61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1 Profil Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah singkat Rumah Sakit. Rumah Sakit TNI AU dr. Esnawan Antariksa merupakan rumah sakit rujukan dan pelayanan bagi anggota TNI AU
dan keluarga. Tepatnya tang-gal
20 juni 1950 rumah sakit yang awalnya bernama Dinas Kesehatan Pangkalan Cililitan ini terbentuk. Pelayanan kesehatan yang ada di RSAU dr. Esnawan Antariksa meliputi unit gawat darurat buka 24 jam, klinik umum, klinik spesialis penyakit dalam, klinik penyakit paru, klinik penyakit jantung, klinik penyakit anak, klinik tht, klinik mata, klinik neurologi, klinik urologi, klinik gizi, klinik rehab medik, klinik bedah, klinik obsgyn, klinik psikologi, klinik psikiatri, klinik gigi dan klinik penyakit kulit dan kelamin. Oleh karenanya setiap anggota TNI AU,PNS dan keluarga serta masyarakat umum yang berobat ke RSAU dr. Esnawan Antariksa akan mendapatkan pelayanan prima oleh dokter-dokter spesialis dan sub spesialis yang kompeten di bidangnya. RSAU dr. Esnawan Antariksa memberikan pelayanan prima dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang modern. Tapi tetap memperhatikan ekosistem dengan mempertahankan sebagai green & clean hospital” fasilitas penunjang seperti laboratorium, radiologi konvensional dan canggih seperti ct scan, usg 3 dimensi dan c-arm flouroskopi, pemecah batu saluran kemih (ESWL), teropong rongga perut (laparoscopy) juga teropong pada sendi ( arthoscopy). Ekosistem tidak
61
62
boleh dikorbankan dalam kegiatan rumah sakit sehingga pengolahan limbah sangat di perhatikan. Tumbuhan diatur rapi bukan saja menambah keindahan tetapi juga menciptakan kesejukan dan keasrian karena RSAU ingin ”green & clean hospital “ tercipta disini. Selain itu RSAU dr. Esnawan Antariksa juga melayani medical check up berupa pemeriksaan kesehatan bagi anggota maupun calon TNI AU juga masyarakat yang membutuhkannya. Untuk mendukung operasi penerbangan tersedia kontainer medik udara yang berisi ruang intensif bergerak yang dapat juga dipakai sebagai kamar bedah ambulans penerbangan dan dukungan rutin kemiliteran berupa uji badan. RSAU dr. Esnawan Antariksa memiliki pusat haemodialisa atau cuci darah, saat ini terbesar seluruh indonesia dengan kapasitas 48 unit mesin untuk melayani anggota TNI AU, PNS dan keluarga serta masyarakat umum. RSAU saat ini telah dilengkapi dengan fasilitas gedung siaga bencana yang dapat difungsikan untuk menampung korban bencana dengan kapasitas 150 orang. Sejak di canangkan BPJS kesehatan mulai 1Januari 2014, RSAU dr. Esnawan Antariksa ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program BPJS kesehatan tersebut.RSAU dr. Esnawan Antariksa telah mendapatkan Sertifikat Akreditasi yang memberikan pelayanan
kesehatan bagi anggota TNIAU/TNI/PNS dan
keluarganya serta masyarakat umum juga mendukung program BPJS, Jaminan kesehatan seluruh rakyat indonesia yang dinikmati secara adil dan merata, bagi setiap orang yang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya.Untuk meningkatkan mutu rumah sakit dibutuhkan dukungan sumber daya manusia yang kompeten
63
dan memadai jumlahnya sesuai jabatan dan pekerjaan dengan kemampuan, kecakapan, ketrampilan, kepribadian, sikap dan perilaku. sehingga pekerjaan itu dapat diselesaikan sesuai rencana dalam peningkatan Akreditasinya . RSAU dr. Esnawan Antariksa memberikan pelayanan kesehatan bagi anggota TNIAU/TNI/PNS dan keluarganya serta masyarakat umum, dalam pelayanan administrasi manajemen telah berperan aktif dengan penerimaan
pelayanan BPJS,
dalam membantu
pemerintah
juga pelayanan umum.Pelayanan
kesehatan RSAU dr. Esnawan Antariksa meliputi Unit gawat darurat 24 jam, klinik umum/PPK1 untuk anggota TNI AU dan klinik spesialis/PPK2 yang mencakup: klinik penyakit dalam, klinik HD/ Hemo Dialise (cuci darah), Klinik Geriatric ,Klinik Penyakit Paru,Klinik Gizi, Klinik Jantung , Klinik Kebidanan, Klinik Penyakit Anak, Klinik Mata, Klinik THT, Klinik Syaraf, Klinik Kulit Dan Kelamin ,Klinik Akupuntur, Klinik Gigi, Klinik Psikologi, Klinik Psikiatri, Klinik Fisioterapi/Rehab Medic Dan Klinik Bedah Baik Bedah Umum, Bedah Ortophedi, Bedah Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Mulut . Sedang Unit Penunjang Ada Laboratoriun, Radiologi, Ct Scan, Usg 3 Dimensi, C-Arm Fluoroscopy, Pemecah
Batu
Saluran
Kemih
(ESWL)
Dan
Laparascopy
Serta
Arthroscopy(Teropong Pada Sendi.Juga Laborat Dan Apotik Buka 24 Jam. Untuk Mendukung Operasitni AU penerbangan tersedia kontener medic udara yang berisi ruang intensif bergerak selama penerbangan dan dapat dipakai sebagai kamar bedah ambulance penerbangan.
4.1.2. Visi, Misi dan motto a.
Visi
64
Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr. Esnawan antariksa menjadi Rumah Sakit idaman seluruh anggota TNI AU dan keluarganya serta masyarakat sekitar Jakarta.Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr. Esnawan sebagai RS Pendidikan dan Penelitian. b.
Misi
1)
Menyelenggarakan pelayanan secara profesional dan bermutu tinggi baik
preventif maupun kuratif terhadap anggota TNI angkatan udara khususnya dan masyarakat di sekitar Rumah sakit pada umumnya. 2)
Menyelenggarakan
dukungan
kesehatan
dalam
kegiatan
operasi
TNI/TNI AU. 3)
Meningkatkan kepuasan pelayanan di setiap unit kerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Rumah sakit. 4)
Sebagai sub sistem kesehatan nasional, turut membantu masyarakat di
sekitar Rumah Sakit dalam hal keadaan darurat dan bencana. 5)
Sebagai Rumah SakitPendidikan dan Penelitian.
c.
Motto
“Kesembuhan Anda Sangat Berarti Bagi Kami”
65
1.1.3 Struktur Organisasi Humas.
DINAS KESEHATAN TNI ANGKATAN UDARA RSAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA
STRUKTUR ORGANISASI HUMAS DAN PEMASARAN
KABAG HUMAS DAN PEMASARAN SUTRISNO Mayor Kes NRP 522785
BIDANG ADMINISTRASI ENDAH DEWI L Kapten kes NRP 532035
BIDANG HUB PASIEN (LO) MALIKATUN Pelda NRP 532028 RIZKY ADITYA P Mitra Kerja
BIDANG PEMASARAN PELAYANAN
BIDANG CUSTOMER SERVICE
DEDE TARI KUSRINI Letda Kes NRP 541701
FARAH AENI PNS IIC NIP 195906221982031008 NUR RATRI ENDAH Mitra kerja
66
1.2.
HASIL PENELITIAN Penulis melakukan penelitian yang bertempat di Humas Rumah Sakit dr.
Esnawan Antariksa, dan dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam (depth interview) dengan key informan dan juga informan. Penentuan key informan dan informan disini dengan alasan karena dianggap mampu memberikan jawaban atas fokus penelitian penulis mengenai Strategi Public Relations Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Pasien di RSAU dr. Esnawan Antariksa.Strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana, sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan, yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen. Sedangkan strategi public relations adalah alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations. Pada bagian ini akan dideskripsikan mengenai hasil penelitian tentang strategi public relations dalam meningkatkan jumlah kunjungan pasien di RSAU dr. Esnawan Antariksa, yang meliputi : 1.
Publikasi. Dalam hal publikasi, penulis mendapatkan data-data bahwa humas sudah
melakukan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan RSAU yang penting kepada masyarakat . Bila ada berita/aktivitas yang penting, humas akan membuat berita dan mengundang pers/ wartawan untuk mempublikasikannya dengan tujuan meningkatkan citra RSAU.
67
Hal ini serupa dengan pernyataan Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku Karumkit yang mengatakan : ”Kalau tugas Humas di rumah sakit ini adalah memberikan penerangan atau mempublikasikan berita, baik kepada anggota rumah sakit sendiri maupun anggota mayarakat terkait kebijakan dan aturan yang berlaku ataupun informasi-informasi tentang kegiatan rumah sakit.”1 Dari wawancara tersebut dapat diinterpretasikan bahwa humas rumah sakit sudah melaksanakan fungsi publikasi berita pada publiknya. Hal tersebut senada dengan dengan pernyataan Mayor kes Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan: “bahwa Humas rumah sakit sudah melaksanakan publikasi atau menyebarluaskan informasi. Misalnya informasi tentang kegiatan bakti social berupa pengobatan masal yang dilaksanakan di Jogjakarta, kegiatan MOW (modus operasi wanita) di Nusa tenggara Timur, perubahan aturan tentang BPJS, keberhasilan RSAU tentang program Akreditasi dll. Dalam penyebaran informasi tersebut, kita telah bekerjasama dengan pers/wartawan, yaitu dengan membuat tulisan /artikel yang di muat di Koran Sindo, maupun di muat di majalah Angkasa. Selain itu kita juga memasang artikel tersebut di papan pengumuman atau majalah dinding RSAU, dan juga mencetak leaflet untuk ditaruh di meja humas atau front desk pendaftaran sehingga bisa mudah dibaca pasien maupun pengunjung RSAU.2 Dari wawancara tersebut, menunjukkan bahwa praktisi humas selalu melakukan publikasi terhadap kegiatan penting di rumah sakit melalui berbagai media.
1
Hasil wawancara Kolonel kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015, jam 13.30 wib, di RSAU. 2 Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU
68
Bulletin dan Leaflet, sebagai media untuk publikasi humas di RSAU dr. Esnawan Antariksa. (Dok RSAU 2013)
Dalam penelitian tentang publikasi di RSAU, penulis mendapatkan data bahwa praktisi public relations
sudah melaksanakannya, akan tetapi untuk
frekwensi publikasi yang melalui bulletin masih harus ditingkatkan karena hanya dilaksanakan tiap semester (enam bulan). Hal tersebut dapat membuat berita yang
Lobi dan negosiasi penanganan pengobatan karyawan dengan PT Garuda dan PT KAI
69
dimuat dalam bulletin sudah tidak up to date lagi atau beritanya sudah kadaluarsa, sehingga tidak dapat memberikan informasi dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mayor kes Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan: “pembuatan bulletin tidak bisa dilaksanakan tiap tiga bulan tetapi terkadang molor hingga dilakukan tiap enam bulan sekali. Hal itu karena masih terbatasnya personil yang mengolahnya, serta terbatasnya anggaran yang telah diberikan.”3
Wawancara dengan kahumas tersebut diatas menunjukkan adanya kendala dalam pembuatan media, yaitu pada SDM dan anggaran yang terbatas. Hal tersebut diatas berdampak keterbatasan public dalam membaca bulletin tersebut dan minimnya informasi yang diterima pasien, sehingga
berita penting yang
disampaikan dalam bulletin hanya sedikit yang mengetahuinya dan sudah kadaluarsa dan dapat menyulitkan proses pengobatan pasien. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tn. Budiman, sebagai informan 1, yang mengatakan bahwa: “…ternyata di RSAU ini sudah ada poli geryatri, yang khusus melayani pasien lansia dan lebih nyaman, padahal selama ini kalau berobat aku ke poli penyakit dalam…”4
Dengan penerbitan bulletin yang molor dan jumlah yang terbatas membuat informasi yang disajikan ada yang kadaluarsa, seperti yang disampaikan informan diatas. Dengan kendala yang terjadi tersebut pihak humas berupaya untuk mengatasinya dengan membuat media bulletin dan leaflet tepat waktu dan berupaya untuk 3 4
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU Hasil wawancara Tn. Budiman, informan 1, tgl 30-7-2015, jam.14.00 wib, di RSAU.
70
meminta anggaran yang cukup dalam penerbitan media publikasi. Hal tersebut senada dengan ungkapan Mayor kes Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan: “..kita akan berusaha untuk membuat leaflet dan bulletin sesuai rencana dan meminta anggaran yang memadai ke karumkit dalam penerbitannya. Sehingga fungsi publikasi dapat tercapai dengan baik”.5
Dari wawancara diatas menunjukkan bahwa kahumas sudah melakukan berbagai
upaya untuk
mengatasi
kendala-kendala
yang ada, sehingga
pelaksanaan program dapat sesuai dengan perencanaan yang dibuat sehingga tujuan dapat di capai yaitu public banyak mendapatkan informasi tentang kiprah, kelengkapan sarana dan kebaikan pelayanan rumah sakit.
2.
Event Dalam penelitiannya, penulis mendapatkan data-data bahwa dalam
memperkenalkan produk, pelayanan, mendekatkan diri ke public dan mempengaruhi opini public, praktisi public relations RSAU sudah merencanakan pembuatan event, berupa calendar event, special event maupun moment event, namun frekwensinya pelaksanaanya masih kurang dan banyak yang tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu dan anggaran dalam mendukung kegiatan tersebut. Hal tersebut sesuai pernyataan Mayor kes Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan: “..salah satu event yang kita rencanakan adalah kegiatan calendar event, kita sudah melakukannya, tapi hanya dilakukan setahun sekali, yaitu hanya pada saat ulang tahun rumah sakit saja. Yang di undang dalam event tersebut ya. karyawan anggota rumah sakit saja, dan kita tidak mengundang pihak yang lain. 5
Hasil wawancara mayor Sutrisno , Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU
71
Itupun kita sudah repot mengurusnya, apalagi kalau mengundang pihak-pihak lain” kata pak Sutrisno dengan senyum..” 6
Hal tersebut dibenarkan oleh Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku kahumas yang mengatakan : “ kegiatan calendar event di rumah sakit ini dilakukan setahun sekali, yaitu saat hari ulang tahun saja. Kalau sering nanti bias menyedot banyak anggaran dan banyak waktu karena yang menanganinya juga merangkap tugas lainnya.”7
Dari hasil wawancara dengan kahumas dan karumkit diatas dapat diinterpretasikan bahwa humas sudah berusaha melaksanakan program calendar event, walau tidak sesuai perencanaan karena keterbatasan anggaran. Dari hasil penelitian tersebut penulis melihat bahwa calendar event sangat penting dilakukan di rumah sakit, agar terjalin hubungan yang dekat antara rumah sakit dengan public, yang dapat berpengaruh meningkatkan kepercayaan public terhadap RSAU. Hanya saja frekwensi pelaksanaannya masih kurang, dan tidak melibatkan masyarakat lain sebagai pengguna jasa layanan rumah sakit.
6
7
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno , Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015, jam 13.30 wib, di
RSAU.
72
Salah satu Calendar Event yang disusun humas adalah acara HUT RSAU dr. Esnawan Antariksa ke-62.(Dok RSAU 2013)
Selain melaksanakan calendar event, dalam rangka meningkatkan kepercayaan publiknya, public relations rumah sakit juga melaksanakan Special Event, yaitu mengadakan acara yang sifatnya khusus dan dilaksanakan pada momen tertentu, diluar acara rutin dari program kerja public relations. Menurut hasil penelitian, penulis menemukan bahwa kegiatan tersebut hanya dilakukan
73
sekali, yaitu peresmian poli Geriyatri, yaitu poliklinik yang khusus menangani pasien yang sudah tua, yaitu pasien yang sudah berumur 60 tahun keatas. Dalam kegiatan tersebut dirasa kurang menyentuh dari maksud dan tujuan pelaksanaan special event, karena yang di undang dalam peresmian pembukaan poli geriyatri tersebut hanya sebagian anggota rumah sakit. Pihak rumah sakit tidak mayarakat sekitar maupun pejabat setempat yang terkait,yang dampaknya publikasi event tersebut tidak sampai pada masyarakat sekitar, terutama pengguna layanan tersebut. Hal tersebut senada dengan pernyataan Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang mengatakan : “.. peresmian poliklinik geriyatri memang dilakukan secara sederhana, agar tidak mengganggu pelayanan poliklinik disebelahnya (poli penyakit dalam). Nanti untuk menyebarkan informasi bisa dilakukan dengan membuat lefleat atau membuat artikel yang dipasang dipapan pengumuman..”8 Pernyataan karumkit tersebut senada dengan pernyataan kahumas RSAU menyatakan bahwa : “..sebenarnya kita mau menyelenggarakan special event tersebut dengan mengundang pubik, terutama masyarakat pengguna jasa layanan tersebut, tetapi karumkit tidak menyetujuinya, terutama masalah anggaran. ya.. kita sebagai anak buah mengikuti keputusannya..”9 Dari wawancara karumkit dan kahumas tersebut menggambarkan bahwa kahumas sudah berusaha membuat special event dengan baik, tapi karena anggaran terbatas maka pelaksanaannya juga tidak sesuai rencana yang ada. Dalam perencanaan pembuatan event di RSAU, moment event adalah salah satu program dari strategi public relations selain calendar event maupun special 8 9
Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015, jam 13.30 wib, di
RSAU. Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU
74
event. atau acara yang bersifat momentum atau lebih khusus lagi. Kegiatan Moment Event ini dilakukan dalam rangka pendekatan diri ke public sehingga public tetap merasa dekat,
percaya dan mempunyai citra yang positif pada
RSAU. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan hasil bahwa moment event yang telah diprogramkan oleh praktisi public relations RSAU, ternyata belum pernah dilaksanakan sama sekali karena kurangnya dukungan dari pihak terkait sehingga tidak dapat dilihat indicator keberhasilannya. Hal tersebut seperti yang di sampaikan Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang mengatakan: ”..memang moment event merupakan kegiatan yang baik dan mempunyai dampak yang cukup dalam kelangsungan organisasi, tetapi kita masih belum dapat melaksanakannya karena berbenturan dengan anggaran dan banyaknya kegiatan pada saat itu..”10 Pernyataan karumkit tersebut senada dengan pernyataan mayor Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan: “bahwa dalam strategi public relations sudah di programkan kegiatan moment event, seperti pesta perak RSAU, tetapi kegiatan tersebut belum dapat dilaksanakan karena berbenturan dengan anggaran dan kegiatan yang lainnya, yang lebih prioritas bagi organisasi..”11 Dari hasil wawancara karumkit dan kahumas tersebut dapat di interpretasikan bahwa adanya kendala anggaran dan prioritas pekerjaan, membuat humas belum dapat melaksanakan program moment event. Seorang praktisi Public Relations harus mampu mendekatkan diri pada publiknya, dan lebih jauh lagi mempengaruhi opini public, sehingga 10 11
Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015 jam.13-30 wib di RSAU. Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU.
75
pubik/pengguna jasa layanan rumah sakit masih setia dan percaya pada RSAU dan berdampak dapat tercapainya hubungan yang sinergis dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi seperti yang sudah ditetapkan. Dalam strategi public relations yang dibuat praktisi Public Relations RSAU, sudah terprogam kegiatan berupa calendar event, special event, dan moment event. Penulis mendapatkan hasil bahwa kegiatan tersebut ada yang belum dilaksanakan sama sekali, yaitu moment event, tetapi ada juga yang sudah dilaksanakan, tetapi masih banyak kekurangan serta kurang tepat sasaran sehingga hasil yang ingin dicapai masih belum sesuai dengan harapan. Hal tersebut diungkapkan oleh Tn. Budiman, selaku informan 1, yang mengatakan bahwa: “…aku sering berobat di RSAU, bagiku tidak ada yang khusus… belum pernah kulihat acara-acara atau kegiatan yang melibatkan masyarakat/pasien. Jadi aku berobat seperti biasa ke RSAU karena memang aku butuh jasanya..”12 Dari wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa masih belum ada hubungan yang lebih dekat dengan public, pasien berobat karena memang butuh fasilitas tersebut. Menanggapi hal tersebut, pihak PR RSAU akan berusaha untuk melakukan evaluasi dan memperbaiki kekurangannya sehingga untuk selanjutnya bisa terlaksana dengan baik. Hal itu seperti yang dikatakan yaitu bapak Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan “..kita akan selalu koordinasi dengan Karumkit untuk berusaha memperbaiki pelaksanaan kegiatan event tersebut, biar tujuannya tercapai yaitu kita bisa lebih dekat ke public..”13
12 13
Hasil wawancara Tn. Budiman, Informan1, tgl. 30-7-2015, jam.14.00 wib, di RSAU. Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU.
76
Ungkapan bapak Sutrisno diatas menggambarkan bahwa humas menyadari banyaknya kendala dalam melaksanakan programnya, tapi humas akan selalu berusaha mengevaluasi dan memperbaiki untuk pelaksanaan di waktu berikutnya.
3.
News (menciptakan berita) Dalam proses penelitiannya penulis mendapatkan hasil bahwa praktisi
public relations di RSAU sudah membuat berita yang up to date, sesuai dengan program yang sudah di rencanakan. Dalam sebuah event tertentu, seperti kunjungan menteri kesehatan, baksos operasi MOW dll, praktisi public relations selalu membuat press release atau berita yang up to date dan akurat yang diberikan pada wartawan untuk di muat di media cetak, misalnya koran sindo dan majalah Angkasa, bulletin Suluh Medika dll. Hal tersebut dapat lebih mempublikasikan RSAU dr. Esnawan antariksa, dan dapat meningkatkan kepercayaan serta citra positif rumah sakit di masyarakat. Selain itu praktisi public relations dalam mempublikasikan rumah sakit juga membuat leaflet dan bulletin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan “..dalam acara –acara tertentu, kita selalu membuat press release/berita, dan kita sampaikan ke wartawan agar bisa dimuat di media cetak, seperti Koran sindo dan majalah Angkasa dll, yang sudah menjadi parter kita dalam hal publisitas. Selain itu kita juga membuat leaflet dan buletin yang memuat hal dan kejadian penting di rumah sakit untuk diketahui oleh masyarakat..” 14 Pernyataan bapak Sutrisno tersebut diperkuat oleh dokter Didik Kestito, SpU selaku karumkit, yang mengatakan bahwa:
14
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl. 23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU
77
“..kalau ada kegiatan penting yang perlu di publikasikan, kita selalu membuat berita untuk dimuat di media cetak, selain itu juga lefleat dan bulletin. Dan selama ini tugas tersebut sudah otomatis dikerjakan oleh staff humas..”15 Dari hasil wawancara dengan kahumas dan karumkit tersebut dapa di interpretasikan bahwa humas sudah melakukan tugas dengan baik dalam hal membuat berita dan mempublikasikannya pada masyarakat.
Contoh menciptakan berita. Foto kegiatan bakti social khitanan masal dan kegiatan persiapan menyambut gubernur jawa barat, Ahmad Heryawan yang di muat di Koran Sindo.(Dok RSAU 2014) 15
Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl. 27-7-2015, jam.13.30 wib, di RSAU.
78
Selain itu dalam penggalian informasi tersebut, penulis mendapatkan data bahwa buletin memang sudah dibuat tetapi frekwensi penerbitannya masih jarang, sesuai rencana dibuat setiap tiga bulan sekali tetapi sering tidak tepat waktunya, kadang ada informasi penting yang terjadi, tetapi bulletin masih belum di buat juga sehingga berita menjadi kadaluarsa atau tidak up to date lagi dan berdampak pada public dalam mendapatkan informasi penting. Selain itu bulletin yang di cetak sangat terbatas jumlahnya sehingga hanya cukup di bagi di tiap satker dan ruang tunggu pasien saja dalam jumlah terbatas. Hal ini berdampak pada keterbatasan public dalam membaca bulletin tersebut dan keterbatasan pula untuk mendapatkan informasi sehingga berita penting yang disampaikan dalam bulletin hanya sedikit yang mengetahuinya. Hal tersebut diatas didukung oleh pernyataan bapak Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan: “..kita sudah merencanakan pembuatan leaflet dan bulletin secara teratur untuk mempublikasikan informasi dan kegiatan di rumah sakit. Tapi pembuatan dan penerbitan bulletin masih terbatas jumlahnya karena masih terkendala dengan anggaran yang disediakan, selain itu juga penerbitannya sering molor atau tidak tepat waktu..”16 Dalam pernyataan bapak Sutrisno tersebut digambarkan bahwa kendala anggaran yang terbatas dapat membuat perencanaan tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, terutama penerbitan bulletin. Dan untuk mengatasinya kahumas akan selalu berkoordinasi dengan pimpinan dalam hal dukungan anggaran tersebut.
16
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl.23-7-2015, jam 11.10 wib, di RSAU.
79
Dalam strateginya untuk mendekatkan publik, praktisi public relations harus dapat membuat berita dengan baik dan mempublikasikan dengan tepat juga. Selain itu jumlah bulletin yang dicetak sesuai kebutuhan dan pendistribusian harus tepat sasaran juga. Dengan informasi yang baik dan tepat sasaran akan membawa dampak pada pubik dalam menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan untuk selalu menggunakan jasa layanan rumah sakit tersebut. Selain itu diharapkan public dapat menyebarkan informasi pada masyarakat lainnya sehingga menjadi tertarik untuk menggunakan jasa layanan kesehatan di rumah sakit dan dapat menambah jumlah kunjungan pasien di rumah sakit. 4.
Community Involvement (kepedulian pada komunitas) Dalam penelitiannya penulis mendapatkan data-data di RSAU dr.
Esnawan Antariksa, seorang humas selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan publiknya, dan dalam kesehariannya selalu melakukan kontak social dengan masyarakat tertentu, misalnya dengan ”komunitas pasien cuci darah”. Dalam kegiatan kontak sosial tersebut terjalin hubungan yang sinergis atau mutualisme. Komunitas tersebut dapat berkonsultasi tentang prosedur dan kebijakan yang menyangkut keberadaannya sebagai pasien cuci darah. Begitu pula dalam kesempatan tersebut seorang public relations dapat menerima masukan dari pasien dan dapat pula memberikan informasi penting yang sangat berguna bagi komunitas tersebut. Keadaan tersebut akan menciptakan kenyamanan dan menumbuhkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan organisasi yang diwakilinya.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan bapak
Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan:
80
“dalam melaksanakan tugasnya praktisi public relations selalu peduli dengan komunitas masyarakat, salah satunya dengan komunitas pasien cuci darah di RSAU, yaitu dengan mengadakan acara ceramah kesehatan, rekreasi bersama dll. Sangat terasa keakraban antara komunitas pasien cuci darah dengan organisasi yang diwakilinya.”17 Dari uraian diatas dapat digambarkan bahwa dalam upaya mendekatkan diri ke public, humas sudah berusaha berinteraksi dengan baik dengan komunitas pasien cucui darah dan sudah terjadi keakraban. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang mengatakan: “kita selalu mendukung kegiatan yang diadakan komunitas pasien cuci darah di RSAU, terakhir kali mengadakan rekreasi bersama di taman safari, Bandung, tapi bukan hanya itu, kita juga membina hubungan baik dengan komunitas lainnya seperti, komunitas purnawirawan AU dll”.18 Wawancara diatas menggambarkan bahwa pimpinan juga mendukung humas dalam upaya mendekatkan diri ke public sehingga berpengaruh dalam keberhasilan tugasnya. Dengan kenyamanan hubungan antara organisasi dengan komunitas masyarakat akan memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan kehidupan organisasi. Rasa puas dan nyaman yang dirasakan pasien akan membuat pasien semakin percaya dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan akan dapat membantu mempromosikan keberadaan rumah sakit dan pelayanannya yang baik dan memuaskan sehingga dapat menarik minat pasien lainnya untuk
17 18
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl 23-7-2015, jam.11-30 wib, di RSAU. Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U , Karumkit, tgl. 27-7-2015, jam.13.30 wib, di RSAU.
81
menggunakan jasa layanan di rumah sakit tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tn. Bambang Suratmo, selaku informan
yang mengatakan:
“ kita merasa puas dan nyaman dengan adanya kedekatan dengan pihak rumah sakit, sehingga kendala yang ada dalam proses pengobatan terselesaikan dengan baik , dan kita juga mendapat banyak informasi kesehatan yang sangat berguna bagi kita..”19 Dengan dilaksanakannya kegiatan community involvement dapat menumbuhkan kenyamanan dan rasa puas publiknya, dan akan membuat pasien semakin percaya dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga akan tergerak untuk
membantu mempromosikan keberadaan rumah sakit dan
pelayanannya dan dapat menarik minat pasien lainnya untuk menggunakan jasa layanan di rumah sakit tersebut. Hal tersebut akan membawa dampak yang positif bagi peningkatan citra dan kelangsungan kehidupan organisasi.
5.
Inform or image (memberitahukan atau meraih citra) Dalam penelitiannya penulis mendapatkan data bahwa humas sudah
berusaha memberikan informasi kepada public yang membutuhkannya, yaitu pasien dan keluarganya. Humas berusaha untuk selalu siap memberikan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasien maupun keluarganya. Bila tugas tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan mendapatkan respon yang positif dari pihak pasien dan keluarganya selaku pengguna jasa kesehatan, sehingga citra positif rumah sakit akan selalu terjaga bahkan mengalami kenaikan yang positif. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang mengatakan : 19
Hasil wawancara Tn. Bambang Suratmo, selaku informan , tgl 3-8-2015, jam.09.15 wib, di RSAU.
82
“ kita selalu berusaha agar pasien dan keluarganya nyaman dalam berobat, dan harus mendapat informasi yang cukup jelas. Anggota humas harus dapat memberikan info yang dibutuhkan secara jelas pada pasien dan keluarganya, sehingga pasien tidak bingung dan terasa nyaman dalam berobat..”20 Hasil wawancara dengan karumkit tersebut menggambarkan bahwa pihak rumah sakit /humas berusaha memberikan pelayanan yang baik, salah satunya dengan memberikan informasi yang cukup buat pasien.
Media untuk memberitahukan informasi kepada public.(RSAU 2013) 20
Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl. 27-7-2015, jam.13.30 wib, di RSAU.
83
Selain itu penulis juga mendapatkan bahwa masih ada citra yang kurang baik dari penilaian pasien. Pasien masih ada yang menilai bahwa pelayanan antrian dalam berobat di poli tidak tertib, yaitu masih banyaknya penyerobotan antrian berobat. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan Tn. Bambang Suratmo, selaku informan 2, yang mengatakan : “..masih banyak pasien yang nyelip antrian pemanggilan.. mungkin ia kenal dekat dengan petugasnya. Kadang terasa dongkol juga dihati..”21 Dari wawancara dengan tuan Bambang tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa masih ada ketidaknyamanan pasien yang timbul karena ketidaktertiban petugas, yang dapat mengganggu upaya humas dalam pendekatan ke public. Menghadapi permasalahan tersebut pihak public relations
RSAU berusaha
untuk membenahi keadaan tersebut dengan mengusulkan kepada karumkit agar menggunakan mesin otomatis dalam mencetak nomor antrian. Selain itu juga mengusulkan jalur antrian khusus untuk pejabat yang berobat. sesuai yang di sampaikan
Hal tersebut
oleh bapak Sutrisno, selaku kahumas yang
mengatakan: “..kita sering mendengar complain pasien tentang antrian pemanggilan yang tidak tertib. Dan kita sudah berkoordinasi dengan karumkit untuk menggunakan mesin antrian otomatis serta jalur khusus untuk para pejabat yang berobat..”22 Pernyataan tersebut merupakan gambaran nyata dari humas dalam mendengarkan permasalahan dan usaha humas dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
21
Hasil wawancara Tn. Bambang Suratmo, selaku informan , tgl 3-8-2015, jam.09.15 wib, di RSAU. 22 Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl 23-7-2015, jam.11-30 wib, di RSAU.
84
Foto pasien yang antri menggunakan mesin antrian. (Dok RSAU 2014) Contoh upaya humas dalam mengatasi complain antrian.
Dengan langkah tersebut dan pemberian informasi yang jelas tentang proses pengobatan dan kebijakan rumah sakit akan memberikan rasa nyaman pada pasien dan keluarganya. Pasien adalah orang yang lagi sakit, yang biasanya maempunyai psikologis yang cukup sensitive. Ketidakjelasan informasi yang ada dirumah sakit akan membuat pasien merasa resah dan bingung. Bila hal ini berlangsung terus dan tidak segera diperbaiki , maka pasti akan menimbulkan
85
rasa ketidaknyamanan dan membuat pasien tidak mau balik lagi untuk menggunakan layanan kesehatan dirumah sakit. Dan sebaliknya, bila public selalu mendapatkan informasi yang cukup, sesuai dengan yang dibutuhkan-nya, maka akan memberikan respon positif dan dapat menaikkan citra rumah sakit, dan pasti pasien akan selalu menggunakan jasa layanan kesehatan tersebut dan tidak akan berpindah ke lain hati. Dan diharapkan jumlah pasien yang berobat semakin lama akan semakin bertambah jumlahnya. 6.
Social Responsibillity (tanggung jawab sosial) Saat ini banyak perusahaan yang menjadikan kegiatan social sebagai
aktivitas yang harus dilakukannya, seperti peduli banjir, memberikan beasiswa, santunan anak yatim, pengobatan gratis dll. Dalam penggalian data tentang Social Responsibillity di RSAU, penulis mendapatkan data bahwa rasa tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat telah diwujudkan, yaitu dalam bentuk bakti sosial atau pengobatan masal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dr. Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang mengatakan: “Dalam setahunnya kita mengadakan tiga kali event pengobatan masal, waktunya yaitu pada bulan maret, saat menjelang hari jadi /HUT TNI AU, saat pada bulan juni menjelang hari bakti TNI AU, serta pada bulan September menjelang HUT TNI.”23 Pendapat senada juga di sampaikan bapak Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan:
23
Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015, jam 13-30 wib, di RSAU. .
86
“ sebagai rumah sakit Laknis (pelaksana teknis) dibawah Diskes Mabes AU, kita selalu mendukung kegiatan bakti social yang diprogramkan mabes AU, biasanya dilaksanakan tiga kali dalam setahun.” 24 Dari wawancara tersebut dapat interpretasikan bahwa RSAU juga melaksanakan tanggung jawab sosial dengan cara mengadakan bakti sosial berupa pengobatan masal ditengah masyarakat. Setelah menggali lebih jauh didapatkan data bahwa kegiatan pengobatan masal yang diprogramkan tersebut, dilaksanakan dilaksanakan didaerah yang sangat jauh dari lokasi rumah sakit, bahkan bisa di luar propinsi, diseluruh wilayah Indonesia. Seperti yang diungkapkan dokter Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang mengatakan: “ sebagai rumah sakit Laknis dibawah Diskes AU, kita mendukung kegiatan bakti sosial berupa pengobatan masal, tetapi pelaksanaannya Diskes AU yang menentukannya. Tiga kali kegiatan yang terakhir dilaksanakan di daerah Jogjakarta, Nusa tenggara Timur dan Biak yang berada di propinsi Papua.25 Bapak Sutrisno selaku kahumas juga menambahkan bahwa: “ rumah sakit kita rasanya belum pernah mengadakan baksos pengobatan masal di sekitar rumah sakit, tapi selalu ditempat yang jauh.. karena lokasi pelaksanaannya ditentukan oleh Diskes Mabes AU.”26 Dari hasil wawancara dengan karumkit dan kahumas tersebut, dapat di interpretasikan bahwa program bakti social sudah dilaksanakan, tetapi ada intervensi dari induk organisasi yaitu Diskesau. Hal ini dapat menyebabkan kegiatan tidak sesuai rencana, karena baksos tidak dilaksanakan disekitar rumah sakit tetapi dilaksanakan ditempat yang jauh lokasinya.
24
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl 23-7-2015, jam.11-30 wib, di RSAU. Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015, jam 13-30 wib, di RSAU. 26 Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl 23-7-2015, jam.11-30 wib, di RSAU. 25
87
Hal tersebut membuat respon positif ditempat pengobatan masal dilaksanakan, tetapi karena lokasinya yang sangat jauh dari RSAU sehingga kegiatan tersebut tidak memberikan efek positif sesuai yang diharapkan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Tn. Bambang Suratmo, selaku informan 2 yang mengatakan: “ ..rumahku tidak jauh dari rumah sakit Angkatan udara, tetapi belum pernah aku melihat kegiatan baksos pengobatan masal ataupun kegiatan lain yang dilaksanakan untuk masyarakat didaerah sekitar sini..”27 Ungkapan dari informan tersebut menggambarkan bahwa upaya tanggung jawab social pada masyarakat belum menyentuh hasilnya, karena masyarakat sekitar masih belum merasakannya.
27
Hasil Wawancara Tn. Bambang Suratmo, selaku informan , tgl 3-8-2015, jam.09.15 wib, di RSAU. Foto Pengobatan masal yang dilakukan RSAU dr.Esnawan Antariksa di
Jogjakarta. (Dok RSAU 2013)
88
Seorang public relations dalam membuat program strategi, sebisa mungkin dapat dilaksanakan, agar apa yang menjadi tujuannya dapat dicapai. Tanggung jawab social dalam membantu masyarakat sebaiknya dapat dilaksanakan di lokasi yang dekat dengan keberadaan rumah sakit, sehingga masyarakat bisa tahu keberadaan rumah sakit tersebut dan bisa menilai peranan rumah sakit dalam membantu masyarakat dan dapat menimbulkan citra yang positif bagi rumah sakit.
7.
Lobbying And Negotiations Dalam wawancara yang lebih mendalam dengan kahumas, penulis
mendapatkan data, bahwa selain melaksanakan enam program strategi tersebut, staf humas juga sudah melaksanakan
lobbying and negotiations. Hal tersebut
dilakukan karena memang sesuai dengan situasi dan kebutuhan di lapangan, walau kadang masih banyak kendalanya. Salah satu contohnya adalah mengadapi permasalahan atau complain dari para pasien dan keluarganya, yang merasa tidak puas dengan prosedur maupun pelayanan yang diterimanya. Selain melakukan lobi dalam masalah perorangan, PR RSAU juga melakukan lobi-lobi kepada institusi untuk menjalin kerjasama dalam pemeriksaan maupun pelayanan kesehatan. Pihak rumah sakit akan berusaha melobi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi disampaikan
sebaik mungkin. Hal tersebut seperti yang
Kolonel kes dr. Didik Kestito, SpU, selaku karumkit yang
mengatakan : ”..namanya pelayanan, ya… kadang kita dapat komplinan dari pasien yang merasa tidak puas. Kita selalu berusaha menyelesaikan dan melobi sehingga
89
masalah dapat tuntas. Kita juga melobi perusahaan/institusi untuk mau bekerja sama dengan kita..”28 Pendapat senada dikemukakan oleh bapak Sutrisno, selaku kahumas yang mengatakan : “..kita sering dapat complain dari pasien maupun keluarganya, tapi dengan pendekatan dan lobi..,Alhamdulillah dapat kita selesaikan dengan baik. Kita juga intensif lobi dengan perusahaan untuk kerjasama. Yang sudah berhasil yaitu Perusahaan Garuda, PT KAI, pasien BPJS dll. Saat ini kita berusaha melobi otoritas Bandara Halim Perdanakusuma untuk menjalin kerjasama dalam pelayanan kesehatan..”29 Dari hasil wawancara dengan karumkit dan kahumas tersebut, dapat digambarkan bahwa humas sudah melakukan kegiatan lobi dan negosiasi, baik pada perseorangan maupun instansi/lembaga, demi lebih menjamin kelangsungan organisasi.
Foto penandatanganan perjanjian dengan PT Garuda yang di wakili Kadiskesau, dalam pelayanan pengobatan karyawan di RSAU dr.Esnawan Antariksa. (Dok RSAU 2013)
28
Hasil wawancara Kolonel Kes dr. Didik Kestito, Sp U, Karumkit, tgl 27-7-2015, jam 13-30 wib, di RSAU. 29 Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl 23-7-2015, jam.11-30 wib, di RSAU.
90
Rumah sakit selaku lembaga penyedia jasa layanan kesehatan akan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik buat pasiennya. Tapi dalam pemberian pelayanan
di lapangan kadang masih terjadi kekurangan yang
membuat pasien tidak puas dan melakukan kritikan atau complain. Staf humas RSAU sudah berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan selalu berkoordinasi dengan pimpinan rumah sakit untuk dibahas penyelesaiannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak Sutrisno, dikoordinasikan dengan pihak pimpinan. Selain itu, lokasi rumah sakit yang berada di dalam pangkalan udara halim perdanakusuma juga menjadikan masalah tersendiri. Pihak rumah sakit berusaha memberi pelayanan yang nyaman pada pasien dan keluarganya, tapi saat menuju rumah sakit, pasien harus melewati pintu gerbang penjagaan lanud halim. Pasien maupun keluarganya akan mengalami pemeriksaan identitas dan pertanyaan sesuai prosedur pengamanan di pangkalan. Hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman pada diri pasien, apalagi petugas penjagaan kadang bertanya dengan nada yang ketus dan wajah yang kurang ramah selaku kahumas yang mengatakan; “ sebagai penyedia jasa layanan kesehatan, kita sudah sering menghadapai masalah atau complain dari pasien dan keluarganya. Kita berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik, dan selalu berkoordinasi dengan karumkit untuk dibahas proses penyelesaian dan tindakan selanjutnya..”30
30
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl.23-7-2015, jam.11.10 wib, di RSAU.
91
Dari hasil wawancara dengan kahumas, dapat diinterpretasikan bahwa humas sudah melakukan lobi dan negosiasi sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi dilapangan. Ketatnya penjagaan di pintu masuk menuju lokasi rumah sakit membuat pasien merasa kurang nyaman, sehingga bisa membuat pasien enggan untuk datang lagi ke RSAU. Bapak Budiman sebagai informan 1 mengatakan : “Saat pergi ke rumah sakit saya pernah ditanyai oleh petugas penjagaan Launud, bicaranya ketus dan wajahnya galak. Sebenarnya malas untuk kembali lagi kerumah sakit, tapi karena sudah cocok ya..saya abaikan saja..” 31 Pernyataan serupa juga disampaikan oleh bapak Bambang Suratmo selaku informan 2, yang mengatakan: ‘saya sudah langganan untuk berobat di RSAU, saat lewat penjagaan saya dilakukan pemeriksan identitas dan ditanyai mau kemana…pernah sekali atau dua kali penjaganya sopan dan ramah, tapi lebih sering ketemu penjaganya yang galak dan ketus.. kadang saya merasa malas…”32 Dari pernyataan Tn.Budiman dan Tn. Bambang tersebut menggambarkan bahwa adanya kendala dari pasien dalam masuk lokasi RSAU, dan membutuhkan peran humas dalam melakukan lobi dan negosiasi dalam menyelesaikannya. Dalam menyikapi keadaan
tersebut pihak humas RSAU
berusaha untuk
melakukan loby dan negosiasi kepada Danlanud serta Polisi militer Lanud Halim, agar lebih ramah dalam melakukan pemeriksaan masyarakat yang melintas masuk area pangkalan halim, terlebih bagi pasien yang berobat ke RSAU.
31 32
Hasil wawancara Tn. Budiman, selaku informan 1, tgl 30-7-2015, jam 14.00 wib di RSAU. Hasil Wawancara Tn. Bambang Suratmo, selaku informan 2, tgl 3-8-2015, jam 09.15 wib, di RSAU.
92
Hal tersebut seperti yang dikatakan bapak Sutrisno selaku kahumas yang mengatakan: ” cukup banyak keluhan dari pasien tentang petugas penjagaan yang kaku dan ketus dalam pemeriksaan, yang membuat rasa tidak nyaman, tapi kami sudah berusa loby pada Danlanud serta Polisi militer agar lebih ramah dalam bertugas, dan mereka menyetujuinya..”33 Dari wawancara dengan kahumas tersebut dapat diinterpretasikan bahwa humas telah
melakukan
lobi-lobi
pada
institusi
dalam
rangka
menyelasikan
permasalahan di RSAU.
Pemeriksaan pengunjung oleh Polisi Militer AU di pintu gerbang masuk ke Pangkalan Udara halim Perdanakusuma, termasuk RSAU dr.Esnawan Antariksa. (Dok RSAU 2014) Dalam menjalankan tugasnya seorang public relation dituntut mempunyai keterampilan loby dan negosiasi dengan pihak lain, untuk menyelesaikan masalah 33
Hasil wawancara Mayor kes Sutrisno, Kahumas, tgl.23-7-2015, jam.11.10 wib, di RSAU.
93
dalam rangka mendukung kelangsungan kehidupan organisasi.
Pihak humas
RSAU sudah melakukan loby dan negosiasi dengan public, baik perorangan atau lembaga lain untuk mencapai tujuannya. Setelah dilakukan lobi dan negosiasi akan terjadi perubahan sikap yang lebih baik dan ramah terhadap pengunjung ke rumah sakit. Kendala lainnya muncul karena setelah usaha tersebut berhasil, terkadang masih belum dilakukan proses pemantauan lebih lanjut, sehingga kadang masalah yang sama akan kembali berulang, terutama seiring dengan terjadinya pergantian pimpinan. Dengan terjalinnya hubungan yang baik antara rumah sakit dan publiknya diharapkan mampu meningkat kepercayaan dan simpati masyarakat sehingga dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit. Dengan kunjungan pasien yang lebih meningkat dapat lebih mendukung kelangsungan organisasi rumah sakit, dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari gambaran diatas tentang situasi dan kondisi RSAU dr. Esnawan Antariksa serta kinerja humas dalam usaha meningkatkan kunjungan pasien, penulis mendapatkan data sebagai berikut, bahwa motivasi pimpinan pada anggota yang kuat, sehingga anggota
selalu berusaha menyelasaikan
pekerjaannya dengan baik, Insentif bagi anggota dalam melaksanakan pekerjaannya, hubungan yang baik antara pimpinan dengan anggota dalam melaksanakan pekerjaannya, serta sarana prasarana rumah sakit yang lengkap, merupakan unsur yang menjadi kekuatan (strength) bagi praktisi public realtions dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan pasien.
94
Selanjutnya jumlah personil yang masih kurang serta skill yang belum sesuai kebutuhan, kurangnya informasi pasien tentang rumah sakit, sarana prasarana dan prosedur berobat, serta kurangnya dukungan dana/ anggaran dalam melaksanakan program humas, merupakan aspek dari kelemahan (weaknes) dalam usaha meningkatkan jumlah kunjungan pasien di RSAU.. Adapun jumlah populasi yang cukup padat di sekitar RSAU dr. Esnawan serta digulirkannya program BPJS yang berdampak pada masyarakat sekitar yang bebas berobat di RSAU, merupakan factor keuntungan (opportunity) dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan pasien. Selain itu terdapat ancaman (threat) dalam meningkatkan jumlah kunjungan pasien di RSAU, yang harus bisa diatasi yaitu adanya keraguan sikap pasien dalam menentukan tempat untuk berobat, serta adanya persaingan antar rumah sakit dalam usaha menarik pasien untuk datang berobat ditempatnya.
4.3.
PEMBAHASAN Pada hasil penelitian
dilapangan, setelah melakukan observasi dan
wawancara dengan key informan dan informan, penulis menemukan bahwa program strategi public relations yang telah direncanakan oleh praktisi public relations, sudah sebagian besar yang dilaksanakan, tetapi dalam pelaksanaanya masih banyak kekurangan dan belum sesuai dengan teknis dan perencanaan yang telah ditetapkan, sehingga keberhasilan dari program strategi public relations tersebut masih belum sesuai harapan.
Hal ini dapat dilihat pada
jawaban-jawaban yang berkesinambungan yang di dapat antara key informan dan
95
informan. Masih banyak kendala yang dihadapi, yaitu masalah sumber daya manusia, anggaran, dan intervensi dari instansi diatasnya, yaitu Diskes Mabesau. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program strategi public relations seperti yang telah direncanakan sebelumnya, dan mempengaruhi pula terhadap tercapainya tujuan yang telah dicanangkan. Hal tersebut sesuai dengan Ehsan Khodarani yang mengatakan bahwa Strategi Public Relations membutuhkan pemikir strategis untuk mendorong keberhasilan organisasi, pemikir strategis melahirkan rencana. Namun, tidak selalu bisa menjamin rencana sukses, tetapi mereka semakin meningkatkan kesempatan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam penelitian lebih lanjut, penulis melihat bahwa program strategi public relations yang di buat oleh praktisi public relations di RSAU dr. Esnawan Antariksa, ada yang sudah berjalan dan sering dilaksanakan , tetapi ada juga yang jarang dilaksanakan. Program strategi public relations yang sering di lakukan di RSAU dr.Esnawan Antariksa adalah kegiatan publikasi, walaupun masih ada kendala dalam pelaksanaannya. Bila ada kegiatan yang menonjol atau informasi yang penting, prakatisi PR dengan cepat membuat tulisan/artikel untuk di tempel di papan pengumuman atau majalah dinding rumah sakit, membuat leafleat untuk ditaruh ditempat humas/ front desk pendaftaran, selain itu juga mendatangkan pers/wartawan untuk meliput kegiatan tersebut, dan dimuat dalam Koran Sindo ataupun majalah Angkasa. Sehingga diharapkan kegiatan atau informasi tersebut dapat segera terpublikasi kepada masyarakat dan menimbulkan dampak yang
96
positif. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik karena pihak Publik Relations RSAU yang didukung Karumkit sudah bekerja sama dengan pers/wartawan Koran Sindo maupun majalah Angkasa dengan baik, dan tidak membutuhkan anggaran yang cukup besar. Sedangkan publikasi yang menggunakan bulletin juga sudah berjalan, tetapi masih banyak menemui kendala sehingga belum terlaksana sesuai program yang telah dilaksanakan, yaitu sering molor waktunya dan tidak banyak dalam jumlah penerbitannya. Kendala terbesar dalam pembuatan bulletin rumah sakit yaitu pada kurangnya sumber daya manusia public relations dalam mengelola bulletin dan terbatasnya anggaran dalam proses penerbitannya. Penjelasan tersebut sesuai dengan Firsan Nova yang dikutip dari Teori Ruslan yang
mengatakan bahwa
fungsi dan tugas Public Relations yaitu
menyelenggarakan publikasi atau menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh publik. Dalam hal ini, tugas Public Relations adalah menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers/wartawan dengan tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya. Sedangkan program strategi public relations yang jarang dilakukan adalah kegiatan menciptakan event. Di RSAU dr.Esnawan Antariksa, Event yang sudah dirancang berupa calendar event, special event dan moment event. Dalam calendar event, kegiatan yang dilaksanakan adalah saat merayakan hari ulang tahun rumah sakit, dan dalam special event kegiatan yang dilaksanakan adalah
97
peresmian poliklinik geriyatri, sedang untuk moment event kegiatan yang direncanakan adalah pesta perak dari rumah sakit. Dalam pelaksanaannya dilapangan, ada sebagian yang sudah dilaksanakan yaitu HUT rumah sakit dan peresmian poliklinik geriyatri, tapi dalam pelaksanaannya masih tidak sesuai dengan perencanaan, yaitu hanya mengundang sebagian anggota rumah sakit saja, tetapi justru tidak mengundang atau melibatkan perwakilan masyarakat sekitar/tokoh masyarakat, sehingga tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, yaitu ingin mendekatan diri ke publik masih belum bisa tercapai. Hal tersebut terjadi karena kurangnya anggaran yang akan digunakan untuk mendukung acara tersebut. Dengan anggaran yang terbatas, menyebabkan tidak bisa mengundang banyak orang, oleh karena itu hanya anggota rumah sakit saja yang diundang, dan acaranya juga cukup sederhana. Dengan adanya kendala tersebut, praktisi PR akan berusaha mengatasi dengan berkoordinasi dengan pimpinan agar untuk acara selanjutnya dibantu dengan anggaran yang mencukupi sehingga acara dapat terlaksana sesuai rencana. Dan praktisi PR akan menciptakan event-event yang lainnya yang dapat mendekatkan diri ke public, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Uraian tersebut diatas sesuai dengan Firsan Nova yang mengatakan bahwa praktisi public relations harus merancang sebuah even yang bertujuan untuk memperkenalkan produk dan layanan perusahaan, mendekatkan diri ke publik dan lebih jauh lagi dapat mempengaruhi opini publik. Even tersebut antara lain Calendar event, Special event dan Moment event .
98
Dari pembahasan strategi public relations yang telah dilaksanakan di RSAU dr.Esnawan Antariksa dapat digambarkan bahwa program strategi public relations sudah sebagian besar dilaksanakan, akan tetapi pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai dengan perencanaan. Hal tersebut berdampak pada tujuan yang ingin
dicapai tidak sesuai harapan.
Praktisi public relations RSAU harus
melakukan evaluasi kegiatan dan perbaikan perencanaan kegiatan, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai harapan.