BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah 55 siswa. Dari hasil pretest didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing 5 siswa. Berikut adalah skor pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel 4.1 Hasil Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode Nama AY YA RK SB FA IV MH VC SY IT
Skor 100 81 79 87 101 95 98 99 96 97
Kategori Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Kelompok Ekperimen Ekperimen Ekperimen Ekperimen Ekperimen Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
4.2 Pelaksanaan Eksperimen Jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok eksperimen berjumlah 5 siswa dan semuanya merupakan siswa perempuan. Pelaksanaan latihan asertif dimulai pada
34
tanggal 29 Januari 2014 dan diakhiri pada tanggal 1 Maret 2014. Latihan asertif dilaksanakan dalam waktu 60 menit setiap pertemuan. Adapun uraian kegiatan latihan asertif sebagai berikut: 1. Sesi I dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2014 pukul 14.00-15.00 Pada sesi satu ini merupakan sesi pertama dalam latihan asertif sehingga masih dalam tahap pengenalan latihan asertif. latihan ini dilaksanakan di perpustakaan SMP Negeri 2 Salatiga. Pada tahap ini membahas mengenai perilaku asertif, latihan asertif dan asas dalam bimbingan kelompok. Kegiatan diawali dengan meminta konseli duduk melingkar kemudian pembacaan doa bersama. Kegiatan dilanjutkan dengan perkenalan dari konselor dan masing-masing konseli. Pada tahap ini konseli tampak malu-malu untuk memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan menjalin hubungan hangat antara konselor dan konseli yang semuanya berasal dari Salatiga. Kegiatan perkenalan dilanjutkan dengan dengan penjelasan mengenai perilaku asertif, latihan asertif beserta prosedurnya, sekaligus penjelasan mengenai bimbingan kelompok dan konseling kelompok yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Materi asertif yang diberikan mencakup perbedaan perilaku kurang asertif, asertif dan agresif. Pada sesi ini semua konseli nampak antusias dapat dilihat dari cara konseli memperhatikan penjelasan dari konselor dan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh konseli. Sebelum mengakhiri sesi satu, konselor memberikan pertanyaan mengenai pemahaman konseli akan perilaku asertif dan latihan asertif sekaligus meminta 35
tanggapan konseli mengenai latihan asertif yang akan dilakukan. Salah satu konseli yaitu AY meminta untuk diadakan bermain peran dan disetujui oleh semua konseli. Sehingga bermain peran diadakan pada sesi enam dalam latihan asertif. kegiatan diakhiri dengan doa bersama dan salam. 2. Sesi II dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2014 pukul 07.00-08.00 Pada sesi dua ini topik yang diangkat adalah penyebab perilaku kurang asertif yang dialami oleh konseli. Sesi ini dilakukan di depan kantin sehat SMP Negeri 2 Salatiga. Sesi ini dibuka dengan pembacaan doa bersama dan salam kemudian dilanjutkan dengan satu persatu konseli menceritakan penyebab perilaku kurang asertif yang dialami. Dari penyebab yang disebutkan oleh kelima konseli berbedabeda namun dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab konseli berperilaku kurang asertif adalah karena cara didik orang tua dan lingkungan sekitar yang harus selalu mengatakan “Ya” dalam setiap keadaan dan perasaan “tidak enak” dengan teman atau orang lain. Kecemasan utama yang dirasakan konseli adalah takut jika menolak ajakan orang lain maka akan menyakiti orang tersebut atau akan membuat marah orang yang mengajaknya. Kegiatan dilanjutkan dengan konselor memberikan konfirmasi mengenai penyebab perilaku kurang asertif yang dialami. Sebelum sesi diakhiri terdapat tiga konseli yang menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi dengan salah satu teman diluar kelompok yang membuat ketiga konseli merasa kurang asertif.
36
Permasalahan dibahas dalam kelompok dengan mencari jalan keluar bersama. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam. 3. Sesi III dilaksanakan pada tanggal 7 Feberuari 2014 pukul 11.00-12.00 Pada sesi ini topik yang dibahas adalah cara menghormati orang lain yang dilaksanakan di depan perpustakaan SMP N 2 Salatiga. Sesi ini diawali dengan doa bersama antar konselor dan konseli yang dilanjutkan dengan penjelasan pentingnya menghormati kepentingan orang lain. Pada sesi ini konseli diminta untuk mengungkapkan pendapat mengenai perlakuan yang dilakukan oleh lain yang dapat membuat konseli merasa dihormati orang lain. Konseli menyebutkan misalnya didengarkan, diperhatikan, diajak bicara dan lain sebagainya. Konseli antusias dalam diskusi ini nampak dari cara konseli mengemukakan pendapat dan menanggapi topik yang sedang dibahas. Setelah konseli melakukan diskusi kemudian konselor memberikan konfirmasi berupa cara-cara menghormati orang lain sekaligus memberi penguatan supaya konseli terus meningkatkan sikap hormat kepada orang lain. Sesi ini diakhiri dengan berdoa bersama dan pemberian salam dari konselor. 4. Sesi IV dilaksanakan pada tanggal 8 Feberuari 2014 pukul 07.00-08.00 Dalam sesi ini, topik yang dibahas adalah menyampaikan kalimat permintaan dan penolakan yang dilaksanakan di depan kantin sehat SMP N 2 Salatiga. Pada sesi ini diawali dengan berdoa bersama yang dilanjutkan konselor menyampaikan pentingnya menyampaikan permintaan dan penolakan yang baik dan sopan kepada orang lain. 37
Kegiatan latihan asertif dilanjutkan dengan konselor memberikan contoh kalimat permintaan dan penolakan yang baik dan sopan. Setelah itu, konselor meminta konseli untuk berpasangan berlatih mengungkapkan kalimat permintaan dan penolakan yang dilakukan secara bergantian dalam 2 ronde. Ronde pertama yaitu konseli secara bergantian mengungkapkan kalimat permintaan dan penolakan yang kurang asertif, sedangkan ronde kedua secara bergantian konseli mengungkapkan kalimat permintaan dan penolakan yang asertif. Setelah praktik selesai, konselor meminta konseli menyampaikan efek perbedaan dari kalimat kurang asertif dan asertif. Dengan penyampaian kalimat permintaan dan penolakan yang asertif konseli merasa lega dan merasa lebih nyaman dalam percakapan dengan orang lain. Sesi ini diakhiri penguatan dari konselor untuk terus meningkatkan kemampuan mengungkapkan kalimat permintaan dan penolakan yang asertif. 5. Sesi V dilaksanakan pada tanggal 21 Feberuari 2014 pukul 11.30-12.30 Pada sesi ini, latihan asertif untuk bertanya dan menjawab yang dilaksanakan di perpustakaan SMP Negeri 2 Salatiga. Sesi ini diawali dengan doa bersama dan salam dan dilanjutkan dengan penjelasan dari konselor mengenai cara-cara bertanya dan menjawab yang baik beserta contohnya. Kegiatan dilanjutkan dengan konseli mempraktikkan bertanya jawab secara berpasangan secara bergantian yang dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama konseli bertanya jawab mengenai pribadi pasangan yang sedang diwawancarai. Tahap kedua bertanya jawab mengenai profil SMP Negeri 2 Salatiga. Kegiatan ini 38
berjalan lancar dengan antusias konseli yang nampak dari kedua tahap yang diberikan. Kegiatan ini diakhiri dengan doa dan salam. 6. Sesi VI dilaksanakan pada tanggal 22 Feberuari 2014 pukul 10.30-11.30 Pada sesi ini, topik yang dibahas adalah “Aku punya Ide” yaitu bermain peran sebagai siswa kurang asertif, asertif dan agresif. Pada sesi ini diawali dengan doa bersama dan pemberian salam dari konselor. Kegiatan ini dilaksanakan di depan kantin sehat SMP N 2 Salatiga sesuai permintaan dari konseli. Kegiatan dilanjutkan dengan konselor menjelaskan aturan main dalam bermain peran yang akan dilakukan. Sebelum menentukan tema cerita, konselor meminta konseli untuk mencari cerita asertif dalam kehidupan sehari-hari namun konseli tidak mau sehingga konselor yang menentukan tema cerita yang dimainkan. Dalam proses bermain peran, konseli antusias
ditunjukan dengan
bahasa tubuh dan pengembangan bahasa dalam percakapan yang ada dalam cerita. Setelah bermain peran selesai, kegiatan dilanjutkan dengan membahas perbedaan ketiga perilaku yang diperankan. Konselor meminta konseli untuk menjelaskan cara-cara menerapkan perilaku asertif dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban dari salah satu konseli (AS) yaitu dengan menyesuaikan lawan main yang dihadapi. Kemudian SB menjawab dengan menjaga gaya dan nada yang ditunjukan. Sesi ini berjalan dengan baik dengan diakhiri dengan doa bersama antara konselor dan konseli.
39
7. Sesi VII dilaksanakan pada tanggal 28 Feberuari 2014 pukul 11.30-12.30 Sesi tujuh ini konseli berlatih untuk membedakan perilaku asertif dan non asertif dalam kehidupan sehari-hari. Latihan ini dilaksanakan di perpustakaan SMP Negeri 2 Salatiga. Latihan ini diawali dengan doa bersama dan salam yang kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dari konselor mengenai debat yang akan dilakukan beserta peraturan dan pembagian kelompok, namun konseli memilih untuk tidak dibagi kelompok karena akan membatasi pendapat konseli dalam debat. Debat dilaksanakan dengan topik-topik yang sudah ditentukan oleh konselor. Topik yang diambil adalah dari kehidupan konseli sehari-hari yang telah diceritakan kepada konselor. Debat ini berjalan dengan lancar meskipun setiap konseli berusaha mempetahankan pendapatnya dengan tegas. Namun hal ini menunjukan pemahaman konseli mengenai perilaku asertif yang dimiliki. Kegiatan ini diakhiri dengan konfirmasi dari konselor dari masing-masing topik yang dibahas dari sudut pandang asertif kemudian dilanjutkan dengan doa dan salam.
8. Sesi VIII dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 12.00-13.00 Pada sesi ini, konselor memberikan penguatan serta evaluasi latihan asertif yang telah diberikan. Sesi ini dilaksanakan di depan kantin sehat SMP Negeri 2 Salatiga dan diawali dengan doa bersama dan salam. Kegiatan dilanjutkan dengan konselor meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal yang telah diterima selama
40
dan setelah mendapat latihan asertif. Konseli menjawab bahwa sekarang konseli memahami bagaimana cara berperilaku asertif dan konseli semakin mengontrol setiap tindakan yang dilakukan. Konselor memberikan penguatan untuk meningkatkan perilaku asertif konseli untuk kehidupan selanjutnya meskipun diluar latihan asertif. Selain itu, konselor juga meminta tanggapan mengenai latihan asertif yang telah dilakukan sebagai evaluasi. Konseli merasa senang setiap melaksanakan latihan asertif dan konseli belajar membagi waktu untuk mengerjakan tugas sekolah dengan mengikuti latihan asertif. kegiatan diakhiri dengan doa bersama dan salam. 4.3 Analisis Data Setelah pemberian latihan asertif yang dilaksanakan selama 8 sesi yang dimulai tanggal 29 Januari 2014 dan diakhiri pada tanggal 1 Maret 2014, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kembali diberikan posttest menggunakan skala perilaku asertif yang sama dengan skala perilaku asertif pada saat pretest. Berikut adalah hasil sebaran pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
41
Tabel 4.2 Sebaran Skor Perilaku Asertif dari Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Interval 46-73 74-101 102-128 129-156 157-184
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah
Kelompok Eksperimen Pretest Posttest 0 0 5 0 0 1 0 4 0 0 5 5
Kelompok Kontrol Pretest Posttest 0 0 5 0 0 5 0 0 0 0 5 5
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pretest kelompok eksperimen, diantara 5 siswa semuanya memiliki perilaku asertif rendah, sedangkan dari hasil posttest kelompok eksperimen terdapat diantaranya 1 siswa memiliki perilaku asertif sedang dan 4 siswa memiliki perilaku asertir tinggi. Dengan demikian semua siswa dalam kelompok eksperimen mengalami peningkatan perilaku asertif. Sedangkan pada pretest kelompok kontrol, dari semua siswa dengan jumlah 5 anak memiliki perilaku asertif rendah dan pada posttest kelompok kontrol yang berjumlah 5 siswa semua juga mengalami peningkatan sehingga perilaku asertif yang dimiliki menjadi sedang. Dari hasil analisis data dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut:
42
Tabel 4.3 Perbedaan Mean Rank Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Eksperimen NPar Tests Mann-Whitney Ranks
Skor
Kelompok
N
Mean Rank Sum of Ranks
Eksperimen
5
8.00
40.00
Kontrol
5
3.00
15.00
Total
10 Tabel 4.4
Signifikansi Posttest Perilaku Asertif NPar Test Mann-Whitney Test
Pretest
Posttest
Mann-Whitney U
10.000
.000
Wilcoxon W
25.000
15.000
Z
-.522
-2.611
Asymp. Sig. (2-Tailed)
.690
.009
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mean dari kedua kelompok terjadi perubahan. Dari kelompok eksperimen meningkat dari nilai mean pada saat pretest yaitu 5,00
43
meningkat menjadi 8,00 pada saat posttest. Sedangkan dari kelompok kontrol mengalami penurunan yaitu 6,00 pada saat pretest dan 3,00 pada saat posttest. Sedangkan Pada tabel 4.4 dapat dilihat p = Asymp Sig 0,009 > 0,050. Penghitungan statistik tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan perilaku asertif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa latihan asertif efektif untuk meningkatkan perilaku asertif siswa. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa perilaku asertif dapat ditingkatkan melalui pendekatan behavioral dengan teknik latihan asertif pada siswa SMP Negeri 2 Salatiga, “diterima”.
4.4 Pembahasan Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan, terlihat tidak ada perbedaan perilaku asertif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat pretest dengan nilai Asymp Sig 0,602 > 0,050. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan latihan asertif selama 8 sesi atau 8 kali pertemuan, terjadi perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil posttest dengan nilai p = Asymp Sig 0,009 < 0,050. Serta dapat dilihat pada rata-rata mean kelompok eksperimen mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah eksperimen, yaitu 5,00 pada saat sebelum eksperimen dan 8,00 setelah selesai eksperimen. Terjadinya perbedaan tersebut menunjukan bahwa ada peningkatan perilaku asertif siswa kelas IX SMP Negeri 2 Salatiga melalui latihan asertif. Hal ini diduga
44
karena selain topik yang diberikan berdasarkan dengan permasalahan asertif yang dihadapi siswa, kelompok eksperimen juga dapat mengikuti latihan asertif dengan antusias, senang dan rajin mengikuti intruksi dari penulis, memahami topik yang diberikan dan berlatih untuk menerapkan setiap topik yang dilatihkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sependapat dengan Alberti, dkk (Nursalim, 2005) bahwa latihan asertif dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku asertif individu yang pasif atau kurang asertif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Nurfaizal (2013) yang berjudul “Efektifitas Assertive Training untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa SMK Kartika Siliwangi 2 Bandung kelas X”. Dalam penelitian ini, pencapaian hasil perilaku siswa dilihat dari aspek perilaku asertif yaitu mengekpresikan diri secara penuh, menghormati kepentingan orang lain, langsung dan tegas, jujur dan terbuka mengatakan kebutuhan perasaan dan pikirang apa adanya, menempatkan orang lain secara setara dalam hubungan, verbal yaitu mengandung isi pesan, non verbal, layak bagi orang lain dan situasi, dapat diterima secara sosial dan dapat belajar untuk menjadi asertif karena perilaku asertif bukan merupakan bakat yang diturunkan (Alberti & Emmons dalam Nursalim, 2005).
45