BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa laporan keuangan yang dipublikasikan pada periode 2012-2014. Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang diperoleh dari situs resmi BEI: www.idx.co.id dan sumber data lainnya yang berasal dari sumber bacaan seperti jurnal, dan data dari internet. 3.2
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang memungkinkan mengambil data demi kepentingan penelitian tersebut. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI. Sampel adalah bagian dari populasi tertentu yang memiliki karakteristik sama dengan populasinya dan diambil dengan tujuan untuk sumber data penelitian. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dari suatu populasi yang memenuhi kriteria tertentu sebagai representatif dari populasinya. Kriteria sampel tersebut adalah: 1.
Perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergabung dalam kelompok LQ-45 untuk periode Februari- Juli 2015,
39
sebab anggota perusahaan dalam LQ-45 selalu berubah tiap periode, maka penulis mengambil sample LQ-45 pada saat memulai penelitian ini yaitu periode februari-juli 2015. 2.
Perusahaan memiliki data yang diperlukan selama penelitian.
3.
Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunannya di BEI selama periode pengamatan penelitian.
Peneliti mengambil sampe LQ-45 karena perusahaan-perusahaan yang berada dalam grup LQ-45 merupakan perusahaan-perusahaan yang besar dan sudah menerapkan corporate governance dengan baik. Sehingga laporan tahunan perusahaan LQ-45 adalah laporan keuangan yang berkualitas dan kemungkinan data yang diperlukan dalam penelitian ini tersedia semakin besar. Hal ini juga disebabkan oleh karena hanya sedikit perusahaan di Indonesia yang menerapkan kepemilikan manajerial didalam perusahaannya. Oleh karena itu peneliti menggunakan sampel LQ-45 untuk memudahkan peneliti mengambil sampel dengan data yang lengkap melalui perusahaan-perusahaan besar yang berada dalam LQ-45. 3.3
Pengukuran Variabel Penelitian
3.3.1
Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja pada masa lalu ataupun kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
40
Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan return on asset (ROA), cash ratio (Rasio Kas) dan debt to asset ratio. Menurut Hanafi dan Halim (2003:27) ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan total aset perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kurniasih dan Sari, 2013), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak ROA
=
x 100% Total Asset
Cash ratio merupakan salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan uang kas dan setara kas perusahaan yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Iskandarsyah, 2010). Rasio kas juga sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan melalui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya. Rasio kas dihitung menggunakan perbandingan antara kas dan setara kas perusahaan dengan utang lancar perusahaan (Kaunang, 2013) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
41
Kas dan Setara Kas Rasio Kas =
x 100% Utang Lancar
Debt to asset ratio adalah salah satu dari rasio solvabilitas. Debt to asset ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (syafri, 2008). Debt to asset ratio merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membiayai aktiva menggunakan hutang perusahaan. Semakin kecil debt to asset ratio maka semakin bagus kinerja perusahaan, sebab menunjukkan bahwa kecilnya aktiva yang dibiayai oleh hutang perusahaan. Debt to asset ratio diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Total hutang Debt to asset ratio
=
x 100% Total Aktiva
3.3.2
Transparansi
Transparansi yang diproksikan oleh voluntary disclosure (pengungkapan sukarela) diukur dengan indeks pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan instrumen modifikasi yang digunakan oleh Rini (2010), Aripika (2013), serta Bhuiyan dan Biswas (2007). Instrumen ini terdiri dari 11 point item. Kemudian 11 point item ini, dibagi menjadi
42
59 item pengungkapan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memberikan informasi perusahaannya secara sukarela. Kemudian dari ke 59 item ini ditentukan skor 1 jika diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapkan. Setelah itu indeks pengungkapan corporate governance (IPCG) pada laporan tahunan perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Total item yang diungkapkan IPCG
= Jumlah item yang bisa diungkapkan
3.3.3
Kepemilikan institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Kepemilikan Institusional dapat menjadi kontrol dalam laporan keuangan diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan (Nuraeni, 2010). Jumlah saham yang dimiliki investor institusi KPIN
= Total modal saham perusahaan yang beredar
3.3.4
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh pihak pengelola perusahaan (dewan direksi dan dewan komisaris) secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Kepemilikan
43
manajerial diukur menggunakan skala rasio melalui persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham yang beredar (Humairah, 2014). Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen KPMN = Total modal saham perusahaan yang beredar 3.3.5
Komisaris Independen
Komisaris Independen diukur dengan menggunakan skala rasio melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (Irmasari, 2013). Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan KMI
= Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
3.4
Metode Analisis Data
3.4.1
Analisis Deskriptif statistik atas data
Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistika deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Macam-macam deskriptif statistik adalah rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
44
3.4.2
Uji Asumsi Klasik
Model regresi berganda harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara ekonometri dan apakah estimator yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat BLUE, maka dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. 3.4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen, keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini digunakan grafik histogram, grafik normal probability-plot, dan uji one sample kolmogorov-smirmov untuk menguji normalitas. Grafik histogram dan normal probability-plot membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirmov karena uji ini dapat secara langsung menyimpulkan apakah data yang ada terdistribusi normal secara statistik atau tidak.
45
3.4.2.2 Uji Multikolinieritas Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas diantara variabelvariabel bebas yang berada dalam satu model, artinya antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna. Apabila hal ini terjadi antara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Faktor (VIF) (Ghozali, 2013). Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam regresi. 3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi tersebut terjadi heteroskedastisitas, yang bertujuan untuk mengetahui terjadinya varian tidak sama untuk variabel bebas yang berbeda. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilihat sebaran titik pada grafik scatterplot dari grafik scatterplot jika terlihat titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
46
3.4.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan, menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013). Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan uji runs. Dalam runs test, dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai asymp.sig. (2-tailed lebih dari 0,05). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. 3.5
Pengujian Hipotesis
3.5.1
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi adalah suatu model dimana variabel dependen bergantung pada dua atau lebih variabel independen. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antar dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini mengacu pada kinerja keuangan yaitu ROA, cash ratio dan debt to asset ratio, sedangkan variabel independen mengacu pada transparansi yang diproksikan oleh voluntary disclosure (pengungkapan sukarela), kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk melihat efek pada semua
47
variabel-variabel tersebut secara bersamaan. Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Y1 = α + β1 PS + β2 KPIN + β3 KPMN + β4 KMI + ∈ Y2 = α + β1 PS + β2 KPIN + β3 KPMN + β4 KMI + ∈ Y3 = α + β1 PS + β2 KPIN + β3 KPMN + β4 KMI + ∈
(MODEL 1) (MODEL 2) (MODEL 3)
Y1
= Kinerja keuangan yang diukur dengan ROA
Y2
= Kinerja keuangan yang diukur dengan cash ratio
Y3
= Kinerja keuangan yang diukur dengan debt to asset ratio
PS
= Indeks luasnya pengungkapan sukarela
KPIN
= Persentase kepemilikan institusional
KPMN
= Persentase kepemilikan manajerial
KMI
= Persentase komisaris independen
∈
= Error term
α
= Konstanta
β
= Koefisien
Hasil persamaan regresi ini dipakai untuk menguji hipotesis dengan menggunakan ttest dengan tingkat keyakinan 95%. Jika hasil regresi p-value > 0.05 Ho tidak dapat ditolak yang berarti Ha ditolak, sebaliknya jika p-value <0.05 ho ditolak atau Ha diterima. 3.5.2
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Nilai R2 berada
48
diantara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati nilai satu maka variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan dalam menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variasi variabel terikat. Jika R2 mendekati nol (0) maka semakin lemah variasi variabel independen menerangkan variabel dependen terbatas. 3.5.3
Uji T atau Uji Parsial
Uji t digunakan untuk memprediksi ada tidaknya pengaruh secara parsial (sendirisendiri) variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian Parsial dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja keuangan. Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai probabilitas masing-masing koefisien regresi adalah dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak. 3.5.4
Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.