perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Proses Kreatif Penulisan Novel Kubah Ahmad Tohari (AT) dilahirkan di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang,
Banyumas tanggal 13 Juni 1948. Pendidikan formalnya hanya sampai SMAN II Purwokerto. Ia pernah memasuki beberapa fakultas di universitas yang berbeda, seperti Fakultas Kedokteran Universitas Ibnu Chaldun Jakarta dari tahun 19661969, Fakultas Ekonomi UNSOED mulai tahun 1972-1973, dan FISIP UNSOED mulai tahun 1974-1975. Namun, dari semua fakultas tersebut tidak satupun ia selesaikan. Bila dilihat dari kemampuan Ahmad Tohari dengan teman-teman sebayanya,
ia
tergolong
pandai.
Satu
hal
yang
menjadikannya
tidak
menyelesaikan pendidikan, yaitu karena faktor ekonomi. Sebelum terjun di dunia sastra, dia pernah bekerja di Majalah Keluarga dan Amanah, juga pernah mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat pada tahun 1990. Pada tahun 1995 ia menerima hadiah Sastra ASEAN. Ahmad Tohari mengarang sastra karena menyimpan kemarahan atau kegelisahan terhadap pemimpin yang belum juga membuktikan komitmennya kepada
orang-orang
kecil.
Menurutnya,
para
pemimpin
menganggap
kepemimpinan itu suatu keberuntungan yang datang dari atas berupa wahyu, sehingga kekuasaannya ditafsirkan sebagai hak-hak istimewa yang dampaknya muncul sebagai korupsi. Hal tersebut jelas sebuah kesalahan besar yang harus diubah di tengah kehidupan sebuah negara. Akan tetapi, dia pun sadar tidak 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
memiliki kekuatan yang besar untuk mengubah keadaan masyarakat. Oleh karena itu, disalurkanlah kemarahan dan kegelisahan itu ke dalam karya sastra dengan harapan dapat memberikan semacam pencerahan di kalangan masyarakat. Ahmad Tohari mengurus sebuah pesantren dan membangun mahligai keluarga bersama istrinya Syamsiah, yang sehari-harinya berdinas sebagai guru Sekolah Dasar. Bersama istrinya itulah Ahmad Tohari mempunyai 5 orang putra. Ahmad Tohari tinggal di Desa Tinggarjaya sekitar 27 kilometer di sebelah selatan Purwokerto Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dikenal sebagai seorang pengarang yang karya-karyanya sudah mendunia. Di lingkungannya, dia dikenal sebagai seorang wartawan atau sebagai seorang santri dalam kehidupannya seharihari menjadi tetap lugas dan tetap berjalan seperti apa adanya meskipun kadangkadang dirasakan menghambat kesempatannya untuk mengarang. Hambatan non teknis itu berkaitan dengan kesibukannya sebagai seorang warga masyarakat yang tidak terlepas dari kewajiban-kewajiban sosial, namun sampai saat ini lingkungan desa itu justru merupakan sumber inspirasi dan semangatnya mengarang. Oleh karena itu, kehidupan orang desa dengan persoalan masing-masing tampak menonjol dalam hampir seluruh karya Ahmad Tohari (Yudiono, 2003: 8). Mengapresiasi suatu sastra, pada hakikatnya adalah menghargai, memahami, dan menghayati karya sastra. Untuk dapat berbuat demikian harus lebih dahulu mengetahui unsur yang membentuknya. Ada dua unsur pokok yang membantu sebuah sastra, yaitu unsur intrinsik atau unsur dalam dan unsur ekstrinsik atau unsur luar. Unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra, sedang unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Adapun unsur ekstrinsik dalam novel Kubah dapat dijabarkan dalam penjelasan berikut ini. Novel Kubah diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Jaya, Jakarta (1980) dan mendapat penghargaan yayasan Buku Utama 1981 dan mengalami cetak ulang oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta pada bulan Juni 1995. Novel ini terdiri dari 11 sub judul, setiap sub judul berisi cerita dengan tema berbeda-beda dan langsung selesai. Namun, cerita tiap sub judul masih berhubungan terus hingga akhir cerita. Karya Ahmad Tohari selalu dipengaruhi oleh realitas kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya. Ia percaya dan bahkan yakin bahwa karya sastra merupakan pilihan untuk berdakwah atau mencerahkan batin manusia agar senantiasa selalu membaca ayat Tuhan. Ahmad Tohari berharap dengan mengarang ia dapat berperan dalam membangun moral masyarakat dan bangsa sehingga berkembang menjadi masyarakat yang beradab, yaitu masyarakat yang tidak suka berbohong. Sebagai contoh, dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak (1986) sebagai cerita bersambung 1979), Ahmad Tohari menampilkan tokoh pemuda Pambudi di dusun Tanggir, daerah
Banyumas
yang
berniat melawan
kesombongan Pak Lurah Dirga. Tokoh
wong desa
yang kemudian populer dan melambangkan nama
pengarang Ahmad Tohari adalah Srintil dan Rasus dalam Ronggeng Dukuh Paruk. Sebagaimana disebutkan bahwa popularitas Ronggeng Dukuh Paruk tersebut tidak terbatas pada sambutan masyarakat sastra di Indonesia, tanpa kecuali di luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya karya Ahmad Tohari yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Jepang, dan Belanda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Semua itu masih tampak jelas dalam novel-novel berikutnya seperti Lingkar Tanah Lingkar Air, Bekisar Merah, Belantik, Orang-orang Proyek, dan juga cerpen-cerpen yang terhimpun dalam Nyanyian Malam. Terlepas dari masalah metode
yang
dipergunakan
pengarang Ahmad
Tohari
untuk
menggali
permasalahan, memilih tokoh, peristiwa, dan latar ceritanya, yang tampak menonjol dalam hampir seluruh karya sastranya adalah permasalahan kehidupan yang dialami tokoh-
atau orang kecil, baik di
desa maupun di kota. Ahmad
Tohari dalam
setiap
karya sastranya tampak
menonjolkan
permasalahan kehidupan yang dialami tokohatau orang kecil, baik di desa maupun di kota. Seperti halnya dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari menggambarkan tokoh yang tidak berdaya melawan arus kehidupan politik di sekitarnya sehingga terpaksa menjadi korban sistem politik. Dengan diilhami kasus tragedi Nasional 30 September 1965, ia mengungkapkan sebuah fenomena sosial yang khas dalam konteks politik di Indonesia. Novel Kubah dimulai dengan gambaran keraguan tokoh Karman untuk segera meninggalkan halaman Markas Komando Distrik Militer sebagai tempat terakhir pembebasan dari Pulau B. Kalau inisial itu ditafsirkan sebagai Pulau Buru, maka Karman adalah bekas tahanan politik pulau Buru di wilayah Maluku, sebuah pulau yang sangat populer sebagai tempat pengasingan orang-orang PKI atau yang terlibat dengan penghianatannya pada 30 September 1965. Bagi masyarakat Indonesia, pulau tersebut mengisyaratkan status terberat bagi yang pernah ditahan disana, terlepas dari fakta yang sebenarnya dialami oleh setiap tahanan politik. Tokoh Karman dalam novel Kubah dapat digambarkan sebagai seorang tokoh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
yang penting dalam tubuh PKI, karena kalau hanya orang biasa dalam PKI, mustahil ia sampai dikirim ke pulau Buru. a. Proses Kreatif sebagai Aktualisasi Diri Sikap kreatif merupakan karakteristik yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain. Mampu melihat realitas secara lebih efisien, kapasitas ini akan membuat seseorang mampu mengenali kejujuran, kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat. Ahmad Tohari yang telah mengaktualisasikan dirinya melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sikap ini menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Ahmad Tohari membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya. Hal tersebut tercermin pada Ahmad Tohari yang berkata:
ada yang salah di masyarakat kita khususnya Islam. Masyarakat Islam percaya bahwa Tuhan itu maha mengampuni, tetapi manusia Islam kenyataannya kurang bisa memaafkan orang-orang yang terlibat dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
G30S PKI, jadi sebetulnya tema pokoknya itu, cuma ingin menjabarkan
berbaur di masyarakat karena masyarakat dingin. Lebih baik menghindar, mungkin karena saya yang paling mau mendengar atau paling sering bercakap-cakap dalam pengertian karena melambangkan dia sebagai manusia biasa, tanpa membedakan ia bekas komunis, lalu dia sering kemari. Jadi, tokoh Karman ada modelnya. Setelah bercakap-cakap dia mencurahkan perasaannya. Sebenarnya ia masih ragu-ragu betul karena masih traumatik deng 2). Berdasarkan jawaban di atas merupakan representasi psikologis Ahmad Tohari yang religius, dia mampu mengaktualisasikan diri dan memiliki sifat demokratis. Sikap ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain. Sifat demokratis ini lahir karena pada Ahmad Tohari yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain dan sikapnya yang rendah hati, sehingga ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali. Sikap menghormati ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain itu adalah proses yang Ahmad Tohari upayakan agar masyarakat Indonesia mengampuni kesalahan masa lalu yang diperbuat oleh pelaku G30S PKI yang tergambarkan pada novel Kubah. Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku,
dan
gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois. Hal tersebut tercermin pada Ahmad Tohari yang berkata:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
pada kepalanya, mungkin dengan kata lain tidak ada keteladanan tapi ini gejala yang cukup majis, itu sebabnya, yaitu satu agama kurang berfungsi sebagai penanam nilai, agama itu hanya bisa salat, ngaji, tapi kurang berfungsi sebagai penanam nilai. Kedua bangsa Indonesia makin jauh dari kesusastraan, padahal kesusastraan itu di bawah agama dapat berfungsi menanamkan nilai, tapi sastra tersingkirkan, terutama sejak masa kemerdekaan pada tahun 1951 ada Kepres, mengenai kebijakan menghentikan konsumsi sastra di SMA 15 sastra, dan bagian A, 30 buku sastra, sejak itu kita sangat sedikit menjalankan pendidikan karakter. Dari sisi luar gencarnya kampanye kehidupan material, konsumerisme, modernitas, globalitas, menjadikan orang menjadi kering, urusannya cuma ingin memiliki barang, uang, kekuasaan. Yang namanya keadilan, kejujuran, kasih sayang, kebersamaan, sikap perwira, dan tanggung jawab semakin tersingkirkan. Oleh karena itu, peran media TV sangat mengubah paradigma dan perilaku seseorang dan masih terus menerus dan e (AT, Jawaban: 3). Berdasarkan jawaban di atas, bahwa pernyataan tersebut mengindikasikan sikap sosial dan religius yang ditunjukkan oleh Ahmad Tohari sebagai pengarang dan pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayat yang ikut mempengaruhi proses kreatifnya dalam menulis novel Kubah. Proses kreatif Ahmad Tohari diilhami dari keadaan sekitarnya pada saat itu, hal tersebut mempengaruhi faktor psikologisnya pada saat penulisan novel Kubah, Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa tokoh Karman merupakan model nyata yang pernah ditemuinya. Seperti pada jawaban di bawah ini.
berbaur di masyarakat karena masyarakat dingin. Lebih baik menghindar, mungkin karena saya yang paling mau mendengar atau paling sering bercakap-cakap dalam pengertian karena melambangkan dia sebagai manusia biasa, tanpa membedakan ia bekas komunis, lalu dia sering kemari. Jadi, tokoh Karman ada modelnya. Setelah bercakap-cakap dia mencurahkan perasaannya. Sebenarnya ia masih ragu-ragu betul karena masih traumatik dengan pengalamannya.Setelah tahun 1979, novel itu diciptakan. Jadi, novel tersebut mengendap dua tahun, terus ditambah
terpengaruh seperti Karman itu, jadi dulu pada saat jepang 1943-1944 satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
genggam beras betul-betul penyambung nyawa, pada saat itu banyak orang mati di pinggir jalan karena mati kelaparan, jadi orang bisa makan satu bulan dengan menukar sawah karena dijual saja tidak laku. Mungkin memang ada kaitannya dengan saya, karena Biyung saya juga tukang rames yang mendapatkan tanah dengan jalan itu diminta untuk mencatu makanan orang yang punya sawah yang tidak bisa apa5). Berdasarkan jawaban Ahmad Tohari tersebut dapat dimaknai bahwa proses penulisan novel Kubah diilhami dari lingkungan sekitarnya, yaitu dari luar lingkungannya dan lingkungan keluarga. Membicarakan keluarga, Ahmad Tohari juga berpendapat bahwa keluarga merupakan sebuah lembaga yang ikut membentuk pandangannya terhadap lingkungan sekitar. Berikut ini pendapatnya mengenai keluarga.
peradaban manusia yang akhirnya mencapai kulminasi. Dalam prosesnya bahwa orang itu harus membentuk keluarga inti dan bagi saya keluarga adalah lembaga paling penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh kehilangan keluarga. Kalau kita ingin memperbaiki keadaan yang kacau balau ini tidak usah dari luar dulu, harus dari rumah. Kalau kita ingin merevolusi keadaan sekarang ini kita harus : 9). Ahmad Tohari menyadari bahwa status kepengarangannya merupakan ekspresi diri yang bermakna, artinya proses kreatif yang Ahmad Tohari lakukan adalah eksistensi untuk mengaktualisasikan gagasan dan ide-idenya agar bermanfaat bagi orang banyak. Berikut ini adalah jawaban ahmad Tohari.
pendek jadi sudah 42 tahun menulis, yang saya dapatkan dan menurut saya berharga adalah perasaan bahwa eksistensi saya bermakna, bisa memberi bacaan, malah bisa memberi kontribusi pada sastra dunia, satu hal yang tidak pernah saya duga karena sekolah sudah mengoleksi buku saya, dan orang-orang sudah mengoleksi buku saya, artinya membawa, mendengar ajakan saya telah mendengar nilai-nilai yang sudah saya tanamkan atau mudahnnya nilai-nilai kemanusiaan. Karena itu, membuat saya bermakna. Lalu yang kedua, adalah saya mendapat penghargaan. Namun itu, saya anggap sebagai dampak saja dan tugas saya adalah menyekolahkan anak-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
anak saya yang tinggi karena menurut saya itu rejeki karena pendidikan
Kemapanan Ahmad Tohari merupakan penghargaan atas jerih payahnya, dan itu merupakan kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. Hal ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimilikinya yang mampu mengakualisasikan dirinya. b. Tahap-tahap Psikologis dalam Proses Kreatif Penulisan Novel Kubah Adapun tahapan dalam proses kreatif penulisan novel Kubah adalah persiapan, yaitu pengumpulan informasi dan data yang dibutuhkan, tahap inkubasi, yaitu mengendapkan pengalaman dan usahanya sebagai proses pengolahan dan penyusunan. Tahap ketiga adalah iluminasi, yaitu semuanya menjadi jelas (terang), tujuan tercapai, penulisan naskah dapat diselesaikan. Tahap keempat adalah verifikasi, yaitu tahap tinjauan secara kritis. Tahap persiapan yang dilakukan saat menciptakan Kubah sebenarnya adalah ide yang datang dari seseorang yang baru keluar dari penjara pulau Buru pada waktu itu ujar Ahmad Tohari sebagai berikut:
berbaur di masyarakat karena masyarakat dingin. Lebih baik menghindar, mungkin karena saya yang paling mau mendengar atau paling sering bercakap-cakap dalam pengertian karena melambangkan dia sebagai manusia biasa, tanpa membedakan ia bekas komunis, lalu dia sering kemari. Jadi, ada modelnya. Setelah bercakap-cakap dia mencurahkan perasaannya. Sebenarnya ia masih ragu-ragu betul karena masih traumatik dengan (AT, Jawaban: 2). Secara tidak langsung Ahmad Tohari telah mempersiapkan idenya dalam penulisan novel Kubah. Ide adalah bahan mentah yang diperoleh Ahmad Tohari dari modelnya, sebelum ditulis perlu dimatangkan, dan caranya adalah dengan diendapkan/ inkubasi) dalam perenungan atau kontemplasi. Biasanya proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
pengendapan ini lama karena berkaitan dengan cara-cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Kemudian, pada tahap inkubasi bahwa ide tersebut diendapkan selama dua tahun oleh Ahmad Tohari. Berikut ujaran Ahmad Tohari:
dua tahun, terus ditambah dengan imajinasi dan intelekt (AT, Jawaban: 2). Pernyataan tersebut merupakan tahapan yang mengantar Ahmad Tohari menyelesaikan ide (iluminasi) yang telah tercipta sehingga menjadi naskah novel Kubah. Dalam hal ini setahun kemudian terbit pada tahun 1980. Setelah terbit ternyata
ada
sebuah
komentar
yang
membuat
Ahmad
Tohari
sangat
memperhatikannya, yaitu komentar yang datang dari tokoh agama Gusdur. Berikut ujar Ahmad Tohari yang menirukan perkataan Gusdur. atkan penghargaan sastra terbaik 1981 dan Gusdur pun menyambut gembira dan mengkritik cara penyajiannya yang menurut Gusdur tidak enak, tidak baik . Ide dalam buku tersebut bagus, tetapi gaya bahasa menulisnya buruk terlalu mudah ditebak, bahasa, dan datar. Itu novel saya yang pertama, jadi kritik Gusdur itu sangat 2). Ujaran tersebut merupakan tahap verifikasi yang mengomentari cara penulisannya yang perlu diperbaiki karena masih mempunyai unsur yang akan membuat pembaca terprofokasi, jadi bahasanya perlu diperhalus lagi. Selain itu, gaya bahasa menulisnya perlu dibenahi lagi dan ceritanya mudah ditebak. Komentar Gusdur merupakan representasi dari tahap verifikasi walaupun sudah diterbitkan, namun verifikasi yang dilakukan Ahmad Tohari merupakan tahap akhir dari proses kreatif yang mengacu pada komentar Gusdur.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Empat tahap yang dilakukan Ahmad Tohari merupakan keadaan proses kreatif yang telah dilakukannya tahapan tersebut antara lain; persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. 2.
Struktur Novel Kubah Unsur yang membentuk novel adalah unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur dalam sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra dari dalam, sedang unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra. Unsur intrinsik karya sastra bentuk novel pada dasarnya dibangun oleh unsur-unsur: tema, penokohan, latar, dan alur. Novel Kubah yang merupakan salah satu karya sastra berbentuk novel juga terdapat unsur-unsur dasar pembentuk novel. Adapun uraian tersebut adalah sebagai berikut : a. Tema Tema dalam novel Kubah disampaikan secara tidak langsung (implisit) dan menyusupi keseluruhan cerita. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya menafsirkan tema. Penafsiran tema (tema) didasari oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Ada kalanya dijumpai kalimat-kalimat (alias /percakapan) tertentu yang dapat ditafsirkan mengandung tema pokok. Pembaca dituntut ketajaman berpikir untuk menyimpulkan apa yang terjadi tema dalam suatu cerita. Tema novel Kubah Karya Ahmad Tohari adalah tema ketuhanan atau yang disebut oleh William Kenney adalah divine, yaitu kembali meyakini adanya Tuhan (tobat). Pengarang mengemukakan tema tersebut melalui tokoh utamanya, yaitu Karman. Tokoh utama dalam novel ini pertama kali diceritakan terjadi perubahan sikap dan pemikiran yang taat beragama menjadi lelaki yang atheis atau komunis. Kemudian, terjadi penderitaan lahir batin karena kesadaran sendiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
tokoh Karman bertobat untuk tidak berpihak kepada PKI lagi. Pada akhir cerita, tokoh Karman merasa senang karena diterima kembali oleh lingkungan yang dahulu dibencinya, bahkan dipercaya membuat kubah yang megah di masjid desanya. b. Penokohan dan Perwatakan 1) Karman Aspek ini diawali dengan pertanyaan siapa tokoh utama kisah ini. Tokoh utama di dalam fiksi dapat diketahui dengan cara mengikuti sejauh mana posisi tokoh di dalam setiap peristiwa. Berdasarkan pedoman di atas, karakter Karman disebut sebagai tokoh utama karena karakter Karman yang paling dominan dan selalu muncul dari awal sampai akhir cerita. Selain itu, memang novel ini intinya menceritakan perjalanan hidup Karman. Penokohan tokoh utama dalam novel ini adalah Karman digambarkan sebagai seorang pemuda yang teguh pendiriannya, pemberani, tulus, taat beragama, dan cenderung emosional. Sebagaimana dalam teks disebutkan: "Karman tetap tertunduk. Ada kejujuran yang lambat laun mengembang dalam dirinya. Ia ingin mengaku dengan tulus, meskipun ia lama menjadi partai komunis, bahwa kehadiran Tuhan tetap terasa pada dirinya" (AT, 2012: 26). Karman, tokoh utama dalam novel Kubah memang memiliki sifat yang baik. Akan tetapi, pada bagian tertentu ia berubah seolah-olah menjadi tokoh antagonis. Sifatnya mudah terpengaruh, emosional, dan pendendam. Hal tersebut dibuktikan dengan potongan cerita di bawah ini:
hanya soal Rifah. Masih banyak alasan lagi bagiku untuk bersikap seperti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
au Haji Bakir merasa telah berbuat kebajikan padaku, ia telah memperoleh kembali (AT, 2012: 26). Dialog tersebut terjadi antara Karman dan Hasyim, pamannya. Ketika itu, Karman merasa telah dibodohi oleh Haji Bakir. Ia merasa diperalat olehnya. Selain itu, ia juga harus menerima kenyataan bahwa Rifah (anak Haji Bakir) perempuan yang ia cintai dijodohkan dengan pria lain. Pada saat itu ia juga sedang dihasut oleh pemikiran-pemikiran PKI supaya tidak mempercayai orang-orang seperti
Haji
Bakir,
yang
pada
dasarnya
merekalah
yang
menghasut
Karman,sehingga Karman akhirnya memutuskan untuk membenci Haji Bakir dan keluarganya. Pembaca seolah-olah bertanya-tanya, karena tokoh utama ikut bergabung dan mengembangkan paham PKI yang ditentang bangsa. Sebenarnya, pada saat itulah pengarang menggunakan sisi kewajarannya dalam memberi perwatakan terhadap tokoh utama pada novel yang dimaksud. Ia seperti berpesan kepada pembaca bahwa manusia juga memiliki kekhilafan, tidak selalu benar. Artinya, sifat antagonis sementara tokoh utamanya terjadi karena ia memiliki sifat mudah dipengaruhi. Ahmad Tohari sengaja menjadikan tokoh utama berkesan seperti tokoh antagonis untuk menjadikan konflik yang ada agar lebih menarik dan tidak bisa ditebak oleh pembaca, sehingga memancing emosi pembaca untuk mengetahui lanjutan ceritanya. 2) H. Bakir Haji Bakir merupakan tokoh yang berkarakter baik. Haji Bakir membantu Karman saat kelaparan; Di dapur rumah Haji Bakir sudah tersedia dua piring nasi dengan lauk-pauknya. Bu Haji menyilakan Karman dan adiknya makan. Rifah sendiri lenyap entah ke mana bersama mainan barunya. Diam-diam Bu Haji
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
memperhatikan Karman dan adiknya. Kedua anak yatim itu makan dengan sangat lahap (AT, 2012: 63). Haji Bakir mempekerjakan Karman di rumahnya dan Karman dianggap seperti keluarga. Karman yang saat itu sudah mencapai usia tiga belas tahun akan tinggal bersama keluarga Haji Bakir. Meski belum dewasa, Karman akan dianggap bekerja penuh pada keluarga kaya itu. Pangan dan pakaian sehari-hari Karman ditanggung, dan sehabis panen Karman berhak menerima tiga kwintal padi sebagai upah tahunan. Tanpa terasa akhirnya Karman seakan menjadi anggota keluarga Haji Bakir. Ia sering terlihat mengiringkan gerobak yang mengangkut kelapa yang baru dipanen dari kebun Haji Bakir. Karman yang saat itu sudah mencapai usia tiga belas tahun akan tinggal bersama keluarga Haji Bakir. Meski belum dewasa, Karman akan dianggap bekerja penuh pada keluarga kaya itu. Pangan dan pakaian sehari-hari Karman ditanggung, dan sehabis panen Karman berhak menerima tiga kwintal padi sebagai upah tahunan (AT, 2012: 65). Selain Karman sebagai tokoh utama, ada beberapa tokoh pendukung/ pembantu dalam novel ini. Haji Bakir misalnya, dalam novel ini Haji Bakir merupakan seorang tokoh agama dan terkemuka di desanya. Ia sesosok orang yang berbudi luhur, penolong, pemaaf. Tokoh Haji Bakir tersebut seperti digambarkan pada teks berikut ini: "Tetapi marilah, kita tetap berhubungan baik seperti dahulu, tanpa melalui ikatan perkawinan antara dirimu dengan Rifah. Aku percaya kau dapat menemukan calon istri lain" (AT, 2012: 133). Anak-anak yang tidur di serambi mesjid menghafal dua suara yang menandakan fajar telah tiba; kicau burung sikatan di atas kolam mesjid atau bunyi terompah kayu Haji Bakir. Pohing yang selalu bangun lebih dulu mengguncang kaki temandan selusin anak lainnya. Bunyi derek timba mengawali hiruk-pikuk di sumur. Anakanak mulai bermain ciprat-cipratan air. Dan suasana baru reda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
AT, 2012: 69) Tutur kata Haji Bakir yang halus dan sangat berwibawa layaknya seorang ulama yang selalu memegang teguh akidah dan akhlaknya dalam bersikap, ditunjukkan saat menolak lamaran Karman untuk memperistri Rifah.
pedoman yang teguh; aku hanya rela menjodohkan Rifah dengan laki-laki yang dapat membimbing Rifah di dunia sampai ke akhirat. Kulihat keadaanmu telah jauh berubah. Kini rasanya kau bukan laki-laki yang cocok dengan persyaratan yang kumaksud. Bagiku setiap orang sama derajatnya selagi penilaian itu tidak menyangkut iman dan takwa kepada Tuhan. Orang-orang Pegaten, termasuk diriku, menganggap kau pemuda yang baik. Masih muda dan berpangkat. Tetapi marilah, kita tetap berhubungan baik seperti dahulu, tanpa melalui ikatan perkawinan antara dirimu dengan Rifah. AT, 2012: 134). 3) Hasyim Hasyim adalah paman Karman. Dia digambarkan sebagai sesosok orang yang penyabar, pengertian, penolong dan taat beribadah. Dalam teks digambarkan; "Setelah diam beberapa saat untuk menciptakan suasana yang lebih sabar, Hasyim meneruskan bicaranya" (AT, 2012: 134). Dia adalah Hasyim, adik Bu Mantri. Kepulangan pamannya ini membuat Karman sangat gembira. Karman merasa mempunyai sosok lelaki yang bisa memberinya perlindungan setelah ayahnya hilang pada masa awal revolusi. Sebelum menjadi anggota Laskar Hisbullah, Hasyim adalah petani yang tekun. Hasyim mempunyai sawah dan tegalan, serta kolam ikan. Maka tanpa kesulitan yang berarti Hasyim bisa mengembalikan kehidupan rumah tangga setelah sekian lama ditinggalkannya. Dan karena kasihan melihat kehidupan Bu Mantri, Hasyim memberi kakaknya itu modal buat berdagang nasi rames (AT, 2012: 88). Rasa tanggung jawab Hasyim juga yang menyebabkan ia pergi menemui Haji Bakir untuk berbicara tentang Karman. Kemenakannya ini diminta kembali ke rumah orang tuanya karena akan disekolahkan ke tingkat lanjutan. Haji Bakir tak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
bisa menolak permintaan Hasyim. Orang tua itu menyadari sepenuhnya bahwa Hasyimlah yang paling berhak mengatur dan membimbing Karman. Selain itu, Hasyim juga mempunyai sifat yang tanpa pamrih, yaitu ketika membela tanah airnya. Dan imannya melarang ia berburuk sangka. Jadi Hasyim melayani Triman yang istimewa, Pak Triman. Siapa pun merasa wajib membela kebenaran, membela negeri ini. Hanya itu yang telah saya lakukan. Atau katakanlah, hanya demikian yang mampu saya berikan kepada negara yang masih muda AT, 2012: 89). Sifat sabar tercermin pada dialog di bawah ini.
nikmatnya orang yang melaksanakan kewajiban. Apakah kau belum bisa merasakan kepuasan jiwa selagi kau bersujud, sehingga kau menganggap kewajiban itu hanya sebagai pikulan yang menindih pundakmu? Atas nama almarhum ayahmu, aku minta kau kembali seperti semula. Kembali menjadi manusia yang menyadari siapa dirinya; yang tak mempunyai andil sedikit pun atas keberadaanmu di dunia ini. Sujudlah kembali kepada yang lebih berkuasa atas dirimu (AT, 2012: 105). 4) Marni Marni mempunyai lekuk di sudut bibir yang amat menarik. Selalu jantung Karman terpacu bila terpandang kelebihan gadis yang ramping, berlengan kecil serta bening suaranya itu. Marni selalu tampak tenang dan lembut. Sebelum membaca surat itu, sudah terbayang oleh Karman lekuk sudut bibir Marni yang bagus; suaranya yang lembut, atau segala tingkah lakunya yang membuktikan Marni adalah perempuan yang bisa jadi penyejuk hati suami (AT, 2012: 13). Marni adalah istri Karman. Dia digambarkan sebagai sesosok istri yang setia. Sifat tabah pada tokoh Marni digambarkan kerika ia menunggu kebebasan Karman, seperti pada teks berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
"Betapapun, tekad Marni saat itu, ia akan menunggu suaminya kembali. Siapa tahu, suamiku masih hidup. Dan perasaanku mengatakan, entah kapan dia akan kembali" (AT, 2012: 12). Marni juga mempunyai sifat berbakti pada suami tergambar pada teks di bawah ini. Sungguh, Marni tidak ingin yang lain. Ia tidak mau tahu bahwa kabar yang besar dan membingungkan telah tersebar ke manamana, tak terkecuali di Pegaten. Ia hanya ingin pagi-pagi menyediakan sarapan, lalu melepas suaminya di pintu. Setelah menyiapkan makan siang enam jam kemudian, ia akan duduk membopong Tono sambil menunggu Karman pulang (AT, 2012: 149). Perkawinan dilangsungkan. Kehampaan di hati Karman cepat terisi oleh sikap istrinya yang mantap, penuh pengertian. Seperti mendapat tempat berteduh, setelah lama berjalan di bawah matahari, demikian perasaan Karman. Karman tidak tahu mengapa Marni mencoba membahagiakan suami dengan menganggapnya sebagai ayah, suami, bahkan anaknya sekaligus. Tidak berbeda dengan garis fitrah setiap laki-laki yang merasa kecil apabila berhadapan dengan kepribadian seorang istri yang matang, Karman tidak hanya mencintai Marni, bahkan menghormatinya (AT, 2012: 141). Kepribadian
Marni,
ketenangannya,
memancarkan
wibawa.
Seorang
revolusioner muda seperti Karman ternyata tunduk ketika berhadapan dengan keanggunan istrinya. Marni juga digambarkan sebagai tokoh yang bertawakal saat Karman mendapat cobaan di penjara selama 12 tahun, namun pernikahan Marni kandas karena kebutuhan yang mendesak dan menikah dengan Parta.
bertawakal; membiarkan apa yang harus te Ternyata, kepasrahan telah menyebabkan sebagian besar beban pikirannya lenyap (AT, 2012: 53). 5) Rifah Rifah adalah teman kecil Karman yang bersih, manja, pemalu, matanya yang hidup, dan perangainya yang selalu gembira membuat Rifah jadi menarik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Gadis bungsu Haji Bakir sudah enam belas tahun. Rifah tidak terlalu cantik. Namun kulitnya yang bersih, matanya yang hidup, dan perangainya yang selalu gembira membuat Rifah jadi menarik. Segar. Dan bagi Karman, anak Haji Bakir itu sudah lama akrab. Rifah sudah lama, sejak masa anak-anak, ada dalam jiwanya. Maka wajar bila Rifah adalah nama pertama yang terbaca di hati Karman ketika ia merasa sudah menjadi lelaki dewasa. ada saja (AT, 2012: 82-53). Rifah berkarakter penyabar, religius, dan mempunyai sopan santun. Tuhan hanya menyuruhku menghormati tamu yang datang dengan cara baik-baik. Bertamulah besok pagi kepada Ayah. Insya Allah aku akan menemuimu juga. Sekarang jangan kauganggu aku. Pulanglah, atau kubangunkan Ayah!(AT, 2012: 128) 6) Tini Tini adalah anak Karman yang kedua, dia berparas cantik dan berbakti pada kamu bertanya seperti itu? Malah aku senang dan
? Bila tak ada Ayah, aku juga tidak akan pernah ada (AT, 2012: 187). Dari sosoknya, Marni melihat Tini adalah titisan Karman. Bentuk hidung dan alis Tini itu. Juga rona kulitnya. Dan dari segi keberadaannya, Marni tidak hanya melihat Tini sebagai titisan ayahnya (AT, 2012: 53)
minuman. Masa Nenek yang setua itu seorang diri harus mengurus para AT, 2012: 192). 7) Margo Margo, seorang kader partai yang cerdik, licik, dan amat pandai merekayasa kehalusan hati Karman demi kepentingan politiknya. Kawan Margo, demikian ia dipanggil oleh teman-teman separtai, adalah seorang kader pilihan. Cerdik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
ulet serta sangat gemar membaca buku atau brosur yang menyangkut partainya. Ia pun
berlangganan
Harian
Merah,
sebuah
bacaan
partai
yang
sangat
dibanggakannya. Margo berbadan sedang, rambutnya berombak, dan kebetulan ia punya sepasang alis yang rapat ke mata, mirip alis Lenin.
pernah memiliki satu setengah hektar sawah yang sekarang dikuasai Haji Bakir harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ini senjata utama (AT, 2012: 88). Kelicikan Margo juga tergambarkan pada saat memerintah warga desa Pegaten agar memakan tikus untuk menghancurkan nilai-nilai kearifan desa Pegaten, seperti kutipan di bawah ini; Sesungguhnya Margo tidak bermaksud membuat penduduk Pegaten menjadi sehat dengan menyuruh mereka makan tikus. Ia sekadar ingin menghancurkan nilai yang telah mapan. Orang Pegaten mengharamkan tikus. Jadi Margo hanya ingin mengajari orang Pegaten menghalalkan sesuatu yang diharamkan. Tidak lebih (AT, 2012: 112). 8) Triman Triman berkarakter licik dan pandai menutupi jati dirinya yang beraliran komunis, namun ditutupinya dengan menjadi ketua Partindo yang beraliran Nasionalis. Dimulai dengan percakapan di bawah ini; Peran utama untuk sementara beralih kepada orang partai yang sehari-hari dikenal sebagai ketua Partindo itu. Perburuan dimulai. Halus sekali, tanpa letupan-letupan, bahkan tanpa nada kasar sedikit pun. Karman sungguh terlalu muda untuk menyadari bahwa sedang berlangsung kisah safari yang ditujukan kepada dirinya (AT, 2012: 89).
sebagai magang di kantor Kecamatan Kokosan. Tentu saja Karman mempunyai harapan baik. Bukankah masih jarang pemuda yang memiliki -angguk. Di wajahnya jelas terlihat kesan kegembiraan. Ia kelihatan mau berbicara lagi. Dan inilah detik yang baik bagi Triman untuk meminta diri. Pedagang yang licik harus tahu dulu. Terima kasih atas pelayanan Pak Hasyim. Khusus mengenai Karman;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
bila dia berminat, suruhlah ia datang ke rumah saya. Sekali lagi, bila ia -gesa. Besok malam, saya tunggu pukul delapan (AT, 2012: 92). 9) Si Gigi Baja Putih Laki-laki bergigi besi itu seperti biasanya, jarang tersenyum. Kekuatan itu secara rahasia dikendalikan oleh seorang laki-taki ubanan yang bergigi besi, yang mengendalikan perampok-perampok untuk membuat kerusuhan di Pegaten, yang sering menjarah harta atau membunuh penduduk Pegaten, tetapi dengan menggunakan atau mengaku anak buah Ahmad Juhdi. laki-laki Karman tidak bodoh. Ia dapat kita harapkan bisa menjadi pegawai yang cakap, tetapi ia sekarang belum siap. Lihat jawabannya tentang Perjanjian Renville itu. Karman menyebutnya kemenangan di pihak Republik. Padahal -laki itu. Itulah yang terjadi. Karman tidak lulus!(AT, 2012: 97). Kekuatan itu secara rahasia dikendalikan oleh seorang laki-taki ubanan yang bergigi besi. Perampok-perampok itu, yang sering menjarah harta atau membunuh penduduk Pegaten selalu mengaku anak buah Ahmad Juhdi. Mungkin benar, tetapi naiflah orang yang memastikan kebenaran itu. Rumah Haji Bakir pernah dirampok sampai dua kali (AT, 2012: 135). Laki-laki bergigi besi itu seperti biasanya, jarang tersenyum. Ia tidak bergembira meskipun laporan yang sedang dibacanya memuaskan. Bahkan sekali pun ia belum pernah memberi pujian kepada Margo (AT, 2012: 112). an bekas pacarnya. Memang, partai bisa mengambil keuntungan apabila Karman mampu memberi warna merah pada keluarga Haji Bakir. Tetapi tampaknya ujangan. Barangkali Triman lebih cocok untuk menangani masalah ini (AT, 2012: 114). Kutipan di atas menunjukan bahwa tokoh tersebut cerdik dan licik karena menyiasati Karman yang masih lugu untuk bergabung dalam partai komunis dan mengutus Triman untuk dan Margo untuk menjauhkannya dari keluarga Haji Bakir.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
c. Latar Aspek latar dari kisah ini adalah tragedi nasional 30 September 1965 di desa Pegaten Madiun. 1) Latar Tempat Pegaten merupakan latar tempat yang mendominasi karena peristiwaperistiwa penting terjadi di Pegaten. Seperti kutipan di bawah ini menggambarkan kepulangan Karman ke Pegaten. Setelah berhasil mengendapkan gejolak perasaannya, Karman sadar bahwa dirinya sedang berada dalam perjalanan pulang yang sangat panjang dari Pulau B. Pulang? tanya Karman berkali-kali kepada dirinya sendiri. Pulang ke mana? Aku memang lahir di sana, di Pegaten. Di sana aku dibesarkan dan di sana pula aku pernah punya rumah, istri, dan anak. Namun masih adakah semua itu? Dan, apakah kampungku, terutama orang-orangnya, mau menermna aku kembali? Sebuah letupan ketakutan tiba-tiba menggoyahkan hatinya. Tiga puluh kilometer dari tempat di mana kini ia duduk. Boleh jadi Pegaten, kampong halamannya, juga sudah banyak berubah. Boleh jadi semuanya menjadi bertambah baik di sana. Tetapi Karman tidak tertarik untuk memikirkannya(AT, 2012: 30-31). Dalam wilayah Kecamatan Kokosan, desa Pegaten letaknya paling terpencil. Di sebelah selatan terdapat hutan jati yang luas. Sementara bagian barat dibatasi oleh perkebunan karet dan rawa-rawa. Tanah sawah serta ladangnya subur. Kalaulah sebagian penduduknya hidup miskin, pastilah bukan keadaan tanah Pegaten yang menyebabkannya. Salah satu kenyataan yang telah menyebarkan kesengsaraan di daerah itu adalah pergolakan-pergolakan yang diawali oleh masuknya tentara Jepang(AT, 2012: 134). 2) Latar Waktu Karman lahir di Pegaten pada tahun 1935. Ayahnya seorang mantri pasar di sebuah kota kecamatan. Waktu itu gaji seorang mantri pasar bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Hampir semua warga desa Pegaten
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
adalah petani. Maka ayah Karman sangat bangga akan jabatannya sebagai pegawai gubermen.Setelah itu, terjadi pemberontakan di Madiun, September 1948 terjadi pemberontakan besar tokoh komunis penggerak makar itu, telah berhasil menanamkan pengaruh terhadap sementara kaum terpelajar dan meminta ribuan korban itu gagal. Para pelaku yang tertangkap diadili dan dihukum mati. Di Madiun, September 1948 terjadi pemberontakan besar. Makar ini dikobarkan untuk merobohkan Republik yang baru berusia tiga tahun, dan menggantinya dengan sebuah pemerintahan komunis. Namun makar yang meminta ribuan korban itu gagal. Para pelaku yang tertangkap diadili dan dihukum mati. Banyak orang kurang menaruh perhatian terhadap para pelaku makar yang bisa lolos dari Madiun. Orang juga kurang memperhitungkan bahwa Muso, tokoh komunis penggerak makar itu, telah berhasil menanamkan pengaruh terhadap sementara kaum terpelajar. Seorang terpelajar yang sangat terpengaruh oleh pikiran-pikiran Muso lolos dari Madiun dan menjadi guru di Pegaten. Kawan Margo, demikian ia dipanggil oleh temanteman separtai, adalah seorang kader pilihan(AT, 2012: 83). Sesudah pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 pergolakan pemerintahan mulai mereda, seperti pada kutipan di bawah ini saat kepulangan Hasyim paman Karman yang menjadi anggota Laskar Hisbullah. Sesudah pengakuan kedaulatan pada tahun 1949, banyak anggota Laskar Hisbullah meletakkan senjata. Mereka kembali ke kampung halaman setelah empat tahun ikut mempertahankan kemerdekaan Republik yang masih muda. Salah seorang di antara mereka pulang ke Pegaten. Dia adalah Hasyim, adik Bu Mantri. Kepulangan pamannya ini membuat Karman sangat gembira. Karman merasa mempunyai sosok lelaki yang bisa memberinya perlindungan setelah ayahnya hilang pada masa awal revolusi(AT, 2012: 80). Berlanjut pada permulaan tahun ajaran baru tahun 1950, Karman sudah menjadi seorang murid SMP di sebuah kota kabupaten yang terdekat. Karman menjadi anak Pegaten pertama yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat menengah. Sekali sebulan, Karman pulang ke Pegaten. Bersepatu dengan kaos
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
kaki, pakaian diseterika dan pakai minyak rambut. Karman seakan berubah menjadi anak kota dan lulus tahun 1953. Di tangan pemuda itu ada gulungan kertas tebal yang diam-diam amat dibanggakannya; ijazah SMP berangka tahun 1953. Selain tuan rumah, Karman menjumpai Margo di sana. Kedua orang itu sudah dikenalnya. Triman adalah kepala Kantor Penerangan dan Margo adalah guru sekolah (AT, 2012: 93). Selanjutnya adalah kemenangan Partai Komunis pada saat itu, seperti kutipan di bawah ini. Karena sebagai kader partai, hasil kerjanya dapat diukur pada peristiwa Pemilihan Umum tahun 1955. Pada saat itu di Pegaten hanya ada tujuh suara yang memilih partainya. Tetapi pada pemilihan untuk penentuan anggota konstituante yang diadakan setahun kemudian, jumlah pemilih partainya menjadi tiga ratus lima puluh tiga(AT, 2012: 112). Kemenangan Partai komunis semakin memperkokoh ideologi komunis pada saat itu mengakibatkan terjadinya kesulitan finansial, ekonomi pada saat itu dipermainkan oleh pedagang nakal, seperti kutipan di bawah ini. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1958 dilangkahinya. Kelak akan terbukti, beberapa bulan sebelum terjadi geger Oktober 1965, Tan melakukan kegiatan perdagangan yang aneh. Ia membeli mancung dalam jumlah besar dari para penduduk. Bunga kelapa yang belum mekar itu hampir memenuhi gudangnya. Selain bunga kelapa, Tan juga mau membeli jantung pisang yang belum mekar. Penduduk memang terlalu bodoh untuk berpikir apa yang dikehendaki oleh Cina itu sebenarnya. Belakangan saja orang sadar bahwa kegiatan tokoh Baperki itu sebenarnya bermakna politis. Dengan membeli mancung dalam jumlah sangat banyak, maka penduduk yang sebagian besar bergantung kepada produksi gula kelapa, akan kehilangan sumber penghasilan. Itulah, Tan ingin melaksanakan politik memiskinkan rakyat agar gampang dihasut. Hebatnya ia mampu hidup di segala zaman. Setelah peristiwa tahun 1965, ia lari ke Bandung dengan meninggalkan banyak harta (AT, 2012: 121). Berlanjut
pada
tahun
1959
pemberontakan
semakin
mencekam,
pemberontakan Ahmad Juhdi mengalami kesulitan besar karena cadangan amunisi habis. Mereka harus mengumpulkan emas permata, sehingga kekerasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
meningkat kembali karena laskar Ahmad Juhdi ingin merampas lebih banyak emas milik penduduk. Satu gram emas berarti sebutir peluru. Pada tahun 1959 mereka mengalami kesulitan besar. Cadangan amunisi habis. Mereka harus mengumpulkan emas permata. Kekerasan meningkat kembali karena laskar Ahmad Juhdi ingin merampas lebih banyak emas milik penduduk. Satu gram emas berarti sebutir peluru(AT, 2012: 139). Kisah-kisah ini akan memperjelas gambaran desa Pegaten pada sekitar tahun 1958 sampai dengan tahun 1960. Penduduk desa itu, hampir semuanya, pernah menjadi orang-orang kurungan. Sesungguhnya, untuk mencegah perampok masuk ke Pegaten, desa itu pernah ditutup rapat dengan pagar bambu yang berlapis-lapis. Pegaten panas, dan anehnya Pegaten juga terlena. Ketika terjaga, Pegaten terkejut luar biasa. Sesuatu yang dahsyat telah terjadi pada dini hari menjelang 1 Oktober 1965. Bila ada yang bertanya tentang kebenaran cerita bekas anak buah Ahmad Juhdi itu, jawabannya sudah tersedia pada hati sendiri, yang harus rela membiarkan sejarah menulis menurut kehendaknya. Kerelaan pula yang diperlukan bila sejarah telanjur mencatat kisah ini: Letnan D dan Letnan L, yang berperan sangat aktif pada peristiwa Lubang Buaya, Oktober 1965, tentu sudah menjadi anggota tentara pada tahun 1959 itu. Di mana mereka bertugas saat itu, arsip tentara bisa memberi jawaban(AT, 2012: 139). Pegaten panas, dan anehnya Pegaten juga terlena. Ketika terjaga, Pegaten terkejut luar biasa. Sesuatu yang dahsyat telah terjadi pada dini hari menjelang 1 Oktober 1965(AT, 2012: 149). Tengah malam, akhir tahun 1965. Bulan yang pucat dan kesepian telah mencapai pertengahan juring langit sebelah barat. Malam yang sepi mencekam. Hampir tak terasa pertanda kehidupan kecuali suara kentongan yang dibunyikan dan pertemuannya dengan Kastaghetek. Di possuara ragu dan parau, Kasta menoleh. Lelaki itu menatap arah datangnya suara yang menyerunya. Tetapi sebelum dekat benar Kastagethek tak bisa mengenali siapa yang datang. Ya, meski tidak tinggal sekampung, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
siapa yang tidak kenal pegawai kantor Keeamatan yang bernama Karman? Kang Kasta,
AT, 2012: 164).
Karman dapat bersembunyi di tempat itu selama tiga puluh empat hari. Ia hanya keluar di waktu malam untuk mencari makanan dan air. Namun, takdir telah menggariskan bahwa Karman tertangkap dalam keadaan sakit. Astana Lopajang. Sebuah makam yang dikeramatkan dan terletak di atas sebuah bukit kecil yang dikelilingi hutan puring. Cungkupnya tidak pernah dibuka orang kecuali setahun sekali pada bulan Maulud. Pada bulan tersebut, makam dan tanah di sekelilingnya dibersihkan. Kelambu yang mengelilingi pesarean diganti atau hanya dicuci. Karman teringat tempat yang sangat baik untuk bersembunyi itu, dan bergegas ke sana. Kalau ia Tidak terpikirkan sebelumnya, ternyata Karman dapat bersembunyi di tempat itu selama tiga puluh empat hari. Ia hanya keluar di waktu malam datang ke Astana Lopajang. Karman ditangkap dalam keadaan sakit payah. Boleh jadi karena keadaannya itulah orang tidak tega menghabisi nyawanya (AT, 2012: 182). Berlanjut kisah Karman di penjara selama 12 tahun, kemudian saat dia dipenjara merupakan saat-saat yang berat ketika istrinya, yaitu Marni meminta cerai karena terdesak perekonomian yang tidak bisa Marni atasi tahun 1971. Upayanya untuk hidup mandiri, gagal. Marni anak-beranak makin menderita. Tahun 1971 Marni memaksakan diri mengubah pendiriannya. Ia mau mengikuti saran sanak famili. Maka sehelai surat ditulis untuk suaminya. Dengan surat itu Marni meminta pengertian dan keikhlasan suami. Marni sudah mengambil keputusan hendak kawin lagi (AT, 2012: 12). Terakhir tahun 1977 bulan Agustus kebebasan Karman setelah di penjara selama 12 tahun lamanya karena keterlibatannya dengan ideologi komunis yang membuatnya terpisah dengan istri dan anaknya. Dari dulu desa itu bernama Pegaten, juga pada bulan Agustus 1977 ... Mereka baru menjemput Karman dari kota. Ayah Tini yang baru pulang dari Pulau B itu sekarang berada di rumah Bu Mantri, nenek Tini (AT, 2012: 186).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Tetapi, oh Ibu, ketika Ayah pulang sekarang ini, Ibu telah bersuami. Bahkan dengan perasaan sendiri ketika ia meladeni suami baru sementara ia masih selalu teringat kepada suami pertama, ayahku. Ketika Ayah tidak tampak di mata, masalahnya mungkin lain. Te -terangan berkata demikian. Tidak akan pernah. Namun dapat kita duga apa yang paling diinginkan oleh seorang yang pulang dari pengasingan selama dua belas tahun. Atau, tak tahulah. Boleh jadi Ayah telah dapat menguasai perasaannya, dengan demikian ia tabah (AT, 2012: 188). 3) Latar Sosial Latar khas sosial pedesaan yang ada pada novel yaitu tergambarkan pada saat musim panen tiba, para pemanen yaitu orang yang tidak mempunyai sawah, namun pada waktu panen raya tiba orang-orang tersebut langsung berburu padi di sawah yang dikehendaki agar mendapatkan upah atas panenan yang telah ia tuai. Hampir musim panen. Anak-anak di Pegaten mulai meniup-niup puput. Di pagi hari burung-burung gelatik dan murai terbang berkelompok-kelompok menuju sawah. Musim ini panenan baik. Orang-orang yang tidak mempunyai sawah ikut senang. Mereka ikut menuai. Dari hasil tuaian itu mereka berhak atas sepertujuh atau seperdelapan bagian. Selebihnya menjadi hak pemilik sawah. Karman tahu Bu Mantri, ibunya, tak pandai menuai. Jadi bagaimanapun baiknya panen musim itu, Bu Mantri tidak akan mendapat bawon, yaitu upah menuai padi. Padi yang diterima dari Bu Haji Bakir sebagai upah Karman sudah habis, karena sebagian dijual untuk beras. Sebaiknya aku ikut menuai padi agar ibuku sempat merasakan nasi yang empuk (AT, 2012: 68). d. Alur Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang di susun berdasarkan hubungan kausalitas. Secara garis besar alur di bagi tiga bagian, yaitu awal, tengah, akhir. Akan tetapi, dalam kenyataannya alur dalam sebuah karya fiksi disusun berdasarkan pilihan pengarang itu sendiri. Oleh karena itu, awal alur tidak harus merupakan awal cerita. Tergantung bagaimana pengarang memposisikan dan memainkannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Dalam novel ini, tokoh Karman yang paling banyak diceritakan memang pantas disebut sebagai tokoh utama. Akan tetapi, ia tidak dapat disebut penggerak peristiwa yang membangun alur karena pengalurannya mengingatkan pembaca kepada model penceritaan wayang kulit Jawa yang diperankan oleh dalang. Alurnya terputus-putus karena dipergunakan untuk penyajian episode-episode yang seolah-olah terpisah dari pokok cerita, kemudian bertautan pada titik tertentu. Model alur pewayangan itulah novel Kubah yang terdiri dari sepuluh bagian mengisahkan perjalanan tokoh Karman melalui episode sebelas, episode yang tidak bersambungan secara ketat. Jika dilihat setiap episodenya akan tampak sebagai berikut, yaitu: bagian pertama (35 halaman) kisah kepulangan Karman dari pulau B; bagian kedua (20 halaman) kisah pendek tentang gadis Tini (anak Karman) yang bersiap menjemput Karman ditengah keluarga Gono; bagian Ketiga (20 halaman) kisah masa kecil Karman dalam kaitannya dengan keluarga Haji Bakir; bagian Keempat (18 halaman) kisah Margo dan Triman dalam membina Karman sebagai calon kader partai; bagian Kelima (11 halaman) kisah perdebatan Karman dengan Paman Hasyim tentang ketidakadilan Haji Bakir; bagian Keenam (29 halaman) kisah upaya Karman menjumpai Rifah dengan cara sembunyisembunyi, tetapi ditolak Rifah dengan halus sehingga lelaki itu merasa malu; bagian ketujuh (15 halaman) kisah perubahan situasi sosial di daerah kecamatan Kokosan, termasuk perubahan sikap Karman terhadap ibadah istrinya; bagian kedelapan (14 halaman) suasana Desa Pegaten menjelang Oktober 1965 dan pelarian Karman yang ketakutan setelah terjadi G30S PKI; bagian kesembilan (22 halaman): kisah kehidupan Kastagethek yang sederhana dan kelanjutan pelarian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Karman sampai di sebuah makam dan tertangkap; bagian kesepuluh (21 halaman): kisah pertemuan Marni dengan Karman di rumah Bu Mantri, dan 3 bulan kemudian Tini dilamar Jabir, cucu Haji Bakir; dan bagian Terakhir (4 halaman) : kisah pendek keberhasilan Karman membuat sebuah kubah di masjid Haji Bakir. Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa alur novel Kubah tidak lurus, tetapi bermodel sorot balik. Akibatnya, tokoh Karman tidak selalu menonjol dalam setiap episode. Dengan teknik penceritaan bermodel wayang itu, maka dapat dikatakan bahwa novel Kubah bukan novel tokohan, melainkan novel kisahan yang lebih mengutamakan suasana untuk membangun struktur tema tentang penemuan kembali harkat kemanusiaan yang telah hilang. 1) Bagian awal Sebuah alur biasanya merupakan bagian pengenalan cerita. Biasanya berisikan mengenai pengenalan watak tokoh dan setting cerita. Seperti halnya potongan cerita dalam novel Kubah ini. -geriknya serba kikuk sehingga mengundang rasa kasihan kepada komandan, Karman membungkuk tak seramai itu mobil-mobil, motor-motor dan kendaraan lain saling berlari serabutan. Anak-anak sekolah membentuk kelompok di atas sepeda masingmasing dan semua bersepatu serta berpakaian baik, sangat berbeda dengan (AT, 2012: 8). Pembuka cerita tersebut memperkenalkan tokoh cerita yang merupakan tokoh utama, yaitu Karman pembuka cerita terebut menjelaskan mengenai sebagian konflik yang di alami oleh tokoh utama, yakni konflik batin dalam diri Karman karena dia merasa rendah diri dan kecil di hadapan masyarakat luas karena ia adalah mantan tahanan politik di pulau B.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
2) Tengah Dalam wilayah Kecamatan Kokosan, desa Pegaten letaknya paling terpencil. Di sebelah selatan terdapat hutan jati yang luas. Sementara, bagian barat dibatasi perkebunan karet dan rawa-rawa. Tanah sawah serta ladangnya subur. Kalaulah sebagian penduduknya hidup miskin, pastilah bukan keadaan tanah Pegaten yang menyebabkannya. Sementara itu, novel Kubah, pada tengah ceritanya terdapat potongan cerita yang masih menggambarkan bagaimana keadaan kampungnya, Pegaten. Penjelasan singkat itu kemudian menjadi awal untuk masuk ke dalam konflik yang ada di dalamnya. Sulit bagi seorang lelaki untuk mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah 12 tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau B. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukai. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya. Namun, di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah mesjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
3) Konflik awal Pada tahun yang ketujuh ketika Karman menjadi tahanan pulau buangan, Parta menceraikan isterinya dan menikahi Marni karena semua orang percaya bahwa kecantikan Marni adalah sebab Parta melepas isteri pertamanya. Kemudian cerita beralur sorot balik pada saat Karman ditinggal ayahnya. ara pemuda pejuang membawanya ke hutan. Ayah Karman itu tak pernah terlihat kembali oleh anak istrinya sepeninggal ayahnya Karman hidup hanya dengan ibu dan seorang adik perempuan yang masih kecil (AT, 2012: 61). Berlanjut pada penolakan lamaran Karman oleh Haji Bakir yang membuat Karman membenci H
ayangnya, Rifah sudah dilamar
oleh pemuda lain. Calon suami Rifah sudah di tentukan oleh keluarga Haji Bakir (AT, 2012: 83). 4) Rumitan Konflik berada pada masalah yang rumit, yaitu saat Karman dipengaruhi oleh auhkan Karman dari H. Bakir dari mesjidnya harus ditemukan cara AT, 2012: 88).
marah, malu berbaur di hati Karman akibatnya ia mendendam dan membenci H. AT, 2012: 101). 5) Klimaks
berterus terang meninggalkan mesjid, meninggalkan peribadatan bahkan tentang agama, Karman sudah pandai mengutip kata-kata Margo, bahwa agama adalah candu untuk membius kaum tertinda
AT, 2012: 103). Kemudian, respons lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
pandasan bambo dan langsung membelahnya. Penampung air wudhu itu di buatnya menjadi serpihan bambo kecil. Itulah perlambang yang nyata atas AT, 2012: 104). 6) Akhir Cerita mulai menurun alu
tangkap dalam
keadaan sakit parah boleh jadi karena keadaan itulah orang tidak tega AT, 2012: 185). Singkat cerita pada saat kembalinya Karman ila ia dapat memberi sebuah kubah yang bagus kepada orangorang Pegaten, ia berharap akan memperoleh apa yang hilang itu. Atau setidaknya Karman bisa membuktikan bahwa dari seorang bekas tahanan politik seperti dia AT, 2012: 210). Novel ini merupakan novel yang memiliki alur akhir yang tertutup, yakni berakhir dengan kebahagiaan karena Karman merasa dirinya hidup kembali dan diterima oleh warga Pegaten. Novel ini memiliki alur campuran karena ada kronologis dan kausalnya. Alur dimulai dari cerita awal, kemudian mundur kebelakang menceritakan peristiwa yang telah lalu, selanjutnya di lanjutkan dengan kondisi selanjutnya. Urutan cerita, bagian 1: keluarnya Karman dari pulau b (8); bagian 2: menceritakan pernikahan Karman dengan Marni (9); bagian 3: kisah Karman kecil (1); bagian 4: tamat sekolah Karman (2); bagian 5: kekecewaan lamaran Karman di tolak (3); bagian 6: melihat Rifah (4); bagan 7: menikah dengan marni (5); bagian 8: meletusnya G30S PKI (6); bagian 9: komunikasi Karman dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Kastalgetek (7); bagian 10: Tini menikah dengan Jabir (10); bagian 11: penemuan kembali jati diri Karman ketika membuat kubah (11). 3.
Aspek Kejiwaan dalam Novel Kubah a. Perasaan dan Emosi Perasaan dan emosi Karman pada umumnya disifatkan sebagai keadaan yang
ada pada inividu atau organisme pada suatu waktu. Saat Karman merasa sedih, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain, perasaan dan emosi sebagai suatu keadaan kejiwaan pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa yang dialami oleh Karman, seperti gambaran di bawah ini. Tetapi selesai membaca surat itu Karman mendadak merasa sulit bernapas. Padang datar yang kerontang dan penuh kerikil seakan mendadak tergetar di hadapannya. Padang yang sangat mengerikan, asing, dan Karman merasa tegak seorang diri. Keseimbangan batin Karman terguncang keras. Semangat hidupnya nyaris runtuh. Selama beberapa hari sesudah itu Karman hanya bisa diam, merenung dan merenung (AT, 2012: 13). Kesedihan yang dialami Karman, sebagai akibat dari persepsi stimulus dari eksternal yang datang dari istrinya, sehingga internal Karman bereaksi dengan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Oleh karena itu, emosi Karman lebih intens daripada perasaan, dan terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan terganggu. Perasaan Karman mengalami kesedihan, maka kesedihan tersebut tidak segera hilang begitu saja, tapi masih terus berlangsung dalam jiwa Karman yang akan berperan dalam diri Karman. Namun, lingkungan Karman membantu pemulihan perasaan sedih itu, sehingga perasaan sedihnya dengan stimulus yang baik dari eksternal, seperti yang dilakukan Kapten Somad.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Dari caranya menarik napas, Kapten Somad tahu bahwa Karman sedang diburu oleh perasaan yang menekan (AT, 2012: 18). Karman kembali menarik napas panjang. Tetapi kemudian ada titik-titik g kapten dengan ikhlas menunjukkan pengertian dan simpatinya padaku. Kebenaran yang disampaikan padaku sukar kubantah. Ah, setidaknya telah ada satu orang yang mau memahami diriku, pikir Karman. Tetapi betulkah penderitaanku telah terbagi? Bisakah aku memastikan aku telah mempunyai seorang teman di dunia ini? Kapten Somad berjanji akan membantuku mencari jalan yang terbaik (AT, 2012: 22). Perasaan psikis atau kejiwaan susah, takut, canggung dirasakan oleh Karman ketika selesai menjalani hukuman penjara selama 12 tahun lamanya, sehingga membuat dia amat asing dengan lingkungan luar penjara. Dia tampak amat canggung dan gamang. Gerak-geriknya serba kikuk sehingga mengundang rasa kasihan. Kepada Komandan, Karman membungkuk berlebihan. Kemudian dia mundur beberapa langkah, lalu berbalik. Kertas-kertas itu dipegangnya dengan hati-hati, tetapi tangannya bergetar. Karman merasa yakin seluruh dirinya ikut terlipat bersama suratsurat tanda pembebasannya itu (AT, 2012: 5). Oh, kota kabupaten ini benar-benar sudah berubah, pikirnya. Dan anehnya perubahan yang tampak merata di depan mata itu membuat Karman merasa makin terasing. Sangat jelas terasakan ada garis pemisah yang tajam antara dirinya dengan alam sekitar. Demikian, pada hari pertama dinyatakan menjadi orang bebas, Karman malah merasa dirinya tak berarti apa-apa, hina-dina. Waktu berjalan ke barat sepanjang gili-gili itu Karman sebenarnya amat tersiksa. Tatapan mata sekilas orang-orang yang kebetulan berpapasan terasa sangat menyiksa (AT, 2012: 9). Dengan
demikian,
dapat
dikemukakan
bahwa
gejala
perasaan
kemasyarakatan atau sosial kejasmanian Karman yang menimbulkan perasaan harga diri negatif, perasaan tak berdaya, yang timbul dalam diri Karman, berkaitan dengan interaksi individu dengan orang lain setelah bebas dari penjara. Gambaran emosi yang dialami Karman saat lamarannya tidak diterima oleh Haji Bakir, karena telah ada yang mendahului lamaran Karman merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
perasaan kecewa yang mendasar, yang memiliki hubungan erat dan keduanya dialami individu. Emosi Karman mengarahkan perilaku individu menyertai perilaku motivasi untuk memperistri Rifah, namun gagal.
yang Rasa kecewa, marah, dan malu berbaur di hati Karman. Akibatnya ia mendendam dan membenci Haji Bakir. Karman memulai dengan enggan bertemu, bahkan enggan menginjak halaman rumah orangtua Rifah. Sembahyang wajib ia tunaikan di Apa yang diperbuat Karman adalah balas dendam. Ia merasa disakiti, dinista (AT, 2012: 99-100). Dengan meninggalkan masjid Haji Bakir, ia pun bermaksud membalas dendam. Bahkan, ketika ia mulai sekali duakali meninggalkan sembahyang wajib, ia juga merasa sedang membayar dendam kesumat. Haji Bakir mempunyai masjid, dan bagi Karman, orang tua itu adalah tokoh agama dan wujud nyata agama di desa Pegaten adalah pribadi Haji Bakir. Maka, semakin sering meninggalkan peribadatan, Karman semakin merasa puas. Pemberontakan jiwa anak muda itu segera diketahui oleh Triman dan Margo. Mereka
tahu,
apa
yang
sedang
dibutuhkan
Karman
dalam
rangka
pemberontakannya itu sokongan dan tepuk tangan. Orang-orang partai itu dengan senang hati akan memberikannya. Mereka berbuat seolah-olah menolong si anak malang. Bukan hendak menenteramkan jiwa Karman, melainkan sebaliknya. Melihat ada dua orang yang memberikan dukungan, Karman bersikap semakin berani menjauhi ajaran agama. Manifestasi perasaan atau afektif keluaran yang disertai banyak komponen fisiologis berupa kemarahan Karman yang bertambah berlipat ganda karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
hasutan dari orang yang mendoktrin ajaran komunis kepadanya, yaitu Margo dan Triman. Tentang Haji Bakir, kedua orang partai itu berpropaganda kepada Karman: nah ia berikan kepadamu adalah contoh kemunafikan yang nyata. Takkan pernah ia menolongmu, menyantunimu ketika kau masih kanak-kanak, apabila ia tidak melihat keuntungan yang dapat diperoleh darimu. Tenagamu, misalnya! Jadi tidak mengherankan apabila Haji Bakir menolak lamaranmu. Seorang tuan tanah selalu jahat, tidak berperikemanusiaan. Pasti ia menganggap kau tidak pantas menjadi menantunya lantaran kau keturunan rakyat jelata. Bukan karena kau datang terlambat. Bukan! Tetapi karena kau miskin dan Abdul Rahman anak orang terkaya juga. Mereka, orang-orang kaya, adalah kaum penindas yang secara historis selalau mempertahankan kelestarian kelasnya. Mereka tidak ingin seorang seperti engkau masuk ke dalam kalangan mereka. Sadarlah kau sekarang, betapa jahat kaum tuan tanah itu (AT, 2012: 102).
Karman! Seorang tokoh agama seperti Haji Bakir dengan serakah menguasai tanah sawah milik orangtuamu! Itulah kenyataan yang ada. Haji Bakir dengan caranya yang licin dan licik kini menguasai sawah milik orang tuamu. Lalu apa namanya hal semacam itu kalau buka 103). Amarah yang dipahami Karman sebagai reaksi tekanan perasaan yang membuatnya emosi yang dibangkitkan oleh peristiwa eksternal propaganda yang dilakukan kawan-kawannya. Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar terjadi pada pribadi Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu, apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk. Karman pun mulai berani berterus terang meninggalkan mesjid, meninggalkan peribadatan. Bahkan tentang agama, Karman sudah pandai mengutip kata-kata Margo, bahwa agama adalah candu untuk membius kaum tertindas. Namun puncak perubahan kepribadian Karman terjadi dekat sumur di belakang rumah. Siang itu Karman berdiri di sana. Tangannya memegang sebuah parang. Kelihatannya ia agak ragu-ragu. Alisnya turun-naik beberapa kali. Namun, akhirnya ia maju mendekati padasan bambu itu dan langsung membelahnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Penampung air wudu itu dibuatnya menjadi serpihan bambu kecil-kecil. Karman hanya menghancurkan tiga ruas bambu yang tampak tidak berarti itu. Tetapi itulah perlambang yang nyata atas pergeseran nilai yang telah melanda dirinya (AT, 2012: 103). Seseorang yang mengalami emosi sering tidak memperhatikan lagi keadaan sekitarnya. Suatu keaktifan yang tidak bisa dilakukan oleh individu dalam keadaan normal, kemungkinan akan bisa melakukannya, jika individu sedang mengalami emosi. b. Konflik Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat.
menyertakan rasa amat sakit di dasar hati. Pada hari kedelapan Karman bermaksud membalas surat Marni. Entah dari mana datangnya, yang jelas kulepaskan. Keadaan dirikulah yang memastikannya. Kapan dan bagaimana akhir penahanan dan pengasingan ini tidak dapat diramalkan, apalagi dipastikan. Padahal Marni masih muda. Tidaklah adil memaksa Marni ikut menderita dan kehilangan masa depannya. Apalagi anak-anaknya, anakanakku, perlu santunan. Nah, baiklah. Marni kulepaskan walaupun hati dan AT, 2012: 115). Peristiwa
dalam
kutipan
tersebut
merupakan
tekanan
batin
yang
menimbulkan konflik positif dan konflik negatif, itu karena keadaan pada saat itu mengharuskan Karman memilih karena untuk kebaikan keluarganya yang ditinggalkannya, Karman memilih antara melepaskan Marni berdasarkan tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya yang tidak bisa ditanggungnya karena di penjara, mungkin dengan melepaskan (cerai) Marni, anak-anaknya akan mendapat kehidupan yang layak (positif) karena setelah bercerai Marni dinikahi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Parta, namun di sisi lain Karman mengeluh seorang diri yang menyertakan rasa sakit di dasar hati apabila perceraian itu dikabulkannya (negatif). Marni selama 5 tahun mencoba bertahan menunggu suaminya kembali. Marni tidak menghiraukan bujukan sanak-saudara yang menghendaki dia menikah lagi. Namun, keadaan berkata lain Marni mengalami konflik dalam dirinya antara pemulihan kebutuhan keluarganya atau memutuskancerai. Betapapun, tekad Marni saat itu, ia akan menunggu suaminya kembali. -saudara yang menghendaki dia menikah lagi. Akibatnya, mereka mulai mengambil jarak. Bantuan berupa kebutuhan hidup seharihari mulai jarang diterima oleh perempuan muda beranak tiga itu. Namun dengan tabah Marni menghadapi semua kesulitan hidupnya. Dicobanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri bersama ketiga anaknya yang masih kecil. Marni pernah bersekolah di Sekolah Kepandaian Putri, SKP, meskipun tak tamat. Maka ia bisa menjahit pakaian. Tetapi Marni memang kurang beruntung. Upayanya untuk hidup mandiri, gagal. Marni anak-beranak makin menderita. Tahun 1971 Marni memaksakan diri mengubah pendiriannya. Ia mau mengikuti saran sanak famili. Maka sehelai surat ditulis untuk suaminya. Dengan surat itu Marni meminta pengertian dan keikhlasan suami. Marni sudah mengambil keputusan hendak kawin lagi (AT, 2012: 12). Akhirnya Marni mengambil keputusan untuk bercerai dengan Karman demi masa depan ketiga anaknya yang masih kecil agar bisa merasakan masa depan yang lebih baik. Gambaran pergolakan batin Karman pun telah dirasakan sebelumnya ketika harus memilih menikahi Rifah atau mempertahankan ideologinya, karena ayah Rifah adalah lawan dari ideologinya. Karman menganggap bahwa Haji Bakir adalah lambang pertentangan kelas. Berhari-hari Karman terombang-ambing oleh pikiran sendiri. Pergulatan batinnya semakin seru. Namun sampai kelopak matanya cekung karena kurang tidur, Karman belum bisa memutuskan apakah ia akan melamar kembali Rifah atau tidak. Yang jelas, ingatannya kepada anak Haji Bakir itu bukannya semakin surut. Malah sebaliknya (AT, 2012: 117).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Konflik psikis yang dialami Karman karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat, yaitu menikahi Rifah (positif) atau mempertahankan ideologinya (negatif). Karman ternyata tidak cukup berani bertamu ke rumah Haji Bakir. Ia tidak pernah berhasil mengatasi keraguan yang menggeluti dirinya. Di rumah, di jalan, di kantor, ia selalu bingung. Padahal ia merasa kerinduannya pada Rifah ada pada setiap tarikan napasnya. Dalam keadaan seperti itu lagi-lagi Karman tidak tahu bahwa seorang yang bergigi besi siap menggerakkan pionnya. Suti sering berkunjung ke rumah Karman. Memang, bisa saja tidak terjadi kemaksiatan di rumah Bu Mantri itu. Kelompok Margo tidak menghendaki hiruk-pikuk, sebab rumah Bu Mantri dekat mesjid, dekat rumah Haji Bakir. Mereka hanya ingin memberi kesan yang baru tentang diri Karman, terutama kepada keluarga Haji Bakir (AT, 2012: 132). Akhir dari konflik yang dirasakan Karman ternyata tidak seperti yang ia harapkan karena lamaran Karman ditolak oleh Haji Bakir yang disebabkan Karman sudah menyimpang keajaran yang sesat, sehingga tidak layak untuk mendampingi Rifah. Keadaan tersebut sebenarnya telah diciptakan oleh lingkungan sekitar Karman, yaitu kawan-kawan Karman yang memberi pengaruh negatif terhadapnya. c. Persepsi Cukup lama Margo mencari calon kader yang memenuhi persyaratan itu. Kemudian ia mendengar kabar bahwa Karman yang pernah menjadi muridnya, kini sedang gelisah karena ingin jadi pegawai dan belum terkabul. Margo cepat menangkap isyarat munculnya sebuah peluang untuk menemukan pemuda yang dibutuhkannya dan sebagai sesama warga Pegaten, Margo punya pengetahuan cukup banyak tentang anak Bu Mantri itu. Latar belakang kehidupan keluarganya, kecakapannya serta wataknya. Dibantu oleh Margo, Triman mempengaruhi Karman.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
-syarat yang harus kaupenuhi agar nrimo jer besuki mowo beyo? ungkapan itu; untuk mencapai suatu tujuan diperlukan biaya. Melihat Karman tercengang, Triman segera meneruskan katapokoknya kamu ingin mendapat pekerjaan. Rasanya, saya dapat menolongmu. Biaya yang kuinginkan bukan berupa uang, tetapi suatu sikap yang kau berikan dengan tulus dan wajar. Apa yang kau janjikan padaku
perlu kauberikan kepadaku. menggeleng(AT, 2012: 95).
Tidak
berat?
Persepsi eksternal dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat di dalamnya merupakan elemen yang mengubah sudut pandang Karman terhadap dunia sekitarnya
dan
mempengaruhi
bagaimana
Karman
merasakannya
atau
menerimanya. Matanya bersinar-sinar, hatinya penuh harapan. Dan ia sedikit pun tak saya tidak bekerja sendiri. Bapak itu (sambil menunjuk Margo), yang akan membantumu selanjutnya. Percayalah, dengan bantuan dia kau akan berhasil. Berterimakasih menunggu jawaban dari kantor Kecamatan. Selama tujuh hari itu ia gelisah, ia berdoa. Keinginannya untuk meneruskan sekolah sudah ditinggalkan. Yang diharapkannya sekarang adalah diterima magang di kantor Kecamatan, lalu memasuki masa percobaan menjadi pegawai tetap. Kalau benar Pak Triman dan Margo membantunya, Karman merasa dirinya patut diangkat menjadi juru tulis, kemudian akan naik menjadi kepala tata usaha amat muda. Ijazah SMP akan mengantar aku ke jabatan wedana. Dan siapa yang menganggap AT, 2012: 9495). Intensitas dan kekuatan dari stimulus Margo dan Triman adalah stimulus dari luar yang memberi makna lebih. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi. Ukuran dan penempatan dari stimulus merupakan faktor yang menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk memperhatikannya pada gilirannya membentuk persepsi, hal tersebut tergambar pada dialog di bawah ini. Secara berkala Triman mengunjungi anak binaannya yang baru. Diberikannya petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan oleh seorang calon pegawai. Ia bersikap seperti seorang ayah yang amat memperhatikan kepentingan anaknya. Pengaruh serta wibawa ditanamkan di hati anak muda itu dengan perhitungan yang saksama. Sementara, Karman merasa tak bisa berbuat lain kecuali selalu bersikap hormat kepada para penolongnya.
Gunakan kesempatan yang ada untuk membaca buku-buku atau brosurbrosur yang kubawa ini. Mata ujian yang akan kautempuh nanti akan berkisar pada isi bukuisi buku dan mata ujian itu tidak semuanya benar. Apa hubungannya antara mata ujian yang harus dihadapi oleh Karman dengan teoriteori tentang pertentangan kelas, cerita tentang pertanian kolektif di Rusia, bahkan teoriteori tentang sejarah materialisme? Tetapi Karman membaca semua buku itu serta sebuah buku kecil tentang pengetahuan administrasi pemerintahan (AT, 2012: 96). Perangai Karman berubah menjadi kebencian terhadap Haji Bakir karena terpengaruh oleh kecerdikan Margo yang selalu mendoktrin Karman dengan ajaran-ajaran komunis. peristiwa si Kinah. Saat itu Kinah hanya memperoleh sejumput padi, padahal ia telah mempertaruhkan keselamatan bayinya. Kita tahu, Kinah sama seperti kita; manusia. Ia bukan burung pipit yang bisa kenyang oleh beberapa bulir biji padi. Tetapi begitulah yang terjadi. Jadi, yakinlah kamu; demikian jahat para tuan tanah. Mereka -diskusi seperti itu Margo selalu melukiskan Kinah sebegai martir yang suci(AT, 2012: 96). Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi Karman merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
pengalaman-pengalaman Karman ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Dalam hal ini ditunjukkan pada dialog di bawah ini. Tentang Haji Bakir, kedua orang partai itu berpropaganda kepada Karman: yang nyata. Takkan pernah ia menolongmu, menyantunimu ketika kau masih kanak-kanak, apabila ia tidak melihat keuntungan yang dapat diperoleh darimu. Tenagamu, misalnya! Jadi tidak mengherankan apabila Haji Bakir menolak lamaranmu. Seorang tuan tanah selalu jahat, tidak berperikemanusiaan. Pasti ia menganggap kau tidak pantas menjadi menantunya lantaran kau keturunan rakyat jelata. Bukan karena kau datang terlambat. Bukan! Tetapi karena kau miskin dan Abdul Rahman anak orang terkaya juga. Mereka, orang-orang kaya, adalah kaum penindas yang secara historis selalau mempertahankan kelestarian kelasnya. Mereka tidak ingin seorang seperti engkau masuk ke dalam kalangan mereka. Sadarlah kau n! Seorang tokoh agama seperti Hap Bakir dengan serakah menguasai tanah sawah milik orangtuamu! Itulah kenyataan yang ada. Haji Bakir dengan caranya yang licin dan licik kini menguasai sawah milik orangtuamu. Lalu apa namanya hal semacam itu kalau bukan ke (AT, 2012: 102). Stimulus tersebut diterima karman karena propaganda dari Triman dan Margo, sehingga persepsi Karman merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan olehnya yang menganggap Haji Bakir merupakan kaum tuan tanah yang menindas rakyat miskin. d. Sikap Keadaan diri dalam Karman yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi konflik yang ada dengan situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya, yaitu pertentangannya dengan Haji Bakir dan propaganda yang dilakukan kelompok Margo. Selain itu, sikap Karman memberikan kesiapan untuk merespons yang sifatnya negatif terhadap objek atau situasi pada saat itu, seperti dialog di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Hanya setahun sejak perkenalannya dengan kelompok Margo, perubahan besar terjadi pada pribadi Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu, apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk(AT, 2012: 103). Sikap sinis tersebut merupakan sikap yang ditunjukkan oleh Karman terhadap stimulus yang ada yaitu anggapan bahwa Haji Bakir merupakan musuh ideologinya. Namun, tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap Karman merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi, dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan lebih tahan lama, contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. Prasangka tersebut dialami Karman ketika merasa sawah ayahnya telah direbut oleh Haji Bakir, tapi sebenarnya prasangka tersebut merupakan buatan atau propaganda yang dilakukan kawan-kawan Karman. e. Respons Respons Karman adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Karman berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respons, sehingga yang menentukan bentuk respons individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individunya. Karman menyambut stimulus tersebut dengan responsperbuatan yang negatif. Karman pun mulai berani berterus terang meninggalkan masjid, meninggalkan peribadatan. Bahkan tentang agama, Karman sudah pandai mengutip kata-kata Margo, bahwa agama adalah candu untuk membius kaum tertindas (AT, 2012: 103).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dalam berupa sikap, dan emosi pengaruh masa lampau, akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan Karman. Respons Karman dalam bentuk buruk atau negatif, yaitu tercermin pada kutipan di bawah ini. Namun puncak perubahan kepribadian Karman terjadi dekat sumur di belakang rumah. Siang itu Karman berdiri di sana. Tangannya memegang sebuah parang. Kelihatannya ia agak ragu-ragu. Alisnya turun-naik beberapa kali. Namun akhirnya ia maju mendekati padasan bambu itu dan langsung membelahnya. Penampung air wudu itu dibuatnya menjadi serpihan bambu kecil-kecil. Karman hanya menghancurkan tiga ruas bambu yang tampak tidak berarti itu. Tetapi itulah perlambang yang nyata atas pergeseran nilai yang telah melanda dirinya (AT, 2012: 103-104). Rasa kecewa, marah, dan malu berbaur di hati Karman. Akibatnya ia mendendam dan membenci Haji Bakir (AT, 2013: 101). Karman memulai dengan enggan bertemu, bahkan enggan menginjak halaman rumah orang tua Rifah. Sembahyang wajib ia tunaikan di rumah dan ia memilih tempat lain bila menunaikan sembahyang Jumat. Apa yang diperbuat Karman adalah balas dendam. Ia merasa disakiti, dinista. Dengan meninggalkan mesjid Haji Bakir, ia pun bermaksud membalas dendam. Bahkan, ketika ia mulai beberapa kali meninggalkan sembahyang wajib, ia juga merasa sedang membayar dendam kesumat. Haji Bakir mempunyai mesjid, dan bagi Karman, orang tua itu adalah tokoh agama dan wujud nyata agama di desa Pegaten adalah pribadi Haji Bakir. Maka, semakin sering meninggalkan peribadatan, Karman semakin merasa puas. Pemberontakan jiwa anak muda itu segera diketahui oleh Triman dan Margo. Mereka
tahu
apa
yang
sedang
dibutuhkan
Karman
dalam
rangka
pemberontakannya itu, yaitu sokongan dan tepuk tangan. Orang-orang partai itu dengan senang hati akan memberikannya. Mereka berbuat seolah-olah menolong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
si anak malang. Bukan hendak menenteramkan jiwa Karman, melainkan sebaliknya. Hasyim menutup muka dengan kedua tangannya. Tiga kali beristighfar, kemenakanku telah penuh dengan keingkaran, hati nurani serta akal budinya AT, 2012: 109). 4.
Kebutuhan Bertingkat dalam Novel Kubah a. Kebutuhan Fisiologis Merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya
karena berkaitan dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup, yaitu kebutuhan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur. Setelah datang masa aman Karman dan ibunya pulang ke Pegaten. Masa kurang pangan berakhir. Namun Karman kecil harus menerima kenyataan bahwa dia dan ibunya sudah tak punya apa-apa lagi. Untunglah, karena panen padi selalu bagus maka orang Pegaten kurang peduli terhadap ubi dan singkong di ladang mereka. Maka Karman yang masih bocah biasa mengumpulkan singkong dari ladang orang dan dibawa pulang sebagai bahan makanan. Singkong direbus, singkong ditanak, atau malah singkong cukup dibenam dalam api sampai empuk; semuanya cukup buat mengganjal perut Karman bersama ibu dan adiknya. Hingga dua tahun lamanya Karman hidup dengan singkong. Hanya sesekali dia menemukan sebungkus nasi, itu pun bila dia punya kesempatan bermain dengan Rifah, anak bungsu Haji Bakir (AT, 2012: 61). Kebutuhan dasar fisiologis alasan utama Karman untuk memperjuangkannya dengan mencari ubi dan singkong di ladang. Kebutuhan dasar fisiologis memang kebutuhan utama. Banyak cara bisa dilakukan agar Karman bisa bermain dengan gadis cilik itu. Untuk Rifah, Karman harus punya sesuatu yang menarik hatinya. Misalnya mainan baling-baling yang terbuat dari daun kelapa. Tanpa dipancing-pancing, jika Rifah metihat mainan itu, pasti dia akan memintanya. Rifah yang agak dimanjakan biasa memperoleh apa saja yang dikehendakinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Ia puraterbiasa dimanja. Karman tahu Rifah akan memberikan apa saja apabila ia diberi balingdulu. K gadis kecil yang segar. Betis dan pundaknya montok. Kedua pipinya padat dan matanya bulat tajam. Mendengar permintaan Karman, ia lari gesit Karman iri. Tak berapa lama Rifah muncul kembali, dan tanpa sebungkus nasi di tangannya. Karman sangat kecewa. Anak lelaki itu beberapa kali mendan ludah. Perutnya melintir perih. Tetapi wajah Karman berubah terang setelah menden sebungkus nasi yang sangat diharapkan, Karman menyerahkan balingbaling daun kelapa itu kepada Rifah. Gadis kecil itu tertawa dan melompatlompat gembira (AT, 2012: 62-63). Kutipan di atas menggambarkan bahwa upaya Karman berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan cara membuatkan mainan untuk Rifah agar mendapatkan upah berupa nasi bungkus. Selain itu, Bu Mantri dan Karman menuai padi pada masa panen raya tiba untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Karman tahu Bu Mantri, ibunya, tak pandai menuai. Jadi bagaimanapun baiknya panen musim itu, Bu Mantri tidak akan mendapat bawon, yaitu upah menuai padi. Padi yang diterima dari Bu Haji Bakir sebagai upah pantas pada waktu panen seperti ini ibuku tak punya beras. Sebaiknya aku (AT, 2012: 68). Secara mendasar kebutuhan fisiologis Karman terpenuhi, ia bisa makan dan minum alakadarnya. Keadaan semakin membaik ketika Karman bekerja dan mengerjakan segala aktivitas kehidupannya di rumah Haji Bakir yang baik hati. Disamping itu, Karman juga di sekolahkan oleh keluarga Haji Bakir.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
b. Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan akan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Hari-hari selanjutnya, Karman dan adiknya mendapat perhatian cukup dari keluarga Haji Bakir. Selalu ada pekerjaan kecil-kecilan yang bisa dikerjakan Karman dari mengepel masjid, memberi makan ikan, dan sekaligus mengasuh adiknya. Dengan memberi pekerjaan kecil, Bu Haji bermaksud mendidik Karman bekerja sehingga ia tidak terbiasa bergantung kepada pemberian orang. lampu-tampu atau menyapu lantai mesjid. Kita dapat makan bersama ikan di kolam kami. Kamu suka makan pagi dengan lauk ikan mujair adi anggota keluarga Haji Bakir (AT, 2012: 64). Bu Haji Bakir menemui Bu Mantri. Mereka ingin membicarakan dan mencari kesepakatan tentang Karman. Terjadi persetujuan antara kedua perempuan itu, Karman yang saat itu sudah mencapai usia tiga belas tahun akan tinggal bersama keluarga Haji Bakir. Meski belum dewasa, Karman akan dianggap bekerja penuh pada keluarga kaya itu. Pangan dan pakaian sehari-hari Karman ditanggung, dan sehabis panen Karman berhak menerima tiga kwintal padi sebagai upah tahunan. Ternyata keluarga Haji Bakir tidak pernah memperlakukan Karman sebagai pembantu rumah tangga yang sebenarnya. Anak itu diberi kesempatan menamatkan pendidikannya di sekolah rakyat yang sudah dua tahun ditinggalkannya. Pekerjaan yang diberikan kepada Karman adalah pekerjaan sederhana yang bisa diselesaikan oleh anak seusianya; mengantarkan makanan bagi orang yang sedang bekerja di sawah, menyapu rumah dan halaman, memelihara ikan di kolam, dan melayani si manja Rifah (AT, 2012: 65).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Bekerjanya Karman ditempat Haji bakir merupakan representasi kebutuhan rasa aman, selain itu kebutuhan fisiologisnya terpenuhi karena di dalam rumah Haji Bakir tidak dianggap sebagai pembantu. Hasyim juga pergi menemui Haji Bakir untuk berbicara tentang Karman. Kemenakannya ini diminta kembali ke rumah orangtuanya karena akan disekolahkan ke tingkat lanjutan. Haji Bakir tak bisa menolak permintaan Hasyim. Orang tua itu menyadari sepenuhnya bahwa Hasyim-lah yang paling berhak mengatur dan membimbing Karman. Karman merasa menjadi anak yang paling berbahagia di dunia. Pada permulaan tahun ajaran baru tahun 1950, Karman sudah menjadi seorang murid SMP di sebuah kota kabupaten yang terdekat. Karman menjadi anak Pegaten pertama yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat menengah(AT, 2012: 81). Berdasarkan kutipan di atas kebutuhan rasa aman terpenuhi. Kebutuhan tersebut Karman semakin terpenuhi karena ada sosok paman Hasyim yang paling berhak mengatur dan membimbing Karman, sehingga Karman merasa menjadi anak yang paling berbahagia di dunia karena anak Pegaten pertama yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat menengah. Hal tersebut merupakan motivasi kebutuhan rasa aman yang terpenuhi. c. Kebutuhan Cinta dan Memiliki Cinta Kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong Karman untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Namun, untuk meraih rasa tersebut Karman mengalami beberapa kegagalan. Berawal dari lamarannya terhadap Rifah. Lamaran Karman untuk memperistri Rifah yang disampaikan oleh Paman Hasyim ternyata terlambat sehingga tak mungkin dilayani (AT, 2012: 99).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Lamaran Karman ternyata tidak seperti yang diharapkannya, karena lamaran tersebut tidak diterima disebabkan sudah ada yang melamar Rifah lebih dulu, yaitu Abdul Rahman. Seperti kutipan di bawah ini. Adalah nyata, Karman merasa ada sesuatu yang kurang ketika ia menerima beslit dua bulan kemudian. Tetapi sebabnya tak bersangkut-paut dengan Margo atau Triman. Karman merasa sayang mengapa beslitnya diterima setelah kabar pertunangan Rifah dengan pemuda lain sudah didengar orang sekampung (AT, 2012: 98). Lamaran yang kedua kalinya tidak menghasilkan yang seperti diharapkan Karman walaupun Rifah sudah menjadi janda Abdul Rahman yang meninggal. Lamarannya ditolak karena Haji Bakir berpendapat bahwa Karman sudah menyimpang dari ajaran dan pedoman agamanya, sehingga Haji Bakir beranggapan Karman tidak bisa membimbing Rifah di dunia maupun akhirat.
pedoman yang teguh; aku hanya rela menjodohkan Rifah dengan laki-laki yang dapat membimbing Rifah di dunia sampai ke akhirat. Kulihat keadaanmu telah jauh berubah. Kini rasanya kau bukan lakilaki yang cocok dengan persyaratan yang kumaksud (AT, 2012: 133). Kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Karman harus memahami cinta. Karman harus mampu mengajarkannya, menciptakanya, meramalkannya. Jika tidak, dunianya akan hanyut kedalam gelombang permusuhan dan kebenciaan. Setelah kegamangan Karman yang telah ditolak lamarannya oleh Haji Bakir yang menimbulkan kebenciannya terhadap Haji Bakir, akhirnya dia menemukan cintanya di hati perempuan yang bernama Marni. Perkawinan dilangsungkan. Kehampaan di hati Karman cepat terisi oleh sikap istrinya yang mantap, penuh pengertian. Seperti mendapat tempat berteduh, setelah lama berjalan di bawah matahari, demikian perasaan Karman. Karman tidak tahu mengapa Marni mencoba membahagiakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
suami dengan menganggapnya sebagai ayah, suami, bahkan anaknya sekaligus. Tidak berbeda dengan garis fitrah setiap laki-laki yang merasa kecil apabila berhadapan dengan kepribadian seorang istri yang matang, Karman tidak hanya mencintai Marni, bahkan menghormatinya. Pada tahun pertama perkawinan mereka, Rudio lahir. Kehidupan keluarga muda itu mantap. Sebidang tanah dapat mereka beli. Di atas tanah itu, setahun kemudian mereka mendirikan rumah (AT, 2012: 141). Berdasarkan kutipan di atas Karman mendapatkan kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki cinta dengan beristri Marni dan semakin lengkap karena dikaruniai tiga orang anak, yaitu Rudio, Tini, dan Tono. d. Kebutuhan Harga Diri Setelah mampu menciptakan rasa aman dalam dirinya, maka Karman dianggap telah siap untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi yaitu harga diri. Penghargaan diri berasal dari dirinya sendiri maupun orang lain. Cerita dalam novel ini diawali dengan gambaran keraguan tokoh Karman ketika mau pulang untuk menimati kebebasannya setelah sekian lama berada dalam pengasingan di Pulau B. Dia ragu untuk pulang karena khawatir akan dicibir dan dibenci orang-orang sedesanya. Setelah berhasil mengedepankan gejolak perasaannya, Karman sadar bahwa dirinya sedang berada dalam perjalanan pulang yang panjang dari Pulau B. Pulang? Tanya Karman berkali-kali kepada dirinya sendiri. Pulang ke mana? Aku memang lahir di sana, di Pagetan. Di sana aku dibesarkan dan di sana aku pernah punya rumah, istri dan anak. Namun masih adakah semua itu? Dan, apakah kampungku, terutama orang-orang, mau menerima aku kembali? Sebuah letupan kekuatan tiba-tiba mengoyahkan hatinya (AT, 2012: 30). Keraguan dan kekhawatiran Karman dapat dimengerti, karena Karman sadar akan statusnya sebagai bekas tahanan politik yang baru saja dibebaskan dari Pulau B. Semua orang tahu bahwa Pulau B (Buru) adalah tempat pengasingan para tahanan politik (orang-orang PKI) kelas berat, sehingga wajar kalau Karman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
punya kekhawatiran dirinya tidak akan diterima oleh orang-orang di desanya. Di tambah lagi istrinya yang sangat dicintainya sudah tidak bisa hidup bersama lagi karena sudah jadi istri orang. Karman teringat kembali kenangan ketika dia harus merelakan istrinya, Marni, untuk menikah dengan Parta, lelaki teman sekampung, sedangkan waktu itu dia sendiri masih berada di pengasingan. Karman diberi hak untuk kembali ke tengah pergaulan masyarakat. Namun, Karman sulit menghapus kekhawatirannya akan ditolak, dibenci, dan dikucilkan oleh masyarakat yang dahulu pernah disakiti olehnya. Akan tetapi, tidak ada pilihan lain kecuali harus pulang ke desanya. Kemudian, Karman berniat untuk pulang ke rumah saudara sepupunya, Gono, yang rumahnya tidak jauh dari kota. Pada awalnya Karman masih ragu-ragu apakah jadi ke rumah Gono atau tidak. Tanpa diduga sebelumnya, di rumah Gono Karman bisa bertemu dengan anaknya, Rudio dan yang melegakannya lagi, sambutan Bu Gono yang tulus merupakan pertanda awal bahwa masyarakat akan menerima kembali orang-orang bekas PKI.
Karman merasa sulit berbicara, tidak segera menjawab. Kita masih bisa bertemu lagi. Sekarang tenanglah. Mari kita duduk Dipeluknya Karman erat-erat. Di sela-sela tangisnya, ia masih berkata-kata ku, tinggallah bersama kami di sini. Kau takkan menemukan apa-apa lagi di Pagetan(AT, 2012: 35). Apa yang dialami Karman di rumah Gono membuat dirinya memberanikan pulang ke desa Pagetan ke rumah orang tuanya sendiri, Bu Mantri. Wajarlah kalau Karman masih dihinggapi keraguan, kekhawatiran, ketakutan, dan keterasingan yang mencekam untuk kembali ke desanya. Akan tetapi, keraguan itu ternyata tidak terbukti karena hampir semua orang Pagetan menerimanya dengan baik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
bahkan Haji Bakir bersama isterinya datang menyambut kepulangannya di rumah Bu Mantri. Di rumah orangtuanya, Karman sedang dikelilingi oleh para tamu, tetanggatetangganya yang sudah amat lama ditinggalkan. Ia merasa heran dan terharu, ternyata orang-orang Pagetan tetap pada watak mereka yang asli. Ramah, bersaudara, dan yang penting: gampang melupakan kesalahan orang lain. Padahal yang sangat dikhawatirkan oleh Karman adalah sikap membenci dan dendam yang mungkin diterimanya begitu ia muncul kembali di Pagetan. Haji Bakir datang berdua dengan isterinya meskipun ia harus dibantu dengan tongkat yang menopang tubuhnya yang sudah bungkuk. Apabila Karman menyambut tamutamu yang lain secara wajar, tidak demikian halnya ketika menerima kedatangan haji yang sudah sangat tua itu. Begitu Haji Bakir masuk ke rumah Bu Mantri itu, Karman berlari menjemputnya, lalu menjatuhkan diri. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Karman memeluk orang tua itu pada pinggangnya. Ia menangis seperti anak kecil. Haji Bakir yang meras tidak bisa berbuat apa-apa membiarkan Karman memuaskan tangisnya (AT, 2012: 173-174). Cuplikan cerita di atas menunjukan bahwa siapapun orangnya akan menyesal dan menyadari akan kesalahan yang telah dilakukan. Karman bersikap seperti itu karena menyadari masa lalunya yang diwarnai kesombongan, kemungkaran,dan nyaris mendekati kematian. Karman sangat malu berhadapan dengan Haji Bakir yang dahulu pernah dibencinya dan Karman merasa bersyukur masih dapat bertemu dan diterima kembali oleh orang-orang di desanya. Diterimanya Karman kembali oleh masyarakat Pegaten merupakan representasi terpenuhinya kebutuhan harga diri Karman.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri Sambutan masyarakat Pagetan harus dipahami sebagai bentuk simpati dan pemaafan terhadap orang yang telah melakukan kesalahan dan menderita karena kesalahannya itu, bukan sambutan terhadap paham yang pernah dianutnya. Melalui novel Kubah, Ahmad Tohari memberikan pelajaran pada pembaca untuk bisa memahami dan memberi maaf terhadap pribadi yang telah menyadari kesalahan
atau
ketersesatannya
untuk
mendapatkan
kembali
harkat
kemanusiaanya. Di sisi lain novel ini juga memberikan pelajaran bahwa pribadi yang bersangkutan juga harus dapat membuktikan kesadarannya bahwa ia telah berubah dan kembali ke jalan yang benar. Hal ini oleh Ahmad Tohari ditunjukkan dengan keberanian tokoh Karman meminta bagian untuk ikut membangun masjid milik Haji Bakir yang sudah rapuh dengan menyanggupinya membuat kubah yang baru. Kesanggupan Karman didasari pengalamannya belajar mematri dan mengelas ketika berada di pengasingan. Tetapi Karman menganggap pekerjaan membuat kubah itu sebagai kesempatn yang istimewa. Sesen pun ia tak mengharapkan upah.Bahkan dengan menyanggupi pekerjaan itu ia hanya ingin memberi jasa. Bagaimana juga sepulang dari pengasingan ia merasa ada yang hilang pada dirinya. Ia ingin memperoleh kembali bagian hilang itu. Bila ia dapat memberi sebuah kubah yang bagus kepada orang-orang Pagetan, ia berharap akan memperoleh apa yang hilang itu. Atau setidaknya Karman bisa membuktikan bahwa dari seorang bekas tahanan politik seperti dia masih dapat diharapkan sesuatu. (AT, 2012 : 209).
Karman selesai dipasang menjadi puncak bangunan masjid. ali. Kalu tidak, niscaya mendengengar puji-pujian itu(AT, 2012 : 210). Rasanya dia yakin bahwa dirinya tidak berhak menerima semua pujian itu. Tetapi wajah orang-oang Pagetan yang berhias senyum, sikap mereka yang makin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
ramah, membuata Karman merasa sangat bahagia. Karman sudah melihat jalan kembali menuju kebersamaan dan kesetaraan dalam pergaulan yang hingga harihari kemarin terasa mengucilkan dirinya. Oh, kubah yang sederhana itu! Dalam kebisuannya, mahkota masjid itu terasa terus mengumandangkan janji akan memberikan harga asasi kepada setiap manusia yang sadar akan kemanusiaanya(AT, 2012 : 211). Kesanggupan Karman membuat kubah masjid untuk membuktikan bahwa dirinya telah berubah ternyata terbukti. Sambutan dan pujian masyarakat terhadap hasil hasil karya Karman menunjukkan bahwa Karman betul-betul telah diterima kembali di desanya dan telah mengembalikan harkat kemanusiaanya yang telah hilang. Hal tersebut merupakan representasi dari kebutuhan aktualisasi diri karman yang ikut serta dalam pembangunan masjid Haji Bakir yang rapuh, tindakan tersebut merupakan tanda harkat martabatnya telah kembali. 5.
Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Kubah Berkaitan dengan pembahasan ini yaitu mengetahui nilai-nilai pendidikan
yang terkandung dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari yang meliputi nilai pendidikan religius atau agama, nilai pendidikan sosial budaya, dan nilai pendidikan moral. a. Nilai Pendidikan Agama Untuk dapat memberikan makna, langkah pertama adalah melakukan pembacaan heuristik kemudian
yang kedua adalah
dengan
pembacaan
hermeneutik(retroaktif). Pembacaan heuristik dilakukan berdasarkan struktur bahasanya, sedangkan pembacaan hermeneutic adalah pembacaan ulang setelah pembacaan heuristik. Dalam pembacaan hermeneutik ini akan dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
pembacaan ulang terhadap teks, kemudian pembacaan teks, dan kontekstualitas teks yang diteliti. 1.
Keyakinan
Keyakinan dalam tradisi sastra sudah dapat dikatakan sebagai lapis metafisika yang menjadi puncak norma dalam sebuah karya sastra. Lapis-lapis norma dalam karya sastra mirip dengan konsep keutuhan jiwa yang menyatakan bahwa karya sastra tidak bernilai tinggi bila tidak meliputi keutuhan jiwa. Dalam kaitannya dengan karya sastra, keutuhan jiwa ini diterangkan. Sebagai lima tingkatan jiwa manusia, yaitu niveau anorganis, niveau vegetatif, niveau animal, niveau human, dan niveau religius. Pada tingkatan niveau anorganis, karya sastra merupakan bentuk formal seperti pola bunyi, kalimat, gaya bahasa, dan lain-lain. Pada tingkatan niveau vegetatif, karya itu menghadirkan suasana kejiwaan, seperti romantis, mengerikan, marah, dan sebagainya. Pada tingkatan niveau animal, karya sastra menghadirkan hasrat-hasrat kebinatangan, seperti makan, minum, membunuh, dan lain-lain. Pada tingkatan
niveau human, karya sastra
menghasilkan renungan-renungan batin, rasa belas kasihan, rasa simpati, dan pengalamanpengalaman lain yang hanya bisa dirasakan oleh manusia. Pada tingkatan niveau religius, karya sastra menghadirkan renungan-renungan mengenai Tuhan, pengalaman mistik, dan renungan-renungan lain yang sampai pada hakikat. Dari sini menjadi jelas bahwa Tuhan, merupakan puncak kegiatan bersastra yang dilakukan oleh para sastrawan (Pradopo, 2002 : 32). Sebagaimana dalam teks disebutkan bahwa: "Yah dengarlah apa yang kumaksud dengan syarat itu. Untuk mendasari upaya penyembuhan jiwamu kau harus memulai dari kepercayaan, Ya kepercayaan" (AT, 2012: 25).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Keyakinan atau yakin merupakan kunci segalanya dalam ajaran Islam. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa keyakinan merupakan puncak dari segala keimanan atau Iman. Oleh karena itu, keyakinan merupakan kunci dari segala aktivitas yang kaitannya hablumminallah (hubungan manusia dengan Tuhan). Iman mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, iman merupakan manifestasi dari kepercayaan seseorang terhadap Tuhannya. Seseorang yang hidup di muka bumi tanpa didasari iman maka seolah olah dalam hidupnya tanpa ada pegangan yang layak untuk diikuti atau di anut sebagaimana dalam teks tersebut disebutkan "untuk mendasari upaya penyembuhan jiwamu" (AT, 2012: 25). Dalam teks tersebut dapat diinterpretasikan dalam beberapa aspek salah satunya adalah aspek akidah. Dalam teks tersebut menggambarkan tentang arti penting dari keyakinan atau iman. Iman merupakan kunci utama dalam upaya penyembuhan penyakit yang diderita oleh Karman yang pertama adalah kepercayaan atau keyakinan bahwa segala sesuatu baik penyakit, derita, dan cobaan adalah datangnya dari Tuhan dan semua itu akan kembali kepada Tuhan. Sebagaimana dalam teks disebutkan bahwa: "Ia ingin mengaku dengan tulus meskipun ia lama menjadi anggota partai komunis bahwa kehadiran Tuhan tetap terasa pada dirinya" (AT, 2012: 26). Pembacaan teks ini merupakan kelanjutan dari pemaknaan tentang keyakinan pada paragraf sebelumnya. Keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan tentang sifat wujud yang dimiliki oleh Tuhan. Setting yang tampak dalam dialog tersebut adalah latar belakang Karman yang sebelumnya tidak percaya akan adanya Tuhan. Karman mencoba menghilangkan kepercayaan itu di organisasi atau partai yang notabenenya adalah partai komunis. Berangkat dari partai inilah Karman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
kehilangan "pegangan" yaitu tentang keimanan kepada Tuhan yang sebenarnya hal tersebut bertolak belakang dengan hati nurani Karman. 2.
Pasrah/ Tawakal
"Mantep ing panarima" atau dalam Islam disebut dengan pasrah atau tawakkal, artinya mantapkan hatimu dalam pasrah dari padanya. Ini merupakan kelanjutan dari penjelasan sebelumnya yaitu kepercayaan atau keimanan tentang adanya Tuhan dan semuanya akan kembali kepada Tuhan. Segala sesuatu harus pasrah kepada ketentuan Tuhan dengan sepenuh hati. Sebagaimana dalam teks disebutkan bahwa: Namun apabila kamu percaya dan berserah diri kepada Tuhan, maka jalan keluar selalu tersedia" (AT, 2012: 27). Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa hal yang harus direnungkan, pertama manusia dalam menjalani hidup di dunia akan selalu dihadapkan pada permasalahan yang rumit dan akan muncul setiap saat. Manusia tidak ada kekuasaan untuk menghindar dari persoalan, karena hal tersebut merupakan ujian atau cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Semua orang tidak akan menginginkan masalah yang akan menimpa dirinya. Siapapun orangnya tidak ada yang ingin mendapatkan masalah. Hal seperti ini tentu saja tidak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun makhluk Tuhan kecuali Tuhan yang maha Esa dan Kuasa. Oleh karena itu, segala persoalan yang ada kuncinya adalah sikap pribadi. Kedua, perbuatan yang dilakukan oleh makhluk yang didasari oleh kemauan dan keinginan pelaku. Dari kedua konsep tersebut tidak kemudian yang terjadi terhadap manusia sudah digariskan oleh Tuhan, atau manusia berkehendak karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
sudah ditakdirkan oleh Tuhan, termasuk kematian. Namun, kedua hal tersebut harus diimbangi dengan akidah dan iman yang kuat, seperti pada teks selanjutnya disebutkan tentang kematian yang nanti akan dialami oleh setiap manusia. Dulu aku tiada kini aku mengada Kelak akan lagi tiada Kembali ke rahmat ilahi (AT, 2012: 169). Dalam teks tersebut mengandung pengertian bahwa manusia disuruh kembali kepada jalan Tuhan secara benar. Tuhan menghendaki untuk taat dan patuh pada jalan-Nya.
Tuhan memberikan hak sepenuhnya kepada manusia untuk
menentukan pilihan hidupnya, Tuhan sudah memberikan jalan dan cara untuk meraih kemenangan di dunia maupun di akhirat, atau dengan kata lain free of choice and free of will, karena setelah kehidupan dunia manusia akan melanjutkan proses atau tahapan setelah kehidupan, yaitu kematian. Kutipan tersebut merupakan sebuah syair yang dinyanyikan oleh anak-anak ketika menunggu datangnya waktu shalat merupakan sebuah gambaran yang jelas tentang cerita Karman yang dulu pun melakukan hal yang sama, yaitu melantunkan pujian-pujian kepada Tuhan, meskipun pada akhirnya Karman harus pergi meninggalkan anak dan istri karena terlibat dalam Partai Komunis. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan di muka bumi hanya satu tujuan yaitu beribadah kepada-Nya dengan segala konsekuensinya yang kemudian pada akhirnya manusia akan kembali kepada-Nya (mati). 3.
Beriman kepada Kitab-kitab Tuhan
Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Tuhan merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim. Tujuan Tuhan menurunkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
kitab-kitab yaitu agar dijadikan pedoman hidup manusia untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat. Dalam teks disebutkan bahwa:"Mahu malah aku diajak singgah ke rumahnya. Beliau juga memuji bacaan Quranku. Dan Ibu tahu tentang kain kerudung yang berwarna biru, bukan ? (AT, 2012: 48). Dalam teks tersebut merupakan sebuah ilustrasi pentingnya pemahaman ajaran agama bagi seseorang. Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, mengandung ajaran yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, kitab suci tersebut mutlak untuk dimiliki, dipahami dan diamalkan oleh umat Islam secara umum. Disamping itu, kitab suci al-Quran merupakan penawar dari segala penyakit, terutama jiwa. Al-Quran merupakan media komunikasi manusia dengan Tuhannya (Allah). Oleh karena itu peranan al-Quran dalam kejiwaan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku. 4.
Salat
Pesan mengenai ibadah salat baik itu berupa shalat wajib maupun shalat sunnah sangat menonjol dalam novel ini. Bahkan, sebagian pesan yang termasuk
mereka diselipkan oleh pengarang dari awal sampai akhir novel ini. Pada bagian awal novel dapat kita lihat dalam halaman 53 sebagai berikut. "Tini sudah selesai mandi kain batik dipinjungkan kemudian ia mengambil air sembahyang" (AT, 2012: 53). Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang kelima. Shalat mempunyai posisi penting dalam hal kewajiban. Shalat merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam tanpa terkecuali, karena shalat merupakan tiang agama. Dari teks tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
menggambarkan tentang pentingnya shalat bagi setiap umat Islam, tanpa memandang status dan latar belakang seseorang. Shalat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. 5.
Zikir
Gambaran zikir dalam teks disebutkan bahwa:"Di kamar persalatan Marni berusaha mencari kesadaran tertinggi agar bisa berdekat dekat dengan Tuhan" (AT, 2012: 53). Zikir merupakan bagian dari aktualisasi keimanan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk ubudiyah praktis. Dalam masalah ini dijelaskan zikir sangat mempengaruhi keimanan dan sikap seseorang setiap hari dalam diri manusia secara universal hingga ke dalam organ-organ manusia secara psikis. Seperti yang dilakukan oleh Marni, bahwa kesadaran tertinggi dapat diartikan sebagai tingkat konsentrasi dalam beribadah baik dalam shalat maupun zikir, yang pada intinya kekhusukan itu merupakan wujud dari kedekatan manusia dengan Tuhan. b. Nilai Pendidikan Moral Novel Kubah karya Ahmad Tohari pada dasarnya dapat dipahami sebagai suatu keadaan jiwa (mental) yang merupakan induk bagi lahirnya segenap perbuatan manusia. Moral adalah suatu ilmu yang objeknya adalah hukum-hukum tentang nilai yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang diberi sifat (predikat) baik atau buruk. Sebagai keadaan jiwa (mental), akhlak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan jiwa (mental) yang mendalam, yang darinya lahir perbuatan-perbuatan baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan. Dalam novel ini terdapat begitu banyak nilai-nilai akhlak yang coba ditampilkan oleh pengarang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
1.
Mengucapkan Salam
Gambaran ucapan salam dalam teks disebutkan bahwa:"Di pintu Marni mengucapkan salam" (AT, 2012: 194). Mengucapkan salam merupakan sesuatu yang mulia, salam dapat diartikan sebagai mendoakan orang lain yang kita kunjungi, dan bahkan salam diharapkan dibudayakan dalam kehidupan setiap hari. Salam mempunyai arti penting dalam pergaulan baik terhadap teman, keluarga maupun sosial. Seperti halnya yang dilakukan oleh Marni. Marni berusaha mencari mantan suaminya yaitu Karman yang dulu terlibat dalam gerakan partai politik yang beraliran komunis, partai politik yang tidak mengakui adanya Tuhan yang menyebabkan Karman dipenjara dan diasingkan. Dalam teks tersebut paling tidak memberikan gambaran tentang pentingnya salam sebagai sebuah budaya yang islami, yang patut dan ditiru oleh setiap orang sebagaimana dipraktikkan oleh Rasulullah SAW ketika bertemu sahabat sahabatnya. 2.
Patuh Pada Orang Tua
Cerminan akhlak terhadap orang tua tergambar secara denotatif dalam dialog Tini dengan Ibunya Marni, sebagaimana dalam teks disebutkan:
dan Bu
seandainya ibu tahu keinginan ku bersama Rudio keinginan sejati dari anak-anak terhadap kedua orang tuanya" (AT, 2012: 46). Berdasarkan potongan teks tersebut mengilustrasikan tentang keinginan seorang anak untuk membahagiakan orang tua, birrul walidain berbakti kepada orang tua. Dalam ajaran islam dikenal dengan birru walidain. Birru atau al birru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
artinya kebajikan. Al walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi, birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. 3.
Sabar
Gambaran sabar dalam teks disebutkan bahwa:"Otak Hasyim telah mengirim perintah ke otot tangan, tetapi batal saat terakhir saat ketika Hasyim teringat: berwasiatlah dalam kebenaran dan kesabaran" (AT, 2012: 110). Pengendalian diri atau pengaturan diri yaitu menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Emosi adalah satu kekuatan kalau kita mau mengendalikannya. Emosi bisa merusak kalau menguasai diri kita. Kemampuan mengendalikan emosi adalah kekuatan yang siap digali untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Adapun kualitas yang lebih baik selalu dimulai dari diri kita sendiri bukan dari orang lain. Dengan kata lain upaya evolusi diri akan lebih efektif dalam memanfaatkan potensi emosional kita Sebagaimana yang dilakukan oleh Hasyim, ia berusaha sekuat tenaga agar emosi yang menguasai pikirannya dapat terkendali, sehingga tidak berakibat fatal baik terhadap dirinya maupun orang lain. Kemarahan Hasyim disebabkan oleh sikap Karman sebagai keponakan yang telah mengingkari adanya Tuhan dalam hatinya. Kemarahan Hasyim ditunjukkan dalam teks
ini adalah salah satu
ekspresi sikap Hasyim yang tergambar dalam cerita. Hasyim berusaha menahan segala hawa nafsunya, yaitu amarah atau emosi. Emosi dalam bahasa sehari hari adalah marah, amarah yang tidak terkendali akan mengakibatkan penyesalan di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
kemudian hari. Oleh karena itu, penekanan sifat sabar harus ditanamkan ke dalam jiwa, agar emosi yang ada dalam jiwa kita dapat tersalurkan secara positif. c. Nilai Pendidikan Sosial Budaya Interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi pendidikan sosial yang ada dalam novel ini adalah nilai sosial budaya masyarakat yang berfungsi sebagai petunjuk bagi setiap warganya untuk menentukan pilihan terhadap jabatan dan peranan yang akan diambil. Peranan yang diambil Haji Bakir yang ada dalam kutipan di bawah ini menunjukkan bahwa dalam
percakapan
khususnya dalam
penyampaian
pesan
untuk
mengungkapkan maksud yang baik akan didahului oleh sikap bahasa sebagai sarana untuk mengukur dan menimbang penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan. Ia hanya tahu begitulah bahasa yang dipakai orang Pegaten sejak dulu bila hendak melamar seorang gadis. Kalimat-kalimatnya berbumbu, bersayap di samping, beremper di depan, dan berekor di belakang (AT, 2012: 12). Hampir musim panen. Anak-anak di Pegaten mulai meniup-niup puput. Di pagi hari burung-burung gelatik dan murai terbang berkelompok-kelompok menuju sawah. Musim ini panenan baik. Orang-orang yang tidak mempunyai sawah ikut senang. Mereka ikut menuai. Dari hasil tuaian itu mereka berhak atas sepertujuh atau seperdelapan bagian. Selebihnya menjadi hak pemilik sawah (AT, 2012: 68).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Suara puluhan ani-ani masih terdengar seperti bunyi serangga yang rakus. Semua orang seperti sedang berlomba adu cepat memainkan ani-ani demi bawon yang lebih banyak (AT, 2012: 72). Kebiasaan orang zaman dulu ketika memetik padi yaitu dengan menggunakan ani-ani dan setelah menyelesaikan tuaiannya orang tersebut mendapatkan upah sepertujuh atau seperdelapan dari yang didapatnya. Selain itu, nilai sosial dalam novel juga direpresentasikan melalui kutipan di bawah ini. Kebanyakan orang Pegaten mulai bekerja membuat oyek. Panenan baru akan tiba sepuluh bulan kemudian. Anak-anak pergi ke sawah yang telah kerontang. Mereka menangkap belalang, kemudian dibakar dalam bara yang terbuat dari tai sapi kering yang dinyalakan. Atau mereka menaikkan layinglayang daun gadung kering yang diberi kerangka lidi. Talinya serat batang pisang (AT, 2012: 122). Nilai sosial budaya memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah lenyap dari masyarakat itu. Perkembangan nilai dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh warga masyarakat atau bangsa yang memiliki nilai itu sendiri. Nilai sosial budaya yang direpresentasikan Ahmad Tohari dalam novelnya merupakan gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai tersebut pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
B. Pembahasan 1.
Proses Kreatif Penulisan Novel Kubah Ahmad
Tohari dalam
setiap
karya sastranya tampak
menonjolkan
permasalahan kehidupan yang dialami tokoh-tokoh yang tergolong "wong cilik" atau orang kecil, baik di desa maupun di kota. Seperti halnya dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari menggambarkan tokoh yang tidak berdaya melawan arus kehidupan politik di sekitarnya sehingga terpaksa menjadi korban sistem politik. Dengan diilhami kasus tragedi Nasional 30 September 1965, ia mengungkapkan sebuah fenomena sosial yang khas dalam konteks politik di Indonesia. Ahmad Tohari adalah sastrawan yang berpenampilan sederhana ini tidak suka dengan konsep feodalisme dan kapitalisme. Ia memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dan karya-karya fiksinya pun tidak lepas dari kisah kemanusiaan, ketidakadilan dan penderitaan rakyat kecil di pedesaan. Penggambaran dunia fiksi Ahmad Tohari adalah hasil pengamatannya langsung di daerah pedesaan dan juga bersumber dari pengalaman hidupnya sendiri. Novel Kubah merupakan novel yang mempunyai ciri khas yang sama dengan novel karya Ahmad Tohari lainnya, yakni menggambarkan permasalahan hidup yang dialami oleh orang kecil. Walaupun ciri khasnya sama, novel Kubah ini mempunyai keunikan tersendiri dengan novel-novel lain. Novel Kubah juga berlatar tragedi nasional 30 September 1965. Namun, novel karya Ahmad Tohari ini berbeda bila dilihat dari segi kisahnya. Novel Kubah mengisahkan penderitaan lahir batin tokoh Karman karena kesadarannya sendiri untuk berpihak pada PKI. Akhir cerita novel Kubah mengisyaratkan harapan yang menyenangkan bagi Karman. Tokoh Karman merasa senang karena diterima kembali oleh lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
yang dahulu dibencinya, bahkan dipercaya membuat kubah yang megah di masjid desanya. Karya-karya Ahmad Tohari selalu dipengaruhi oleh realitas kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya. Ia percaya dan bahkan yakin bahwa karya sastra merupakan pilihan untuk berdakwah atau mencerahkan batin manusia agar senantiasa selalu membaca ayat Tuhan. Terlepas dari masalah metode yang dipergunakan pengarang Ahmad Tohari untuk menggali permasalahan, memilih tokoh, peristiwa, dan latar ceritanya, yang tampak menonjol dalam hampir seluruh karya sastranya adalah permasalahan kehidupan yang dialami tokoh-tokoh yang tergolong wong cilik atau orang kecil, baik di desa maupun di kota. Novel Kubah dimulai dengan gambaran keraguan tokoh Karman untuk segera meninggalkan halaman Markas Komando Distrik Militer sebagai tempat terakhir pembebasan dari pulau B. Kalau inisial itu ditafsirkan sebagai pulau Buru, maka Karman adalah bekas tahanan politik pulau Buru di wilayah Maluku, sebuah pulau yang sangat populer sebagai tempat pengasingan orang-orang PKI atau yang terlibat dengan penghianatannya pada 30 September 1965. Bagi masyarakat Indonesia, pulau tersebut mengisyaratkan status terberat bagi yang pernah ditahan disana, terlepas dari fakta yang sebenarnya dialami oleh setiap tahanan politik. Tokoh Karman dalam novel Kubah dapat digambarkan sebagai seorang tokoh yang penting dalam tubuh PKI, karena kalau hanya orang biasa dalam PKI, mustahil ia sampai dikirim ke pulau Buru. Dalam wawancara 18 Maret 2013 pukul 09.00-11.00, Ahmad Tohari menceritakan tokoh Karman merupakan kisah nyata ya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
tersebut yang melatarbelakangi Ahmad Tohari sebagai pengampunan kesalahan para komunis. Namun, kreativitas Ahmad Tohari juga mempengaruhi penciptaan novel Kubah. Adapun 2 hal yang terjadi pada saat proses kreatif itu sebagai berikut: a. Proses Kreatif sebagai Aktualisasi Diri Sikap kreatif merupakan karakteristik yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain, mampu melihat realitas secara lebih efisien, kapasitas ini akan membuat seseorang mampu untuk mengenali kejujuran, kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis,dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Ahmad Tohari bersikap mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat. Ahmad Tohari yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Ahmad Tohari membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun menerima nasehat dari orang lain terhadap dirinya. Hal tersebut tercermin pada saat penciptaan atau penulisan novel
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
Kubah
ovel
tersebut datang padanya. Selain itu, kepribadian religius Ahmad Tohari merupakan
representasi
ghofururrohim,
itu
nilai
yang
ketuhanan
berarti
Tuhan
yang saja
disebutnya
maha
innalloha
pengampun
yang
mengindikasikan untuk memahami nilai tersebut dan saran dari Gusdur dalam proses penulisan pun sangat ia perhatikan. Representasi
psikologis
Ahmad
Tohari
yang
religius
dan
mampu
mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etnis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain. Sifat demokratis ini lahir karena pada Ahmad Tohari yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain. Selain itu, karena sikapnya yang rendah hati, sehingga ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali. Sikap menghormati ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain itu adalah proses yang Ahmad Tohari upayakan agar masyarakat Indonesia mengampuni kesalahan masa lalu yang diperbuat oleh pelaku G30S PKI yang tergambarkan pada novel Kubah. Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dangagasan nya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois. Hal tersebut tercermin pada jawaban nomor 3 Ahmad Tohari dalam lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Berdasarkan pada jawaban nomor tiga pada lampiran bahwa pernyataan tersebut mengindikasikan sikap sosial dan religius yang ditunjukkan oleh Ahmad Tohari yang sebagai pengarang dan pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayat dan kemudian ikut mempengaruhi proses kreatifnya dalam menulis novel Kubah. Proses kreatif Ahmad Tohari diilhami dari keadaan sekitarnya pada saat itu yang mempengaruhi faktor psikologisnya, pada saat penulisan Kubah, Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa tokoh Karman merupakan model nyata yang pernah ditemuinya. Berdasarkan jawaban Ahmad Tohari tersebut dapat dimaknai bahwa proses penulisan novel Kubah diilhami dari lingkungan sekitarnya, yaitu dari luar lingkungannya dan lingkungan keluarga. Membicarakan keluarga Ahmad Tohari juga berpendapat bahwasanya keluarga merupakan sebuah lembaga yang ikut membentuk pandangannya terhadap lingkungan sekitar. menurut pendapatnya mengenai keluarga merupakan lembaga awal yang paling dekat untuk dikelola dengan baik sebelum keluar ke masyarakat. Ahmad Tohari menyadari bahwa status kepengarangannya merupakan ekspresi diri yang bermakna, artinya proses kreatif yang Ahmad Tohari lakukan adalah eksistensi untuk mengaktualisasikan gagasan dan ide-idenya agar bermanfaat bagi orang banyak.
Kemapanan Ahmad Tohari merupakan
penghargaan atas jerih payahnya, dan itu merupakan kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan. Hal ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya.
b. Tahap-tahap Psikologis dalam Proses Kreatif Penulisan Novel Kubah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Adapun 4 tahapan dalam proses kreatif menurut Endraswara (2008: 222-223) bahwa tahap pertama adalah persiapan, yaitu pengumpulan informasi dan data yang dibutuhkan, pengalaman-pengalaman yang mempersiapkan seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah tertentu. Tahap kedua adalah inkubasi, yaitu mengendapkan pengalaman dan usahanya sebagai proses pengolahan dan penyusunan. Tahap ketiga adalah iluminasi, yaitu semuanya menjadi jelas (terang), tujuan tercapai, penulisan naskah dapat diselesaikan. Tahap keempat adalah verifikasi, yaitu tahap tinjauan secara kritis. Tahap persiapan yang dilakukan saat menciptakan Kubah sebenarnya adalah ide yang datang dari seseorang yang baru keluar dari penjara pulau Buru pada waktu itu, begitu ujar Ahmad Tohari. Secara tidak langsung Ahmad Tohari telah mempersiapkan idenya dalam penulisan novel Kubah yang berupa ide.Ide adalah bahan mentah yang diperoleh Ahmad Tohari, sebelum ditulis perlu dimatangkan, dan caranya dengan diendapkan dalam perenungan atau kontemplasi. Biasanya proses pengendapan ini lama karena berkaitan dengan cara-cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik dan butuh 2 tahun Ahmad Tohari menendapkan idenya. Kemudian, berlanjut pada iluminasi merupakan tahapan yang mengantar Ahmad Tohari menyelesaikan ide yang telah tercipta sehingga menjadi naskah novel Kubah. Dalam hal ini setahun kemudian terbit pada tahun 1980. Setelah terbit ternyata ada sebuah komentar yang membuat Ahmad Tohari sangat memperhatikannya, yaitu komentar yang datang dari tokoh agama Gusdur. Gusdur menganggap ini merupakan tahapan rekonsiliasi
nasional
disempurnakan.
yang
baik,
tapi
cara
penulisannya
yang
butuh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Kepengarangan adalah sebuah proses. Proses, bisa berarti marah terhadap sebuah kritik. Saat novel pertama Kubah karangannya dikritik habis oleh orang yang sangat dihormatinya, yaitu Gus Dur. Ide dalam buku tersebut bagus, tetapi gaya bahasa menulisnya buruk (terlalu mudah ditebak, dan bahasanya datar). Perkataan Gusdur yang ada di sampul depan mengenai rekonsiliasi itu merupakan kesaksian yang menggambarkan situasi dunia kesastraan pada tahun 1970-
Tentang
Sastra dan Konflik Di era 1970 1980-an peran sastrawan sebagai kritikus atau penggugat kebijakan semakin terlihat. Ketidakajegan antara cita-cita dengan kenyataan dalam pemerintahan era Orde Baru kembali digugat oleh seniman (dan sastrawan secara khusus) melalui berbagai media ungkap. Karya prosa fiksi, drama, dan puisi sarat dengan kritik terhadap ketidakbecusan pemerintah republik ini dalam mengurus negeri dengan rakyatnya sehingga melahirkan berbagai kesenjangan sosial dan konflik internal dalam masyarakat. Di satu sisi kritik-kritik tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap perumusan kebijakan oleh elite penguasa. Akan tetapi, di sisi yang lain, kekhawatiran sastra sepertinya disadari betul oleh penguasa zaman Orba. Pelarangan pembacaan puisi dan pementasan drama Rendra dan kawan-kawan di era 1970 1980-an menjadi sinyal untuk itu. Sastra dan sastrawan, meskipun diwaspadai saat tersebut. Akhir-akhir ini, saat konflik antaragama, konflik antarsuku, dan konflik vertikal antara pusat dengan daerah semakin kerap terjadi, peran sastrawan sebagai kritikus atau penggugat kebijakan semakin kuat. Sastrawan cenderung memihak pada korban dan bersikap konfrontatif terhadap pemerintah. Karya-karya kreatif yang dipublikasikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih banyak menyorot bagaimana konflik sebenarnya cukup banyak menelan korban. Konflik tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Sastra, tampaknya kembali ke fungsi asasinya, sarana untuk mengajar, sarana untuk berdakwah, dan sarana mempertajam kepekaan. Dengan demikian, sastra seharusnya menjadi medium terbaik untuk menjadi mediator dan pendamai dalam situasi konflik. Karena, sebagaimana disitir oleh Albert Camus puluhan tahun lalu, Bukan karena perjuangan kita (seuramoe: 2007: 1).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Gambaran situasi yang menyoroti konflik antaragama, konflik antarsuku, dan konflik vertikal antara pusat dengan daerah semakin kerap terjadi, peran sastrawan sebagai kritikus atau penggugat kebijakan semakin kuat. Sastrawan cenderung memihak pada korban dan bersikap konfrontatif terhadap pemerintah. Karyakarya kreatif yang dipublikasikan di Indonesia lebih banyak menyorot bagaimana konflik sebenarnya cukup banyak menelan korban. Konflik tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Oleh sebab itu, ujaran Gusdur tersebut dapat dikaitkan pada situasi kesusastraan tahun 1980 yang dapat menimbulkan konfrontatif terhadap pemerintah merupakan representasi dari tahapan verifikasi walaupun sudah diterbitkan, namun verifikasi yang dilakukan Ahmad Tohari merupakan tahap akhir dari proses kreatif yang mengacu pada komentar Gusdur. 2.
Struktur Novel Kubah a. Tema Tema dalam novel Kubah disampaikan secara tidak langsung (implisit) dan
menyusupi keseluruhan cerita. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya menafsirkan tema. Penafsiran tema (tema) didasari oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Ada kalanya dijumpai kalimat-kalimat (alias/percakapan) tertentu yang dapat ditafsirkan mengandung tema pokok. Pembaca dituntut ketajaman berpikir untuk menyimpulkan apa yang terjadi tema dalam suatu cerita. Tema pokok dari novel Kubah Karya Ahmad Tohari adalah kembali meyakini adanya Tuhan (tobat). Hal tersebut merupakan tema tertinggi, yaitu tema ketuhanan. Pengarang mengemukakan tema tersebut melalui tokoh utamanya yaitu Karman. Tokoh utama dalam novel ini pertama kali diceritakan terjadi perubahan sikap dan pemikiran yang taat beragama menjadi lelaki yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
atheis atau komunis. Kemudian,terjadi penderitaan lahir batin karena kesadaran sendiri tokoh Karman untuk berpihak kepada PKI. Pada akhir cerita tokoh Karman merasa senang karena diterima kembali oleh lingkungan yang dahulu dibencinya, bahkan dipercaya membuat kubah yang megah di masjid desanya. Hal tersebut merupakan representasi tema yang paling tertinggi, yaitu tema ketuhanan. b. Penokohan dan Perwatakan 1) Karman Tokoh Karman disebut sebagai tokoh utama karena karakter Karman yang paling dominan dan selalu mewarnai dari awal sampai akhir cerita. Selain itu, memang novel ini intinya menceritakan perjalanan hidup Karman. Penokohan tokoh utama dalam novel ini adalah Karman digambarkan sebagai seorang pemuda yang teguh pendiriannya, pemberani, tulus, taat beragama, dan cenderung emosional. Karman, tokoh utama dalam novel Kubah memang memiliki sifat yang baik. Akan tetapi, pada bagian tertentu ia berubah seolah-olah menjadi tokoh antagonis. Sifatnya mudah terpengaruh, emosional, dan pendendam. Perubahan sifat karman disebabkan propaganda dari kawan-kawannya, yaitu Margo dan Triman yang mendoktrin Karman dengan teori pertentangan kelas yang diarahkan kepada Haji Bakir. Perubahan sikap Karman ditandai dengan Hasyim, pamannya. Ketika itu, Karman merasa telah dibodohi oleh Haji Bakir. Ia merasa diperalat olehnya. Selain itu, ia juga harus menerima kenyataan bahwa Rifah (anak Haji Bakir) perempuan yang ia cintai dijodohkan dengan pria lain. Pada saat itu ia juga sedang dihasut oleh pemikiran-pemikiran PKI supaya tidak mempercayai orang-orang seperti Haji Bakir, yang pada dasarnya merekalah yang menghasut Karman.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Sehingga Karman akhirnya memutuskan untuk membenci Haji Bakir dan keluarganya. Pembaca seolah-olah bertanya-tanya, karena tokoh utama ikut bergabung dan mengembangkan paham PKI yang ditentang bangsa. Sebenarnya, pada saat itulah pengarang menggunakan sisi kewajarannya dalam memberi perwatakan terhadap tokoh utama pada novel yang dimaksud. Ia seperti berpesan kepada pembaca bahwa manusia juga memiliki kekhilafan, tidak selalu benar. Artinya, sifat antagonis sementara tokoh utamanya terjadi karena ia memiliki sifat mudah dipengaruhi. Ahmad Tohari sengaja menjadikan tokoh utama berkesan seperti tokoh antagonis untuk menjadikan konflik yang ada agar lebih menarik dan tidak bisa ditebak oleh pembaca, sehingga memancing emosi pembaca untuk mengetahui lanjutan ceritanya. Pada dasarnya watak Karman baik, ulet atau pekerja keras, serta gigih dalam menggapai cita-citanya, tetap di saat tertentu karman mengalami perubahan watak menjadi keras karena pengaruh dari kawan-kawannya yaitu Margo dan Triman yang mengajarakan doktrin atheis kepadanya. 2) Haji Bakir Haji Bakir merupakan tokoh yang berkarakter baik. Haji Bakir membantu Karman saat kelaparan. Haji Bakir memperhatikan Karman dan adiknya. Kedua anak yatim
itu makan dengan sangat lahap. Selanjutnya, Haji Bakir
mempekerjakan Karman di rumahnya dan dianggap seperti keluarga. Karman yang saat itu sudah mencapai usia tiga belas tahun akan tinggal bersama keluarga Haji Bakir. Meski belum dewasa, Karman dianggap bekerja penuh pada keluarga Haji Bakir.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Pangan dan pakaian sehari-hari Karman ditanggung, dan sehabis panen Karman berhak menerima tiga kwintal padi sebagai upah tahunan. Tanpa terasa akhirnya Karman seakan menjadi anggota keluarga Haji Bakir. Ia sering terlihat mengiringkan gerobak yang mengangkut kelapa yang baru dipanen dari kebun Haji Bakir. Haji Bakir berwatak penyabar dan suka menolong merupakan seorang tokoh agama dan terkemuka di desanya. Ia sesosok orang yang berbudi luhur, penolong, pemaaf. Selain itu, tutur kata Haji Bakir yang halus dan sangat berwibawa layaknya seorang ulama yang selalu memegang teguh akidah dan akhlaknya dalam bersikap, ditunjukkan saat menolak lamaran Karman untuk memperistri Rifah. 3) Hasyim Hasyim adalah paman Karman. Dia digambarkan sebagai sesosok orang yang penyabar, pengertian, penolong dan taat beribadah. Selain itu, rasa tanggung jawab Hasyim juga yang menyebabkan ia pergi menemui Haji Bakir untuk berbicara tentang Karman. Kemenakannya untuk ke rumah orang tuanya karena akan disekolahkan ke tingkat lanjutan. Haji Bakir tak bisa menolak permintaan Hasyim. Orang tua itu menyadari sepenuhnya bahwa Hasyim yang paling berhak mengatur dan membimbing Karman. Selain itu, Hasyim juga mempunyai watak yang tanpa pamrih, yaitu ketika membela tanah airnya dan watak sabar. 4) Marni Marni mempunyai lekuk di sudut bibir yang amat menarik. Selalu jantung Karman terpacu bila terpandang kelebihan gadis yang ramping, berlengan kecil serta bening suaranya itu. Marni selalu tampak tenang dan lembut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
Marni adalah istri Karman. Dia digambarkan sebagai sesosok istri yang setia. Sifat tabah pada tokoh Marni digambarkan kerika ia menunggu kebebasan Karman, seperti pada teks berikut ini. Marni juga mempunyai sifat berbakti pada suami. Kepribadian Marni, ketenangannya, memanancarkan wibawa. Seorang revolusioner muda seperti Karman ternyata mandul ketika berhadapan dengan keanggunan istrinya. Marni juga digambarkan sebagai tokoh yang bertawakal saat mendapat cobaan saat Karman di penjara selama 12 tahun, namun pernikahan Marni kandas karena kebutuhan yang mendesak dan menikah dengan Parta. 5) Rifah Rifah adalah teman kecil Karman yang bersih, manja, pemalu, matanya yang hidup, dan perangainya yang selalu gembira membuat Rifah jadi menarik.Rifah berkarakter penyabar, religius, dan mempunyai sopan santun. 6) Tini Tini adalah anak Karman yang kedua, dia berparas cantik dan berbakti pada orang tua. Tini merupakan anak yang mengerti perasaan ibunya ketika kedatangan Karman karena perasaan bersalah ibunya yang meminta cerai pada saat Karman di penjara. 7) Margo Margo, seorang kader partai yang cerdik, licik, dan amat pandai merekayasa kehalusan hati Karman demi kepentingan politiknya. Kawan Margo, demikian ia dipanggil oleh teman-teman separtai, adalah seorang kader pilihan. Cerdik dan ulet serta sangat gemar membaca buku atau brosur yang menyangkut partainya. Ia pun
berlangganan
Harian
Merah,
sebuah
bacaan
partai
yang
sangat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
dibanggakannya. Margo berbadan sedang, rambutnya berombak, dan kebetulan ia punya sepasang alis yang rapat ke mata, mirip alis Lenin. Kelicikan Margo juga tergambarkan pada saat memerintah warga desa Pegaten agar memakan tikus untuk menghancurkan nilai-nilai kearifan desa Pegaten. 8) Triman Triman berkarakter licik dan pandai menutupi jati dirinya yang beraliran komunis, namun ditutupinya dengan menjadi ketua Partindo yang beraliran Nasionalis. 9) Si Gigi Baja Putih Laki-laki bergigi besi itu seperti biasanya, jarang tersenyum. Kekuatan itu secara rahasia dikendalikan oleh seorang laki-taki ubanan yang bergigi besi, yang mengendalikan perampok-perampok untuk membuat kerusuhan di Pegaten, yang sering menjarah harta atau membunuh penduduk Pegaten, tetapi dengan menggunakan atau mengaku anak buah Ahmad Juhdi. Tokoh tersebut cerdik dan licik karena menyiasati Karman yang masih lugu untuk bergabung dalam partai komunis dan mengutus Triman untuk dan Margo untuk menjauhkannya dari keluarga Haji Bakir. Berdasarkan penjelasan di atas, tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Berikut ini rincian penokohan dan perwatakan dalam novel Kubah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
Tokoh Karman
Peranan Tokoh Tokoh Utama
Jenis Tokoh Bulat
Haji Bakir
Pembantu Protagonis Pembantu Protagonis
Statis
Pembantu Protagonis Pembantu Protagonis Pembantu Protagonis Pembantu Antagonis Pembantu Antagonis Pembantu Antagonis
Statis
Hasyim
Marni Rifah Tini Margo Triman Si Gigi Baja Putih
Statis
Watak Teguh Pendirian, Pemberani, Tulus, Emosional, Mudah Terpengaruh, dan Pendendam Sabar, Penolong, Bijaksana, dan Religius Sabar, Tanpa Pamrih, Tanggung Jawab, Pengertian, Penolong, dan Religius Tabah, Berbakti Pada Suami, dan Religius Manja, Pemalu, Penyabar, Santun, dan Religius Religius dan Berbakti pada Orang Tua Pandai, Cerdik, dan Licik
Statis
Pandai dan Licik
Statis
Cerdik dan Licik
Statis
Statis Statis
c. Latar 1) Latar Tempat Pegaten merupakan latar tempat yang mendominasi karena peristiwaperistiwa penting terjadi di Pegaten. Diantaranya menggambarkan kepulangan Karman ke Pegaten. Setelah berhasil mengendapkan gejolak perasaannya, Karman sadar bahwa dirinya sedang berada dalam perjalanan pulang yang sangat panjang dari Pulau B. 2) Latar Waktu Aspek latar dari kisah ini adalah tragedi nasional 30 September 1965 di desa Pegaten Madiun dimulai Karman lahir di Pegaten pada tahun 1935. Ayahnya seorang mantri pasar di sebuah kota kecamatan. Waktu itu gaji seorang mantri pasar bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Hampir semua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
warga desa Pegaten adalah petani. Maka ayah Karman sangat bangga akan jabatannya sebagai pegawai gubermen. Setelah itu, terjadi pemberontakan di Madiun, September 1948 terjadi pemberontakan besar meminta ribuan korban itu gagal. Para pelaku yang tertangkap diadili dan dihukum mati. Sesudah pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 pergolakan pemerintahan mulai mereda ditandai saat kepulangan Hasyim paman Karman yang menjadi anggota Laskar Hisbullah. Berlanjut pada tahun pada permulaan tahun ajaran baru tahun 1950, Karman sudah menjadi seorang murid SMP di sebuah kota kabupaten yang terdekat. Karman menjadi anak Pegaten pertama yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat menengah. Sekali sebulan, Karman pulang ke Pegaten. Bersepatu dengan kaos kaki, pakaian diseterika dan pakai minyak rambut. Karman seakan berubah menjadi anak kota dan lulus tahun 1953. Kemenangan Partai komunis 1955 semakin memperkokoh ideologi komunis pada saat itu, akibatnya terjadi kesulitan finansial, ekonomi pada saat itu dipermainkan oleh pedagang nakal. Berlanjut
pada
tahun
1959
pemberontakan
semakin
mencekam,
pemberontakan Ahmad Juhdi mengalami kesulitan besar karena cadangan amunisi habis. Mereka harus mengumpulkan emas permata, sehingga kekerasan meningkat kembali karena laskar Ahmad Juhdi ingin merampas lebih banyak emas milik penduduk. Satu gram emas berarti sebutir peluru. Kisah-kisah ini akan memperjelas gambaran desa Pegaten pada sekitar tahun 1958 sampai dengan tahun 1960. Penduduk desa itu, semuanya, pernah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
orang-orang kurungan. Sesungguhnya, untuk mencegah perampok masuk ke Pegaten, desa itu pernah ditutup rapat dengan pagar bambu yang berlapis-lapis. Pegaten panas, dan anehnya Pegaten juga terlena. Ketika terjaga, Pegaten terkejut luar biasa. Sesuatu yang dahsyat telah terjadi pada dini hari menjelang 1 Oktober 1965. Tengah malam, akhir tahun 1965. Bulan yang pucat dan kesepian telah mencapai pertengahan juring langit sebelah barat. Malam yang sepi mencekam. Hampir tak terasa pertanda kehidupan kecuali suara kentongan yang dibunyikan dan pertemuannya dengan Kastaghetek. Karman dapat bersembunyi di tempat itu selama tiga puluh empat hari. Ia hanya keluar di waktu malam untuk mencari makanan dan air. Namun, takdir telah menggariskan bahwa Karman tertangkap dalam keadaan sakit. Berlanjut kisah Karman di penjara selama 12 tahun, kemudian saat dia dipenjara merupakan saat-saat yang berat ketika istrinya, yaitu Marni meminta cerai karena terdesak perekonomian yang tidak bisa Marni atasi tahun 1971. Terakhir tahun 1977 bulan Agustus kebebasan Karman setelah di penjara selama 12 tahun lamanya karena keterlibatannya dengan ideologi komunis yang membuatnya terpisah dengan istri dan anaknya. 3) Latar Sosial Latar khas sosial pedesaan yang ada pada novel yaitu tergambarkan pada saat musim panen tiba, para pemanen yaitu orang yang tidak mempunyai sawah, namun pada waktu panen raya tiba orang-orang tersebut langsung berburu padi di sawah yang dikehendaki agar mendapatkan upah atas panenan yang telah ia tuai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
d. Alur Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang di susun berdasarkan hubungan kausalitas. Secara garis besar alur di bagi tiga bagian, yaitu awal, tengah, akhir. Akan tetapi, dalam kenyataannya alur dalam sebuah karya fiksi disusun berdasarkan pilihan pengarang itu sendiri. Oleh karena itu, awal alur tidak harus merupakan awal cerita. Tergantung bagaimana pengarang memposisikan dan memainkannya. Tokoh Karman, dalam novel ini yang paling banyak diceritakan memang pantas disebut sebagai tokoh utama. Akan tetapi, ia tidak dapat disebut penggerak peristiwa yang membangun alur karena pengalurannya mengingatkan pembaca kepada model penceritaan wayang kulit Jawa yang diperankan oleh dalang. Alurnya terputus-putus karena dipergunakan untuk penyajian episode-episode yang seolah-olah terpisah dari pokok cerita, tetapi kemudian bertautan pada titik tertentu. Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa alur novel Kubah tidak lurus, tetapi bermodel sorot balik. Akibatnya, tokoh Karman tidak selalu menonjol dalam setiap episode. Dengan teknik penceritaan bermodel wayang itu, maka dapat dikatakan bahwa novel Kubah bukan novel tokohan, melainkan novel kisahan yang lebih mengutamakan suasana untuk membangun struktur tema tentang penemuan kembali harkat kemanusiaan yang telah hilang. Novel ini memiliki alur campuran karena ada kronologis dan kausalnya. Alur dimulai dari cerita awal, kemudian mundur kebelakang menceritakan peristiwa yang telah lalu, selanjutnya di lanjutkan dengan kondisi selanjutnya. Urutan ceritabagian 1: keluarnya Karman dari Pulau B (8); bagian 2: menceritakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
pernikahan; Karman dengan Marni (9); bagian 3: kisah Karman kecil (1); bagian 4: tamat sekolah Karman (2); bagian 5: kekecewaan lamaran Karman di tolak (3); bagian 6: melihat Rifah (4); bagan 7: menikah dengan Marni (5); bagian 8: meletusnya G30S PKI (6); bagian 9: komunikasi Karman dengan Kasthagetek (7); bagian 10: Tini menikah dengan Jabir (10); bagian 11: penemuan kembali jati diri Karman ketika membuat kubah (11). 3.
Aspek Kejiwaan dalam Novel Kubah Adapun aspek yang ada dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari, yaitu: a. Perasaan dan Emosi Perasaan dan emosi Karman pada umumnya disifatkan sebagai keadaan yang
ada pada inividu atau organisme pada sesuatu waktu. Saat Karman merasa sedih, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain perasaan dan emosi disifatkan sebagai satu keadaan kejiwaan pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa yang dialami oleh Karman. Kesedihan yang dialami Karman, sebagai akibat dari persepsi stimulus dari eksternel yang datang dari istrinya, sehingga internal Karman bereaksi dengan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Oleh karena itu, emosi Karman lebih intens daripada perasaan, dan terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan terganggu. Perasaan Karman mengalami kesedihan, maka kesedihan tersebut tidak segera hilang begitu saja, tapi masih terus berlangsung dalam jiwa Karman yang akan berperan dalam diri Karman. Namun, lingkungan Karman membantu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
pemulihan perasaan sedih itu, sehingga perasaan sedihnya dengan stimulus yang baik dari eksternal, seperti yang dilakukan Kapten Somad. Perasaan psikis atau kejiwaan susah, takut, canggung dirasakan oleh karman ketika selesai menjalani hukuman penjara selama 12 tahun lamanya, sehingga membuat dia amat asing dengan lingkungan luar penjara. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa gejala perasaan kemasyarakatan atau sosial kejasmanian Karman yang menimbulkan perasaan harga diri negatif, perasaan tak berdaya, yang timbul dalam diri Karman, berkaitan dengan interaksi individu dengan orang lain setelah bebas dari penjara. Gambaran emosi yang dialami Karman saat lamarannya tidak diterima oleh Haji Bakir, karena telah ada yang mendahului Karman. merupakan perasaan yang mendasar, yang memiliki hubungan erat dan keduanya dialami individu. Emosi Karman mengarahkan perilaku individu menyertai perilaku motivasi untuk memperistri Rifah, namun gagal. Gambaran Karman meninggalkan masjid Haji Bakir, ia pun bermaksud membalas dendam. Bahkan, ketika ia mulai beberapa kali meninggalkan sembahyang wajib, ia juga merasa sedang membayar dendam kesumat. Haji Bakir mempunyai mssjid, dan bagi Karman, orang tua itu adalah tokoh agama dan wujud nyata agama di desa Pegaten adalah pribadi Haji Bakir. Maka, makin sering meninggalkan peribadatan, Karman makin makin merasa puas. Pemberontakan jiwa anak muda itu segera diketahui oleh Triman dan Margo. Mereka
tahu,
apa
yang
sedang
dibutuhkan
Karman
dalam
rangka
pemberontakannya itu; sokongan dan tepuk tangan. Orang-orang partai itu dengan senang hati akan memberikannya. Mereka berbuat seolah-olah menolong si anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
malang. Bukan hendak menenteramkan jiwa Karman, melainkan sebaliknya. Melihat ada dua orang yang memberikan dukungan, Karman bersikap semakin berani menjauhi ajaran agama. Manifestasi perasaan atau afektif keluaran yang disertai banyak komponen fisiologis berupa kemarahan Karman yang bertambah berlipat ganda karena hasutan dari orang yang mendoktrin ajaran komunis kepadanya, yaitu Margo dan Triman. Propaganda itu masih ditambah oleh hasutan yang hebat bahwa Haji Bakir dengan serakah menguasai tanah sawah milik orang tuanya, itulah kenyataan yang ada dan menambahkan bahwa Haji Bakir dengan caranya yang licin dan licik kini menguasai sawah milik orangtuanya. Amarah yang dipahami Karman sebagai reaksi tekanan perasaan yang membuatnya emosi yang dibangkitkan oleh peristiwa eksternal propaganda yang dilakukan kawan-kawannya. Seseorang yang mengalami emosi sering tidak memperhatikan lagi keadaan sekitarnya. Suatu keaktifan yang tidak bisa dilakukan oleh individu dalam keadaan normal, kemungkinan akan bisa melakukannya, jika individu sedang mengalami emosi. b. Konflik Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Peristiwa tekanan batin yang menimbulkan konflik positif dan konflik negatif, itu karena keadaan pada saat itu mengharuskan Karman memilih karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
untuk kebaikan keluarganya yang ditinggalkannya, Karman memilih antara melepaskan Marni berdasarkan tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya yang tidak bisa ditanggungnya karena di penjara, mungkin dengan melepaskan (cerai) Marni dan anak-anaknya agar mendapat kehidupan yang layak (positif), namun di sisi lain Karman mengeluh seorang diri yang menyertakan rasa sakit di dasar hati apabila perceraian itu dikabulkannya (negatif). Marni selama 5 tahun mencoba bertahan menunggu suaminya kembali. Marni tidak menghiraukan bujukan sanak-saudara yang menghendaki dia menikah lagi. Namun, keadaan berkata lain karena Marni mengalami konflik dalam dirinya antara pemulihan kebutuhan keluarganya atau memutuskan cerai. Akhirnya Marni mengambil keputusan untuk bercerai dengan Karman demi masa depan ketiga anaknya yang masih kecil agar bisa merasakan masa depan yang lebih baik. Gambaran pergolakan batin Karman pun telah dirasakan sebelumnya ketika harus memilih menikahi Rifah atau mempertahankan ideologinya, karena ayah Rifah adalah lawan dari ideologinya yang dianggap benar baginya, yang menganggap bahwa Haji Bakir adalah lambang pertentangan kelas. Konflik psikis yang dialami Karman karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat, yaitu menikahi Rifah (positif) atau mempertahankan ideologinya (negatif). Akhir dari konflik yang dirasakan Karman ternyata tidak seperti yang ia harapkan karena lamaran Karman ditolak oleh Haji Bakir yang disebabkan Karman sudah membelot keajaran yang sesat, sehingga tidak layak untuk mendampingi Rifah. Keadaan tersebut sebenarnya telah diciptakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
lingkungan sekitar Karman, yaitu kawan-kawan Karman yang memberi pengaruh negatif terhadapnya. c. Persepsi Cukup lama Margo mencari calon kader yang memenuhi persyaratan itu. Kemudian, ia mendengar kabar bahwa Karman yang pernah menjadi muridnya, kini sedang gelisah karena ingin jadi pegawai dan belum terkabul. Margo cepat menangkap isyarat munculnya sebuah peluang untuk menemukan pemuda yang dibutuhkannya dan sebagai sesama warga Pegaten, Margo punya pengetahuan cukup banyak tentang anak Bu Mantri itu. Latar belakang kehidupan keluarganya, kecakapannya serta wataknya. Dibantu oleh Margo, Triman mempengaruhi Karman. Persepsi eksternal dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang Karman terhadap dunia sekitarnya
dan
mempengaruhi
bagaimana
Karman
merasakannya
atau
menerimanya. Intensitas dan kekuatan dari stimulus Margo dan Triman adalah stimulus dari luar yang memberi makna lebih. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi. Ukuran dan penempatan dari stimulus merupakan faktor yang menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk memperhatikannya pada gilirannya membentuk persepsi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
Perangai Karman berubah menjadi kebencian terhadap Haji Bakir karena terpengaruh oleh kecerdikan Margo yang selalu mendoktrin Karman dengan ajaran-ajaran komunis. Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi Karman merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman Karman ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Stimulus tersebut diterima Karman karena propaganda dari Triman dan Margo, sehingga persepsi Karman merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan olehnya yang menganggap Haji Bakir merupakan kaum tuan tanah yang menindas rakyat miskin. d. Sikap Keadaan diri dalam Karman yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi konflik yang ada dengan situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya, yaitu pertentangannya dengan Haji Bakir dan propaganda yang dilakukan kelompok Margo. Selain itu, sikap Karman memberikan kesiapan untuk merespons yang sifatnya negatif terhadap objek atau situasi pada saat itu, yaitu perubahan besar terjadi pada pribadi Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu, apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk. Sikap sinis tersebut merupakan sikap yang ditunjukkan oleh Karman terhadap stimulus yang ada yaitu anggapan bahwa Haji Bakir merupakan musuh ideologinya. Namun, tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap Karman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi, dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan lebih tahan lama, contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. Prasangka tersebut dialami Karman ketika merasa sawah ayahnya telah direbut oleh Haji Bakir, tapi sebenarnya prasangka tersebut merupakan buatan atau propaganda yang dilakukan kawan-kawan Karman. e. Respons Respons Karman adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Karman berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respons sehingga yang menentukan bentuk respons individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individunya. Karman menyambut stimulus tersebut dengan respons yang negatif. Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan Karman. Respons Karman dalam bentuk perbuatan yang negatif. Karman memulai dengan enggan bertemu, bahkan enggan menginjak halaman rumah orangtua Rifah. Sembahyang wajib ia tunaikan di rumahdan ia memilih tempat lain bila menunaikan sembahyang Jumat. Apa yang diperbuat Karman adalah balas dendam. Ia merasa disakiti, dinista. Dengan meninggalkan mesjid Haji Bakir, ia pun bermaksud membalas dendam. Bahkan ketika ia mulai sekali-dua meninggalkan sembahyang wajib, ia juga merasa sedang membayar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
dendam kesumat. Haji Bakir mempunyai mesjid, dan bagi Karman, orang tua itu adalah tokoh agama dan wujud nyata agama di desa Pegaten adalah pribadi Haji Bakir itulah. Maka, makin sering meninggalkan peribadatan, Karman semakin merasa puas. Pemberontakan jiwa anak muda itu segera diketahui oleh Triman dan Margo. Mereka tahu apa yang sedang dibutuhkan Karman dalam rangka pemberontakannya itu, yaitu sokongan dan tepuk tangan. Orang-orang partai itu dengan senang hati akan memberikannya. Mereka berbuat seolah-olah menolong si anak malang. Bukan hendak menenteramkan jiwa Karman, melainkan sebaliknya memperkeruh suasana. Respons Karman merupakan stimulus yang datang dari eksternal yang mempengaruhi internal Karman yang menyebabkan terjadinya respons negatif. Respons Karman semakin 4.
Kebutuhan Bertingkat dalam Novel Kubah a. Kebutuhan Fisiologis Merupakan sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya
karena berkaitan dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup, yaitu kebutuhan makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperatur. Kebutuhan dasar fisiologis alasan utama Karman untuk memperjuangkannya dengan mencari ubi dan singkong di ladang. Kebutuhan dasar fisiologis memang kebutuhan utama. Banyak cara bisa dilakukan agar Karman bisa bermain dengan gadis cilik itu. Untuk Rifah, Karman harus punya sesuatu yang menarik hatinya. Misalnya mainan baling-baling yang terbuat dari daun kelapa. Tanpa dipancing-pancing, jika Rifah metihat mainan itu, pasti dia akan memintanya. Rifah yang agak dimanjakan biasa memperoleh apa saja yang dikehendakinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
Upaya Karman berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan cara membuatkan mainan untuk Rifah agar mendapatkan upah berupa nasi bungkus. Selain itu, Bu Mantri dan Karman menuai padi pada masa panen raya tiba untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Secara mendasar kebutuhan fsiologis Karman terpenuhi, ia bisa makan dan minum alakadarnya. Keadaan semakin membaik ketika Karman bekerja dan mengerjakan segala aktivitas kehidupannya di rumah Haji Bakir yang baik hati. Disamping itu, Karman juga di sekolahkan oleh keluarga Haji Bakir. b. Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan akan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Hari-hari selanjutnya, Karman dan adiknya mendapat perhatian cukup dari keluarga Haji Bakir. Selalu ada pekerjaan kecil-kecilan yang bisa dikerjakan Karman dari mengepel masjid, member makan ikan, dan sekaligus mengasuh adiknya. Bu Haji Bakir menemui Bu Mantri. Mereka ingin membicarakan dan mencari kesepakatan tentang Karman. Terjadi persetujuan antara kedua perempuan itu. Karman yang saat itu sudah mencapai usia tiga belas tahun akan tinggal bersama keluarga Haji Bakir. Meski belum dewasa, Karman akan dianggap bekerja penuh pada keluarga kaya itu. Pangan dan pakaian sehari-hari Karman ditanggung, dan sehabis panen Karman berhak menerima tiga kwintal padi sebagai upah tahunan. Ternyata keluarga Haji Bakir tidak pernah memperlakukan Karman sebagai pembantu rumah tangga yang sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
Bekerjanya Karman ditempat Haji bakir merupakan representasi kebutuhan rasa aman, selain itu kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Karena di dalam rumah Haji Bakir tidak dianggap sebagai pembantu. Kebutuhan rasa aman Karman semakin terpenuhi karena ada sosok paman Hasyim yang paling berhak mengatur dan membimbing Karman, sehingga Karman merasa menjadi anak yang paling berbahagia di dunia karena anak Pegaten pertama yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat menengah. Representasi tersebut merupakan kebutuhan harga diri yang telah terpenuhi. c. Kebutuhan Cinta dan Memiliki Cinta Kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong Karman untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Namun, untuk meraih rasa tersebut Karman mengalami beberapa kegagalan. Berawal dari lamarannya terhadap Rifah. Lamaran Karman ternyata tidak seperti yang diharapkannya, karena lamaran tersebut tidak diterima disebabkan sudah ada yang melamar Rifah lebih dulu, yaitu Abdul Rahman. Lamaran yang kedua kalinya tidak menghasilkan yang seperti diharapkan Karman walaupun Rifah sudah menjadi janda Abdul Rahman yang meninggal. Lamarannya ditolak karena Haji Bakir berpendapat bahwa Karman sudah menyimpang dari ajaran dan pedoman agamanya, sehingga Haji Bakir beranggapan Karman tidak bisa membimbing Rifah di dunia maupun akhirat. Kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Karman harus memahami cinta. Karman harus mampu mengajarkanya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
menciptakanya, dan meramalkannya. Jika tidak, dunianya akan hanyut kedalam gelombang permusuhan dan kebenciaan. Setelah kegamangan Karman yang telah ditolak lamarannya oleh Haji Bakir yang menimbulkan kebenciannya terhadap Haji Bakir, akhirnya dia menemukan cintanya di hati perempuan yang bernama Marni. Karman mendapatkan kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki cinta dengan beristri Marni dan semakin lengkap karena dikaruniai tiga orang anak, yaitu Rudio, Tini, dan Tono. d. Kebutuhan Harga Diri Setelah mampu menciptakan rasa aman dalam dirinya, maka Karman dianggap telah siap untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi yaitu harga diri. Penghargaan diri berasal dari dirinya sendiri maupun orang lain. Cerita dalam novel ini diawali dengan gambaran keraguan tokoh Karman ketika mau pulang untuk menimati kebebasannya setelah sekian lama berada dalam pengasingan di Pulau B. Dia ragu untuk pulang karena khawatir akan dicibir dan dibenci orang-orang sedesanya. Keraguan dan kekhawatiran Karman dapat dimengerti, karena Karman sadar akan statusnya sebagi bekas tahanan politik yang baru saja dibebaskan dari Pulau B. Semua orang tahu bahwa Pulau B (Buru) adalah tempat pengasingan para tahanan politik (orang-orang PKI) kelas berat, sehingga wajar kalau Karman punya kekhawatiran dirinya tidak akan diterima oleh orang-orang di desanya. Di tambah lagi istrinya yang sangat dicintainya sudah tidak bisa hidup bersama lagi karena sudah jadi istri orang. Karman teringat kembali kenangan ketika dia harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
merelakan istrinya, Marni, untuk menikah dengan Parta, lelaki teman sekampung, sedangkan waktu itu dia sendiri masih berada di pengasingan. Karman diberi hak untuk kembali ke tengah pergaulan masyarakat. Namun, Karman sulit menghapus kekhawatirannya akan ditolak, dibenci, dan dikucilkan oleh masyarakat yang dahulu pernah disakiti olehnya. Akan tetapi, tidak ada pilihan lain kecuali harus pulang ke desanya. Kemudian, Karman berniat untuk pulang ke rumah saudara sepupunya, Gono, yang rumahnya tidak jauh dari kota. Pada awalnya Karman masih ragu-ragu apakah jadi ke rumah Gono atau tidak. Tanpa diduga sebelumnya, di rumah Gono Karman bisa bertemu dengan anaknya, Rudio dan yang melegakannya lagi, sambutan Bu Gono yang tulus merupakan pertanda awal bahwa masyarakat akan menerima kembali orang-orang bekas PKI. Apa yang dialami Karman di rumah Gono membuat dirinya memberanikan pulang ke desa Pagetan ke rumah orang tuanya sendiri, Bu Mantri. Wajarlah kalau Karman masih dihinggapi keraguan, kekhawatiran, ketakutan, dan keterasingan yang mencekam untuk kembali ke desanya. Akan tetapi, keraguan itu ternyata tidak terbukti karena hampir semua orang Pagetan menerimanya dengan baik, bahkan Haji Bakir bersama isterinya datang menyambut kepulangannya di rumah Bu Mantri. Karman sedang dikelilingi oleh para tamudi rumah orangtuanya, tetanggatetangganya yang sudah amat lama ditinggalkan. Ia merasa heran dan terharu, ternyata orang-orang Pagetan tetap pada watak mereka yang asli. Ramah, bersaudara, dan yang penting gampang melupakan kesalahan orang lain. Padahal yang sangat dikhawatirkan oleh Karman adalah sikap membenci dan dendam yang mungkin diterimanya begitu ia muncul kembali di Pagetan. Haji Bakir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
datang berdua dengan isterinya meskipun ia harus dibantu dengan tongkat yang menopang tubuhnya yang sudah bungkuk. Apabila Karman menyambut tamutamu yang lain secara wajar, tidak demikian halnya ketika menerima kedatangan haji yang sudah sangat tua itu. Gambaran sikap di atas menunjukan bahwa siapapun orangnya akan menyesal dan menyadarikesalahan yang telah dilakukan. Karman bersikap seperti itu
karena
menyadari
masa
lalunya
yang
diwarnai
kesombongan,
kemungkaran,dan nyaris mendekati kematian. Karman sangat malu berhadapan dengan Haji Bakir yang dahulu pernah dibencinya dan Karman merasa bersyukur masih dapat bertemu dan diterima kembali oleh orang-orang di desanya. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri Sambutan masyarakat Pagetan harus dipahami sebagai bentuk simpati dan pemaafan terhadap orang yang telah melakukan kesalahan dan menderita karena kesalahannya itu, bukan sambutan terhadap paham yang pernah dianutnya. Melalui novel Kubah, Ahmad Tohari memberikan pelajaran pada pembaca untuk bisa memahami dan memberi maaf terhadap pribadi yang telah menyadari kesalahan
atau
ketersesatannya
untuk
mendapatkan
kembali
harkat
kemanusiaanya. Di sisi lain, novel ini juga memberikan pelajaran bahwa pribadi yang bersangkutan juga harus dapat membuktikan kesadarannya bahwa ia telah berubah dan kembali ke jalan yang benar. Hal ini oleh Ahmad Tohari ditunjukkan dengan keberanian tokoh Karman meminta bagian untuk ikut membangun masjid milik Haji Bakir yang sudah rapuh dengan menyanggupinya membuat kubah yang baru. Kesanggupan Karman didasari pengalamannya belajar mematri dan mengelas ketika berada di pengasingan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
Rasanya dia yakin bahwa dirinya tidak berhak menerima semua pujian itu. Tetapi wajah orang-oang Pagetan yang berhias senyum, sikap mereka yang makin ramah, membuata Karman merasa sangat bahagia. Karman sudah melihat jalan kembali menuju kebersamaan dan kesetaraan dalam pergaulan yang hingga harihari kemarin terasa mengucilkan dirinya. Kesanggupan Karman membuat kubah masjid untuk membuktikan bahwa dirinya telah berubah ternyata terbukti. Sambutan dan pujian masyarakat terhadap hasil hasil karya Karman menunjukkan bahwa Karman betul-betul telah diterima kembali di desanya dan telah mengembalikan harkat kemanusiaanya yang telah hilang. 5.
Keterkaitan Aspek Kejiwaan dengan Teori Kebutuhan Bertingkat dalam Novel Kubah Adapun aspek yang ada dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari merupakan
rangkaian peristiwa yang berkaitan dengan kebutuhan bertingkat Abraham maslow merupakan keterkaitan yang membentuk suatu totalitas makna karya sastra. Kebutuhan dasar fisiologis memang kebutuhan utama. Pada masa anak-anak Karman melihat banyak cara yang bisa dilakukan agar bermain dengan gadis kecil yang bernama Rifah. Karman cilik melihat peluang untuk memperoleh kebutuhannya, hal itu merupakan perasaan iri ketika melihat Rifah anak Haji Bakir semua kebutuhannya terpenuhi. Untuk Rifah, Karman harus punya sesuatu yang menarik hatinya. Misalnya, mainan baling-baling yang terbuat dari daun kelapa. Tanpa dipancing-pancing, jika Rifah melihat mainan itu, pasti dia akan memintanya. Rifah yang agak dimanjakan biasa memperoleh apa saja yang dikehendakinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
Upaya Karman berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan cara membuatkan mainan untuk Rifah agar mendapatkan upah berupa nasi bungkus. Selain itu, Bu Mantri dan Karman menuai padi pada masa panen raya tiba untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kebutuhan akan rasa aman adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya. Bekerjanya Karman ditempat Haji bakir merupakan representasi kebutuhan rasa aman, selain itu kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Karena di dalam rumah Haji Bakir tidak dianggap sebagai pembantu. Kebutuhan rasa aman Karman semakin terpenuhi karena ada sosok paman Hasyim yang paling berhak mengatur dan membimbing Karman, sehingga Karman merasa menjadi anak yang paling berbahagia di dunia karena anak Pegaten pertama yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat menengah. Representasi tersebut merupakan pemenuhan akan rasa aman telah terpenuhi dan sekaligus persiapan Karman pada pemenuhan kebutuhan yang seanjutnya. Perasaan dan emosi yang dialami Karman sebagai satu keadaan kejiwaan pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa yang dialaminya. Kesedihan yang dialami Karman, sebagai akibat dari persepsi stimulus dari eksternal yang datang dari istrinya, sehingga internal Karman bereaksi dengan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. Oleh karena itu, emosi Karman lebih intens daripada perasaan, dan terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan terganggu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
Perasaan Karman mengalami kesedihan, maka kesedihan tersebut tidak segera hilang begitu saja, tapi masih terus berlangsung dalam jiwa Karman yang akan berperan dalam diri Karman. Namun, lingkungan Karman membantu pemulihan perasaan sedih itu, sehingga perasaan sedihnya dengan stimulus yang baik dari eksternal, seperti yang dilakukan Kapten Somad, yaitu dengan perlakuan baik disaat keadaan Karman sedang terpuruk. Perasaan psikis atau kejiwaan susah, takut, canggung dirasakan oleh karman ketika selesai menjalani hukuman penjara selama 12 tahun lamanya, sehingga membuat dia amat asing dengan lingkungan luar penjara. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa gejala perasaan kemasyarakatan atau sosial kejasmanian Karman yang menimbulkan perasaan harga diri negatif, perasaan tak berdaya, yang timbul dalam diri Karman, berkaitan dengan interaksi individu dengan orang lain setelah bebas dari penjara. Gambaran emosi yang dialami Karman saat lamarannya tidak diterima oleh Haji Bakir, karena telah ada yang mendahului Karman. merupakan perasaan yang mendasar, yang memiliki hubungan erat dan keduanya dialami individu. Emosi Karman mengarahkan perilaku individu menyertai perilaku motivasi untuk memperistri Rifah, namun gagal. Gambaran Karman meninggalkan masjid Haji Bakir, ia pun bermaksud membalas dendam. Bahkan, ketika ia mulai beberapa kali meninggalkan sembahyang wajib, ia juga merasa sedang membayar dendam kesumat. Haji Bakir mempunyai mssjid, dan bagi Karman, orang tua itu adalah tokoh agama dan wujud nyata agama di desa Pegaten adalah pribadi Haji Bakir. Maka, makin sering meninggalkan peribadatan, Karman makin makin merasa puas. Manifestasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
perasaan atau afektif keluaran yang disertai banyak komponen fisiologis berupa kemarahan Karman yang bertambah berlipat ganda karena hasutan dari orang yang mendoktrin ajaran komunis kepadanya, yaitu Margo dan Triman. Amarah yang dipahami Karman sebagai reaksi tekanan perasaan yang membuatnya emosi. Peristiwa tersebut merupakan motivasi Karman untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya, yaitu ingin dimengerti perasaannya. Emosi merupakan unsur manusiawi yang pasti dimiliki oleh setiap individu. Emosi bukanlah semata rasa marah, benci, atau pun sedih, melainkan seluruh perasaan yang dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Emosi sendiri memegang peranan penting di dalam kehidupan sehari-hari dan turut menentukan hubungan yang kondusif antara manusia dengan manusia lainnya. Cara setiap individu merespons emosi yang dirasakannya, sangatlah penting dalam menjaga kestabilan hubungannya dengan individu di sekitarnya. Emosi dapat dipicu oleh beragam hal, salah satunya adalah sebagai bentuk adaptasi terhadap suatu keadaan atau pun perubahan lingkungan di sekitar kita. Emosi juga bisa membantu manusia tetap termotivasi untuk bertahan hidup, meskipun terkadang kadar emosi yang muncul menjadi tidak terkontrol. Hal tersebut bergantung kepada individu yang merasakan gejolak emosi di dalam dirinya, serta apa yang sebenarnya yang ia butuhkan. Emosi bisa saja timbul secara berlebihan di dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi Karman merupakan menyatupadukan keadaan dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
perasaan, pengalaman-pengalaman Karman ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Stimulus tersebut diterima Karman karena propaganda dari Triman dan Margo, sehingga persepsi Karman merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan olehnya yang menganggap Haji Bakir merupakan kaum tuan tanah yang menindas rakyat miskin. Peristiwa tekanan batin yang menimbulkan konflik positif dan konflik negatif, itu gambaran pergolakan batin Karman ketika harus memilih menikahi Rifah atau mempertahankan ideologinya, karena ayah Rifah adalah lawan dari ideologinya yang dianggap benar baginya, yang menganggap bahwa Haji Bakir adalah lambang pertentangan kelas. Konflik psikis yang dialami Karman karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat, yaitu menikahi Rifah (positif) atau mempertahankan ideologinya (negatif). Akhir dari konflik yang dirasakan Karman ternyata tidak seperti yang ia harapkan karena lamaran Karman ditolak oleh Haji Bakir yang disebabkan Karman sudah membelot keajaran yang sesat, sehingga tidak layak untuk mendampingi Rifah. Keadaan tersebut sebenarnya telah diciptakan oleh lingkungan sekitar Karman, yaitu kawan-kawan Karman yang memberi pengaruh negatif terhadapnya. Setelah kegamangan Karman yang telah ditolak lamarannya oleh Haji Bakir yang menimbulkan kebenciannya terhadap Haji Bakir, akhirnya dia menemukan cintanya di hati perempuan yang bernama Marni, hal itu merupakan pemenuhan kebutuhan rasa cinta yang dilakukan Karman di saat perasaan Karman yang begitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
hancur saat lamarannya dua kali ditolak Haji Bakir dan berkaitan dengan sikapnya terhadap Haji bakir merupakan konflik approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Keadaan diri dalam Karman yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi konflik yang ada dengan situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya, yaitu pertentangannya dengan Haji Bakir dan propaganda yang dilakukan kelompok Margo. Selain itu, sikap Karman memberikan kesiapan untuk merespons yang sifatnya negatif terhadap objek atau situasi pada saat itu, yaitu perubahan besar terjadi pada pribadi Karman. Ia menjadi sinis. Segala sesuatu, apalagi yang menyangkut Haji Bakir selalu ditanggapi dengan prasangka buruk. Sikap sinis tersebut merupakan sikap yang ditunjukkan oleh Karman terhadap stimulus yang ada, yaitu anggapan bahwa Haji Bakir merupakan musuh ideologinya. Namun, tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap Karman merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang. Akan tetapi, dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten dan lebih tahan lama, contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. Prasangka tersebut dialami Karman ketika merasa sawah ayahnya telah direbut oleh Haji Bakir, tapi sebenarnya prasangka tersebut merupakan buatan atau propaganda yang dilakukan kawan-kawan Karman.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan Karman. Respons Karman dalam bentuk perbuatan yang negatif. Gambaran keraguan tokoh Karman ketika pulang untuk menimati kebebasannya setelah sekian lama berada dalam pengasingan di Pulau B. Dia ragu untuk pulang karena khawatir akan dicibir dan dibenci orang-orang sedesanya. Perasaan psikis atau kejiwaan susah, takut, canggung dirasakan oleh karman ketika selesai menjalani hukuman penjara selama 12 tahun lamanya, sehingga membuat dia amat asing dengan lingkungan luar penjara. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa gejala perasaan kemasyarakatan atau sosial kejasmanian Karman yang menimbulkan perasaan harga diri negatif, perasaan tak berdaya, yang timbul dalam diri Karman, berkaitan dengan interaksi individu dengan orang lain setelah bebas dari penjara. Keraguan dan kekhawatiran Karman dapat dimengerti, karena Karman sadar akan statusnya sebagi bekas tahanan politik yang baru saja dibebaskan dari Pulau B. Semua orang tahu bahwa Pulau B (Buru) adalah tempat pengasingan para tahanan politik (orang-orang PKI) kelas berat, sehingga wajar kalau Karman punya kekhawatiran dirinya tidak akan diterima oleh orang-orang di desanya. Di tambah lagi istrinya yang sangat dicintainya sudah tidak bisa hidup bersama lagi karena sudah jadi istri orang. Karman teringat kembali kenangan ketika dia harus merelakan istrinya, Marni, untuk menikah dengan Parta, lelaki teman sekampung, sedangkan waktu itu dia sendiri masih berada di pengasingan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
Karman diberi hak untuk kembali ke tengah pergaulan masyarakat. Namun, Karman sulit menghapus kekhawatirannya akan ditolak, dibenci, dan dikucilkan oleh masyarakat yang dahulu pernah disakiti olehnya. Akan tetapi, tidak ada pilihan lain kecuali harus pulang ke desanya. Kemudian, Karman berniat untuk pulang ke rumah saudara sepupunya, Gono, yang rumahnya tidak jauh dari kota. Pada awalnya Karman masih ragu-ragu apakah jadi ke rumah Gono atau tidak. Tanpa diduga sebelumnya, di rumah Gono Karman bisa bertemu dengan anaknya, Rudio dan yang melegakannya lagi, sambutan Bu Gono yang tulus merupakan pertanda awal bahwa masyarakat akan menerima kembali orang-orang bekas PKI. Apa yang dialami Karman di rumah Gono membuat dirinya memberanikan pulang ke desa Pagetan ke rumah orang tuanya sendiri, Bu Mantri. Wajarlah kalau Karman masih dihinggapi keraguan, kekhawatiran, ketakutan, dan keterasingan yang mencekam untuk kembali ke desanya. Akan tetapi, keraguan itu ternyata tidak terbukti karena hampir semua orang Pagetan menerimanya dengan baik, bahkan Haji Bakir bersama isterinya datang menyambut kepulangannya di rumah Bu Mantri. Karman sedang dikelilingi oleh para tamu di rumah orangtuanya, tetanggatetangganya yang sudah amat lama ditinggalkan. Ia merasa heran dan terharu, ternyata orang-orang Pagetan tetap pada watak mereka yang asli. Ramah, bersaudara, dan yang penting gampang melupakan kesalahan orang lain. Padahal yang sangat dikhawatirkan oleh Karman adalah sikap membenci dan dendam yang mungkin diterimanya begitu ia muncul kembali di Pagetan. Haji Bakir datang berdua dengan isterinya meskipun ia harus dibantu dengan tongkat yang menopang tubuhnya yang sudah bungkuk. Apabila Karman menyambut tamu-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
tamu yang lain secara wajar, tidak demikian halnya ketika menerima kedatangan haji yang sudah sangat tua itu. Gambaran sikap di atas menunjukan bahwa siapapun orangnya akan menyesal dan menyadari kesalahan yang telah dilakukan. Karman bersikap seperti itu
karena
menyadari
masa
lalunya
yang
diwarnai
kesombongan,
kemungkaran,dan nyaris mendekati kematian. Karman sangat malu berhadapan dengan Haji Bakir yang dahulu pernah dibencinya dan Karman merasa bersyukur masih dapat bertemu dan diterima kembali oleh orang-orang di desanya. Karman menunjukan sikap yang baik di masyarakat dan kembali pada nilai-nilai ketuhanan merupakan respons yang diakukan Karman yang membawanya pada pemenuhan kebutuhan harga diri. Keadaan Karman semakin menunjukan perbaikan pada psikisnya yang sudah diterima kembali di masayarakat perasaan dan emosi yang dulu negarif sekarang sudah menunjukan respons yang positif serta pesepsi terhadap Haji Bakir yang dulu dianggapnya sebagai musuh ideologinya sekarang sudah dianggapnya sebagai manusia yang patut Karman mintai maaf, hal itu merupakan respons positif yang ditunjukan Karman. Sikap Karman tersebut merupakan representasi teori psikologi humanistik yang menghendaki suatu bentuk pendidikan baru. Pendidikan ini akan memberi tekanan lebih besar pada pengembangan potensi seseorang, terutama potensi untuk menjadi manusiawi, memahami diri dan orang lain serta berhubungan dengan mereka, mencapai pemuasan atas kebutuhankebutuhan dasar manusia, tumbuh kearah aktualisasi diri. Pendidikan ini akan membantu orang menjadi pribadi yang sebaik-baiknya sesuai kemampuannya. Karman menjadi manusia yang bermartabat dan diwujudkannya dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
pembangunan masjid Haji Bakir berupa pembuatan kubah masjid yang dikerjakan Karman. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kejadian yang membawa Karman pada pemenuhan kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri. Rincian keterkaitan aspek kejiwaan dengan teori kebutuhan bertingkat adalah sebagai berikut.
Kebutuhan Bertingkat
Aspek Kejiwaan
Fisiologis
Kebutuhan Bertingkat
Perasaan dan Emosi
1
2
(7)
Rasa Aman
Konflik 3
8
Rasa Cinta Persepsi 4
Harga Diri
9
9 5
Sikap
9
Aktualisasi Diri
6
9
Respons
10
Keterangan Peristiwa: (1) Perasaan iri terhadap Rifah merupakan perasaan yang disebabkan kegelisahan Karman karena kekurangan makanan (lapar). Upaya Karman mendapatkan makanan Diwujudkan dengan bermain bersama Rifah agar diberi makan. (2) Bekerjanya Karman di rumah Haji Bakir sehingga mendapatkan tempat tinggal, perlindungan keamanan dan diasuhnya Karman oleh Hasyim.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
(3) Peristiwa lamaran pertama Karman yang ditolak Haji Bakir dan niat lamaran kedua ke Rifah, tetapi terbentur
dengan ideologi komunis terhadap Haji
Bakir sebagai tokoh agama. Perubahan sikap menjadi negatif (4) Propaganda Triman dan Margo terhadap Karman. (5) Bentuk sikap sinis dan prasangka buruk karman terhadap Haji Bakir. (6) Respon Negatif Perubahan sikap menjadi positif (7) Diterimanya Karman di masyarakat (8) Paradigma Karman terhadap masyarakat menjadi positif sehingga konflik batin Karman mereda. (9) Perlakuan baik masyarakat kepada Karman membuat persepsi dan sikapnya menjadi positif. (10) Respons positif Karman diwujudkan dalam pembangunan masjid Haji Bakir berupa kubah yang menandakan pertobatannya dan merupakan perwujudan aktualisasi diri di masyarakat.
6.
Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Kubah Berkaitan dengan pembahasan ini yaitu mengetahui nilai-nilai pendidikan
yang terkandung dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari yang meliputi nilai pendidikan religius atau agama; nilai pendidikan sosial budaya; dan nilai pendidikan moral.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
a. Nilai Pendidikan Agama Untuk dapat memberikan makna, langkah pertama adalah melakukan pembacaan heuristik kemudian
yang kedua adalah
dengan
pembacaan
hermeneutic (retroaktif). Pembacaan heuristik dilakukan berdasarkan struktur bahasanya, sedangkan pembacaan hermeneutic adalah pembacaan ulang setelah pembacaan heuristik. Dalam pembacaan hermeneutik ini akan dilakukan pembacaan ulang terhadap teks, kemudian pembacaan teks, dan kontekstualitas teks yang diteliti. 1) Keyakinan Keyakinan dalam tradisi sastra sudah dapat dikatakan sebagai lapis metafisika yang menjadi puncak norma dalam sebuah karya sastra. Lapis-lapis norma dalam karya sastra mirip dengan konsep keutuhan jiwa yang menyatakan bahwa karya sastra tidak bernilai tinggi bila tidak meliputi keutuhan jiwa. Dalam kaitannya dengan karya sastra, keutuhan jiwa ini diterangkan. Sebagai lima tingkatan jiwa manusia, yaitu niveau anorganis, niveau vegetatif, niveau animal, niveau human, dan niveau religius. (Pradopo, 2002 : 32). Keyakinan atau yakin merupakan kunci segalanya dalam ajaran Islam. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa keyakinan merupakan puncak dari segala keimanan atau Iman. Oleh karena itu, keyakinan merupakan kunci dari segala aktivitas yang kaitannya hablumminallah (hubungan manusia dengan Tuhan). Iman mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, iman merupakan manifestasi dari kepercayaan seseorang terhadap Tuhannya. Seseorang yang hidup di muka bumi tanpa didasari iman maka seolah olah dalam hidupnya tanpa ada pegangan yang layak untuk diikuti atau di anut sebagaimana dalam teks tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
disebutkan " untuk mendasari upaya penyembuhan jiwamu". Dalam teks tersebut dapat diinterpretasikan dalam beberapa aspek salah satunya adalah aspek akidah. Dalam teks tersebut menggambarkan tentang arti penting dari keyakinan atau iman. Iman merupakan kunci utama dalam upaya penyembuhan penyakit yang diderita oleh Karman yang pertama adalah kepercayaan atau keyakinan bahwa segala sesuatu baik penyakit, derita, dan cobaan adalah datangnya dari Tuhan dan semua itu akan kembali kepada Tuhan. Keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan tentang sifat wujud yang dimiliki oleh Tuhan atau dalam bahasa novel Kubah digunakan dengan istilah Tuhan. Setting yang nampak dalam dialog tersebut adalah latar belakang Karman yang sebelumnya tidak percaya akan adanya Tuhan. Karman mencoba menghilangkan kepercayaan itu di organisasi atau partai yang notabenenya adalah partai komunis. Berangkat dari partai inilah Karman kehilangan "pegangan" yaitu tentang keimanan kepada Tuhan yang sebenarnya hal tersebut bertolak belakang dengan hati nurani Karman. 2) Pasrah/ Tawakal "Mantep ing panarima" atau dalam Islam disebut dengan pasrah atau tawakkal, artinya mantapkan hatimu dalam pasrah dari padanya. Ini merupakan kelanjutan dari penjelasan sebelumnya yaitu kepercayaan atau keimanan tentang adanya Tuhan dan semuanya akan kembali kepada Tuhan. Segala sesuatu harus pasrah kepada ketentuan Tuhan dengan sepenuh hati. Berdasarkan penjelasan tersebut, ada beberapa hal yang harus direnungkan. Pertama,manusia dalam menjalani hidup di dunia akan selalu dihadapkan pada permasalahan yang rumit dan akan muncul setiap saat. Manusia tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
kekuasaan untuk menghindar dari persoalan, karena hal tersebut merupakan ujian atau cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Semua orang tidak akan menginginkan masalah yang akan menimpa dirinya. Siapapun orangnya tidak ada yang ingin mendapatkan masalah. Hal seperti ini tentu saja tidak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun makhluk Tuhan kecuali Tuhan yang maha Esa dan Kuasa. Oleh karena itu, segala persoalan yang ada kuncinya adalah sikap pribadi. Kedua, perbuatan yang dilakukan oleh mahluk yang didasari oleh kemauan dan keinginan pelaku. Dari kedua konsep tersebut tidak kemudian yang terjadi terhadap manusia sudah digariskan oleh Tuhan, atau manusia berkehendak karena sudah ditakdirkan oleh Tuhan, termasuk kematian. Namun, kedua hal tersebut harus diimbangi dengan akidah dan iman yang kuat, seperti pada teks selanjutnya disebutkan tentang kematian yang nanti akan dialami oleh setiap manusia, yaitu Dulu aku tiada kini aku mengada Kelak akan lagi tiada Kembali ke rahmat ilahi (AT, 2012: 169). Dalam teks tersebut mengandung pengertian bahwa manusia disuruh kembali kepada jalan Tuhan secara benar. Tuhan menghendaki untuk taat dan patuh pada jalan-Nya.
Tuhan memberikan hak sepenuhnya kepada manusia untuk
menentukan pilihan hidupnya, Tuhan sudah memberikan jalan dan cara untuk meraih kemenangan di dunia maupun di akhirat, atau dengan kata lain free of choice and free of will, karena setelah kehidupan dunia manusia akan melanjutkan proses atau tahapan setelah kehidupan yaitu kematian. Kutipan tersebut merupakan sebuah syair yang dinyanyikan oleh anak-anak ketika menunggu datangnya waktu shalat ini adalah sebuah gambaran yang jelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
tentang cerita Karman yang dulu pun melakukan hal yang sama, yaitu melantunkan pujian-pujian kepada Tuhan, meskipun pada akhirnya Karman harus pergi meninggalkan anak dan istri karena terlibat dalam Partai Komunis. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan di muka bumi hanya satu tujuan yaitu beribadah kepada-Nya dengan segala konsekuensinya yang kemudian pada akhirnya manusia akan kembali kepada-Nya (mati). 3) Beriman kepada Kitab-kitab Tuhan Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Tuhan merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim. Tujuan Tuhan menurunkan kitab-kitab yaitu agar dijadikan pedoman hidup manusia untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat. Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, mengandung ajaran yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, kitab suci tersebut mutlak untuk dimiliki, dipahami dan diamalkan oleh umat Islam secara umum. Disamping itu, kitab suci al-Quran merupakan penawar dari segala penyakit, terutama jiwa. Al-Quran merupakan media komunikasi manusia dengan Tuhannya (Allah). Oleh karena itu peranan al-Quran dalam kejiwaan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku. 4) Salat Pesan mengenai ibadah salat baik itu berupa shalat wajib maupun shalat sunnah sangat menonjol dalam novel ini. Bahkan, sebagian pesan yang termasuk kategori syariah mengenai shalat. Pesan tentang shalat ini letaknya tersebar dan mereka diselipkan oleh pengarang dari awal sampai akhir novel ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Shalat mempunyai posisi penting dalam hal ubudiyah. Shalat merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam tanpa terkecuali, karena shalat merupakan tiang agama. Dari teks tersebut menggambarkan tentang pentingnya shalat bagi setiap umat Islam, tanpa memandang status dan latar belakang seseorang. Shalat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. 5)
Zikir
Zikir merupakan bagian dari aktualisasi keimanan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk ubudiyah praktis. Dalam masalah ini dijelaskan zikir sangat mempengaruhi keimanan dan sikap seseorang setiap hari dalam diri manusia secara universal hingga ke dalam organ-organ manusia secara psikis. Seperti yang dilakukan oleh Marni, bahwa kesadaran tertinggi dapat diartikan sebagai kekhusuan dalam beribadah baik dalam shalat maupun zikir, yang pada intinya kekhusukan itu merupakan wujud dari kedekatan manusia dengan Tuhan. b. Nilai Pendidikan Moral/Budi Pekerti Novel Kubah karya Ahmad Tohari pada dasarnya dapat dipahami sebagai suatu keadaan jiwa (mental) yang merupakan induk bagi lahirnya segenap perbuatan manusia. moral adalah suatu ilmu yang objeknya adalah hukum-hukum tentang nilai yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang diberi sifat (predikat) baik atau buruk. Sebagai keadaan jiwa (mental), akhlak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan jiwa (mental) yang mendalam, yang darinya lahir perbuatan-perbuatan baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan. Dalam novel ini terdapat begitu banyak nilai-nilai akhlak yang coba ditampilkan oleh pengarang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
1) Mengucapkan Salam Mengucapkan salam merupakan sesuatu yang mulia, salam dapat diartikan sebagai mendoakan orang lain yang kita kunjungi, dan bahkan salam diharapkan dibudayakan dalam kehidupan setiap hari. Salam mempunyai arti penting dalam pergaulan baik terhadap teman, keluarga maupun sosial. Seperti halnya yang dilakukan oleh Marni. Marni berusaha mencari mantan suaminya yaitu Karman yang dulu terlibat dalam gerakan partai politik yang beraliran komunis, partai politik yang tidak mengakui adanya Tuhan, yang menyebabkan Karman dipenjara dan diasingkan. 2) Patuh Pada Orang Tua Cerminan akhlak terhadap orang tua tergambar secara denotative dalam dialog Tini dengan Ibunya Marni, tentang keinginan seorang anak untuk membahagiakan orang tua, birrul walidain berbakti kepada orang tua. Dalam ajaran islam dikenal dengan birru walidain. Birru atau al birru artinya kebajikan. Al walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi, birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. 3) Sabar Pengendalian diri atau pengaturan diri yaitu menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Emosi adalah satu kekuatan kalau kita mau mengendalikannya. Emosi bisa merusak kalau menguasai diri kita. Kemampuan mengendalikan emosi adalah kekuatan yang siap digali untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Adapun kualitas yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
selalu dimulai dari diri kita sendiri bukan dari orang lain. Dengan kata lain upaya evolusi diri akan lebih efektif dalam memanfaatkan potensi emosional kita Sebagaimana yang dilakukan oleh Hasyim, ia berusaha sekuat tenaga agar emosi yang menguasai pikirannya dapat terkendali, sehingga tidak berakibat fatal baik terhadap dirinya maupun orang lain. Kemarahan Hasyim disebabkan oleh sikap Karman sebagai keponakan yang telah mengingkari adanya Tuhan dalam hatinya. Kemarahan Hasyim ditunjukkan dalam teks " laknat" ini adalah salah satu ekspresi sikap Hasyim yang tergambar dalam cerita. Hasyim berusaha menahan segala hawa nafsunya, yaitu amarah atau emosi. Emosi dalam bahasa sehari hari adalah marah, amarah yang tidak terkendali akan mengakibatkan penyesalan di kemudian hari. Oleh karena itu penekanan sifat sabar harus ditanamkan ke dalam jiwa, agar emosi yang ada dalam jiwa kita dapat tersalurkan secara positif. c. Nilai Pendidikan Sosial Budaya Interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi pendidikan sosial yang ada dalam novel ini adalah nilai sosial budaya masyarakat yang berfungsi sebagai petunjuk bagi setiap warganya untuk menentukan pilihan terhadap jabatan dan peranan yang akan diambil. Peranan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
yang diambil Haji Bakir menunjukkan bahwa dalam percakapan khususnya dalam penyampaian pesan untuk mengungkapkan maksud yang baik akan didahului oleh sikap bahasa sebagai sarana untuk mengukur dan menimbang penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan. Kebiasaan orang zaman dahulu ketika memetik padi yaitu dengan menggunakan ani-ani dan setelah menyelesaikan tuaiannya orang tersebut mendapatkan upah sepertujuh atau seperdelapan dari yang didapatnya. Nilai sosial budaya memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah lenyap dari masyarakat itu. Perkembangan nilai dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh warga masyarakat atau bangsa yang memiliki nilai itu sendiri. Nilai sosial budaya yang direpresentasikan Ahmad Tohari dalam novelnya merupakan gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai tersebut pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau dijunjung tinggi, dihayati dan dianut oleh suatu masyarakat.