≥ 52 26 ≤ X < 52 X < 26 Total
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Frekuensi 8 87 25 120
Prosentase 6.67% 72.5% 20.83% 100%
40
3. Hasil Uji Asumsi a.
Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran data penelitian yang terdistribusi secara normal dalam sebuah populasi. Kaidah yang digunakan adalah apabila p>0,05 maka sebaran data normal tetapi jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal. Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Variabel Skor K-SZ Kesejahteraan 1.172 Psikologis Tuntutan 0.879 Pekerjaan Uji
normalitas
dengan
p 0.128
Kategori Normal
0.423
Normal
menggunakan
teknik
one-sample
Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 17.00 for Windows menunjukkan nilai K-SZ sebesar 1,172 dengan nilai p = 0,128 (p>0,05) untuk kesejahteraan psikologis. Nilai K-SZ sebesar 0,879 dengan nilai p = 0,423 (p>0,05) untuk tuntutan pekerjaan. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan memiliki sebaran normal. b.
Uji Linearitas Uji linearitas ini digunakan untuk melihat adanya hubungan yang linear antara kedua variabel dalam penelitian ini. Hubungan kedua variabel dikatakan linear apabila p>0,05 dan sebaliknya hubungan kedua variabel dikatakan tidak linear apabila p<0,05.
41
Tabel 13 Hasil Uji Linearitas Uji Linearitas Tuntutan Pekerjaan dengan Kesejahteraan Psikologis
F Linearity 0.124
p 0.726
Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS 17.00 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F Linearity = 0,124 dan p = 0,726. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel tuntutan pekerjaan dan variabel kesejahteraan psikologis tidak linear karena p>0,05. 4.
Hasil Uji Hipotesis a. Uji Korelasi Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tuntutan
pekerjaan
dengan
kesejahteraan
psikologis
pada
karyawati. Hubungan kedua variabel dikatakan korelasi jika p<0,01. Tabel 14 Hasil Uji Hipotesis Variabel Tuntutan pekerjaan dengan Kesejahteraan Psikologis
r 0.011
p 0.453
Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis r = 0,011 dengan p = 0,453 (p>0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan
42
psikologis pada karyawati sehingga hipotesis yang diajukan ditolak. Tabel 15 Hasil uji korelasi antara aspek tuntutan pekerjaan dengan aspek kesejahteraan psikologis Variabel r r² p Work overload* -0.048 0.002 0.302 Kepuasan kerja Work overload* 0.003 0.000 0.486 Kepuasan keluarga Work overload* 0.170 0.028 0.032 Kepuasan hidup Emotional demands* -0.047 0.002 0.304 Kepuasan kerja Emotional demands* 0.052 0.002 0.286 Kepuasan keluarga Emotional demands* 0.121 0.014 0.094 Kepuasan hidup Berdasarkan hasil analisis data, menunjukkan semua aspek tuntutan pekerjaan dengan aspek kesejahteraan psikologis tidak memiliki korelasi yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai r = -0,048 dengan p = 0,302 (p>0,01) pada aspek work overload dengan kepuasan kerja. Nilai r = 0,003 dengan p = 0,486 (p>0,01) pada aspek work overload dengan kepuasan keluarga. Nilai r = 0,170 dengan p = 0,032 (p>0,01) pada aspek work overload dengan kepuasan hidup. Nilai r = -0,047 dengan p = 0,304 (p>0,01) pada aspek emotional demands dengan kepuasan kerja. nilai r = 0,052 dengan p = 0,286 (p>0,01) pada aspek emotional demands dengan kepuasan keluarga. Nilai r = 0,121 dengan p = 0,094 (p>0,01) pada aspek emotional demands dengan kepuasan hidup.
43
D. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati. Berdasarkan hasil korelasi Spearman dapat diketahui bahwa koefisien r = 0,011 dengan p = 0,453 (p>0,01). Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tuntutan pekerjaan maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis pada karyawati dan sebaliknya semakin rendah tuntutan pekerjaan maka semakin rendah kesejahteraan psikologis pada karyawati. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek tuntutan pekerjaan dengan aspek kesejahteraan psikologis. Penyebab tidak adanya hubungan yang signifikan antara aspek tuntutan pekerjaan dengan aspek kesejahteraan psikologis kemungkinan karena tuntutan pekerjaan pada subjek penelitian ini tidak terlalu berat. Ada beberapa penyebab hipotesis ditolak. Pertama, karena alat ukur yang digunakan peneliti merupakan alat ukur translasi dari sumber yang berbeda negara dengan peneliti. Sehingga mungkin terdapat perbedaan dalam hal budaya. Dalam sebuah penelitian, pernyataan yang diajukan peneliti haruslah bebas budaya sehingga tidak terjadi culture-bound. Dimana suatu pernyataan tersebut bisa saja bermakna bagi satu budaya namun tidak bagi budaya lain. Selain pernyataan yang culture-bound, peneliti harus memperhatikan penafsiran atas data yang didapat. Peneliti sering berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dengan para subjek yang dikaji. Yang terakhir adalah adanya response set yaitu, kecenderungan kultural untuk memberi respon dengan cara-cara tertentu terhadap
44
tes atau skala respon yang lebih merupakan cermin dari kecenderungan kultural dan bukan makna skala yang sebenarnya (Matsumoto, 2008). Walaupun hipotesis “ada hubungan antara tuntutan pekerjaan dengan kesejahteraan psikologis pada karyawati” dalam penelitian ini ditolak, tidak berarti faktor-faktor lain di luar tuntutan pekerjaan tidak mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Menurut Bakker dan Demerouti (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan yaitu, job demands, job control, dan job resources. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis menurut Salami (2010) adalah situasi keuangan, status sosial, kesehatan fisik, kualitas perkawinan, status pensiun, tantangan pekerjaan, dukungan sosial, dan kepuasa hidup. Kualitas perkawinan menjadi faktor lain dalam terbentuknya kesejahteraan psikologis. Menurut Clayton (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan diantaranya adalah kualitas komunikasi, pelaksanaan tugas, pendidikan, tahap perkembangan keluarga, dan keberadaan anak. Meskipun kualitas perkawinan tidak dapat diartikan hanya dengan melihat lama waktu perkawinan, setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa perkawinan yang dijalani dapat memberikan kenyamanan bagi hidup. Para karyawati yang memiliki lama waktu perkawinan hingga berpuluh-puluh tahun ternyata memilik skor kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan para karyawati yang baru saja menikah. Jumlah anak juga dapat memberikan sedikit gambaran terhadap kepuasan perkawinan seseorang. Walaupun tidak berarti keluarga yang tidak dikarunia anak
45
tidak mengalami kepuasan dalam perkawinan. Hanya saja dengan memiliki anak proses dalam keluarga tentunya akan lebih kompleks. Berdasarkan data penelitian, rata-rata karyawati memiliki anak 2-3 orang dan hanya ada dua karyawati yang memiliki anak 4 orang. Selebihnya para karyawati yang baru menikah memiliki 1orang anak atau belum memiliki anak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah lama waktu perkawinan sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikologis. Para karyawati yang memiliki lama waktu perkawinan hingga berpuluh-puluh tahun memiliki skor kesejahteraan psikologis lebih tinggi daripada para karyawati yang baru menikah. Para karyawati yang memiliki anak menunjukkan skor kesejahteraan psikologis yang baik. Oleh karena itu kualitas perkawinan juga merupakan salah satu faktor yang berperan positif dalam terbentuknya kesejahteraan psikologis pada karyawati. Lama waktu bekerja menjadi salah satu faktor pendukung terbentuknya kesejahteraan psikologis pada karyawan. Berdasarkan data penelitian ditemukan hasil bahwa karyawati yang telah lama bekerja tidak memiliki skor kesejahteraan psikologis yang baik. Ada 14 orang dari 39 orang karyawati dengan lama waktu bekerja antara 20-35 tahun yang memiliki skor kesejahteraan psikologis yang tinggi. Selain itu karyawati hanya mampu mencapai skor rata-rata saja, walaupun begitu skor kesejahteraan psikologis para karyawati masih tergolong cukup baik. Dalam suatu pekerjaan biasanya tidak mungkin hanya ada satu faktor saja yang dapat mempengaruhi. Tempat kerja merupakan lingkungan yang kompleks untuk munculnya suatu masalah, misalnya masalah komunikasi interpersonal, dukungan sosial, rekan kerja, dan lingkungan kerja itu sendiri. Sehingga wajar
46
saja apabila karyawati yang sudah lama bekerja memiliki kesejahteraan psikologis yang konstan dan tidak bertambah lebih baik. Faktor pendukung terakhir yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah karakteristik demografis. Karakteristik demografis dalam penelitian ini adalah usia. Berdasarkan data penelitian diperoleh dua kelompok rentang usia, yaitu yang pertama rentang usia 24-40 tahun dan yang kedua rentang usia 41-56 tahun. Pada rentang usia yang pertama terdapat 14 orang yang memiliki skor kesejahteraan psikologis tinggi dan 15 orang yang memilki skor kesejahteraan psikologis rendah. Sedangkan rentang usia yang kedua terdapat 13 orang yang memiliki skor kesejahteran psikologis tinggi dan 9 orang yang memiliki skor kesejahteraan psikologis rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor usia karyawati dengan rentang usia 41-56 tahun lebih memiliki skor kesejahteraan psikologis yang tinggi dibanding karyawati dengan rentang usia 25-40 tahun. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 111 orang yang termasuk dalam kategori kesejahteraan psikologis tinggi. Ada 9 orang yang termasuk dalam kategori kesejahteraan psiokolgis sedang. Rata-rata skor tuntutan pekerjaan dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tuntutan pekerjaan subjek tidak terlalu berat. Berdasarkan penelitian ini terdapat 42 orang subjek menunjukkan kategori tinggi dalam skor tuntutan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua subjek mendapatkan tuntutan pekerjaan yang tinggi dari perusahaannya. Selaras
dengan
variabel
tuntutan
pekerjaan,
kategorisasi
variabel
kesejahteraan psikologis tergolong tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
47
sebagian subjek memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Dalam hal ini subjek sudah memenuhi keseluruhan dari aspek kesejahteraan psikologis. Penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan. Diantaranya pertama, alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua skala translasi meliputi skala kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan. Walaupun skala ini telah melalui proses review, tidak menutup kemungkinan bahwa skala translasi tersebut masih banyak kekurangan. Penyebaran skala yang tidak dilakukan sendiri oleh peneliti dapat mempengaruhi jawaban subjek. Kedua, terdapat kesalahan dalam menentukan aitem yang termasuk favourable dan unfavourable sehingga terdapat dua aitem yang gugur dikarenakan salah tabulasi. Ketiga, kemungkinan bisa saja terjadi karena subjek ingin memberikan kesan positif atau faking good tentang dirinya dan tidak menginginkan orang lain tahu mengenai masalah atau kekurangan yang ada dalam diri subjek. Keempat, kurangnya referensi yang digunakan oleh peneliti sehingga teori yang digunakan pada variabel kesejahteraan psikologis dan tuntutan pekerjaan masih kurang relevan.