31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Refleksi
4.1.1
Siklus 1
4.1.1.1 Perencanaan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar segi empat (persegi, persegi panjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium sembarang, trapesium sama kaki, dan trapesium siku-siku) dalam satu lembar HVS, gunting, cuter, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar tes siklus I, dan lembar observasi. Kemudian guru menjelaskan kepada pengamat tata cara pengisian lembar observasi.
4.1.1.2 Pelaksanaan Pada pertemuan pertama materi yang dibahas adalah sifat-sifat bangun datar berbentuk persegi, persegi panjang, dan jajargenjang. Kegiatan pendahuluan diawali dengan pertanyaan yang mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang akan dipelajari dan
menyampaikan tujuan pembelajaran dan metode
pembelajaran yang akan diterapkan. Kemudian guru membimbing siswa untuk membuat sembilan kelompok belajar. Pembuatan kelompok dilakukan dengan cara meminta siswa seluruh siswa secara bergantian untuk berhitung dari bilangan 1 sampai dengan 9 secara berulang. Siswa juga diminta untuk mengingat nomor
32 urut yang telah mereka sebutkan. Setelah siswa selesai dengan kegiatan tersebut, guru membimbing siswa untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki nomor urut yang sama. Pada saat siswa mulai bergabung dengan anggota kelompoknya masingmasing, suasana kelas gaduh. Hal ini disebabkan siswa berebut tempat duduk dan sibuk memutar bangku. Ada pula siswa yang malu untuk bergabung dengan kelompoknya karena merasa dirinya tidak mampu dan memilih duduk memisah dari kelompoknya. Sehingga kegiatan ini pun mengurangi waktu efektif belajar yang cukup lama. Setelah suasana kondusif, guru membagikan gambar segi empat, cuter, penggaris dan LKS kepada setiap kelompok kemudian meminta siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS. Kemudian dalam setiap kelompok diharapkan ada 2 orang siswa yang bertugas untuk menggunting dan memegang gambar segi empat, kemudian 1 orang siswa yang bertugas untuk mengumpulkan bangun datar yang telah digunting, dan 1 orang siswa yang bertugas sebagai pencatat nama bangun datar yang telah digunting. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya dalam menggunting gambar segi empat dan menamainya, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah kontekstual di dalam LKS tentang sifat-sifat bangun datar yang telah mereka namai sesuai dengan bentuk dan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka. selama proses ini berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru membimbing seluruh siswa untuk bekerja sama dengan
33 kelompoknya dalam menyelesaikan LKS yang telah diberikan. Namun selama kegiatan ini berlangsung, masih banyak kelompok yang tidak berdiskusi untuk mengerjakan LKS, ada pula siswa yang hanya mengandalkan temannya yang pandai untuk mengerjakan LKS. Selain itu masih banyak siswa yang mengobrol ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai,
beberapa
kelompok
dengan
bimbingan
guru
ditunjuk
untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, sedangkan siswa yang lain memperhatikan atau memberikan tanggapan. Setelah itu, siswa dengan bimbingan guru secara bersama-sama menyimpulkan jawaban yang paling tepat. Di akhir pembelajaran,
guru
membimbing
siswa
untuk
menyimpulkan
kegiatan
pembelajaran yang telah dipelajari pada hari itu. Selain itu, guru memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) pada siswa, dan juga memberitahukan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah sifat-sifat bangun datar berbentuk belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengingat kembali materi sebelumnya tentang sifatsifat bangun datar berbentuk persegi, persegi panjang, jajargenjang dan mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang akan dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Kemudian guru membimbing siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing dan meminta siswa agar tidak membuat suasana kelas menjadi gaduh. Setelah itu, guru membagikan media gambar bangun datar, cuter, penggaris, dan LKS kepada setiap kelompok. Sama seperti kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama, dalam setiap kelompok
34 diharapkan ada 2 orang siswa yang bertugas untuk menggunting dan memegang gambar bangun datar berbentuk belah ketupat, layang-layang, dan trapesium kemudian 1 orang siswa yang bertugas untuk mengumpulkan bangun datar yang telah digunting, dan 1 orang siswa yang bertugas sebagai pencatat nama bangun datar yang telah digunting. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya dalam menggunting gambar bangun datar berbentuk belah ketupat, layang-layang, dan trapesium dan menamainya, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah kontekstual tentang sifat-sifat bangun datar yang telah mereka namai sesuai dengan bentuk dan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri ,menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka. selama proses ini berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Pada pertemuan kedua ini, guru lebih aktif memberikan bimbingan kepada siswa yang sering mengganggu kelompok lain sehingga diskusi kelompok berjalan sedikit lebih baik. Selama kegiatan diskusi berlangsung belum terlihat motivasi siswa untuk mengerjakan LKS dan masih mengandalkan siswa yang pandai dikelompoknya, bahkan masih ada juga siswa yang mengganggu kelompok lain dengan alasan meminta jawaban LKS. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai dilaksanakan, guru menunjuk beberapa kelompok secara bergantian untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan kelompok yang lainnya, dibimbing untuk berperan aktif dalam menanggapi presentasi yang dilakukan oleh kelompok penyaji. pada akhir pembelajaran, sebagai tindak lanjut siswa diminta mengerjakan soal dan diberi
35 pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi sifat-sifat bangun datar. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Pada pertemuan ketiga, materi yang dibahas adalah sifat-sifat segitiga, dan lingkaran. Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengingat kembali materi sebelumnya tentang sifat-sifat bangun datar berbentuk belah ketupat, layanglayang, dan trapesium dan mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang akan dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap aktif dalam pembelajaran, karena guru akan memberikan reward kepada siswa yang aktif dan dapat menyelesaikan tugas dengan benar. Kemudian guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing dan meminta siswa agar disiplin dan bertanggung jawab. Setelah itu, guru membagikan media gambar segitiga dan lingkaran, cuter, penggaris, dan LKS kepada setiap kelompok. Dalam setiap kelompok diharapkan ada 2 orang siswa yang bertugas untuk menggunting dan memegang gambar segi tiga, kemudian 1 orang siswa yang bertugas untuk mengumpulkan bangun datar yang telah digunting, dan 1 orang siswa yang bertugas sebagai pencatat nama bangun datar yang telah digunting. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya dalam menggunting gambar segi tiga dan menamainya, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah kontekstual tentang sifat-sifat bangun datar yang telah mereka namai sesuai dengan bentuk dan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri ,menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka. selama proses ini
36 berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Pada pertemuan ketiga ini, guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok secara bergantian untuk mengurangi kegaduhan yang sering terjadi saat diskusi kelompok berlangsung. Sehingga
siswa
mulai
menunjukkan
aktivitas
sungguh-sungguh
dalam
memecahkan masalah pada LKS dan mengerjakannya. Selain itu, siswa juga sudah mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai dilaksanakan, guru menunjuk beberapa kelompok secara bergantian untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya. Sedangkan kelompok yang lainnya, dibimbing untuk berperan aktif dalam menanggapi presentasi yang dilakukan oleh kelompok penyaji. pada akhir pembelajaran, sebagai tindak lanjut siswa diminta mengerjakan soal dan diberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi sifat-sifat bangun datar berbentuk segitiga dan lingkaran. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Pada pertemuan keempat, materi yang dibahas adalah mengingat kembali materi pada pertemuan 1 – 3 tentang sifat-sifat bangun datar berbentuk persegi, persegi panjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium, segitiga, dan lingkaran. Untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan, pada pertemuan ini dilaksanakanlah tes siklus I. Kegiatan pendahuluan diawali oleh guru dengan menunjukkan gambar yang berbentuk persegi, persegi panjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium, segitiga, dan lingkaran untuk mengingat kembali materi sebelumnya
dan
37 mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan ini siswa diajak bermain tebak-tebakan gambar, guru menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bangun datar dan siswa diminta untuk memilih gambar yang sesuai dengan sifat-sifat yang telah disebutkan. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap aktif dalam pembelajaran, karena guru akan memberikan reward kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi. Setelah kegiatan pendahuluan dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bersiap-siap mengerjakan evaluasi siklus I tentang sifat-sifat bangun datar. Setiap siswa diberi 1 lembar soal yang juga digunakan sebagai lembar untuk menjawab. Selama kegiatan evaluasi berlangsung, siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama dan mencontek jawaban teman maupun buku. Pada kegiatan ini, aktivitas guru hanya mengawasi berlangsungnya kegiatan evaluasi agar berjalan secara tertib. Setelah kegiatan evaluasi selesai dilaksanakan, siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban siswa di meja guru. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian PR dan motivasi dari guru agar siswa tetap rajin belajar.
4.1.1.3 Analisis dan Refleksi Siklus I Pada akhir siklus 1 ini diketahui bahwa pembelajaran yang terjadi belum optimal. Aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan refleksi peneliti terhadap hasil observasi aktivitas siswa, guru, nilai evaluasi siklus 1, dan catatan lapangan diketahui masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu:
38 a. Siswa masih sulit untuk dikondisikan, seperti bermain-main di dalam kelas, mengganggu teman yang beda kelompok, keluar masuk kelas dengan tanpa alasan, dan tidak menghiraukan tugasnya. b. Penggunaan waktu pembelajaran belum sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Guru sering kali kekurangan jam pelajaran karena waktu efektif belajar sebagian besar habis untuk mengkondisikan kelas. c. Pada pembentukan kelompok, suasana kelas menjadi tidak efektif karena siswa berebut tempat duduk dan sibuk memutar bangku. Ada pula siswa yang malu untuk bergabung dengan kelompoknya karena merasa dirinya tidak mampu dan memilih duduk memisah dari kelompoknya d. Diskusi pada beberapa kelompok belum berjalan dengan baik karena ketidakcocokan antar anggota, seperti ada beberapa anggota kelompok yang tidak mau bekerja sama dan hanya mengandalkan teman kelompoknya. e. Siswa masih enggan untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat. f. Guru belum maksimal dalam pengelolaan pembelajaran dan pengkondisian kelas, sehingga banyak siswa yang melakukan kegiatan lain, seperti mengobrol dan mengganggu teman. g. Persentase siswa yang belum mencapai KKM (< 56) masih besar, yaitu sebanyak 58,33 %, sedangkan yang sudah mencapai KKM (≥ 56)
baru
sebanyak 41,67% atau sebanyak 15 orang siswa.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1 menjadi indikator bahwa aktivitas siswa dan guru belum optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan. Adapun perbaikan yang harus dilakukan pada siklus 2 adalah :
39 a. Guru lebih memotivasi siswa untuk bersikap produktif dan tidak sekedar bermain-main saja di dalam kelas. b. Guru harus memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. c. Guru harus membuat suatu cara yang lebih efektif dalam pembentukan kelompok. d. Guru harus memberikan bimbingan lebih kepada siswa dalam mengamati bagian yang harus dicari sifat-sifatnya. e. Guru lebih memotivasi siswa untuk mau bertanya dan menjawab pertanyaan guru serta pentingnya kerjasama dalam kelompok. f. Guru lebih memfokuskan perhatian kepada siswa dengan memberikan teguran pada siswa yang melakukan aktivitas diluar aktivitas pembelajaran. g. Pada kegiatan presentasi guru membimbing siswa menyusun prosedur formal/baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks.
Selain kekurangan-kekurangan tersebut, ada catatan positif yang perlu peneliti pertahankan pada siklus selanjutnya diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan masalah-masalah kontekstual kepada siswa yang mampu mengantarkan siswa kepada pemahaman yang lebih baik terhadap pemecahan masalah. b. Penggunaan
media
pembelajaran
dan
masalah-masalah
kontekstual,
pemberian kebebasan kepada siswa untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri.
40 c. Pemberian kebebasan kepada siswa untuk menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. d. Pemberian reward kepada siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4.1.2
Siklus II
4.1.2.1 Perencanaan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran yang berupa kubus simulasi, balok simulasi, tabung simulasi, prisma tegak simulasi, kerucut simulasi, limas simulasi, LKS, hasil tes siklus I, lembar tes tertulis II, dan lembar observasi.
4.1.2.2 Pelaksanaan Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah sifat-sifat kubus, balok, dan tabung. Pembelajaran diawali dengan menginformasikan hasil tes dan mengumumkan kelompok terbaik pada siklus I. Selain itu, guru juga memberikan reward kepada kelompok terbaik dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya dan siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam evaluasi siklus I. Selanjutnya guru mengemukakan pertanyaan pembuka yang dikaitkan secara langsung dengan pengalaman yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, misalnya, siapakah yang tahu, berbentuk apakah ruangan ini anak-anak? Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk berargumentasi sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa.
41 Kegiatan dilanjutkan dengan pembagian kelompok belajar dengan mengajak seluruh siswa untuk berkumpul di halaman kelas, kemudian guru meminta siswa untuk mengambil nomor secara acak di dalam kotak yang telah disediakan. Setelah siswa selesai mengambil nomor, siswa diminta untuk berkumpul
dengan
anggota
kelompoknya
sesuai
dengan
nomor
urut
kelompoknya. Siswa dibimbing untuk masuk kelas dengan kelompoknya masingmasing sesuai dengan nomor urut yang mereka miliki. Kemudian guru membagikan LKS yang berisi masalah-masalah kontekstual. Dengan media yang dibagikan, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual tentang sifat-sifat bangun ruang yang ada pada LKS. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri ,menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka sendiri. Pada saat proses ini berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Ketika kegiatan diskusi kelompok berlangsung, guru memberikan bimbingan dan pengarahan kepada setiap kelompok agar mereka dapat bekerja sama dengan tertib. Siswa yang tidak mau berdiskusi pada siklus I, pada pertemuan ini sudah mau berdiskusi karena mereka sudah mendapat bimbingan dari guru dan anggota kelompok yang aktif. Selain itu, siswa sudah mulai mampu menemukan sifat-sifat benda nyata yang diamati (misalnya : ukuran dan bentuk) dan mampu menyelesaikan beberapa masalah yang disajikan pada LKS. Akan tetapi, masih ada beberapa orang siswa yang melakukan kegiatan lain, seperti mengobrol, bermain-main dengan temannya yang lain, dan mengandalkan teman lainnya.
42 Setelah kegiatan diskusi dengan anggota kelompok selesai dilaksanakan, guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas secara bergantian. Guru menunjuk secara acak beberapa kelompok yang harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok menggunakan kartu undian. Sedangkan kelompok lain yang belum mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dibimbing guru untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Kegiatan ini dilanjutkan dengan presentasi dari masing-masing kelompok atas temuan-temuan sifat bangun datar yang telah mereka amati bahkan mereka ukur. Pada saat kegiatan presentasi hasil diskusi berlangsung, masih terdapat satu kelompok yang kurang percaya diri untuk memaparkan hasil kerjanya. Rasa kurang percaya diri siswa ini disebabkan oleh ketakutan mereka bila jawaban mereka salah. Sehingga guru harus membujuknya terlebih dahulu. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan presentasi, interaksi, dan transaksi guru membimbing siswa menyusun prosedur formal/baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Sebagai tindak lanjut, pada akhir kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk mengerjakan soal dan diberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi sifat-sifat kubus, balok, dan tabung. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan dan memberikan motivasi untuk tetap rajin belajar. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah sifat-sifat prisma tegak segitiga, kerucut, dan limas. Kegiatan Pembelajaran diawali dengan
43 membahas PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menunjukkan beberapa gambar pendukung seperti gambar piramida, gambar kubah masjid, dan gambar bangunan berbentuk prisma segitiga. Selanjutnya guru mengemukakan pertanyaan pembuka yang dikaitkan secara langsung dengan pengalaman yang dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari, misalnya, siapakah yang tahu, berbentuk apakah gambar-gambar ini anak-anak? Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk berargumentasi sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa untuk berpartisapasi aktif dalam kegiatan pembelajara agar mendapatkan reward yang telah disediakan guru pada akhir siklus II. Kegiatan inti pada pertemuan kedua ini diawali dengan bimbingan guru kepada semua siswa agar kembali bergabung dengan anggota kelompoknya yang telah dibentuk pada kegiatan pembelajaran sebelumnya. Setelah setiap kelompok menempati tempat duduknya masing-masing, guru membagikan prisma segitiga, kerucut, limas, dan LKS. Dengan media yang dibagikan, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual tentang sifat-sifat bangun ruang yang ada pada LKS. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri ,menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka sendiri. Pada saat proses ini berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru secara intensif memberikan bimbingan dan arahan kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. Guru juga tetap memberikan motivasi semangat kepada
44 kelompok yang tidak menemui kesulitan agar tetap merasa mendapat perhatian dari guru. Pada pertemuan kedua ini, kegiatan diskusi sudah berjalan cukup baik, sebagian besar siswa sudah mau berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing dalam mengerjakan LKS. Setelah kegiatan diskusi dengan anggota kelompok selesai dilaksanakan, guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas secara bergantian. Guru menunjuk secara acak beberapa kelompok yang harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok menggunakan kartu undian. Sedangkan kelompok lain yang belum mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dibimbing guru untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setelah kegiatan diskusi dilaksanakan guru membimbing siswa menyusun prosedur formal/baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soalsoal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Sebagai tindak lanjut, pada akhir kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk mengerjakan soal dan diberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi sifat-sifat prisma tegak segitiga, kerucut, dan limas. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan dan memberikan motivasi untuk tetap rajin belajar. Pada pertemuan ketiga, materi yang dibahas adalah melaksanakan evaluasi siklus II tentang sifat-sifat bangun ruang. Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengingat kembali materi sebelumnya tentang sifat-sifat bangun ruang dan mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang telah dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Selanjutnya guru
45 memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap aktif dalam pembelajaran, karena guru akan memberikan reward kembali kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi dan paling aktif selama siklus II berlangsung. Setelah kegiatan pendahuluan dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bersiap-siap mengerjakan evaluasi siklus II tentang sifat-sifat bangun ruang. Setiap siswa diberi 1 lembar soal yang juga digunakan sebagai lembar untuk menjawab. Selama kegiatan evaluasi berlangsung, siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama dan mencontek jawaban teman maupun buku. Pada kegiatan ini, aktivitas guru hanya mengawasi berlangsungnya kegiatan evaluasi agar berjalan secara tertib. Setelah kegiatan evaluasi selesai dilaksanakan, siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban siswa di meja guru. Sebagai tindak lanjut, kegiatan akhir dilanjutkan dengan pemberian PR dan motivasi dari guru agar siswa tetap rajin belajar.
4.1.2.3 Analisis dan Refleksi Siklus II Penerapan pendekatan RME pada siklus II sudah lebih baik dari pada siklus I. Aktivitas siswa mengalami peningkatan, karena siswa sudah mampu menganalisa sifat-sifat bangun ruang dengan cara mengamati dan mampu bekerja sama secara baik dengan kelompoknya masing-masing. Beberapa hal yang menjadi fokus perbaikan siklus I pada siklus II diantaranya adalah:
a. Guru lebih memotivasi siswa untuk bersikap produktif dan tidak sekedar bermain-main saja di dalam kelas telah dilaksanakan dengan intensif kepada masing-masing kelompok secara bergantian. Kegiatan ini dilakukan dengan
46 cara mendatangi setiap kelompok pada saat guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. b. Guru mampu memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. Sehingga guru tidak lagi kekurangan waktu mengajarnya seperti pada pelaksanaan siklus I. c. Guru mampu membuat suatu cara yang lebih efektif dalam pembentukan kelompok, yaitu dengan cara membuat kartu bilangan 1 – 9 rangkap 4. Kemudian siswa diajak untuk berkumpul di halaman kelas dan meminta mereka mengambil kartu bilangan secara acak di kotak yang telah disediakan. Setelah siswa mengambil kartu bilangan, siswa diminta untuk berkumpul dengan siswa lain yang memiliki kartu bilangan yang sama. Selanjutnya secara berurutan mereka memasuki kelas secara tertib. d. Guru telah memberikan bimbingan lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengamati media pembelajaran yang harus diidentifikasi sifat-sifatnya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pemberian arahan kepada hal-hal yang menjadi fokus permasalahan yang harus diselesaikan pada LKS tanpa memberitahukan jawabannya. e. Guru telah menunjukkan sikap yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk mau bertanya dan menjawab pertanyaan guru serta pentingnya kerjasama dalam kelompok. Kegiatan untuk membangkitkan semangat ini dilakukan guru dengan cara memberikan pujian dan arahan kepada siswa setiap kegiatan pembelajaran baru dimulai dan kegiatan pembelajaran berakhir. Siswa yang secara aktif mau menanyakan kesulitan dan tidak malu menjawab pertanyaan guru juga akan mendapat reward pada kegiatan pembelajaran siklus selanjutnya.
47 f. Guru mampu memfokuskan perhatian kepada siswa yang melakukan aktivitas diluar aktivitas pembelajaran dengan memberikan teguran secara langsung.
Sedangkan aktivitas positif yang peneliti pertahankan pada siklus II ini selain yang telah dilaksanakan pada Siklus I adalah pada akhir kegiatan diskusi, guru membimbing siswa menyusun prosedur formal/baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks. Pada pelaksanaan siklus II ini, peneliti juga masih menemukan beberapa kekurangan, yaitu:
a. Beberapa siswa belum bisa bekerja sama dalam kelompok dan lebih mengandalkan temannya dalam satu kelompok yang lebih pintar. b. Beberapa kelompok masih enggan untuk mempresentasikan hasil diskusi. Mereka merasa malu bila hasil pemaparan kelompoknya salah. c. Siswa yang belum mencapai KKM (<56) masih banyak, yaitu sebanyak 11 orang siswa atau 30,56 %.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II mengakibatkan hasil belajar siswa juga belum optimal. Selain tetap mempertahankan hal-hal positif pada pertemuan sebelumnya, perlu dilakukan beberapa perbaikan. Adapun perbaikan yang akan dilakukan pada siklus III yaitu:
a. Pemberian bimbingan dan perhatian pada saat kegiatan diskusi berlangsung difokuskan untuk kelompok yang mengalami kesulitan dalam belajar kelompok.
48 b. Guru membimbing siswa menyusun prosedur formal/baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. c. Guru menunjuk beberapa kelompok yang enggan untuk presentasi agar presentasi berikutnya dilakukan oleh kelompok mereka.
4.1.3
Siklus 3
4.1.3.1 Perencanaan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), potongan kertas berbentuk persegi, potongan kertas berbentuk persegi panjang, potongan kertas berbentuk segitiga, potongan kertas berbentuk jajargenjang, kubus simulasi, balok simulasi, tabung simulasi, limas simulasi, LKS, hasil tes siklus II, lembar tes tertulis siklus III, dan lembar observasi.
4.1.3.2 Pelaksanaan Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bangun datar. Kegiatan pendahuluan diawali dengan menginformasikan hasil tes dan mengumumkan kelompok terbaik pada siklus II. Kemudian guru juga memberikan reward kepada kelompok terbaik dalam kegiatan pembelajaran siklus II dan siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam evaluasi siklus II. Selanjutnya guru mengemukakan pertanyaan pembuka yang dikaitkan secara langsung dengan pengalaman yang dimiliki siswa yang berhubungan dengan bangun datar, misalnya siapakah diantara kalian yang tahu berapakah jumlah keramik yang ada di lantai kelas ini anak-anak? Apakah kalian tahu, bahwa jumlah keramik yang ada di lantai kelas ini juga disebut sebagai luas
49 lantai kelas ini? Pada kegiatan ini siswa diberikan kebebasan untuk menghitung jumlah keramik dengan cara yang mereka ketahui. kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan ajakan kepada siswa untuk berkumpul dengan anggota kelompoknya yang telah dibentuk pada siklus II. Siswa diminta untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS yang telah disediakan guru. Dengan LKS tersebut, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual tentang sifat-sifat bangun datar. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri ,menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka sendiri. Pada saat proses ini berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru secara intensif memberikan bimbingan dan arahan kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. Siswa yang tidak mau berdiskusi pada siklus II, pada pertemuan ini sudah mau berdiskusi karena mereka sudah dibimbing oleh guru dan meminta anggota kelompok yang bersangkutan untuk dapat membantunya. Namun yang menjadi kendala pada pertemuan ini adalah kemampuan siswa dalam berhitung masih kurang. Karena sebagian siswa belum begitu hafal perkalian dan pembagian 6 – 10. Sehingga mereka memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan LKS. Guru juga tetap memberikan motivasi kepada kelompok yang tidak menemui kesulitan agar tetap merasa mendapat perhatian dari guru. Setelah kegiatan diskusi dengan anggota kelompok selesai dilaksanakan, guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di
50 depan kelas secara bergantian. Kelompok yang pertama kali menyampaikan hasil diskusi
adalah
kelompok
yang
pada
siklus
II
enggan
untuk
maju
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan kelompok lainnya. Sedangkan kelompok lain yang belum mendapat giliran untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dibimbing guru untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan
hasil
diskusi
kelompok.
Setelah
kegiatan
presentasi
dilaksanakan guru membimbing siswa menyusun prosedur formal/baku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Sebagai tindak lanjut, pada akhir kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk mengerjakan soal dan diberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi penyelesaian masalah yang berhubungan dengan bangun datar. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap rajin belajar. Pada pertemuan kedua, materi yang dibahas adalah menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan bangun ruang. Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengajak siswa untuk membahas PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru memberikan pertanyaan pembuka kepada siswa yang berkaitan dengan masalah bangun ruang. Misalnya, siapakah yang tahu berapa jumlah siswa ruangan kelas ini anak-anak? Lalu berbentuk apakah ruangan ini anak-anak? Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang diharapkan mampu dicapai siswa.
51 Setelah kegiatan pendahuluan dilaksanakan, siswa dibimbing guru untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan bersama-sama. Pada pertemuan kedua ini, bilangan-bilangan yang harus dikali atau dibagi lebih diperkecil, yaitu hanya sampai pada dua digit saja. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penanaman konsep kepada siswa mengingat mereka masih mengalami kesulitan dengan operasi hitung perkalian dan pembagian lebih besar dari bilangan ratusan. Dengan LKS tersebut, siswa dibimbing untuk memecahkan masalah-masalah kontekstual tentang sifat-sifat bangun datar. Mereka diberi kebebasan untuk menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri ,menemukan pemecahan atas masalah yang diberikan dengan usaha mereka sendiri. Pada saat proses ini berlangsung, setiap kelompok dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan kelompok lain. Kegiatan diskusi pada pertemuan kedua ini jauh lebih baik dari pada pertemuan pertama, karena hampir semua siswa sudah mau berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya masingmasing. Setelah kegiatan diskusi dengan anggota kelompok selesai dilaksanakan, guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas secara bergantian. Kelompok yang pertama kali menyampaikan hasil diskusi adalah kelompok yang pada pertemuan pertama mendapat giliran terakhir dalam menyampaikan presentasi di depan kelas. Sedangkan kelompok lainnya dibimbing guru untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan
52 pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap rajin belajar. Sebagai tindak lanjut, pada akhir kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk mengerjakan soal dan diberi pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi penyelesaian masalah yang berhubungan dengan bangun ruang. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan dan memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap rajin belajar. Pada pertemuan ketiga, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah melaksanakan evaluasi siklus III untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengingat kembali materi sebelumnya
tentang dengan cara membahas PR yang telah
diberikan pada pertemuan sebelumnya dan mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang telah dipelajari, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap aktif dalam pembelajaran, karena guru akan memberikan reward kembali kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi dan paling aktif selama siklus III berlangsung. Setelah kegiatan pendahuluan dilaksanakan, guru meminta siswa untuk bersiap-siap mengerjakan evaluasi siklus III tentang penyelesain masalah seharihari yang berkaitan dengan bagun datar dan bangun ruang. Setiap siswa diberi 1 lembar soal yang juga digunakan sebagai lembar untuk menjawab. Selama kegiatan evaluasi berlangsung, siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama dan mencontek jawaban teman maupun buku. Pada kegiatan ini, aktivitas guru hanya
53 mengawasi berlangsungnya kegiatan evaluasi agar berjalan secara tertib. Setelah kegiatan evaluasi selesai dilaksanakan, siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban siswa di meja guru. Sebagai tindak lanjut, kegiatan akhir dilanjutkan dengan pemberian PR dan motivasi dari guru agar siswa tetap rajin belajar.
4.1.3.3 Analisis dan Refleksi Selama kegiatan pembelajaran pada siklus III berlangsung, ada beberapa catatan yang menjadi temuan peneliti, diantaranya yaitu:
a. Motivasi yang dilakukan guru dengan cara mendatangi setiap kelompok mampu meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa terhadap tugas kelompoknya. b. Pembentukan kelompok yang dilaksanakan pada satiap siklus sebelumnya mampu menghemat waktu secara efektif. Sehingga guru tidak lagi kekurangan waktu dalam melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat. c. Pemberian bimbingan yang dilakukan guru secara intensif kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS telah membangkitkan motivasi siswa untuk mengerjakan LKS. d. Pemberian reward pada setiap siklus dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk menyelesaikan tugas. e. Pemberian perhatian secara intensif kepada siwa yang melakukan aktivitas diluar aktivitas pembelajaran dengan memberikan teguran secara langsung mampu mengurangi kegaduhan di dalam kelas.
54 f. Hasil belajar pada siklus III menunjukkan siswa yang mencapai KKM (≥ 56) sebanyak 31 siswa atau 86,1 %. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM (<56) sebanyak 5 siswa atau 13,9 %.
Dari beberapa temuan di atas, proses pembelajaran pada siklus III menunjukkan sudah berjalan lebih baik dari pada dua siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus III. Meskipun proses pembelajaran pada siklus III sudah berjalan sesuai harapan, perbaikan proses pembelajaran harus terus dilakukan sebagai upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang lebih baik lagi. Berdasarkan paparan pada siklus I, II, dan III rekomendasi untuk perbaikan tindakan pada pendekatan RME selanjutnya adalah:
a. Mempertahankan kinerja yang sudah baik pada proses pembelajaran yang telah dilakukan, beberapa diantaranya guru selalu tampil semangat dan bersedia memberikan bimbingan secara intensif kepada setiap kelompok. b. Selalu memperhatikan alokasi waktu untuk setiap tahapan yang dimuat pada RPP agar sesuai dengan rencana pembelajaran. c. Menggunakan variasi pembelajaran untuk menghilangkan kejenuhan siswa, seperti menggunakan kartu bilangan pada saat pembagian kelompok, siswa diajak keluar kelas untuk membentuk kelompok, dan pemberian reward kepada kelompok yang aktif dan siswa yang berprestasi. d. Pemberian motivasi terhadap siswa guna meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran.
55 4.2
Hasil Penelitian
4.2.1
Aktivitas Belajar siswa Analisis terhadap data aktivitas belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan RME di SDN 02 Metro Timur adalah sebagai berikut. Tabel 5. Data Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran RME
Siklus I II III
Aktivitas Rata-rata Siswa 68, 3 % 76,8 % 77,8 %
Kriteria Cukup Aktif Aktif Aktif
Untuk mempermudah melihat peningkatan aktivitas rata-rata siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan RME, di bawah ini disajikan diagram batang.
Gambar 2. Diagram Batang Kenaikan Rata-rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran RME Dari gambar di atas nampak bahwa terjadi kenaikan rata-rata skor aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 8,5%, dan dari siklus II ke siklus III sebesar 1% selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan RME.
56 4.2.2
Kinerja Guru Analisis terhadap data kinerja guru setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan RME di SDN 02 Metro Timur adalah sebagai berikut. Tabel 6. Data Persentase Kinerja Guru dalam Pembelajaran RME Siklus I II III
Rata-rata % Kinerja Guru Skor Persentase 4,3 86% 4,5 90% 4,8 96%
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Untuk mempermudah melihat peningkatan persentase kinerja guru selama menggunakan pendekatan RME disajikan diagram batang seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. Diagram Batang Kenaikan Rata-rata Persentase Kinerja Guru dalam Pembelajaran RME
Dari gambar di atas nampak bahwa terjadi kenaikan rata-rata persentase kinerja guru dari siklus I ke siklus II sebesar 4%, dan dari siklus II ke siklus III sebesar 6% selama menggunakan pendekatan RME.
57 4.2.3
Hasil Belajar Siswa Analisis terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan RME di SDN 02 Metro Timur adalah sebagai berikut. Tabel 7. Persentase nilai tes siklus 1 kelas Vb SDN 02 Metro Timur
Nomor Kriteria
Jumlah
Persentase
1.
Gagal
13
36%
2.
Kurang
8
22%
21
58%
Tidak Mencapai KKM 3.
Cukup
10
28%
4.
Baik
5
14%
5.
Baik Sekali
0
0%
15
42%
Mencapai KKM
Berdasarkan daftar nilai di atas, berikut ini disajikan gambar diagram batang dan diagram lingkaran menurut klasifikasi tingkat kecakapan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 2 menggunakan pendekatan RME.
58
Gambar 4. Diagram Batang Klasifikasi Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Siklus 1 Berdasarkan Tingkat Kecakapan
Gambar 5. Diagram Lingkaran Persentase Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Siklus 1 Berdasarkan Tingkat Kecakapan Siswa Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 1 menggunakan pendekatan RME persentase klasifikasi siswa pada tingkat gagal sebanyak 36 %, persentae siswa pada tingkat kurang sebanyak
59 22 %, persentase siswa pada tingkat cukup sebanyak 28 %, persentase siswa pada tingkat baik sebanyak 14 %, dan persentase siswa pada tingkat baik sekali sebanyak 0 %. Selain itu, berdasarkan daftar nilai tes siklus 1 di atas disajikan pula gambar diagram batang dan diagram lingkaran hasil belajar siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SDN 02 Metro Timur seperti nampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Diagram Batang Klasifikasi Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (56) Siklus 1
60
Gambar 7. Diagram Lingkaran Persentase Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (56) Siklus 1 Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 1 menggunakan pendekatan RME, persentase siswa yang mencapai KKM (> 56) sebanyak 42 % dan persentase siswa yang belum tuntas KKM (< 56) sebanyak 58 %. Tabel 8. Persentase nilai tes siklus 2 kelas Vb SDN 02 Metro Timur Nomor Kriteria
Jumlah
Persentase
1.
Gagal
3
8%
2.
Kurang
8
22%
11
30%
Tidak Mencapai KKM 3.
Cukup
11
31%
4.
Baik
12
33%
5.
Baik Sekali
2
6%
15
70%
Mencapai KKM
61 Berdasarkan daftar nilai di atas, berikut ini disajikan gambar diagram batang dan diagram lingkaran menurut klasifikasi tingkat kecakapan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 2 menggunakan pendekatan RME.
Gambar 8. Diagram Batang Klasifikasi Siswa Berdasarkan Tingkat Kecakapan Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus 2
Gambar 9. Diagram Lingkaran Persentase Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Tingkat Kecakapan Siswa Siklus 2
62 Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 2 menggunakan pendekatan RME persentase klasifikasi siswa pada tingkat gagal sebanyak 8 %, persentae siswa pada tingkat kurang sebanyak 22 %, persentase siswa pada tingkat cukup sebanyak 31 %, persentase siswa pada tingkat baik sebanyak 33 %, dan persentase siswa pada tingkat baik sekali sebanyak 6 %. Selain itu, berdasarkan daftar nilai tes siklus 2 di atas disajikan pula gambar diagram batang dan diagram lingkaran hasil belajar siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SDN 02 Metro Timur seperti nampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 10. Diagram Batang Klasifikasi Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (56) Siklus 2
63
Gambar 11. Diagram Ligkaran Persentase Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (56) Siklus 2 Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 2 menggunakan pendekatan RME, persentase siswa yang mencapai KKM (> 56) sebanyak 42 % dan persentase siswa yang belum tuntas KKM (< 56) sebanyak 58 %. Tabel 9. Persentase nilai tes siklus 3 kelas Vb SDN 02 Metro Timur Nomor Kriteria
Jumlah
Persentase
1.
Gagal
0
0%
2.
Kurang
5
14
5
14%
Tidak Mencapai KKM 3.
Cukup
16
44%
4.
Baik
15
42%
5.
Baik Sekali
0
0%
31
85%
Mencapai KKM
64 Berdasarkan daftar nilai di atas, berikut ini disajikan gambar diagram batang dan diagram lingkaran menurut klasifikasi tingkat kecakapan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 3 menggunakan pendekatan RME.
Gambar 12. Diagram Batang Klasifikasi Siswa Berdasarkan Tingkat Kecakapan Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus 3
Gambar 13. Diagram Lingkaran Persentase Siswa Berdasarkan Tingkat Kecakapan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus 3
65 Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 3 menggunakan pendekatan RME persentase klasifikasi siswa pada tingkat gagal sebanyak 0 %, persentae siswa pada tingkat kurang sebanyak 14 %, persentase siswa pada tingkat cukup sebanyak 44 %, persentase siswa pada tingkat baik sebanyak 42 %, dan persentase siswa pada tingkat baik sekali sebanyak 0 %. Selain itu, berdasarkan daftar nilai tes siklus 3 di atas disajikan pula gambar diagram batang dan diagram lingkaran hasil belajar siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SDN 02 Metro Timur seperti nampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 14. Diagram Batang Klasifikasi Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (56) Siklus 3
66
Gambar 15. Diagram Lingkaran Persentasi Klasifikasi Siswa Kelas Vb SDN 02 Metro Timur Berdasarkan Tingkat Kriteria Ketuntasan Minimal (56) Siklus 3
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa selama mengikuti kegiatan pembelajaran siklus 3 menggunakan pendekatan RME, persentase siswa yang mencapai KKM (> 56) sebanyak 86 % dan persentase siswa yang belum tuntas KKM (< 56) sebanyak 14 %. Setelah dilakukan analisa terhadap daftar nilai hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 disajikan tabel data ketuntasan belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan RME sebagai berikut.
67 Tabel 10. Data Ketuntasan Belajar Siswa dalam Pembelajaran RME
Siklus I II III
Ketuntasan Belajar Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Persentase Jumlah Persentase 15 42% 21 58% 25 69% 11 31% 31 86% 5 14%
Berdasarkan data ketuntasan belajar di atas, berikut ini disajikan gambar kurva hasil siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dari siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 menggunakan pendekatan RME.
Gambar 4. Kurva Ketuntasan Belajar Siswa dalam Pembelajaran RME Berdasarkan kurva di atas, dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas dalam kegiatan pembelajaran (≥ 56) mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 27%, dan dari siklus II siklus III sebesar 17%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan pendekatan RME dapat
68 meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kinerja guru yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. 4.3
Pembahasan Pada siklus I, aktivitas belajar rata-rata siswa adalah 68,3% , sesuai
dengan klasifikasi aktivitas belajar yang dikemukakan Memes dalam Suherman (2008: 30) berarti dalam pembelajaran siklus I, siswa sudah cukup aktif. Namun, sebagian siswa masih belum terbiasa belajar menggunakan pendekatan RME, hal ini tampak pada beberapa siswa yang belum siap mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa masih enggan untuk bertanya kepada temannya maupun kepada guru dan tampak tidak bersemangat dalam diskusi kelompok, sehingga beberapa siswa cenderung mengerjakan LKS secara individu dan merasa teman satu kelompoknya tidak bisa diajak berdiskusi dan bekerja sama. Ada pula yang berjalan-jalan dan mengganggu kelompok lain dengan tujuan ingin melihat hasil diskusi kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Pitajeng (2006: 3) bahwa orang yang belum bisa memahami apa yang dipelajarinya tidak menyenangi kegiatan tersebut. Akibatnya, aktivitas belajar tidak sesuai harapan. Oleh karena itu dilakukan beberapa usaha perbaikan, seperti keterlibatan guru dalam kelompok, memotivasi siswa untuk lebih siap mengikuti pelajaran, sehingga memiliki keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya pada saat diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa baru mencapai 49,58 yang berarti sebagian siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan. Sedangkan apabila dilihat dari jumlah siswa yang tuntas belajar, terdapat 15 orang siswa yang tuntas dan 21 orang siswa belum tuntas. Sebagian besar dari 21 siswa yang belum tuntas
69 tersebut mengalami hambatan pada ranah pemahaman terhadap sifat-sifat bangun datar. Pada siklus ini, terbukti bahwa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran mendapatkan hasil belajar yang belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Pada siklus II, aktivitas siswa mulai menunjukkan peningkatan, dengan rata-rata persentase aktivitas siswa mencapai 76,8%. Angka ini menunjukkan bahwa dalam siklus II sebagian besar siswa telah aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keadaan ini terjadi karena pada siklus II siswa telah mengikuti 3 kali pertemuan dengan pembelajaran yang RME. Pada siklus ini, sebagian besar siswa sudah mulai berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, diskusi kelompok dan lebih bersemangat dalam mengerjakan LKS, karena sebagian besar anggota ikut bekerja dan hanya sedikit yang saling mengandalkan teman, serta memberikan tanggapan terhadap hasil kerja kelompok lain. Akan tetapi, masih ada siswa yang belum menunjukkan semangat dalam kegiatan pembelajaran ketika ditanya tentang sisi dalam ruang kelas, siswa tersebut tidak bisa menjawabnya dan hanya diam saja. Oleh karena itu, pada siklus II ini dilakukan bimbingan yang intensif kepada siswa yang belum bersemangat dalam belajar kelompok, meningkatkan pemantauan terhadap seluruh kelompok agar siswa aktif dalam diskusi kelompok, dan memotivasi siswa untuk lebih bekerjasama dalam kelompok. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 62,22 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 25 orang dan 11 orang siswa belum tuntas belajar. Keberhasilan yang dicapai siswa pada siklus II ini lebih besar pada aspek pengetahuan saja dan dari 11 orang siswa yang belum tuntas belajar
70 tersebut, sebagaian besar mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat bangun ruang pada tahap pemahaman dan anaslisis. Meskipun masih terdapat siswa yang belum tuntas, namun tampak bahwa telah terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Siswa yang tidak tuntas sebagian besar adalah siswa yang tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus III, rata-rata aktivitas siswa mencapai 77,8%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan rata-rata persentase siswa aktif dari siklus II ke siklus III, karena pada siklus III siswa sudah mulai memahami tujuan yang diharapkan dari penerapan pendekatan RME. Rasa takut untuk bertanya, menjawab pertanyaan ataupun memberikan tanggapan telah hilang dari siswa. Selain itu, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan konsep matematika pun mulai meningkat. Kegiatan diskusi sudah berlangsung sesuai dengan yang diharapkan, tetapi masih ada beberapa siswa yang melakukan kegiatan di luar diskusi ketika sesi diskusi berlangsung. Pada siklus III, rata-rata hasil belajar mencapai 63,89 sedangkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 31 orang dari 36 orang siswa. Selama proses pembelajaran pada siklus III, siswa menunjukkan aktivitas belajar yang lebih baik dibandingkan dua siklus sebelumnya. Kompleksitas kompetensi yang dimilik siswa pun telah meningkat, dari tingkat pengetahuan ke tingkat pemahaman. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pemahaman terhadap soal meningkat. Pengalaman belajar yang baik tentunya akan memberikan efek dan input yang baik pula bagi siswa itu sendiri. Sehingga ketika diadakan tes untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
71 materi yang telah disampaikan hasilnya cukup memuaskan. Namun, yang menjadi kendala pada siklus ini adalah kemampuan perkalian dan pembagian siswa yang masih rendah. Sehingga soal yang digunakan pada siklus ini pun hanya sampai pada dua digit. Berdasarkan pembahasan pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 di atas menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas belajar siswa berdampak pada hasil belajar siswa menggunakan pendekatan RME. Peningkatan ini terjadi karena siswa secara bertahap menyenangi apa yang mereka pelajari sehingga berdampak pada hasil belajar yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Prashing (2007: 29) yang menyatakan bahwa semua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari apa pun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik sesuai dengan kekuatan pribadi mereka sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Pitajeng (2006: 3) yang menyatakan bahwa orang yang belajar akan merasa senang apabila memahami apa yang dipelajarinya. Selain itu, menurut kriteria keberhasilan penelitian dapat dinyatakan bahwa penelitian ini berhasil. Karena aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya dan pada akhir siklus (siklus 3) persentase siswa yang mencapai KKM (> 56) di atas 75%, yaitu mencapai sebanyak 86 %. Hal ini berarti penerapan pendekatan RME secara efektif telah meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas Vb SDN 02 Metro Timur yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar.