25
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Cara memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada kepala SKPD. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil evaluasi LAKIP serta informasi-informasi lain yang relevan digunakan dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, terdapat 3 variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Variabel independen yaitu kompetensi dan variabel dependen yaitu AKIP serta komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi. Seluruh data tersebut akan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi moderasian. Untuk melakukan analisis dengan teknik analisis tersebut, sebelumnya perlu dilakukan berbagai macam uji yang terdapat dalam uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. Terakhir, akan dilakukan interpretasi atas hasil uji tersebut, serta akan diberikan kesimpulan mengenai hasil secara keseluruhan. 4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian ini adalah pada Tahun 2014 sedangkan lokasi penelitian ini adalah pada Pemerintah Daerah Tingkat II Tabanan atau di Kabupaten Tabanan. Pemerintah Kabupaten Tabanan dijadikan lokasi penelitian karena penulis melihat masih kurang optimalnya penerapan AKIP yang berdampak pada kinerja pemerintah. Selain itu, sebagai perbandingan penelitian tentang AKIP sebelumnya di daerah lain.
25
26
4.3. Penentuan Sumber Data 4.3.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kepala SKPD pada pemerintah Kabupaten Tabanan berjumlah 41 orang. 4.3.2. Responden Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan responden dan sampel dari populasi adalah sensus atau sampel jenuh dimana seluruh populasi dijadikan sampel.. Sampel penelitian ini ditentukan adalah seluruh kepala SKPD pada Pemerintah Kabupaten Tabanan yang berjumlah 41 orang. Kepala SKPD dipilih karena sebagai penanggungjawab pelaksanaan AKIP pada masing-masing SKPD di Kabupaten Tabanan. 4.4. Variabel penelitian Variabel-variabel yang dianalisis sesuai dengan masalah utama dan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Kompetensi Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang memiliki hubungan kasual. Pengukuran yang dilakukan adalah dengan melihat persepsi pejabat penanggungjawab pelaksanaan AKIP terhadap kompetensi yang dimiliki. Variabel kompetensi
27
menggunakan tiga indikator yaitu keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude). Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Manik (2010), terdiri dari 11 pernyataan (Lampiran 2). 2) Komitmen organisasi Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. Variabel komitmen organisasi menggunakan tiga indikator dalam instrumennya, yaitu Pertama, memiliki kepercayaan yang kuat dan menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Kedua, kemauan yang kuat untuk berusaha atau bekerja keras untuk organisasi. Ketiga, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Sutrisno (2011), terdiri dari 11 pernyataan (Lampiran 2). 3) AKIP Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat AKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Variabel ini menggunakan data sekunder yang diambil dari nilai hasil evaluasi LAKIP Kabupaten Tabanan tahun 2013. Pengukuran variabel ini sesuai dengan evaluasi AKIP yang dilaksanakan terhadap lima komponen besar manajemen
28
kinerja yang meliputi : perencanaan kinerja (35%), pengukuran kinerja (20%), pelaporan kinerja (15%), evaluasi kinerja (10%), dan capaian kinerja (20%). Penggunaan data nilai evaluasi LAKIP tahun 2013 disebabkan karena data nilai evaluasi LAKIP Kabupaten Tabanan tahun 2014 baru dikeluarkan pada pertengahan tahun 2015. 4.5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner kompetensi diperoleh dari penelitian Manik (2010) dan kuesioner komitmen organisasi diperoleh dari Sutrisno (2011), yang dimodifikasi (bentuk dan jumlah pertanyaannya) agar sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk skala bertingkat (skala Likert) dengan lima alternatif jawaban dan masing-masing diberi skor. Pemilihan skala lima poin dikarenakan skala ini paling umum dipergunakan dalam penelitian dan memiliki indeks validitas, reliabilitas, kekuatan diskriminasi, serta stabilitasnya yang cukup baik (Dawes, 2008; Preston dan Colman, 2000 dalam Budiaji, 2013). Kemudian, data yang diperoleh dari kuesioner tersebut (yang merupakan data kualitatif) akan dikonversi menjadi data kuantitatif menggunakan Method of Successive Interval atau MSI. Beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk mengkonversi data menggunakan
MSI
yaitu:
menghitung
frekuensi,
menghitung
proporsi,
menghitung proporsi komulatif, menghitung nilai z, menghitung nilai densitas fungsi z, menghitung scale value, menghitung penskalaan. Pengujian instrumen dilakukan sebagai syarat agar teknik analisis data dapat berjalan dengan baik dan semestinya. Pengujian ini antara lain: 1) Uji Validitas:
29
Digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu alat ukur, dalam hal ini kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner tersebut megungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Sugiyono, 2012). Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antar skor total. Jika koefisien korelasinya positif dan >0,3; maka indikator yang bersangkutan dianggap valid (validitas kriteria). 2) Uji Reliabilitas Menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan diukur, dan untuk melihat konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2012). Item pertanyaan dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha diatas 0,6. Semakin besar nilai α (alpha), maka semakin besar pula reliabilitasnya. 4.6. Analisis Data 4.6.1. Uji asumsi klasik Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dipenuhi pada analisis regresi yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian supaya hasilnya BLUE atau Best Linear Unbiased Estimator (Ghozali, 2012). Uji pada penelitian ini hanya uji normalitas dan heterokedastisitas. Uji multikolinearitas tidak dilakukan pada model regresi yang akan digunakan karena menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) yang akan selalu menimbulkan masalah multikolinearitas. Demikian juga dengan
30
uji autokorelasi tidak dilakukan pada model regresi karena data pada penelitian ini berupa data cross section seperti kuesioner. Pada penelitian ini pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat heterokedastisitas dan nilai residual data yang dihasilkan berdistribusi normal. 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2012). Pada uji normalitas ini dilakukan uji t dan uji F yang mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji KolmogrovSmirnov. Hasil dari pengujian ini digunakan untuk melihat normalitas data, berdasarkan kriteria penerimaan bahwa data dapat dikatakan memiliki distribusi normal jika nilai signifikansi dari Kolgorov-Smirnov > 0,05. 2) Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2012). Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini, metode statistik yang digunakan untuk menentukan model terbebas dari dari masalah heterokedastisitas yaitu uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan
31
meregresikan variabel bebas terhadap nilai residual mutlaknya dengan probabilitas signifikansinya 5%. Suatu model regresi dikatakan tidak mengandung adanya heterokedastisitas jika tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel
dependen. 4.6.2. Analisis regresi moderasian (moderated regression analysis) Analisis regresi digunakan untuk melihat ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel dependen, dengan tujuan untuk mengestimasi nilai rata-rata variabel berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003). Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini diasumsikan linear dan diuji dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Uji interaksi atau sering disebut MRA merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2012). Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut : 1) Analisis regresi linear sederhana Y = α + β 1X1 + e 2) Analisis regresi linear berganda Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X1X2+ e Keterangan : Y α X1 X2 β1 β2
: AKIP : Konstanta : Kompetensi : Komitmen Organisasi : Koefisien regresi untuk X1 : Koefisien regresi untuk X2
32
β3 e
: Koefisien regresi untuk variabel moderasi : Residual
4.6.3. Uji Kelayakan Model Uji kelayakan model (model fit) dilakukan dengan uji F (F test). Uji ini dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
variabel
bebas
yaitu
kompetensi
mempengaruhi AKIP sebagai variabel terikat. Apabila hasil dari uji F adalah signifikan atau P value ≤0,05 maka hubungan antar variabel bebas adalah signifikan mempengaruhi variabel terikat dan model regresi yang digunakan dianggap layak uji. 4.6.4. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas, namun apabila nilai R2 mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2012).
4.6.5. Uji Statistik t (Uji Parsial)
33
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual pada variabel terikat. Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah diterima atau ditolak dengan cara membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%). Apabila signifikansinya dibawah atau sama dengan 0,05 maka hipotesis diterima. Untuk uji interaksi apabila koefisien variabel interaksi dibawah atau sama dengan 0,05 (5%) maka hipotesis diterima.. Pengidentifikasian koefisien regresi menandakan adanya hubungan antara variabel bebas yaitu kompetensi dan variabel terikat yaitu AKIP. Hubungan variabel kompetensi dan variabel AKIP searah apabila koefisien regresi bertanda positif, namun jika terdapat hubungan berlawanan antara variabel kompetensi dan variabel AKIP maka ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang bertanda negatif. Pada pengujian interaksi, apabila koefisien regresi kompetensi tidak signifikan dan variabel komitmen organisasi juga tidak signifikan, namun variabel moderasi signifikan, ini berarti bahwa variabel moderasi yang dalam hal ini adalah komitmen organisasi merupakan variabel pure moderator. Namun jika hasil menunjukkan bahwa variabel kompetensi serta variabel moderasi sama-sama signifikan yang berarti bahwa variabel komitmen organisasi dapat digunakan sebagai variabel independen sekaligus sebagai variabel moderasi atau biasa disebut quasi moderator.