35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan berlangsung dalam dua siklus. Pada setiap siklus terdiri dari persiapan, pelaksanaan, pantauan dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan di SDN No.8 Bulango Utara. Adapun hasil penelitian pada setiap siklus dijabarkan sebagai berikut. 4.1.1 Siklus I Siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. 4.1.1.1 Persiapan Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang disediakan disesuaikan dengan model pembelajaran kontekstual yang akan diterapkan dalam pembelajaran baik dari tahap persiapan, penyajian materi, pembentukan kelompok, persiapan tes dan pemberian nilai pada setiap siswa. Selain persiapan RPP, pada tahap perencanaan juga membuat soal evaluasi, membuat dan menyiapkan alat peraga, pembagian kelompok serta pengaturan tata ruangan kelas. Pada siklus I, LKS untuk kegiatan kelompok berupa soal cerita sebanyak 5 butir soal yang diberikan oleh guru yang dalam hal ini adalah peneliti. Alat peraga yang disiapkan berupa buah-buahan yang dibawa oleh guru dan dibagi untuk tiap kelompok. Pembentukan kelompok dilihat dari
35
36
jenis kelamin, tingkat IQ, perbedaan ras dan aktivitas siswa sehari-hari. dari kriteria tersebut maka terbentuklah 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Adapun penataan ruang kelas disesuaikan dengan luas ruang kelas dan jumlah siswa. Pada penelitian ini tata ruang kelas dapat digambarkan sebagai berikut.
Guru
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Gambar 4.1: Posisi masing-masing kelompok
4.1.1.2 Pelaksanaan Penelitian tindakan dilaksanakan pada hari kamis 29 November 2012. Jumlah siswa yang hadir dan mengikuti pelajaran 16 orang, 12 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Pelaksanaan penelitian diawali dengan tahap persiapan yaitu pemberian apersepsi dan motivasi untuk menarik perhatian siswa. Pemberian apersepsi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan pada siswa menyangkut kondisi sehari-hari yang terjadi di rumah. Apersepsi yang dimaksud misalnya guru
37
bercerita bahwa ayah memberikan 5 ekor ayam, kemudian ibu memberikan lagi 3 ekor ayam. Berapa jumlah ayam seluruhnya? Jawab” 5+3 = 8”. Kemudian guru menanyakan apa-apa sajakah yang dipersiapkaan siswa ketika akan pergi ke sekolah? Siswa menjawab bersama-sama. Ada yang menjawab menyiapkan tas, buku, sepatu, baju, dan lain-lain. Kemudian guru bertanya berapa jumlah yang dipersiapkan oleh siswa? Jawaban siswa bermacam-macam. Siswa kelihatan ceria. Setelah memberikan apersepsi, guru kemudian mengkondisikan kelas agar siswa belajar dengan rapi dan tenang. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pelajaran pada siklus I. Pada kegiatan inti, terdapat tiga tahapan pembelajaran yaitu tahap eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang mencakup empat tahapan kontekstual yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap penjelasan atau solusi, dan tahap pengambilan tindakan. Pada tahap invitasi guru menggali pengetahuan awal siswa tentang penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah dengan mengajukan beberapa pertanyaan. “jika kakak memberikan 3 buah kue dan ibu memberikan 2 buah kue, berapa kue suluruhnya? Ada siswa yang dapat menjawab dan ada pula siswa yang masih ragu dengan jawabannya sendiri. Pada tahap ini siswa sudah mulai menjawab dan ada pula siswa yang masih pasif. Pada tahap eksplorasi guru membagi siswa dalam 4 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Pengelompokkan didasarkan dari perbedaaan ras, perbedaan tingkat kepintaran, tingkat keaktifan dalan kelas sehingga dalam satu kelompok rata dan seimbang dengan kelompok lain. Hal ini dimaksudkan agar dalam pembelajaran nanti terdapat sikap saling membantu dan terjadi proses
38
tutor sebaya. Dalam pembentukan kelompok ini berjalan dengan lancar, siswa mau bergabung dengan siswa lain dalam satu kelompok. Kemudian guru membagikan LKS kepada setiap kelompok, menjelaskan cara menjawab di LKS, dan menyuruh kepada masing-masing kelompok untuk berdiskusi untuk menjawab soal yang terdapat pada LKS dengan alat peraga yang telah disediakan. Dalam diskusi kelompok semua siswa ceria. Semua kelompok kelihatan bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung, salah satu siswa menguap. Setelah ditanyakan ternyata siswa tersebut belum mandi. Kemudian guru berkeliling sambil memonitoring pekerjaan siswa. Elaborasi menyangkut tahap penjelasan dan pemberian solusi. Pada tahap ini setiap kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas. Dan kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan. Pada tahap ini siswa terlihat aktif dalam mengajukan tanggapan dan menjawab pertanyaan temannya dari kelompok lain. Konfirmasi, pada tahap ini guru memandu kelas secara klasikal selanjutnya memberikan koreksi terhadap hasil diskusi siswa dan memberikan penguatan terhadap penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah. Dalam penguatan ini siswa terlihat memperhatikan guru, namun salah seorang siswa kelihatan melamun, namun guru dapat mengkondisikan kelas agar kembali kondusif. Kegiatan penutup. Pada kegiatan ini guru melakukan tahap pengambilan tindakan dimana guru menyuruh siswa mengaitkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghitung benda-benda yang ada di rumah
39
dan menjumlahkannya. Kemudian guru dan siswa melakukan tanya jawab terkait materi yang telah diberikan. Siswa sudah kelihatan aktif walaupun masih ada siswa yang bingung dengan jawabannya sendiri. Kemudian guru memberikan tes tertulis secara individual untuk mengukur daya serap siswa terhadap penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah dengan penerapan model pembelajaran kontekstual. Soal yang diberikan berjumlah 5 soal. Seluruh siswa menjawab soal dengan tertib, dan terakhir guru menutup pelajaran serta menginformasikan pelajaran pada pertemuan yang selanjutnya. 4.1.1.3 Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap pelaksanaan ini pula dilakukan observasi terhadap tindakan pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun, namun dalam kegiatan pembelajaran perhatian terhadap pembelajaran masih kurang dan tidak konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan belajar siswa sudah cukup baik, namun masih perlu lagi peningkatan bagi guru untuk meningkatkan keaktifan balajar siswa. Keaktifan belajar siswa disebabkan karena kurang memperhatikan penjelasan guru, dan masih banyak siswa yang tidak berani bertanya. Berikut hasil yang diperoleh melalui pengamatan teman sejawat yang juga bertindak sebagai observer. Dilihat dari pelaksanaan kegiatan kelompok, siswa secara berkelompok memiliki nilai yang baik. Banyak siswa telah mampu menjawab pertanyaanpertanyan kelompok dengan baik dan bahkan siswa saling berlomba menjawab
40
soal yang diberikan guru. Namun masih ada beberapa siswa yang pasif dalam kerja kelompok. Selain siswa yang pasif, ada juga siswa yang hanya bermainmain dengan siswa lain. Guru kemudian melakukan monitoring di kelas untuk mengkondusifkan ruang kelas. Untuk hasil nilai siswa pada setiap kelompok belajar dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil kerja kelompok siklus I No 1 2 3 4
Nama Kelompok Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Jumlah Rata-rata
Nilai Keterangan 100 KKM = 70 80 80 100 360 90
Dari hasil kerja kelompok di atas dapat dilihat bahwa siswa telah mampu menjawab soal-soal secara berkelompok dengan baik. Hal ini nampak dari nilai rata-rata sebesar 90. 1) Hasil observasi kegiatan guru dan siswa Di bawah ini hasil observasi kegiatan guru dan siswa selama kegiatan belajar belangsung. Tabel 4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Tindakan Kelas untuk Guru dan Siswa Siklus I No I
Jenis Pengamatan Pengamatan terhadap guru: 1. Memeriksa kesiapan belajar dan kehadiran siswa 2. Kegiatan awal 3. Kegiatan KBM 4. Mengorganisasikan siswa 5. Sikap guru
Skor
Nilai/Kriteria
5
SB
5 4 4 5
SB B B SB
41
II
6. Penguasaan materi/ bahan ajar 5 7. Kemampuan menggunakan media 5 8. Menutup pelajaran 4 9. Evaluasi pembelajaran 4 Pengamatan terhadap siswa 1. Memahami isi soal cerita 3 2. Mengubah soal cerita ke dalam 4 kalimat matematika 3. Menyelesaikan soal cerita 4 penjumlahan bilangan cacah 4. Menghubungkan matematika 4 dengan kehidupan nyata 56 Jumlah 4,31 Rata-rata 86,15% Persentase (%) Ket:
SB SB B B C B B B
Skor 5 = semua indikator dilaksanakan Skor 4 = 1 indikator tidak dilaksanakan Skor 3 = 2 indikator tidak dilaksanakan Skor 2 = 3 indikator tidak dilaksanakan Skor 1 = 4 indikator tidak dilaksanakan
Pada tabel 4.1 di atas, berdasarkan hasil pengamatan observer, guru telah memeriksa kesiapan belajar dan kehadiran siswa dengan sangat baik (SB). Hal ini karena semua indikator yang telah ditetapkan telah dilaksanakan. Pada kegiatan awal, guru juga telah melakukan kegiatan awal pelajaran dengan sangat baik (SB) karena semua indikator telah dilaksanakan guru. Pada kegiatan KBM guru memperoleh nilai baik (B). Artinya bahwa terdapat satu indikator yang tidak terlaksana yaitu guru kurang terampil dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa. Pada aspek pengorganisasian siswa guru memperoleh nilai baik (B) karena guru masih kurang dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dari segi kemampuan. Pada aspek berikutnya menyangkut sikap guru, guru memperoleh nilai sangat baik (BS) karena semua indikator telah terlaksana. Pada aspek penguasaan materi/bahan ajar, guru memiliki nilai sangat baik (SB)
42
karena telah melaksanakan semua indikator pencapaian. Begitu juga pada aspek kemampuan menggunakan media, guru memiliki nilai sangat baik karena semua indikator pencapaian telah terpenuhi. Dalam hal menutup pelajaran guru memiliki nilai baik (B). Hal ini karena guru masih kurang dalam merangkum dan memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran. Aspek penilaian terakhir pada guru adalah kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Pada aspek ini guru memperoleh nilai baik (B). terdapat satu indikator yang kurang dilaksanakan guru yakni memberikan soal terkait dengan materi penyelesaian soal cerita. Adapun pada pengamatan terhadap siswa, terdapat 4 aspek yang menjadi perhatian yaitu kemampuan siswa dalam memahami isi soal cerita. Pada aspek ini siswa memperoleh nilai cukup (C). Karena berdasarkan indikator yang diamati oleh observer, banyak siswa yang tidak dapat langsung menjawab soal cerita dan siswa belum terlibat dalam mengembangkan pemahamannya. Pada aspek berikutnya yaitu kemampuan siswa dalam mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika. Pada aspek ini siswa mendapatkan nilai baik (B). terdapat satu indikator yang belum dilakukan oleh kebanyakan siswa yakni kemampuan untuk memvisualisasikan soal. Pada aspek penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah siswa memperoleh nilai baik (B). kebanyakan siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan rencana yang tepat. Aspek terakhir adalah bahwa siswa mampu menghubungkan matematika dengan kehidupan nyata. Pada aspek ini siswa memperoleh nilai baik (B). Dimana terdapat satu indikator yang belum dilaksanakan siswa yaitu siswa belum mampu
43
mengkomunikasikan kaitan antara penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata dengan hubungannya terhadap pembelajaran matematika. Tabel 4.2 dapat diubah dalam bentuk persentase setiap nilai/kriteria seperti pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3. Hasil Pantauan Kegiatan Guru dan Siswa Siklus I Kriteria Penilaian SB (Sangat baik) Kriteria Penilaian B (Baik) C (Cukup) K (Kurang) Jumlah
Jumlah Aspek 5 Jumlah Aspek 7 1 0 13
Persentase (%) 38,46% Persentase (%) 53,85% 7,69% 0,00% 100%
Dari tabel 4.2 dan 4.3 di atas, dapat kita lihat bahwa pada observasi guru dan siswa, dari 13 aspek yang diamati oleh observer, sebanyak 5 aspek memiliki kriteria sangat baik (SB) dengan persentase yang diperoleh sebesar 38,46%, 7 aspek yang memiliki kriteria baik (B) dengan persentase 53,85%, dan 1 aspek yang memiliki kriteria cukup (C) dengan persentase 7,69%. Adapun kriteria kurang (K) sebanyak 0 aspek. Untuk lebih jelasnya persentase hasil observasi kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada gambar 4.2. Setelah dilakukan pembelajaran, pada akhir pertemuan peneliti yang dalam hal ini bertindak sebagai guru melakukan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes formatif dimana guru membacakan soal yang akan diberikan dan siswa menjawab di kertas yang telah disediakan. Adapun KKM yang dijadikan standar ketuntasan sebesar 68.
44
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I 60.00% 50.00% 40.00% 30.00%
53.85%
20.00%
Persentase (%)
38.46%
10.00% 7.69%
0.00%
C (Cukup)
K (Kurang)
0.00% SB (Sangat baik)
B (Baik)
Gambar 4.2. Grafik hasil observasi kegiatan guru dan siswa siklus I
Hasil Evaluasi Hasil evaluasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.4 Kemampuan siswa siklus I No 1 2 3 4
Rentang Nilai 90 – 100 80 – 89 70 – 79 60 – 69 Jumlah
Siswa 2 9 1 4 16
Persentase (%) 12,50% 56,25% 6,25% 25,00% 100,00%
Kriteria SB B C K
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 2 orang siswa atau 12,50% yang memiliki nilai 90 ke atas dengan kriteria sangat baik (SB). Sebanyak 9 orang siswa atau 56,25% memiliki nilai antara 80-89 dengan kriteria baik (B), 1 orang siswa atau 6,25% memiliki nilai antara 70-79 dengan kriteria cukup (C), 4 orang siswa atau 25,00% memiliki nilai antara 60-69 dengan kriteria kurang (K) dan 0 % siswa yang memiliki nilai di bawah 60. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari 16 orang siswa, sebanyak 12 orang siswa atau 75% memiliki nilai di atas KKM dan telah dianggap tuntas, dan
45
4 orang siswa atau 25% memiliki nilai di bawah standar KKM yang telah ditetapkan yang dikatakan tidak tuntas. Jika kita menyesuaikan antara hasil yang diperoleh pada siklus I ini dengan indikator kinerja yakni pembelajaran dianggap tuntas jika minimal 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai 70 ke atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa siklus I ini belum mencapai target yang ditentukan khususnya pada kemampuan siswa. Untuk lebih jelasnya hasil tes siswa dapat dilihat pada gambar grafik 4.3.
Kemampuan siswa siklus I 60.00%
Hasil Tes (%)
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Persentase (%)
SB
B
C
K
90 – 100 12.50%
80 – 89 56.25%
70 – 79 6.25%
60 – 69 25.00%
Gambar 4.3 Grafik kemampuan siswa siklus I
Dari grafik 4.3 dapat dilihat bahwa siswa terbanyak memiliki nilai antara 8089% dengan kriteria baik. Adapun jumlah seluruh siswa yang tuntas sebesar 75%. Karena daya serap klasikal belum mencapai standar ketuntasan yakni 80%, maka perlu adanya pelaksanaan lebih lanjut pada penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk menguji kembali model pembelajaran kontekstual yang diterapkan.
46
4.1.1.4 Analisis dan Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan guru mitra yang berfungsi sebagai observer. Pelaksanaan kegiatan rekleksi dilakukan setelah peneliti mengidentifikasi data yang diperoleh dari hasil kerja kelompok siswa, hasil observasi kegiatan guru dan siswa serta hasil tes setiap individu dengan pembelajaran menggunakan penerapan model pembelajaran kontekstual. Pada pembelajaran siklus I, terdapat beberapa temuan berdasarkan hasil refleksi dengan guru mitra sebagai berikut. 1) Pada kegiatan KBM, guru kurang terampil dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa, 2) Guru kurang terampil dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dari segi kemampuan, 3) Pada kegiatan menutup pelajaran guru belum merangkum dan memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran, 4) Pada kegiatan evaluasi pembelajaran guru kurang dalam memberikan soal-soal terkait dengan materi penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah, 5) Siswa belum dapat lengsung menjawab soal cerita yang diajukan guru 6) Banyak siswa yang masih belum terlibat dalam mengembangkan pemahaman mereka, 7) Siswa belum dapat memvisualisasikan soal,
47
8) Siswa belum dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang tepat, dan 9) Siswa belum mampu mengkomunikasikan kaitan antara penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata yang
memiliki hubungan dengan
matematika. Berdasarkan data hasil temuan di atas, maka peneliti akan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kontekstual dengan melakukan tindakan perbaikan sebagai berikut: 1) Guru akan lebih terampil dalam menaggapi dan merespon pertanyaan siswa, 2) Kelas akan dikondisikan secara berkelompok sebelum pelajaran dimulai dan guru akan membagi kelompok secara heterogen, 3) Pada kegiatan penutup guru akan merangkum dan memberikan kesimpulan terhadap pambelajaran yang telah dilakukan, 4) Guru harus dapat memberikan soal-soal terkait dengan materi penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah, 5) Guru harus dapat memperhatikan kondisi siswa dan lebih memperhatikan siswa dalam memahami soal cerita, 6) Guru harus melibatkan siswa dalam pengembangan pemahaman siswa, 7) Guru membantu siswa dalam memvisualisasikan soal, 8) Memberikan pemahaman kepada siswa tentang cara menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang tepat, dan
48
9) Berupaya memberikan pemahaman terkait dengan penyelesaian soal dalam kehidupan nyata dengan matematika. 4.1.1 Siklus II Siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi. Adapun deskripsi hasil penelitian siklus dua sebagai berikut. 4.1.1.4 Persiapan Setelah peneliti dan observer mengadakan analisis pada siklus I, maka disusunlah rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Model penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus II sama dengan siklus I yakni dalam penyusunannya menerapkan model pembelajaran kontekstual baik pada tahap persiapan, penyajian materi, pengelolaan kelas, pemberian tugas, evaluasi kemampuan siswa, dan pemberian skor. Selain itu, dilakukan pula pengaturan kelompok siswa, penataan ruang kelas dan penambahan media pembelajaran supaya dapat menunjang pembelajaran sehingga menjadi lebih baik dan lebih efektif. 4.1.1.5 Pelaksanaan. Pelaksanaan siklus II dilakukan pada tanggal 07 Desember 2012 dengan jumlah siswa yang mengikuti pelajaran sebanyak 16 orang. 12 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Pada pelaksanaan siklus II ini, peneliti bertindak sebagai guru yang akan mengajar dan teman sejawat yang akan bertindak sebagai observer. Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan RPP yang telah dibuat yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi), dan kegiatan penutup.
49
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dan observes sebagai berikut. Kegiatan
pendahuluan
dalam
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual dilaksanakan selama 5 menit. Pada
kegiatan
pendahuluan
mengucapkan salam
ini,
guru
kepada siswa,
membuka
pelajaran
dengan
kemudian guru mempersiapkan
pembelajaran, mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa pada kondisi yang kondusif. Kemudian guru melakukan apersepsi “anak-anak, coba kalian lihat buah ini (buah tomat). Ibu membeli buah ini di pasar 6 buah, kemudian ibu memetik 5 buah tomat di belakang sekolah. Berapa buah tomat milik ibu seluruhnya? Banyak siswa yang menjawab pertanyaan guru. Siswa terlihat antusias untuk belajar materi tentang penyelesaian soal cerita menggunakan media pembelajaran. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan tanya jawab dengan siswa seputar tugas yang diberikan. Siswa terlihat antusias dan semangat setelah mendengarkan akan dilakukan diskusi dan pemberian hadiah bagi kelompok yang hasil diskusinya paling baik. Pada kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga tahap pembelajaran yaitu tahap eksplorasi, tahap elaborasi dan tahap konfirmasi dan dilaksanakan selama 45 menit yang mencakup empat tahapan kontekstual yakni tahap invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan tahap pengambilan tindakan. Pada tahap invitasi, guru menggali pengetahuan awal siswa tentang materi penjumlahan dengan memberikan beberapa pertanyaan yakni “ jika
50
Yudi dibelikan 6 buah permen oleh ayah, kemudian ibu menambah ditambah 3 buah permen, berapa buah permen Yudi sekarang?” siswa berlomba-lomba menjawab pertanyaan. Sebagian besar jawaban siswa benar. Ada juga yang masih bingung dan takut menjawab. Di tangannya ibu ada 8 buah permen. Di meja ada 5 buah permen. Berapa buah permen seluruhnya?. Siswa tidak langsung menjawab. Siswa sibuk menghitung dengan menggunakan jari-jari mereka. Beberapa saat kemudian sudah ada siswa yang
menjawab
pertanyaan guru. Semakin lama semakin banyak siswa yang menjawab pertanyaan guru. Namun ada beberapa orang siswa yang diam dan bingung untuk menjawab pertanyaan guru. Guru bertanya lagi, dan siswa menjawab secara dengan senang dan antusias. Jawaban siswa mulai kompak dan serempak. Namun masih ada satu orang siswa yang masih diam dan kurang semangat dalam pembelajaran. Eksplorasi mencakup tahap eksplorasi. Pada tahap ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan kelompok terdahulu. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk diisi. Guru menggunakan media lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran seperti buku dan pinsil. Kemudian guru juga menyuruh setiap kelompok untuk menuju ke kebun belakang sekolah dan memerintahkan setiap kelompok untuk menghitung jumlah pohon pisang dan bebatuan yang ada disekitar tempat siswa melakukan pengamatan. Guru membagi lokasi pengamatan dalam 4 petak dan menyuruh masing-masing kelompok melakukan pengamatan. Pelaksanaan
51
pengamatan membuat siswa lebih semangat dan senang. Ada beberapa siswa yang kelihatan bermain-main saat melakukan pengamatan . Kemudian guru memerintahkan kepada seluruh siswa untuk masuk ke kelas dan mendiskusikan hasil pekerjaan kelompoknya. Guru memonitoring siswa dan membimbing siswa baik secara berkelompok maupun secara individu. Siswa semangat dalam menjawab dan berdiskusi dengan teman kelompoknya. Dalam kelompok ini rasa tanggung jawab dan bekerja sama sudah mulai nampak. Tahap penjelasan dan solusi. Pada tahap ini setiap kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasil diskusi dan pengamatannya. Kelompok lain memberikan tanggapan. Pada kegiatan ini siswa terlihat aktif. Siswa yang memberikan tanggapan dan bertanya diberikan reward tepuk tangan agar lebih meriah dan bersemangat dan agar siswa yang lain juga bersemangat. Kemudian
siswa
dibantu
oleh
guru
memberikan
kesimpulan
atas
pembelajaran yang dilakukan. Konfirmasi. Pada kegiatan ini guru memandu siswa dalam berdiskusi secara klasikal, memperbaiki hasil jawaban siswa setiap kelompok dan melakukan penguatan dan guru memberikan hadiah tepuk tangan kepada seluruh siswa agar siswa semakin senang dengan pelajaran yang diberikan. Kegiatan penutup dilaksanakan selama 10 menit. Pada kegiatan ini guru mengulang materi yang telah diberikan secara singkat dan bertanya kepada siswa terkait dengan penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari. siswa terlihat antusias dalam menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru memberikan
52
evaluasi secara individu untuk menguji tingkat kemampuan setiap siswa. Soal yang diberikan berjumlah 5 nomor. Soal dibacakan oleh guru, kemudian siswa menulis jawabannya pada lembar jawaban yang telah diberikan. 4.1.2.3 Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan observasi pada siklus II sama dengan observasi pada siklus I. berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II, hasil yang diperoleh meningkat dari siklus I. Proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun, konsentrasi dan minat siswa dalam pembelajaran lebih baik dari siklus I. keaktifan siswa sudah lebih maju dan sudah banyak siswa yang memperhatikan penjelasan guru, siswa sudah mampu bertanya dan memberikan sanggahan atas pertanyaan yang diajukan. Siswa secara berkelompok telah mampu menjawab soal-soal yang diberikan secara baik dan bekerja sama dalam kelompok. Di bawah ini hasil yang diperoleh dari pengamatan observer. Lembar kerja siswa (LKS) diberikan pada saat siswa akan melakukan diskusi. Pada kegiatan kelompok, hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada siklus I. pada siklus II, siswa lebih aktif dalam melakukan diskusi secara berkelompok serta kerja sama antar siswa lebih kompak. Adapun hasil kegiatan kelompok pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil kerja kelompok siklus II
53
No 1 2 3 4
Nama Kelompok Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Jumlah Rata-rata
Nilai Keterangan 100 KKM = 70 80 100 90 370 92.5
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dengan selisih 2.5. Ini berarti telah ada peningkatan kerja siswa secara berkelompok dari siklus I ke siklus II. Selain itu kerja sama dan kekompakkan semakin meningkat. 1) Hasil Observasi guru dan siswa. Pengamatan terhadap guru dan siswa dilakukan oleh observer. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus II No I
Jenis Pengamatan Pengamatan terhadap guru: 1. Memeriksa kesiapan belajar dan kehadiran siswa 2. Kegiatan awal 3. Kegiatan KBM 4. Mengorganisasikan siswa 5. Sikap guru 6. Penguasaan materi/ bahan ajar 7. Kemampuan menggunakan media 8. Menutup pelajaran 9. Evaluasi pembelajaran II Pengamatan terhadap siswa No Jenis Pengamatan 1. Memahami isi soal cerita 2. Mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika 3. Menyelesaikan soal cerita
Skor
Nilai/Kriteria
5
SB
5 5 5 5 5 5
SB SB SB SB SB SB
5 4
SB B
Skor 4 5
Nilai/Kriteria B SB
5
SB
54
penjumlahan bilangan cacah 4. Menghubungkan matematika dengan kehidupan nyata Jumlah Rata-rata Persentase (%) Ket:
4
B
62 4,77 95,38%
Skor 5 = semua indikator dilaksanakan Skor 4 = 1 indikator tidak dilaksanakan Skor 3 = 2 indikator tidak dilaksanakan Skor 2 = 3 indikator tidak dilaksanakan Skor 1 = 4 indikator tidak dilaksanakan
Cara pengamatan observer pada siklus II sama dengan pada siklus I yakni dengan melihat setiap tindakan dalam pembelajaran baik itu terhadap peneliti sebagai guru maupun terhadap siswa. Dari hasil observasi, ditemukan bahwa pada kegiatan pendahuluan sebelum memulia materi, guru telah memeriksa kesiapan belajar dan kehadiran siswa dengan sangat baik (SB) karena semua indikator telah dilaksanakan peneliti. Pada kegiatan awal pembelajaran peneliti juga telah sangat baik dalam pelaksanaannya dimana peneliti telah melaksanakan indikator pada kegiatan awal pembelajaran. Pada kegiatan KBM, terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. pada siklus kedua ini guru sudah lebih terampil dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa. Sehingga hasil yang diperoleh peneliti yang bertindak sebagai guru memperoleh nilai 5 (sangat baik). Pada pengorganisasian siswa, guru juga telah sangat baik bilai dibandingkan dengan siklus I. pada siklus II ini guru sudah terampil dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dari segi kemampuan. Adapun pada aspek sikap guru, penguasaan materi/bahan ajar dan kemampuan menggunakan media,
55
guru memperoleh nilai dengan predikat sangat baik (SB) karena telah melaksanakan semua indikator dalam pelaksanaannya. Pada saat menutup pelajaran, terjadi peningkatan dari siklus I, dimana pada siklus II ini guru telah mampu merangkum dan memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran. Adapun pada evaluasi pembelajaran guru masih kurang dalam memberikan soal terkait dengan materi penyelesaian soal soal cerita penjumlahan bilangan cacah. Pada pengamatan terhadap siswa juga terjadi peningkatan dari siklus I. pada siklus II ini dalam memahami isi soal cerita, siswa telah dapat langsung menjawab soal cerita, namun sebagian siswa masih kurang terlibat dalam mengembangkan pemahaman. Adapun pada aspek mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika, terjadi peningkatan dari siklus I. Pada siklus II siswa telah dapat memvisualisasikan soal. Pada penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah juga terjadi peningkatan. Siswa telah dapat menyelesaikan masalah yang diberikan guru sesuai dengan rencana yang tepat. Adapun kemampuan sebagian siswa dalam mengkomunikasikan kaitan antara masalah kehidupan nyata dengan matematika masih kurang.
Tabel 4.6 dapat disusun kembali dalam bentuk tabel 4.7 tentang persentase setiap nilai/kriteria. Tabel 4.7 Hasil Pantauan Kegiatan Guru dan Siswa Siklus II
56
Kriteria Penilaian
Jumlah Aspek
SB (Sangat baik) B (Baik) C (Cukup) K (Kurang)
10 3 0 0
Persentase (%) 76.92% 23.08% 0.00% 0.00% 100.00%
Jumlah
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa dari 13 aspek yang diamati, 10 aspek (76,92%) memperoleh nilai tertinggi yaitu 5 dengan kriteria penilaian sangat baik (SB). Jika dibandingkan dengan siklus I, terjadi peningkatan yang singnifikan dengan selisih persentase pencapaian sebesar 38,46%, naik dua kali lipat dari siklus I. Tiga (3) aspek (23,08%) berada pada kategori baik (B). Adapun pada kategori cukup, kurang maupun kurang sekali sebanyak 0,00%. Untuk lebih jelasnya hasil observasi kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada grafik gambar 4.4 di bawah ini.
Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Siswa Siklus II 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
76.92%
Persentase (%) 23.08%
0.00%
0.00%
SB (Sangat B (Baik) C (Cukup) K (Kurang) baik) Gambar 4.4 Grafik hasil observasi kegiatan guru dan siswa siklus II
Hasil evaluasi siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
57
Tabel 4.8 Kemampuan siswa siklus II No 1 2 3 4
Rentang Nilai 90 – 100 80 – 89 70 – 79 60 – 69 Jumlah
Siswa
Persentase (%) 25.00% 62.50% 0.00% 12.50%
4 10 0 2 16
Kriteria SB B C K
100.00%
Dari tabel 4.8, dapat dilihat bahwa terdapat 4 orang siswa atau 25,00% yang memiliki nilai 90 ke atas dengan kriteria sangat baik (SB). Jika kita bandingkan dengan siklus I, maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 2 orang. Terdapat 10 orang siswa atau 62,50% siswa yang memperoleh nilai antara 80 – 89 dengan kriteria baik (B), sebanyak 2 orang siswa atau 12,50% yang memiliki nilai dengan kriteria kurang (K) dan 0% siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria cukup dan kurang. Adapun jika kita lihat nilai ketuntasan secara umum dengan KKM= 70, maka terjadi peningkatan hasil siswa pada siklus II. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 orang atau 87,5% sedangkan pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 orang siswa atau 75%. Terjadi peningkatan sebesar 12,5%. Untuk lebih jelas, hasil tes siswa dapat dilihat pada grafik gambar 4.5 berikut ini.
58
Kemampuan siswa siklus II
Hasil Tes (%)
60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Persentase (%)
BSSB
B
C
K
KS
90 – 100 12.50%
80 – 89 56.25%
70 – 79 6.25%
60 – 69 25.00%
0 - 59 0.00%
Gambar 4.5 Grafik hasil tes siswa siklus II
Perbandingan hasil tes siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Perbandingan hasil tes siswa antara siklus I dan siklus II Aspek Tuntas Tidak tuntas Rata-rata kelas Aspek Daya Serap
Siklus I 75.00% 25.00% 76.875 Siklus I 76.88%
Siklus II 87.50% 12.50% 79.58 Siklus II 79.58%
Dari tabel di atas, nampak perbedaan nilai rata-rata kelas antara siklus I dan siklus II. Dari data di atas dapat dilihat terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 2,705%. Adapun grafik perolehan hasil tes dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut.
59
Hasil Tes Siklus I dan Siklus II 100.00% 80.00%
87.50%
75.00%
60.00% Tuntas
40.00%
25.00%
Tidak tuntas
20.00%
12.50%
0.00% Siklus I
Siklus II
Gambar 4.6 Grafik perbandingan kemampuan siswa siklus I dan siklus II
Selain grafik perbandingan hasil tes siklus I dan II, kita juga dapat melihat perbandingan hasil rata-rata siklus I dan siklus II pada gambar 4.7 berikut.
Rata-Rata Kelas 79.58 80 79 78
76.875
Rata-rata kelas
77 76 75 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.7 Grafik nilai rata-rata kelaas siklus I dan siklus II
4.1.1.4 Analisis dan Refleksi Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer. Apabila dibandingkan dengan siklus I, pada siklus II terjadi peningkatan kemampuan
60
siswa dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM. Hal ini disebabkan karena terjadi perbaikan proses pembelajaran dari siklus I. Perbandingan pembelajaran siklus II jika dibandingkan dengan siklus I sebagai berikut. 1) Pada pembelajaran siklus II guru lebih terampil dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa, lebih terampil dalam membentuk kelompok belajar yang heterogen dari segi kemampuan, serta dapat merangkum dan memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran dengan sangat baik dan mudah dipahami oleh siswa. 2) Pada pembelajaran siklus II siswa sudah dapat lengsung menjawab soal cerita yang diajukan guru, siswa telah mampu memvisualisasikan soal, dan dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang tepat. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan telah mencapai indikator yang diharapkan. Jadi, pembelajaran materi penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah dianggap tuntas dan dari analisis data diperoleh hasil sudah melebihi target, sehingga untuk siklus berikutnya harus dihentikan, karena telah mencapai hasil yang maksimal. 4.2 Pembahasan Kegiatan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika yang menerapkan model pembelajaran kontekstual memiliki dua indikator kinerja yakni “minimal 75% siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 atau daya serap sebesar
75%
pembelajaran
dianggap
tuntas
dan
minimal
pelaksanaan
61
pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual mencapai minimal 85% dengan kategori sangat baik (SB) berdasarkan hasil pengamatan dari observer”. 4.2.1 Perencanaan pembelajaran pada tindakan siklus I dan siklus II Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian pada hasil ulangan matematika di kelas I SDN No.8 Bulango Utara khususnya pada materi penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah tahun 2010/2011 rata-rata pencapaian siswa sebesar 64,5 dan tahun pelajaran 2011/2012 rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,5, maka dalam perencanaan pembelajaran di siklus I dan II dituangkan dalam bentuk RPP yang dilengkapi dengan LKS dan media pembelajaran yang diperlukan. Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP secara umum mencakup tiga tahap yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tindak lanjut. 4.2.2 Pelaksanaan pembelajaran siklus I dan II Pelaksanaan siklus I dan siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan penerapan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi penyelesaian soal cerita penjumlahan bilangan cacah di kelas I SDN No. 8 Bulango Utara mampu memperbaiki pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan siswa. Siswa terlihat lebih aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak berpusat pada guru (teacher centered) namun pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
62
Dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan keterampilan akademiknya dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga pemahaman siswa menjadi lebih berkembang. Model pembelajaran kontekstual sangat tepat digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam penyelesaian soal cerita, hal ini karena dalam pembelajaran kontekstual siswa diajak secara aktif untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih bermakna, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diberikan tugas untuk menyelesaikan soal yang diberikan sehingga kerja sama akan timbul diantara siswa. Pemahaman ini di dukung oleh Alwasilah (2011) yang mengemukakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kontekstual para siswa diajak memahami konsep sains yang berlangsung dengan alami dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian mereka memposisikan diri mereka sendiri untuk menghadapi hidup nantinya. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya, dengan demikian diharapakan kelak mereka bisa memecahkan solusi dalam kehidupan kesehariannya. Model pembelajaran kontekstual juga membantu siswa dalam memahami kehidupan nyata dan memecahkan problem yang ada. Hal ini berarti pembelajaran matematika yang sangat berhubungan dengan kahidupan sehari-hari dalam perhitungannya sangat baik jika menggunakan model pembelajaran kontekstual. 4.2.3 Peningkatan kemampuan siswa
63
Pada dasarnya pelaksanaan PTK yang dilakukan peneliti berlangsung dalam dua siklus yang mengalami peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan kemampuan siswa siklus I dan dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 di bawah ini. Tabel 4.10 Kemampuan siswa siklus I
No
Nama Siswa
1 Abd. Rahman Abas 2 Nawir Arif 3 Idrus Kontangi 4 Angki Biahimo 5 Rizki Lahmutu Lanjutan tabel… 6 Marsel Ibrahim 7 Moh. Radit Polihito 8 Moh. Remon Djafar Moh. Nurjalil 9 Syamsi Moh. Aditia 10 Wartabone 11 Rafli S. Abdullah 12 Romin M. Abdullah 13 Alyawati Adam 14 Rintiawati Wahab 15 Agnes Igirisa 16 Tiara Aswad Jumlah Rata-Rata
Hasil Kemampuan Siswa Kurang Tidak Mampu Mampu Mampu
Nilai
Tuntas
80 60 60 80 80
70 100 60
80
100 80 60 80 80 80 80 1230 76.875 76.88%
11 68.75%
1 6.25%
4 25.00%
Daya serap klasikal
Tidak Tuntas
12 4 75.00% 25.00%
Tabel 4.11 Kemampuan Siswa Siklus II
No
Nama Siswa
1 2
Abd. Rahman Abas Nawir Arif
Hasil Kemampuan Siswa Kurang Tidak Mampu Mampu Mampu
Nilai 80 80
Tuntas
Tidak Tuntas
64
Idrus Kontangi Angki Biahimo Rizki Lahmutu Marsel Ibrahim Moh. Radit Polihito Moh. Remon Djafar Moh. Nurjalil Syamsi Moh. Aditia Wartabone
11 Rafli S. Abdullah 12 Romin M. Abdullah Lajutan tabel… 13 Alyawati Adam 14 Rintiawati Wahab 15 Agnes Igirisa 16 Tiara Aswad Jumlah Rata-Rata
3 4 5 6 7 8 9 10
Daya serap klasikal
80 80 80 80 100 60
100
100
80 60
14 87.50%
0 0.00%
80 100 80 80 2 1320 12.50% 82.5 82.50%
14 87.50%
2 12.50%
Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,875 dan pada siklus II sebesar 82,5. Jika kita bandingkan dengan nilai rata-rata siswa dua tahun terakhir (2010 dan 2011), terjadi peningkatan hasil pelajaran siswa. Perbandingan diagram rata-rata siswa dua tahun terakhir dengan nilai rata-rata siklus I dan II dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut.
65
Rata-rata kelas 80 70 60 50 40 30 20 10 0
64.5
76.875
66.5
79.58
Rata-rata kelas
T.P T.P 2010/2011 2011/2012
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.8 Diagram perbandingan nilai rata-rata siswa kelas I
Dari data diagram gambar 4.8 di atas terlihat jelas peningkatan perolehan nilai rata-rata siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. 4.2.4 Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian yang relevan Jika kita membandingkan antara hasil penelitian yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya yang relevan, maka kita akan menemukan perbedaan dan persamaan sebagai berikut. a)
Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian yang relevan 1) Penelitian yang dilakukan oleh Astuti lebih mengarah kepada peningkatan kemampuan siswa melalui pemberdayaan alat peraga dan tidak menggunakan model khusus, sedangkan penelitian yang kita menggunakan
alat
peraga
pembelajaran kontekstual.
namun
tetap
menggunakan
model
66
2) Penelitian yang dilakukan oleh Arifin dikhususkan pada peningkatan kemampuan materi bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, 3) Penelitian yang dilakukan oleh Wisnawaty Usman dan Lanti Usman lebih mengarah pada peningkatan pemahaman siswa sementara penelitian yang Astuti, Arifin dan penelitian yang kita lakukan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan siswa, 4) Penelitian yang dilakukan oleh Astuti lebih ditekankan pada materi menyelesaikan soal cerita matetmatika, penelitian yang dilakukan oleh Arifin lebih ditekankan pada materi menulis puisi, penelitian yang dilakukan oleh Wisnawaty Usman lebih ditekankan pada materi penjumlahan bilangan bulat di Kelas III SD, penelitian yang dilakukan Lanti Usman lebih ditekankan pada materi pengurangan bilangan cacah di kelas I. Sedangkan, penelitian yang kita lakukan lebih menekankan pada penjumlahan bilangan cacah. b) Persamaan hasil penelitian dengan penelitian yang relevan 1) Semua penelitian ini menggunakan model yang sama yakni model pembelajaran kontekstual kecuali pada penelitian yang dilakukan Arifin tidak menggunakan model pembelajaran kontekstual dan hanya menggunakan media alat peraga, 2) Semua penelitian ini dilakukan di kelas rendah (SD),
67
3) Pada keempat penelitian ini semuanya pada mata pelajaran matematika kecuali pada penelitian yang dilakukan oleh
Arifin pada pelajaran
bahasa Indonesia, 4) Hasil akhir dari kelima penelitian ini semuanya menunjukkan pada adanya peningkatan baik itu peningkatan terhadap pemahaman maupun peningkatan dari segi kemampuan siswa. Oleh karena itu, dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa. dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “Jika digunakan model pembelajaran kontekstual, maka kemampuan menyelesaikan soal cerita penjumlahan bilangan cacah pada siswa kelas I SDN No 8 Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango meningkat”, dapat diterima dan teruji kebenarannya.