1
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas yang telah berlangsung dalam dua siklus diselenggarakan berdasarkan prosedur dengan mengharapkan adanya perubahan baik dari segi proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa hingga mencapai pada indikator kinerja sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya. Setiap akhir tindakan siklus dilakukan observasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa. Hasil dari observasi dan evaluasi akan menjadi data penelitian. Data tersebut dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian direfleksi. Hasil inilah yang menjadi konsentrasi penulis dalam menguraikannya pada bab ini. Selengkapnya hasil penelitian dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Observasi Awal a. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi awal pada kegiatan pembelajaran pada materi permainan bulutangkis, khususnya pada pembelajaran gerak dasar servis panjang forehand memperlihatkan kondisi yang kurang efektif. Yang paling utama terlihat adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru. Tampak bahwa kegiatan pembelajaran lebih banyak siswa belajar sendiri tanpa ada bantuan guru, terutama dalam memberikan demonstrasi atau yang memodelkan gerak dasar servis panjang forehand yang nantinya akan ditiru oleh siswa. Para siswa belajar gerak
34
2
dasar tersebut secara bebas tanpa mempertimbangkan apakah yang dilakukannya sudah benar atau tidak. b. Hasil Observasi Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Ferehand Adapun hasil pengamatan penempilan gerak dasar servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas V SDN 1 Suwawa Tengah dapat diklasifikasi sebagai berikut: Terdapat 5 orang atau 29,4% tergolong klasifikasi “baik”, 5 orang atau 29,4% tergolong klasifikasi “cukup”, dan 7 orang lainnya atau 41,2% tergolong klasifikasi “kurang”, sedangkan daya serap klasikal sebesar 67 tergolong klasifikasi “cukup”. Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel dan diagram pada halaman berikut. Tabel 2. Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Awal Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Forehand Klasifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Jumlah Siswa 5 5 7 17
Persentase 29,4% 29,4% 41,2% 100%
Daya Serap Klasikal
67
70 60
Jlh. Siswa
50
Persentase
40
Daya Serap Klasikal
30 20 10 0 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3
c. Refleksi Berdasarkan hasil observasi baik berupa penampilan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panjang forehand maupun berupa kegiatan pembelajaran, maka disimpulkan bahwa hal tersebut merupakan suatu persoalan yang perlu dicarikan solusinya. Oleh karena itu, peneliti menetapkan pendekatan pembelajaran modeling sebagai alternatif yang ditempuh untuk menanggulangi persoalan dimaksud. 2. Siklus I Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran. Ketika proses serta pada akhir pembelajaran, dilakukan observasi proses pembelajaran yang menyangkut kegiatan guru dan siswa, dan evaluasi atau observasi penampilan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis. a. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan modeling dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panganb forehand, maka untuk mengetahuinya, peneliti menggunakan lembar observasi proses pembelajaran yang akan diisi oleh pengamat sesuai dengan permintaan dalam format ataupun informasi yang diperoleh pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi yang didapat pada pelaksanaan siklus I dari 24 indikator pengamatan dapat dijelaksan bahwa ada 15 indikator atau 62,5% yang sudah terlaksana, sedangkan 9 indikator
4
lainnya atau sebesar 37,5% belum terlaksana. Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel dan diagram berikut. Tabel 3. Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Keterlaksanaan
Jumlah Indikator
Persentase
Ya
15
62,5%
Tidak
9
37,5%
70 60 50 40
Jumlah Indikator
30
Persentase
20 10 0 Ya
Tidak
b. Hasil Observasi Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Ferehand Hasil observasi penampilan gerak dasar servis panjang ferehand dalam permainan bulutangkis pada siklus I dapat diklasifikasi sebagai berikut: pada klasifikasi “sangat baik” telah dicapai sebanyak 2 orang atau 12%, pada klaslifikasi “baik” sebanyak 10 orang atau 59%, dan 5 orang lainnya atau 29% pada klasifikasi “cukup”, sedangkan daya serap klasikal sebesar 79 termasuk klasifikasi “baik”.
5
Tabel 4. Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Forehand Siklus I Klasifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Jumlah Siswa 2 10 5 17
Persentase 12% 59% 29% 100%
Daya Serap Klasikal 79
80 70
Jlh. Siswa
60
Persentase
50
Daya Serap Klasikal
40 30 20 10 0 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
c. Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I tentang kegiatan pembelajaran dan kemampuan gerak dasar servis panjang forehand, maka dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran tersebut masih belum optimal dilaksanakan. Hal ini diketahui dari observasi (lampiran 6), hasilnya masih terdapat aspek yang termasuk pada kategori kurang, yakni: penggunaan formasiformasi kelompok belajar/latihan yang akan dilakukan selama pembelajaran gerak; pemberian kesempatan yang terbatas untuk melakukan gerakan secara berulang-ulang; proses tanya jawab atara guru dan siswa dalam meluruskan
6
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan
dan penyimpulan; kurangnya
memberian kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal yang belum dipahaminya; dan pada akhir pembelajaran, refleksi proses pembelajaran yang masih kurang dilakukan. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pada pelaksanaan siklus berikutnya dengan mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran, baik menyangkut kegiatan guru ataupun kegiatan siswa. Meskipun hasil belajar ini mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan, namum belum memenuhi kriteria ketuntasan seperti yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, perlu dilakukannya suatu tindakan lebih optimal yang dapat memungkinkan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panjang forehand sampai pada pencapaian kriteria keberhasilan, yakni dengan melaksanakan tindakan atau pembelajaran pada siklus II dengan tetap menerapkan pendekatan pembalajaran modeling. 3. Siklus II a. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Sesuai hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Diketahui bahwa dari dua unsur kegiatan, yakni kegiatan guru yang keseluruhannya ada 24 indikator yang akan diamati telah terlaksana, artinya di dalam kegiatan pembelajaran seluruh kegiatan guru maupun siswa 100% dilaksanakan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini.
7
Tabel 5. Klasifikasi Akhir Hasil Oberservasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II Keterlaksanaan
Jumlah Indikator
Persentase
Ya
15
62,5%
Tidak
9
37,5%
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Jumlah Indikator Persentase
Ya
Tidak
b. Hasil Observasi Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Ferehand Hasil Observasi Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Ferehand pada siklus II ini dan setelah dianalisis data yang diperoleh terjadi peningkatan yang signifikan pula sejalan dengan perkembangan pelaksanaan pembelajaran. Data tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut: sudah terdapat 2 orang atau 12% yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik”, 13 orang atau 76% yang mencapai pada klasifikasi “baik”, dan 2 orang lainnya atau 12% berada pada klasifikasi “cukup”, sedangkan daya serap secara klasikal meningkat menjadi 81 termasuk pada klasifikasi “baik”. Selengkapnya dapat dilihat pada tampilan tabel dan diagram pada halaman berikut.
8
Tabel 6. Klasifikasi Akhir Hasil Observasi Penampilan Gerak Dasar Servis Panjang Forehand Siklus II Klasifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah
Jumlah Siswa 2 13 2 17
Persentase 12% 76% 12% 100%
Daya Serap Klasikal 81
90 80
Jlh. Siswa
70
Persentase
60
Daya Serap Klasikal
50 40 30 20 10 0 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
c. Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II tentang kegiatan pembelajaran menunjukkan kondisi yang optimal dalam pelaksanaannya, baik berupa kegiatan yang selalu dilakukan oleh guru maupun siswa. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 7, di mana setiap aspek yang diamati, pelaksanaannya menunjukkan kondisi baik. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panjang forehand hingga mencapai kriteria keberhasilan sesuai yang telah dirumuskan dalam indikator kinerja. Maka dengan demikian, tindakan pembelajara dihentikan atau diakhiri pada siklus ini, artinya tidak lagi dilanjutkan siklus berikutnya.
9
B. Pembahasan Merujuk pada deskripsi hasil penelitian pada setiap siklus di atas, maka diuraikan hasil pelaksanaan tindakan tiap siklusnya sebagai berikut. Tindakan pembelajaran melalui pendekatan modeling yang berlangsung pada siklus I belum menunjukkan kondisi seperti yang diharapkan, di mana pada setiap kegiatan dalam proses pembelajaran baik itu menyangkut kegiatan guru ataupun kegiatan siswa masih terdapat 9 indikator kegiatan pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik. Adapun kesembilan indikator tersebut adalah sebagai berikut: (1) guru dalam melakukan apersepsi dan pemberian motivasi; (2) siswa dalam mengamati dengan teliti dan menganalisa demonstrasi guru atau siswa terampil tadi yang berperan sebagai model; (3) pemberian kesempatan yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar secara berulang-ulang; (4) guru mengamati/memantau aktivitas gerak siswa, jika terdapat pola gerakan salah akan dilakukan perbaikan (5) melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; (6) guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa; (7) guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan; (8) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila terdapat hal-hal yang belum dipahaminya; dan (9) pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa merefleksi proses pembelajaran yang telah berlangsung. Tindakan pada siklus I ini mempengaruhi perkembangan hasil belajar siswa dalam hal ini kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis. Meskipun hasil belajar siswa ini
10
telah mengalami peningkatan pada siklus I ini, namun belum mencapai target yang diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam indikator kinerja. Sesuai data yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi menujukkan klasifikasi, yakni hanya 2 orang atau 12% pada klasifikasi “sangat baik”, kemudian 10 orang atau 59% pada klaslifikasi “baik”, dan 5 orang lainnya atau 29% pada klasifikasi “cukup”, sedangkan daya serap klasikal sebesar 79 termasuk klasifikasi “baik”. Klasifikasi di atas jika dihubungkan dengan klasifikasi akhir pada kegiatan observasi awal ditinjau dari segi ketercapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) dapat dijelaskan sebagai berikut: pada observasi awal terdapat 5 orang atau sebesar 29,4% dan pada siklus I meningkat menjadi 12 orang atau sebesar 71%; sedangkan daya serap klasikal meningkat dari 67 menjadi 79. Mengingat pembelajaran yang belum optimal pelaksanaannya sampai akhirnya hasil belajar siswa pun belum mencapai target, maka dilakukan refleksi dengan melihat data observasi. Berdasarkan data observasi tersebut, maka diputuskan untuk melakukan tindakan siklus selanjutnya dengan berbagai perbaikan atas kekurangan yang telah terhaji pada siklus sebelumnya. Akhirnya, pada pelaksanaan tindakan siklus II, proses pembelajaran terjadi perubahan yang sangat signifikan. Secara keseluruhan indikator kegiatan pembelajaran telah terlaksana. Kondisi yang demikian berimplikasi secara positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hasil tersebut terlihat bahwa sudah terdapat 2 orang atau 12% pada klasifikasi “sangat baik”, 13 orang atau sebesar 76% mencapai pada klasifikasi “baik” 2 orang lainnya atau sebesar 12% pada
11 klasifikasi “cukup”, sedangkan daya serap secara klasikal meningkat menjadi 81 termasuk pada klasifikasi „baik‟. Klasifikasi di atas jika dihubungkan dengan klasifikasi akhir pada kegiatan observasi siklus I ditinjau dari segi ketercapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) dapat dijelaskan sebagai berikut: pada siklus I terdapat 12 orang atau sebesar 71%, maka pada siklus II menjadi 15 orang atau sebesar 88%; sedangkan daya serap klasikal meningkat dari 79 menjadi 81. Selanjutnya, capaian KKM pada siklus II dihubungkan dengan capaian KKM pada observasi awal terjadi peningkatan. Dari 5 orang atau 29,4% pada observasi awal meningkat menjadi 15 orang atau 88%. Artinya, ada penambahan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 orang atau sebesar 58,6%. Dengan demikian, hasil ketercapaian KKM dari observasi awal sampai siklus I dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini. Tabel 7. Perkembangan Ketercapaian KKM dari Observasi Awal sampai Siklus II
Jlh. Siswa 5
Persentase 29,4%
Jlh. Siswa 12
Persentase 71,6%
Daya Serap Klasikal 67
Siklus I
12
71%
5
29,4%
79
Siklus II
15
88%
2
12%
81
Tahap Observasi Awal
Mencapai KKM
Tidak Mencapai KKM
12
90 80 70 60
Jlh. Siswa tercapai KKM
50
% tercapai KKM
40
Jlh. Siswa tdk tercapai KKM
30
% tdk tercapai KKM
20
Daya Serap Klasikal
10 0 Observasi Awal
Siklus I
Sikus II
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka jelaslah bahwa dengan pendekatan modeling dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar servis panjang
forehand
dalam
permainan
bulutangkis.
Adapun
prosedur
pembelajarannya adalah seperti yang telah diterapkan dalam pelaksanaan tindakan siklus akhir, yakni pada siklus II. Kegiatan pembelajaran ini kalau dilaksanakan secara optimal maka sangat mungkin dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran serta hasil belajar siswa. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi “Jika menggunakan pendekatan modeling dalam proses pembelajaran, maka dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis akan meningkat” dapat diterima. Kemudian, indikator kinerja yang berbunyi “Jika kemampuan gerak dasar servis panjang forehand dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas V SDN 1 Suwawa Tengah telah meningkat dari 5 orang atau 29,4% menjadi 14 orang 82,4% ke atas, maka penelitian ini dinyatakan berhasil”, terpenuhi.