BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun di Desa Bendungan, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1.1 Kondisi Geografis Desa bendungan adalah salah satu desa yang ada di kecamatan Tretep kabupaten Temanggung. Desa bendungan terbagi menjadi 2 (dua) dusun, yaitu dusun Bendungan dan dusun Gemawang. Dilihat dari keadaan alamnya, desa Bendungan terdiri dari sawah, tegalan, serta pemukiman. Batas-batas wilayah desa Bendungan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur : Desa Lowungu, Kecamatan Bejen
Sebelah Selatan : Desa Wonocoyo, Kecamatan Wonocoyo
Sebelah Barat
: Desa Simpar
: Desa Tretep
Jarak Desa Bendungan dari ibukota propinsi adalah 185 km dan terletak 27 km dari Kabupaten Temanggung. Luas wilayah Desa Bendungan adalah 340,260 ha. Desa Bendungan dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan ± 23 mm/tahun, sehingga suhu rata-rata normal desa Bendungan adalah 23 C. 51
52
Bentuk permukaan tanah desa Bendungan merupakan tanah perbukitan yang landai, dengan produktivitas tanah yang termasuk kategori kurang subur, dengan hasil pertanian utama berupa jagung, tembakau dan kopi. 4.1.1.2 Keadaan Penduduk Desa Bendungan yang mempunyai luas wilayah 340,260 ha, mempunyai jumlah penduduk 2.244 jiwa yang semua penduduknya berwarga negara Indonesia. Desa Bendungan yang terbagi menjadi 2 (dua) dusun yaitu dusun Bendungan dan dusun Gemawang ini memiliki kepadatan penduduk yang berbeda. Dusun Bendungan memiliki jumlah penduduk 1764 jiwa, sedangkan dusun Gemawang memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit, yaitu 480 jiwa. Pembagian penduduk menurut dusun, jenis kelamin dan banyaknya kepala keluarga di Desa Bendungan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Pembagian Penduduk Menurut Dusun, Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga di Desa Bendungan Kecamatan Tretep No.
Dusun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
KK
1.
Bendungan
864
900
1764
363
2.
Gemawang
250
230
480
105
1.114
1.130
2.244
468
Total
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa Tahun 2012
Dusun Bendungan yang memiliki jumlah penduduk sebesar 1.764 jiwa yang terbagi antara 864 jiwa penduduk laki-laki dan 900 jiwa penduduk perempuan. Berbeda dengan dusun Bendungan, dusun Gemawang terdiri dari 480 jiwa yang terdiri dari 250 jiwa penduduk laki-laki dan 230 jiwa penduduk
53
perempuan. Dusun Bendungan sendiri terdiri dari 363 kepala keluarga, sedangkan dusun Gemawang terdiri dari 105 kepala keluarga. Guna mendukung tercapainya kesejahteraan keluarga, harus didukung oleh mata pencaharian keluarga yang baik dan tangguh dalam arti bahwa penghasilan keluarga dapat menjamin kesejahteraan keluarga itu sendiri. Mata pencaharian masyarakat desa Bendungan sebagian besar adalah bertani dan buruh. Mereka mulai bekerja sejak pagi dan baru pulang sore hari. Kebanyakan kaum bapak di desa ini bekerja mengolah lahan pertanian mereka sedangkan ibu-ibu bekerja sebagai pembantu memotong padi di daerah lain. 4.1.1.3 Kondisi Sosial dan Budaya Kehidupan masyarakat desa Bendungan ini didasarkan pada prinsip rasa persaudaraan yang tinggi, yang ditandai dengan ikatan kekeluargaan yang erat dan persatuan yang kuat. Masyarakat memiliki unsur gotong-royong yang masih berjalan baik hingga saat ini. Hal ini terlihat dari keadaan penduduknya yang saling mengenal satu sama lain. Penduduk desa Bendungan mayoritas memeluk agama islam. 4.1.1.4 Kondisi Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena melalui pendidikan maka mutu masyarakat dalam membantu dan menguasai pengetahuan dan teknologi akan semakin meningkat. Guna mewujudkan hal tersebut, maka diupayakan melalui peningkatan mutu pendidikan dengan cara membuka seluas-luasnya
54
kesempatan bagi peserta didik di setiap jenjang pendidikan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melanjutkan sekolah. Tersedianya bangunan sekolah di desa Bendungan masih sangat terbatas. Hal ini terlihat dari jumlah sekolah yang ada di desa Bendungan yang hanya terdapat gedung Taman Kanak-kanak (TK) dan gedung Sekolah Dasar (SD) saja. Kondisi bangunan sekolah pun terlihat cukup memprihatinkan. Letak sekolah pun cukup jauh dari pemukiman penduduk, sehingga anak-anak harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah dengan akses jalan yang kurang baik. Adapun jumlah sekolah yang ada di Desa Bendungan adalah sebagai berikut : Tabel 4. Jumlah Sekolah yang Ada di Desa Bendungan Tahun 2012 No. 1. 2.
Tingkat Pendidikan TK SD Total
Negeri
Swasta
Jumlah
2
1 -
1 2
2
1
3
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tretep
Tabel 4. memperlihatkan jumlah sekolah yang ada di desa Bendungan. Desa Bendungan terdapat 3 (tiga) bangunan sekolah yang terdiri dari 1 (satu) gedung sekolah Taman Kanak-kanak (TK) swasta dan 2 (dua) bangunan Sekolah Dasar (SD) negeri. Ketiga bangunan sekolah tersebut terletak tidak jauh dari pemukiman warga, hanya saja kondisi sekolah masih kurang layak jika dibandingkan dengan kondisi sekolah yang berada di daerah sekitarnya.
55
Kondisi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Bendungan adalah sebagai berikut : Tabel 5. Masyarakat Desa Bendungan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
1.
Universitas/Akademi
2. 3. 4. 5.
SMA SMP SD Tidak Sekolah
Jumlah 9 35 244 759 1197
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Tahun 2012
Tabel 5.
memperlihatkan bahwa
kesadaran masyarakat
terhadap
pendidikan masih hanya sebatas di tingkat SD. Terlihat juga bahwa sejumlah 1197 orang masih dalam keadaan tidak sekolah sedangkan masyarakat yang berpendidikan sampai universitas hanya berjumlah 9 orang. Hal ini menjadi bukti bahwa tingkat kesadaran masyarakat masih sangat kurang dalam melanjutkan sekolah sampai pada tingkat yang semestinya. 4.1.2
Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Wajib Belajar Sembilan Tahun Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di desa Bendungan kecamatan Tretep kabupaten Temanggung, ditemukan fakta yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di desa Bendungan, yaitu : Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun merupakan wujud tingkah laku masyarakat secara nyata dalam kegiatan
56
pendidikan yang merupakan keseluruhan dari suatu keterlibatan mental dan emosional masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya manusia yang berpendidikan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun sangat diperlukan guna ketercapaian dari program wajib belajar sembilan tahun. Desa Bendungan terbagi menjadi dua dusun yaitu Dusun Bendungan dan Dusun Gemawang, namun terdapat perbedaan antara dua dusun tersebut. Perbedaan itu terlihat dari pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun, di mana pelaksanaan wajib belajar sembian tahun di Dusun Bendungan masih belum sukses, sedangkan pelaksanaan wajib belajar di Dusun Gemawang sudah mencapai kesuksesan. Menurut keterangan yang di peroleh, pemerintah telah berusaha menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pendidikan yaitu dengan cara memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka pada jenjang pendidikan, khususnya pada penuntasan pendidikan dasar sembilan tahun. Namun masyarakat masih belum terlalu peduli dengan anjuran tersebut, alhasil pelaksanaan pendidikan (khususnya wajib belajar sembilan tahun) di dusun Bendungan sendiri dari tahun ke tahun masih belum banyak mengalami perubahan. Belum adanya kesadaran masyarakat akan pendidikan menjadikan belum berhasilnya pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun di dusun Bendungan.
Partisipasi
dari
masyarakat
seharusnya
menjadi
penopang
57
keberhasilan dari pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun, khususnya bagi daerah-daerah di pedesaan. 4.1.2.1 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di dusun Bendungan Data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di dusun Bendungan adalah sebagai berikut : 1.
Partisipasi dalam bentuk pemikiran Dalam hal persepsi (penilaian terhadap pendidikan) menunjukkan
masyarakat dusun Bendungan memiliki persepsi yang baik terhadap pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara, di mana dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa masyarakat desa Bendungan menilai bahwa pendidikan bagi anak itu merupakan hal yang penting, karena pendidikan itu dapat menjadikan anak-anak mereka menjadi anak yang pintar. 2.
Partisipasi dalam bentuk menyekolahkan anak Dalam kegiatan menyekolahkan anak, masyarakat dusun Bendungan
masih menyekolahkan anak-anak mereka hanya sebatas di bangku SD saja. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada orang tua. Masyarakat hanya menyekolahkan anak-anak mereka sampai pada tingkat sekolah dasar saja, hal ini didasari anggapan bahwa pendidikan bagi anak tidaklah harus diwujudkan dengan menyekolahkan mereka sampai ke pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan para orang tua menilai bahwa pendidikan itu cukup hanya dengan
58
mampu membaca dan menulis saja, di mana pendidikan itu dapat anak mereka peroleh selama duduk di bangku SD. Hal ini menjadikan masyarakat masih enggan menyekolahkan anak-anak mereka setelah lulus SD. Bahkan anak-anak setelah lulus SD diikut sertakan bekerja membantu orang tua mereka mencari nafkah untuk membantu perekonomian keluarga. 3.
Partisipasi dalam bentuk penyediaan fasilitas pendidikan Dalam kegiatan penyediaan fasilitas pendidikan, orang tua hanya
menyediakan fasilitas belajar untuk anak-anak berupa fasilitas pokok saja. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara kepada masyarakat, di mana masyarakat dalam mencukupi kebutuhan anak-anak mereka hanya memberikan fasilitas berupa buku dan uang saku. Sedangkan fasilitas belajar lain yang dibutuhkan oleh anak-anak masih belum dapat dipenuhi. Hal ini disebabkan karena masyarakat dusun Bendungan masih dalam keadaan ekonomi lemah di mana keadaan ekonomi mereka masih tergolong dalam RTM (Rumah Tangga Miskin) di mana kehidupan mereka hanya bergantung pada hasil pertanian serta pekerjaan mereka di ladang tanpa ada pendapatan tambahan yang diperoleh. 4.
Partisipasi dalam bentuk bimbingan belajar di rumah Dalam kegiatan memberikan bimbingan belajar di rumah, masih belum
terlihat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara kepada masyarakat, di mana masyarakat mengaku mereka tidak pernah membimbing atau pun membantu anak-anak selama belajar di rumah. Hal ini dikarenakan mereka sudah sibuk
59
bekerja, sehingga sudah tidak ada waktu lagi untuk membantu anak-anak dalam belajar. 4.1.2.2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Dusun Gemawang Pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di dusun Gemawang sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari keadaan anak di dusun Gemawang yang setiap tahunnya sudah melanjutkan pendidikan ke bangku SMP setelah mereka lulus SD. Menurut keterangan yang diperoleh, masyarakat sudah ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun, hal ini dibuktikan dari para orang tua sudah menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan tinggi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan menjadikan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di desa ini sudah terlaksana dengan baik. Data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di dusun Gemawang adalah sebagai berikut : 1.
Partisipasi dalam bentuk pemikiran Dalam hal persepsi menunjukkan bahwa masyarakat dusun Gemawang
memiliki persepsi yang baik terhadap pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara, di mana hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat menilai bahwa pendidikan bagi anak merupakan hal yang penting. Karena pendidikan itu yang diyakini akan menentukan masa depan anak di masa mendatang, sehingga para orang tua selalu mendukung pendidikan anak-anak mereka.
60
2.
Partisipasi dalam bentuk menyekolahkan anak Dalam kegiatan menyekolahkan anak, masyarakat dusun Gemawang
sudah menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara, di mana dari hasil wawancara diketahui bahwa anak-anak di desa Gemawang setelah lulus SD selalu melanjutkan ke SMP, bahkan setelah lulus SMP pun mereka masih melanjutkan ke SMA. 3.
Partisipasi dalam memenuhi fasilitas belajar Dalam kegiatan memenuhi fasilitas belajar, masyarakat dusun Gemawang
sudah mencukupi fasilitas belajar yang di butuhkan anak-anak selama sekolah. Hal ini terlihat dari hasil wawancara, yang menyebutkan bahwa masyarakat sudah memenuhi fasilitas belajar anak-anaknya. Fasilitas yang diberikan pun beragam, dari fasilitas belajar yang dibutuhkan selama di sekolah (seragam, uang saku, buku pelajaran) maupun fasilitas belajar selama anak di rumah (meja belajar, ruang belajar, sarana belajar lain). 4.
Partisipasi dalam bentuk bimbingan belajar di rumah Dalam kegiatan memberikan bimbingan belajar kepada anak di rumah,
masyarakat dusun Gemawang sudah memberikan bantuan kepada anak-anaknya dalam belajar di rumah. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa para orang tua masih menyempatkan membantu anak-anak mereka dalam belajar atau membantu anak mereka apabila mereka mengalami kesulitan belajar. Meskipun para orang tua sudah sibuk bekerja, namun mereka masih menyempatkan diri dalam meringankan kesulitan belajar anak-anaknya.
61
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, baik hasil observasi, wawancara maupun hasil kuesioner terhadap masyarakat desa Bendungan kecamatan Tretep kabupaten Temanggung, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di desa Bendungan kecamatan Tretep adalah sebagai berikut : 4.2.1 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Dusun Bendungan Berdasarkan hasil penelitian, baik hasil observasi, wawancara maupun kuesioner terhadap masyarakat dusun Bendungan, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Dusun Bendungan adalah sebagai berikut : 1.
Partisipasi dalam bentuk pemikiran Partisipasi masyarakat dalam bentuk pemikiran termasuk baik. Hal ini juga
di dukung dengan hasil kuesioner cross check terhadap anak. Persepsi orang tua merupakan suatu cara pandangan orang tua dalam melihat konsep pendidikan. Artinya kemampuan orang tua dalam melihat tujuan dan manfaat pendidikan bagi anak. Keberhasilan seorang anak dalam hal pendidikan tidak pernah terlepas dari peran serta orang tuanya. Begitu juga setiap orang tua mempunyai pemikiran tersendiri dalam menilai arti sebuah pendidikan bagi anak-anaknya. Bentuk partisipasi masyarakat dalam menilai pentingnya pendidikan bagi anak ditunjukkan dengan bagaimana orang tua melihat pentingnya pendidikan bagi anak di masa depan. Masyarakat desa Bendungan menilai bahwa pendidikan
62
merupakan hal yang penting, karena pendidikan akan membawa anak-anak mereka menjadi manusia yang pintar dan mudah meraih cita-cita. Bentuk partisipasi dalam pemikiran merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebabkan karena pemikiran adalah hal pertama yang dilakukan sebelum mulai dengan tindakan, sehingga dengan adanya penilaian yang baik tentang pendidikan membuktikan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah ada. 2.
Partisipasi dalam bentuk menyekolahkan anak Partisipasi masyarakat dalam bentuk menyekolahkan anak dalam keadaan
kurang baik. Hal ini di dukung dengan hasil kuesioner cross check terhadap anak, di mana partisipasi masyarakat dalam bentuk menyekolahkan anak masih hanya sebatas SD saja. UU No. 20 tahun 2003 Sisdiknas pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah pendidikan sembilan tahun yang di tempuh selama 6 (enam) tahun di tingkat SD dan 3 (tiga) tahun di tingkat SMP. namun masyarakat desa Bendungan masih belum memenuhi anjuran tersebut, hal ini dibuktikan bahwa anak-anak di desa Bendungan masih mengenyam pendidikan sebatas SD saja. Sehingga partisipasi masyarakat dalam hal menyekolahkan anak masih belum sesuai yang diharapkan. 3.
Partisipasi dalam bentuk penyediaan fasilitas pendidikan Partisipasi masyarakat dalam penyediaan fasilitas pendidikan masih dalam
keadaan cukup baik. Hal ini juga di dukung dengan hasil kuesioner cross check
63
terhadap anak. Fasilitas pendidikan merupakan sarana yang dibutuhkan oleh seorang anak selama mengikuti pendidikan. Fasilitas tersebut baik berupa fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar di sekolah maupun fasilitas yang dibutuhkan dalam membantu belajar di rumah. Fasilitas belajar yang diberikan oleh orang tua masih belum mencukupi kebutuhan belajar anak-anak. di mana para orang tua hanya memberikan fasilitas belajar berupa uang saku serta buku pelajaran, padahal fasilitas belajar yang dibutuhkan anak selama sekolah tidak hanya berupa buku pelajaran dan uang saku saja, sehingga anak akan lebih mudah dalam belajar. Dengan demikian orang tua seharusnya dapat memberikan fasilitas tambahan yang benar-benar dibutuhkan anak guna menunjang kelancaran proses pendidikan. 4.
Partisipasi dalam bentuk bimbingan belajar di rumah Partisipasi dalam bentuk bimbingan belajar di rumah masih dalam keadaan
belum baik. Hal ini juga di dukung dengan hasil kuesioner cross check terhadap anak, di mana para orang tua masih belum memberikan bimbingan/bantuan belajar kepada anak-anak selama di rumah. Bimbingan belajar di butuhkan untuk membantu anak saat mengalami kesulitan dalam belajar. Bimbingan ini diperlukan untuk membantu anak dalam mengatasi masalah dalam belajar. Orang tua sudah sewajarnya memberikan bimbingan belajar kepada anakanaknya supaya anak tidak merasa kesulitan apabila dia mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas rumah. Namun masyarakat ddusun Bendungan masih belum memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak mereka. hal ini disebabkan karena para orang tua sudah sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga
64
mereka sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk membantu anak-anak mereka dalam belajar di rumah. Hal ini mengakibatkan anak-anak menjadi kurang serius dalam belajar sehingga pendidikan menjadi kurang terpikirkan bagi mereka. 4.2.2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Dusun Gemawang Berdasarkan hasil penelitian, baik hasil observasi, wawancara maupun kuesioner terhadap masyarakat Dusun Gemawang, dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Dusun Gemawang adalah sebagai berikut : 1.
Partisipasi dalam bentuk pemikiran Partisipasi masyarakat dalam bentuk pemikiran termasuk baik. Hal ini juga
di dukung dari jawaban kuesioner cross check terhadap anak. Partisipasi masyarakat dalam menilai pentingnya pendidikan diwujudkan dengan cara bagaimana masyarakat melihat akan manfaat pendidikan bagi anak di masa depan. Masyarakat dusun Gemawang sudah memiliki penilaian yang baik akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Di mana wujud penilaian itu sudah diwujudkan dalam kegiatan nyata di mana orang tua sudah mulai menyekolahkan anak-anak mereka. 2.
Partisipasi dalam bentuk menyekolahkan anak Partisipasi masyarakat dalam bentuk menyekolahkan anak termasuk baik.
Hal ini juga di dukung dari hasil kuesioner cross check terhadap anak. Masyarakat dusun Gemawang sudah mempunyai kesadaran dalam menyekolahkan anak-anak mereka setelah lulus SD. Hal ini terlihat dari anak-anak dusun Gemawang sudah
65
tidak ada yang putus sekolah/tidak melanjutkan pendidikan setelah mereka lulus SD. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan sudah ada, di mana kesadaran itu sudah diwujudkan dalam tindakan nyata menyekolahkan anak-anaknya. 3.
Partisipasi dalam bentuk memberi fasilitas belajar Partisipasi dalam bentuk memberi fasilitas belajar termasuk dalam
kategori baik. Hal ini juga di dukung dengan hasil kuesioner cross check terhadap anak. Masyarakat sudah mencukupi semua kebutuhan fasilitas-fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka selama sekolah, baik itu fasilitas selama di sekolah maupun fasilitas belajar di rumah. Hal ini menjadikan anak-anak tidak mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga hal tersebut berakibat pada semangat anak-anak dalam belajar. Fasilitas menjadikan anak-anak menjadi tidak malas dalam belajar dan membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diperolehnya selama sekolah. 4.
Partisipasi dalam bentuk memberi bimbingan belajar Partisipasi masyarakat dalam bentuk memberikan bimbingan belajar
dalam kategori baik. Hal ini didukung dengan hasil kuesioner cross check terhadap anak. Pemberian bimbingan diberikan oleh orang tua saat anak mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar di rumah. Bimbingan ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan dalam membantu memecahkan masalah yang di hadapi anak, sehingga anak menjadi tidak stres karena harus memecahkan masalahnya sendiri.