BAB IV HASIL PENELITIAN
Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15 (50,0%) responden memiliki rentang usia 21 - 30 tahun, 9 (30,0%) dengan rentang usia 31 40 tahun, 4 (13,3%) dengan rentang usia 41 - 50 tahun, dan 2 (6,7%) dengan rentang usia 11 20 tahun. Keseluruhan responden memiliki rentang usia 19 - 49 tahun dengan rata-rata usia 30,5 tahun (standar deviasi 8,2) (Adriansyah, 2011). Seluruh responden dalam penelitian ini merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dan bekerja di sektor informal. Sebagian besar dari mereka (26/30, 86,7%) bertempat tinggal di Surakarta, sedangkan sisanya sejumlah 2 (6,7%) responden bertempat tinggal di Sukoharjo, 1 (3,3%) di Kartasura, dan 1 (3,3%) di Sragen. Sejumlah 9 (30,0%) responden memiliki status menikah, sedangkan 21 (70,0%) lainnya tidak menikah (Kusnadi, 2011). Hanya 1 (3,3%) responden yang memiliki pendidikan sampai tingkat sarjana, sejumlah 6 (20,0%) responden hanya sampai tingkat sekolah dasar (SD), 11 (36,7%) sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP), dan 12 (40,0%) sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA) (Kusnadi, 2011). Sejumlah 11 (36,7%) responden pernah melakukan pemeriksaan infeksi HIV, dan sejumlah 7 (23,3%) responden pernah melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual. Tetapi tidak ada responden yang pernah melakukan pemeriksaan hepatitis. Seluruh responden tidak memiliki riwayat pekerjaan yang kontak dengan darah, tertusuk jarum yang terkontaminasi, menerima transfusi darah, cuci darah, dan melakukan transplantasi organ (Adriansyah, 2011).
Sebagian besar responden (24/30, 80,0%) melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia 11 - 20 tahun, sejumlah 4 (13,2%) responden pada usia 21 - 30 tahun, 1 (3,3%) pada usia lebih dari 30 tahun, dan terdapat 1 (3,3%) responden yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia dibawah 10 tahun. Sejumlah 27 (90,0%) responden berorientasi biseksual, sedangkan 3 (10,0%) responden berorientasi seksual sejenis. Aktivitas seksual berisiko berupa seks vaginal, seks anal, dan seks oral dilakukan oleh 20 (66,7%) responden. Sementara 5 (16,7%) responden hanya melakukan seks anal dan seks oral, tanpa pernah melakukan seks vaginal. Terdapat 4 (13,3%) responden yang tidak pernah melakukan seks anal, dan 1 (3,3%) responden yang tidak pernah melakukan seks oral (Adriansyah, 2011). Seluruh responden melakukan hubungan seksual lebih dari sekali dalam sepekan. Tidak semua responden menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Sejumlah 12 (40,0%) responden mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks vaginal, sedangkan 18 (60,0%) lainnya mengaku pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks vaginal tetapi tidak selalu. Sementara itu, sejumlah 8 (26,7%) responden mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks anal, dan 22 (73,3%) lainnya mengaku pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seks anal tetapi tidak selalu. Terdapat 6 (20,0%) responden yang mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual baik secara vaginal maupun anal. Hanya terdapat 1 (3,3%) responden yang memiliki riwayat menggunakan narkoba dengan jarum suntik. Sejumlah 9 (30,0%) responden memiliki tato, dan 11 (36,7%) responden memiliki tindik. Terdapat 4 (13,3%) responden yang memiliki tato dan tindik. Dari 16 (53,33%) responden yang memiliki tato atau tindik, sejumlah 5 (5/16, 31,2%) responden menggunakan jarum yang dipakai secara bergantian dan sisanya (11/16, 68,7%) tidak menggunakan jarum yang dipakai secara bergantian (Adriansyah, 2011).
Berdasarkan hasil deteksi molekuler TTV dengan metode nested PCR dari sampel darah responden, diketahui bahwa 7 (23,3%) responden positif terinfeksi TTV dan 23 (76,7%) responden lainnya tidak terinfeksi TTV. Pada responden dengan riwayat melakukan seks vaginal tanpa kondom, sejumlah 5 (5/18, 27,8%) responden terinfeksi TTV. Sedangkan 4 (4/22, 18,2%) responden dengan riwayat melakukan seks anal tanpa kondom terinfeksi TTV. Sejumlah 2 (2/9, 22,2%) responden yang memiliki tato dan 5 (5/11, 45,5%) responden yang memiliki tindik terdeteksi mengalami infeksi TTV. Sementara itu, satu-satunya responden dengan riwayat menggunakan narkoba suntik terinfeksi oleh TTV. Visualisasi hasil pemeriksaan infeksi TTV dengan metode nested PCR dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Hasil PCR Pemeriksaan Infeksi TTV. Keterangan : 1 = Loading Quick ФX174/HaeIII 72-1353bp; 2 = sampel 1 TTV positif; 3 = sampel 2 TTV positif; 4 = sampel 3 TTV positif; 5 = sampel 4 TTV positif; 6 = sampel 5 TTV positif; 7 = sampel 6 TTV positif; 8 = sampel 7 TTV positif. (Sumber: Data Primer, 2013)
Sejumlah 5 (5/7, 71,4%) responden dengan infeksi TTV memiliki riwayat melakukan seks vaginal tanpa kondom, dan 4 (4/7, 57,1%) responden dengan infeksi TTV memiliki riwayat melakukan seks anal tanpa kondom. Sedangkan 5 (5/7, 71,4%) responden dengan infeksi TTV memiliki tindik, dan 2 (2/7, 28,6%) responden dengan infeksi TTV memiliki tato (Tabel 4.1.).
Tabel 4.1. Hasil Deteksi Molekuler TTV dan Faktor Risiko Penularan TTV pada Responden Penelitian.
Faktor Risiko N Seks Vaginal Pernah Tidak Pernah Seks Anal Pernah Tidak Pernah IDU Pernah Tidak Pernah Tato Pernah Tidak Pernah Tindik Pernah Tidak Pernah
Positif %
Infeksi TTV Negatif N %
Jumlah N %
7
23,3
23
76,7
30
100,0
5 2
71,4 28,6
13 10
56,5 43,5
18 12
60,0 40,0
4 3
57,1 42,9
18 5
78,3 21,7
22 8
73,3 26,7
1 6
14,3 85,7
0 23
0,0 100,0
1 29
3,3 96,7
2 5
28,6 71,4
7 16
30,4 69,6
9 21
30,0 70,0
5 2
71,4 28,6
6 17
26,1 73,9
11 19
36,7 63,3
Keterangan : N = jumlah responden; % = persentase; Seks vaginal = menggunakan kondom saat melakukan seks vaginal; Seks anal = menggunakan kondom saat melakukan seks anal; IDU = injecting drug user, pengguna narkoba suntik. (Sumber: Data Primer, 2013) Hasil uji Chi square, menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p < 0,050) antara infeksi TTV dengan riwayat melakukan tindik. Tetapi tidak terdapat hubungan (p > 0,050) antara infeksi TTV dengan riwayat melakukan seks vaginal tanpa kondom, riwayat melakukan seks anal tanpa kondom, riwayat pengguna narkoba suntik, serta riwayat memiliki tato. Sementara, responden dengan riwayat tindik dan riwayat melakukan seks vaginal tanpa
kondom memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami infeksi TTV (Odd Ratio [OR] > 1) (Tabel 4.2.).
Tabel 4.2. Hasil Uji Chi square Infeksi TTV dengan Faktor Risiko Penularan TTV. Faktor Risiko Seks Vaginal tanpa Kondom Seks Anal tanpa Kondom Pengguna Narkoba Suntik* Tato Tindik
P 0,481 0,269 0,065 0,925 0,029
OR (95% CI) 1,923 (0,307 - 12,053) 0,370 (0,062 - 2,230) 0,914 (0,142 - 5,902) 7,083 (1,075 - 46,678)
Keterangan : p = nilai probabilitas; OR = Odd Ratio; CI = Confidence Interval; * = OR tidak dapat dihitung. (Sumber: Data Primer, 2013) Berdasarkan data penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sejumlah 3 (3/30, 10,0%) responden terinfeksi HIV (Adriansyah, 2011) dan sejumlah 7 (7/30, 23,3%) responden terinfeksi HCV (Kusnadi, 2011). Hasil deteksi molekuler TTV dari penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah 2 (2/3, 66,7%) responden yang terinfeksi oleh HIV juga terinfeksi oleh TTV dan sejumlah 2 (2/7, 28,6%) responden yang terinfeksi oleh HCV juga terinfeksi oleh TTV. Uji Chi Square hubungan antara infeksi TTV dengan infeksi HIV, didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p yaitu 0,128 (OR = 8,800; 95% CI : 0,661-117,234). Sementara uji Chi Square hubungan antara infeksi TTV dengan infeksi HCV juga didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan nilai p yaitu 0,708 (OR = 1,440; 95% CI : 0,212-9,782). Responden dengan infeksi HIV dan HCV memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami infeksi TTV (OR > 1).