BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Perumahan Graha Puspa Perumahan Graha Puspa terletak di Jalan sersan Bajuri KM 5, desa Sukaja kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Graha Puspa de Ville ini terwujud oleh Gapura Prima Group selaku pengembang. Perumahan megah yang di desain dengan lingkungan yang nyaman dan diciptakan dengan konsep rumah taman yang berwawasan lingkungan sesuai dengan program pemerintah untuk pelestarian wilayah Bandung. 4.1.2 Kependudukan Kependudukan
merupakan
hal
yang
penting
dalam
menentukan
karakteristik suatu wilayah. Karakteristik kependudukan dari suatu wilayah pasti akan berubah tiap tahunnya. Berdasarkan data tahun 2009 jumlah penduduk di Perumahan Graha Puspa adalah sebanyak 345 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 168 jiwa dan perempuan sebanyak 177 jiwa.
63
64
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Komplek Graha Puspa Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persen
1
Laki-Laki
168
48,69 %
2
Perempuan
177
51,31 %
345
100 %
Total
Sumber : Profil Perumahan Graha Puspa Berdasarkan tabel di atas jumlah persentasi penduduk laki-laki adalah 48,69 % dan penduduk perempuan sebesar 51,31 %. Persentasi jumlah penduduk perempuan lebih besar 2,62 % dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
4.1.3 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu hal yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa melalui perhitungan IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Pendidikan yang ditempuh masyarakat di Perumahan Graha Puspa beranekaragam. Di bawah ini tabel karakteristik gambaran tingkat pendidikan masyarakat di Perumahan Graha Puspa:
65
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Komplek Graha Puspa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 No
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
%
1
Tidak/belum sekolah
26
29
55
16
2
TK
-
1
1
0,3
3
SD
20
10
30
8,7
4
SMP
15
12
27
7,8
5
SMA
49
58
107
31
6
Akademi/Sarjana Muda
9
16
25
7,2
7
S1
35
39
74
21,4
8
S2
11
5
16
4,6
9
S3
8
2
10
3
168
177
345
100
Jumlah
Sumber: Profil Perumahan Graha Puspa
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Perumahan Graha Puspa yaitu 0,3% TK, 8,7% SD, 7,8% SMP, 31% SMA, akademi/sarjana muda 7,2%, S1 21,4%, S2 4,6%, S3 3%, dan sisanya sebanyak 16% yang belum sekolah.
66
4.1.4 Status Sosial Status sosial suatu masyarakat dapat dilihat dari mata pencahariannya. Berikut tabel jenis mata pencaharian masyarakat di Perumahan Graha Puspa: Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Komplek Graha Puspa Berdasarkan Status Sosial Tahun 2009 No 1. 2.
Status Sosial Wiraswasta Ibu
Rumah
Tangga
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
%
23
12
35
10
-
40
40
11
3.
Pensiunan
13
3
16
4,5
4.
PNS
11
7
18
5
5.
Dokter
3
2
5
2
6.
Pegawai Swasta
15
11
26
8
7.
DPR
1
-
1
0,3
8.
Pegawai BUMN
3
2
5
2
9.
Arsitek
1
-
1
0,3
10.
Advokat
1
-
1
0,3
11.
Notaris
-
1
1
0,3
12.
Pegawai Telkom
1
-
1
0,3
13.
Pelajar
96
99
195
56
168
177
345
100
Jumlah
Sumber: Profil Perumahan Graha Puspa Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di Perumahan Graha Puspa masih bersekolah, yaitu sebanyak 56%, wirawsasta 11%, pegawai swasta 8%, PNS 5%, dan sisanya bermatapencaharian sebagai dokter, arsitek, advokat, notaris dan anggota DPR.
67
4.1.5 Spesifikasi Objek Penelitian Sepesifikasi objek penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bertempat tinggal di Perumahan Graha Puspa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 81 dan yang dijadikan sampel sebanyak 50 kepala keluarga.
4.2 Gambaran Khusus Hasil Penelitian 4.2.1 Karakteristik Responden Karakteristik distribusi responden yang berhasil diperoleh adalah berdasarkan jenis mata pencaharian. Berikut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Mata pencaharian No
Jenis Mata Pencaharian
Frekuensi %
1
PNS
7
14
2
Wiraswasta
22
44
3
Pegawai Swasta
19
38
4
Pegawai BUMN
2
4
50
100
Jumlah
Sumber: Data Angket Penelitian (diolah)
Berdasarkan tabel di atas, distribusi responden hanya dibagi ke dalam empat mata pencaharian agar data yang diperoleh bervariasi, terdiri dari PNS 14%, wiraswasta 44%, pegawai swasta 38%, dan pegawai BUMN 4%. ,mata pencaharian tersebut merupakan mata pencaharian terbanayk yang ada di Perumahan Graha Puspa.
68
4.3 Gambaran Variabel Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari empat variabel yang terbagi menjadi tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Ketiga variabel bebas tersebut adalah Pendapatan (X1), pajak (X2), dan demontration effect (X3) sedangkan variabel terikat adalah marginal propensity to save atau MPS (Y). Berikut akan diuraikan secara terperinci untuk masing-masing variabel.
4.3.1 Pendapatan Pendapatan adalah sejumlah balas jasa yang diterima seseorang dari kegiatan produksinya atau usahanya. Factor yang paling mempengaruhi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat adalah pendapatan. Menurut Keynes tabungan adalah pendapatan yang dikurangi pengeluaranpengeluaran konsumtif. Berikut rata-rata pendapatan yang diperoleh responden pada tahun 2007-2008: Tabel 4.5 Jawaban Responden Untuk Rata-rata Pendapatan Tahun 2007-2008 No
Pendapatan
Frekuensi
%
1
≤ 50.000.000
1
2
2
51.000.000 – 100.000.000
20
40
3
101.000.000 – 150.000.000
20
40
4
151.000.000 – 200.000.000
5
10
5
≥ 201.000.000
4
8
Jumlah
50
100
Sumber : Data Angket Penelitian (data diolah)
69
Berdasarkan data di atas rata-rata pendapatan paling tinggi dengan persentasi 40% yaitu antara Rp.51.000.000 - Rp.100.000.000 dan antara Rp.101.000.000
–
Rp.150.000.000,
10%
antara
Rp.151.000.000
–
Rp.200.000.000, pada kisaran ≥ Rp.201.000.000 sebesar 8%. Sedangkan untuk pendapatan terendah sebesar 2% yaitu berkisar ≤ Rp.50.000.000.
4.3.2 Pajak Kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah penetapan pajak. Pajak yang dibayarkan oleh masyarakat tentu akan menyebabkan menurunnya pendapatan yang berdampak terhadap berkurangnya konsumsi dan tabungan masyarakat. Berikut jawaban responden atas besarnya pajak yang harus dibayar setiap tahun: Tabel 4.6 Jawaban Responden Untuk Rata-rata Pengeluaran Pajak Tahun 2007-2008 No
Pajak
Frekuensi
%
1
≤ 2.500.000
14
28
2
2.600.000 – 5.000.000
13
26
3
5.100.000 – 7.500.000
10
20
4
7.600.000 – 10.000.000
5
10
5
≥ 10.100.000
8
16
50
100
Jumlah
Sumber: Data Angket Penelitian (diolah)
70
Berdasarkan data di atas, pengeluaran pajak terbesar sebesar 28% yaitu ≤ Rp.2.500.000, dan terendah anntara Rp.7.600.000 – Rp.10.000.000 sebesar 10%. Sisanya sebesar 26% pada kisaran antara Rp.2.600.000 – Rp.5.000.000, 20% antara Rp.5.100.000 – Rp.7.500.000, dan 16% pada kisaran ≥ 10.100.000.
4.3.3 Demontration Effect Duesenberry (Muana Nanga, 2000:114) demonstration effect adalah masyarakat berpendapatan rendah cenderung meniru atau mengkopi pola konsumsi dari masyarakat yang ada di sekelilingnya yang cenderung menaikkan pengeluaran konsumsinya. Menurut ML.Jhingan (Suryana, 2000: 39) demonstration effect tidak hanya mengurangi kemampuan untuk menabung, tetapi juga mempersulit pemerintah dalam menggunakan keuangan Negara sebagai sarana pembentukkan modal. Disini terlihat Negara akan mengeluarkan sejumlah dana karena adanya permintaan barang-barang tertentu dari masyarakat sebagai akibat dari mengkopi kehidupan masyarakat luar negeri. Di bawah ini jawaban responden untuk rata-rata pengeluaran konsumsi barang mewah:
71
Tabel 4.7 Jawaban Responden Untuk Rata-rata Pengeluaran Konsumsi Barang Mewah (Demontration Effect) Tahun 2007-2008 No
Demontration Effect
Frekuensi
%
1
≤ 7.500.000
7
14
2
7.600.000 – 15.000.000
23
46
3
15.100.000 – 22.500.000
16
32
4
22.600.000 – 30.000.000
2
4
5
≥ 30.100.000
2
4
50
100
Jumlah
Sumber: Data Angket Penelitian (diolah) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk konsumsi barang mewah (demontration effect) tertinggi yaitu sebesar 46% berada pada kisaran antara Rp.7.600.000 – Rp.15.000.0000, dan terendah yaitu sebesar 4% pada kisaran antara Rp.22.600.000 – Rp.30.000.000 dan pada kisaran ≥ Rp.30.100.000. Sisanya sebesar 32% pada kisaran Rp.15.100.000 – Rp.22.500.000, dan 14% pada kisaran ≤ Rp.7.500.000.
4.3.4 Marginal Propensity to Save (MPS) Marginal Propensity To Save atau MPS adalah angka pecahan yang menunjukkan besarnya kenaikan pendapatan yang ditabung, atau dapat juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menabung marginal sebagai pertambahan dalam penabungan yang disebabkan karena sesuatu pertambahan sebesar Rp. 1 dalam pendapatan (Sadono Sukirno: 2002) .
72
Perekonomian masyarakat dapat dikatakan berjalan dengan stabil apabila pendapatan yang diperoleh masyarakat mengalami peningkatan atau minimal berada pada kondisi yang stabil. Dari besarnya pendapatan yang diperoleh tersebut, hendaknya masyarakat dapat menyisihkan dari sebagian pendapatannya untuk ditabung, karena tabungan masyarakat adalah salah satu sumber investasi yang dapat digunakan untuk menjalankan pembangunan, semakin besar tabungan masyarakat, tingkat investasi pun semakin besar dan semakin tinggi pula kesempatan untuk melaksanakan pembangunan diberbagai sector. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka akan merangsang meningkatnya jumlah tabungan masyarakat dan kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi akan menjadi berkurang. Berikut data Marginal Propensity to Save masyarakat di perumahan Graha Puspa, yang diambil dari jawaban responden tentang besarnya pendapatan yang mereka peroleh, dan jumlah tabungan yang mereka simpan di Bank.
73
Tabel 4.8 Perbandingan Perubahan Pendapatan dan Perubahan Tabungan (Marginal Propensity to Save atau MPS)
No
Pendapatan (Y) (dalam ribuan)
1
2007 60000
2008 72000
2
85000
96000
3
126000
4
Tabungan (S) (dalam ribuan)
∆Y (dalam ribuan)
∆S (dalam ribuan)
MPS (∆S/∆Y)
12000
2007 2000
2008 3000
1000
0,08
11000
2500
3000
500
0,05
144000
18000
5000
7500
2500
0,14
78000
72000
-6000
2400
1500
-900
0,15
5
120000
108000
-12000
5000
6000
1000
0,08
6
162000
180000
18000
12000
12000
0
7
108000
120000
12000
12000
15000
3000
0,25
8
216000
240000
24000
12500
15000
2500
0,1
9
60000
60000
0
12000
10000
-2000
0
10
96000
90000
-6000
5000
4000
-1000
0,17
11
44400
54000
9600
6000
9000
3000
0,06
12
42500
60000
17500
8000
9000
1000
0,06
13
96000
120000
24000
6000
7500
1500
0,06
14
72000
78000
6000
5000
6000
1000
0,16
15
54000
60000
6000
5000
6000
1000
0,16
16
54000
66000
12000
7500
9000
1500
0,12
17
96000
110400
14400
12000
15000
3000
0,2
18
120000
132000
12000
18000
17500
-500
0,12
19
108000
126000
18000
12000
15000
3000
0,16
20
114000
132000
18000
18000
24000
6000
0,3
21
138000
156000
18000
21000
24000
3000
0,16
22
144000
168000
24000
27000
33000
6000
0,25
23
228000
252000
24000
36000
40000
4000
0,16
24
252000
276000
24000
30000
32000
2000
0,08
25
140000
153000
13000
12000
15000
3000
0,23
26
102000
114000
12000
9000
12000
3000
0,25
27
72000
90000
18000
7500
9000
1500
0,08
28
66000
78000
12000
8000
9000
1000
0,08
29
132000
120000
-12000
12000
10000
-2000
0,16
30
90000
96000
6000
6000
7500
1500
0,25
31
150000
168000
18000
3000
36000
33000
0,3
32
180000
192000
12000
32000
36000
4000
0,3
33
168000
186000
18000
21000
24000
3000
0,16
34
126000
108000
-1800
18000
12000
-6000
0,3
5000
0,35
35
96000
110400
14400
10000
15000
0
74
0,1
36
117000
126000
9000000
9000
10000
1000
37
114000
132000
18000000
18000
24000
6000
0,3
12000 7500
3000
18000000
9000 5000
0,25
2500
0,14
90000
-6000000
5000
4000
-1000
0,16
140000
153000
13000000
18000
21000
3000
0,23
42
234000
252000
18000000
25000
30000
5000
0,27
43
72000
90000
18000000
7500
9000
1500
0,1
44
156000
138000
-18000000
21000
17500
-3500
0,19
45
90000
15000000
18000
21000
3000
0,2
46
75000 42500
47
60000 72000
17500000
60000
48
51120
49 50
38
114000 144000
12000000
39
102000 126000
40
96000
41
9000 3000
1000
12000000
8000 2000
0,05
1000
0,08
52920
1800000
6800
7200
400
66000
78000
12000000
8000
9000
1000
0,2 0,08
96000
110400
14400000
7500
8500
1000
0,7
Sumber: Data Angket Penelitian (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan menabung masyarakat di Perumahan Graha Puspa sangat beragam, nilai MPS terbesar yaitu sebesar 0,27, yang mana responden tersebut bermatapencaharian sebagai wiraswasta. Tingginya nilai MPS ini karena responden mengalami kenaikan dalam pendapatannya, sehingga jumlah pendapatan yang disisihkan untuk ditabung pun mengalami peningkatan.
75
4.4 Analisis Data Hasil Penelitian 4.4.1
Uji Normalitas Sebaran Data Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal
(data terbesar secara normal). Distribusi data dikatakan tersebar secara normal apabila nilai sig > α. Sebaliknya, data dikatakan tidak tersebar secara normal apabila nilai sig < α. Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan SPSS (Statistical Product and service sollution) yang dilakukan dengan menggunakan rumus One–Sample Kolmogorov-Smirnov, diperoleh hasil bahwa semua data dalam penelitian ini adalah normal. Sebab, nilai signifikansi masing-masing variabel yakni pendapatan (X1) sebesar 0,952, pajak (X2) sebesar 0,209, demontration effect (X3) sebesar 0,309, dan variabel Marginal Propensity to Save (Y) sebesar 0,246. Dengan demikian, karena signifikansi semua variabel > α (0,05) maka data semua variabel dapat dikatakan berdistribusi normal sehingga layak untuk dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik yaitu analisis regresi. Hasil pengujian data yang dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov sebagaimana telah diuraikan di atas dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas dengan One- Sample Kolmogorov - Smirnov Variabel Signifikansi Keterangan Pendapatan (X1)
0,952
Normal
Pajak (X2)
0,209
Normal
Demontration Effect (X3)
0,309
Normal
MPS (Y)
0,246
Normal
76
4.4.2
Hasil Estimasi Regresi Berganda Analisis dalam model penelitian ini berupa model regresi linear berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui besarnya pengaruh pendapatan, pajak dan demontration effect terhadap tingkat marginal propensity to save (MPS) masyarakat di komplek Graha Puspa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Hasil analisis regresi atas tiga variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagaimana akan diuraikan berikut ini.
a. Uji Koefisien Determinasi Hasil uji koefisien determinasi dalam model persamaan regresi ini adalah sebagaimana ditunjukkan tabel 4.12 berikut. Tabel 4.10 Koefisien Determinasi antara Variabel X dengan Variabel Y b
Model Summary
Model 1
R
R Square
.715
a
.511
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.479
.08221
1.521
a. Predictors: (Constant), DE, Pajak, Pendapatan b. Dependent Variable: MPS
Sumber: hasil perhitungan dengan SPSS Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa Nilai R2 adalah sebesar 0,511. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 51,1%. Dengan kata lain, hal ini berarti besarnya sumbangan variabel independen (pendapatan, pajak dan demontration
77
effect) terhadap variabel Y adalah sebesar 51,1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 48,9%.
b. Model Persamaan Regresi Hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil analisis statistik atas tiga variabel X terhadap variabel Y menghasilkan persamaan regresi sebagaimana ditunjukkan tabel berikut.
Variabel (Constant)
Tabel 4.11 Nilai Penduga Koefesien Regresi Sig Koefisien Nilai thitung -1,382
X1
0,136
3,919
0,000
X2
-0,007
-0,336
0,738
X3
-0,053
-2,129
0,039
Ket Signifikan Tidak signifikan signifikan
Berdasarkan Tabel di atas dapat dibuat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = -1,382 + 0,136X1 – 0,007X2 – 0,053X3 R2 = 0,511 Berdasarkan persamaan regresi yang dihasilkan, nilai konstanta sebesar -1,382 berarti bahwa tanpa adanya pendapatan (X1), pajak (X2) dan demontration effect (X3), Marginal Propensity to Save masyarakat di komplek Graha Puspa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah sebesar -1,382. Koefisien 0,136 pada pendapatan (X1) menunjukkan bahwa apabila pendapatan naik sebesar satu satuan, maka tingkat MPS masyarakat akan meningkat sebesar 0,136 satuan. Artinya, semakin tinggi jumlah pendapatan,
78
maka semakin tinggi pula Marginal Propensity to Save masyarakat dengan asumsi cateris paribus. Bentuk pengaruh pajak (X2) terhadap marginal propensity to save masyarakat di Indonesia (Y) adalah negatif dengan koefisien regresinya adalah -0,007. Apabila Pajak meningkat sebesar satu satuan, maka marginal propensity to save masyarakat di Indonesia akan menurun pula sebesar 0,007 satuan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pajak maka marginal propensity to save masyarakat di Komplek Graha Puspa akan semakin rendah dengan asumsi cateris paribus. Adapun bentuk pengaruh Demontration Effect (X3) terhadap marginal propensity to save di Komplek Graha Puspa (Y) adalah negatif dengan koefisien regresinya adalah -0,053. Apabila tingkat demontration effect masyarakat secara nominal meningkat sebesar satu satuan, maka marginal propensity to save masyarakat akan menurun sebesar 0,053 satuan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat demontration effect masyarakat, maka marginal propensity to save masyarakat akan semakin rendah dengan asumsi cateris paribus.
c. Uji Signifikansi 1) Uji F Hasil uji F atas model persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai beikut: Tabel 4.12 Hasil Uji F Model 1
Fhitung
FTabel
Sig.
Keterangan
15,998 3,489 0,000 Signifikan Sumber: hasil perhitungan dengan SPSS
79
Uji hipotesis melalui uji F diperoleh melalui tabel anova. Pada tabel di atas tampak bahwa nilai F test adalah sebesar 15,998 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan antara F hitung terhadap F tabel dengan langkah-langkah sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa nilai Fhitung sebesar 15,998 > Ftabel sebesar 3,489. Oleh karena itu, maka semua variabel secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap marginal propensity to save masyarakat di komplek Graha Puspa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
2) Uji t Hasil pengujian pengaruh masing-masing variabel secara parsial terhadap kecenderungn menabung marginal (marginal propensity to save) masyarakat adalah sebagaimana ditunjukkan tabel berikut. Tabel 4.13 Hasil Uji t Variabel Independen Thitung pendapatan (X1) 3,919 Pajak (X2) 0,336 Demontration Effect (X3) 2,129 sumber : hasil perhitungan dengan SPSS
ttabel 2,000 2,000 2,000
Sig. 0,000 0,738 0,039
Keterangan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
80
Terima Ha tolak H0 (signifikan)
Terima Ha tolak H0 (signifikan) Tolak Ha terima H0 (tidak signifikan)
-2
0,336
2 2,129
3,919
Gambar 4.1 Hasil Uji t (uji dua arah)
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa hasil uji t pada variabel pendapatan (X1) dan variabel demontration effect (X3) signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai thitung pada masing-masing variabel yaitu 3,919, dan 2,129 berada di daerah penerimaan Ha dan menolak H0, yaitu lebih besar daripada ttabel sebesar 2,000. Dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya kedua variabel tersebut yakni pendapatan (X1) dan Demontration Effect (X3) secara parsial memiliki pengaruh yang sigifikan terhadap Marginal Propensity to Save masyarakat. Adapun untuk variabel pajak, tampak bahwa nilai thitung sebesar 0,336 berada di daerah penerimaan H0 dan menolah Ha. Nilai thitung lebih kecil daripada 2,000 dan lebih besar daripada -2,000. Dengan demikian, khusus untuk variabel X2 (pajak), H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variabel pajak (X2) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang sigifikan terhadap Marginal Propensity to Save masyarakat.
81
d. Uji Asumsi Klasik 1) Multikolinieritas Satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel-variabel independent yang termasuk dalam model. Istilah multikolinieritas menunjukkan adanya derajat kolinieritas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi secara sempurna, maka koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan dan memiliki standar error yang tak hingga. Namun, apabila keterkaitan linier ini kurang sempurna, maka meskipun koefisien regresi dapat ditentukan, tetapi memiliki standar error yang sangat besar, yang berarti koefisien regresi tidak dapat diestimasi dengan tingkat akurasi yang tinggi. Tabel 4.14 Nilai VIF & Tolerance Collinearity Statistic Model Tolerance VIF I Pendapatan 0,619 1,617 Pajak 0,890 1,123 Demontration Effect 0,673 1,486 sumber : hasil perhitungan dengan SPSS
Salah satu alternatif untuk mendeteksi multikolinieritas yaitu melalui faktor varian inflasi (VIF, Variance Inflation Factor) yang bisa dilihat pada tabel di atas. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai VIF untuk variabel X1 (pendapatan), X2 (pajak), dan X3 (demontration effect) adalah sebesar 1,617, 1,123, dan 1,486. Karena nilai VIF dari semua variabel bebas adalah kecil, yaitu di bawah 5, dengan demikian variabel-variabel tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinieritas.
82
2) Heteroskedastisitas Beberapa akibat yang ditimbulkan akibat adanya heteroskedastisitas (Sumodiningrat, 1994:266) : a) Penaksir-penaksir OLS tidak akan bias (unbiased) b) Artinya, penaksir-penaksir kuadrat terkecil adalah unbiased, sekalipun dalam kondisi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena di sini tidak digunakan asumsi homoskedastisitas. c) Varian dari koefisien-koefisien OLS salah. d) Penaksir-penaksir OLS akan menjadi tidak efisien.
Kriteria pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastis bisa dilakukan melalui analisis grafik hasil output SPSS dengan kriteria berikut : 1) Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian SPSS menghasilkan grafik sebagai berikut :
83
Scatterplot
Regression Standardized Residual
Dependent Variable: MPS
4
2
0
-2
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastis
Grafik plot untuk model regresi di atas tidak menunjukkan pola tertentu sehingga tidak terjadi heterokedastisitas.
3) Autokorelasi Pengujian yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Hasil pengujian Durbin-Watson dengan bantuan SPSS diperoleh nilai Durbin-Watson 1,521. Nilai dU = 1,67dan dL = 1,42 pada k = 3 dan n = 50 dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria penentuan adanya autokorelasi atau tidak dalam model yang telah dibahas pada bab III, maka nilai dW berada pada rentang 0
84
Menolak H0
Menolak H0
Bukti
Bukti
Autokorelasi
Autokorelasi Daerah keraguraguan Daerah keraguraguan
Menerima H0
0
1,42
1,52
1,67
2
2,3
2,58
4
Gambar 4.3 Uji Durbin Watson 4.5 Pembahasan Pembahasan ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat dari lapangan beserta kajian teori yang telah dijelaskan dalam bab II. Pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk menerangkan dan menginterprestasikan hasil penelitian dan tujuan penelitian. Setelah dilakukan analisis tehadap masing-masing variabel kemudian dilakukan perhitungan analisis regresi untuk melihat pengaruh dan kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, berikut adalah pembahasannya.
85
4.5.1
Pengaruh Pendapatan Terhadap Marginal Propensity to Save (MPS) Masyarakat Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa
pendapatan, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap marginal propensity to save masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa marginal propensity to save masyarakat ditentukan oleh tinggi rendahnya persentase pendapatan yang diperoleh. Dengan kata lain naik turunnya pendapatan akan berpengaruh terhadap marginal propensity to save masyarakat. Apabila pendapatan naik maka hal tersebut akan mengkibatkan marginal propensity to save masyarakat juga naik, sebaliknya apabila pendapatan turun maka tingkat marginal propensity to save masyarakat juga akan mengalami penurunan. Menurut
Keynes
tabungan
adalah
pendapatan
yang
dikurangi
pengeluaran-pengeluaran konsumtif. Oleh karena itu, pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap tabungan. Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan, maka menurut Keynes tabungan merupakan fungsi dari pendapatan. Pendapatan yang digunakan dalam hipotesis tersebut merupakan pendapatan absolute. Pendapatan absolute ini didefinisikan sebagai pendapatan nasional yang terjadi atau current income, bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya (Yt-1), bukan pula pendapatan yang diramalkan terjadi di masa datang (Yt+1). Pendapatan itu sendiri dapat berupa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau juga pendapatan domestik bruto perkapita dan tabungan masyarakat perkapita (Arwansyah, 2003).
86
Menurut Keynes tidak seluruh bagian pendapatan yang diterima seseorang akan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian akan disimpan sebagai tabungan (saving). Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku konsumsi dan menyimpan dari seseorang sangat dipengaruhi oleh pendapatannya. Suatu kenaikan dalam pendapatan akan meningkatkan konsumsi dan tabungan. Dengan demikian ada hubungan yang positif antara pendapatan nasional dengan tabungan (saving).
4.5.2
Pengaruh Pajak Terhadap Marginal Propensity to Save (MPS) Masyarakat Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa
hubungan antara pajak dengan marginal propensity to save bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa jika pajak meningkat, maka marginal propensity to save masyarakat akan turun. Sadono Sukirno (2004) mengemukakan bahwa penurunan pendapatan disposibel atau pendapatan nasional yang telah dikurangi oleh pajak akan mengurangi konsumsi dan tabungan rumah tangga. Namun demikian, hasil uji signifikansi secara parsial menunjukkan bahwa pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap marginal propensity to save masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa marginal propensity to save masyarakat tidak begitu ditentukan oleh tinggi rendahnya pajak.
87
Secara makro pengenaan pajak akan mengurangi tingkat pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) dan tentu mengurangi tingkat konsumsi dan tingkat tabungan masyarakat. Turunnya konsumsi (C) dan tabungan (S) masyarakat akan ditentukan oleh hasrat konsumsi marginal (MPC) dan hasrat tabungan marginal (MPS), dimana MPC+MPS=1. Pajak mempunyai pengaruh terhadap kemampuan dan kemauan untuk bekerja, konsumsi, menabung, maupun untuk investasi (www.angkringanmaswied.blogspot.com). Berbeda dengan pendapat Friedman (Thomas F. Dernberg, 1998) yang dikutip oleh Dewi Chahyani (2005), yang mengatakan bahwa kenaikan konsumsi akibat penurunan tingkat pajak sangat kecil pengaruhnya. Akan tetapi pengurangan pajak yang besar akan mempunyai pengaruh langsung terhadap pembelanjaan masyarakat. Yang menjadi alasan mengapa pajak tidak tidak berpengaruh signifikan dalam penelitian ini, yaitu karena kekayaan responden yang terkena pajak dibayar dalam jangka waktu tahunan seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan bangunan. Responden telah mengantisipasi sebelumnya akan adanya beban pajak yang harus dibayar, sehingga bentuk antisipasi tersebut dengan menyisihkan pendapatan yang diperoleh dalam rangka untuk membayar pajak, sehingga pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dan tabungan tidak terpengaruhi dengan adanya pengeluaran pajak.
88
4.5.3
Pengaruh Demontration Effect Terhadap Marginal Propensity to Save (MPS) Masyarakat Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa
hubungan antara demontration effect dengan marginal propensity to save bersifat negatif. Hal ini berarti bahwa jika tingkat demontration effect masyarakat meningkat, maka marginal propensity to save masyarakat akan turun. Selain itu, diketahui bahwa demontration effect, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap marginal propensity to save masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa marginal propensity to save masyarakat ditentukan oleh tinggi rendahnya demontration effect. Dengan kata lain naik turunnya demontration effect akan berpengaruh terhadap marginal propensity to save masyarakat. Apabila demontration effect meningkat, maka hal tersebut akan mengkibatkan marginal propensity to save masyarakat turun, begitu pula sebaliknya. Dengan adanya demonstration effect maka konnsumsi masyarakat akan meningkat. Sehingga kemampuan masyarakat untuk menabung menjadi berkurang. Seperti yang diungkapkan oleh ML.Jhingan (Suryana, 2000: 39) bahwa demonstration effect tidak hanya mengurangi kemampuan untuk menabung, tetapi juga mempersulit pemerintah dalam menggunakan keuangan Negara sebagai sarana pembentukkan modal.
89
4.6. Implikasi Pendidikan Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap penelitian yang dilakukan pada akhirnya akan memberikan pengaruh terhadap berbagai bidang. Dalam penelitian yang dilakukan penulis diarahkan agar memberikan implikasi (pengaruh) khususnya pada bidang pendidikan. Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang kajian ekonomi, dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini menyangkut tentang kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save) masyarakat di Komplek Graha Puspa desa Sukamaju Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, yang mana rata-rata nilai MPS masih rendah bila dibandingkan dengan pendapatan yang mereka peroleh. Oleh karena itu, melalui penelitian ini kemudian dianalisis serta dicari factor-faktor social ekonomi yang mempengaruhi terjadinya masalah kurangnya hasrat menabung dalam masyarakat, dan pada akhirnya factorfaktor tersebut dijadikan sebagai penyelesaian dari permasalahan yang muncul.
90
Implikasi hasil penelitian terhadap pendidikan akan secara nyata dan jelas dari kesimpulan hasil penelitian di bawah ini: 1.
Variabel pandapatan besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya tabungan yang dilakukan masyarakat. Oleh karena itu agar tingkat tabungan masyarakat tinggi maka harus meningkatkan pendapatan.
2.
Variabel pajak tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya tabungan yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya di Komplek Graha Puspa. Namun secara teori variabel pajak ini berpengaruh terhadap konsumsi dan tabungan masyarakat.
3.
Variabel Demontration Effect berpengaruh terhadap tabungan tabunagn masyarakat, apabila Demontration Effect tinggi maka tabungan masyarakat akan turun. Sehingga untuk meningkatkan tabungan maka masyarakat harus dapat melakukan pengelolaan terhadap keuangannya sehingga pendapatan yang diperoleh dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Hendaknya masyarakat jangan berperilaku konsumtif, hal tersebut juga
dilarang oleh agama yang tercantum dalam Q.S Al Isra : 26 bahwa ”.............dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. Berdasarkan ayat tersebut, maka hendaknya kita jangan bersikap hidup yang boros dalam membelanjakan harta yang kita miliki. Gunakanlah harta yang dimiki dengan sebaik-baiknya. Sisipkan sebagian dari pendapatan untuk ditabung. Hal tersebut bisa dimulai dari pendidikan kepada anak-anak sejak dini, biasakanlah agar bersikap hidup yang hemat dan belajar untuk berusaha menyisihkan sebagian dari harta untuk ditabung karena akan sangat berguna di masa depan.