BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada bagian ini peneliti memberikan mengenai gambaran umum obyek penelitian. Obyek penelitian terdiri atas sejarah singkat perusahaan, Visi dan Misi, Tata Nilai PT Asahimas Flat Glass Tbk serta produk-produk, Struktur organisasi Divisi Human Relations. Data – data yang terdapat di bawah ini peneliti dapatkan dari website perusahaan, dokumen perusahaan, serta modul training company profile milik PT Asahimas Flat Glass Tbk.
4.1.1
Sejarah singkat PT Asahimas Flat Glass Tbk40 PT Asahimas Flat Glass Tbk memulai produksi manufaktur kaca
pada bulan April 1973, dari kaca bening sederhana yang diproduksi menggunakan Proses Foucault tradisional. Selanjutnya, lini produksi dengan cepat didiversifikasi untuk memasukkan produk-produk inovatif seperti kaca khusus, kaca pengaman, kaca reflektif dan cermin. Pada tahun 1975, perusahaan pertama kali membangun Pabrik Kaca yang memproduksi barang komersial dan terjamin keamanannya serta menggunakan Proses Tempering pada tahun 1976. Pada tahun yang sama, Asahimas juga membangun tungku kedua untuk kaca lembaran di Jakarta dan memulai produksi komersial pada tahun 1977. Pada tahun 1981, Asahimas memperkenalkan teknologi baru di Float 40
Profil Asahimas - www.amfg.co.id/en/company/history.html. Diakses pada tanggal 3 September 2013
41
42
Glass,
tungku ketiganya di Jakarta, merupakan teknologi Float pertama
Perusahaan. Sementara itu, Asahimas menutup tunggu keduanya yang menggunakan Proses Foucault pada tahun 1983. Pada tahun 1985 Asahimas juga mulai pembangunan Tungku keempat (Float line kedua) di pabrik Surabaya, yang kemudian memulai produksi komersial pada tahun 1987. Perusahaan kemudian membangun tungku kelima (Float Line ketiga) dan tungku keenam (Float line keempat) pada tahun 1990 dan 1996, yang mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993 dan 1997. Tungku-tungku resmi berlokasi di Jakarta, sedangkan yang terakhir berada di Surabaya. History 1985 merupakan tahun yang penting dalam pembangunan produksi kaca pengaman melalui teknologi laminating kaca pengaman baru. Sebagai tindak lanjut dari teknologi baru ini, Asahimas memulai konstruksi saluran produksi laminating kaca baru pada tahun 1994, bersamaan dengan proses penutupan tungku pertama yang masih menggunakan Proses Foucault. Selama tahun 1997, Asahimas mulai fase pertama dalam perkembangan pabrik kaca pengaman di Bukit Indah Industrial Park, Cikampek, Jawa Barat, yang kemudian memulai produksi komersial pada tahun 1999. Saat ini, Asahimas telah meningkatkan kapasitas produksi terpasang 570.000 ton secara signifikan untuk kaca lembaran, 4.500.000 meter persegi untuk kaca pengaman dan 2.400.000 meter persegi untuk cermin. Kapasitas tersebut menunjukkan eksistensi Asahimas sebagai produsen kaca terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara.
43
4.1.2.
Visi Misi PT Asahimas Flat Glass Tbk41 Visi dan Misi Asahimas menggambarkan berbagai nilai-nilai hidup
Perusahaan, yang dijelaskan lebih lanjut dalam budaya perusahaan sebagai perintis dengan semangat kerjasama, kejujuran, integritas dan kreativitas. Secara lebih detail Asahimas merumuskan Misi dan Visi sebagai berikut: Visi PT Asahimas Menjadi produsen yang selalu bertanggung jawab dan kaca global dan pemasok berhubungan perusahaan produk Misi PT Asahimas Membangun Dunia Sebagai Tempat Yang Lebih Baik Untuk Hidup
4.1.3.
Tata Nilai PT Asahimas Flat Glass Tbk Dalam melaksanakan semua kegiatan baik dalam aktifitas usaha
maupun dalam berperilaku, Perusahaan selalu mengedepankan nilai-nilai yang sudah tertanam dari pendiri perusahaan, yaitu:42 a. BERJIWA PERINTIS b. KEJUJURAN DAN KETULUSAN c. JIWA BEKERJASAMA d. BERPIKIR KREATIF e. BERTANGGUNG JAWAB Nilai-nilai tersebut menjadi panduan dan bagian bagi setiap karyawan dan manajemen dalam menjalankan kegiatannya. 41 42
www.amfg.co.id, loc.it ibid
44
4.1.4.
Produk – produk PT PT Asahimas Flat Glass Tbk Perusahaan menjalankan industri kaca, ekspor impor dan jasa
sertifikasi mutu kaca. Jenis produk-produk perusahaan terbagi dalam 2 kategori: 43 1. Kaca Lembaran termasuk Kaca Cermin diproduksi di pabrik Jakarta & Sidoarjo 2. Kaca Pengaman termasuk Kaca Otomotif diproduksi di pabrik Cikampek Tuntutan pasar dan konsumen akan produk yang ramah lingkungan saat ini terus meningkat, PT Asahimas terus menyikapi hal ini secara serius. Saat ini konsumen sudah memiliki kesadaran yang tinggi dalam menggunakan produk – produk yang ramah lingkungan yang bebas dari unsur – unsur kimia yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Sejalan dengan pemahaman tersebut maka produk – produk yang dihasilkan PT Asahimas menghasilkan Green products hal ini sejalah dengan kebijakan Pemerintah yang memperkenalkan Green Building dan Green Automotive dalam industri properti dan otomotif Adapun kaca lembaran yang diproduksi adalah : 1. Kaca polos (clear glass) 2. Kaca berwarna (tinted glass) 3. Kaca reflective (reflective glass)
43
Modul pelatihan Company Profile PT Asahimas Flat Glass Tbk. Hal 4
45
4. Kaca berpola (patterned glass) 5. Kaca low e (saving energy glass) Gambar 4.1 Jenis kaca Lembaran termasuk kaca cermin
Sumber : Modul pelatihan Company Profile PT Asahimas Flat Glass Tbk Hal. 4.
Gambar 4.2 Jenis kaca Pengaman termasuk kaca otomotif
Sumber : Modul pelatihan Company Profile PT Asahimas Flat Glass Tbk Hal. 5.
46
4.1.5. Struktur organisasi Human Relations & General Affair PT. Asahimas Flat Glass Tbk, Pabrik Cikampek Gambar 4.3 Struktur organisasi Human Relations & General Affair PT. Asahimas Flat Glass Tbk
Sumber : Lampiran No. GEN - FM - 001 - 000 – 004
47
A. Human Relation Section Seksi human relation dipimpin oleh Departemen Manager Bapak Sefo Dp. Sulle dan di bantu oleh dua staf yaitu Ibu Dewi yang khusus menangani bagian personel administrasi seta. Dan Bapak Rizal yang melakukan tugas pengaturan labour supplier dan menjalankan kegiatan CSR. Dalam hal ini Bapak Rizal banyak melakukan kegiatan eksternal public relations yaitu menjaga hubungan dengan para stakeholder eksternal. 1. Personnel Administration & Industrial Relation Terkait dengan personal administrasi karyawan seperti Salary, Promosi, Funishment dan Reward, Absent karyawan, Assesment karyawan 2. Pengaturan Labour Supplier Melakukan pengaturan hal – hal yang terkait dengan Labour Supplier karyawan. 3. Melaksanakan kegiatan CSR Melakuan perencanaan dan implementasi kegiatan CSR.
B. General Affair Section Seksi General Affair dipimpin oleh Departemen Manager Bapak Sefo Dp. Sulle dan di bantu oleh dua staf yaitu Ibu Vellia Rangkuti & Ibu Ayu yang menangani keperluan general affair perusahaan. 1. Melakukan administrasi dan control inventaris perusahaan (Perlengkapan, Peralatan, stationary, dll).
48
2. Maintenance Ruang Meeting 3. Membuat Slogan, Banners, dan lainnya jika diperlukan 4. Kontrol cleaning service di area office 5. Melakukan pengaturan bagi karyawan yang akan melakukan perjalanan dinas serta melakukan pengawasan administrasi transportasi.
4.2. Hasil Penelitian Pada sub bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Peneliti terjun ke lapangan untuk observasi pengamatan untuk mencari data dan informasi yang dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber yang peneliti pilih berdasasrkan karakteristik yang telah ditetapkan. Peneliti juga telah melakukan studi kepustakaan dari media internal perusahaaan serta data – data perusahaan yang bisa dijadikan bahan penelitian. Selain itu, peneliti melakukan observasi langsung terhadap pelaksanaan program CSR PT Asahimas melalui program pengembangan masyarakat budidaya jamur di desa Tamelang, Cikampek.
4.2.1
Observasi PT Asahimas, memiliki enam daerah tanggung jawab perusahaan
yaitu kecamatan purwasari yang terdiri dari Desa Tegalsari, Sukasari, Purwasari, Tamelang, Mekarjaya dan Cengkong. Kecamatan tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan karena letaknya berada di sekitar lokasi operasi
49
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaaan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang juga turut menunjang kelangsungan operasi perusahaan. Di dalam penelitian ini hanya difokuskan di desa Tamelang dimana peneliti akan mendeskripsikan kegiatan corporate social responsibility PT Asahimas untuk menciptakan masyarakat yang mandiri. Peneliti mendapatkan bahwa tahapan–tahapan yang dijalankan oleh divisi Human Relation adalah tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Saat melakukan observasi dengan menggunakan Ceklist yang peneliti telah buat sebelumnya, Desa Tamelang tidak jauh dari lokasi PT Asahimas beroperasi yaitu dengan jarak ± 10 km dan berada di kecamatan purwasari. Menurut data profil desa, desa Tamelang berada di ketinggian 35 meter dari permukaan laut dan merupakan daratan rendah dengan suhu panas rata-rata 30°C pertahun dengan curah hujan ± 219,33 mm setiap tahun dan tiupan angin rata-rata 10 km/jam dengan luas tanah sawah sebesar 15.019 Ha. Secara geografis, lokasi budidaya jamur tidak ideal. Letak geografis yang tidak ideal untuk budidaya jamur menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Lokasinya yang berada di dataran rendah membuat para petani kesulitan untuk mendapatkan kelembaban ideal agar jamur bisa bertumbuh. Oleh karena itu, para petani sangat memperhatikan kondisi kumbung. Kumbung harus segera direnovasi segera apabila kekuatan bambu kumbung sudah mulai berkurang. selain itu sangat
50
faktor yang menentukan adalah pengaturan suhu dan kelembaban pada kumbung. PT Asahimas memberikan dana pada saat pertama kumbung tersebut didirikan. Dana tersebut diantaranya untuk pembangunan kumbung, pembelian bahan-bahan dan peralatan. Hasil panen dikelola oleh para anggotanya untuk modal selanjutnya. Kelangsungan budidaya jamur ini dipantau oleh perangkat desa setempat. Petani akan melaporkan kepada perangkat desa perihal hasil panen jamur mereka. Penyaluran hasil panen tersebut dijual kepada distributor jamur di dekat desa setempat.
4.2.2.
Tahap I : Tahapan perencanaan Berdasarkan data demografi desa Tamelang tahun 2012, mayoritas
penduduk desa adalah laki – laki yaitu 880 orang (55,1%) sedangkan perempuan sebanyak 715 orang (44,8%) dari total keseluruhan penduduk 1.595 orang. Dari tabel 1, dapat dikatakan bahwa masyarakat desa Tamelang, mata pencaharian atau sumber penghasilan utama adalah petani dan buruh tani. Penduduk usia produktif di desa Tamelang berjumlah 880 orang laki – laki dan 715 orang perempuan. Komoditi pertanian utama adalah padi, karna pertanian yang terdapat di Desa Tamelang khususnya sawah seluas 15,02 Ha. Hal tersebut menunjukan program budidaya jamur sesuai dengan mata pencaharian penduduk. Tabel 1
51
DATA MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
DESA
: TAMELANG
KECAMATAN
: PURWASARI
KEADAAN
: DESEMBER 2012
NO. 1 2 3 4
JENIS PEKERJAAN
PETANI BURUH TANI PEDAGANG KECIL PEDAGANG WARUNG 5 PEDAGANG BESAR/MENENGAH 6 BENGKEL 7 TUKANG BANGUNAN 8 TUKANG SUMUR POMPA 9 SOPIR 10 TUKANG OJEG 11 TUKANG BECAK 12 KARYAWAN SWASTA / PABRIK 13 GURU 14 PNS 15 POLISI / TNI 16 APARAT DESA JUMLAH Sumber : Buku profil desa, F.004
JENIS KELAMIN LAKI LAKI PEREMPUAN 319 4 281 314 41 26 7 25
JUMLAH 323 595 67 32
4
2
6
5 17
-
5 17
2
-
2
19 8 130
331
19 8 461
4 5 7 31 880
3 9 1 715
7 14 8 31 1595
Pertengahan tahun 2012 PT Asahimas Flat Glass Tbk memutuskan untuk membuat suatu perencanaan tanggung jawab sosial yang bisa membantu masyarakat di sekitar pabrik PT Asahimas Cikampek. Mereview
52
dari kegiatan CSR dari tahun ke tahun hanya desa Tamelang yang belum mendapatkan bantuan CSR dari PT Asahimas Cikampek. Untuk itu, PT Asahimas memfokuskan kegiatan di Desa Tamelang dengan menganalisa bantuan apa yang cocok diberikan pada masyarakat desa setempat. Kemudian pihak perusahaan berbicara dengan Bapak Mulyana dan Bapak Fahri selaku kepala desa Tamelang dan Staf humas desa Tamelang dan kemudian mereka mendiskusikannya pada meeting forum komunikasi desa dan akhirnya ditemukanlah ide dari warga desa yaitu usaha budidaya jamur. Hal ini diperkuat dengan pernyataan manager HRGA PT Asahimas Bapak Sefo DP yaitu : “Untuk mencari informasi kebutuhan yang ada di warga desa Tamelang, Cikampek. Kami melakukan diskusi bersama Kepala desa setempat beserta Staf Humas Desa Tamelang, Cikampek. Hasil dari dialog tersebut Bapak Mulyono dan Bapak Fahri menyampaikan informasi tersebut kepada penduduk desa Tamelang melalui forum komunikasi desa, hasilnya penduduk desa setempat mengajukan saran untuk menjadi petani jamur merang”. 44 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum menjalankan suatu program CSR, PT Asahimas Flat Glass Tbk, mencari tahu terlebih dahulu mengenai yang diperlukan masyarakat. Namun sayangnya, PT Asahimas kurang mengidentifikasi masalah. Misalnya dengan melakukan CSR assesment untuk mencari informasi terlebih dahulu mengenai permasalahan apa yang sedang terjadi dan apa saja yang masyarakat butuhkan sebelum membuat program CSR.
44
Kutipan wawancara dengan Dept. manager HRGA, PT Asahimas Flat Glass Tbk.,Bapak Sefo DP Sulle, tanggal 7 Agustus 2013.
53
Tahap perencanaan CSR assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan untuk mengidentifikasi aspek – aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah – langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR yang efektif. Pada proses ini penentuan anggaran juga sangat penting dilakukan sehingga program CSR bisa berjalan dengan baik. PT Asahimas dalam menentukan anggaran kegiatan CSR sudah mempunyai anggaran khusus dari perusahaan. Berikut pernyataan dari Sefo DP Sulle : “Anggaran untuk program CSR ini sudah disiapkan secara khusus sesuai yang tertuang dalam laporan tahunan yaitu sebesar 0,14% dari keuntungan perusahaan setiap tahunnya”45 Dari pernyataan tersebut peneliti melihat bahwa PT Asahimas sangat serius dalam menjalankan kegiatan CSR sehingga sudah disiapkan dana khusus untuk setiap kegiatan CSR. Setelah anggaran sudah ditentukan tentunya PT Asahimas perlu untuk menentukan target yang akan dituju untuk kegiatan CSR. Keseriusan PT Asahimas dalam melaksanakan program ini, tentunya diharapkan penerima bantuan budidaya jamur yang mengikuti juga mempunyai keseriusan yang sama. Untuk itu, terdapat beberapa syarat yang perlu dimiliki oleh para peserta antara lain seperti yang diungkapkan oleh Bapak Rizal Staf Human Relations : 45
Kutipan wawancara dengan Staf Human Relations, PT Asahimas Flat Glass Tbk.,Bapak Sefo, loc.it
54
“Dalam pemilihan anggota penerima budidaya jamur kami meminta tolong kepada Bapak Fahri, Humas desa Tamelang untuk melakukan sosialisasi internal di warga desa dan memilih kandidat yang berpengalaman dalam budidaya jamur hal tersebut dikarenakan agar mempermudah perusahaan memberikan bantuan apabila calon penerima bantuan sudah memiliki keahlian khusus dibidangnya. Setelah penerima bantuan terpilih maka diharapkan calon penerima bantuan dapat mengajarkan kepada anggota lainnya tentang bagaimana melakukan budidaya jamur”.46 Kemudian dari proses tahapan seleksi tersebut terpilihlah ketujuh warga desa Tamelang dan kemudian dibentuk kelompok untuk melakukan tahap perencanaan selanjutnya yaitu dengan melakukan perundingan area yang akan dipilih serta material apa saja yang perlu dipersiapkan oleh PT Asahimas Flat Glass Tbk. Bapak Rizal selaku staf Human Relations mengungkapkan : “Pada tahap perencanaan selanjutnya, kami melakukan pertemuan dengan warga penerima bantuan budidaya jamur untuk memutuskan area serta anggaran material untuk pembangunan kumbung. Dari hasil pertemuan tersebut, maka diputuskan area yang akan digunakan adalah rea bapak Ana Suhana dimana ia memiliki kumbung yang sudah tidak terpakai lagi dan perlu di renovasi”.47 Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Target yang dituju pada kegiatan CSR ini adalah para petani budidaya jamur yang telah memilki pengalaman dalam budidaya jamur, hal ini dimaksudkan agar petani yang berkompetensi dapat membagikan ilmunya kepada anggota – anggota lainnya.
46
Kutipan wawancara dengan Staf Human Relations, PT Asahimas Flat Glass Tbk.,Bapak Rizal Fahrizal, tanggal 8 Agustus 2013.
47
Ibid
55
Setelah menentukan sasaran yang tepat, selanjutnya HR dan Staf Humas desa Tamelang, menentukan jangka waktu serta mekanisme pelaksanaan program CSR. Maka diputuskan program budidaya jamur tersebut dimulai 20 Januari 2013 dan akan terus bekesinambungan, Jika dinilai efektif. Seperti yang diungkapkan Bapak Rizal bahwa : “Setelah proses diskusi dengan warga desa Tamelang dilakukan, maka kita juga perlu menentukan schedule pembangunan kumbung sampai dengan proses panen untuk menentukan target dari pelaksanan yang kita harapkan”.48 Selanjutnya pada tahapan perencanaan diperlukan langkah awarenes building, hal ini tertuang pada visi dan misi kegiatan CSR yaitu mendukung kegiatan generasi penerus, hidup harmonis dengan masyarakat sekitar dan melestarikan lingkungan hidup. Namun, khusus program budidaya jamur tersebut PT Asahimas tidak membuat secara khusus. Untuk memetakan kondisi perusahaan, langkah selanjutnya adalah melakukan CSR assesment yaitu dengan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian. Dalam hal ini PT Asahimas telah mengidentifikasi permasalahan melalui perangkat desa yang kemudian disampaikan di forum komunikasi desa. Selanjutnya, untuk mengimplementasikan CSR assesment, PT Asahimas membuat rencana kegiatan implementasi CSR. Kegiatan ini direncanakan berjalan selama 1 tahun dan akan dievaluasi keberhasilan program ini untuk menentukan kelanjutan program CSR.
48
Kutipan wawancara dengan Staf Human Relations, loc.it.
56
4.2.3. Tahap II: Tahapan implementasi Di dalam tahap implementasi hal yang paling penting adalah sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Langkah sosialisasi yang dilakukan oleh PT Asahimas dipercayakan kepada perangkat desa, pada tahap ini perusahaan tidak terjun langsung. Sosialisasi dilakukan oleh perangkat desa melalui forum komunikasi desa. Selain itu, melalui observasi yang peneliti lakukan, warga desa hanya sedikit yang mengenal CSR tersebut. Tidak adanya spanduk pada lokasi kumbung budidaya jamur yang peneliti lihat pada lokasi kumbung. Berikut adalah cara dan proses penanaman jamur, berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bapak Ading selaku penerima bantuan budidaya jamur : 49 “Pertama kita persiapkan Bahan – bahan, yaitu Jerami Padi. kita mengumpulkan / stock jerami pada waktu musim panen padi di musim kemarau. Hal ini dilakukan karena pada musim kemarau tidak turun hujan. Setelah terkumpul jerami ditumpuk dengan cara membentuk seperti kerucut, supaya pada musim hujan air tidak masuk ke tumpukan jerami, hal ini dilakukan supaya tumpukan jerami yang ada di luar tidak terkena hujan. Selain padi bahan yang diperlukan adalah limbah kapas. Limbah kapas ini, biasanya didapat dari sisa produksi pabrik benang, dipilih karena kandungan glukosanya tinggi selain itu kapas juga gampang didapat” Terus untuk proses produksinya a. pertama kita melakukan Pengomposan alat tumbuh jamur merang yaitu kompos atau hasil pelapukan jerami dan limbah kapas. Pengomposan dilakukan dengan cara : Jerami kering direndam ke dalam air supaya jerami basah secara merata, lalu diangkat dan ditumpuk ke tempat fermentasi. Setiap lapisan tumpukan ditaburi kapur pertanian, terus kemudian tumpukan kompos ditutup rapat dengan menggunakan plastik. Setelah proses perendaman selesai komposan jerami dan kapas didiamkan selama minimal 4 hari. 49
Kutipan wawancara dengan penerima bantuan CSR, Warga desa Tamelang, Cikampek, ,Bapak Ading, tanggal 5 September 2013.
57
b. Kedua, Pembalikan. proses pembalikan komposan dilakukan dengan cara : komposan dibongkar lalu jerami ditiriskan, kemudian jerami ditaburi dedak dengan merata, setalah jerami ditaburi dedak kemudian ditumpuk lagi, setelah itu ditutup rapat kembali menggunakna plastik. c. Ketiga Penataan komposan. Tumpukan komposan didiamkan lagi selama kurang lebih 4 hari, setelah itu komposan dimasukan kedalam kumbung. Dan ditata rapi diatas rak – rak kumbung. Media yang ditata yaitu jerami setelah itu diatasnya dipasang kapas dan setelah itu dilakukan penyetiman. d. Keempat, Penyetiman. Penyetiman dilakukan dengan cara memasukan uap air yang dimasak menggunakan 3 buah drup, uap air dimasukan ke dalam kumbung. Penyetiman dilakukan selama minimal 12 jam dengan suhu 50 derajat celsius. Hal ini dilakukan supaya bakteri atau jamur yang ada pada kapas mati sebelum ditaburi bibit jamur merang. e. Kelima, Pembibitan. Bibit dibuka kemudian dihancurkan dengan cara diremas-remas sampai hancur. Kemudian bibit ditabur agar merata. Setelah selesai kumbung ditutup selama 4 hari. f. Keenam, Penyemprotan. Setelah itu kumbung dibiarkan lagi dengan posisi tertutup rapat sampai sekitar 30 jam. Kemudian jendela mulai dibuka dengan posisi awal pembukan 15 detik pada waktu sore. Hari selanjutnya 30 detik sampai 90 detik pada hari – hari selanjutnya. Pemetikan / panen jamur dilakukan setiap hari, jamur yang dipetik yaitu jamur kwalitet super atau kancing kecil (bulat). Supaya dapat hasil yang maksimal maka saya harus melakukan pengecekan suhu kelembaban kumbung setiap hari. Kira – kira begitu neng”. Gambar 4.4 Kondisi kumbung saat masa panen
Sumber : observasi ke lokasi budidaya jamur, 5 September 2013
58
Dalam perjalanannya, sejak tahun tersebut sampai dengan sekarang, proses panen jamur telah mengalami 8 (delapan) kali masa panen. Hal tersebut menunjukan hasil yang bagus dan membuat para petani antusias karma dapat mempercepat roda perekonomian mereka. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Bapak Ading selaku penerima bantuan budidaya jamur. “Kami merasa puas untuk pembuatan kumbung jamur tersebut, hasil panen setiap kali proses bisa mencapai 40 hari. Sehingga kami dapat dengan cepat memetik hasil panen dan memiliki pendapatan yang cepat juga”. 50 Pada tabel 3, dapat disimpulkan bahwa pendapatan anggota budidaya jamur terus meningkat. Hal ini tentunya telah sesuai dengan program perusahaan yaitu menciptakan peningkatan taraf ekonomi masyarakat dan menciptakan masyarakat mandiri.
Hasil Panen
Hasil (kg)
Tabel 2. Laporan hasil CSR 2013 Harga/kg jamur
Total
Panen ke-I
135
Rp. 12.000
Rp. 1.620.000,-
Panen ke-II
142
Rp. 12.000
Rp. 1.704.000,-
Panen ke-III
133
Rp. 12.000
Rp. 1.596.000,-
Panen ke-IV
164
Rp. 13.000
Rp. 2.132.000,-
Panen ke-V
143
Rp. 13.000
Rp. 1.859.000,-
Panen ke-VI
145
Rp. 13.000
Rp. 1.885.000,-
Panen ke-VII
160
Rp. 13.500
Rp. 2.160.000,-
Panen ke- VIII
150
Rp. 13.500
Rp. 2.025.000,-
sumber : laporan CSR 2013 PT Asahimas Flat Glass Tbk
50
Kutipan wawancara dengan penerima bantuan CSR, Warga desa Tamelang, Cikampek, loc.it.
59
4.2.4. Tahap III: Tahapan evaluasi Setelah tahap perencanaan dan implementasi maka tahap selanjutnya adalah tahapan Evaluasi. Tahapan evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan dengan pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh Departemen Human Relations Seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Rizal : “Awalnya kami mencoba melakukan evaluasi program ini dengan melakukan kunjungan per bulan sesuai rencana, namun dikarenakan perusahaan juga sedang mengalami krisis labor supplier akibatnya sumber daya kami terbatas maka kunjungan tersebut sangat jarang kami lakukan., dan hingga saat ini kami baru melakukan 2 (dua) kali evaluasi dengan menanyakan langsung kepada para penerima bantuan jamur serta bapak Fahri selaku Humas di desa Tamelang, seperti menanyakan apakah ada kesulitan dalam menjalankan budidaya jamur? Berapa banyak panen yang telah diperoleh?”.51 Berdasarkan pernyataan bapak Fahri selaku Humas di desa Tamelang bahwa : “Sejauh ini warga sangat senang menerima bantuan budidaya jamur merang, selain prosesnya mudah, hasil panen juga cepat di dapat sehingga antusiasme penerima bantuan meningkat dan berharap dapat menambah kumbung – kumbung jamur di sekitar area desa Tamelang, Cikampek, namun hambatan yang kami rasakan yaitu kami rasa PT Asahimas perlu menambahkan kumbung – kumbung jamur di sekitar area ini, dikarenakan proses produksi jamur untuk 51
Kutipan wawancara dengan Staf HR, PT Asahimas Flat Glass Tbk.,Bapak Rizal, loc.it.
60
lahan yang ada sekarang, hanya perlu memerlukan 2 (dua) orang anggota. Sehingga pada pelaksanaannya saat ini, tidak semua anggota terlibat”.52 Penjelasan dan pemaparan yang diungkapkan di atas telah menjelaskan mengenai evaluasi dalam program budidaya jamur. Evaluasi tidak hanya mengungkapkan kegiatan yang berlangsung tetapi juga memaparkan kekurangan – kekurangan program untuk diperbaiki di kemudian hari atau program – program selanjutnya.
4.2.5. Tahap IV: Tahapan pelaporan Seperti yang telah dituangkan pada struktur organisasi pada sub bab sebelumnya, bahwa untuk pelaksanaan kegiatan CSR di PT Asahimas Flat Glass Tbk maka Human Relations menyajikan laporan pelaksanaan CSR kepada pihak manajemen. Hal ini dilakukan untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan informasi tersebut. Hal tersebut diperkuat oleh Bapak Sefo DP Sulle selaku Departemen Manager Human Relations & General Affair PT Asahimas Flat Glass Tbk : “Setelah implementasi kegiatan CSR dilakukan kami secara berkala menuangkan hasil kegiatan tersebut dalam sebuah laporan, pada tahap pelaporan kami melibatkan Humas desa untuk membuat laporan berupa sejauhmana perkembangan yang dilakukan yaitu seperti bagaimana tambahan anggota, kenaikan pendapatan serta hambatan – hambatan apa yang terjadi di lapangan”.53
52
Kutipan wawancara dengan penerima bantuan CSR, Staf Humas Tamelang, Cikampek, Bapak Fahri, tanggal 5 September 2013. 53 Kutipan wawancara dengan Dept. manager HRGA, PT Asahimas Flat Glass Tbk.,Bapak Sefo DP Sulle, loc.it.
61
4.3.
Pembahasan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori menurut Yusuf Wibisono
yaitu ada 4 (empat) tahapan dalam menjalankan kegiatan CSR yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Adapun keempat tahapan tersebut dilakukan pada kegiatan CSR program Budidaya Jamur. Dapat dilihat secara rinci sebagai berikut, tahap I yaitu tahap perencanaan. Menurut teori yang diungkapkan oleh Yusuf Wibisono, bahwa tahap pengumpulan fakta merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh sebuah perusahaan mencakup penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh tindakan dan kebijakan organisasi. Dalam tahap perencanaan awareness building, CSR Assesment serta CSR manual building. Langkah CSR manual building khusus program budidaya jamur sendiri memang tidak dibuat secara khusus oleh PT. Asahimas. Namun melalui penelitian yang dilakukan oleh secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi CSR yang diterapkan oleh perusahaan di PT Asahimas mencakup hal-hal berikut ini: 1. Keterlibatan langsung Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan kegiata CSR. Untuk menjalankan tugas ini PT Asahimas menugaskan kepada salah satu pejabat HR yaitu Bapak Sefo selaku Departemen Manager HR. 2. Bermitra dengan pihak lain
62
Dalam hal ini program budidaya jamur melibatkan pihak lain yaitu perangkat desa Tamelang, Cikampek. Secara garis besar tahapan model CSR yang dilakukan oleh Human Relations adalah sebagai berikut : Gambar 4.5 Diagram tahap implementasi CSR
Sumber : Observasi peneliti, 5 September 2013
PT Asahimas mempunyai kebijakan CSR yang merupakan pedoman bagi perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan CSR pandangan CSR yaitu mendukung generasi penerus, hidup harmonis dengan masyarakat sekitar serta melestarikan lingkungan hidup. Salah satu bentuk untuk hidup harmonis dengan masyarakat sekitar maka perusahaan mengembangkan program CSR yaitu budidaya jamur, dimana program
tersebut berasal dari ide masyarakat sekitar. Kemudian PT
Asahimas bekerjasama dengan Kepala desa dan Humas desa Tamelang untuk
63
menjalankan CSR budidaya jamur. Dalam tahap perencanaan budidaya jamur ini, PT Asahimas memang tidak terjun langsung, namun semuanya diberikan kepada pihak desa. Sehingga pada proses sosialiasi masyarakat mengetahui dari tetangga / kerabat karena informasi disampaikan melalui mulut ke mulut.
Gambar 4.6 Alur proses pelaksanaan CSR Budidaya Jamur diimplementasikan hingga mencapai tujuan jamur
PT Ashimas
CSR Strategi perusahaan
Perusahaan berdiskusi dengan kepada desa dan Humas Desa Tamelang
Tujuan : menciptakan masyarakat mandiri
Cara sosialisasi program Kantor desa
Forum komunikasi warga
Sumber : Observasi peneliti, 5 September 2013
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sefo DP. Sulle, sebelum menjalankan suatu program CSR, PT Asahimas Flat Glass Tbk, mencari tahu terlebih dahulu mengenai yang diperlukan masyarakat. Namun sayangnya, PT Asahimas kurang mengidentifikasi masalah. Misalnya dengan melakukan CSR assesment beroperasi.
untuk memotret kondisi sosial masyarakat di sekitar perusahaan
64
Wibisono (2007) menyatakan dalam tahap perencanaan CSR assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan untuk mengidentifikasi aspek – aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah – langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR yang efektif. Pada tahap implementasi ke masyarakat untuk memberikan arahan bagaimana cara menjalankan aktifitas budidaya jamur ini perusahaan tidak memberikan pelatihan terlebih dahulu, diharapkan penerima bantuan yang telah berpengalaman menjadi petani budidaya jamur dapat membagi ilmunya ke anggota –anggota lainnya. Namun sistem ini tidak dilakukan secara bergulir. Dikarenakan kepemilikan tanah dimiliki oleh salah satu anggota yaitu bapak Ana Suhana. Kepala desa dan Humas mempunyai fungsi pendampingan agar petani dapat melakukan hal tersebut. Tahap implementasi ini juga dapat merekrut 7 (tujuh) orang petani tetapi pada prakteknya hanya 2 (dua) orang yang aktif mengerjakan kegiatan cocok tanam jamur tersebut. Hal ini dikarenakan, kurangnya motivasi anggota untuk terlibat aktifitas budidaya jamur karena jika seluruh anggota dilibatkan maka keuntungan yang didapat menjadi kecil. kemudian dana yang diberikan untuk pembentukan kumbung tersebut sebesar Rp. 12.000.000,- dan hingga kini petani dapat menerima keuntungan panen dengan rata-rata 135kg /panen atau dengan pendapatan sebesar Rp. 1.600.000,- / 40 hari masa panen. Saat ini masa panen telah mencapai 8 (delapan) kali panen dengan total seluruh pendapatan Rp. 14.981.000,-.
65
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat hubungan antara partisipasi anggota budidaya jamur memang dapat meningkatkan taraf hidup warga desa tamelang, namun pada kenyataannya partisipasi anggota sangat kecil, program CSR tersebut memiliki kendala yaitu kurangnya keterlibatan para anggota lainnya untuk aktif pada aktifitas budidaya jamur. Pada hasil analisis tersebut maka sebaiknya sistem dan pola pelaksanaan budidaya jamur melibatkan masyarakat dari tahap perencanaan sampai tahap pelaporan sehingga program pemberdayaan masyarakat tersebut adalah hal-hal yang benar diinginkan masyarakat dan peruasahaan. Sehingga program ini dapat berjalan secara optimal dan berkelanjutan secara merata. Kemudian setelah tahapan implementasi berlangsung maka tahapan selanjutnya adalah tahapan evaluasi. Menurut Yusuf Wibisono, tahapan evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan dengan pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Pada tahap evaluasi pihak mitra yaitu kepala desa dan humas desa Tamelang melakukan pendampingan dan mengontrol sampai sejauhmana perkembangan dilakukan yaitu seperti bagaimana tambahan anggota, pembiayaan dan hambatan – hambatan yang dirasakan. Pada evaluasi ini perusahaan hanya mendengarkan laporan yang telah dibuat oleh desa dan memberikan solusi jika terjadi kesulitan di lapangan. Namun sayangnya kesulitan yang disampaikan warga desa yaitu
66
mengharapkan perusahaan dapat memberikan tambahan kumbung belum dilakukan evaluasi. Hal tersebut telah peneliti konfirmasi kepada staf Human Relations yaitu bapak Rizal. Menurutnya perusahaan memiliki jangka panjang terhadap CSR tersebut yaitu dengan berharap kepada warga untuk menyisihkan pendapatannya dan dapat membentuk kumbung – kumbung baru lainnya. Namun setelah di konfirmasi kembali kepada bapak Ading selaku penerima bantuan budidaya jamur hal tersebut, bapak Ading memang telah mendengar tujuan perusahaan namun beliau merasa berat jika harus menyisihkan untuk pendirian kumbung baru lagi yang dikarenakan pendapatannya habis untuk biaya hidup serta modal peralatan setelah panen. Tahap terakhir adalah tahap pelaporan, menurut Yusuf Wibisono Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam kegiatan pelaporan peran Human Relations bekerja sama dengan desa sebagaimana yang telah dikemukakan oleh bapak Rizal bahwa : “Untuk tahap pelaporan biasanya kita minta Pak Fahri untuk menginfomrasikan berapa banyak hasil panen yang telah dihasilkan, pertumbuhan anggota, kenaikan pendapatan serta hambatan – hambatan apa yang terjadi di lapangan ?”.54
54
Kutipan wawancara dengan Staf HR, PT Asahimas Flat Glass Tbk.,Bapak Rizal, loc.it.
67
Pada tahap pelaporan peneliti telah melihat bahwa tahapan tersebut telah dilakukan dengan baik oleh PT. Asahimas Flat Glass Tbk.