59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tempat Penelitian a. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Yogyakarta Berdasarkan sejarahnya SMP Negeri 4 Yogyakarta berdiri pada tahun 1994, di tanah seluas 3890 m dan memiliki luas bangunan yaitu 2405 m . Tanah tersebut merupakan tanah pemerintah yang sementara masih merupakan tanah hak pakai (tanah milik desa). Sekolah ini beralamat di Jl. Hayam Wuruk 18 Yogyakarta. Tempatnya berada di pinggir jalan raya namun suasana di dalam ruangan sekolah tidak terganggu oleh kebisingan kendaraan. b. Kondisi Fisik SMP Negeri 4 Yogyakarta Kondisi fisik sekolah dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari tersedianya berbagai ruangan penunjang aktivitas siswa. Namun sayangnya di sekolah ini belum memiliki ruang serbaguna atau aula yang bisa digunakan sebagai ruang pertemuan besar. Selain itu jarak antar ruangan sangat dekat dan sekat bukan dari tembok, sehingga mengakibatkan siswa kurang nyaman dalam belajar karena terganggu kelas sebelahnya.
60
Gedung sekolah ini terdiri dari 15 ruang kelas, ruang guru, ruang laboraturium, perpustakaan, ruang audio, ruang UKS, ruang ketrampilan, ruang PMR, ruang kesenian, ruang olahraga, ruang BP/BK, ruang TU, kamar mandi, ruang ibadah, ruang koperasi, dan tempat parker sepeda. SMP Negeri 4 Yogyakarta juga mempunyai lapangan basket yang juga digunakan sebagai lapangan upacara. c. Kondisi Non Fisik SMP Negeri 4 Yogyakarta Guru pengajar yang ada di SMP Negeri 4 Yogyakarta dan merupakan guru tetap berjumlah 42 orang dengan lulusan S1. Sedangkan Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 4 orang. PNS yang dipekerjakan sebanyak 5 orang dan PTT sebanyak 7 orang. Sedangkan jumlah siswa sebanyak 504 yang terdiri dari kelas VII, VIII, dan kelas IX. Struktur organisasi sekolah tersebut sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah -
Kepala Sekolah
: Yuniarti, S.Pd
-
Pendidikan Terakhir : S1
2) Wakil Kepala Sekolah Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Sekolah dibantu oleh 3 wakil kepala sekolah yaitu: -
Waka Sarpras dan Humas
-
Waka Kurikulum
61
-
Waka Kesiswaan Adapun Visi dan Misi SMP Negeri 4 Yogyakarta
antara lain sebagai berikut: 1) Visi “BERIMAN-BERILMU-KREATIF DAN TERAMPIL” 2) Misi “DENGAN IMAN DAN TAQWA SERTA DISIPLIN, MEWUJUDKAN
INSAN
YANG
CERDAS
DAN
TERAMPIL UNTUK MERAIH PRESTASI PRIMA” 2. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksperimen semu. Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen 1 yang diberikan pembelajaran dengan model PBL, dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen 2 yang diberikan pembelajaran dengan model siklus 5E. Data hasil penelitian ini adalah data kemandirian belajar IPS siswa sebagai data utama, serta hasil belajar IPS siswa sebagai kontrol data utama. Data kemandirian belajar IPS siswa diperoleh melalui hasil lembar observasi serta angket. Data kemandirian belajar IPS yang dilakukan meliputi: (1) data kemandirian belajar awal siswa, (2) data kemandirian belajar akhir siswa, dan (3) data peningkatan kemandirian belajar siswa. Selanjutnya data hasil belajar IPS
62
siswa dilihat dari tes hasil belajar IPS siswa. Penjelasan dari hasil penelitian tersebut secara spesifik dikemukakan sebagai berikut. a. Data Hasil Observasi Kemandirian Belajar Siswa 1) Data Hasil Observasi Awal Kemandirian Belajar IPS Siswa Data hasil kemandirian belajar IPS awal siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor pada tiap-tiap indikator lembar observasi siswa yang sudah valid. Data kemandirian belajar awal siswa melalui observasi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data Hasil Observasi Awal Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas
Nilai Terendah
Rerata
Simpangan
Tertinggi
Baku Eksperimen1
30
80
54, 57
13, 79
Eksperimen 2
40
80
58, 57
13, 31
Adapun data hasil observasi awal kemandirian belajar IPS siswa lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 14. Data kemandirian belajar IPS awal siswa yang diperoleh melalui observasi menunjukkan bahwa rerata kelas eskperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak jauh berbeda dan masih dalam rentang yang sama. Maka dapat
63
dinyatakan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut memiliki kemandirian belajar sama. 2) Data Hasil Observasi Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Data hasil kemandirian belajar IPS akhir siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor pada tiap-tiap indikator lembar observasi siswa yang sudah valid. Data kemandirian belajar awal siswa melalui observasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Data Hasil Observasi Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas
Nilai Terendah
Rerata
Simpangan
Tertinggi
Baku eksperimen 1
40
100
75, 71
13, 78
eksperimen 2
40
90
66, 29
14, 16
Adapun data hasil observasi akhir kemandirian belajar IPS siswa lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8. Data kemandirian belajar IPS akhir siswa yang diperoleh melalui observasi menunjukkan bahwa rerata kelas eskperimen 1 lebih tinggi hasilnya dibandingkan kelas eksperimen 2. Maka dapat dinyatakan bahwa kelas eksperimen 1 memiliki kemandirian belajar akhir lebih baik dibanding kelas eksperimen 2.
64
3) Data
Hasil
Observasi
Peningkatan
Kemandirian
Belajar IPS Siswa Berdasarkan data kemandirian belajar IPS awal siswa dan data hasil kemandirian belajar IPS akhir siswa, diperoleh data peningkatan kemandirian belajar siswa. Peningkatan ini dinyatakan dengan nilai Standard Gain. Secara ringkas, data rerata peningkatan kemandirian belajar IPS siswa dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rerata Peningkatan Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas
Nilai
Rerata
Simpangan Baku
Terendah
Tertinggi
eksperimen 1
-0, 20
0, 75
0, 31
0, 24
eksperimen 2
-0, 50
0,62
0, 15
0, 29
Perhitungan
rerata
peningkatan
kemandirian
belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Data peningkatan kemandirian belajar IPS siswa melalui observasi menunjukkan bahwa kelas ekperimen 1 lebih
tinggi
eksperimen 2.
peningkatannya
dibandingkan
kelas
65
b. Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa 1) Data Hasil Angket Awal Kemandirian Belajar IPS Siswa Data hasil angket kemandirian belajar IPS siswa diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada tiap-tiap butir soal angket yang sudah valid. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Data Hasil Angket Awal Kemandirian Belajar IPS Siswa Kelas
Nilai
Hasil Pencapaian
Terendah
Tertinggi
(%)
Eksperimen 1
34
51
56, 11
Eksperimen 2
35
55
58, 25
Adapun data hasil angket awal kemandirian belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 18. Data kemandirian belajar awal siswa yang diperoleh melalui angket menyatakan bahwa kemandirian belajar pada masing-masing kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak jauh berbeda, dan terletak pada rentang yang sama antara 55%-59% dapat dikatakan pada kriteria kurang.
66
2) Data Hasil Angket Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Data hasil angket akhir kemandirian belajar IPS siswa diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada tiap-tiap butir soal angket yang sudah valid. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Akhir Siswa Kelas
Nilai Terendah
Tertinggi
Hasil Pencapaian (%)
Eksperimen 1
43
67
77, 14
Eksperimen 2
43
61
72, 14
Adapun data hasil angket akhir kemandirian belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 19. Data kemandirian belajar IPS akhir siswa yang diperoleh melalui angket menyatakan bahwa kemandirian belajar masing-masing kelas sampel dapat dikatakan memiliki kriteria baik untuk kelas eksperimen 1 dengan prosentase 76%-85%, sedangkan untuk kelas eksperimen 2 dapat dikatakan memiliki kriteria cukup dengan prosentase 60%-75%. Perhitungan kemandirian belajar akhir siswa melalui angket secara detail dapat dilihat pada Lampiran.
67
3) Data Peningkatan Hasil Angket Kemandirian Belajar IPS Siswa Berdasarkan data angket kemandirian belajar awal dan akhir siswa yang diperoleh untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, hasil peningkatan kemandirian belajar IPS untuk masing-masing kelas tersebut dapat dilihat pada tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Peningkatan Hasil Angket Kemandirian Belajar IPS Kelas
Hasil Pencapaian (%)
Peningkatan (%)
Awal
Akhir
Eksperimen 1
56, 11
77, 14
21, 03
Eksperimen 2
58, 25
72, 14
13, 89
c. Data Hasil Belajar IPS Siswa Data hasil belajar IPS siswa diperoleh melalui tes diakhir pertemuan pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Data hasil belajar IPS siswa dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelas
Rata-rata
Jumlah siswa
Prosentase
yang mencapai
yang
KKM
mencapai KKM
Eksperimen 1
8, 2
29
82, 85 %
Eksperimen 2
7, 68
26
74, 28%
68
Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Adapun perhitungan data hasil belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 20. B. Pengujian Persyaratan Analisis Perhitungan uji persyaratan analisis pada penelitian ini meliputi uji normalitas sebaran data, dan uji homogenitas varians. Perhitungan dari analisis ini dilakukan menggunakan program SPSS 20. Ringkasan hasil analisis dari masing-masing pengujian adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan terhadap sebaran data untuk tiaptiap kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 secara terpisah tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 berdistribusi normal atau tidak. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS 20. Persyaratan data tersebut normal jika probabilitas atau p > 0,05 pada uji normalitas Kolmogorav Smirnov. Uji Normalitas ini meliputi hasil lembar observasi kemandirian belajar IPS siswa awal, akhir, dan
69
peningkatan kemandirian belajar IPS siswa (standard gain). Penjelasan masing-masing uji normalitas dapat dilihat sebagai berikut. a. Uji Normalitas Kemandirian Belajar IPS Awal dan Akhir Siswa Uji normalitas pada data kemandirian belajar IPS awal dilakukan untuk mengetahui distribusi data kemandirian belajar IPS awal siswa. Hal ini dilakukan sebagai persyaratan hipotesis bahwa kemandirian belajar IPS awal siswa antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tidak berbeda, dengan tidak adanya beda maka dapat dilakukan penelitian terhadap kedua kelas tersebut. Uji normalitas data kemandirian belajar IPS akhir dilakukan untuk mengetahui distribusi data kemandirian belajar IPS akhir siswa. Hal ini dilakukan sebagai persyaratan hipotesis kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Hasil uji normalitas data kemandirian belajar IPS awal dan akhir dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Data Awal dan Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Aspek
Kelas
Signifikansi
Sebaran
Awal
Eksperimen 1
0, 06
Data terdistribusi normal
Eksperimen 2
0, 06
Data terdistribusi normal
Eksperimen 1
0, 55
Data terdistribusi normal
Eksperimen 2
0, 56
Data terdistribusi normal
Akhir
70
Berdasarkan Tabel 18. dapat diketahui bahwa sebaran data kemandirian belajar IPS awal maupun akhir dari 70 siswa adalah terdistribusi normal atau memenuhi persyaratan uji normalitas karena nilai taraf Sig > 0,05. Adapun perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran 21. b. Uji Normalitas Data Peningkatan Kemandirian Belajar IPS (Standard Gain) Uji normalitas data peningkatan kemandirian belajar IPS yang dinyatakan dalam standard gain dilakukan untuk mengetahui distribusi peningkatan kemandirian belajar IPS. Hal ini dilakukan sebagai persyaratan hipotesis peningkatan kemandirian belajar IPS kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Hasil uji normalitas standard gain dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Standard Gain Aspek Standard Gain
Kelas Eksperimen 1 Eksperimen 2
Signifikansi 0, 20 0, 08
Sebaran Data terdistribusi normal Data terdistribusi normal
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebaran data peningkatan kemandirian belajar IPS siswa normal karena nilai taraf Sig > 0, 05. Adapun perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat secara lengkap dalam Lampiran 22.
71
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui kedua data tersebut homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variansnya. Pengujian homogenitas dilakukan terhadap sebaran data dari kedua kelas yaitu kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 secara bersamaan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah varians dari data kedua kelas eksperimen tersebut homogen atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji homogenitas varians. Pengujian homogenitas dilakukan dengan analisis
Test of
Homogeneity of Varians melalui program SPSS 20. Persyaratan homogen jika probabilitas (Sig) > 0,05 dan jika probabilitas (Sig) < 0,05 maka data tersebut tidak homogen. Uji persyaratan homogenitas ini dilakukan pada data kemandirian belajar IPS siswa yang meliputi kemandirian belajar IPS awal siswa, kemandirian belajar IPS akhir siswa dan data peningkatan kemandirian belajar IPS siswa (standard gain). Penjelasan masing-masing uji homogenitas
adalah sebagai
berikut. a. Uji Homogenitas Data Awal dan Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Uji homogenitas pada data awal kemandirian belajar IPS siswa dilakukan untuk mengetahui kedua data tersebut homogen atau tidak. Hal ini dilakukan sebagai prasyarat
72
hipotesis bahwa kemandirian belajar IPS awal siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 homogen. Jika hasil uji menunjukkan
kedua
varians
kemandirian
belajar
awal
homogen maka dapat dilakukan penelitian terhadap kedua kelas tersebut. Uji homogenitas pada data akhir kemandirian belajar IPS siswa dilakukan untuk mengetahui varians homogen atau tidak. Hal ini dilakukan sebagai prasyarat untuk pengujian hipotesis. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Awal dan Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Jenis Data
Signifikansi
Kesimpulan
Awal
0, 692
Varians Homogen
Akhir
0, 918
Varians Homogen
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa data keduanya memiliki signifikansi > 0,05 sehingga kedua data memiliki varians kelompok yang sama atau homogen. Adapun perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat disajikan dalam lampiran 23. b. Uji Homogenitas Data Peningkatan Kemandirian Belajar IPS Siswa (Standard Gain) Uji homogenitas pada data peningkatan kemandirian belajar IPS yang dinyatakan dengan standard gain dilakukan untuk mengetahui varians data peningkatan kemandirian belajar IPS homogen atau tidak. Hal ini dilakukan sebagai
73
prasyarat hipotesis peningkatan kemandirian belajar IPS kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Hasil Uji homogenitas peningkatan kemandirian belajar IPS secara ringkas disajikan pada tabel 21. Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas Varians Standard Gain Jenis Data
p
Kesimpulan
Standard Gain
0, 18
Varians Homogen
Berdasarkan
Tabel
21
diketahui
bahwa
data
peningkatan kemandirian belajar IPS memiliki p > 0,05 sehingga data tersebut memiliki varians yang sama atau homogen. Adapun perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan Test of Homogeneity of Varians dapat dilihat secara lengkap dalam Lampiran 24. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji beda ratarata atau uji-t (independent sample t test) karena data bersifat homogen dan berdistribusi normal serta bersifat independen. Perhitungan koefisien t pada independent sample t test ini digunakan bantuan program SPSS 20. Ada
beberapa
hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
menafsirkan hasil uji-t pada output SPSS 20, selain nilai t-test maka terdapat pula nilai uji F. Uji F berguna untuk mengecek terlebih dahulu apakah dari dua varians sama atau berbeda. Hasil jika dalam
74
pengujian F menunjukkan bahwa kedua varians sama, maka dalam pengujian t-test harus pula menggunakkan asumsi bahwa varians sama (Equal Variance Assumed), namun pada pegujian F menunjukkan bahwa varians tidak sama atau berbeda, maka dalam pengujian t harus pula menggunakkan hasil data dengan asumsi varians tidak sama atau berbeda (Equal Variance not Assumed). Uji-t yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar IPS siswa. Uji-t tentang kemandirian belajar IPS siswa dilihat dari perbedaan hasil observasi kemandirian belajar IPS pada nilai standard gain. Perhitungan standard gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar IPS awal dan akhir.
Berikut
penafsiran dari masing-masing Uji-t kemandirian belajar IPS siswa. Hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) yang merupakan hipotesis komparatif dua variabel dalam penelitian ini sebagai perbedaan peningkatan kemandirian belajar siswa yang dinyatakan dalam standard gain dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : Tidak ada perbedaan kemandirian belajar IPS siswa antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E. Ha : Ada perbedaan kemandirian belajar IPS siswa antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E.
75
Secara singkat, hasil perhitungan independent sample t test untuk kedua kelompok ditinjau dari peningkatan hasil belajar siswa disajikan dalam Tabel 22. Tabel 22. Hasil Uji T Perbedaan terhadap Standard Gain Uji-F
Kemandirian Belajar IPS Siswa
Nilai
Standard Gain
Equal variances assumed
F
Sig
1, 80
0, 18
Uji-t
Equal variances not assumed
Hasil
perhitungan
independent
t
df
Sig
2, 54
68
0, 01
2, 54
65, 67
0, 01
sample
t
test
pada
kemandirian belajar siswa yang dinyatakan dalam standard gain dapat dilihat bahwa harga F = 1, 80
dengan tingkat signifikansi 0, 18
demikian tingkat signifikansi lebih besar daripada 0,05. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya varians peningkatan kemandirian belajar antara kelompok kelas eksperimen 1 dan kelompok kelas eksperimen 2 adalah sama atau homogen. Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam pengujian t akan digunakan asumsi kedua varians sama (equal varians assumed). Tabel 23 dapat dilihat harga t nilai standard gain untuk varians sama adalah 2, 54 dengan tingkat signfikansi 0,01. Berdasarkan ttabel
0.025
nilai t
untuk df = 68 adalah 1,99. Hasil menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel yaitu thitung = 2, 54 lebih besar dari pada ttabel
0.025
= 1,99 maka H0
ditolak. Taraf signifikansi hitung yaitu 0, 01 yang nilainya lebih kecil dari pada 0,05 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak, dan Ha
76
diterima, artinya menunjukkan bahwa ada perbedaan kemandirian belajar IPS siswa antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E. Adapun data hasil uji-t terhadap kemandirian belajar IPS siswa yang dinyatakan dalam standard gain dapat dilihat secara lengkap dalam Lampiran 25. D. Pembahasan Penelitian eksperimen ini diawali dengan dilakukannya observasi awal pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas VIII SMP Negeri 4 Yogyakarta. Pada saat observasi awal peneliti menggunakan kelas VIII C untuk melihat kemandirian belajar IPS siswa secara garis besar. Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada anggapan bahwa semua subjek dalam populasi dianggap sama. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung belum sepenuhnya meningkatkan kemandirian belajar pada siswa. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung peran guru sangat dominan karena siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, hal ini mengakibatkan siswa kurang terlatih untuk mandiri. Dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa kurang dipertemukan dalam kelompok-kelompok belajar yang menuntut mereka untuk belajar mandiri, hal ini mengakibatkan kemandirian belajar siswa masih rendah. Sebenarnya guru dalam menyampaikan materi sudah bagus, namun metode pembelajaran yang diterapkan
77
guru kurang bervariasi khususnya dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar yang masih rendah juga dapat dilihat dari kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat di kelas. Sesuai dengan permasalahan di atas,
maka peneliti
berkolaborasi dengan guru untuk menerapakan model belajar PBL dan model siklus 5E dalam meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas sebagai kelas sampel eksperimen yang ditetapkan berdasarkan teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling. Penelitian ini melibatkan dua kelas, kelas VIII B sebagai kelas eksperimen 1 dimana dalam proses pembelajaran diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen 2 dimana dalam proses pembelajaran diberi perlakuan dengan menggunakan model siklus 5E. Penentuan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan dengan pelemparan uang logam sehingga kedua kelas mempunyai peluang yang sama. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Januari sampai 29 Januari 2013. Perbedaan kedua kelas sampel eksperimen tersebut terletak pada perlakuan saat pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan materi yang sama yaitu permasalahan tenaga kerja di Indonesia serta peranan pemerintah
dalam
upaya
menanggulangi
permasalahan
ketenagakerjaan. Sebelum kedua kelas diberi perlakuan, terlebih
78
dahulu dilakukan observasi awal tentang kemandirian belajar IPS siswa untuk mengetahui kemandirian belajar awal siswa. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh 2 observer. Observasi awal dilakukan pada masing-masing kelas sampel pada pertemuan sebelum diberikan perlakuan. Setelah itu, diakhir pembelajaran pada observasi awal tersebut siswa diberikan angket tentang kemandirian belajar IPS sebagai data pendukung kemandirian belajar awal IPS siswa. Kemudian setiap kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang siswa. Pembagian kelompok diacak sesuai hasil nilai semester 1, serta diacak sesuai jumlah siswa laki-laki dan perempuan. Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan dengan model PBL dimana sebelum kegiatan inti pembelajaran siswa diberi beberapa kasus yang berkaitan dengan permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok-kelompok diskusi untuk mengerjakan LKS serta mendiskusikan solusi atas kasus-kasus yang sudah diberikan guru diawal pembelajaran. Peran guru sangat sedikit, karena siswa dituntut untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut secara mandiri dalam kelompok. Sedangkan untuk kelas ekesperimen 2 yang diberi perlakuan dengan model siklus 5E diawal pembelajaran guru memberikan penjelasan tentang materi serta mengajak siswa untuk menyamakan persepsi. Setelah itu siswa dibagi
79
dalam kelompok-kelompok diskusi dan bersama guru dibimbing mengerjakan LKS. Saat kedua kelas diberi perlakuan juga dilakukan observasi sebagai data observasi akhir. Setelah pembelajaran selesai diberikan tes untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan dengan model belajar PBL dan model siklus 5E. Kemudian sebagai data pendukung hasil observasi akhir, setelah pembelajaran dengan perlakuan model belajar PBL dan model siklus 5E siswa diberi angket kembali sebagai data pendukung kemandirian belajar akhir siswa. 1. Perbedaan kemandirian belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model siklus 5E melalui observasi Kemandirian belajar IPS siswa diperoleh melalui data hasil observasi awal dan akhir kemandirian belajar IPS siswa. Data hasil observasi awal dan akhir digunakan sebagai acuan perhitungan peningkatan kemandirian belajar yang dinyatakan dalam nilai standard gain. Perhitungan standard gain untuk mengetahui peningkatan hasil observasi awal dan akhir kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Sebelum kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan atau sebelum siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model PBL dan model siklus 5E maka dilakukan observasi awal untuk mengetahui kemandirian belajar
80
IPS awal siswa. Hasil nilai rerata data observasi awal pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar gamba 2 di bawah ini.
80 60
54, 57
58, 57
40 20 0
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Gambar 2. Diagram Batang Rerata Hasil Observasi Awal Kemandirian Belajar IPS Siswa Peneliti mengontrol kemampuan kedua kelas dengan dua cara yaitu dengan melihat bahwa kedua kelas memiliki varians yang sama atau homogen serta melihat dari uji beda rerata dari kedua kelas. Gambar 2 menunjukkan jukkan bahwa nilai rerata hasil observasi awal pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tersebut tidak jauh berbeda dan terletak pada rentang yang sama maka dapat dinyatakan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut memiliki kemandirian yang sama. Memastikan keakuratan kesamaan rerata kemampuan awal dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan uji homogenitas. omogenitas. Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa data kemandirian awal siswa memiliki p >
81
0,05 sehingga kedua kelompok memiliki varians yang sama atau disebut dengan homogen. Uji beda rerata dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak diantara rata-rata kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil uji beda rerata kedua kelas tersebut menunjukan bahwa data kemandirian awal siswa kedua kelas memiliki nilai rerata yang sama hal ini memiliki nilai p > 0,05. Adapun data hasil analisis uji beda rerata dapat dilihat secara lengkap dalam Lampiran 24. Selain dilakukan uji homogenitas dilakukan pula uji normalitas pada hasil observasi awal kemandirian belajar. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa kemandirian awal siswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dimana hal tersebut dapat diketahui dari nilai probabilitas (p) pada data observasi awal > 0,05. Hasil pengujian homogenitas di atas bahwa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 menunjukkan kelas yang homogen atau sama, maka kedua kelas yang telah dilakukan observasi awal menjadi sampel penelitian dengan rincian 35 siswa kelas VIII B menjadi sampel kelas eksperimen 1 dan 35 siswa kelas VIII C menjadi sampel kelas eksperimen 2.
82
Pada pertemuan selanjutnya masing-masing kelas yang dijadikan
sampel
diberi
perlakuan
yang
berbeda
dalam
mempelajari materi permasalahan ketenegakerjaan di Indonesia serta upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan ketenagakerjaan. Perbedaan pada kedua kelas ini terletak pada langkah, dan penerapannya. Hasil dari data observasi guru pada saat proses pembelajaran menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan Pelaksanaan
prosedur-prosedur Pembelajaran
sesuai
(RPP),
dengan
artinya
guru
Rencana sudah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (lihat Lampiran 7 dan 8). Kedua kelas
telah mengalami proses pembelajaran
dengan langkah dan penerapan yang berbeda, selanjutnya saat pembelajaran berlangsung peneliti dibantu oleh 2 observer melakukan observasi kemandirian belajar IPS akhir siswa. Hasil nilai rerata data observasi akhir pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
83
80
75, 71 60
66, 29
40 20 0
Eksperimen 1
Eksprerimen 2
Gambar 3. Diagram Batang Rerata Hasil Observasi Akhir Kemandirian Belajar IPS Siswa Gambar 3 diatas menunjukkan nilai rerata hasil observasi akhir pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen 1 memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Namun perbedaan rerata kedua kelas ini tidak jauh berbeda. Memastikan keakuratan kesamaan rerata kemandirian belajar dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan uji homogenitas. omogenitas. Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa data kemandirian akhir siswa memiliki p > 0,05 sehingga kedua kelompok memiliki varians yang sama atau disebut dengan homogen. Selain dilakukan uji homogenitas dilakukan pula uji normalitas terhadap kemandirian belajar IPS siswa. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan Tabel 18 1 dapat
84
diketahui bahwa kemandirian akhir siswa iswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dimana hal tersebut dapat diketahui diketahui dari nilai probabilitas (p) pada data observasi akhir > 0,05. Perbedaan kemandirian belajar IPS pada kedua kelas dilihat pada hasil observasi awal dan observasi akhir yang dinyatakan dalam hasil standard gain. Perhitungan standard gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil observasi awal dan akhir kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Berdasarkan perhitungan
nilai standard gain didapatkan hasil rata-rata rata kemandirian belajar IPS siswa kelas eksperimen 1 sebesar 0,30 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,19 Hasil rerata dari standard gain kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada Gambar 4.
0,5 0,4 0,3
0.30 0,2
0,19
0,1 0
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Gambar 4. Diagram Batang Hasil Rerata Standard Gain
85
Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan terhadap nilai standard gain kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 maka dilakukan uji-t (independent sample t-test). Sebelum dilakukan ujit, dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu. Uji persyaratan hipotesis yang dilakukan yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas. Hasil analisis uji normalitas berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa perhitungan standard gain siswa memiliki p > 0,05 sehingga kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sedangkan pada hasil uji homogenitas berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa data nilai standard gain siswa memiliki p > 0,05 sehingga kedua kelompok memiliki varians yang sama atau disebut dengan homogen. Uji prasyarat pada nilai standard gain telah terpenuhi, maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakkan uji-t. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan kemandirian belajar IPS kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Berdasarkan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel artinya terdapat perbedaan rerata antara kedua kelas dan nilai phitung < 0,05 artinya rerata kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 memiliki
perbedaan yang signifikan. Penjelasan yang lebih
lengkap dapat dilihat pada penjelasan Tabel 22. Hasil uji hipotesis ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibangun yaitu menyatakan bahwa ada perbedaan peningkatan
86
kemandirian belajar IPS siswa antara siswa yang yang diberi pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E. Karena pada kenyataannya kelas
eksperimen
1
yang
diberi
perlakuan
model
PBL
menunjukkan hasil kemandirian belajar IPS yang lebih tinggi dari pada kelas eksperimen 2 yang diberi perlakuan pada model siklus 5E. Adanya perbedaan hasil kemandirian belajar IPS siswa ini didasarkan pada kenyataan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL akan memiliki kemandirian belajar IPS yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model siklus 5E. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa ada perbedaan kemandirian belajar IPS siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E. Model belajar PBL lebih baik diterapkan untuk meningkatkan kemandirian belajar IPS siswa dibandingkan model siklus 5E, sehingga hal ini dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk menerapkan model PBL dalam proses pembelajaran.
87
2. Perbedaan
kemandirian
belajar
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model siklus 5E melalui hasil angket Kemandirian belajar IPS siswa yang diperoleh selain dari hasil observasi, kedua kelas eksperimen diberi angket kemandirian belajar awal dan akhir sebagai data pendukung hasil observasi. Angket kemandirian belajar awal diberikan pada pertemuan sebelum kedua kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model PBL maupun model siklus 5E. Hasil pencapaian angket kemandirian belajar IPS awal kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
80 60
56, 11%
58, 25%
40 20 0
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Gambar 5. Diagram Batang Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Awal (dalam %) Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa hasil pencapaian angket kemandirian belajar IPS awal siswa untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tersebut tidak jauh berbeda dan terletak pada rentang yang sama yaitu antara 55%-59%. 5 59%. Maka dapat
88
dinyatakan bahwa siswa pada kedua kelas eksperimen tersebut memiliki kemandirian belajar awal yang sama-sama sama sama dalam kriteria kurang. Setelah kedua kelas sampel diberi perlakuan yang berbeda dengan model PBL dan model siklus 5E, pada pertemuan pert berikutnya siswa pada kedua kelas sampel diberikan angket akhir untuk melihat kemandirian belajar akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil pencapaian angket kemandirian belajar IPS akhir dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
80
77, 14%
60
72, 14%
40 20 0
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Gambar 6. Diagram gram Batang Data Hasil Angket Kemandirian Belajar Akhir (dalam %) Gambar 6 menunjukkan bahwa hasil pencapaian angket kemandirian belajar IPS akhir siswa untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berada pada kriteria yang berbeda. Hasil pencapaian
angket angket
kemandirian
belajar
IPS
siswa
kelas
eksperimen 1 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
89
kelas eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 terletak pada rentang 76%-85% sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa pada kelas eksperimen 1 atau yang diberi perlakuan dengan model PBL kemandirian belajar IPS akhir dalam kriteria baik. Sedangkan untuk kelas eksperimen 2 terletak pada rentang 60%-75% sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa pada kelas eksperimen 2 atau yang diberi perlakuan dengan model siklus 5E kemandirian belajar IPS akhir dalam kriteria cukup. Rerata peningkatan hasil pencapaian angket kemandirian belajar IPS, kelas eksperimen 1 lebih tinggi peningkatannya dibandingkan
peningkatan
kemandirian
belajar
IPS
kelas
eksperimen 2. Peningkatan hasil angket kemandirian belajar IPS kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 7di bawah ini.
90
30 25 20 15
21, 14% 13, 89%
10 5 0
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Gambar 7.. Diagram Batang Data Peningkatan Hasil Angket et Kemandirian Belajar Awal dan Akhir Kesimpulan yang diperoleh dari hasil angket bahwa ada perbedaan kemandirian belajar IPS siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E. Hasil angket yang diperoleh menunjukkan bahwa kelas eksperimen 1 atau yang diberi pembelajaran dengan model PBL kemandirian belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dibandingka kelas eksperimen 2 atau yang diberi pembelajaran dengan model 5E. 3. Perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model siklus 5E. Hasil belajar yang ingin dicapai oleh peneliti adalah adal untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 yang diberi perlakuan dengan model PBL dan siswa kelas eksperimen 2 yang diberi perlakuan dengan model siklus 5E.
91
Instrumen yang digunakan berbentuk lembar tes hasil belajar. Tes ini diberikan rikan di akhir pembelajaran ketika kedua kelas eksperimen diberi perlakuan. Pencapaian hasil tes hasil belajar IPS siswa dilihat dari jumlah prosentase siswa yang tuntas KKM yaitu nilai 75. Hasil pencapaian tes hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen 1 dann kelas eksperimen 2 dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.
100 80
82, 85% 74, 28%
60 40 20 0
Eksperimen 1
Eksperimen 2
Gambar 8.. Diagram Batang Pencapaian Hasil Belajar IPS Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen 1 lebih tinggi hasilnya dibandingkan kelas eksperimen 2. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL lebih tinggi hasilnya dibandingkan hasil hasi belajar IPS siswa yang diberi pembelajaran dengan model siklus 5E. Dari penjelasan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan kemandirian belajar IPS siswa yang diberi perlakuan
92
dengan menggunakan model belajar PBL dan siswa yang diberi perlakuan dengan model siklus 5E. Berdasarkan hasil observasi, angket, dan tes hasil belajar dapat dilihat bahwa kelas eksperimen 1 (diberi perlakuan dengan model PBL) memiliki tingkat kemandirian lebih baik dibandingkan kelas eksperimen 2 (diberi perlakuan dengan model siklus 5E).