Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
BAB IV INTERPRETASI TEORITIK 4.1 Emile Durkheim Emile Durkheim (1859-1917), Profesor Sosiologi pertama dari Universitas Paris, mengambil pendekatan kolektivitas terhadap pemahaman mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial". Dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Durkheim membagi kelompok masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan solidaritas organis: 1. Solidaritas Mekanis
Solidaritas yang terbangun antara sesama manusia yang didasari akarakar humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam kehidupan sesama. Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun kehidupan harmonis antara sesama. Karena itu, landasan solidaritas tersebut lebih bersifat lama dan tidak temporer. Solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok – kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan lainnya. Masing – masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok luarnya. Masing – masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
belum berkembang. Peranan semua anggota sama sehingga ketidakhadiran seorang anggota kelompok tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok karena peranan anggota tersebut dapat dijalankan orang lain. Kohesi sosial yang terjadi berdasarkan ketergantungan individu dalam masyarakat juga lebih maju terhadap satu sama lain. Di kalangan masyarakat industri pembagian tenaga kerja pun meningkat. Meskipun individu melakukan tugas yang berbeda dan sering memiliki nilai dan kepentingan yang berbeda.
2. Solidaritas Organis
Bentuk hubungan antarsesama selalu dilandaskan pada hubungan sebab akibat (kausalitas), bukan pada kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan. Hubungan yang terjalin lebih bersifat fungsional sehingga lebih temporer sifatnya. Pada tataran lebih luas, bisa saja solidaritas yang terbangun di dalamnya didasarkan pada
kacamata
niaga,
yang
di
dalamnya
berlaku
hukum untung rugi. Solidaritas Organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks, masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian. Tiap anggota menjalankan peranan berbeda dan diantara berbagai peranan yang ada terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara bagian – bagian suatu organisme biologis. Karena adanya saling tergantungan ini maka ketidakhadiran pemegang peranan tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat. Berdasarkan teori yang dikemukakan Emile Durkheim, penelitian ini menyimpulkan tipe masyarakat Desa Panglungan melalui analisis dengan
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
menggunakan 2 variabel yakni variabel solidaritas sosial dan variabel kontrol sosial. Solidaritas Sosial No.
Kategori
Frekuensi
%
1
Rendah
0
0
2
Sedang
8
8
3
Tinggi
92
92
100
100
Jumlah
Data yang disajikan dalam tabel di atas menginformasikan variabel solidaritas sosial dan melalui tabel tersebut merepresentasikan solidaritas masyarakat Desa Panglungan ditinjau dari interaksi antar sesama warga dalam melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Interaksi yang dilakukan menyangkut tentang kedekatan dengan tetangga dan kegiatan yang diikuti di lingkungan sekitar. Solidaritas sosial di Desa Panglungan tergolong tinggi. Hal ini dapat dilihat dari saling mengenalnya antar tetangga, keluarga tetangga; sering berkunjungnya ke rumah tetangga; respon terhadap tetangga yang sakit, meninggal, terkena musibah; keikutsertaan apabila tetangga mengadakan hajatan dengan menyumbangkan tenaga, uang, dan lain-lain; serta keiikutsertaan pada kegiatan yang ada di desa seperti arisan, pengajian, siskamling, kerja bakti, dan melayat jika ada tetangga meninggal. Tetapi kegiatan siskamling di Desa Panglungan sudah mulai tergeser modernisasi yang sudah mulai memasuki
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
kehidupan masyarakat Desa Panglungan. Siskamling hanya diaadakan apabila ada acara/kegiatan warga Panglungan saja. Selain data diatas ditemukan bukti lain yakni dari hasil Indepth Interview kepada salah satu petani yang tergolong miskin di desa Panglungan yaitu Ibu Ismini. Dari hasil wawancara mendalam tersebut ditemukan bahwa solidaritas antar tetangga di desa tersebut masih tinggi yakni apabila responden tersebut membutuhkan bantuan berupa tenaga maupun materi tetangga sekitar rumah responden sering membatu. Dan bukti lainnya dari salah seorang petani kaya di desa Panglungan yaitu Ibu Endang, Beliau sering membantu warga sekitar apabila membutuhkan bantuan dan apabila Beliau sedang panen Beliau mengambil tenaga kerja dari warga sekitar. Meskipun Beliau kaya warga sekitar juga ikut merasakan keberhasilan Ibu Endang. Dari data yang terkumpul, Desa Panglungan tergolong pada desa yang memiliki sosidaritas mekanis dengan ciri-ciri yang dikemukakan Emile Durkheim. Terlihat dari respon positif warga saat ada tetangga yang mempunyai hajat, mereka akan datang berbondong-bondong, membawa bingkisan dan membantu mempersiapkan acara. Jika ada yang membutuhkan bantuan uang, mereka akan meminjami tanpa memungut bunga dan saat ada tetangga yang meninggal dunia mereka akan dengan kesadaran diri membantu mempersiapkan prosesi pemakaman serta membantu secara materi.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Gambar: Warga Desa Panglungan saat kerja bakti. Penggolongan masyarakat Desa Panglungan ke dalam masyarakat yang bertipe solidaritas mekanilas dapat dilihat pula dari pembagian-pembagian pekerjaan yang ada dalam masyarakat tersebut yang sebagian besar masih bergerak di dalam sektor pertanian atau perkebunan atau dengan kata lain masyarakat di desa ini masih memiliki pembagian pekerjaan yang relatif homogen. Solidaritas yang mekanis dalam masyarakat desa ini juga dapat dilihat dari tingkat kesolid-an masyarakatnya yang cukup tinggi yang diwujudkan melalui saling menjaga hubungan kerukunan antara anggota satu dengan anggota yang lainnya dengan melalui berbagai bentuk kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan rutin dan senantiasa diikuti oleh seluruh warga seperti halnya kegiatan kerja bakti/bersih desa, siskamling dan pengajian rutin. Disamping itu, masyarakat Desa Panglungan juga menunjukkan solidaritasnya dengan saling membantu jika ada anggota warga lain yang sedang memiliki acara hajatan. Bantuan yang mereka berikan pun bervariasi karena tidak ada ketentuan-ketentuan tertentu dalam memberikan
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
bantuan. Begitu juga jika ada tetangga yang meninggal dunia, warga lain secara kesadaran langsung membantu tetangga yang ditinggalkan dengan melayat, memberi bantuan materi serta ikut membantu dalam proses pemakamannya. Selain itu, jika ada tetangga atau sanak saudara yang membutuhkan bantuan berupa uang masyarakat Desa Panglungan kembali menunjukkan solidaritasnya dengan meminjamkan uang tanpa bunga dan memberikannya tanpa pamrih. Variabel kontrol sosial juga menunjukkan bahwa masyarakat Desa Panglungan termasuk ke dalam tipe masyarakat dengan solidaritas mekanis. Hal ini dapat dibuktikan dari masyarakatnya dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan dengan menggunakan kontrol sosial dengan bentuk sanksi yang telah disepakati sebelumnya melalui kekeluargaan. Namun apabila cara kekeluargaan masih belum menyelesaikan masalah maka masalah tersebut dilaporkan ke pihak yang berwajib. 4.2 Max Weber Maximilian Weber (Efurt, Jerman, 21 April 1864) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Dalam teorinya, Weber mengemukakan 4 tindakan sosial, yaitu : a. Zweck – Rasional intrumental b. Wert- Rasional orientasi nilai c. Affectual - afeksi d. Traditional
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Pada pengembangannya, yang dibahas adalah Zweck – Rational atau lebih disebut sebagai Tindakan Rasional dan tipe tindakan tradisional. Karena kedua tipe ini dapat memunculkan perbedaan mendasar ketika mengkategorikan tindakan-tindakan dari masyarakat. 1. Masyarakat yang berorientasi Tradisional Dalam teori ini, Weber menyebut bahwa masyarakat ini dalam tindakannya selalu berorientasi pada hal – hal yang berbau tradisi (suatu kebiasaan bertindak yang terbentuk dari masa lampau). Tindakannya dilandaskan pada hukum-hukum normatif yang ditetapkan oleh masyarakat yang dialkukan secara turun temurun mapun kebiasaan masa lalu yang dipelopori oleh nenek moyang. Di dalam masyarakat ini berkembang suatu bentuk authority ( kemampuan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal) dan power. Power dikonsepkan sebagai kemampuan mempengaruhi orang lain. Sehingga berkembanglah istilah patriakhalisme dan patrimonialisme. Tipe kepemimpinan “patriakhalisme” adalah kepemimpinan yang wewenang serta kekuasannya didasarkan pada senioritas. Sehingga yang lebih senior memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Sedangkan “patrimonialisme” adalah tipe kepemimpinan yang mengharuskan sang pemimpin bekerja sama dengan kerabatkerabatnya atau dengan orang-orang yang terdekat. Selain itu juga muncul tipe kepemimpinan kharismatik. Tipe ini bukan merupakan
tipe
kepemimpinan
tradisional
ataupun
rasional.
Melainkan
kepemimpinan yang berdasarkan suatu keabsahan yang sebenarnya bersifat irasional. Kepemimpinan yang seperti ini akan bergantung pada sejauh mana
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
kharisma dari pemimpin tersebut masih aktif dan dapat bertahan di mata masyarakatnya.
2. Masyarakat yang Berorientasi Rasional Di dalam masyarakat yang berpedoman kepada rasionalitas ini hukumhukum yang disusun secara rasional dijadikan pedoman utama setiap tindakan sosial. Selain itu juga terjadi penyusutan tradisi,sehingga tradisi dianggap sebagai suatu hal yang kuno dan irrasional. Setiap tindakan sosial dari masyarakat rasional selalu bertolak dari pilihan-pilihan secara rasional atas sarana atau alat yang dinilai paling efektif unuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Di dalam masyarakat ini, berkembang hukum-hukum ekonomi yang menginginkan pencapaian tujuan dalam jumlah maksimal dengan menekan pengeluaran daya serta dana seminimal mungkin. Dan berkembang pula rasionalisme teknologis, yaitu suatu pendayagunaan alat/sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian menurut Weber, keabsahan authority dalam masyarakat yang berorientasi rasional ini juga akan didasarkan pada hukum-hukum yang disusun secara rasional, kepada keahlian tertentu, kepada pembagian pekerjaan, dan kepada hierarkhi kekuasaan. Sementara itu , penunjukkan serta pengangkatan pemimpin akan mendasarkan diri pada pertimbangan – pertimbangan obyektif yang tak memandang orangnya secara pribadi. Kesemuanya tersusun dalam suatu birokrasi.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Max Weber, penelitian ini menarik kesimpulan melalui analisis dengan menggunakan variabel tradisi dan kepercayaan serta variabel kepemimpinan. Melalui variabel tradisi dan kepercayaan, penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Panglungan tergolong ke dalam masyarakat tradisional. Sesuai dengan data yang telah diperoleh pada masyarakat Desa Panglungan dapat diketahui bahwa masyarakat tersebut masih sangat percaya pada tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang dan mereka masih sering melakukan tradisi tersebut. Intensitas Responden dalam Melakukan Tradisi dan Kebudayaan No.
Kategori
Frekuensi
%
1
Rendah
0
0
2
Jarang
6
6
3
Sering
94
94
100
100
Jumlah
Dari tabel skoring tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 94 % masyarakat Desa Panglungan sering melakukan tradisi peninggalan nenek moyang mereka. Dapat dilihat dari seringnya masyarakat Desa Panglungan melakukan tradisi berupa, upacara kehamilan berupa empat bulanan (ngupati), tujuh bulanan (tingkepan), Sembilan bulanan (procotan); upacara kelahiran berupa sepasaran (hari kelima kelahiran), aqiqah (hari ketujuh kelahiran), puputan (copot puser), selapan, mudun lemah, disapeh (berhenti netek); upacara pengantin berupa temon/rakitan/lamaran, siraman, ruwatan manten, sepasaran; upacara kematian Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
berupa hari geblak (hari kematian), telung dinaan (hari ketiga), pitung dinane (hari ketujuh), patang puluh dino (hari keempat puluh), mendhak pisan, mendhak pindoh, mendhak telu; dan upacara lainnya seperti, upacara mulai tanam, sebelum hajatan, sedekah bumi, selamatan membuat rumah, dan grebeg suro. Kemudian melalui variabel kepemimpinan, penelitian ini juga menggolongkan masyarakat Desa Panglungan ke dalam masyarakat dengan dasar tindakan yang relatif tradisional namun mulai bergeser ke arah modern. Hal ini dapat dilihat melalui sebagian besar masyarakat yang mendasari pilihan mereka dalam memilih dan menentukan pemimpin dengan kriteria seseorang yang memiliki sebuah kharisma, sopan-santun yang secara keseluruhan memiliki nilai lebih di mata masyarakatnya. Namun mulai timbul juga nilai yang lebih kritis yaitu dengan melihat dari segi pendidikannya. Sesuai dengan data yang diperoleh, Masyarakat Desa Panglungan kecamatan Wonosalam kabupaten Jombang dapat diketahui bahwa mereka kurang rasional, hal tersebut dapat dibuktikan dalam tabel 60 No pertanyaan, koding 134138. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Panglungan sebagian besar yaitu 99 % memiliki alasan buwuh ke rumah tetangga karena tradisi dari nenek moyang, sehingga dapat diketahui alasan mereka sebagian besar tidak rasional karena hanya berdasarkan tradisi dan bisa dibilang hanya ikutikutan para leluhur mereka. Didukung oleh data dari hasil indept interview terhadap tokoh sesepuh yang tak lain mempunyai peranan sentral, terhadap pola budaya yang dominan dan terstruktur didalam konstruksi masyarakat, yang mempunyai nilai kesakralan terhadap berbagai aktifitas kehidupan mapun mempunyai konsekuensi akibat yang
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
bersifat irasional yang terkesan mistis. Menurut informan berbagai aktifitas tradisional di desa panglungan masih begitu kental dan kuat tercermin dari intensitas beliau (informan) yang diundang sebagai pemimpin upacara adat, mulai dari ritual dalam upacara pengantin yang masih kerap dengan nilai kebudayaan yang berlandaskan atas selamatan dan syukuran. Terlintas dari ritual kesenian bantengan yang bisa dikatakan harus dilakukan meskipun tidak harus dilakukan, namun memiliki ikatan sakral yang kuat yang secara implisit dan tak langsung menjadi suatu pedoman yang tak lain dari kaca mata umun maupun raional universal merupakan fenomena yang kauh dari kata wajar (irasional)
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
4.3 Ferdinand Tonnies 1. Gemeinschaft Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan ekslusif, suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gemenschaft dibedakan atas tiga jenis yaitu Gemeinschaft by blood, Gemeinschaft of palce, dan Gemeinschaft of mind. Menurut Tonnies, gemeinschaft merupakan masayarakat yang komunal. Masyarakat yang tersusun atas dasar ketunggalan darah atau kesamaan garis keturunan keluarga, yang mempunyai kesatuan lokalitas tempat tinggal, serta didasari jiwa dan pikiran yang sama terhadap kepercayaan, agama, dan ideologi. Adapun ciri-ciri masyarakat Gemeinschaft, yaitu : 1. Kehendak bersama lebih dominan 2. Mengedepankan anggota sebagai keseluruhan 3. Kepentingan bersama lebih dikedepankan 4. Dikuasai keyakinan/kepercayaan tertentu secara turun menurun 5. Solidaritas alami 6. Kepemilikan bersama 7. Dasar hubungan sosial /adat istiadat 8. Agama sebagai pedoman
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Masyarakat tipe ini juga mendasarkan hubungan-hubungan dalam masyarakt kedalam tipe Wesenwille, yaitu kehendak yang kodrati sebagai pencerminan kodrat manusia itu sendiri tanpa dipengaruhi aspek-aspek lain.
2. Gesellschaft Gesellschaft merupakan kehidupan publik yang terdiri atas orang – orang yang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing – masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu. Gesellschaft dibedakan tas dua jenis yaitu Gesellschaft individu tetap bersatu dan Gesellschaft individu pada dasarnya terpisah. Tonnies menyebut bentuk masyarakat ini sebagai bentuk masyarakat asosiasi. Masyarakat yang tersusun atas individu-individu dalam jumlah yang besar, yang mempunyai wilayah yang luas, serta didasari jiwa dan pikiran yang berbeda-beda terhadap kepercayaa, agama, dan ideologi. Adapun ciri-ciri masyarakat Gesellschaft, yaitu : 1. Kehendak individu lebih dominan 2. Mengedepankan individu sebagai keseluruhan 3. Kepentingan pribadi lebih dikedepankan 4. Tujuan pribadi 5. Sangsi pemaksa bersifat eksternal 6. Solidaritas kontraktual 7. Kepemilikan pribadi
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Sebagai dasar hubungan dalam masyarakt ini adalah Kurwille, yaitu kehendak atau kemauan yang rasional, yang muncul sebagai hasil pilih-memilih yang dilakukan oleh untuk memperoleh keuntungan. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies, penelitian ini menyimpulkan bahwa tipe masyarakat Desa Panglungan melalui anlisisnya menggunakan variabel solidaritas sosial dan variabel tradisi dan kepercayaan. Melalui variabel solidaritas sosial, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Panglungan tergolong masyarakat gemeinschaft. Terlihat dari kepentingan bersama lebih dikedepankan ketika ada tetangga sedang mengalami musibah atau kematian maka masyarakat Desa Panglungan bersama-sama memberikan bantuan. Terlihat juga dari solidaritas alami yang ada di Desa Panglungan ketika mereka meminjamkan uang kepada tetangga yang membutuhkan tanpa meminta bunga atas pengembalian uang tersebut. Begitu juga terlihat pada dasar hubungan sosial/adat istiadat ketika masyarakat Desa Panglungan menyumbang/buwuh kepada tetangga/saudara/teman saat mengadakan hajatan dengan alasan sudah kebiasaan/tradisi yang harus mereka lakukan. Selain itu melalui variabel tradisi dan kepercayaan dapat terlihat juga bahwa masyarakat Desa Panglungan tergolong masyarakat gemeinschaft. Terlihat dari keyakinan/kepercayaan tertentu secara turun menurut yang dikuasai masyarakat setempat.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
4.4 Robert K. Merton . Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada tanggal 4 Juli 1910 di pemukiman kumuh di Philadelphia Selatan. Robert K. Merton adalah salah satu tokoh sosiologi yang terkenal dengan analisa-analisa yang cenderung kepada pendekatan struktural. Merton mengamati bahwa kadang – kadang perilaku seseorang mengacu pada kelompok lain yang dinamakannya kelompok acuan. Di kala seseorang berubah keanggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi, suatu proses yang oleh Merton diberi nama sosialisasi antisipatoris. Proses sosialisasi antisipatoris mempunyai dua fungsi yaitu membantu diterimanya seseorang dalam kelompok baru dan membantu penyesuaian anggota baru dalam anggota yang baru itu. Dengan pendekatan struktural, diketahui bahwa dalam interaksi antar masyarakat ada model “packing order” atau suatu struktur kekuasaan yang memperlihatkan urutan siapakah yang mempengaruhi/menguasai siapa atau jenjang (hierarki) dalam kekuasaan. Menurut konsep struktural, setiap masyarakat itu akan membagi perananperanan produktif yang berbeda-beda kepada anggota-anggotanya. Dengan adanya perbedaan tersebut maka akan ada juga perbedaan penghormatan. Untuk lebih lanjutnya Merton membagi dengan dua pola perkembangan struktur kekuasaan yaitu pyramidal power structure dan diamond shaped power structure. Yang akhirnya pyramidal power structure terdapat dalam masyarakat yang belum/sedang berkembang dan diamond shaped power structure itu terdapat dalam masyarakat.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Untuk lebih ringkasnya tipologi masyarakat menurut Robert K. Merton adalah sebagai berikut : 1. Masyarakat Lokal Adalah masyarakat yang belum/sedang berkembang, dapat diduga memiliki suatu struktur kekuasaan yang piramidal. Masyarakat seperti ini memiliki pola interaksi sosial yang lebih kurang bersifat tertutup. Masyarakatnya cenderung fatalis dan peternalistik. Sehingga perubahan sulit dan jarang terjadi. Di sini mereka yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain (jadi berkedudukan sebagai pemimpin) jumlahnya kecil-kecil saja. Sedangkan mereka yang berkedudukan sebagai orang-orang yang dipengaruhi (yang dipimpin) jumlahnya sangat banyak. Di dalam masyarakat yang seperti ini, tumbuh dan berkembanglah suatu tipe kepemimpinan yang oleh Merton disebut Kepemimpinan yang serba bisa (monomorphic leadership). Tipe kepemimpinan seperti ini, kepemimpinan seorang dalam satu sektor kehidupan tertentu akan menghasilkan corak yang sama dengan kepemimpinan di dalam sektor yang lain. Kepemimpinan seperti ini dapat dilihat dalam kepemimpinan masyarakat desa : di sini seorang pemimpin (kepala desa) di sektor pemerintahan akan sekaligus juga menjadi pemimpin di sector-sektor lain, seperti pertanian, usaha ekonomi, atau juga bahkan di bidang spiritual. 2. Masyarakat Kosmopolitan Adalah masyarakat yang sudah berkembang dan memiliki pola interaksi sosial yang terbuka, di mana spesialisasi telah berkembang. Masyarakatnya cenderung berempati tinggi, mobilitas tinggi, dan kemampuan berinovasi yang
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
tinggi. Sehingga perubahan-perubahan lebih mudah terjadi. Pada umumnya memiliki suatu struktur kekuasaan yang bersegi banyak ( diamond shaped ). Di dalam masyarakat ini berkembang suatu tipe kepemimpinan yang bersifat polimorphik ( polymorphic leadership ) yaitu suatu tipe kepemimpinan yang pengaruh kekuasaannya terbatas pada suatu bidang spesialisasi tertentu saja. Contoh, kepemimpinan seperti ini banyak ditemui pada mayarakat kota. Seorang ketua RT yang diangkat sebagai seorang pemimpin kampung misalnya, hanya terbatas pada bidang kepemimpinan di –dan urusan pemerintah –dalam kampung itu saja, dan tidak mencakup kepemimpian di bidang-bidang lain. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robert King Merton, penelitian ini menyimpulkan tipe masyarakat di Desa Panglungan melalui analisisnya menggunakan variabel kepemimpinan, mobilitas sosial, orientasi ke masa depan, dan respon terhadap perubahan. Melalui variabel kepemimpinan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Panglungan masuk ke dalam tipe masyarakat yang berkembang ke arah Kosmopolit. Hal itu dapat dibuktikan dengan data yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Kepemimpinan No.
Kategori
FREKUENSI
%
1
Rendah
10
10
2
Sedang
90
90
3
Tinggi
0
0
100
100
Jumlah
Dari variabel di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat di Desa Panglungan merupakan masyarakat yang berkembang ke arah Masyarakat Kosmopolitan karena sebagian besar persentase masuk dalam kategori sedang dan sisanya mengarah ke kategori rendah. Tidak ada frekuensi dalam kategori tinggi. Kategori rendah menunjukkan sifat masyarakat yang kosmopolit, sudah berkembang dan memiliki pola interaksi sosial yang terbuka. Dalam memilih kepala desa, sebagian besar cenderung melihat dari sisi kesopanan dan kekayaan (kategori sedang), dan sisanya dari segi tingkat pendidikan kandidat (kategori rendah). Hal ini menunjukkan adanya transformasi nilai yang berkembang menuju masyarakat yang terbuka dan mengakomodasi pandangan kritis serta mulai meninggalkan ciri Masyarakat Lokal menuju ke masyarakat Kosmpoliltan. Dari segi dominasi pengambilan setiap keputusan, kategori tinggi menunjukkan Masyarakat Lokal, karena setiap pengambilan keputusan sangat bergantung dan berpusat pada pemimpin atau tokoh-tokoh tertentu saja. Sebaliknya, pada masyarakat Desa Panglungan sebagian besar ditentukan oleh keputusan warga desa itu sendiri melalui musyawarah mufakat. Hal ini Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
menandakan adanya bentuk tipe kepemimpinan yang polimorpik sehingga sangat memungkinkan adanya pendelegasian kepada semua pihak di desa tersebut, termasuk juga para warga desa, dalam mengambil sikap secara mufakat untuk menghadapi suatu masalah. Dari indepht interview yang diperoleh, di desa panglungan kepala desa yang menjabat pernah berperiode-periode hal ini karena masyarakat desa panglungan sudah percaya kepada Alm.Pak khusnan yang dapat membangun desa panglungan menjadi lebih baik dan berhenti menjabat sebagai kepala desa ketika meninggal. Melalui variabel tingkat mobilitas sosial, penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Panglungan sudah termasuk dalam tipe masyarakat yang kosmopolit, bukan masyarakat yang terisolasi. Hal itu tampak pada data yang disajikan dalam tabel berikut.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Tingkat mobilitas sosial No.
Kategori
FREKUENSI
%
1
Rendah
14
14
2
Sedang
85
85
3
Tinggi
1
1
100
100
Jumlah
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan masyarakat Panglungan merupakan masyarakat yang sedang berkembang ke arah Masyarakat Kosmopolitan. Hal ini karena sebagian besar persentase masuk pada kategori sedang (85%), dan sisanya masuk pada kategori rendah, yang mengindikasikan adanya mobilitas yang tinggi yang menunjukkan ciri Masyarakat Kosmopolitan; dan yang masuk kategori tinggi hanya mendapat porsi terkecil. Kategori tinggi mengarah pada Masyarakat Lokal, yang dinilai merupakan salah satu cirri dari masyarakat desa. Dalam tipe masyarakat ini, mobilitas warga sangat minim dan tempat tujuan mobilitas pun hanya sebatas keluar desa. Namun pada kenyataannya, penelitian dilapangan mendapatkan hasil yang cukup bertolak jauh dari Mayarakat Lokal. Hal ini dapat dilihat dari interaksi masyarakat yang sudah cukup terbuka dengan masyarakat luar, sebagai contoh untuk memasarkan hasil panennya, petani pemilik juga sudah melakukan ekspedisi keluar desa bahkan sampai ke luar kota.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Sedangkan kategori rendah secara teoritis mengarah pada Masyarakat Kosmopolitan yang cenderung berempati tinggi, memiliki mobilitas tinggi, dan kemampuan berinovasi yang tinggi. Sehingga perubahan-perubahan lebih mudah terjadi. Dalam hal ini, mobilitas warga desa dilihat dari aktivitas berpergian hingga keluar pulau dan keluar negeri. Aktivitas yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Desa Panglungan tersebut seringkali bertujuan untuk mengadakan interaksi yaitu dengan berekreasi dan silaturahmi mengunjungi sanak saudara yang berada di luar kota bahkan luar pulau. Kondisi mobilitas warga yang seperti ini mendorong timbulnya progress akses informasi dan perubahan. Hal ini juga mengindikasikan pergeseran secara terus-menerus di masa mendatang, untuk meninggalkan Masyarakat Lokal dan semakin menuju ke arah Masyarakat Kosmopolit. Analisis terhadap tipe masyarakat di Desa Panglungan menurut definisi Merton, melalui variabel orientasi ke masa depan dapat disimpulkan bahwa masyarakat tersebut masuk ke dalam tipe masyarakat yang sedang berkembang ke arah Kosmopolitan. Hal itu ditunjukkan dengan data pada tabel berikut ini.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Orientasi ke masa depan No.
Kategori
FREKUENSI
%
1
Rendah
21
21
2
Sedang
72
72
3
Tinggi
7
7
100
100
Jumlah
Dalam hal pengambilan sikap terhadap setiap tantangan atau hambatan yang dialami, masyarakat Desa Panglungan mengambil sikap untuk bertekad memperbaiki jika usahanya mengalami hambatan atau kegagalan, namun masih sebagian besar diantara mereka lebih memilih untuk pasrah karena beranggapan sudah takdir, tetapi tanpa berputus asa. Sedangkan dalam tindakan untuk mencapai tujuan hidupnya, dalam temuan di lapangan seringkali warga memilih untuk berusaha keras, berusaha dan berdoa. Namun masih terdapat warga yang pasrah dan lebih memilih untuk mengambil sikap seperti berdoa saja, fatalis atau pasrah (terima apa adanya), serta tetap mempercayai adanya ilmu ghaib. Pengambilan sikap itu tidak semata-mata terlepas dari kentalnya nilainilai budaya setempat yang masih tetap ada, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada variabel intensitas responden dalam melakukan tradisi dan kebudayaan. Namun bentuk-bentuk pengambilan sikap itu dapat disimpulkan bahwa telah terjadi transformasi dari sikap yang tergolong masyarakat lokal berkembang dan mulai menuju kosmopolit. Sangat memungkinkan apabila di masa mendatang, ciri dari Masyarakat Kosmopolitan dalam hal pengambilan Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
sikap dan orientasi ke masa depan menjadi hal yang umum dan wajar, bahkan justru malah sikap-sikap yang fatalis menjadi sikap yang aneh di mata masyarakat itu sendiri. Melalui variabel respon terhadap perubahan, masyarakat Desa Panglungan sudah tergolong ke dalam masyarakat yang berkembang ke arah kosmopolit dengan memiliki respon terhadap perubahan dilihat berdasarkan dari kepemilikan benda-benda elektronik seperti televisi, radio, handphone (HP), dan motor. Respon terhadap perubahan No.
Kategori
FREKUENSI
%
1
Rendah
15
15
2
Sedang
71
71
3
Tinggi
14
14
100
100
Jumlah
Begitu pula dengan tindakan yang dilakukan masyarakat Desa Panglungan dalam menangani proses kelahiran yang sebagian besar masyarakatnya yang semula dari dukun bayi sudah beralih dengan memanfaatkan tenaga bidan namun masih didampingi dukun bayi, atau bahkan sudah langsung ke bidan atau dokter. Dalam hal penanganan pengobatan ketika sakit, masyarakat memilih datang ke dokter atau puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Panglungan mulai memiliki respon terhadap perubahan meskipun belum secara keseluruhan.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Karena keadaan geografis dan masyarakat Desa Panglungan yang kebanyakan berprofesi di sektor perkebunan, maka tidak begitu membutuhkan alat-alat modern seperti traktor atau mesin perontok, sehingga penggunaan alat pertanian yang tergolong modern tidak begitu diminati. Alat-alat tradisional seperti cangkul dan sabit lah yang masih banyak mereka pergunakan. Alat-alat tradisional seperti ini masih dominan untuk digunakan. Namun dalam hal penggunaan alat pertanian modern seperti traktor dan mesin perontok, masyarakat ini termasuk dalam yang memiliki sedikit respon terhadap perubahan.
Secara lebih mendalam dan lebih luas, dapat
dipertimbangkan juga bahwa respon terhadap perubahan itu sedikit banyak menuntut kondisi perekonomian yang baik, sehingga adanya sedikit respon terhadap perubahan amat memungkinkan karena merupakan hasil benturan dengan kondisi perekonomian keluarga yang kurang mampu. Menurut data indept interview yang berasal dari informan yang berperan sebagai tokoh agama mengatakan bahwa perubahan yang terjadi akibat globalisai memang nyata terjadi baik perubahan yang mempunyai pengaruh positiv maupun positif. Menurutnya yang banyak terpengaruh terhadap perubahan adalah kalangan generasi muda, yang tak dapat dielakkan lagi bahwa golongan muda merupakan generasi pembeharu dan sensitif terhadap apa yang disebut dengan perubahan. Tandasanya perubahan yang terjadi dimasyarakat belum terjadi secara radikal hanya dibeberapa bagian saja, dan belum sampai melunturkan tata nilai dan norma dasar yang berlaku. Namun juga tak dapat dipungkiri bahwa perubahan tersebut berdampak pada kerusakan tata nilai dan norma di sebagaian masyarakat.
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam