BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum RCTI 4.1.1 RCTI PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) adalah stasiun televisi swasta Indonesia pertama. Berdiri pada tahun 1989, RCTI awalnya lahir dari dua perusahaan besar yakni PT. Bimantara Citra Tbk dan Rajawali Citra Corporation. RCTI diresmikan pada tanggal 24 agustus 1989 hadir sebagai stasiun televisi swasta yang pertama ditanah air. Pada tahun 1999, RCTI merupakan televisi swasta pertama yang melakukan reformasi besar-besaran dalam susunan manajemen. Setelah 4 tahun menyendiri, lahirlah dua stasiun televisi nasional yang menjadi teman RCTI, yaitu METRO TV dan Global TV. PT. Bimantara Citra Tbk, mendirikan Global TV ( PT. Global Informasi Bermutu, Tbk) pada tahun 1999 dan memiliki 70% saham atas Global TV dan juga memodali berdirinya Metro TV (PT. Media Televisi Indonesia, Tbk) dan memiliki 25% saham atas Metro TV. Namun, pada tahun 2002, PT. Bimantara Citra, Tbk. Berganti nama manajemen setelah dibeli PT. Bhakti Investama, Tbk. pemilik baru dari PT Bimantara Citra, Tbk. menilai Metro TV kurang memberikan keuntungan berarti dan segmentasinya tumpang tindih dengan RCTI. Hingga akhirnya Bimantara membeli 75% saham PT. Cipta TPI,
45
46
Tbk. dan langsung menempatkan para redaksi baru di TPI. Dan pada 1 Oktober 2003, PT. Bimantara Citra, Tbk. mendirikan induk usaha untuk RCTI, TPI, dan Global TV yaitu Media Nusanta Citra (MNC) Direktur utama RCTI adalah Hary Tanoesoedibjo, yang juga Presiden Direktur dan CEO dari media Nusantara Citra Televisi (MNC) dan Global Mediacom, RCTI pun menggandeng JakTV stasiun televisi lokal Jakarta, untuk bergabung dalam satu manajemen yaitu Media Nusantara Citra (MNC). Pada tahun 2005 yang lalu. RCTI, kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan harmonisasi dari mimpi, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan doa. 6 (enam) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program RCTI yang mengusung motto "Kebanggaan Bersama Milik Bangsa" namun tampil dalam kemasan yang "oke". Kualitas program-program RCTI pada akhirnya mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran TV di Indonesia. 4.1.2 Nama dan Logo RCTI
Logo RCTI dicetak di atas dasar putih dengan warna solid biru dan merah yang menyiratkan kesetian pada para pemirsa dan menunjukan dinamika warna media. Gambar burung Rajawali yang berada dalam logo RCTI dengan sorot
47
mata yang tajam warna merah menunjukan visi RCTI yang siap menghadapi tantangan, solusi sosok rajawali menggambarkan tekad RCTI bahwa dengan kegiatan teknologi, komunikasi dan visual televisi khususnya yang berwawasan nasional, RCTI siap mengemban tugas menyebarluaskan informasi, pengetahuan, dan hiburan. Kini RCTI berada di bawah naungan kelompok Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi beberapa perusahaan media mulai dari media televisi, radio hingga media cetak. 4.1.3 Visi Dan Misi RCTI Visi: “Media Utama Hiburan dan Informasi”. RCTI menyajikan acaraacara yang menarik dan bermutu hingga menjadi televisi pilihan terbaik untuk hiburan dan informasi di Indonesia. Keseimbangan antara bisnis dan tanggung jawab sosial berjalan seiring. Misi: “Bersama Menyadiakan Layanan Prima”. RCTI memberi takanan pada semangat kebersamaan dalam rangka menumbuh-kembangkaan upaya-upaya bersama dimana semua komponen perusahaan, dari tingkat atas sampai bawah, dirangsang, dikoordinasi serta disistematisasi untuk berkarya sebaik mungkin dalam memberikan layanan terbaiknya. 4.1.4 Tiga Pilar Utama Terdapat tiga pilar utama insan RCTI yang termotivasi, memberi inspirasi dan sebagai pembangkit semangat kebersamaan untuk sampai pada hasil yang
48
diharapkan para stakeholder, yang berawal dari kualitas, integritas, dan dedikasi mereka untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, yaitu: 1. Keutamaan dalam kebersamaan 2. Bersatu padu 3. OKE 4.2 Gambaran Umum Program Seputar Indonesia
Seputar indonesia ditayangkan dalam 3 sesi yaitu Seputar Indonesia Pagi, Seputar Indonesia Siang dan Seputar Indonesia malam. Seputar Indonesia Pagi pertama menyapa pemirsa 24 Agustus 1993 dengan nama Buletin Pagi & kemudian Nuansa Pagi. Nuansa Pagi merupakan pelopor program morning show di tanah air, menggabungkan pendekatan program berita bulletin yang menyajikan topik-topik terkini (peristiwa dan isu) dengan pendekatan magazine yang menyajikan topik-topik features/soft-news dan bersifat timeless.
49
Sejak Februari 2009 bertransformasi menjadi Seputar Indonesia Pagi, guna memperkokoh positioning dan citra Redaksi RCTI di bawah flagship program Seputar Indonesia.
Seputar Indonesia Siang adalah program berita berdurasi 30 menit yang ditayangkan langsung setiap siang dari studio RCTI di Kebon Sirih Jakarta Pusat. Program ini merupakan salah satu program berita pertama yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia.
Seputar Indonesia Siang pertama kali mengudara pada Agustus 1993 dengan judul Buletin Siang, dan menyajikan berbagai perkembangan utama di tanah air dengan pendekatan semi-soft news. Seputar Indonesia Siang hadir untuk menyajikan berbagai perkembangan di tengah-tengah kesibukan pemirsa saat melalui paruh pertama aktivitas hari itu.
Sindo Malam merupakan metamorfosis dari Buletin Malam, salah satu program berita yang diproduksi redaksi Seputar Indonesia RCTI sejak 1992. Ciri khas program paling akhir dalam menyajikan berita ini lebih santai dalam menyajikan berita dan up date berita.
Program berita berdurasi 30 menit yang ditayangkan secara langsung dari studio RCTI Kebon Sirih, Jakarta, mulai Senin hingga Jum’at. Sebagai penutup hari, Seputar Indonesia Malam menyajikan peristiwa yang terjadi mulai siang hingga malam. Masalah politik, hukum, olahraga dan internasional menjadi sajian utama bagi para pria, pemirsa dominan Program Seputar Indonesia Malam. Sesuai
50
konsep rest & relax, Seputar Indonesia Malam juga menyajikan features, seperti profil, gaya hidup, tempat wisata dan teknologi.
Presenter Seputar Indonesia - Ariyo Ardi
- Astri Megatari
- Astrid Wibisono
- Dian Mirza
- Inne Sudjono
- Iqbal Fais
- Michael Tjandra
- Zaldy Nurzaman
4.3 Hasil Penelitian Pada konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo, peneliti akan menganalisis sesuai dengan model analisis Roland Barthes mengenai analisis semiotik yang ada di konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo dalam deklarasi partai Hanura. Setelah itu, peneliti akan membagi pesan dalam konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo kedalam 3 kategori sesuai metode analisis Roland Barthes, yaitu: 1. Pesan Linguistik yaitu memaparkan kata dan kalimat yang terdapat dalam konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo baik secara lisan maupun tertulis. 2.
Pesan ikonik terkodekan yaitu memaparkan konotasi yang muncul dari
visualisasi, yang berfungsi dengan mengaitkannya dengan sistem tanda.
51
3. Pesan ikonik tak terkodekan yaitu memaparkan denotasi dalam visualisasi konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. 4.3.1 Pesan Linguistik Pesan yang dikemas dengan menggunakan bahasa, atau bahasalah sebagai alat utamanya. Dalam komunikasi verbal, karena menggunakan lambang verbal yaitu bahasa. Dalam konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo tersebut terdapat pesan linguistik. Tabel 4.1 Pesan – Pesan Linguistik Objek
Penanda Pada pemberitaan ini presenter Michael Ucapan
Petanda Michael
Tjandra membacakan berita : “Partai pemberitaan Hanura membuat gebrakan Wiranto Siang, dan Hary Tanoesoedibjo tadi pagi gebrakan
Chandra
pada
di
Seputar
Indonesia
“Partai
Hanura
membuat
Wiranto
dan
Hary
52
resmi dideklarasikan sebagai pasangan Tanoesoedibjo
tadi
capres dan cawapres partai Hanura.”
sebagai
dideklarasikan
pagi
resmi
pasangan
capres dan cawapres partai Hanura.” Menyiratkan arti bahwa partai Hanura membuat tindakan yang berani yang tidak diperkirakan sebelumnya oleh partai lain. Hal ini membuat pandangan bahwa partai Hanura adalah partai yang pertama
kali
mengumumkan
atau
meresmikan calon presiden dan wakil presiden untuk pemilu presiden 2014. Dari pemberitaan diatas “partai Hanura membuat gebrakan....” dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “gebrakan“ berarti tindakan yang berani (yang tidak diperkirakan sebelumnya oleh orang lain) yang dapat diartikan secara luas bahwa partai Hanura membuat sebuah tindakan yang belum diperkirakan oleh partai lain yang memang belum dilakukan oleh partai lain. Biasanya hanya mengumumkan calon presidennya saja tetapi partai Hanura mengumumkan calon presiden dan calon wakil presiden secara bersama – sama. Pengumuman partai Hanura ini dideklarasikan kurang lebih 1 tahun sebelum pemilihan presiden 2014. Partai
yang
sebelum-sebelumnya
biasanya
hanya
mengumumkan
calon
presidennya saja. Pengalaman Seputar Indonesia sebagai program news yang pertama mampu memberikan sebuah pemberitaan yang dapat direalisasikan sebagai bentuk pemberitaan yang memberikan informasi kepada masyarakat luas.
53
Objek
Penanda
Petanda
Dengan mengusung slogan “ Pasti Maju Partai Hanura dalam mendeklarasikan Indonesia “ kata ketua umum partai calon presiden dan wakil presiden Hanura Wiranto dan ketua dewan memiliki slogan merupakan perkataan pertimbangan Tanoesoedibjo
partai
Hanura
mendeklarasikan
Hary atau kalimat pendek yang menarik, diri mencolok, dan mudah diingat untuk
menjadi calon presiden dan wakil menjelaskan presiden.
tujuan
suatu
ideologi
golongan, organisasi, partai politik, dsb. Dalam organisasi diperlukan adanya slogan yang memudahkan masyarakat untuk mengingatnya dan mewakili dari partai Hanura untuk maju ke pemilu presiden 2014. “ Pasti Maju Indonesia” menyiratkan
arti
tentang
sebuah
keinginan dari partai Hanura yang
54
mempunyai hasrat dalam memajukan Indonesia dengan presiden Wiranto dan wakil presiden Hary Tanoesoedibjo. Pemberitaan diatas menunjukkan ada sistem tanda usung slogan “ Pasti Maju Indonesia” dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “slogan” berarti perkataan atau kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik, dsb. Seputar indonesia ingin menunjukkan adanya dalam slogan tersebut, partai Hanura memiliki sebuah janji untuk memajukan Indonesia apabila pasangan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo terpilih. Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencalonannya sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Objek
Penanda
Petanda
Sementara Hary Tanoe mengatakan Ucapan Hary Tanoe bahwa “dirinya bahwa “dirinya dan Wiranto adalah dan Wiranto adalah pasangan yang
55
pasangan
yang
dapat
bersinergi dapat
memajukan Indonesia.”
bersinergi
memajukan
Indonesia” menyiratkan arti bahwa pasangan calon presiden Wiranto dan calon
wakil
Tanoesoedibjo yang
mampu
presiden merupakan
Hary pasangan
bekerjasama
dalam
memajukan Indonesia. Wiranto dan Hary Tanoe memiliki visi dan misi yang sama yang mampu memajukan Indonesia
apabila
mereka
dipilih
menjadi presiden dan wakil presiden. Dirinya sebagai kata ganti dari sosok seorang Hary Tanoesoedibjo.
Dalam kalimat “dirinya dan Wiranto adalah pasangan yang dapat bersinergi memajukan Indonesia.” Dirinya menunjukkan adanya sebuah kata pengganti sebagai seorang sosok individu kepada kehidupan, menciptakan tujuan sekaligus sarana untuk mencapainya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “bersinergi” berarti melakukan kegiatan atau operasi gabungan: sudah sampai waktunya bangsa Indonesia mulai bekerja dan - secara positif yang menguntungkan seluruh bangsa.
Yang dapat diartikan secara luas Hary
Tanoesoedibjo dan Wiranto merupakan pasangan calon presiden dan wakil
56
presiden yang mampu bekerjasama secara positif untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Objek
Penanda
Petanda
Ariyo Ardi memberikan pertanyaan Ucapan Ariyo Ardi : Pak Wiranto di kepada Bapak Wiranto: “Pak Wiranto 2004 Bapak sebagai capres kalah, 2009 di 2004 Bapak sebagai capres kalah, sebagai cawapres kalah lagi Pak, 2009 sebagai cawapres kalah lagi Pak, sudah 2x kalah kok masih berani maju sudah 2x kalah kok masih berani maju di 2014 Pak ?” menyiratkan arti bahwa di 2014 Pak ?”
Ariyo Ardi mengingatkan kembali ke pada
Bapak
Wiranto
tentang
pencalonannya dipemilu sebelumnya. 2004 Wiranto mencalonkan diri sebagai calon
presiden
dari
partai
yang
mengusung Golkar. 2009 menjadi tahun keikutsertaan
partai
Hanura
dalam
57
pemilu, Wiranto menjadi calon wakil presiden dari partai Hanura. Adanya kata ( kok...) termasuk dalam kategori fatis yaitu kata yang terdapat dalam kalimat-kalimat
non
standar
yang
banyak mengandung unsur daerah atau dialek regional. Seputar Indonesia memberikan pertanyaan yang membahas kembali tentang pencalonan Wiranto maju dalam pemilu presiden sebelumnya. Adanya penggunaan kata ( kok...) termasuk dalam kategori fatis yaitu kata yang terdapat dalam kalimat-kalimat non standar yang banyak mengandung unsur daerah atau dialek regional. Kata “kok” tersebut memiliki maksud adanya penekanan akan ketidakpercayaannya terhadap pencalonan Wiranto yang ketiga kalinya. Objek
Penanda
Petanda
Ariyo Ardi memberikan pertanyaan Partai Hanura membuat masyarakat
58
kepada Bapak Wiranto: “ Pak, Hanura pada
umumnya
mempertanyakan
ini banyak orang yang mengatakan dengan pencalonannya yang secara terlalu percaya diri, biasanya lazimnya bersama-sama calon presiden dan wakil sebuah
partai
hanya
mencalonkan presiden sekaligus. Kalimat (...terlalu
capresnya saja tapi ini di dua-duanya percaya diri...) menyiratkan bahwa ada capres dan cawapres. Apa yang melihat
kepercayaan
diri
yang
membuat Hanura begitu percaya diri?” berlebihan Wiranto dan Hary Tanoe pada pemilu 2014, partai Hanura mengambil langkah lebih awal dengan mengumumkan kandidatnya daripada partai lain. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
mengetahui
adanya
kandidat calon dari partai Hanura dengan melihat kandidat seutuhnya. Sebuah pemberitaan yang menunjukkan adanya sebuah kepercayaan diri yang berlebihan dari partai Hanura. pada umumnya sebuah partai hanya mendeklarasikan calon presidennya saja, tetapi partai Hanura memberanikan diri mendeklarasikan calon presiden dan calon wakil presiden. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang dari partai Hanura dalam mendeklarasikan calon presiden dan wakil presiden pada pemilu presiden 2014.
59
Objek
Penanda
Petanda
Hary Tanoesoedibjo : “Itu salah satu Pernyataan dari Hary Tanoesoedibjo : “ yang saya perhitungkan tapi yang ingin ........ tapi yang ingin saya garis bawahi saya garis bawahi disini sebetulnya disini sebetulnya kami berdua ini bukan kami berdua ini bukan haus kekuasaan haus
kekuasaan.......”
kata
garis
tapi bagaimanapun sebagai tentunya bawahi mengartikan bahwa pernyataan anak bangsa yang prihatin mau tidak itu penting dimana Hary Tanoesoedibjo mau kalo ingin memperbaiki negeri ini, menyatakan bahwa “disini sebetulnya bangsa yang kita cintai ini mau tidak kami mau harus maju, jadi motivasinya beda
berdua
ini
bukan
haus
kekuasaan.” Menyiratkan arti bahwa Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo yang sudah bidang
memiliki yang
kedudukan
digelutinya
dalam
sehingga
sebagai seorang calon wakil presiden dan wakil presiden memiliki sebuah
60
motivasi yang lain selain kekuasaan yaitu keprihatinan terhadap bangsa Indonesia. Pemberitaan ini berisi tentang motivasi untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden di pemilu 2014 mendatang dari Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo yaitu bukan haus kekuasaan tapi keprihatinan terhadap bangsa Indonesia yang mau tidak mau harus maju. Objek
Penanda Pernyataan “....Yang
Hary
Petanda
Tanoesoedibjo
pertama
: Dari Pernyataan Hary Tanoesoedibjo
integritas, “...Yang
motivasinya apa? kami berdua ini motivasinya
pertama apa?..”
integritas, motivasi
berdua motivasinya mengabdi tulus merupakan dorongan yang timbul pada karena sudah sama – sama
mapan, diri seseorang secara sadar atau tidak
beliau sudah sangat mapan. Mohon sadar untuk melakukan suatu tindakan maaf saya juga sudah sangat mapan dengan tujuan tertentu. “....saya ini
61
saya ini memimpin lebih dari 100 memimpin lebih dari 100 perusahaan perusahaan
saya
masih
mayoritas saya masih mayoritas kepemilikannya
kepemilikannya dan nilai sahamnya dan
nilai
sahamnya
ada
di
8
ada di 8 perusahaan publik 100 triliun perusahaan publik 100 triliun lebih lebih sekarang.....”
sekarang.....” jumlah
mayoritas
orang
merupakan
terbanyak
yang
memperlihatkan ciri tententu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah
yang
lain
yang
tidak
memperlihatkan ciri itu. Mapan : kesiapan secara ekonomi atau matang. Dari pernyataan Hary Tanoesoedibjo memberikan makna tentang dorongan seorang
Hary
Tanoe
dalam
pencalonannnya, kemapanan seorang Hary Tanoesoedibjo yang memiliki kepemilikan dominan saham di 8 perusahaan publik. Pemberitaan ini berisi tentang adanya dorongan seorang Hary Tanoe dalam
pencalonannnya, kemapanan seorang Hary Tanoesoedibjo yang memiliki kepemilikan mayoritas saham di 8 perusahaan publik. Hal ini memberikan sebuah opini tentang kepemilikan pada perusahaan publik yaitu salah satunya RCTI.
62
4.3.2 Pesan Ikonik Terkodekan Setelah meneliti pesan linguistik dalam konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo , penelitian juga dapat dilakukan dengan menganalisis gambar atau visual pemberitaan tersebut dan menelitinya berdasarkan pesan ikonik terkodekan. Dibawah ini adalah visual atau gambar yang diteliti berdasarkan pada fokus penelitian pada konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Tabel 4.2 Pesan Ikonik Terkodekan Objek
Penanda Wiranto
berada
diatas
Petanda panggung Panggung
menunjukkan
adanya
dengan bakground LED partai Hanura, perbedaan tempat, Wiranto berada pada dengan keramaian massa pendukung tempat partai bendera
Hanura dan
lebih
tinggi
menunjukkan
melambai-lambaikan sebagai seorang pemimpin diantara mengangkat
spanduk massa
pendukung
partai
Hanura.
63
partai Hanura.
Sebuah pengambilan Melambai-lambaikan
bendera
dan
gambar extrem long shot menyiratkan mengangkat spanduk partai Hanura bagaimana subyek menjadi bagian dari sebagai bentuk dukungan dari massa lingkungan massa pendukung.
pendukung Wiranto
sebagai
Calon
Presiden di pemilu presiden 2014. Panggung sebagai tempat untuk menyampaikan visi dan misi dalam pencalonan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Wiranto berada diatas panggung menunjukkan
sebagai
seorang
pemimpin
diantara
masa
pendukungnya.
Pengambilan gambar extrem long shot pada pemberitaan di Seputar Indonesia sebagai bentuk adanya seorang pemimpin baru dari massa pendukung yang datang pada deklarasi partai Hanura. Masa pendukung partai Hanura melambailambaikan bendera dan mengangkat spanduk, sebagai bentuk dukungan massa pendukung partai Hanura kepada seorang pemimpin dan sekaligus calon presiden dari partai Hanura. Objek
Penanda
Petanda
64
Hary
Tanoesoedibjo
memberikan Gambar menunjukkan sebuah kondisi
sambutan diatas panggung. Sebuah seorang calon wakil presiden dari partai pengambilan gambar long shot untuk Hanura, memperlihatkan subyek dengan latar seorang belakang panggung partai Hanura
berpidato
menunjukkan pemimpin depan
negara khalayak
layaknya dalam dengan
menggunakan mimbar. Pemberitaan dalam Seputar Indonesia, sesi pidato Hary Tanoesoedibjo sebagai seorang calon wakil presiden dari partai Hanura. Hary Tanoesoedibjo berada diatas panggung menggunakan mimbar sebagai seorang pemimpin diantara massa pendukung partai Hanura. Suasana hikmat terlihat dengan massa pendukung dari partai Hanura duduk mendengarkan apa yang disampaikan oleh calon wakil presiden dari partai Hanura Hary Tanoesoedibjo. Pengambilan gambar long shot untuk menunjukkan sosok seorang wakil presiden, dan background bertuliskan partai Hanura menunjukkan adannya seorang pemimpin dari partai Hanura. Objek
65
Penanda Massa
pendukung
memberikan
partai
Petanda Hanura Tepuk tangan
tepuk tangan. Sebuah memaparkan
merupakan tindakan
kedua telapak tangan
pengambilan gambar mediun shot untuk untuk
menimbulkan
bertujuan
biasanya
memperlihatkan
gerakan tangan
subyek secara jelas.
bunyi.
Tepuk
dilakukan sebagai
bentuk dukungan dari seseorang dalam penyampaian visi dan misi dari calon presiden dan wakil presiden dari partai Hanura.
Dalam pemberitaan diatas massa pendukung partai Hanura memberikan tepuk tangan, dalam kamus besar bahasa indenesia tepuk tangan berarti memaparkan kedua telapak tangan untuk menimbulkan bunyi. Tepuk tangan biasanya dilakukan sebagai bentuk dukungan, semangat kepada seseorang. Dalam Hal ini bentuk dukungan dan semangat tersebut ditujukan kepada calon presiden dan wakil presiden dari partai Hanura Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Pengambilan gambar dalam pemberitaan ini medium shot yang bertujuan untuk memperlihatkan gerakan tangan atau tepuk tangan dari massa pendukung partai Hanura kepada pemimpin partai Hanura.
66
Objek
Penanda Massa
pendukung
Petanda
partai
Hanura Suasana keramaian deklarasi partai
dengan menggunakan atribut partai, Hanura, dengan menunjukkan massa Sebuah pengambilan gambar long shot pendukung untuk
bertujuan
subyek
berada
memperlihatkan keseluruhan. pada
lingkungan dengan
Hanura
Pengambilan
menggunakan
deklarasi dengan menggunakan jimmy ditunjukkan jib.
partai
dengan
secara gambar
jimmy
posisi
jib
kamera
berada diatas kepala massa pendukung partai Hanura. Dengan menggunakan jimmy jib menyiratkan arti bahwa deklarasi tersebut merupakan sebuah acara besar yang sudah direncanakan terlebih dahulu oleh pekerja media. Deklarasi didukung dengan sebuah atribut partai politik, pada pemberitaan
ini Seputar Indonesia ingin menunjukkan bahwa massa pendukung partai Hanura menggunakan atribut partai berupa jaket, jas, spanduk dan pakaian berwarna
67
orange sebagai bentuk ciri khas dari partai Hanura. Hal tersebut terlihat dengan pengambilan gambar long shot sehingga atribut massa pendukung tersebut terlihat secara keseluruhan. Sebuah pengambilan gambar dengan menggunakan jimmy jib terlihat dari hasil pengambilan gambar pada pemberitaan ini kemera berada diatas kepala massa pendukung partai Hanura. Pemberitaan pada deklarasi partai Hanura di Seputar Indonesia dengan menggunakan jimmy jib sebagai bentuk usaha dari pekerja media yang ingin menunjukkan adanya sebuah acara besar dan penting. Objek
Penanda Wiranto
dan
Hary
Petanda Tanoesoedibjo Senyum
merupakan
suatu
bentuk
memberikan senyum kepada massa ekspresi wajah yang memperlihatkan pendukungnya. Sebuah pengambilan ketertarikan terhadap sesuatu. Hal ini gambar mediun shot untuk bertujuan menunjukkan memperlihatkan subyek secara jelas.
gembira
adanya
terhadap
pencalonannya
rasa
harapan dengan
pendukung dari partai Hanura.
senang, dalam massa
68
Senyum sebagai bentuk ekspresi wajah yang mengartikan ketertarikan terhadap sesuatu sebagai bentuk rasa senang, gembira dari pasangan calon presiden dan wakil presiden dari partai Hanura Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Senyum tersebut terlihat dihadapan massa pendukung partai Hanura dan pengambilan gambar medium shot untuk memperlihatkan ekspresi senyum tersebut terlihat jelas. Objek
Penanda Presenter
Ariyo
Petanda
Ardi
membawa Membawa selembar kertas yang berisi
selembar kertas yang berisi beberapa beberapa
pertanyaan
menunjukkan
pertanyaan dalam wawancara dengan adanya usaha pekerja media dalam Wiranto
dan
Hary
Tanoesoedibjo. mengkonstruksikan
realitas
agar
Sebuah pengambilan gambar long shot pemberitaan tersebut berjalan sesuai untuk
bertujuan
subyek
dengan
background
memperlihatkan dengan naskah yang telah dibuat dalam latar
Deklarasi
belakang deklarasi calon presiden dan wakil
Capres
dan presiden parta Hanura.
69
Cawapres Hanura. Pada pemberitaan ini Seputar Indonesia membuat usaha dalam wawancara dengan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo dalam deklarasi partai Hanura dengan membekali presenter selembar kertas yang berisi tentang pertanyaan yang diajukan kepada nara sumber. Hal ini menunjukkan adanya sebuah realitas sebuah pemberitaan agar pemberitaan tersebut serjalan sesuai dengan harapan dari pekerja media dalam hal ini Seputar Indonesia. Objek
Penanda
Petanda
Wiranto menggabungkan kedua jari Menggabungkan kedua jari tangannya tangannya menjadi satu (menggenggam menjadi satu (menggenggam tangan) tangan) sambil menatap Hary Tanoe. sebagai simbol tentang sebuah tekat Hary Tanoe duduk dengan posisi kaki dalam kerjasama dengan Hary Tanoe terbuka dan tangan terbuka. Sebuah dan menatap Hary Tanoe sebagai pengambilan gambar knee shot untuk bentuk dukungan Wiranto tentang apa bertujuan
memperlihatkan
subyek yang disampaikan oleh Hary Tanoe dari
70
secara jelas.
sisi sosial, politik, ekonomi yang berbeda dari tahun 2004, 2009 dan 2014,
sebagai
tahun
pencalonan
Wiranto sebagai presiden dan wakil presiden. Posisi duduk Hary Tanoe menunjukkan adanya keterbukaannya terhadap apa yang disampaikan. Seputar Indonesia memperlihatkan pengambilan gambar knee shot untuk memperlihatkan subjek secara jelas dalam gerakan tubuh dan ekspresi. Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo memberikan bahasa tubuh yang berbeda. Kedua memberikan respon yang berbeda dalam deklarasi tersebut untuk melangkah maju pemilihan presiden 2014 yang sebelumnya memiliki latar belakang yang berbeda dan memberanikan diri untuk terjun kedunia politik. 4.3.3 Pesan Ikonik Tak Terkodekan Pesan ikonik tak terkodekan berarti memaparkan denotasi dalam visualisasi konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo pada deklarasi partai Hanura di RCTI . Pada pemberitaan yang pertama Michael Chandra membacakan naskah berita pembuka “Disaat partai lain masih malu-malu mengumumkan calon presidennya partai Hanura membuat gebrakan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo tadi pagi resmi dideklarasikan sebagai pasangan capres dan cawapres partai Hanura. Akankah langkah ini menutup koalisi Hanura dengan partai lain?”
71
Dengan mengusung slogan “ Pasti Maju Indonesia “ kata ketua umum partai Hanura Wiranto dan ketua dewan pertimbangan partai Hanura Hary Tanoesoedibjo mendeklarasikan diri menjadi calon presiden dan wakil presiden. Inilah calon presiden dan wakil presiden yang pertama kali mendeklarasikan diri untuk maju kepemilu presiden tahun 2014. Dalam sambutannya Wiranto menjanjikan perubahan yang lebih baik. Sementara Hary Tanoe mengatakan bahwa dirinya dan Wiranto adalah pasangan yang dapat bersinergi memajukan Indonesia. Pencalonan Wiranto dan Hary Tanoe masih akan menunggu hasil perolehan suara partai Hanura di pemilu legislatif nanti. Jika Hanura memenuhi syarat pengajuan presiden, maka Wiranto dan Hary Tanoe
dapat langsung
dicalonkan. Pada pemberitaan yang kedua Michael Tjandra berada di studio RCTI terhubung dengan Ariyo Ardi yang berada di tempat deklarasi partai Hanura bersama Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo untuk melakukan wawancara. Pertanyaan pertama “Saya ke Pak Wiranto dulu, Pak Wiranto di 2004 Bapak sebagai capres kalah, 2009 sebagai cawapres kalah lagi Pak, sudah 2x kalah kok masih berani maju di 2014 Pak?“ Jawaban Wiranto “Begini ada satu pepatah bahwa kekalahan bukan suatu kegagalan, kekalahan sebagai suatu pembelajaran untuk menang. Dan banyak contoh dari beberapa presiden di luar negeri yang terdahulu. Ada yang sudah 5x ikut pertandingan ke 6x menang dan ternyata
72
menjadi the great presiden diamerika jadi dalam hal ini tentunya tidak menjadi masalah.” Pertanyaan Kedua “Apa yang membedakan sosok Wiranto di 2004, 2009 dan 2014 sehingga Bapak yakin akan dipilih oleh rakyat sebagai capres Pak?”Jawaban dari Wiranto “Pertama kali partai pengusung pasti beda 2004 partai Golkar, 2009 partai Hanura tapi masih dalam permulaan, 2014 nanti partai Hanura tapi sudah lebih matang lagi. Dan saya sendiri tentunya dengan bertambahnya usia maka tentu bertambah kematangan seorang Wiranto untuk bisa mendapat kesempatan memimpin negeri ini.” Pertanyaan ketiga “Bukankah dari berbagai macam survey sebelumnya, elektabilitas Bapak masih rendah dibandingkan calon-calon yang lainnya?”. Jawaban Wiranto “Tunggu dulu, survey yang mana? Kalo popularitas saya selalu 3 besar, elektabilitas terakhir ini saya masuk 3 besar terkadang no 2 terkadang no 3 maka saya tanyakan survey yang mana sekarang?”. Pertanyaan keempat “Pak, Hanura ini banyak orang yang mengatakan terlalu percaya diri, biasanya lazimnya sebuah partai hanya mencalonkan capresnya saja tapi ini di dua-duanya ada capres dan cawapres. Apa yang membuat Hanura begitu percaya diri.” Jawaban Wiranto “Pertama kita sudah ada tokoh yang potensial, kedua partai ini butuh spirit, ketiga untuk apa kita harus menunggu lama-lama kalo sudah ada calonnya yang cukup potensial dan kita yakini bisa membawa bangsa kedepan yang lebih maju lagi. Bukan terlalu pede kita justru dengan perhitungan yang sangat matang, bukan gegabah bukan
73
asal-asalan, kalo terlalu pede berarti kita gak ada kontrol diri tapi kami pertimbangan sangat matang dengan satu analisis yang cukup kuat dan akurat, kita putuskan Hanura maju dengan calon presiden dan calon wakil presiden.” Pernyaan kelima “Bapak Hary Tanoe, Bapak terjun ke politik relatif baru tapi sekarang Bapak mendeklarasikan hari ini sebagai cawapres, apa yang membuat Bapak begitu yakin untuk maju sebagai posisi RI 2?” Jawaban Hary Tanoesoedibjo “Begini saya mau menambahkan yang disampaikan oleh Pak Wiranto. 2004, 2009, 2014 itu momentumnya beda, jadi kita saat ini berada pada situasi sosial, politik, ekonomi yang berbeda dengan keadaan 2009 dan 2004. 2004 ekonomi kita mulai tumbuh masih ada euforia, 2009 orang lihat kinerja periode pertama pemerintahan yang Pak SBY yang pertama relatif lumayan bisa dikatakan cukup baik. Tapi periode kedua ini lebih banyak masalahnya karena pasangannya udah berbeda sehingga momentumnya beda sehingga itulah yang saya lihat kesempatan atau change cukup tinggi bagi Pak Wiranto untuk menang.” Pertanyaan keenam “Bukan sesuatu yang diluar perhitungkan, Bapak maju sebagai cawapres?” Jawaban Hary Tanoesoedibjo “Itu salah satu yang saya perhitungkan tapi yang ingin saya garis bawahi disini sebetulnya kami berdua ini bukan haus kekuasaan tapi bagaimanapun sebagai tentunya anak bangsa yang prihatin mau tidak mau kalo ingin memperbaiki negeri ini, bangsa yang kita cintai ini mau tidak mau harus maju, jadi motivasinya beda. Tadi ditanyakan kenapa saya sebagai pengusaha relatif baru, saya mau dicalonkan sekarang karena keprihatinan itu. Jadi kami berdua diskusi panjang lebar ini
74
latar belakangnya melihat bangsa kita kalo kita bicara masalahnya banyak sekali, kita ini jauh dari apa yang ideal dan bukan karena kita tidak punya resourcesnya, Indonesia punya semua. Kita populasi 4 terbesar di dunia populasi besar itu penggerak ekonomi yang besar karena ekonomi bisa berkembang kalo ada orangnya ada populasinya. Saya kasih contoh, saya harus menyampaikan ini Amerika besar, negaranya besar wilayahnya, resourcesnya besar, masyarakatnya banyak, populasinya besar 300 juta lebih makanya bisa besar. Australia relatif jauh lebih kecil luas areanya besar, resourcesnya besar, populasinya sedikit. Indonesia populasinya besar, wilayah besar, dua kita populasinya muda jadi muda ini produktif, tiga resourcesnya mulai tambang, mulai perkebunan, kelautan itu sangat luar biasa. Jadi potensi kita sangat luar biasa.” Pertanyaan Ketujuh “Masyakat tahu profile Bapak, apakah Indonesia sudah siap menerima profile Bapak sebagai seorang cawapres?” Jawaban Hary Tanoesoedibjo “Saya rasa masyarakat kita sekarang sudah jauh lebih realistis, saya banyak berkunjung ke daerah, kekampus, ke daerah – daerah tentunya saya survey dulu bahwa tuntutan yang ada saat ini disamping kami saling melengkapi antara Pak Wiranto dan saya. Beliau militer, beliau pengalaman, tegas saya dari sisi ekonomi juga lumayan pengalaman sudah 20 tahun lebih mengembangkan bisnis yang cukup berhasil dan berkembang terus. Akhirnya saling melengkapi antara kami berdua. Tapi sebetulnya melengkapi saja tidak cukup kriteria pemimpin itu kalo saya perhatikan memenuhi minimal 3 disamping melengkapi tadi. Yang pertama integritas motivasinya apa, kami berdua ini berdua motivasinya mengabdi tulus karena sudah sama – sama mapan, beliau sudah
75
sangat mapan. Mohon maaf saya juga sudah sangat mapan saya ini memimpin lebih dari 100 perusahaan saya masih mayoritas kepemilikannya dan nilai sahamnya ada di 8 perusahaan publik 100 triliun lebih sekarang. Yang kedua adalah kompetensi karena kompetensi itu sangat penting karena permasalahan bangsa kita luar biasa banyaknya harus kita selesaikan. Dan yang ketiga yang tidak kalah pentingnya ketegasan.” Wiranto menambahkan apa yang telah disampaikan oleh Hary Tanoesoedibjo “Kebiasan kita pasangan itu selalu mencari kelompok mayoritas hanya untuk orientasi mendapatkan suara. Tapi tadi saya katakan kami ingin menjadi model persatuan Indonesia yang kita lestarikan. Tadi Pak Hary Tanoe apakah sudah pantas?. Beliau dari kaum minoritas baik etnik maupun soal agama. Justru itu kekuatan menurut saya. Kami berdua saya kelompok mayoritas suku maupun agama beliau kaum minoritas jadi kalo Indonesia mau maju kita harus ada toleransi dan itu sudah diajarkan oleh pendahulu kita. Tanpa tolerensi kita tidak bersatu, oleh karena itu dengan kehadiran kami berdua sebagai model dari suatu persatuan kebersaman toleransi antara kelompok mayoritas dan minoritas nanti kita bisa dengan mudah bisa mengajak mereka ayo bersatu ayo bangun negeri ini.” 4.3.4 Pemaknaan Terhadap Mitos Peneliti juga mencoba menganalisa tanda-tanda sebagai struktur penciptaan mitos dengan membedakan gambaran antara makna yang lama dengan
76
makna yang baru yang muncul dari konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Tabel 4.3 Pemaknaan Terhadap Mitos Objek Diri
Makna Lama Pelaku sebagai sendiri,
yang
Makna Baru
betindak Diri didefinisikan sebagai hakikatnya sistem tanggapan yang
sebuah
proses bersatu secara fungsional.
seorang individu untuk Saat ini diri dimaknai mendapatkan pengalaman sebagai sosial.
sarana
yang
mengolah fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang subjektif,
dinamik,
menyatu, personal, dan unik. Diri memberi arti kepada menciptakan
kehidupan, tujuan
sekaligus sarana untuk mencapainya.
4.4 Pembahasan Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap tiga kategori analisis metode Roland Barthes yaitu pesan linguistik, pesan ikonik terkodekan dan pesan
77
ikonik tak terkodekan maka dapat ditemukan pemunculan tanda yang akan menjawab pertanyaan yang diajukan pada fokus penelitian ini yaitu bagaimana konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo di media televisi dengan menggunakan analisis semiotika dalam deklarasi partai Hanura di Seputar Indonesia RCTI edisi 2 Juli 2013. Seputar Indonesia mengangkat pemberitaan calon presiden dan wakil presiden dalam deklarasi partai Hanura. Melalui metode Roland Barthes, teori sistem pertandaan tingkat pertama yang disebut denotasi dan sistem pemaknaan kedua yaitu konotasi dan mitos menyatakan bahwa apapun bentuk pemaknaan denotatif, maka pada akhirnya harus mengandung didalam dirinya rantai pemaknaan makna-makna ideologi. Konstruksi – konstruksi realitas pada pemberitaan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo menunjukkan adanya energi yang begitu kuat dari sebuah kepercayaan diri pada pemilu presiden 2014. Dengan adanya gebrakan yang belum dilakukan
oleh
partai
lain, tetapi Hanura
yang pertama
kali
mendeklarasikan calon presiden dan wakil presidennya. Semua pesan dalam pemberitaan yang terkandung didalamnya dilakukan untuk pemenuhan keinginan dari pekerja media / wartawan dalam mengkonstruksikan pemberitaan tersebut. Pemberitaan tersebut menunjukkan sosok seorang calon presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo seutuhnya. Dengan menunjukkan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo diatas panggung menyampaikan sambutan apabila mereka terpilih menjadi pemenang dipemilu presiden dan wakil presiden 2014. Pemberitaan
78
tersebut tidak lepas dari wartawan / pekerja media yang mengkonstruksikan berita tersebut untuk dipublikasikan ke masyarakat luas melalui televisi sehingga khalayak mengetahui sosok seorang calon presiden dan wakil presiden dalam waktu yang lama dalam mempromosikan dirinya sebelum pelaksanaan pemilu presiden 2014. Pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo menjadi menarik untuk diteliti karena adanya Hary Tanoesoedibjo menjadi pusat pemberitaan dan sekaligus sebagai pemilik stasiun televisi RCTI. Pekerja media berharap dengan adanya pemberitaan ini dapat memberikan dampak yang signifikan dengan rating yang tinggi dan mendapatkan timbal balik dari “menjual berita” berupa keuntungan yang besar. Berharap dengan memilih konten pemberitaan pencalonannya Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo menuju RI 1 dan RI 2 yang berhubungan dengan perubahan pada kepentingan umum mampu “menjual berita” tersebut. Melalui analisis yang dilakukan peneliti dengan menggunakan teori signifikan dua tahap dari Roland Barthes, telah ditemukan makna denotasi dan konotasi dibalik penanda dan petanda seperti yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian. Selanjutnya hal lain yang ingin ditemukan sesuai dengan tujuan penelitian adalah ideologi yang tersembunyi dibalik pesan-pesan program Seputar Indonesia yang dianalisis. Ideologi dalam sudut sudut pandang Roland Barthes erat kaitannya dengan kemunculan mitos. Dimana mitos merupakan suatu wahana yang “menyimpan” ideologi dibalik kemunculannya.
79
Seputar Indonesia melakukan wawancara dengan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo membuktikan adanya kedekatan personal antara presenter Ariyo Ardi dengan membawa nama program Seputar Indonesia dari RCTI dengan narasumber. Dalam memahami cara kerja media merekam dan mengkonstruksi sebuah fakta, tentulah tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana media menangkap realitas dibalik pemberitaan. Mulai proses pencarian, pengumpulan dan penyampaian pesan (realitas) semuanya melibatkan agen pengkonstruksi yaitu wartawan / jurnalis. Kemampuan medialah untuk menentukan aspek-aspek yang ditonjolkan maupun dihilangkan sesuai dengan muatan kepentingan / ideologi. Pada bagian ini seorang wartawan menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak mereka, dari sisi mana sebuah peristiwa disoroti. Bagian mana dari peristiwa tersebut yang didahalukan atau dilupakan. Serta bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan atau dihilangkan, lalu sosok siapa diagendakan diwawancarai menjadi narasumber berita. Dalam hal ini sosok seorang calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo yang menjadi materi pokok dalam pemberitaan. Berger memandang di dalam masyarakat terjadi dialetika antara diri (the self) dengan dunia sosio-kultural. Dialektika itu berlangsung dalam suatu proses dengan tiga “momen” simultan yakni eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. Eksternalisasi yaitu proses penyesuaian diri dengan dunia sosio kultural sebagai produk manusia. Proses ini merupakan konkretisasi dari keyakinan yang dihayati secara internal. Objektivikasi yaitu interaksi sosial dalam intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Proses
80
ini merupakan bentuk konkrit dari internalisasi disertai catatan bahwa hasil objektivikasi tersebut berlaku secara umum. Internalisasi yaitu ketika individu mengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Manusia adalah pencipta kenyataan sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana kenyataan objektif kembali mempengaruhi manusia melalui proses internalisasi. Dalam konteks media dialektika seperti yang diungkapkan Berger juga berlangsung. Setiap individu dalam media, terutama wartawan / pekerja media, memiliki cara berfikir tersendiri yang disebut dengan realitas subjektif. Ketika wartawan / pekerja media dalam institusi media tempat mereka bekerja mau tidak mau mereka harus mengkolaborasikan realitas subjektif individunya dengan realitas subjektif lain dalam organisasi tempat mereka bekerja. Dengan demikian realitas objektif media pada dasarnya adalah sintesis dari proses dialektika dari individu-individu yang terlibat didalamnya menjadi sebuah pemberitaan yang akan disiarkan, hal ini pemberitaan tentang Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo sebagai calon presiden dan wakil presiden pada pemilu presiden 2014. Dalam hal ini wartawan / pekerja media Seputar Indonesia dalam menulis berita mengenai deklarasi calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo tidak terlepas dari pengaruh lembaga Seputar Indonesia tempat mereka bekerja. Berita-berita yang mereka hasilkan tentunya tidak lepas dari ideologi pemilik media tersebut. Dalam hal ini wartawan / pekerja media telah melakukan suatu usaha mengkonstruksikan realitas pada pemberitaan deklarasi tersebut.
81
Faktor yang mempengaruhi proses konstruksi media massa menurut Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese menampilkan model hirarki institusi media : tingkat individu, tingkat rutinitas media, tingkat organisasi, tingkat ekstramedia / pengaruh dari luar organisasi media, tingkat ideologis. Gambar 4.1 “ Hierarchy of influence “ Shoemaker & Reese Tingkat individual Tingkat rutunitas media Tingkat organisasi Tingkat ekstramedia Tingkat ideologis
Sumber : Alex Sobur., Analisis Teks Media ; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001 hal 138 Dari lima level hirarki yang mempengaruhi konstruksi pemberitaan oleh media massa pada penelitian ini level / tingkatan yang mempengaruhi adalah : Tingkat rutinitas media yang melingkupi tingkat individu yaitu rutinitas media. Bagaimanapun, jurnalis atau pekerja media merupakan bagian dari sebuah sistem kerja jurnalistik yang dimiliki oleh institusi media. Setiap media belum tentu memiliki rutinitas media yang sama. Namun sangat jelas bahwa sistem kerja yang dijalankan sebuah institusi media memiliki pola yang teratur atau dalam suatu sistem kerja yang sudah terpola dan sistematis, media juga memiliki rutinitas praktik jurnalistik. Karena media adalah institusi yang diharapkan
82
menghasilkan profit, maka berusaha untuk menghasilkan produk yang bisa dijual dan mendatangkan keuntungan. Media harus mempertimbangkan apa yang bisa diterima oleh konsumen (khalayak), kemampuan media untuk memproduksi dan bahan baku apa yang tersedia. Berita tentang deklarasi calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo untuk pemilihan presiden 2014 dianggap mempunyai nilai berita yang cukup besar dan menjadi perhatian masyarakat oleh karena itu diangkat menjadi menjadi topik yang menarik oleh Seputar Indonesia. Pada pesan – pesan linguistik ditemukan adanya kata dan kalimat “ partai Hanura membuat gebrakan...”, “slogan”, “bersinergi”, “mendeklarasikan diri”, “percaya diri” “terjun”, “maju”, “mayoritas”, “motivasi” karena Seputar Indonesia beranggapan dengan menggunakan kata dan kalimat tersebut akan mengundang perhatian untuk mendengarkannya. Deklarasi tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu yang masih lama sebelum pemilihan presiden berlangsung. Pada pesan ikonik terkodekan menonjolkan adanya seorang pemimpin baru di dunia politik dari partai Hanura dan massa pendukungnya sebagai bentuk organisasi yang siap menuju kepemilu 2014. Tingkat selanjutnya yang lebih besar dari rutinitas media adalah tingkat organisasi. Pada tingkat ini, struktur dan peran masing-masing bagian dalam organisasi turut menentukan bagaimana suatu berita dikonstruksikan. Hal ini terkait dengan alur manajerial berdasarkan kedudukan dan peran masing-masing bagian, bagaimana kerja otorisasi tiap bagian dan seperti apa kebijkan yang
83
dimiliki suatu media tercermin pada tingkat ini. Seperti umumnya sebuah perusahaan yang merupakan badan usaha, media tak dapat lepas dari kepentingan ekonomi. Setiap peran yang dijalankan oleh individu sesuai tanggung jawabnya menentukan pandangan mereka. Meskipun kerja utama suatu institusi media adalah menjalankan kerja jurnalistik, namun kompleksitas struktur organisasi yang dimilikinya dapat mempengaruhi proses konstruksi pemberitaan yang dilakukannya. Seperti adanya selembar kertas yang dibawa oleh presenter menunjukkan adanya sebuah usaha untuk membentuk sebuah konstruksi pemberitaan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh tim Seputar Indonesia RCTI Faktor kepemilikan sebuah media dapat ikut menentukan bagaimana konstruksi pemberitaan yang dilakukan oleh media yang bersangkutan. Dari hasil penelitian diatas dapat diambil titik temu bahwa Hary Tanoe menyebutkan adanya mayoritas kepemilikannya pada 8 perusahaan publik. Hal ini menunjukkan adanya kepemilikan Hary Tanoesoedibjo di disalah satu perusahaan publik yaitu sebuah stasiun televis RCTI, karena RCTI berjalan dibawah kepemimpinan Hary Tanoesoedibjo. Secara struktur organisasi pemberitaan tentang deklarasi calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo tingkat organisasi sangat mempengaruhi. Pekerja media akan mengangkat pemberitaan sebagaian besar dipengaruhi oleh hal tersebut. Tentunya dalam organisasi apabila pemberitaan tentang pemilik pada sebuah perusahaan dan yang bekerja untuk meliput adalah pekerjanya sendiri dalam organisasi tersebut pasti akan berpengaruh terhadap hasil dari pemberitaan di Seputar Indonesia. Teks media
84
yang dihasilkan dapat mempunyai sebuah ideologi dari sebuah perusahaan pemberitaan di Seputar Indonesia RCTI. Tingkat selanjutnya yang lebih besar lagi dari pengaruh organisasi adalah ideologi. Ideologi disini merujuk kepada ideologi sebuah pemberitaan di program Seputar di Indonesia yang tayang di RCTI. Adanya keikutsertaan pemilik media dalam pemberitaan calon presiden dan wakil presiden yaitu Hary Tanoesoedjo dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap pemberitaan tersebut. Pada dasar
pemberitaan
terbentuk
dengan
adanya
pekerja
media
yang
mengkontruksikan pemberitaan tersebut. Dengan adanya pemilik media sebagai objek pemberitaan membuat pekerja media tersebut akan bekerja sesuai dengan apa yang menjadi perintah atasan. Tetapi disisi lain objek pemberitaan tersebut seakan yang tampak pada pemberitaan media adalah pekerja media yang mengkonstruksikan pemberitaan. Pada penelitian ini terlihat adanya ideologi dari pemilik media dalam sebuah organisasi yang bekerja pekerja media seperti perusahaan publik yang mayoritas kepemilikannnya di pegang oleh Hary Tanoesoedibjo memiliki peangaruh yang cukup besar dalam sebuah pemberitaan. dapat dilihat dari hasil analisis diatas dengan proses pengambilan gambar yang sudah profesional dan adanya penggunaan jimmy jib. Hal ini menunjukkan adanya persiapan yang serius dalam deklarasi tersebut yang telah dipersiapkan secara serius oleh tim pekerja media. Konstruksi pemberitaan ini tidak lepas dari peran pekerja media / wartawan dan pemilik media yang dapat dilihat dari hasil analisis Roland Barthes, dengan adanya diri yang dimaknai sebagai tindakan wajar yang dilakukan sebagai
85
bentuk realitas dari konstruksi pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Masyarakat tidak menyadari bahwa dalam pemberitaan calon presiden dan wakil presiden merupakan komunikasi maknawi bagian dari diri kita sendiri dalam mencapai tujuan kehidupan sosial yang diharapkannya. Pekerja media dalam membuat realitas pemberitaan seorang calon presiden dan wakil presiden membawa suatu pandangan tentang kehidupan yang bermakna, baik dalam kelompok sosial atau sebuah institusi berkaitan dengan wujud makna baru diri dengan struktur pemaknaan kedua pada mitos. Diri mampu menonjolkan sosok seorang pekerja media / wartawan dalam mengkonstruksikan seorang calon presiden dan wakil presiden di program Seputar Indonesia. Diri sebagai sistem tanggapan yang bersatu secara fungsional, sarana yang mengolah realiatas pemberitaan menjadi kepribadian yang subjektif, dinamik, menyatu, personal, dan unik. Diri memberikan arti kepada kehidupan dan menciptakan tujuan sekaligus sarana untuk mencapai sebuah pemberitaan yang sesuai secara institusi media yang didalamnya ada campur tangan pekerja media untuk mengkonstruksikan realiatas. Dan ideologi politik pemilik modal ikut mengambil peran dalam menentukan kontruksi realitas tersebut, dalam hal ini Hary Tanoesoedibjo sebagai Ketua Badan Pelaksana Pemenangan Pemilu (Bapilu) partai Hanura dan sekaligus calon wakil presiden dari partai Hanura. Paradigma kritis memandang hasil liputan dari wartawan mencerminkan ideologi wartawan dan kepentingan sosial, ekonomi, politik tertentu. Diri menjadi sarana yang mengolah fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang subjektif, dinamik, menyatu, personal, dan unik. Diri memberi arti kepada kehidupan,
86
menciptakan tujuan sekaligus sarana untuk mencapainya. Tujuan dari pemberitaan ini dari sudut pandang peneliti untuk memberikan pandangan tentang kesiapan diri dari seorang Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo yang secara ekonomi telah mapan, dan menunjukkan adanya kekuatan seorang diri dari Hary Tanoesoedibjo sebagai seorang pemilik perusahaan publik ( media ) salah satunya adalah RCTI yang mampu mengkonstruksikan realitas diri pada dunia politik sehingga tayang di program Seputar Indonesia. Adanya ideologi sebagai sebuah kesadaran palsu. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Kekuatan dominan yaitu Hary Tanoesodibyo yang memberikan ideologi tentang dirinya sebagai penguasa pemilik media yang dapat menggunakan media yang dimilikinya untuk mempromosikan dirinya menjadi calon wakil presiden dari partai Hanura. Maka masyarakat melihat pemberitaan yang tayang pada Seputar Indonesia pada deklarasi partai Hanura sebagai sebuah hubungan itu tampak natural, dan diterima sebagai kebenaran. Yang pada dasarnya bahwa sebuah pemberitaan merupakan hasil konstruksi dari pekerja media / wartawan/ yang bekerja dalam sebuah institusi media seperti RCTI yang ada campur tangan dari pemilik media dalam pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo pada deklarasi partai Hanura di Seputar Indonesia RCTI. Diri dari Hary Tanoesoedibjo sebagai pemilik media secara otomatis mendelegasikan otoritasnya kepada pekerja media. Agar deklarasi partai Hanura dimana Hary Tanoesoedibjo juga ikut perperan (sebagai objek pemberitaan)
87
didalam deklarasi tersebut, maka pemberitaan terlihat dipersiapkan secara matang oleh perkerja media yang bekerja pada media tersebut. Inilah yang dinamakan ideologi sebagai kesadaran palsu, dimana masyarakat melihatnya sebagai sebuah pemberitaan yang natural, apa adanya yang terlihat seperti kebenaran tetapi dibalik itu semua adanya sebuah konstruksi pemberitaan yang dilakukan oleh pekerja media dan ideologi pemilik media dalam sebuah pemberitaan calon presiden dan wakil presiden Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo pada deklarasi partai Hanura di Seputar Indonesia RCTI.