BAB IV IMPLEMENTASI AKAD WAKALAH PADA PROSES KLIRING DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN
A. Analisis
Implementasi
Akad Wakalah pada Proses Kliring di BNI
Syariah cabang Pekalongan Kliring di BNI syariah cabang Pekalongan menggunakan sistem otomasi, sistem ini memiliki perbedaan pokok dengan sistem manual. Perbedaan pokok ini terletak pada proses pelaksanaannya. Dalam sistem manual proses pertukaran warkat, perhitungan dan penyusunan bilyet saldo kliring dilakukan oleh peserta, sedangkan dalam sistem manual menggunakan warkat kliring biasa, dalam sistem otomatisasi menggunakan warkat kliring baku, yaitu warkat
kliring
yang telah dicantumkan sandi-sandi tertentu dengan
menggunakan Magnetic Ink Charakter Recognition (MICR). Dalam sistem manual perlu menyerahkan dan menerima warkat kliring.1 Secara umum kliring adalah tata cara perhitungan atas penyelesaian hutang-piutang dalam bentuk surat-surat berharga dan surat-surat dagang dari suatu bank terhadap bank lainnya, yang bertujuan agar penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah, cepat, dan aman serta untuk memperluas dan memperlancar lalu-lintas pembayaran giral. Sementara itu, lalu-lintas pembayaran giral disini merupakan suatu proses kegiatan bayar membayar dengan warkat kliring yang dilakukan dengan cara memperhitungkan di antara 1
Hasil wawancara dengan bapak Imon, (Assisten Keuangan dan Umum BNI Syariah Cabang Pekalongan), 25 April 2012.
46
47
bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan. Jadi untuk menyelenggarakan kliring harus ada penyelenggara, ada bank peserta, dan ada nasabah yang mempunyai hubungan hutang-piutang antar bank, serta ada warkat yang diperhitungkan. Jadi apabila seorang pengusaha A sudah menjadi nasabah BNI Syariah sejak lama, terus suatu hari dia mendapat cek/BG dari bank lain misal BCA dari pembelinya. Kemudian karena A tersebut tidak memiliki rekening dari BCAtersebut maka A mewakalahkan cek/Bgnya ke bagian kliring melalui BNI Syariah. Ketika dia menitipkan atau menyetorkan Bgnya melalui BNI Syariah disitulah akad wakalah terjadi secara tidak langsung. Dan untuk memperlancar jalannya proses kliring tersebut maka si nasabah dikenakan biaya untuk jasa kliring tersebut di awal penyerahan cek/BG dan biasanya biaya yang dikenakan tersebut diambil dari besarnya jumlah warkat yang akan dicairkan dan untuk lokal dikenakan biaya sebesar Rp. 2000 sedangkan untuk inter city/daerah dikenakan biaya sebesar Rp. 10.000, dan uang hasil pencairan tersebut langsung masuk ke rekening BG nasabah pemilik BG dengan besar yang sudah dipotong untuk biaya pencairannya di bank tersebut.
Warkat kliring adalah alat atau sarana yang digunakan dalam lalu-lintas pembayaran giral yaitu surat berharga atau surat dagang seperti cek, BG, wesel bank untuk transfer/wesel unjuk, bukti-bukti transfer dari bank, nota kredit dan surat berharga lainnya yang disetujui oleh penyelenggara. Warkat yang dikliring harus memenuhi syarat yaitu bervaluta rupiah, bernilai nominal penuh, telah jatuh tempo pada saat dikliringkan, dan telah dibubuhi cap kliring.
48
Jasa yang diberikan oleh suatu lembaga kliring, didasarkan atas kepercayaan, dengan demikian pemberian fasilitas ini merupakan pemberian kepercayaan, berarti suatu lembaga kliring baru akan memberikan fasilitas ini kalau betul-betul yakin bahwa penerima fasilitas ini akan menggunakan fasilitas atau jasa ini sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Dalam hal tersebut sebagai analisa yang di dapat bahwa sesuatu kegiatan atau transaksi tanpa adanya kesepakatan yang didasari atau yang dibenarkan oleh syariah, maka transaksi tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan
Dalam hal tersebut sebagai analisa yang didapat bahwa sesuatu kegiatan atau transaksi tanpa adanya kesepakatan yang didasari atau yang dibenarkan oleh syariah, maka transaksi tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.
Jika akad telah berlangsung dan terpenuhinya rukun dan syarat-syaratnya, maka akad mempunyai akibat-akibat hukum yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melakukan akad. Dalam akad yang objeknya benda dalam hal ini cek, akibat hukumnya adalah pihak muwakkil (nasabah) menyerahkan cek kepada bank dan bank (wakil) menerima cek tersebut dari nasabah sesuai dengan jumlah yang telah disepakati, sehingga masing mereka halal mengambil manfaat dan mempergunakannya di jalan
49
yang dibenarkan syari’ah. Termasuk dalam akad ini adalah wakalah yang baru bersifat sempurna apabila telah dilakukan serah terima objek akad. Disebut pula dengan ‘uqud ’ainiyah, karena transaksi yang objeknya benda tersebut disyaratkan harus adanya barang yang diserahkan kepada pihak yang berhak dan dikuasai sepenuhnya (qabad) Akad wakalah merupakan akad yang digunakan dalam kliring. Wakalah adalah aplikasi perbankan yang terjadi apabila nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. Dalam akad tersebut dapat saja dicantumkan kesepakatan tentang bentuk, jenis, dan waktu pelaksanaan tugas yang diwakili, sehingga dalam hal ini dapat saja ditentukan besarnya upah (fee) atas pelaksanaan tugas oleh pihak yang mewakili (wakil) sehubungan dengan permintaan dari pihak yang mewakili (muwakil)
1. Penyelenggaraan kliring di selenggarakan oleh: a. Bank Indonesia (BI) b. Bank yang ditunjuk oleh BI: 1) Kelengkapan sarana, kemampuan administrasi, tenaga pimpinan dan pelaksana, ruang kantor, peralatan komunikasi. 2) Ketentuan: a. Melaksanakan penyelenggaraan kliring sesuai jadwal yang ditetapkan. b. Menyampaikan laporan mingguan data kliring.
50
c. Hasil kliring pada hari itu juga diperhentikan pada kantor BI yang ditunjuk. 2. Bank Peserta Kliring Bank peserta kliring meliputi: Bank Indonesia (BI), Bank-bank Umum, Bank-bank Pembangunan penyertaan kliring: a. Langsung adalah memperhitungkan warkat secara langsung dalam pertemuan kliring b. Tidak langsung adalah memperhitungkan warkat dalam pertemuan kliring melalui kantor pusat atau cabang yang menjadi peserta langsung. Keikutsertaan Kantor Bank: a. Bank Indonesia: peserta langsung b. Bank Umum/ Bank Pembangunan 1) Kantor pusat, Hanya dapat menjadi peserta langsung 2) Kantor cabang, dapat menjadi peserta langsung dan peserta tidak langsung 3) Kantor Capem/dibawah kantor cabang, hanya dapat menjadi peserta tidak langsung. 3. Kegiatan Kliring Kliring Penyerahan: a. Warkat Debet Keluar
51
Penyerahan warkat kliring ke bank lain, di mana dengan penyerahan ini akan menambah dana bank yang menyerahkan, warkat debet terdiri dari: nota debet bank sendiri, warkat bank lain (cek atau giro). b. Warkat Kredit Keluar Penyerahan watkat kliring ke bank lain, dimana dengan penyerahan ini akan mengurangi dana bank yang menyerahkan yaitu: nota kredit bank sendiri. Kliring Penerimaan: a. Warkat debet masuk Penerimaan warkat kliring ke bank lain dimana dengan penerimaan ini akan mengurangi dana bank yang menerima. Warkat debet terdiri dari: nota debet bank lain, warkat bank sendiri(cek atau bilyet giro). b. Warkat kredit masuk c. Penerimaan warkat kliring ke bank lain dengan penerimaan ini akan menambah dana bank yang menerima yaitu nota kredit bank lain. Kliring Pengembalian (retur): Warkat kliring yang dapat dikembalikan hanya warkat debet, sedangkan warkat kredit tidak bisa dikembalikan pada kliring pengembalian tapi dapat diproses kliring hari berikutnya. a. Retur masuk Penerimaan kembaki warkat-warkat dari bank lain atas kliring penyetoran. Alasan penolakan: saldo tidak cukup, tanda tangan tidak sesuai, dan sebagainya.
52
b. Retur keluar Penyerahan kembali warkat-warkat dari bank lain atas kliring penerimaan. 4. Wakil Peserta Kliring Setiap bank peserta menunjuk minimal 2 orang wakil tetap pada lembaga kliring. Golongan A, yang berwenang membuat, mengubah, memberikan tanda terima dan menandatangani daftar rekapitulasi, neraca,dan bilyet giro kliring. Golongan B, disamping berwenang seperti golongan A juga berwenang mengubah, menambah, dan menandatangani surat penolakan.
B. Manfaat dari Penerapan Wakalah 1. Perbandingan pengiriman uang antara bank konvensional dengan bank syariah. Pada dasarnya proses pengiriman uang yang terjadi di bank konvensional dan bank syariah adalah sama. Yang membedakan keduanya adalah akad di dalamnya. Di bank konvensional tidak terdapat akad wakalah, hanya sekedar kirim uang saja, beda dengan pengiriman uang yang terjadi di bank syariah, di bank syariah dalam melakukan pengiriman uang terdapat akad wakalah yang dilakukan secara tidak tertulis. Dimana bank sebagai penerima kuasa (wakil) mewakili pengirim melakukan pengiriman uang., tugas wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas sesuai dengan
53
kehendak pengirim. Setiap tugas yang dilakukan harus mengatasnamakan pengirim dan harus dilaksanakan oleh bank, bank memberikan ketentuan dan syarat kepada pengirim,dan pengirim menyetujui semua ketentuan dan syarat yang berlaku dan ditetapkan oleh bank, seperti: a. Kerugian
yang
kekurangjelasan
timbul
karena
pengisian
atau
kesalahan, penulisan
kekeliruan formulir
atau
aplikasi
pengiriman uang, sehingga keliru ditafsirkan oleh bank dan mengenai hal-hal ini semata-mata menurut penetapan dan pertimbangan bank. b. Dalam proses inkaso, bank dalam melaksanakan instruksi (nasabah) mewakili menginkasokan warkat, bank tidak bertanggung jawab dan tidak akan melayani tuntutan apapun terhadap semua akibat-akibat yang disebabkan oleh keterlambatan dan atau hilangnya warkat dalam perjalanan yang akan ditagih, pemberitaan, surat-menyurat, atau dokumen lainnya ataupun keterlambatan, karena kerusakan cacat atau kesalahan-kesalahan lainnya dalam pengiriman kawat atau telex, maupun
kesalahan
dalam
menterjemahkan
dan
atau
menginterprestasikan. c. Bank
dalam
melaksanakan
instruksi
nasabah
(muwakil)
menginkasokan warkat, tidak bertanggungjawab dan tidak melayani tuntutan apapun terhadap akibat-akibat yang disebabkan oleh terhentinya “Bank” dan atau bank koresponden yang disebabkan oleh penutupan, pemberontakan, peperangan, bencana alam atau sebabsebab lainnya diluar kekuasaan “Bank”.
54
d. Bank tidak bertanggung jawab atas kehilangan ataupun keterlambatan yang mungkin disebabkan oleh pemogokan atau oleh sebab-sebab lain diluar kekuasaan bank. Termasuk perbuatan kelalaian, kekurangan, kegagalan,
atau
ketidak
mampuan
membayar
koresponden-
koresponden, agen-agen, atau sub agen-agen bank.
2. Nilai Plus dari Produk Kliring a. Kecepatan Penerapan wakalah pada produk jasa di BNI Syariah dapat mempercepat waktu nasabah. Nasabah hanya butuh beberapa menit saja untuk melakukan pembayaran kepada pihak lain dari pada harus datang langsung ke pihak lain tersebut yang menghabiskan waktu berjam-jam dan biaya transportasi yang mahal. Dengan adanya penerapan wakalah pada produk jasa di BNI Syariah ini, nasabah akan memperoleh dua manfaat sekaligus yaitu menghemat waktu dan biaya transportasi yang digunakan. b. Keamanan Penggunaan wakalah pada produk jasa dalam lalu lintas pembayaran akan lebih kecil risikonya dan lebih terjamin keamanannya. 1) Lebih kecil resikonya. Resiko yang dihadapi nasabah lebih kecil dibandingkan dengan nasabah sendiri yang membawa uang ke tempat jauh yang rawan dengan kejahatan.
55
2) Lebih terjamin keamanannya. Dalam setiap pengiriman uang bank menggunakan sistem pengkodean, jadi tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. c. Mudah Prosesnya mudah, nasabah cukup mendatangi BNI Syariah dan mengisi aplikasi, kemudian bank mewakili dalam melakukan lalu lintas pembayaran kepada pihak lain atas nama nasabah. d. Efisien Penggunaan jasa bank lebih efisien dilihat dari waktu, tenaga, dan biaya dibandingkan nasabah melakukan lalu lintas pembayaran sendiri kepada pihak lain. e. Ekonomis Biaya pengiriman uang lebih murah dibandingkan pengirim harus mengirimkan sendiri ketempat lain. Dengan adanya jasa pengiriman uang yang disediakan oleh bank, pengirim tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk transportasi. Secara garis besar dalam proses kliring antara bank konvensional dengan bank syariah tidak ada perbedaanya. Apabila dalam proses kliring menggunakan akad wakalah tentunya pada bank syariah itu karena untuk mengintegrasi system kliring yang sedang berjalan atau SKNBI dan tentunya nasabah akan merasa lebih tenang dalam menggunakan akad wakalah tersebut.
56
Dalam system kliring di BNI syariah cabang pekalongan dalam menggunakan akad wakalah tersebut memiliki tujuan tertentu sesuai dengan tujuan penggunaan SKNBI. Tujuan Penggunaan SKNBI, sebagai berikut : 1. Sebagai sarana untuk meningkatkan ibadah dengan melaksanakan amanah yang diberikan oleh nasabah kepada pihak bank secara baik sehingga menimbulkan kepuasan nasabah, 2. Untuk melakukan transaksi dana bank melalui kliring tanpa kewajiban melakukan pertukaran fisik warnet (paperless), 3. Meningkatkan pelayanan kepada nasabah melalui sarana kliring yang aman, cepat, efisien dan efektif dengan fasilitas transfer dana keseluruhan wilayah Indonesia, 4. Untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan peserta dalam memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian akhir kliring, sehubungan
dengan
mengharuskan Bank
adanya untuk
suatu
kebijakan
baru
yang
menyediakan pendanaan awal
(prefund) pada setiap awal hari sebelum Kliring Debet dan kliring. 5. Penerapan
prinsip-prinsip
perlindungan
konsumen
yaitu
kewajiban dan tanggung jawab peserta pengirim dan peserta penerima dalam mengkliringkan instruksi transfer debet dan transfer kredit yang diterima dari nasabahnya serta kewajiban dan
57
tanggung jawab peserta pengirim dan peserta penerima untuk meneruskan dana kepada nasabahnya. 2
2
Buku Panduan Kliring, BNI Syariah Pekalongan. H. 25.