38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan Pembelajaran Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan atau dilakukan pada siklus I. Hal-hal yang dipersiapkan diantaranya: 1) Instrumen penelitian Ada beberapa instrumen yang digunakan peneliti pada saat tindakan diantaranya: rencana pelaksanaan pembelajaran, soal evaluasi, lembar observasi siswa dan guru, lembar observasi kelompok siswa dan jurnal harian siswa. Instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, kemudian dikonfirmasi dan diajukan kepada pihak sekolah dan guru kelas. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti langsung melakukan penelitian. Peneliti
mempersiapkan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, serta lembar observasi kelompok siswa yang disesuaikan dengan banyaknya kelompok dan observer yang nantinya akan diberikan kepada observer untuk digunakan pada saat penelitian. Untuk soal
39
evaluasi, peneliti mempersiapkan jumlah lembar soal evaluasi disesuaikan dengan jumlah siswa di kelas V, sedangkan untuk jurnal harian menggunakan kertas dari siswa. 2) Media pembelajaran Media yang digunakan pada siklus I untuk menunjang pembelajaran adalah coklat batangan, kue wafer, kertas warna/kertas lipat, lem dan gunting. Media tersebut dipersiapkan oleh peneliti secara keseluruhan. Coklat batangan dan kue wafer digunakan
untuk
mengingatkan
konsep
pecahan
yang
sebelumnya telah diajarkan di kelas IV. Untuk menunjang pokok bahasan penjumlahan digunakan kertas warna/lipat, lem dan gunting. 3) Observer Observer yang dipersiapkan untuk mengobservasi guru, siswa dan kelompok siswa adalah guru kelas V dan rekan peneliti. Para observer dipersiapkan untuk melakukan observasi terhadap guru, siswa dan kelompok siswa. Observer diberikan petunjuk untuk mengisi lembar observasi yang telah disediakan. 4) Siswa yang diteliti Peneliti mempersiapkan siswa yang akan diteliti dengan trelebih dahulu memberitahukan kepada siswa bahwa peneliti akan melakukan penelitian pada kelas tersebut.
40
b. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran matematika pada tindakan I dilakukan pada hari Jumat tanggal 27 Mei 2011. Peneliti memulai kegiatan pembelajaran pukul 08.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 orang dan dua orang observer. Sebelumnya peneliti telah memberikan lembar observasi yang telah disiapkan untuk observer. Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa. Peneliti menanyakan kesiapan siswa
untuk
belajar.
Peneliti
melakukan
apersepsi
dengan
mengaitkan pembelajaran kepada materi sebelumnya tentang bentuk persen pecahan. Guru : ”Anak-anak, sebelumnya kalian sudah belajar pecahan sampai mana? Sudah sampai bentuk persen belum?” Siswa : ”Ya, sudah bu!” Guru : ”Coba, yang seperti apa bentuk persen pecahan itu? Kalau berapa?” bentuk persen dari Siswa : ”25%” Guru : ”Ya, pintar. Nah bagaimana kalau bentuk persen dari ? Ayo siapa yang bisa?” Siswa : ” = = 75%” (siswa menulis di papan tulis) Setelah melakukan apersepsi, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang pecahan dengan menggunakan coklat batangan dan kue wafer dengan menunjukkan ruas-ruas garis yang terbagi pada coklat dan kue wafer tersebut.
41
Gambar 4.1 Penggunaan Media Kue Wafer Saat Pembelajaran Peneliti memberikan contoh pecahan menggunakan kertas warna kemudian meminta siswa untuk menghitung salah satu contoh penjumlahan pecahan menggunakan kertas warna. Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menghitung penjumlahan pecahan yang ada pada LKS dengan menggunakan media yang telah disediakan (kertas warna, gunting dan lem).
42
Gambar 4.2 Siswa Tiap Kelompok Mengerjakan Tugas LKS Peneliti pengamati kinerja tiap kelompok dan membantu siswa yang kesulitan. Kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas LKS mengakibatkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mengerjakan LKS tersebut. Sehingga rencana pembelajaran yang telah disusun tidak sesuai dengan pelaksanaannya. Setelah seluruh kelompok selesai mengerjakan LKS, peneliti meminta kelompok yang bersedia untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusinya. Namun tidak ada kelompok yang bersedia, sampai peneliti menunjuk salah satu kelompok yaitu kelompok 2.
43
Gambar 4.3 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dan Peneliti Menempelkan Hasil Pekerjaan Siswa di Papan Tulis Kelompok
lainnya
memperhatikan
presentasi
dan
membandingkan dengan jawaban pada LKS tiap kelompok. Sementara itu peneliti membimbing siswa dengan membahas jawaban dan memberikan penegasan jawaban yang benar. Hanya ada satu kelompok saja yang mempresentasikan hasil diskusinya dikarenakan waktu yang sudah habis.
44
Guru : ”Nah sekarang masih ada yang belum mengerti?” Siswa : (tidak ada yang menjawab) Guru : ”Sudah mengerti semuanya, tentang materi yang kita pelajari hari ini?” Siswa : ”Sudah bu.” Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk mengerjakan soal tes secara individu dalam waktu 20 menit. Sebelum
menutup
pembelajaran
peneliti
memberikan
penguatan materi kepada siswa dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. Guru menyampaikan kepada siswa untuk terus belajar di rumah dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya. c. Evaluasi Pembelajaran Pada saat pelaksanaan tes siklus I masih banyak siswa yang kesulitan dan merasa tidak percaya diri dalam menyelesaikan soal. Hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang masih bertanya maksud dari soal dan cara pengerjaannya. Pada akhir tes masih banyak siswa yang mengerjakan soal melebihi waktu yang telah ditentukan. Hasil tes pada siklus I dianalisis dan diberikan nilai oleh peneliti. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 44 dan nilai tertinggi adalah 100, sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas adalah sebagai berikut:
45
Tabel 4.1 Nilai Hasil Tes Siswa pada Siklus I No.
Nilai
Banyaknya Siswa
1.
44
1
2.
48
1
3.
52
6
4.
56
5
5.
60
2
6.
64
2
7.
72
1
8.
80
1
9.
84
2
10.
92
1
11.
96
2
12.
100
3
Jumlah
1836
27
Nilai rata-rata sesuai yang tertuang pada Tabel 4.1 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= ∑ = = 68 X
Jadi, nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada siklus I adalah 68.
46
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dapat diketahui persentase ketuntasan belajar siswa yang tercantum pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa paa Siklus I Sisklus I
Ketuntasan Siswa
∑ siswa
%
Tuntas
14
51,9
Tidak tuntas
13
48,1
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan hampir setengah jumlah siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum. d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I terdapat beberapa kesimpulan. Hasil pengamatan tersebut terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Refleksi Pembelajaran Siklus I Kendala Peneliti 1) Penggunaan waktu yang
Saran Perbaikan 1) Peneliti lebih memperhatikan
melebihi alokasi waktu yang
waktu dan membatasi waktu
telah direncanakan.
setiap kegiatan.
2) Pengelolaan kelas saat
2) Peneliti sebaiknya dapat
melakukan kerja kelompok.
menguasai kelas dan
3) Siswa melakukan kegiatan
karakteristik siswa.
47
yang tidak sesuai dengan
3) Peneliti tidak menggunakan
pembelajaran
media tersebut lagi pada
4) Siswa kurang terampil
siklus selanjutnya.
menggunakan media
4) Peneliti memilih media yang
pembelajaran (kertas
sederhana dan tidak rumit
warna/kertas lipat).
agar mudah dipelajari siswa.
2. Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan Pembelajaran Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan atau dilakukan pada siklus II. Hal-hal yang dipersiapkan diantaranya: 1) Instrumen penelitian Ada beberapa instrumen yang digunakan peneliti pada saat
tindakan
diantaranya:
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, soal evaluasi, lembar observasi siswa dan guru, lembar observasi kelompok siswa, jurnal harian siswa. Instrumen penelitian tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, kemudian dikonfirmasi dan diajukan kepada pihak sekolah dan guru kelas. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti dapat langsung melakukan penelitian. Peneliti
mempersiapkan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, serta lembar observasi
kelompok
siswa
yang
disesuaikan
dengan
banyaknya kelompok dan observer yang nantinya akan
48
diberikan kepada observer untuk digunakan pada saat penelitian. Untuk soal evaluasi, peneliti mempersiapkan jumlah lembar soal evaluasi disesuaikan dengan jumlah siswa
di
kelas
V.
Sedangkan
untuk
jurnal
harian
menggunakan kertas dari siswa. 2) Media pembelajaran Media
yang
digunakan
pada siklus
II untuk
menunjang pembelajaran adalah kertas karton yang telah digambarkan menyerupai kertas berpetak,kertas berpetak, penggaris, dan spidol warna. Peneliti menyiapkan kertas berpetak dan spidol warna, sedangkan penggaris yang digunakan merupakan milik siswa pribadi. Kertas berpetak digunakan untuk membantu siswa memahammi cara menghitung penjumlahan pecahan karena kertas berpetak memiliki ukuran yang sama pada tiap kotaknya. Dibantu dengan penggunaan penggaris dan spidol warna agar siswa dapat
membedakan
penjumlahan
pecahan
tersebut
berdasarkan warnanya. 3) Observer Observer yang dipersiapkan untuk mengobservasi guru, siswa dan kelompok siswa adalah guru kelas V dan rekan peneliti. Para observer dipersiapkan untuk melakukan observasi terhadap guru, siswa dan kelompok siswa.
49
Observer diberikan petunjuk untuk mengisi lembar observasi yang telah disediakan. 4) Siswa yang diteliti Peneliti mempersiapkan siswa yang akan diteliti dengan sebelumnya memberitahukan kepada siswa bahwa peneliti akan melakukan penelitian pada kelas tersebut. b. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran matematika pada tindakan II dilakukan pada hari Selasa tanggal 7 Juni 2011. Peneliti memulai kegiatan pembelajaran pukul 10.00 WIB dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 25 orang dan tiga orang observer. Sebelumnya peneliti telah memberikan lembar observasi yang telah disiapkan untuk observer. Peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa. Peneliti menanyakan kesiapan siswa
untuk
belajar.
Peneliti
melakukan
apersepsi
dengan
mengaitkan pembelajaran kepada materi sebelumnya tentang penjumlahan dua pecahan. Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang penjumlahan 2 pecahan yang sebelumnya sudah dipelajari. Peneliti memberikan beberapa contoh penjumlahan dua pecahan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya di depan kelas.
50
Guru
: ”Coba, siapa yang bisa mengerjakan soal ini?” (menulis di papan tulis) : ”Saya bu.” (menulis di papan tulis)
Siswa
Guru
+
: ”Ya, pintar sekali. Nah bagaimana kalau...” + (menulis di papan tulis) ”Ayo siapa yang bisa?” : (mengacungkan tangan) : ”Nah ayo coba bagaimana?” : + = (menulis di papan tulis) : ”Coba lihat, betul tidak jawabannya?” : ”Betul bu”
Siswa Guru Siswa Guru Siswa
Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang penjumlahan tiga pecahan yang akan dipelajari. Pada awalnya guru memberikan sebuah contoh soal penjumlahan tiga pecahan
dengan
menggunakan
media
kertas
karton
yang
digambarkan menyerupai kertas berpetak. Peneliti memberikan contoh penjumlahan tiga pecahan berpenyebut sama dan tiga pecahan yang berpenyebut beda. Peneliti meminta siswa untuk mengerjakan di depan kelas. Beberapa siswa mengerjakan soal di depan kelas dan memberi warna pada kotak-kotak dengan menggunakan spidol warna.
51
Contoh soal: +
+
=
+
+
+
+
=
+
+
=
=
Gambar 4.4 Penggunaan Media Kertas Berpetak di Papan Tulis Saat Pembelajaran
Gambar 4.5 Siswa Mengerjakan Soal di Depan Kelas Peneliti
kemudian
membagikan
tugas
kepada
setiap
kelompok untuk mengerjakan soal yang ada pada LKS dengan
52
menggunakan media kertas berpetak, spidol warna dan penggaris. Guru membimbing siswa dalam pengisian LKS. Pada siklus sebelumnya siswa menggunakan kertas warna dan kesulitan dalam membagi sama besar tiap kertasnya. Namun pada siklus II ini siswa merasa lebih mudah dalam mengerjakan soal yang diberikan. Siswa bertanya pada peneliti tidak terlalu banyak dibandingkan pada siklus I. Selanjutnya setelah seluruh kelompok menyelesaikan tugasnya, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil jawaban kelompok. Hanya ada dua kelompok saja yang bersedia mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa yang lain memperhatikan presentasi siswa yang ada di depan kelas. Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan penguatan materi. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk mengerjakan soal tes secara individu dalam waktu 20 menit. Kali ini waktu yang diberikan cukup bagi siswa untuk mengerjakan soal tes. Hanya ada beberapa orang siswa yang bertanya mengenai soal yang tidak dimengerti. Setelah selesai mengerjakan soal tes peneliti memberikan motivasi kepada siswa. Peneliti menyampaikan kepada siswa untuk terus belajar di rumah dan mengerjakan banyak soal latihan terkait materi yang telah dipelajari, yaitu penjumlahan pecahan.
53
c. Evaluasi Pembelajaran Pada saat pelaksanaan tes siklus II banyaknya siswa yang bertanya lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal tes tersebut sudah cukup sehingga tidak memerlukan waktu tambahan. Hasil tes pada siklus II dianalisis dan diberikan nilai oleh peneliti. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 56 dan nilai tertinggi adalah 96, sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas sebagai berikut: Tabel 4.4 Nilai Hasil Tes Siswa pada Siklus I No.
Nilai
Banyaknya Siswa
1.
56
6
2.
64
5
3.
72
2
4.
76
2
5.
80
2
6.
84
1
7.
88
1
8.
92
1
9.
96
5
Jumlah
1856
25
54
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dihitung menggunakan rumus yang telah dipilih sebagai berikut:
= ∑ = = 74,2 X
Jadi, nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas V pada siklus II adalah 74,2. 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Siklus I (68) Siklus II (74,2)
NILAI RATA-RATA HASIL TES SISWA
Gambar 4.6 Diagram Batang Nilai Rata-Rata Hasil Tes Siswa Siklus I dan Siklus II
Pada
Gambar
4.6
nilai
rata-rata
siswa
mengalami
peningkatan pada siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata hasil tes siswa 68 dan meningkat pada siklus II menjadi 74,2.
55
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada siklus sik II dapat diketahui persentase ketuntasan belajar siswa yang tercantum tercan pada tabel 4.55 berikut ini: Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa padaa Siklus II I Sisklus II
Ketuntasan Siswa
∑ siswa
%
Tuntas
19
76
Tidak tuntas
6
24
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan ada 6 orang siswa yang belum memenuhi memenuhi nilai ketuntasan minimum, namun n sudah ada peningkatan persentase ketuntasan dari sebelumnya.
80 70 Siklus I Tuntas (51,8%)
60 50
Siklus II Tuntas (76%)
40 Siklus I tidak Tuntas (48,1%)
30
Siklus II Tidak Tuntas (24%)
20 10 0 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Gambar 4.7 Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Belajar Siswa
56
Pada Gambar 4.7 terlihat peningkatan ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I banyaknya siswa yang tuntas 51,8% dan meningkat pada siklus II menjadi 76%. d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II
terdapat
beberapa kesimpulan . Hasil pengamatan tersebut terangkum dalam tabel berikut: Tabel 4.6 Refleksi Pembelajaran Siklus II Kendala Peneliti 1) Masih
ada
melakukan
Saran Perbaikan
siswa
yang
tindakan
tidak
sesuai dengan pembelajaran. 2) Waktu yang digunakan masih melebihi alokasi waktu yang telah direncanakan.
1) Peneliti harus lebih menguasai kelas dan karakter siswa. 2) Peneliti harus mendesain kegiatan pembelajaran supaya siswa semangat belajar. 3) Peneliti harus dapat mengelola waktu dengan baik.
B. Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui penggunaan pendekatan realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran metematika pokok bahasan penjumlahan pecahan di Sekolah Dasar.
57
1. Analisis
Kualitatif
Penggunaan
Pendekatan
Realistik
dalam
Pembelajaran Matematika Lembar observasi guru dan siswa merupakan gambaran dari kegiatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan siswa selama pembelajaran. Sementara itu, lembar observasi kelompok siswa merupakan gambaran dari kegiatan siswa dalam kelompok selama pembelajaran. Lembar-lembar observasi tersebut diberikan dan diisi observer sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Observer hanya mengamati pembelajaran yang kemudian dituangkan ke dalam lembar observasi tersebut. Peneliti berperan sebagai seorang guru pada saat tindakan. Namun, peneliti masih mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan dalam pembelajaran. Peneliti masih belum dapat mengaplikasi seluruh kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP. Pada pelaksanaannya peneliti masih kesulitan dalam mengetur waktu pembelajaran. Pada awalnya siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti (menggunakan media). Sehingga siswa merasa kesulitan dalam menggunakan media yang disediakan yaitu kertas warna/lipat. Siswa kurang bersemangat dalam belajar. Namun setelah siswa mengerjakan tugas kelompok, siswa jadi lebih bersemangat. Sulitnya membangun keaktifan siswa di dalam kelas sehingga peneliti harus terus memotivasi dan membujuk siswa untuk menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan kelas. Pada saat siswa
58
secara kelompok mengerjakan tugas LKS, banyak siswa yang bekerja sendiri, tidak terjalin kerjasama yang baik dalam kelompok. Hal tersebut mengakibatkan siswa yang seharusnya dapat mengerti dengan adanya pengelompokan yang bertujuan agar seluruh siswa dapat membaur dan bekerjasama dalam kelompok, tidak dapat tercapai dengan baik dan tujuan dibentuknya kelompok tidak tercapai. Kekurangan peneliti yang paling menonjol pada saat tindakan adalah kurangnya kemampuan pengaturan waktu. Pada siklus I waktu yang digunakan terlalu lama sehingga menambah waktu 30 menit sedangkan pada siklus II peneliti menambah waktu 5 menit. Pada tindakan II siswa sudah terbiasa menggunakan media dan bersemangat dengan media yang digunakan. Walaupun masih banyak siswa yang sulit dikondisikan. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas LKS lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II jumlah siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan peneliti lebih banyak. Siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas kelompok. Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa dan guru, dan kegiatan kelompok siswa, peneliti masih merasa kesulitan dalam mengatur siswa yang berprilaku tidak sesuai dengan pembelajaran. Pada saat mengerjakan soal tes yang pertama (siklus I) siswa masih banyak bertanya dan kesulitan mengerjakan tes. Sedangkan pada pengerjaan soal tes yang kedua (siklus II) siswa lebih tenang dan waktu yang digunakan lebih sedikit dibandingkan pada siklus I. Dari
59
segi waktu sudah mengalami sedikit peningkatan, walaupun waktu yang digunakan masih belum sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Berdasarkan jurnal harian siswa, banyak siswa yang merasa kesulitan melakukan penjumlahan pecahan dengan menggunakan kertas warna/lipat yang dilakukan di siklus I. Sedangkan pada siklus II dengan menggunakan kertas berpetak, siswa merasa lebih mudah dalam mempelajari penjumlahan pecahan. Hal tersebut terlihat pada perbandingan nilai test siswa pada siklus I dan siklus II. Nilai test siswa pada siklus II meningkat dan persentase kelulusanpun meningkat 24,2%. Pada saat mengerjakan tugas kelompok, banyaknya siswa yang bertanya pada siklus II lebih sedikit dibandingkan pada siklus II. 2. Analisis Kuantitatif Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Analisis kuantitatif peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat berdasarkan nilai hasil tes pada siklus I dan nilai hasil tes siklus II. Peneliti membandingkan nilai hasil belajar tersebut dengan melihat peningkatannya. Peningkatan hasil belajar tiap siswa, peningkatan nilai rata-rata kelas dan peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dinilai berdasarkan hasil tes silus I dan siklus II, dengan membandingkan perubahan hasil tes siklus I dan siklus II. Seperti yang tampak pada tabel 4.7 yang menunjukkan nilai hasil tes siswa padas iklus I dan siklus II.
60
Berdasarkan tabel perbandingan nilai dan rata-rata nilai siswa tiap siklus yang tercantum dalam lampiran B.3 halaman 105 terdapat beberapa penjelasan bahwa 14 siswa yang mengalami pningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sedangkan 4 orang siswa yang nilainya tidak ada peningkatan pada siklus I dan siklus II. Namun, ada enam orang siswa yang nilainya menurun pada siklus II. Hal tersebut terjadi diakarenakan materi pada siklus II lebih sulit dari pada mareri siklus I. Selain dilihat berdasarkan nilai siswa pada siklus I dan siklus II, peneliti melihat pada peningkatan nilai rata-rata hasil tes siswa pada siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata hasil tes siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Terlihat pada siklus I nilai rata-rata hasil tes adalah 68, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 74, 2. Selisih nilai rata-rata pada siklus I dan siklus II adalah 6,4. Walaupun tidak cukup tinggi, namun hal tersebut tidak menjadi masalah dikarenakan ketuntasan belajar yang mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I siswa yang tuntas ada 51,8%, kemudian mengalami peningkatan sebanyak 24,2% pada siklus II menjadi 76%. Begitu pula sebaliknya, diimbangi banyaknya siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan sebanyak 24,1%. Pada siklus I terdapat 48,1% siswa yang tidak tuntas, sedangkan pada siklus II ada 24% siswa yang tidak tuntas.
61
Berdasarkan kriteria tingkat persentase keberhasilan siswa menurut
Aqib
dkk.,
pada
penelitian
ini
persentase
keberhasilan/ketuntasan belajar siswa yang melebihi nilai KKM sebesar 76% termasuk pada tingkat tinggi yang berkisar 60% -79%. Meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II tidak terlepas dari penggunaan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan.