BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ruangan Bedah Atau G2 mampu menampung klien sampai 35 Klien yang terdiri dari ruangan kelas 1 dimana ruanganya terdapat dilantai 1, ruangan kelas II dan Kelas III terdapat dilantai I. Selain itu perawat diruang bedah aktivitasnya lebih banyak melakukan perawatan luka. Berdasarkan laporan bulanan pada bagian Rekam Medik RSUD Prof. Dr.Aloei. Saboe Kota Gorontalo, jumlah pasien rawat inap bedah dalam 6 bulan terakhir dari bulan Januari yang terdiri dari pasien dinas, Askes dan partik (Umum). Kinerja pelayanan yang telah diberikan oleh RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Aloei Kota Gorontalo dapat diketahui bahwa BOR (Bed Occupancy Rate) pada 6 bulan terakhir berkisar antara 52 % – 62 % dengan rata – rata 58 %. Walaupun hasil ini telah mencukupi standar Depkes yaitu rata-rata BOR 50 – 80 % namun hasilnya masih rendah. Hal ini tidak terlepas dari pelayanan yang diberikan oleh RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe. Kota Gorontalo tersebut, salah satunya pelayanan keperawatan. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat praktik pemenuhan kebutuhan dasar manusia (PKDM) pada tahun 2010, didapatkan bahwa pelayanan keperawatan dalam hal memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual pasien belum baik.
52
4.1.2.
Karakteristik Responden
4.1.2.1 Tabel Distribusi Responden menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Lama Kerja. Tabel 4.1 Data Demografi Karakteristik RespondenDi Ruang Bedah RSUD Prof Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Karakteristik N % Umur (Tahun) 20 – 30 26 81,25 31 – 40 4 12,5 41 – 50 2 6,25 Jenis Kelamin Laki-Laki 5 15,625 Perempuan 27 84,375 Lama Kerja (Tahun) 0 – 10 21 81,25 11 – 20 4 12,5 21 – 30 7 6,25 Sumber : Data primer Berdasarkan table 4. 1, Karakteristik responden yang berumur antara 20 – 30 tahun berjumlah 26 orang (81,25%), responden yang berumur antara 31 - 40 tahun berjumlah 4rang (12,5%) dan responden yang berumur 41 – 50 tahun berjumlah 2 orang (6.25 %), Karakteristik responden laki-laki berjumlah 5 orang (15,625%) dan responden yang wanita berjumlah 27 orang (84,375%) dan Karakteristik responden dengan masa kerja 0 – 10 tahun berjumlah 21 orang (65,62 %), dengan masa kerja 11 – 20 tahun berjumlah 4 orang (12,25%)dan dengan masa kerja 21 – 30 tahun berjumlah 7 orang (21,88%).
53
4.1.3. Analisis Univariat 4.1.3.1.Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap TersedianyaPanduan/Format Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tersedianya Panduan/Format Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Panduan Format Tidak Tersedia Tersedia Jumlah
Frekuensi 13 19 32
Persentase 40,62 59,37 100,0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang responden lebih besar menyatakan tersedianya panduan/format pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 59,38 % dan hanya 40,62% yang menyatakan tidak tersedianya panduan/format pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.3.2. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Adanya Reward, Psikologis dan Sosial Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Adanya Reward. Psikologis dan Sosial Di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Reward Tidak Ada Ada Jumlah
N 13 19 32
% 40,62 59,38 100,0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang responden lebih besar menyatakan ada Reward, psikologis dan sosial yang diberikan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe yaitu 59,38 % dan hanya 40,62 % yang menyatakan tidak ada reward psikologis dan social.
54
4.1.3.3 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Lingkungan Kerja Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Lingkungan Kerja Yang Mendukung Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan DiRuang Bedah RSUDProf Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Lingkungan Kerja Tidak Mendukung Mendukung Jumlah
N 12 20 32
% 37,5 62,5 100,0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.4 dari 32 orang responden lebih besar menyatakan adanya dukungan dari kondisi lingkungan kerja terhadap pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 62,5% dan hanya 37,5% yang menyatakan tidak adanya lingkungan kerja dukungan dari kondisi lingkungan kerja terhadap pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.3.4 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pengetahuan Kurang Baik Jumlah
N 16 16 32
% 50,0 50,0 100,0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 32 orang responden setengah diantaranya 50% berpengetahuan baik dan setengahnya lagi berpengetahuan kurang terhadap pendokumentasian proses asuhan keperawatan.
55
4.1.3.5 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tersedianya Waktu Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Tersedianya Waktu Untuk Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUDProf Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pengetahuan Kurang Baik Jumlah
n 16 16 32
% 50,0 50,0 100,0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.6 dari 32 orang responden lebih besar menyatakan tersedianya waktu untuk pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 56,25% dan hanya 43,25% yang menyatakan tidak tersedianya waktu untuk pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.1.3.6
Tabel
Distribusi
Frekuensi
Responden
Terhadap
Pelaksanaan
Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan. Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Responden Terhadap Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan DiRuang BedahRSUDProf. Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan Jumlah
n 14 18 32
% 43,75 56,25 100,0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.7 dari 32 orang responden lebih banyak yang memperlihatkan dilaksanakannya pendokumentasian proses asuhan keperawatan yaitu 56,25% dan hanya 43,75% yang tidak memperlihatkan dilaksanakannya pendokumentasian proses asuhan keperawatan.
56
4.1.4
Analisis Bivariat Untuk menilai hubungan antara tersedianya panduan/format, reward,
psikologisdan social, lingkungan kerja, pengetahuan dan tersedianya waktu pada perawat pelaksana yang bertugas di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan maka digunakan uji statistik Kai-Kuadrat dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau interval kepercayaan p< 0,05. Maka ketentuan bahwa tersedianya panduan/format, imbalan jasa psikologis dan sosial (reward)), lingkungan kerja, pengetahuan dan tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan dikatakan mempunyai hubungan yang bermakna bila nilai p< 0,05. 4.1.4.1 Hubungan
tersedianya
Panduan/format
Pendokumentasian
dengan
Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan. Terdapat dua katagori variabel tersedianya panduan/format yaitu :Tersedia dan Tidak tersedia. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.8
57
Tabel l 4.8 Hubungan Tersedianya Panduan/Format Pendokumentasian Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian
Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan Jumlah
Tersedianya Panduan/Format Pendokumentasian
n
Tidak Tersedia 9
Tersedia 6
15
4
13 19
17 32
13
Nilai p
0,042
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa responden yang menyatakan tersedianya panduan/format pendokumentasian dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 13 responden (40,62%) sedangkan yang menyatakan tersedianya format pendokumentasian namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 6 responden (18,75%). Demikian pula dengan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,042 yang berarti lebih kecil dari nilai α(0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tersedianya format pendokumentasian dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4.1.4.2
Hubungan
Reward,
Psikologis
dan
Sosial
dengan
Pelaksanaan
Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan. Terdapat dua katagori variabel Reward, psikologis dan sosial yaitu :Ada dan Tidak ada. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses
58
asuhan keperawatan diRSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hubungan Imbalan Jasa, Psikologi dan Sosial (Reward) Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan Jumlah
Reward Tidak ada Ada 7 6 7 14
12 18
n
Nilai p
13 19 32
0,519
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa responden yang menyatakan adanya Reward, psikologis dan sosial dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 12 responden (37,5%) sedangkan yang menyatakan adanya reward, psikologi dan social namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 6 responden (18,75%). Berdasarkan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,519 yang berarti lebih besar dari nilai α(0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara imbalan jasa, psikologi dan sosial (reward) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRuang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
59
4.1.4.2 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan. Terdapat dua katagori variabel lingkungan kerja yaitu :Mendukung dan Tidak mendukung. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRuang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Hubungan Lingkungan Kerja DenganPelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian
Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan Jumlah
Lingkungan Kerja Tidak Mendukung Mendukung 5 8 8 11 13 19
n
Nilai p
13 19 32
0,590
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan bahwa responden yang menyatakan adanya dukungan dari lingkungan kerja dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 11 responden (34,37%) sedangkan yang menyatakan adanya dukungan dari lingkungan kerja namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 8 responden (25%). Berdasarkan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,590 yang berarti lebih besar dari nilai α(0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan diRSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
60
4.1.4.3 Hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Terdapat dua katagori variabel pengetahuan perawat yaitu :Kurang dan Baik. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo, dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan Di RSUD Prof Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan Jumlah
Pengetahuan Kurang Baik 10 3 6 13 16 16
n
Nilai p
13 19 32
0,013
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.11 ditemukan bahwa responden yang pengetahuannya baik dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 13 responden
(40,62%)
sedangkan
yang
pengetahuannya
baik
namun
tidak
melaksanakan pendokumentasian sebanyak 3 responden (9,37%). Hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,013 yang berarti lebih kecil dari nilai α(0,05). Dengan demikian ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
61
4.1.4.4. Hubungan Tersedianya Waktu dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Proses Asuhan Keperawatan. Terdapat dua katagori variabel tersedianya waktu yaitu :Ada dan Tidak ada. Hubungan variabel ini dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hubungan Tersedianya Waktu DenganPelaksanaan Pendokumentasian ProsesAsuhan Keperawatan Di RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo Pendokumentasian
Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan Jumlah
Waktu Tidak Tersedia Tersedia 7 6 7 14
12 18
n
Nilai p
13 19 32
0,519
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan bahwa responden yang menyatakan tersedianya waktu dan melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan sebanyak 12 responden (40,62%) sedangkan yang menyatakan tersedianya waktu namun tidak melaksanakan pendokumentasian sebanyak 6 responden (18,75%). Hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,519 yang berarti lebih besar dari nilai α(0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
62
4.2
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan teori yang ada, maka
dapat dikemukakan bahwa : 4.2.1
Tersedianya panduan/format pendokumentasian Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa lebih besar responden yang
menyatakan
tersedianya
panduan/format
pendokumentasian
proses
asuhan
keperawatan dari pada yang menyatakan tidak tersedianya panduan/format pendokumentasian
proses
asuhan
keperawatan.
Sehingga
secara
proporsi
panduan/format pendokumentasian telah tersedia di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tersedianya format pendokumentasian dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Semakin tersedianya panduan/format pendokumentasian asuhan keperawatan maka semakin terlaksana pula pendokumentasian proses asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Demikian pula dengan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,042 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tersedianya format pendokumentasian
dengan
pelaksanaan
pendokumentasian
proses
asuhan
keperawatan di ruang Bedah RSUD Prof Dr. Aloei. Saboe Kota Gorontalo. Berdasarkan Penelitian diruang Bedah RSUD Prof. Dr Aloei Sabae Kota Gorontalo didapatkan bahwa tidak tersedianya panduan disebabkan karena banyak
63
dokter yang tidak melengkapi dokumen catatan medis sehingga menambah beban kerja perawat serta perawat juga harus mendorong pasien ke rontgen dan tempat lain,harus mengambil obat ke apotik dan menyerahkan darah ke lab untuk dianalisa sehingga pendokumentasian askep tidak lengkap. Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena ada hubungan positif antara tersedianya panduan/format pendokumentasian dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di ruang Bedah RSUD Prof Dr. Aloei. Saboe Kota Gorontalo. Hal ini didukung oleh Hidayat (2009), menyatakan bahwa sistem dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data kedalam format, catatan dan prosedur tetap yang dapat memberikan gambaran secara lengkap. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat yang dikemukakan maka dapat kita lihat pentingnya ketersediaan panduan/format pendokumentasian dalam rangka kelancaran pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. 4.2.2. Reward, Psikologi dan Sosial Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa lebih besar responden yang menyatakan adanya reward, psikologi dan sosial dari pada yang menyatakan tidak adanya reward, psikologi dan sosial. Sehingga secara proporsi berdasarkan pihak manajemen di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo telah menyediakan dan memberikan reward, psikologi dan sosial kepada para perawat pelaksananya.
64
Namun berdasarkan hasil analisa bivariat tidak ada hubungan yang bermakna antara reward, psikologi dan sosial (reward) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Reward, Psikologi dan Sosial yang dirasakan oleh perawat pelaksana tidak berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yang mereka lakukan.Berdasarkan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,519 yang berarti lebih besar dari nilai α (0,05). Dengan demikian tidak ada hubungan yang bermakna antara imbalan jasa, psikologi dan sosial (reward) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan Maka hipotesa yang disajikan oleh peneliti dinyatakan ditolak,Ada atau tidak adanya pemberian imbalan jasa, psikologi dan sosial (reward) kepada perawat pelaksana, pendokumentasian asuhan keperawatan tetap dilaksanakan. Walupun pada dasarnya Swanburg (2007) membenarkan hal tersebut dimana dia menyatakan bahwa dalam melaksanakan perannya seorang perawat profesional merasa
puas
akan
merasa
bahagia
dan
akan
produktif
sesuai
dengan
kapasitasnya.yang akan menghasilkan penghargaan kepuasan diri dan cinta. Uang biasanya tidak dapat membeli loyalitas, kreativitas atau moral. Mereka tidak mendapatkan kepuasan ego dengan upah, pensiun, liburan atau keuntungan lainnya dari pekerjaan. Maka, sebagai seorang perawat profesional sudah seharusnya dalam melaksanakan tugasnya khususnya dalam melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan tidak mengharapakan adanya reward, psikologi dan sosial.
65
4.2.3. Lingkungan kerja Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa lebih besar responden yang menyatakan dukungan lingkungan kerja terhadap pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan dari pada yang menyatakan tidak adanya dukungan lingkungan kerja. Sehingga secara proporsi berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan lingkungan kerja yang dirasakan oleh perawat pelaksana di Ruang Bedah RSUD
Prof
Dr.Aloei
Saboe
Kota
Gorontalo
mendukung
terlaksananya
pendokumentasian proses asuhan keperawatan.. Berdasarkan hasil analisa bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo. Lingkungan kerja yang dirasakan oleh perawat pelaksana tidak berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yang mereka lakukan Berdasarkan hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,590 yang berarti lebih besar dari nilai α (0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan Maka hipotesa yang disajikan sebelumnya oleh peneliti dinyatakan ditolak. Ada atau tidak adanya dukungan dari lingkungan kerja yang dirasakan oleh perawat pelaksana, pendokumentasian asuhan keperawatan tetap dilaksanakan dan tidak terabaikan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Hidayat (2009) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan kerja misalnya sedikit atau banyaknya jumlah pasien yang ada
66
dirumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya tidak menyebabkan terabaikannya proses pendokumentasian yang dilakukan hal ini terutama terjadi dinegara dengan profesi keperawatan yang sudah maju. Dapat
disimpulkan
sebagai
seorang
perawat
professional
proses
pendokumentasian hendaknya tidak terabaikan oleh kondisi lingkungan ditempat kerja mengingat pentingannya tujuan dan manfaat dari dokumentasi keperawatan. 4.2.4. Pengetahuan Hasil
analisa
univariat
menunjukkan
bahwa
setengah
responden
berpengetahuan baik dan setengahnya lagi berpengetahuan kurang terhadap pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Dari hasil analisa bivariat ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo. Berdasarkan uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,013 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan Maka semakin baik pengetahuan perawat pelaksana di Ruang BedahRSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo, semakin terlaksana pula pendokumentasian proses asuhan keperawatan oleh perawat tersebut. Berdasarkan hal tersebut hipotesa yang disajikan oleh peneliti diterima, karena ada hubungan yang positif antara
67
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Hal ini didukung oleh Hidayat (2009) yang menyatakan bahwa aspek dasar pengetahuan dokumentasi proses keperawatan yang dimiliki oleh perawat adalah pengetahuan tentang proses keperawatan dan pengetahuan dasar tentang pengkajian. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat yang dikemukakan maka dapat kita lihat pentingnya pengetahuan perawat tentang pendokumentasian dalam rangka kelancaran pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan 4.2.5. Tersedianya waktu Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa lebih besar responden yang menyatakan tersedianya waktu untuk pendokumentasian dari pada responden yang menyatakan tidak tersedianya waktu untuk pendokumentasian. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara proporsi ada waktu yang tersedia setiap harinya/shifnya untuk perawat pelaksana dalam melaksanakan pendokumentasian proses asuhan keperawatan. Hasil analisa bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tersedianya waktu dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan di Ruang Bedah RSUD Prof Dr.Aloei Saboe Kota Gorontalo. Tersedianya waktu oleh perawat pelaksana tidak berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian proses asuhan keperawatan yang mereka lakukan. Hasil uji Kai-Kuadrat diperoleh nilai p = 0,519 yang berarti lebih besar dari nilai α (0,05). Dengan demikian tidakada hubungan yang bermakna antara
68
tersedianya
waktu
dengan
pelaksanaan
pendokumentasian
proses
asuhan
keperawatanBerdasarkan hal tersebut , hipotesa yang disajikan sebelumnya oleh peneliti dinyatakan ditolak. Tersedia atau tidaknya waktu luang yang dirasakan oleh perawat pelaksana, pendokumentasian asuhan keperawatan tetap dilaksanakan. Menurut Stevens (2004) terdapat beberapa penyebab kurangnya pelaksanaan pendokumentasian rencana asuhan keperawatan, termasuk kurangnya
dan waktu
untuk melakukan dokumentasi. Menuliskan rencana asuhan keperawatan dianggap menyita banyak waktu sehingga perawat merasa tidak punya waktu lebih banyak untuk merawat klien. Selain itu timbul anggapan bahwa semua rencana keperawatan dapat dilakukan walaupun tanpa ditulis. Ketidaktahuan mengenai tujuan nyata dari penulisan rencana keperawatan, kesulitan dalam membuat keputusan, tidak mengetahui pentingnya proses keperawatan sebagai proses untuk mengembangkan pelayanan adalah faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kurangnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan klien. Sementara menurut pendapat A. Aziz Alimul Hidayat (2009) yang menyatakan bahwa bila dilihat dari kegiatannya pendokumentasian proses asuhan keperawatan banyak membuang waktu hanya untuk pencatatan dan penulisan. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak demikian bila dokumentasi memenuhi syarat standar dokumentasi yang benar. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan sebagai seorang perawat proses pendokumentasian hendaknya tidak terabaikan oleh
69
ketersediaan waktu karena bila dokumentasi yang dilakukan memenuhi syarat standar dokumentasi yang benar maka tidak akan menyita banyak waktu untuk dilaksanakan 4.3. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan yang dirasakan peneliti selama melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut : 4.3.1. Penelitian dilakukan dengan skala kecil dan hanya di satu rumah sakit sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi.