BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Desa Pangkusa Desa Pangkusa resmi berdiri sejak Tahun 1989, Pangkusa di ambil dari nama sebuah sungai yang membelah Desa Pangkusa yaitu sungai Pangkusa. Nama Pangkusa berasal dari kata Pangkuso dalam bahasa Bintauna/Sangkup yang artinya Terlepas. Desa Pangkusa merupakan area pertanian. Secara tidak langsung bisa dikatakan tempat mencari nafkahnya orang-orang Desa Pangkusa pada waktu itu. Terbentuknya Desa Pangkusa pada tanggal 17 September 1988 yang dipimpin oleh seorang Probis Umum bernama Bapak Hasan Samad. Setelah itu, setahun kemudian menjadi desa definitif pada tanggal 13 Mei 1989, yang dipimpin oleh Bapak Yusuf Samad yang tidak lain merupakan anak dari Bapak Hasan Samad. Bapak Hasan Samad ini memerintah dari tahun 1989 sampai tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan (SK) dari Kabupaten pada tanggal 13 Mei 1989 yang pada waktu itu masih dalam lingkup Kabupaten Bolaang Mongondow. 4.1.2 Keadaan Geografis Desa Pangkusa merupakan salah satu desa di Kecamatan Sangkup Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Desa ini terbagi dalam tiga dusun yaitu Dusun 1, Dusun 2 dan Dusun 3. Adapun batas-batas desa adalah sebagai berikut: Sebelah Timur berbatas dengan Desa Bintauna, Sebelah Barat berbatas dengan
26
27
Desa Busisingo, Sebelah Utara Berbatas dengan Desa Sangkup, Sebelah Selatan Berbatas dengan Desa Tombolango. Jika dilihat dari segi letaknya, Desa Pangkusa tergolong daerah yang strategis. Desa ini memiliki potensi besar dalam bidang pertanian. Keadaan alam wilayah Desa Pangkusa dapat dikatagorikan dalam dua bentuk. yaitu daratan rendah dan daratan berbukit. Sebagian basar daerah ini berbukit. Penduduknya bekerja disektor pertanian mencapai 99 % (Sumber data : Badan Pusat Statistik Desa Pangkusa Kecamatan Sangkup). Sama seperti desa-desa lain di Kecamatan Sangkup, daerah ini termasuk yang beriklim tropis. memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Menyangkut waktu (musim) ini berlangsung sekarang sulit dipastikan. Sebab bila tiba musim hujan biasanya akan hujan terus menerus. begitu pula bila tiba musim kemarau, daerah ini aka di landa kekeringan yang berkepanjangan, namun demikian, mengenai curah hujan di Desa Pangkusa dapat dipastikan sama dengan desa lain dalam wilayah Kecamatan Sangkup, yakni berkisar antara 59 hari hujan dengan curah hujan rata-rata 59,9 m2 (Sumber data : Badan Pusat Statistik Desa Pangkusa Kecamatan Sangkup). 4.1.3 Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Pangkusa adalah 427 jiwa yang terdiri dari 219 laki-laki dan 208 perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga 88 kk. Tabel komposisi penduduk desa Pangkusa menurut kelompok umur tahun 2010, adalah sebagai berikut:
28
No.
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
1.
0 – 4 Tahun
19
17
2.
5 – 6 Tahun
10
7
3.
7 – 13 Tahun
38
33
4.
14 – 17 Tahun
23
14
5.
18 – 23 Tahun
34
34
6.
24 – 30 Tahun
18
22
7.
31 – 40 Tahun
26
25
8.
41 – 56 Tahun
26
34
9.
57 ke atas
26
22
Jumlah
219
208
(Sumber data : Badan Pusat Statistik Desa Pangkusa Kecamatan Sangkup).
Tabel komposisi penduduk desa Pangkusa menurut matapencarian tahun 2010, adalah sebagai berikut:
(Sumber data : Badan Pusat Statistik Desa Pangkusa Kecamatan Sangkup).
29
Adapun keadaan sosial budaya masyarakat di daerah ini tercermin pada tradisi yang telah mengkristal menjadi adat istiadat milik bersama masyrakat. Diantara nilai-nilai social budaya masyarakat Pangkusa yang mencerminkan Kristal nilai-nilai social budaya dalam ungkapan di atas, dan terpenting adalah mengajar agama pada anak-anak. Anak-anak mulai diajarkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak, yaitu mulai dalam ayunan. Gejala ini tampak pada sebagian ibu-ibu desa Pangkusa mendendangkan
anak-anaknya
yang memegang adat pada saat ia
dengan
lagu-lagu
dan
syair-syair
yang
mengandung kalimah tauhid dan syair-syair yang memperkenalkan nama-nama nabi, sifat-sifat Allah, nama-nama malaikat dan sebagainya ketika menidurkannya. Sebagai pendidikan lanjutan, bila sianak memasuki umur 6 atau 7 tahun akan diantar belajar Al-Quran dan pengetahuan agama lainnya. Namun bila orang tuanya mampu mengajarkannya sendiri, usaha dimaksud senantiasa dibimbing dan diajari oleh orang tua antara umur 6 sampai 10 tahun. Disamping itu, keadaan-keadaan lain yang menampakkan nilai sosial budaya masyarakat lainnya di Desa Pangkusa adalah pada pemisahan anak pria dan wanita, dari segi pakaianpun tampak pemisahan, dimana masing-masing masih menjaga pakaiannya sendiri-sendiri dan tabu memakai yang bukan versinya. Rasa sosial dalam bermasyarakat masih terlihat tinggi di kecamatan Desa Pangkusa. Masyarakat disadari pentingnya hidup kekeluargaan dan persatuan, bila ada seorang jiran atau warga desa yang ditimpa musibah maka secara bersamasama menjenguknya sebagai luapan turut merasakan duka, kedatangannya ini
30
disamping menyertakan rasa seperti rasa orang yang ditimpa kemalangan juga membawa materi yang dapat mendukung kebutuhan-kebutuhan pihak keluarga yang kena musibah tadi. Untuk ini umumnya kaum ibu membawa beras seumpama uang dan lain sebagainya. Gotong royong telah menjiwai masyarakat Pangkusa dalam berbagai hal. Hal ini dimaksudkan untuk terciptanya kebersamaan, tak ada alasan bahkan terasa tabu meninggalkan kepentingan ini atas kepentingan pribadi. masyarakat Pangkusa secara bersama-sama dan sukarela membersihkan jalan-jalan desa, saluran-saluran desa, saluran-saluran persawahan, bantu membantu sesama warga desa dalam kepentingan tertentu dan sebagainya. Sikap kebersamaan ini diwariskan pada anak-anak mereka, dari kecil anak-anak diajak untuk ikut berpartisipasi sesuai tenaganya terjun dalam kegiatan tersebut diatas, sehingga keadaan seperti ini pada diri anak telah tumbuh pula suatu sikap seperti layaknya sikap orang tua. Untuk melestarikan nilai-nilai budaya dimaksud, tentu saja masyarakat memerlukan lembaga-lembaga pendidikan, baik formal atau bukan. Dalam berbagai lembaga tersebut diusahakan agar dimasukkan nilai-nilai agama dan adat kalau masyarakat itu menginginkan kelestarian nilai budaya. Sebagai contoh, keluarga merupakan lembaga pendidikan utama yang bisa menjadi media pelestarian nilai budaya. Pendidikan dasar tentang nilai-nilai diterima manusia dalam keluarga, dan bila nilai-nilai budaya dalam lembaga pendidikan keluarga luntur, maka perubahan nilai-nilai tersebut akan berjalan sangat deras. Oleh sebab itu dalam usaha pelestarian nilai-nilai keluarga memegang andil besar.
31
Faktor subjektif dalam pelestarian nilai-nilai budaya melalui sarana yang tersedia sangat mendukung akan terwujudnya cita-cita ini, sangat tidak mungkin suatu tontonan yang diberikan kepada khalayak, perhatian mereka malah tertuju pada subjek penyelenggara tontonan, karena disana akan didapat suatu yang lebih menarik dari pada tontonan yang sebenarnya. Kalau kondisi ini yang muncul atau setidak-tidaknya mendominasi dalam suatu lembaga-lembaga diatas, tak perlu berimage kepada adat atau tradisi yang nilai-nilai nuraninya masih terlindung. 4.2
Hasil Penelitian
4.2.1 Persepsi Tentang Etos Kerja Kaitannya Dengan Nilai Budaya Masyarakat di Desa Pangkusa 4.2.1.1 Pandangan Masyarakat Pangkusa Terhadap Kerja Bersegeralah bekerja mencari rezeki setelah menunaikan shalat untuk kebutuhan hidup dan ingatlah agar tetap selalu mengingati Allah waktu mencari rezeki itu. Dalam Alquran Allah berfirman " Dan apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah ". Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Q.s62 ayat 10), setelah manusia berserah diri kepada Allah disuruh mencari rezeki kembali ditempat masingmasing. Petani pergi kesawah/ladangnya, karyawan pergi ke kantornya dan seterusnya. Selama mencari rezeki hendaklah selalu mengingat Allah agar rezeki itu diberkatinya dan tidak bercampur dengan yang haram, korupsi, mengurangi timbangan dan sebagainya. Tujuan hidup manusia itu bukanlah mengejar kemakmuran akan barangbarang benda, melainkan mencari ridha Allah SWT. Berbakti kepada Tuhan dengan berbuat baik kepada sesama manusia, inilah yg diwajibkan kepada sesama
32
manusia umumnya dan ummat Islam khusus nya. Begitulah jiwa segenap manusia Pangkusa. Maka dengan tujuan hidup tadi Islam mengajarkan bahwa benda itu hanyalkah alat belaka untuk memungkinkan manusia hidup dan berbakti kepada Allah tidak boleh kekayaan kebendaan dijadikan tujuan hidup. Penimbunan harta benda, terutama menimbun-nimbun emas, perak dan juga benda lain yang mengakibatkan kemelaratan bagi orang lain diancam oleh agama dan hukumannya sangat berat. Ilmu ekonomi pada dasarnya diciptakan oleh rasa kurang dan takut akan kekurangan. Rasa takut terhadap hari depan, takut kekurangan akan bahan-bahan hidup sehari-hari inilah yg mendorong manusia berusaha mengumpulkan dan memperbanyak harta kekayaan. Perasaan takut ini dapat menyebabkan manusia menjadi mahluk yang rakus dan tamak yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap sesama manusia. Menurut tokoh agama Desa Pangkusa Bapak Zurahim Hasan: Ajaran agama mengajarkan manusia untuk menyingkirkan perasaan takut itu sejauh-jauhnya. Jika orang sungguh-sungguh dan taat terhadap Tuhan,orang tidak perlu takut mati kelaparan. Tuhan maha kuasa selalu melimpahkan rahmat dan berkatnya kepada hamba-hambanya yang mengerjakan segala apa yang diperintahkan oleh Tuhannya. Begitulah keyakinan masyarakat Pangkusa, tidak akan gentar menghadapi ujian dan cobaan apapun. Bila ia diganjar dengan kemiskinan, mereka akan menerima nasibnya itu dengan hati yang ringan sambil bekerja dan berdoa mudah-mudahan Tuhan berkenan memberi rezeki kepadanya dan merobah nasibnya. Apabila dia dengan sekonyong-konyong diganjar dengan kekayaan sebanyak apapun tidak menyebabkan mereka menjadi terkejut dan takut diluar batas-batas yang lazim. Sehingga mereka teringat kepada perintah Tuhannya untuk membelanjakan harta yaitu pada tujuan-tujuan yang di ridhai Tuhan. Untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama manusia lainnya. (Pangkusa, wawancara 19 April 2013)
Demikian keyakinan masyarakat Pangkusa khususnya, umat Islam umumnya bahwa mereka harus berbuat baik terhadap sesama anggota masyarakat,
33
bahwa rezeki yang diberikan Tuhan kepadanya ada hak yang harus dikeluarkan untuk yang berhak menerimanya yang harus dibagikan kepada anggota masyarakat yang lainya, untuk menyelamatkan dirinya dari racun siksaan yang terkandung dalam kekayaan kebendaan. Seperti telah diketahui pada umumnya mata pencaharian pokok masyarakat Pangkusa yaitu bertani/bersawah, berladang dan berkebun. Masyarakat Pangkusa juga mempunyai mata pencaharian yang sama dengan masyarakat Bolaang Mongondow lainnya. Namun demikian kehidupan ekonomi juga ditopang dari mata pencaharian sampingan yang banyak ragamnya termasuk dari kegiatan sebagai pengrajin tradisional. Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa mata pencaharian pokok dan sampingan, kehidupan masyarakat Pangkusa dapat dikatakan cukup memadai, karena disamping untuk membantu kebutuhan pokok, juga dapat menyekolahkan anaknya pada tingkat sekolah dasar, sekolah menegah tingkat pertama, sampai ke sekolah tinggi atas bahkan ada yang selesai di perguruan tinggi. Dalam memenuhi kebutuhan pokok terutama pangan, sandang dan papan merupakan yang diutamakan. Dalam hal pangan paling tidak masyarakat Pangkusa dapat memenuhi makan nasi dengan sayur dan lauk-pauknya secara sederhana 2 atau 3 kali sehari. Sandang biasanya pakaian disediakan untuk dipakai sehari-hari dan pakaian untuk kesempatan-kesempatan tertentu. Sedangkan dalam hal papan merupakan rumah tempat untuk berlindung, beristirahat dari sengatan matahari hujan maupun istirahat kembali dari kerja sehari-harian. Sebagai ciri khas dari rumah penduduk masyarakat Pangkusa merupakan rumah panggung, namun demikian ada pula sebagian kecil rumah penduduk
34
tersebut yang agak rendah terutama bahagian depannya. Di halaman depan atau belakang rumah terdapat sumur sebagai sumber air untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Kemudian tidak jauh dari rumah dihalaman belakang terdapat kandang hewan atau kandang unggas yang merupakan mata pencaharian tambahan masyarakat. Menurut Sulastri bahwa: Pada umumnya rumah masyarakat Pangkusa dibangun di atas tiang kayu, dindingnya papan beratap rumbia, sebahagian kecil menggunakan seng dan berdiding batu bata. Kalau diperhatikan di desa Pangkusa terdapat tiga bentuk rumah, yaitu rumah bentuk asli masyarakat Pangkusa, rumah yang telah dimodifikasi dan rumah gedung permanen. Rumah-rumah yang ditempati para penduduk tersebut letaknya berdekatan atau berkelompok dengan masing-masing memiliki halaman yang relatif luas. biasanya rumahrumah yang letaknya saling berdekatan, pemilik rumah tersebut mempunyai hubungan kekerabatan. Sebagai penganut agama Islam umumnya kegiatan sosial yg dilakukan masyarakat Pangkusa cenderung berlangsung di Masjid. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat-tempat shalat berjamaah, buka puasa bersama di bulan Ramadhan atau tadarus Al-Quran dan pemotongan Qurban pada Idul Adha, tetapi juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah terhadap berbagai masalah yang ada dilingkungan masyarakat tersebut. Masjid juga digunakan untuk sebagai tempat berlangsungnya upacara akad nikah. (Pangkusa, wawancara 16 April 2013) Lebih lanjut Amin Hasan mengemukakan bahwa: Kehidupan masyarakat desa di Bolaang Mongondow Utara, termasuk desa Pangkusa Kecamatan Sangkup, masih mencerminkan sikap hidup tolong menolong yang relatif tinggi, sikap seperti ini dapat diamati dalam kegiatan memotong padi, membersihkan padi dari jerami. Juga dalam kegiatan pesta atau kenduri yang diadakan salah satu keluarga, secara suka rela warga desa membantu seluruh pekerjaan hingga pesta/kenduri itu selesai. Kegiatan ini dikoordinir oleh kepala kampung. Dengan kata lain warga desa bertanggung jawab penuh terhadap lancarnya kegiatan pesta tersebut. Biasanya pihak yang mengadakan pesta itu hanya menyediakan dana dan bahan untuk pelaksanan pesta tersebut. Kegiatan kenduri/pesta yang selalu dilakukan secara gotong royong, antara lain pesta perkawjnan, kematian, kenduri turun ke sawah. (Pangkusa, wawancara 18 April 2013)
35
Diatas telah dijelaskan bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Pangkusa adalah bertani. Selain bertani mata pencaharian lain masyarakat Pangkusa seperti dalam bidang usaha peternakan dan kerajinan masih merupakan usaha sambilan atau pelengkap yang dikerjakan disela-sela kegiatan pokok. Kenyataan ini memperlihatkan betapa pelik dan rumitnya pola penghidupan disemua masyarakat adat di Pangkusa. Mengingat hal demikian itu jarang terjadi seseorang individu melakukan seperangkat pekerjaan ganda yang dilakukan baik secara berbarengan, sejajar atau secara bersambungan sesuai dengan peredaran musim. Sebagai contoh seorang penggarap sawah juga terlibat dalam aktivitas lain seperti beternak atau menangkap ikan dan sebagainya. Tentu saja hal ini sangat tergantung dengan keadaan geografis, dimana seorang individu itu bertempat tinggal. Disamping bentuk-bentuk mata pencaharian yang disebutkan diatas, masih terdapat beberapa bentuk matapencaharian lain, yang merupakan implikasi dari mata pencaharian pokok. Pada masa-masa akhir ini berkembang pula suatu bentuk pekerjaan baru terutama dalam masyarakat perkotaan, sebagai akibat pertambahan dan
perluasan
perusahaan-perusahaan,
biro-biro
jasa,
dan
kantor-kantor
pemerintah. Timbulnya pratama-pratama tersebut telah menyerap sejumlah tenaga kerja yang melahirkan suatu kelompok masyarakat dan sistim kehidupannya yang berbeda dengan sistim mata pencaharian yang disebutkan pada bahagian permulaaan, disamping kelompok-kelompok pedagang yang juga merupakan bahagian dari penduduk kota. Masyarakat yang tergolong ke dalam kelompok ini
36
yaitu para karyawan (dalam pengertian buruh) dan pegawai negeri termasuk ABRI. Bertani sebagai mata pencaharian masyarakat Pangkusa, antara lain mengerjakan sawah, mengolah sawah ditanami padi untuk kebutuhan makanan pokok. Pada umumnya tanah persawahan yang diolah oleh petani dapat digolongkan atas dua kelompok yaitu sawah tadah hujan dan sawah dengan irigasi. Pada sawah tadah hujan si petani terpaksa menyesuaikan kegiatan di sawah dengan keadaan musim,sebaliknya pada sawah dengan irigasi, sipetani tidak begitu dipengaruhi oleh keadaan musim karena sawah tersebut sudah mempunyai sistim irigasi yang teratur. Sitimah Gobel mempertegas bahwa: Dikalangan masyarakat Pangkusa terdapat suatu pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang relatif lebih jelas. Pada lazimnya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan perempuan tidak akan dikerjakan oleh laki-laki, demikian pula sebaliknya. Didalam kehidupan sehari-hari tampaknya kaum perempuan relatif lebih sibuk dengan berbagai macam pekerjaan, dibandingkan dengan kesibukan bekerja kaum laki-laki. Pekerjaanpekerjaan yang bertujuan untuk mendapatkan penghasilan biasanya pekerjaan yang demikain relatif banyak memerlukan kekuatan dan keberanian, lazimnya dikerjakan oleh laki-laki. Sedangkan pekerjaanpekerjaan yang bertujuan untuk lebih mengembangkan hasil yang telah diperdapat sehingga lebih berniai dan bermakna kegunaannya, biasanya pekerjaan yang demikian diperlukan ketekunan dan ketelitian yang relatif lebih banyak lazimnya dikerjakan oleh perempuan. (Pangkusa, wawancara 20 April 2013)
Menurut Hajir: Dalam bidang usaha tani padi disawah, tenaga kerja umumnya dibedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari luar. Dari keluarga petani sendiri tenaga kerja yang terpakai antara lain terdiri atas tenaga kerja lakilaki, tenaga kerja perempuan, anak-anak, dan orang tua berusia lanjut. Bagi sebuah keluarga inti, tenaga kerja yang biasa diharapkan adalah dari suami, istri dan anak-anak baik yang sudah dewasa maupun yang menjelang
37
dewasa. Sedangkan bagi keluarga luas, selain yang disebutkan tadi, mungkin juga meliputi tenaga kerja orang tua atau mertua, dan saudara-saudaranya, baik yang masih tergabung sebagai tenaga kerja produktif maupun yang telah berusia lanjut. Namun begitu untuk kegiatan-kegiatan tertentu, jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam lingkungan keluarga acap kali dirasakan kurang mencukupi. Sebab itu petani memintakan bantuan tenaga kerja dari luar entah dalam bentuk gotong royong ataupun secara upah. (Pangkusa, wawancara 18 April 2013) Sebagai kepala keluarga, peranan petani dalam bidang usaha tani padi sawah tidak hanya terbatas kepada sumbangan tenaga kerjanya saja, tetapi juga kemampuan menyediakan dana untuk pembiayaan. Penggunaan tenaga kerja lakilaki dewasa dalam bidang usaha tani padi sawah umumnya terlihat dalam jenisjenis kegiatan penyemaian bibit, pengolahan tanah pemupukan dan penyemprotan obat pembasmi hama. Partipasi tenaga kerja wanita dalam bidang usaha tani padi sawah terutama menonjol dalam bidang menanam, menyiang rumput, mengangkut hasil dan menganginkan. Dalam masing-masing kegiatan itu peranan tenaga kerja wanita dari luar lingkungan keluarga juga menonjol. Frekwensi keterlibatan tenaga kerja berusia lanjut yang relatif lebih tinggi terlihat pada kegiatan penyemaian bibit dan pemupukan. Sedangkan penggunaan tenaga kerja anak-anak umumnya dalam kegiatan memindahkan butir butir padi ketempat tumpukan. Kerelaan kerja keras merupakan sikap yang dimiliki oleh bangsa yang sedang membangun. Masyarakat Indonesia sangat diharapkan memiliki sikap ini, sejalan dengan maksud yang tercantum dalam Garis Garis Besar Haluan Negara yang disusun setiap lima tahun sekali. Hidup hemat dan prasahaja dua sikap hidup yang cukup terpuji. Namun kedua hal ini tidak selalu tercermin dalam kehidupan sehari-hari anggota masyarakat Pangkusa. Sebagian anggota masyarakat hanya melaksanakan hidup hemat ketika mereka relatif miskin, tetapi segera berubah
38
apabila sudah tergolong orang yang berada. Pada umumnya orang yang mempunyai keinginan tertentu seperti hendak membeli sesuatu atau hendak menunaikan ibadah haji, masyarakat Pangkusa cenderung melaksanakan hidup hernat dan prasahaja. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari orang yang mampu hidup sederhana lebih disegani daripada orang yang suka hidup mewah. Malahan orang yang memamerkan kekayaan dalam hal-hal yang tidak bermanfaat sering mendapat cemooh atau ejekan dari anggota masyarakat. Orang yang bersikap demikian tidak disenangi oleh orang lain disekitarnya. Dalam kehidupan kita sehari-hari bangsa yang sedang membangun, hidup hernat sangat perlu kita perhatikan. Hidup boros tidak akan memberikan sesuatu kepada kita yang hidup pada masa ini ataupun bagi generasi yang akan datang. Orang yang cermat selalu teliti dalam melihat dan bertindak, dan hernat dalam pengaturan uangnya serta selalu hati-hati dalam berbicara, sebaliknya orang yang tidak cermat selalu menjadi rugi oleh ketidak cermatnya sendiri. Orang yang teliti dalam menilai sesuatu yang dihadapinya biasanya akan dapat memiliki sesuatu dengan rasa puas. Dengan demikian pula orang yang cermat dalam berbicara akan terhindar dari salah paham orang yang dihadapinya, sehingga dia tidak dianggap sebagai orang yang ceroboh atau lancang mulut. Generasi muda dizaman ini sungguh mendapat tempat yang amat mulia dan dapat berperan aktif dalam segala bidang,terutama bidang pembangunan meskipun ada diantara manusia-manusia muda yang merasa tidak mampu untuk berperan, tidak mampu untuk bersaing dan tidak mampu untuk berinteraksi dalam
39
masyarakat yang majemuk. Perasaan tertinggal inilah disebut dengan keterasingan dalam pembaharuan, sehingga yang bersangkutan lebih suka memilih untuk berada diluar pagar, menonton orang lain bermain daripada terjun sendiri kelapangan untuk ikut bekerja, berpartisipasi dalam pembangunan. Yang sering tidak disadari pilihan menjadi penonton ternyata semakin membuat takut atau paling tidak menjadi miskin dalam memprakarsa dan bertindak. Hal ini pada gilirannya akan menurunkan kwalitas dan kwantitas prestasi dan produktifitas baik secara pribadi maupun sebagai anggota kelompok masyarakat. Sesungguhnya yang perlu kita camkan ialah: keberhasilan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kwalitas hidup, baik dalam aspek iman, emosional, kesehatan jasmani, pendidikan, materi maupun sosial, sambil secara positif menolong orang lain agar dapat menolong diri sendiri. Dengan demikian keberhasilan yang diinginkan bukan keberhasilan yang timpang, dalam arti hanya dalam satu aspek kehidupan saja, misalnya hanya dalam aspek finansial saja, atau intelektual saja.tetapi mencakup semua aspek tersebut secara serasi dan seimbang. Dalam masalah ada ungkapan yang sering kita dengar "Orang yang hari ini lebih baik dari kemaren adalah orang yang beruntung" orang yang hari ini sama dengan hari kemaren adalah orang yang merugi sedangkan orang yang hari ini lebih buruk daripada hari kemaren adalah orang yang terkutuk. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan betapa pentingnya mencapai keberhasilan dalam arti sebagai proses untuk menjadi lebih baik atau peningkatan kwalitas seperti tersebut diatas. Misalnya dalam surat Al An'Am ayat 8 Allah SWT
40
berfirman yang artinya: “Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan maka mereka tidak kuatir dan tidak bersedih hati”. Kemudian dalam surat Al A'raf ayat 35 dan 170: "Barang siapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan maka mereka tidak kuatir dan tidak bersedih hati. Sesungguhnya kami (Allah) tidak menyia-yiakan orang yang mengadakan perbaikan." Keberhasilan adalah hak setiap individu,setiap orang berhak memperoleh keberhasilan asal dia mau berusaha dan bekerja. Dan keberhasilan yang diperoleh adalah sesuai dengan yang diusahakannya. Firman Allah SWT sesuai dalam surat An-Najm ayat 39: "Seseorang tiada memperoleh selain dengan apa yang diusahakannya." Juga surat Al-An-Am ayat 132. Dan masing-masing orang memperoleh derajat sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Disamping itu masalah yang penting sekali kita perhatikan ialah masalah waktu dan kedisiplinan. Salah satu orang beriman adalah menghindarkan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Perbedaan antara orang yang berhasil dengan yang tidak berhasil adalah dalam hal pemanfaatan waktu ini. Mereka yang berhasil selalu mempergunakan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Suatu kegiatan tersebut dikatakan secara langsung atupun tidak langsung meningkatkan kwalitas iman, hidup, kerja,karya dan pikir. Allah menurunkan perintah sebelum ia memerintahkan untuk melakukan kegiatan lainya. Kegiatan ini merupakan salah satu faktor penting yang dapat menjelaskan mengapa beberapa bangsa lebih maju dibandingkan dengan yang lain di dunia ini. Pada tingkat individu dapat diketahui dari oto biografi orang-orang
41
yang berhasil, bahwa salah satu sebab keberhasilan mereka adalah karena rajin belajar/membaca. Kegiatan menulis akan membantu kita dalam mengorganisir pengetahuan kita secara sistimatis dan logis. Kegiatan menulis dapat menolong kita dalam mengidentifikasikan ketidak tahuan kita , kegiatan menulis akan mendorong kita untuk belajar lebih banyak lagi." Kita hidup di era informasi (Iptek) informasi tersedia di perpustakaan, toko-toko buku, kios-kios, koran , dan majalah. Informasi dapat juga diperoleh dari ceramah-ceramah, pengajian-pengajian, seminar-seminar, serta kursus-kursus, dan sekolah-sekolah, bahkan informasi juga dapat diperoleh melalui radio dan televisi. Begitu banyak sumber informasi bertebaran tapi mengapa hanya sedikit orang yang berhasil memanfaatkannya. Untuk itu marilah kita manfaatkan semua sarana ini dengan penuh cermat dan penuh kehati-hatian. Kehati-hatian sangat perlu diera globalisasi informasi ini, karena sangat boleh jadi informasi itu diberikan oleh pihak-pihak yang ingin menghancurkan Islam seperti orientasi dan antek-anteknya. 4.2.1.2 Pandangan Masyarakat Pangkusa Terhadap Waktu Orang tidak merugi ialah orang yang mempergunakan dan mengisi waktunya dengan baik dan sempurna yaitu : -
Iman, hati manusia sumber dari amal perbuatannya. Hati yang kosong dari keimanan akan menimbulkkan perbuatan yang merusak dirinya dan masyarakat sekitarnya. Keimannan yang mantap akan menjadi sumber dari
42
segala perbuatan baik, amal saleh, pengorbanan kepada mayarakat. Seseorang yang beriman akan berjasa kepada agama, bangsa dan negaranya. -
Beramal saleh, Iman ibarat pohon yang rindang, buahnya amal yang saleh. Iman dan amal yang saleh berjalin terpadu menjadi satu. Tidak ada arti iman jika tidak ada amal saleh yang ditimbulkannya dan tidak ada amal saleh manakala tidak didorong oleh iman, amal saleh luas, tidak terhingga jumlahnya. Segala perbuatan yang baik untuk dunia dan akhirat serta untuk dirinya dan orang lain yang diperbuat dengan niat yang baik karena Allah, maka itu adalah amal saleh.
-
Nasehat menasehati supaya tetap ulet dan shabar menjalankan kebenaran itu. Perjuangan hidup banyak halangan dan rintangannya. Dengan sifat ulet dan shabar dapatlah diatasi kesulitan itu. Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al Ashr ayat satu, dua, dan tiga:
1. Demi masa (waktu). 2. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh dan nasehat menase hati supaya/menjalankan kebenaran dan nasehat menasehati supaya bersabar (tabah menghadapi kesulitan)
Menurut masna: “Orang Pangkusa adalah orang Islam, pengertiannya seratus persen orang Pangkusa memeluk agama Islam, sehingga pandangan hidupnya dijiwai oleh hal-hal yang agamis”. (Pangkusa, wawancara 19 April 2013)
43
4.2.1.3 Pandangan Masyarakat Pangkusa Terhadap Alam Tuhan yang telah menjadikan bumi sabagai hamparan (tempat kamu tinggal) dan langit ibarat atab Allah menurunkan hujan dari langit. Dengan air hujan itu tumbuh dah keluarlah buah-buahan rezeki untukmu. Janganlah kamu adakan bandingan (sekutu-sekutu) Alah S.W.T. dengan yang lain. Padahal kamu mengetahui/Allah S.W.T. itu Maha Tunggal, tidak ada sekutunya. Firman Alah dalam Al-Quran surat Baqarah ayat 22. Dengan beredarnya bulan disekeliling bumi manusia dapat menentukan waktu, suatu isyarat agar manusia mempelajari astronomi untuk memantapkan keimanan-keimanan kepada Alah Yang Maha Tunggal. Dibukakan pintu seluasluasnya untuk mempelajari alam semesta dengan segala corak ragam ilmu pengetahuan akan menumbuhkan keimanan dan menjadikan ilmu-ilmu bertaqwa kepada yang Maha Pencipta. Diciptakan ruang angkasa, matahari, bulan, bumi, siang dan malam, bahkan untuk diketahui matahari, planet-planet dan satelitsatelit lainnya semua berputar dan beredar dalam waktuwaktu yang tertentu satu persatu pada garis edarannya masing-masing. Di ruang angkasa dan bumi ada makhluk melata, manusia telah mencari bukti bahwa di ruang angkasa ada makhluk hidup, itu suatu pembuktian kebenarannya. Alah menciptakan segala sesuatu dengan amat sempurna dan penuh hikmat. Ruang angkasa dan bumi diciptakannya dengan sangat harmonis, tidak ada yang tidak seimbang, tidak ada cacat dan kekurangannya. Kita disuruh lihat dan melihat lagi, berarti mendorong para ilmuwan untuk mempelajari lebih dalam lagi
44
betapa hebat dan menakjubkannya ciptaan Allah. Udara, lautan, daratan, manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan segalanya, tidak habis-habisnya untuk diselidiki dengan ilmu dan tehnologi. Alam merupakan anugerah Allah SWT yang diciptakan sebagai sumber kehidupan manusia. Sumber daya alam yang tersedia begitu besar dan beragam diberikan keleluasaan kepada manusia untuk mengolah dan mengelolanya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sumber daya manusia. Pengolahan sumber daya manusia ditekankan agar tetap menjaga kelestarian dan kesinambungan ekosistim sehingga tidak merusak rantai makanan dan rantai kehidupan mahluk hidup lainnya. Untuk menjaga kelestarian alam dan kelestarian lingkungan memerlukan tangan-tangan trampil yang memiliki etika, moral, dan kesadaran lingkungan. Siti Maemunah berpendapat bahwa: Alam dalam pandangan masyarakat Pangkusa merupakan rahmat dari Allah, yang pantas diolah dan disyukuri. Wujud nyata rasa syukur adalah dengan usaha menjaga kelestarian alam itu sendiri. Usaha untuk menjaga kelestarian alam terdapat dalam tradisi kehidupan para petani dan pencari kayu dihutan. Bagi para petani Pangkusa tempo dulu mempunyai kebiasaan setiap tempat yang tinggi (Cot) dan tanah kosong di tengah sawah ditanami dengan pohon Asam, dan pohon rindang lainnya. (Pangkusa, wawancara 15 April 2013) 4.2.1.4 Pandangan Masyarakat Pangkusa Terhadap Hubungan Antara Sesama Manusia diciptakan Tuhan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukanlah untuk perang, berbunuhan, tetapi untuk hidup rukun damai dan bersaudara. Allah berfirman dalam Al-quran surat Al-Hujarrah ayat 13. " Hai manusia sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita.
45
Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu kenal mengenai hidup rukun damai. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah siapa yang paling bertaqwa diantara kamu, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenai. Jika ayat ini dapat dihayati maknanya dan dijadikan seluruh umat manusia sebagai pedoman, nicaya dunia ini akan terteram, terjauh dari bahaya perang. Uang yang dihambur-hamburkan untuk persenjataan dapat digunakan untuk kemakmuran. Ayat ini adalah ayat yang memberikan dasar yang kokoh untuk mencapai perdamaian dunia. Khabarnya ayat ini dipajangkan pada salah satu ruang gedung perserikatan bangsa-bangsa di New York. Umat Islam bersatu padu seperti tubuh yang satu, sakit satu anggota, seluruh tubuh merasa sakitnya. Dilarang berpecah belah dan bermusuhan satu golongan dengan golongan yang lain. Dalam persatuan itulah letaknya kekuatan ummat dari dahulu kala sampai sekarang. Untuk kebangkitan umat kembali, persatuan ini digolongkan untuk pokok dasar, dan sudah saatnya disadari bahwa perpecahan menyebabkan kehancuran, bersatulah, nicaya akan menang didunia akhirat. Kemenangan itu dicapai dengan persatuan. Dari itu perlu organisasi masyarakat yang kuat, jujur dan teratur, barulah kemenangan gilanggemilang akan tercapai dengan muka yang berseri-seri kelak diakhirat. Sekiranya tetap berpecah-belah, kehancuranlah akibatnya dan azab yang akan diderita pada hari pembalasan. Janji kemasyarakatan yang ada hubungannya dengan sesama manusia; tidak memakan riba, tidak menipu, tidak dusta, tidak mencuri, tidak merampok. Setiap
46
orang berhak hidup dan semua orang mesti hidup karena diatas kehidupan, di atas aliran nyawa di dalam badan, disanalah tegak masyarakat besar. Orang tidak boleh membunuh dirinya, karena membunuh diri itu adalah dosa besar kepada diri dan dosa besar kepada masyarakat, karena masyarakat menjadi kehilangan seorang anggotanya dengan jalan yang tidak patut. Sebab kehidupan itu bukan untuk dirinya saja. Tujuan bermasyarakat ialah supaya kekal hubungan manusia. Masyarakat sangat menjaga jangan ada anggotanya yang mati tidak wajar dan bersebab. Diri tidak boleh dikurbankan melainkan kalau untuk suatu kepentingan bersama, sebagai seketika mempertahankan agama atau tanah air dari bencana serangan musuh. Hak hidup itu adalah hak bersama, mulai seorang anak bergerak didalam rahim ibunya, dia sudah berhak menerima hidup. Terlarang sangat oleh agama dan pemerintah,
seseorang
yang
mencoba
menggugurkan
anak
di
dalam
kandungannya, kecuali anak itu belum ada nyawa atau mati di dalam kandungan yang menyebabkan mesti digugurkan untuk kehidupan ibunya. Hak pemeliharaan kesehatan diri sendiri, baik diri yang lahir (jasmani) dengan mengihktiarkan supaya dia tetap sehat, kuat dan tangkas. Atau hak bathin dengan menambah ilmu pengetahuan, menjaga kesopanan, menjauhi mengisap candu dan sejenisnya. karena semua itu membahayakan diri sendiri. Kebersamaan timbul dari sebab pertalian seseorang dengan masyarakat. Seseorang itu anggota dari masyarakat. Jika seseorang itu dari anggota masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Kalau semuanya telah sama-sama diwajibkan tunduk kepada undang-undang masyarakat, tentu sebagai lolosannya,
47
yaitu sama-sama pantas pula merasai hasil dan buah dari ketundukan itu. Kalau demikian, adalah semua berhak, tidak berlebih dan berkurang, sekedar bagian yang pantas diterimanya pula. " Duduk sama rendah tegak sama Tinggi demikian kata pepatah. Kewajiban manusia terhadap sesamanya adalah kehendak garis keadilan itu sendiri. Kita wajib memenuhi kewajiban kepada sesama manusia lantaran asal usul kita satu, dari satu turunan, satu tabiat yaitu kemanusiaan. Kemudian dari itu ialah meneguhkan perhubungan kita sesama kita, hubungan masyarakat, supaya sempurna budi dan kesopanan. Untuk mencapai kesentosaan masyarakat, kita harus mengikuti satu peraturan, yaitu peraturan budi. Perasaan budi tertulis pada kertas dhamir (perasaan halus) kita sendiri yang menimbulkan satu keperluan untuk mencukupkan segenap kewajiban, kita sama-sama memikul suatu hak, dan semua kita wajib sama-sama menghormati hak itu. Segenap kewajiban yang diperintahkan oleh hati kita adalah hasil dari pada tabiat kemanusiaan kita. Cinta kepada kewajiban atau pekerjaan menimbulkan minat terhadapnya dan menimbulkan kegembiraan dalam melaksanakan tugas. Tidak memandang payah dan lelah, segala yang sukar dipandang mudah. Halangan dan rintangan seakan-akan kecil, jika bekerja dengan tidak bosan, terbukalah segala rahasianya yang tersembunyi. Memperbanyak pengamalan dan menambah pengetahuan. Perasaan ini dapat ditimbulkan kalau di dalam perusahaan yang ada hubungan yang baik diantaraburuh dengan majikan. Si majikan insaf bahwa kekayaan dan kemajuannya ialah sebab pertolongan buruhnya. Bantu membantu dan persaudaraan lahiriah saja tidaklah diharapkan.
48
Islam menuntut untuk berusaha lahir dan bathin pada jalan Alah. Perujudan hubungan lahir bathin ini, haruslah termasuk ke dalam hati, baik antara lelaki ataupun wanita dalam batas-batas yang dapat dibenarkan, sehingga dalam doapun kita harapkan memamfestasikannya. Menurut Alimudin: Sikap dan tingkah laku hormat menghormati masyarakat desa di Pangkusa, apabila seseorang berjumpa dengan yang lain ia akan memberi salam. Tingkah laku memberi salam tidak saja terbatas dilakukan pada saat berjumpa atau bertemu di jalan, tetapi juga akan dilakukan pada saat akan memulai pembicaraan, memasuki ruangan dan waktu meminta izin untuk meninggalkan tempat acara. Setiap para pemimpin harus menjaga dan memelihara martabatnya, maka tingkah laku yang terjadi didalam pergaulan menjadi contoh teladan bagi masyarakatnya. Jika berbicara, ia akan berbicara seperlunya saja tanpa banyak bérgurau. Bila seseorang pemuka agama terlalu banyak berseloro terutama dalam majelis atau forum yang diikuti oleh masyarakat, maka masyarakat kurang memberikan penghargaan kepadanya karena kesopanan masyarakat terhadap dirinya menjadi menipis lantaran banyak bergurau. Sikap berbicara seperlunya saja adalah untuk menjaga martabat kepemimpinannya seorang pemuka masyarakat atau pemuka agama. (Pangkusa, wawancara 15 April 2013)
Sebaiknya tingkah laku yang mengacu kepada aturan yang mengharuskan pengikut memelihara nama baik pimpinan, yaitu jika masyarakat/pengikut mendapat kepercayaan untuk melaksanakan tugas untuk dan atas nama pemimpinnya, maka tugas itu akan dilaksanakan sesuai dengan amanah yang diberikan. Ia tidak akan menyalahgunakan amanat yang dipercayakan kepadanya. Oleh karena itu sikap seperti menipu, berbohong dan sebagainya dapat dianggap sebagai pencerminan yang tidak memelihara nama baik pemimpin. Dalam masyarakat Bolaang Mongondow Utara, demikian pula dengan masyarakat Desa Pangkusa, jika seseorang berbuat jahat, maka akibat dari perbuatan itu tidak saja
49
ditimpakan kepada yang berbuat saja tetapi juga akan ikut tercemar seluruh keluarganya dan bahkan pemimpin atau guru yang pernah mengajarkannya. Sebagaimana dimaklumi bahwa masalah pendidikan termasuk pendidikan rumah tangga, yaitu pendidikan anak sebelum memasuki lembaga pendidikan resmi seperti T.K, S.D. S.M.P. dan lanjutannya adalah merupakan yang perlu mendapat perhatian utama untuk kelanjutan hidup dan kehidupan anak. Bila diteliti dengan seksama di dalam literasi islami, kita temukan bahwa demi untuk pendidikan generasi, Islam telah mulai menumpukan pikiran untuk itu sejak seseorang anak manusia memiliki jodoh yang kelak menjadi ibu atau ayah si anak (generasi).
4.3 Pokok-Pokok Temuan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Desa Pangkusa, peneliti menemukan berbagai permasalahan, disinilah peneliti menguraikan pokok-pokok temuan antara lain : 1. Masyarakat Pangkusa sudah tidak lagi mengenal etos kerja yang berhubungan dengan nilai-nilai budaya, karena bagi masyarakat pangkusa berhasil dalam pekerjaan bukan tergantung pada nilai etos kerja tersebut. 2. Etos kerja dalam masyarakat pangkusa sudah tidak penting lagi, bagi mereka dengan bekerja tanpa harus mencapai etos kerja yang tinggi, sudah cukup untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan cara yang halal.
50
3. Dalam etos kerja masyarakat pangkusa sudah tidak memiliki kepedilian social yang tinggi, sehingga mereka bekerja keras tidak memperoleh hasil yang maksimal.
4.4
Pembahasan
4.4.1 Persepsi Tentang Etos Kerja Kaitannya Dengan Nilai Budaya Masyarakat di Desa Pangkusa
Manusia dalam hidup memerlukan berbagai kebutuhan dan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan tersebut berupa kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan bahkan kebutuhan mewah naluriah manusia dalam hidup ini selalu mencari kehidupan yang layak . Kehidupan manusia bisa terpenuhi apabila individu manusia yang bersangkutan rajin bekerja dan berusaha. Budaya Pangkusa sangat menghargai orang yang rajin bekerja dan membenci orang yang malas. Orang yang rajin mendapat tempat yang tinggi dalam nuansa budaya. Manusia Pangkusa dalam berusaha dimotivasi pula oleh nilai-nilai keislaman. Islam mengajarkan dan tercermin dalam praktek sehari-hari masyarkat setiap memulai sesuatu usaha atau kerja selalu memanjat kepada Allah agar diberikan hasil yang memadai. Disamping itu dalam berusaha masyarakat juga dimotivasi oleh kewajiban membayar zakat. Zakat bagi orang Pangkusa terutama masyarakat petani bukanlah sesuatu yang dihindari, akan tetapi merupakan kewajiban yang didambakan agar mampu dibayarkannya. Untuk itu masyarakat selalu berusaha agar pekerjaan yang dilaksanakan memperoleh hasil yang
51
melimpah sampai mencapai nisabnya. Bahkan tidak jarang bernazar dengan hasil yang diperoleh dari usahanya ia akan menunaikan rukun Islam yang kelima (berhaji ke Mekkah). Manusia dalam bekerja dipengaruhi oleh nafsu karena manusia dikaruniai oleh Alah berupa nafsu. Nafsu disebut dapat berupa keinginan memiliki sesuatu yang bernilai dan berharga. Sesuatu yang bernilai dapat berupa harta, uang, atau jenis benda dan kekayaan lainnya. Rasa ingin memiliki dan menguasai sesuatu yang berharga wajar dimiliki oleh setiap manusia karena manusia tidak sama dengan malaikat. Malaikat diciptakan Alah tidak diberikan nafsu sehingga dalam hidupnya tidak membutuhkan makan dan minum dan keinginan untuk memiliki sesuatu yang berharga. Berhubung tidak diberikan nafsu maka malaikat sepanjang hajatnya selalu patuh dan sujud kepada Alah. Sedangkan manusia disamping diberikan akal juga dilengkapi dengan nafsu. Namun dengan demikian manusia juga diberi hati untuk menjaga kesimbang.an' antara kemauan akal dan nafsu. Motivasi kerja manusia Pangkusa diwarnai oleh niali-nilai Islam sebagai benteng unjuk membendung manusia agar tidak tergelincir ke jalan yang tamak. Tuntunan agama dipatri dalam kehidupan sosial masyarakat Pangkusa yang Islami motivasi bekerja dan berusaha adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan di dunia sangat penting dan berguna bagi setiap muslim apabila dapat beribadat dengan tenang dan khusyuk.
52
Hasil jerih payah dalam bekerja diperuntukan pula untuk bekal hidup di akhirat. Wujud nyata dari menyimpan sebahagian harta benda adalah untuk bekal di akhirat adalah membayar zakat, sedekah, kurban dan membangun tempat tempat ibadah. Membayar zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam yang hartanya telah mencapai nisab. Masyarakat Pangkusa selalu berdoa agar usahanya selalu mencapai nisab agar ia dapat mensucikan hartanya itu dengan zakat. Masyarakat petani misalnya ia selalu memanjatkan doa kepada Allah pada saat memulai mengerjakan sawah atau lading agar diberikan rezeki yang melimpah dan mencapai nisab supaya dapat menunaikan kewajiban zakat. Harta yang melebihi dari kebutuhan hidup sehari-hari biasanya disisihkan sedikit demi sedikit disimpan untuk menunaikan ibadah haji. Menunuaikan ibadah haji bagi umat Islam merupakan kewajiban selama hidup di dunia sebanyak satu kali. Dalam tradisi masyarakat Pangkusa menunaikan ibadah haji merupakan suatu hal yang dirindukan dan dicita-citakan setiap pribadi muslim Pangkusa mempunyai keinginan untuk melaksanakan ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam. Disamping sebagai kewajiban agama naik haji merupakan suatu penghargaan budaya. Budaya masyarakat orang naik haji mendapat tempat tertinggi dalam status sosial masyarakat. Etos kerja masyarakat dalam berusaha juga dimotivasi oleh keinginan untuk menunaikan zakat. Disamping membayar zakat terdapat pula sedekahsedekah sunat dan perayaan-perayaan ritual. Perayaan tersebut seperti perayaan Maulid. Kenduri Apam. kanduri beureuat dan sebagainya. Masyarakat Pangkusa kenduri maulid merupakan kewajiban bagi penduduk negeri.
53
Kebesaran hari lahirnya penghulu alam ini dipersiapkan begitu lama dan bersahaja. Persiapan yang bersahaja terlihat terutama dalam kehidupan masyarakat petani. Pada saat setiap musim tanam padi masyarakat Pangkusa selalu menyediakan sepetak tanah khusus yang diniatkan untuk kenduri tersebut. Ditinjau dari aspek psikologis kebiasaan ini memberikan motipasi yang tinggi bagi masyarakat untuk bekerja lebih rajin dengan harapan dapat menghasilkan panen yang melimpah untuk melaksanakan perayaan memuliakan hari kelahiran Rasul. Budaya masyarakat Pangkusa menekankan agar seseorang harus bekerja sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang memadai Budaya Pangkusa menganjurkan paling tidak untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari, karena Islam tidak menyukai orang yang peminta-minta (pemalas). Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk selalu mencari rezeki di atas permukaan bumi. Islam adalah ajaran yang mengantarkan umatnya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat telah menggariskan pola hidup yang ideal dan praktis. Dengan ruh iman setiap muslim menghadapi dua aspek untuk menghasilkan kebajikan yaitu aspek ubudiyah dan aspek muamalah. Ubudiyah yaitu memperhamba diri tunduk dan patuh atas segala perintah Allah, muamalah yaitu berbuat baik sesama manusia dan lingkungan alam yang melingkupi kegiatan kemasyarakatan, ekonomi dan sosial budaya. Keseluruhan aspek tersebut sering diformulasikan sebagai "Hablum minallah Wahablum minan nas" Aspek ubudiyah dan aspek muamalah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam diri pribadi muslim. Aspek ubudiyah memberikan penghayatan dalam
54
melaksanakan kegiatan muamalah agar dapat berjalan sesuai dengan tatanan dantuntunan yang telah digariskan agama. Aspek muamalah sangat penting untukmenunjang umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Uraian diatas ditegaskan dalam firman Allah, surat Al Jum'at ayat 10, yang artinya ' Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." Ayat diatas menggambarkan begitu eratnya hubungan ibadah dengan muamalah (kegiatan-kegiatan kemasyarakatan) dan begitu tingginya perhatian dan penghargaan terhadap usaha mencari nafkah. Dari ayat ini juga terlihat bahwa Islam sangat menghargai umatnya untuk bekerja keras dan tidak pernah lupa memuji Allah. Rasullulah S.A.W bersabda "kemiskinan mendekati kekufuran."Hadis ini menganjurkan umat Islam mau bekerja keras agar terhindar dari kemiskinan yang menjerumuskan manusia pada kekufuran, kemiskinan sering disebabkan oleh kemalasan dalam berusaha. Malas merupakan salah satu penyakit yang perlu dijauhi. Kemalasan dan lemah adalah sifat mazmumah (tercela) dalam pandangan etika Islam. Sikap itu wajib dihilangkan dengan cara penyadaran diri maupun bermunajat kepada Allah. Budaya Pangkusa pada dasarnya juga sangat membenci orang yang malas dan sangat menghargai orang-orang yang rajin. Lukisan sikap budaya Pangkusa terhadap dua sifat diatas tercermin lewat kristal-kristal budaya yang diwariskan dari nenek moyang dahulu.
55
Lingkungan sosial masyarakat ikut pula mendorong seseorang untuk mencari pekerjaan dan berusaha. Dorongan lingkungan semacam ini sering terdapat dalam pergaulan kaula muda. Pemuda Pangkusa terdorong untuk bekerja keras karena keberhasilan teman temannya. Dorongan untuk giat bekerja sebagai persiapan berumah tangga. Dorongan karena keberhasilan temannya sering terjadi pada masyarakat Pangkusa yang pulang dari perantauan dengan membawa keberhasilan. Faktor keberhasilan itu berpengaruh pemuda lain untuk melakukan hal yang sama . Keberhasilan teman-teman menjadi cambuk untuk bekerja keras agar iapun dapat memperoleh keberhasilan. Ditinjau dari segi adat kemapanan ekonomi bukan saja sanggup mencari nafkah akan tetapi sewaktu hendak melangsungkan pernikahan harus dibarengi dengan pelunasan mahar berupa emas sesuai dengan perjanjian. Ketentuan adat ini tentu seseorang membutuhkan kesungguhan agar dapat memperoleh mahar tersebut. Aspek positif dari pemberian mahar kepada mempelai wanita oleh mempelai pria merupakan dorongan untuk menggugah seseorang dalam bekerja dan sebagai ukuran atau simbul kesiapan dan kemapanan dari segi ekonomi seorang pemuda yang ingin melangsungkan perkawinan (berumah tangga). Bagi si wanita merupakan pegangan bukti kecintaan seorang pemuda kepadanya. Tuntutan adat yang sangat menghargai kerja sehingga tidak jarang warga masyarakat mencari kerja sampai ke negeri orang, dalam masyarakat Pangkusa merupakan cerminan dari konsepsi hijrah dalam Islam. Untuk mencari ketenangan dan kedamaian hidup dalam Islam dibenarkan bahkan dianjurkan
56
untuk mencari daerah lain yang dapat memberikan kedamaian. Faktor-faktor menyebabkan seseorang atau sekelompok orang merantau antara lain adalah karena dorongan ekonomi, dorongan pendidikan, mencari perlindungan dari ancaman perang atau mencari rasa aman dan kemerdekaan berpikir. Migrasi masyarakat Pangkusa pada umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi. Sifat perantauan orang Pangkusa adalah secara individual. Perantau Pangkusa dengan motif ekonomi berusaha di negeri atau daerah lain dengan tujuan ia dapat hidup lebih baik dan layak. Kepada masyarakat Pangkusa yang merantau tradisi masyarakat menuntut agar mampu membawa bekal kepada keluarganya yang ditinggalkan. Harapan adat ini memotivasi seseorang diperantauan untuk bekerja lebih rajin, bahkan dalam diri mereka tertanam niat kalau belum berhasil tidak atrgn puiang kekampung halamannya. Untuk mencapai keberhasilan di perantauan masyarakat Pangkusa mulai hidup dengan prinsipprinsip ekonomi. Prinsip-prinsip ekonomi dimaksud misalnya hemat, rajin dalam berusaha dan tabah menghadapi cobaan dan tantangan. Masyarakat Pangkusa sangat menghargai orang yang rajin bekerja dan mencela orang-orang malas. Penghargaan ini diberikan atas dasar pada kenyataan bahwa keberhasilan hanya dapat diperoleh dengan kerja keras, banting tulang, peras keringat, sebab tidak ada sesuatu di dunia ini akan diperoleh dengan gratis. Ajaran Islam juga menjanjikan orang yang pertama masuk syurga adalah orang kaya yang pemurah. Kekayaan merupakan amanah Allah dan sifatnya hanya sementara. Pemurah maksudnya ia punya kepedulian sosial serta bersedia
57
mensucikan harta kekayaannya dengan cara bersedekah, membayar zakat dan membangun rumah-rumah ibadah. Manipestasi dari kemuliaan terhadap orang kaya yang pemurah tertuang dalam kehidupan bermasyarakat selalu diikut sertakan dalam berbagai kegiatan dan bahkan kebanyakan jabatan-jabatan pembangunan desa di Pangkusa dipercayakan kepada orang yang memiliki kekayaan diantara. Bahkan untuk kepala desa sekalipun umumnya yang memiliki kelebihan dari segi material. Pemberian kepercayaan kepada orang kaya di desa dilandasi oleh persepsi bahwa ia telah sanggup mengurus dirinya dan keluarga dengan demikian ia tidak sepenuhnya memikirkan keluarganya lagi sehingga terkonsentrasi untuk memikirkan kepentingan masyarakat. Walaupun keühatannya budaya Pangkusa sangat menghargai orang yang rajin dan membenci orang malas. Waktu memegang peranan penting dalam melaksanakan aktivitas hidup seharihari. Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga. Islam memberikan perumpamaan waktu itu seperti laksana pedang. Pedang merupakan benda yang tajam dan bertujuan untuk menghanus musuh atau benda-benda lainnya. Berarti waktu jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka ia akan dapat menghancurkan manusia itu sendiri. Akan tetapi seandainya mampu kita manfaatkan secara efektif dan efisien maka sangat menguntungkan bagi manusia. Alam ini diciptakan dalam keadaaan yang sempurna dengan segala jenis dan bentuk organisme. Manusia adalah salah satu dari sekian banyak jenis mahluk didunia ini. Manusia adalah mahluk yang diberikan kelebihan akal. Oleh karena itu manusia diberikan tanggung jawab untuk memelihara dan mengolah alam ini
58
untuk kepentingan manusia itu sendiri dan kepentingan generasi penerus dan kepentingan mahluk lainnya sebagai objek kebutuhan manusia. Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya kerusakan didarat dan dilaut adalah akibat ulah tangan manusia. Ayat ini diperkuat lagi dengan kecurigaan malaikat pada saat Allah mengumumkan akan menciptakan manusia sebagai khalifah dipermukaan bumi. Malaikat mengatakan kecurigaannya kepada manusia kepada Allah bahwa manusia nantinya akan membuat kehancuran di muka bumi. Akan tetapi Allah menjawab Aku (kata Allah) maha mengetahui. Lalu Adam diajarkan nama-nama tumbuh-tumbuhan oleh Allah. Pernyataan Al- Quran diatas merupakan suatu peringatan bahwa manusia harus siap dengan segala tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan agar manusia tidak dicap sebagai pembawa kehancuran. Untuk menjaga agar alam ini tetap lestari maka manusia perlu memahami etika dan moral kerja berdasarkan Islam yang senantiasa berpedoman kepada Al-quran dan hadis. Firman Allah dalam surat Al-Ambiya ayat 105-106, yang artinya "Bahwasanya
bumi
ini
dipusakai
untuk
hamba-hambaku
yang shaleh.
Sesungguhnya apa yang disebut dalam surat ini benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah Allah". Ciri umum manusia saleh adalah berilmu, beriman dan beramal. Berilmu erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia. Dengan ilmu pengetahuan yang mantap yang dilandasi nilai-nilai iman akan mampu manusia mengolah dan menjaga alam ini.
59
Masyarakat Pangkusa sejak dahulu sampai sekarang dikenal dengan masyarakat yang homogen, walaupun dari segi keturunan ada yang mengatakan dari berbagai suku bangsa di dunia. Masyarakat yang homogen dan ditopang oleh pengamalan terhadap ajaran agama Islam yang dianut masyarakat semakin mempertebal solidaritas sosial dan kepedulian sosial. Manivestasi dari kebersamaan Pangkusa terlihat dalam pelaksanaan kegiatan seharihari masyarakat. praktek ini terlihat beberapa tahun yang lalu sebelum alat modern dan canggih merambah kehidupan masyarakat didesa-desa. Kepedulian sosial masyarakat Pangkusa merupakan pengamalan dari ajaran Islam . Islam mengajarkan bahwa umatnya adalah "Ummatun Wahiidah" (umat yang satu). Makna dari umat yang satu sangat dalam sebagai gambaran apabila salah satu sakit maka semua merasa sakit. Penjelasan umat yang satu ini ditamsilkan dengan anggota tubuh manusia, manakala kaki terinjak sesuatu benda yang mengakibatkan rasa sakit, maka mulutpun berucap aduh dan begitu pula apabila anggota tubuh yang lain merasa sakit. Praktek pelaksanaan kepedulian sosial dalam bentuk ibadah yaitu pemberian zakat. Zakat diberikan kepada delapan jenis diantaranya kepada fakir miskin, termasuk didalamnya yatim piatu, orang yang berhutang untuk melunasi hutangnya, muallaf yaitu orang dari agama lain yang baru masuk Islam, orang musafir dan lain-lain. Semua kebersamaan terpatri dalam kehidupan sehari-hari dalam aktivitas kerja masyarakat. Kebersamaan tersebut sangat jelas terlihat pada masyarakat
60
petani. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat bahagian aktivitas masyarakat satu per satu. Dalam masyarakat petani pada saat panen sedang berlangsung dilakukan pemilihan bibit untuk musim tanam berikutnya. Perlu diingat tidak semua petani kualitasnya bagus akan tetapi ada yang tidak bisa digunakan untuk bibit. Untuk memperoleh bibit berlaku sistim tukar menukar dengan takaran yang sama, tanpa memperhitungkan harga dalam rupiah. Berdasarkan sistim nilai itu suatu budaya menetapkan norma-norma prilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan-aturan itu biasanya berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja kesenangan hingga kepatuhan mutlak, yang boleh dan tidak boleh dilakukan bagi anak-anak. Antropolog Ina Browr mengatakan "Orang-orang dalam budaya-budaya yang berbeda merasa senang, berkepentingan, jengkel, atau malu tentang hal-hal yang berbeda karena mereka mempersepsi situasi-situasi berdasarkan premis-premis yang berbeda pula". Budaya menuntut kejujuran diri anggota-anggota kelompok sosial untuk menerima standar yang lebih luas dari adat istiadat yang berwujud seperti: upacara, kelahiran, perkawinan, kematian, aturan-aturan etika lain rasa hormat, menyatakan sopan santun dan sebagainya. Nilai-nilai utama dalam keluarga adalah merupakan dasar kepribadian atau falsafah suatu masyarakat atau suku bangsa yang mengatur pergaulan hidup masyarakat atau suku bangsa yang bersangkutan. Dalam ilmu antropologi nilainilai dasar ini dikenal dengan istilah "sistim nilai" berupa norma-norma, hukum
61
adat, aturan, sopan santun yang mengatur kehidupan suatu masyarakat dengan segala sangsi-sangsinya. Nilai utama yang dijadikan dasar dalam pergaulan hidup masyarakat di desa Pangkusa Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah nilai-nilai yang bersumber kepada ajaran agama Islam oleh karena anggota masyarakatnya seratus persen
memeluk
agama
Islam.
Bahkan
masyarakat
Pangkusa
sangat
membanggakan bahwa masyarakat desa Pangkusa tidak seorangpun yang menganut agama selain dari agama Islam. Dengan demikian sudah tentu nilainilai yang bersumber dari agama Islam ini mempunyai peranan yang dominan dalam pendidikan keluarga masyarakat.