BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Selayang Pandang MTs An-Nahdlah Layang Makassar
a. Latar Belakang Berdirinya
Sejarah berdiri dan perkembangan MTs An-Nahdlah Layang Makassar tidak bisa dilepaskan dari
sejarah berdiri dan perkembangan Pondok Pesantren An-Nahdlah
Makassar yang merupakan induk semangnya. Pesantren ini berdiri bermula dari sebuah kelompok pengajian yang diasuh oleh K.H. Muh. Harisah AS., pengajian ini kemudian diberi nama dengan “As}h}a>b al-Kahfi”. Pengajian ini dilaksanakan dengan sistem halaqah, yakni pengajian kitab, terutama kitab kuning yang dilaksanakan dengan cara sang kiai duduk bersila dan santri duduk melingkar di hadapan kiai. Awal mulanya pengajian ini dilakukan sejak tanggal 20 September 1982 di kediaman KH. Muh. Harisah AS., di jalan Tinumbu Lr. 149 No. 6A Kec. Bontoalla Makassar. Pengajian As}h}a>b al-Kahfi dalam perjalanan perkembangannya berubah dua kali yakni Majlis Ta’lim As-Syafi‘iyah dan kemudian akhirnya pada tanggal 4 Januari 1985 dirubah namanya menjadi “An-Nahdlah” yang berarti “kebangkitan” atas restu dari Gurutta al-‘Alla>mah Na>s}ir al-Sunnah KH. Muhammad Nur. Kemudian, pada tanggal 20 Juni 1986 Majlis Ta’lim An-Nahdlah membuka pendidikan formal, yakni madrasah tsanawiyah
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net78
yang dibuka pada saat pengajian umum di Masjid Quba Layang.
b. Visi dan Misi
Maksud dan tujuan berdirinya pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar sebagaimana tercantum dalam akta pendiriannya, yaitu ingin turut serta membantu pemerintah dalam uaya mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama di Kota Makassar, khususnya dalam bidang keagamaan, yakni ajaran agama Islam yang berhaluan Ahl al-Sunnah wa al-Jama>‘ah yang menjadi salah satu ciri khas warga Nahd}iyyi>n dalam melestarikan ajaran salaf al-s}a>lih dengan budaya kitab kuningnya.
Santri-santri yang berasal dari luar Kota Makassar atau dari luar Sulawesi Selatan mereka hanya kontrak kamar atau rumah-rumah penduduk yang ada di sekitarnya. Menurut sang pengasuh, KH. Drs. Muh. Harisah AS., justru keadaan semacam inilah yang menjadi salah satu ciri khusus dan kelebihan pesantren An-Nahdlah Makassar karena dengan demikian santri bisa berinteraksi sosial langsung dengan masyarakat sekitar. Hal ini terbukti dengan terlibatnya para santri dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan tradisi yang ada dalam masyarakat sekitar seperti kegiatan pengajian majlis ta‘li>m, kegiatan pembacaan surat yasin, pembacaan tahli>l, ta‘ziyyah ataupun al-barzanji.
Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar sejak awal berdirinya, selain ingin memberikan bekal kepada santrinya ilmu-ilmu pendidikan formal, akan tetapi lebih mengutamakan pendalaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran-ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari melalui kajian kitab-kitab klasik (kitab kuning). Salah satu kitab yang menjadi ruh dan sekaligus wiri>dan pesantren ini adalah kitab Ta’li>m al-Muta‘allim, bahkan kitab ini atas inisiatif pengasuh dijadikan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di kelas dengan tujuan untuk membentuk prilaku yang berakhlak mulia, baik dalam proses pendidikan maupun pasca pendidikan di pesantren ini.
Secara formal, kegiatan santri lebih fokus pada aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Kurikulum yang digunakan mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Agama dengan cara mensinergikan keduanya serta tambahan dari kurikulum lokal pesantren.
KH. Muh. Harisah AS, sebagaimana dikutip oleh Akramun Nisa, menjelaskan bahwa pesantren An-Nahdlah Makassar didirikan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendalami ajaran agama, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Untuk mendidik dan mempersiapkan kader pemimpin umat yang siap pakai di tengah-tengah masyarakat. 3. Untuk membina santri agar memiliki wawasan luas, hidup mandiri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. 4. Untuk membina santri agar memiliki keahlian dan keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang. 5. Untuk mewujudkan ukhu>wah al-Isla>miyah, ukhu>wah basyariyah dan ukhu>wah wat}a>niyah dalam lingkungan pesantren dan masyarakat sekitarnya. Poin-poin tujuan pendirian Pesantren An-Nahdlah di atas, mengandung nilai dan
cita-cita luhur, yakni untuk mendidik dan membina santri agar memiliki pengetahuan agama yang cukup dan wawasan umum yang luas, ahli dan terampil dalam berbagai bidang, hidup mandiri, bermanfaat dan pencipta kedamaian dalam masyarakat yang dilandasi dengan sikap akhla>q al-kari>mah. Tujuan yang dimiliki pesantren ini hampir sama dengan tujuan pesantren lain pada umumnya, yaitu membentuk kepribadian muslim yang memiliki pemahaman terhadap ajaran Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, agama, masyarkat, dan negara.
Tujuan mulya pesantren ini senantiasa disampaikan oleh pengasuh, baik secara langsung melalui forum-forum pengajian, penamatan akhir tahun santri, atau melalui media pamlet dan pesan yang tertulis dalam foto-foto beliau yang dimiliki oleh para santri dan alumni.
c. Keadaan Guru dan Pegawai
Keadaan guru dan pegawai yang mengabdikan diri di MTs An-Nahdlah Layang Makassar cukup baik dan representatif, baik dari sisi kualitas kualifikasi pendidikan maupun kwantitas jumlah personalnya. Keadaan ini dapat dilihat dari kualifikasi tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh masing-masing guru dan pegawai tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari dokumen maupun informan yang relevan bahwa guru dan pegawai yang mengabdikan diri di MTs An-Nahdlah Layang Makassar dapat diklasifikasikan menurut jenjang pendidikan, dan keadaan personalia sebagai berikut:
Tabel 4.1 Keadaan Guru dan Pegawai MTs An-Nahdlah Layang Makassar berdasarkan Jenjang Pendidikaan.
No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
01
Strata 2
6 Orang
UIN 3 Orang, UNM 1 Orang, dan UMI 2 Orang
02
Strata 1
22 Orang
UIN 12 Orang, UNM 3 Orang, UNHAS 2 Orang, IKIP 2 orang, Al-Azhar kairo 3 Orang.
03
Diploma 3
1 Orang
04
Diploma 1
1 Orang
03
SMA/MA
3 Orang
Keterangan
UMI 1 Orang
STMIK Dipanegara 1 Orang
2 MA An-Nahdlah dan 1 SMA Negeri 1
Tabel 4.2 Keadaan Guru dan Pegawai MTs An-Nahdlah Layang Makassar Tahun Pelajaran 2010/2011. No
Nama
L/ P
Pendidikan Terakhir PT/ Fak. S1, IAIN Alauddin, Adab Sastra Arab
01
Drs. KH. Muh. Harisah.AS
L
02
Najihah, S.Ag
P
S1, IAIN Alauddin/FS
03
Mustamin, S.Pd. MA
L
S2, UMI/ Manj. Pendidikan
04
Drs. Ahmad HS
L
S1, IKIP/Bahasa dan Sastra
Jabatan Pimpinan Umum Kepala Madrash Pimpinan III/ Guru Ka.Staf Kesiswaa n/ Guru
Mulai Tgs
Ket.
1986
Pendiri
2001
Alumni/Honor
1993
Alumni/Honor
1986
Honor
05
Drs. H. Rasidin
L
S1, IAIN Alauddin/Adab
Guru
1993
Honor
06
M. Takbir Muhayang
L
MA/Keagamaan
Staf TU/ Guru
1993
Alumni/Honor
07
Bustaman Arsyad, SS.
L
S2. UIN/PQH
Guru
1999
Alumni/ Honor
08
Abdullah, S. Ag
L
Guru
2003
Honor
09
St. Rohani Hamid, S.Ag
P
Guru
1997
Honor
10
Muh. Iqbal, S. Pd.I
Guru
2006
Alumni/Honor
Guru
2002
Alumni/Honor
Guru
2002
Alumni/Honor
S1, IAIN Alauddin/BSA S1, IAIN Alauddin, PBI S1, IAIN Alauddin, PBI S2, UMI/Menej. Pendidikan S2, UIN Alauddin /PAI
16
Khaerun Nisa, S.Pd.I, MA. Akramun Nisa, M.Pd.I Gunawati Mahmud, S. Pd.I Suardi, S.Pd.I Abd. Majid Abdullah, S.Pd.I M. A. Arsyad, SH.
17
Musdalifah, S.Ag
P
18
Nikmawati Thahir, S.Ag
P
19
Juriati, S.Pd
20
St. Zainab, SP.
P
S1, UNM/Bahasa Indonesia S1, UNHAS
21
Mardiana, S.Pd.I, SS.
P
S1, UNM/ F.MIPA
Guru
2006
Honor
P
2009
Honor
2007
Honor
Muh. Ramli, S.Pd.I
L
2007
Alumni/Honor
26
Muh. Syukri, S.Pd.I
L
Guru Guru/Ka. Kepeg Guru Guru/ Staf HR Guru/ Staf adm
Alumni/Honor
25
2007
Alumni/Honor
27
Yusriah, A.Md
P
S1, IAIN Alauddin S2, UMI/Menej. Pendidikan. D 3, UMI/ F. Tarb. S1, UIN Alauddin/PBA S1, UIN Alauddin/PAI S1. UIN Alauddin/PBA
1999
24
Dra. Hj. Mulaiti HS Hajaratul Aswad, S.Pd.I Ma’ruf, A.Md
Guru
2007
Honor
28
Abdul Latif, S.Pd.I
L
Guru/ Staf lab
2009
Alumni/Honor
29
Buhari M., S.Pd.I
P
Guru
2009
Alumni/Honor
30
Masrurah, S.Pd.
P
Guru
2009
Alumni/Honor
11 12 13 14 15
22 23
P P P
S1 UNM/IPSEkonomi
Guru
2000
Honor
L
UIN Alauddin/PAI
2008
Honor
L
UIM/FPAI
1989
Honor
L
S1, UMI/F. Hukum S1, IAIN Alauddin/PAI S1, IAIN Alauddin
Guru Wakama d/ Guru Guru
2005
Guru
1996
Honor Alumni/ Honor
Guru
1997
Alumni/Honor
Guru
2007
Honor
Guru
2001
Alumni/Honor
P
P L
S1, UIN Alauddin/PBI S1, UIN Mksr/Tarbiyah STAIN Bone/Tarbiyah
31
H. Badruzzaman, LC.
L
32 33 34
H. Ilham Kamil, LC. Nurul Inayah, S.Pd Yusuf
L P L
S1, Al-Azhar Mesir, F.Syari’ah S1, Al-Azhar Mesir UNM/FK MA/Agama
Guru
2010
Alumni/Honor
Guru Guru Satpam
2010 2010 2007
Alumni/Honor Alumn/Honor Alumni/Honor
Guru dan pegawai yang mengabdi di MTs An-Nahdlah Layang Makassar hampir 67% adalah alumni dari pesantren ini. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi eksistensi keberlangsungan proses pembelajaran, bahkan kedepan sang pengasuh menghendaki bahwa semua yang mengajar adalah alumni pesantren yang juga memiliki kualifikasi keilmuan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, artinya selain alumni pesantren, juga alumni sekolah tinggi yang sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan. Keinginan ini sedikit demi sedikit sudah mulai dilakukan, terbukti dengan usaha pesantren mengarahkan alumninya untuk meneruskan jenjang pendidikan tidak hanya pada fakultas-fakultas keagamaan, tapi juga pada fakultas-fakultas umum, seperti ilmu sosial, dan eksakta. Keinginan sang pengasuh ini didasari oleh niat agar para guru dan pegawai dalam mengabdikan dirinya lebih didominasi oleh rasa pengabdian dan perjuangan terhadap almamaternya. Hal ini sering dipesankan oleh sang pengasuh dalam forum-forum musyawarah dan pertemuan yang diadakan oleh pesantren maupun oleh pihak madrasah. Bahkan ditekankan dengan pesan beliau yang berbunyi, “Jangan semata-mata mencari kehidupan di pesantren, tapi bagaimana kita bisa menghidupkan pesantren”. Salah satu syarat yang harus dimiliki oleh para guru disini adalah keikhlasan dan kesabaran, hal ini seperti yang disampaikan oleh Abdul Kadir Kasse, salah satu guru yang mengabdi sejak berdirinya MTs An-Nahdlah Layang Makassar, berikut ini: Sarat mutlak usta>z}-usta>z}ah disini itu dia harus memiliki rasa keikhlasan dan kesabaran yang tinggi, karena apabila mencari finansial maka mereka tidak akan mampu bertahan. pernah terjadi sebuah kasus seorang guru yang mengajar salah satu pelajaran umum, yakni fisika, kebetulan ia guru baru yang menggantikan guru lama yang karena sesuatu hal tidak bisa mengajar tetap lagi, pada akhir bulan setelah tanda
tangan, ia tidak kembali lagi, bahkan tidak konfirmasi, mungkin ini karena kaget dengan nilai nominal bisya>rah-nya. Rasa Ikhlas dan kesabaran ini dikarenakan, pertama nilai nominal yang didapat dan kedua, keadaan kelas yang sempit dengan banyaknya jumlah siswa. Penekanan akan pentingnya keikhlasan dan kesabaran dalam pengabdian di Pesantren An-Nahdlah ini terlihat dalam motto yang tertera dalam setiap photo khusus sang pengasuh yang dipasang di setiap kantor yang ada di pesantren ini, selain itu juga buku-buku tentang sang pengasuh yang hampir dimiliki oleh setiap santri dan alumni. Pesan khusus sang pengasuh tersebut adalah “Degaga tau napakkasi Appalao Ridecengnge” yang berarti tidak ada orang yang jatuh miskin karena berbuat kebaikan. Falsafah di atas menunjukkan ketegasan akan pentingnya pengabdian yang disertai keikhlasan bagi para guru yang mengajar di lembaga pendidikan yang ada di Pesantren An-Nahdlah. d. Keadaan Peserta Didik Peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar berdasarkan data yang didapat oleh penulis cukup banyak, hal ini bisa dilihat dari jumlahnya. Data ini menunjukkan bahwa eksistensi MTs An-Nahdlah Layang Makassar masih sangat baik bagi masyarakat sekitar. Adapun keadaan peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar bisa dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4. 3 Keadaan Peserta Didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar Tahun Pelajaran 2010/2011. Siswa
No
Nama Kelas
Putra
Putri
01
VII A
02
11
VII B
03
VII C
Jumlah
Wali Kelas
14
25
Ma’ruf, A.Md
15
17
32
Hajaratul Aswadi, S.Pd.I
14
9
23
Muh. Iqbal, S.Pd.I
04
VIII A
12
12
24
Muh. Ramli, S.Pd.I
05
VIII B
14
10
24
Buhari Muslim, S.Pd
06
VIII C
13
10
23
Hj. Ni’mawati Thahir, S.Ag
07
VIII D
14
7
21
Takbir Muhayyang
08
IX A
13
13
26
Dra. Hj. Muliati. HS.
09
IX B
13
15
28
Khairun Nisa, S.Pd.I., M>.A.
10
IX C
14
12
26
Bustaman Arsyad, S.S.
133
119
Jumlah
Total Siswa 252
e. Keadaan Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang sangat menunjang terhadap proses belajar mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan. MTs An-Nahdlah Layang Makassar yang berada di lingkungan pesantren memiliki fasilitas otonom selain juga memiliki fasilitas yang dapat dipakai secara bersama-sama oleh lembaga lain yang ada di bawah naungan Pesantren An-Nahdlah Layang Makassar. Adapun sarana-sarana tersebut adalah seerti yang terdapat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4. 4 Keadaan Sarana Prasarana MTs An-Nahdlah Layang Makassar No
Nama Barang
Jumlah Unit
Keadaan
1
Ruang Kelas
10 Unit
Baik
2
Laboratorium IPA
1 unit
Baik
3
Laboratoium Komputer
1 unit
Baik
4
Perpustakaan
1 unit
Baik
5
WC/Kamar Kecil
4 unit
Baik
6
Kantor Kepala
1 unit
Baik
7
Kantor Staf TU
1 unit
Baik
8
Kantor Guru
1 unit
Baik
9
Ruang Osis
1 unit
Baik
10
Televisi Pendidikan
1 Unit
Baik
11
Peralatan Ketrampilan
1 Perangkat
Baik
12
Peralatan olahraga
1 perangkat
Baik
13
Mesin Photo copy
2 unit
Baik
14
Mesin Cuci
2 unit
Baik
15
Mesin Steam
1 unit
Baik
Peneliti menganggap bahwa keadaan sarana dan prasarana yang ada di MTs An-Nahdlah Layang Makassar yang telah disebutkan di atas sudah sangat representatif untuk mendukung suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga diharapkan hasil pembelajaran yang dihasilkan akan lebih baik. 2. Nilai-nilai Keagamaan dalam Materi Pembelajaran SKI di MTs An-Nahdlah Layang Makassar
Penulis sebelum mendeskripsikan tentang nilai-nilai keagamaan yang terdapat dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, terlebih dahulu menjelaskan tentang gambaran awal tahapan proses pembelajaran SKI di MTs An-Nahdlah Layang Makassar. MTs An-Nahdlah Layang Makassar sebagai salah satu lembaga pendidikan formal setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama yang berada di bawah garis koordinasi pada Kementrian Agama Republik Indonesia memiliki kewajiban untuk melaksankan kegiatan
pembelajaran yang menjadi ciri kekhasan madrasah. Salah satu mata pelajaran yang menjadi ciri kekhasan tersebut adalah Sejarah Kebudayaan Islam. Peneliti pada praobservasi mendapat informasi bahwa pembelajaran SKI di MTs An-Nahdlah Layang Makassar diampu oleh tiga orang guru,tetapi setelah peneliti mengkonfirmasi lebih lanjut dengan kepala sekolah bahwa 2 tahun ajaran terakhir ini, tepatnya tahun ajaran 2009/2010 dan tahun ajaran 2010/2011 hanya diampu oleh dua orang guru, yakni Ibu Hj. Dra. Muliati HS dan Ibu Hajaratul Aswad, S.Pd.I. Pembelajaran SKI dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di MTs An-Nahdlah Layang Makassar dalam setiap minggunya pada setiap kelas, dari kelas VII sampai dengan kelas IX hanya memiliki porsi 2 jam pelajaran dengan durasi waktu masing-masing perjam 40 menit. Nilai-nilai keagamaan yang terdapat dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada MTs An-Nahdlah Layang Makassar tidak terlepas dari materi yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran ini dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun berdasarkan Silabus Kurikulum Standar Isi Madrasah Tsanawiyah tahun 2008 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementrian Agama Republik Indonesia. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs An-Nahdlah adalah hasil rapat evaluasi dan rencana pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap awal tahun mulai pembelajaran oleh pihak madrasah yang diikuti oleh semua guru mata pelajaran. Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru Sejarah Kebudayaan Islam selain mengacu pada materi yang ada pada Standar Isi Kurikulum Madrasah Tsanawiyah yang telah ditetapkan, juga memasukkan materi yang berkaitan dengan nilai-nilai tradisi dan
budaya Islam lokal yang cukup kental ada di wilayah Sulawesi Selatan ini. Nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam Pembelajaran SKI pada MTs An-Nahdlah Layang Makassar akan diuraikan berdasarkan urutan Kompetensi Dasar (KD) materi pembelajaran yang ada pada Rencana pelaksanaan Pengajaran (RPP) Guru SKI berdasarkan jenjang kelas, yakni dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Adapun nilai-nilai keagamaan tersebut merujuk pada buku sumber yang digunakan yakni, buku Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 1, 2 dan 3 yang disusun oleh Darsono dan T. Ibrahim yang diterbitkan oleh PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri tahun 2008 dan penjelasan dari hasil wawancara guru SKI adalah sebagai berikut: a. Kelas VII
1) Semester Pertama/ Pertemuan ke 7-12.
a) Standar Kompetensi: Memahami Sejarah Nabi Muhammad saw. periode Mekah
b) Kompetensi Dasar:
1) Mengambil ibrah dari misi Nabi Muhammad saw., sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat untuk masa kini dan yang akan datang.
2) Meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw., dan para sahabat dalam
menghadapi masyarakat Mekah.
c) Tujuan Pembelajaran:
1) Siswa diharapkan dapat memahami dan menangkap ibrah sejarah Nabi Muhammad saw., dalam membangun masyarakat Madinah periode Mekah.
2) Siswa diharapkan dapat memahami dan meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw., dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekah. Pada kompetensi dasar ini, nilai-nilai keagamaan yang muncul dan perlu ditanamkan oleh guru kepada peserta didik adalah sifat-sifat wajib yang dimiliki Nabi Muhammad saw., sebagai seorang Rasul Allah, yakni sifat al-sidq, al-ama>nah, al-fat}a>nah, al-tabli>gh. Selain itu, ada beberapa sifat lain yang sangat mempengaruhi dakwah Nabi Muhammad saw., dan para sahabat selama berdakwah di Kota Makkah yang menjadi bagian dari materi pembelajaran SKI, yakni sifat keberanian (syaja>‘ah), Sabar (al-s\abr), bersungguh-sungguh (al-juhd), dan keteguhan hati (al-istiqa>mah). Nilai-nilai keagamaan tersebut diharapkan dapat tertanam dalam diri peserta didik melalui strategi yang telah direncanakan dalam RPP yang telah ditetapkan sebelumnya. 2
Semester I/ Pertemuan ke 13-18.
a) SK: Dakwah Nabi Muhammad saw., periode Madinah
b) KD:
1) Mengambil Ibrah dari Misi Nabi Muhammad saw., dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan untuk masa kini dan yang akan datang.
2) Meneladani Semangat perjuangan Nabi Muhammad saw. dan
para sahabat
di Madinah.
c) TP:
1) Peserta didik diharapkan dapat menangkap dan memahami ‘ibrah sejarah Nabi Muhammad saw., dalam membangun masyarakat Madinah melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan untuk masa kini dan masa datang.
2) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw., dan para sahabat dalam menghadapi masyarakat Madinah.
Pada kompetensi dasar ini nilai-nilai keagamaan yang muncul dan perlu ditanamkan pada diri peserta didik adalah makna hijrah, persaudaraan kaum Ansar dan Muhajirin, rasa toleransi yang tinggi (tas}ammuh) dan persaudaraan (akhawa>h) antara Kaum Ansar dan Kaum Muhajirin,
kearifan (‘a>rif) Nabi mensikapi isi perjanjian Hudaibiyah, sifat
menerima bagiannya dengan lapang hati (qa>na‘ah) yang hampir ditinggalkan oleh sebagian pasukan umat Islam yang berada diatas Bukit Uhud ketika melihat harta rampasan
perang. Peristiwa inilah yang diduga menyebabkan kekalahan umat Islam.
3. Semester II/ Pertemuan ke 1-6.
a) SK: Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Kepemimpinan Khulafa>’ al-Ra>syidi>n.
b) KD:
1) Mengambil ibrah dari prestasi-prestasi yang dicapai oleh Khulafa>’ al-Ra>syidi>n untuk masa kini dan yang akan datang.
2) Meneladani gaya kepemimpinan Khulafa>’ al-Ra>syidi>n sebagai kepala pemerintahan dan kepala keagamaan.
c) TP:
1) Peserta didik diharapkan dapat menangkap dan memahami ‘ibrah dari prestasi-prestasi yang dicapai oleh Khulafa>’ al-Ra>syidi>n untuk masa kini dan yang akan datang. 2) Siswa diharapkan dapat memahami dan meneladani gaya kepemimpinan. Pembelajaran pada kompetensi dasar ini, guru diharapkan mampu mentransfer pemahaman kepada peserta didik tentang gaya dan sikap kepemimpinan para al-Khalifah
al-Rasyidah sejak Abu Bakar al-Siddiq, Umar ibn Khat}t}ab, Us\man bin ‘Affan dan Ali bin Abi Talib.
4. Semester II/ Pertemuan 7- 12.
a) SK: Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Umayah.
b) KD:
1) Mampu menyebutkan tokoh ilmuwan tokoh ilmuwan muslim dan pernnya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umayah. 2) Mampu mengambil ‘ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umayyah untuk masa kini dan yang akan datang. 3) Mampu meneladani kesederhanaan dan kesalehan Umar bin Abdul Aziz.
c) TP:
1) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menyebutkan tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umayah.
2) Peserta didik diharapkan dapat menangkap dan memahami ‘ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Umaayyah untuk masa kini dan
yang akan datang.
3) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan meneladani akan sifat kesederhanaan dan kesalehan Umar bin Abdul Aziz.
b. Kelas VIII
1. Semester Pertama/Pertemuan 1-6.
a) SK: Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.
b) KD:
1) Mengambil ‘ibrah dari beberap faktor yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Umayah untuk masa kini dan yang akan datang.
2) Meneladani keteguhan dan kegigihan Dinasti Abasiyah.
c) TP:
1) Peserta didik dapat memahami dan mengambil ibrah dari faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Umayah untuk masa kini dan yang akan datang.
2) Peserta didik dapat meneladani keteguhan dan kegigihan Dinasti Abbasiyah. Nilai-nilai keagamaan yang muncul dalam kompetensi dasar ini dapat diambil dari sifat-sifat kepribadian dan keteladanan tokoh pendiri dan para khalifah Dinasti Abasiyah. a. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (istiqomah, tegas, cinta ilmu, bijaksana, disiplin, adil dan berani).
b. Khalifah Harun al-Rasyid (berkepribadian kuat, memiliki toleransi yang tinggi, pemurah, dermawan, tegas, mencintai ilmu pengetahuan, dekat ulama dan penyair, dan sangat peka perasaannya.
Tentang kepekaan Harun al-Rasyid dapat dilihat dari sebuah kisah yag disampaikan oleh Abul ‘Athiyah, seorang penyair kenamaan saat itu, yang ditulis oleh Murodi, adapun ceritanya sebagai berikut:
Pada suatu hari pengawal penjara memberitahukan Khalifah Harun al-Rasyid bahwa Abu al-‘Atiyah telah menulis di dinding balik tahanannya, “kita semua akan menghadap Tuhan dan di depannya kelak semua pihak yang bermusuhan akan dipertemukan”. mendengar kata-kata yang ditulis itu, Khalifah Harun al-Rasyid terus menangis dan memerintahkan kepada para pengawal agar Abu al-‘Atiyah dibawa menghadapnya untuk dibebaskn dan diberi hadiah sebanyak 1.000 dinar.
c. Khalifah al-Makmun (gemar belajar agama sejak kanak-kanak, pemberani, arif bijaksana, adil dan demokratis, toleransi agama yang tinggi, suka berdiskusi
ilmu tentang masalah agama dan sosial. Toleransi agama beliau dan kecintaannya kepada keilmuan yang sangat tinggi bisa dibuktikan dengan dilibatkannya beberapa pejabat non muslim dalam pemerintahannya seperti Gabriel bin Bakhtishu, seorang sarjana kristen. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan menyebabkan keikhlasannya untuk meninggalkan kekuasaannya untuk pergi menuju Kota Merv untuk belajar Ilmu Filsafat. 3) Menteladani ketekunan tokoh-tokoh ilmuwan dinasti Abbasiyah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh yang dimaksud dalam sejarah peradaan keemasan Dinasti Abasiyah adalah Seperti al-Kindi, al-Faraby, Ibn Bajjah, Ibn Thufail, al-Ghazali, Ibn Rusyd, Ibn Sina, al-Razi, Jabbir bin Hayyan, al-Khawarizmi, ibn Hisyam, dan Abu Ubaidah. Peserta didik diharapkan dapat terpacu motivasinya dalam mengembangkan pengetahuannya dengan cara meneladani semangat belajar, serta kecintaan tokoh-tokoh tersebut terhadap ilmu pengetahuan dan kegigihan usaha mereka hingga mengembara keberbagai tempat guna mendapatkan ilmu yang ingin dipelajarinya dari satu guru ke guru yang lainnya, dari satu negeri kenegri yang lainnya. 2. Semester II/Pertemuan 7-17 a) SK: Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah.
b) KD:
1) Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan
peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah.
2) Mengambil ibrah dari perkembangan peradaban islam pada masa Dinasti Ayyubiyah untuk maa kini dan yang akan datang.
3) Meneladani keperwiraan Salahuddin al-Ayyubi.
c) TP: 1) Peserta didik dapat memahami dan menjelaskan sejarah berdirinya Dinasti Ayyubiyah. 2) Peserta didik dapat memahami dan menjelaskan sejarah tokoh ilmuwan pada masa dinasti Ayyubiyah serta meneladani sifat baik mereka. 3) Peserta didik mampu menceritakan sejarah kehidupan Salahuddin al-Ayyubi dan meneladani keperwiraanya. Peserta didik diharapkan mampu meneladani sikap keperwiraan, keberanian, ketegasan serta ketangkasan dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan Salahuddin al-Ayubi. Dengan demikian, Peserta didik dalam menjalani kehidupan ini bisa menjadi sosok yang kuat, tegas, dan mau mendalami bidang ilmu yang ingin dimilikinya guna menghadapi hidup yang semakin kompetitif di masa-masa yang akan datang. c. Kelas IX 1. Semester I/Pertemuan ke 1-8.
a) SK: Memahami perkembangan Islam di Indonesia
b) KD:
1) Mengidentifikasi para tokoh dan perannya dalam perkembangan Islam di Indonesia.
2) Meneladani semangat para tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Indonesia, yakni Syaikh Abdul Rauf Singkel, Wali Songo dan Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
c) TP:
1) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menjelaskan sejarah hidup Abdul Rauf Singkel dan meneladani semangatnya.
2) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menjelaskan sejarah hidup Wali Songo dan meneladani semangatnya.
3) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menjelaskan sejarah hidup Muhammad Arsyad al-Banjari dan meneladani semangatnya. 2. Semester II/Pertemuan ke 9-17
a) SK: Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara b) KD: 1) Menceritakan seni budaya Islam lokal sebagai bagian dari tradisi Islam Nusantara. 2) Memberikan apresiasi terhadap tradisi dan upacara adat kesukuan Nusantara. c) TP
:
1) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menjelaskan pengertian tradisi Islam Nusantara. 2) Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menjelaskan beberapa kesenian dan adat kesukuan Nusantara yang bernapaskan Islam. 2) Menteladani kegigihan, sikap adaptif dan toleransi kepercayaan tokoh-tokoh penyebar Islam dalam proses masuknya di Indonesia. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik adalah pemahaman tentang sikap dan keteladanan tokoh-tokoh tersebut, di antaranya adalah: a) Tidak adanya strata sosial yang membedakan antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. b) Adaptasi budaya (akomoasi terhadap kearifan budaya lokal). c) Islamisasi lewat perdagangan (kejujuran dan tiadanya paksaan).
d) Islamisasi lewat perkawinan (memudahkan mahar dan tanpa melihat status). e) Islamisasi lewat pendidikan (santri yang masuk pesantren tanpa membedakan status). f) Islamisasi lewat tasawuf (adanya akomodasi terhadap budaya lokal). g) Islamisasi lewat kesenian (wayang, syair, mainan tradisional anak-anak yang sarat makna). 3) Memahami nilai makna-makna yang terdapat dalam budaya Islam nusantara. a) Tradisi Sekaten di Keraton Yogyakarta. b) Tradisi Grebek. c) Tradisi Nyadran. d) Tradisi Lebaran Topat (ketupat). e) Tradisi Tabot. Peserta didik diharapkan mampu memahami makna-makna yang tekandung dalam tradisi-tradisi nusantara tersebut, Setelah memahaminya, peserta didik dengan bantuan guru diharapkan mampu mengekplorasi nilai-nilai keagamaan yang bisa diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari dengan mengedepankan sikap toleran, adaptif dengan budaya dengan tetap mempertimbangkan norma-norma agama dan pemerintah yang berlaku saat ini dan saat-saat yang akan datang.
3. Upaya Guru SKI dalam Menanamkan Nilai-nilai keagamaan pada Peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar
Seorang guru selain bertugas mentransfer materi pembelajaran, ada hal yang lebih subtantif dan signifikan untuk dilakukan, yakni memberi pemahaman kepada peserta didik tentang makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran yang diajarkan tersebut. Tugas penting ini harus dilakukan oleh setiap guru, apa lagi untuk pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan bagian dari rumpun mata pelajaran keagamaan yang menjadi ciri khas madrasah, yakni lembaga pendidikan Islam formal yang berada di bawah naungan pembinaan dan koordinasi Kementrian Agama Republik Indonesia.
Guru Sejarah Kebudayaan Islam MTs An-Nahdlah Layang Makassar dalam upaya melakukan penanaman nilai-nilai keagamaan yang telah penulis bahas sebelumnya, melalui beberap hal, yakni berupa strategi, metode maupun pendekatannya. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru SKI dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan di MTs An-Nahdlah dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahapan pra pembelajaran, proses pembelajaran dan pasca pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dilakukan pada tahap pra pembelajaran ini adalah dengan cara Guru SKI membuat perangkat pembelajaran dengan baik, yakni membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penyiapan buku bahan materi ajar, dan penguasaan pemahaman subtantif bahan materi ajar tersebut.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat secara bersama oleh kedua guru SKI, yakni Ibu Dra. Hj. Muliati HS., dan Ibu Hajaratul Aswad, S.Pd.I pada rapat awal tahun pelajaran baru yang diadakan oleh pihak Madrasah bersama-sama dengan pihak pesantren. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Hajaratul Aswad berikut ini:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) itu kami buat secara bersama-sama dalam forum musyawarah pesantren yang dilaksanakan pada awal tahun pelajaran baru yang diikuti oleh kepala, staf, dan guru MA An-Nahdlah Layang, MA An-Nahdlah Sudiang, MTs An-Nahdlah Layang, MTs An-Nahdlah Sudiang serta diikuti oleh para usta>dz usta>dzah yang mengabdi di Pesantren An-Nahdlah ini baik pada kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan-kegiatan yang lain. Kemudian ki setelah selesai dibuat RPP-nya kami mintakan tanda tangan Ibu Jihah (Najihah, S. Ag., Kepala MTs An-Nahdlah Layang Makassar) lalu kami sampaikan kepada santri materi persemester pada pertemuan pertama yang memang selalu kami laksanakan sebagai pengenalan awal materi-materi yang akan diajarkan. Rutinitas Pesantren An-Nahdlah dalam melaksanakan rapat awal tahun pembelajaran dan rapat-rapat lain yang dijadikan forum evaluasi merupakan satu bukti bahwa lembaga ini ingin selalu dinamis dalam mengikuti perkembangan dunia pendidikan, karena
terkadang dalam rapat-rapat
tersebut
pihak
pesantren menyampaikan
informasi-onformasi aktual yang berkaitan dengan dunia pendikan dan kadang-kadang pula dihadirkan seorang praktisi pendidikan lokal. Adapun strategi, metode maupun pendekatan yang dilakukan pada saat dan pascapembelajaran adalah: a. Pemberian Nasihat
Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling nasihat menasehati antar sesama. Menurut pengamatan dan hasil wawancara peneliti, salah satu upaya yang
dilakukan guru MTs An-Nahdlah Layang Makassar dalam rangka menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik adalah melalui strategi pemberian nasehat. Pemberian nasehat biasanya dilakukan pada awal pembelajaran. Strategi pemeberian nasehat ini selalu dilakukan oleh Ibu Hj. Muliati HS dan Ibu Hajaratul Aswad.
Hj. Muliati mengaatakan bahwa strategi nasehat ini dilakukannya karena tanggung jawabnya sebagai seorang guru yang mengabdi di pesantren yang memiliki visi dan misi yang lebih cenderung kepada pembentukan akhlak al-karimah. Selain itu, sebagai tanggung jawabnya yang juga diberi amanah sebagai guru bimbingan konseling (BK).
Materi yang menjadi isi muatan nasehat biasanya berkaitan dengan mengingatkan akan pentingnya melakukan salat, terutama salat yang dilaksanakan di luar jam belajar, berkaitan dengan tata krama bergaul dengan orang tua, tata krama dengan para guru dan juga nasehat yang berupa motivasi-motivasi lain yang berkaitan masa depan peserta didik.
Strategi yang dilaksanakan dalam pemberian nasehat ini biasanya dengan terlebih dahulu menanyakan, “Coba sekarang ibu mau tanya, siapa tadi yang tidak shalat subuh? coba yang salat angkat tangan? dosa ki kalo ananda bohong itu?! nah...!? nah...!?, atau pertanyaan pertanyaan lain yang berkaitan dengan aplikasi pemahaman agama pada peserta didik saat berada di lingkungan masarakat. Penulis juga perlu menyampaikan bahwa selama pengamatan penulis, dan hasil wawancara dengan peserta didik, Ibu Hj. Muliati termasuk guru yang sangat disegani, dikagumi, dan berwibawa di hadapan peserta didik. Hal ini terjadi karena yang bersangkutan selain sebagai guru BK, juga memiliki strategi mengajar yang baik dan memiliki keteladanan serta kedisiplinan yang tinggi.
b. Keteladanan
Pemberian keteladanan oleh para usta>z\-usta>z\ah terhadap peserta didik sangat ditekankan oleh pengasuh. Penekanan ini sering beliau sampaikan di sela-sela pengajian kitab kuning, bahkan kadang-kadang beliau menegur guru yang dianggap melakukan kesalahan di sela-sela pengajian walaupun tanpa menyebut nama guru yang bersangkutan. Keteladanan menjadi salah satu strategi yang efektif ditekankan oleh sang pengasuh kepada para guru dalam melaksnakan tugas pembelajarannya, baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
c. Pembiasaan
Pembiasan yang dimaksud penulis adalah upaya yang berbentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru MTs An-Nahdlah Layang Makassar kepada semua peserta didik yang di dalamnya mengandung Nilai-nilai keagamaan. Pembiasaan ini tidak hanya dilakukan oleh guru SKI saja, akan tetapi oleh semua guru yang berada di Madrasah ini, akan tetapi masing-masing guru biasanya memiliki karakter dan teknik yang berbeda walupun substansi tujuannya sama.
Pembiasaan yang biasa dilakukan sepengetahuan pengamatan penulis antara lain adalah budaya membersihkan sampah yang ada disekitar kelas masing-masing peserta didik, mengucapkan salam dan mencium tangan gurunya apabila bertemu dengan pengasuh, keluarga pengasuh, dan ustadz-ustadzah baik di lingkungan madrasah maupun di luar lingkungan madrasah, berdoa bersama sebelum dan setelah pembelajaran di setiap mata
pelajaran yang dipimpin oleh ketua kelas,bersegera ketika dipanggil atau dimintai pertolongan oleh pengasuh, keluarga pengasuh, usta>z\ atau usta>z\ah orang tua, orang yang lebih tua, dan orang yang membutuhkan pertolongan lainnya, mengatakan tabe’-tabe’ (permisi) ketika lewat di depan orang yang lebih tua dengan berjalan sedikit membungkuk, memberikan infak untuk pembangunan pesantren pada malam infak tanpa nama yang dilakukan setiap Malam Jum’at ke empat setiap bulannya, menjenguk usta>z\ atau usta>z\ah serta teman yang sakit dengan memberikan bantuan ala kadarnya, silaturahmi ke rumah-rumah usta>z\-usta>z\ah pada hari-hari besar Islam, melakukan gotong royong Jum‘at bersih lingkungan pesantren bagi peserta didik yang bermukim di sekitar pesantren, melaksanakan salat Z{uhu>r, ‘As}ar, Magrib, dan S}ubuh} secara berjama’ah dan pembiasaan-pembiasaan lain yang merupakan wujud pengamalan nilai-nilai keagamaan yang sudah dipelajari dalam pembelajaran di dalam kelas.
d. Penugasan
1) Pembuatan Makalah
Pembuatan makalah yang menjadi tugas bagi peserta didik memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk menstimulasi kreaktifitas peserta didik dalam membuat tulisan, sebagai bentuk strategi peserta didik untuk gemar membaca buku pelajaran dan sumber-sumber lain yang relevan, memanfaatkan teknologi internet secara baik, dan yang lebih utama adalah memberi pemahaman dan menambah khasanah pengetahuan peserta didik akan materi-materi pokok yang menjadi topik pemabahasan dalam makalah. Pembuatan makalah ini ada yang perseorangan dan kadang ada yang perkelompok,
disesuaikan dengan bobot materi pembahasannya.
2) Penulisan Biografi Tokoh
Pada pembelajaran topik-topik tertentu, Guru SKI di MTs An-Nahdlah memberikan tugas pembuatan biografi tokoh-tokoh yang menjadi fokus pembahasan, hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami karakteristik dan keteladanan tokoh-tokoh tersebut. Peserta didik diharapkan setelah bisa memahami karakteristik dan keteladanan tokoh-tokoh tersebut, ada kesan yang masuk dalam hatinya, tertanam dan akhirnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik, baik selama proses pembelajaran dan masa belajar maupun pada masa-masa yang akan datang.
e. Diskusi
Salah satu strategi guru dalam memberi pemahaman serta upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan pada peserta didik adalah dengan menggunakan metode diskusi. Strategi penggunaan metode diskusi biasanya dilakukan oleh guru-guru di madrasah ini, tentunya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu pendidikan keagamaan dan ilmu-ilmu sosial.
Firdaus, salah satu peserta didik kelas IX D madrasah ini mengatakan bahwa biasanya sebelum melaksanakan metode diskusi, gurunya membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil dan membagi materi sesuai dengan topik yang akan dibahas, biasanya guru mengharuskan minimal tiga referensi, baik dari buku maupun dari internet. Mereka sangat antusias mengikuti diskusi ini karena bisa mengekspresikan kemampuannya
baik kemampuan berargumentasi maupun kemampuan mendesain makalahnya.
Adapun tahapan-tahapannya yang dilakukan oleh guru SKI dalam metode ini sebagai berikut: 1. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok kecil. 2. Guru membagi topik materi diskusi 2 atau 3 minggu sebelum pelaksanaan diskusi. 3. Peserta didik yang bertugas mempresentasikan makalahnya dengan cara dibaca dan kemudian dijelaskan. 4. Peserta didik yang lain bertanya sesuai dengan topik yang dibahas. 5. Peserta didik yang bertugas memberikan jawaban dengan cara bergantian. 6. Guru kemudian memberikan pencerahan dan penjelasan dengan hasil diskusi serta memberikan pendalaman tentang materi yang menjadi fokus pembahasan. f. Penyampaian Kisah Teladan
Sepanjang pengamatan peneliti bahwa selama mengajarkan materi pembelajaran SKI, guru juga kadang-kadang menyisipkan cerita tentang kisah-kisah tentang tokoh-tokoh yang ada pada sejarah-sejarah Islam maupun tokoh-tokoh ulama yang ada di Sulawsi Selatan, hal ini juga seperti yang disampaikan oleh ibu Hj. Muliati berikut ini:
Biasanya ibu dalam mengajarkan materi memang sengaja menyelipkan tentang kisah-kisah teladan para tokoh Islam yang ada pada masa lalu yang ibu ketahui, dan ibu rasa cocok dengan materi yang ibu ajarkan, atau tokoh-tokoh yang ada di
Sulawesi Selatan ini, seperti cerita tentang perjuangan Gurutta Muh. Harisah, Gurutta Sanusi Baco, Anre Gurutta Ambo Dalle, Anre Gurutta Sade’(AGH. Asad, pendiri Pesantren Asadiyah, Sengkang Kabupaten Wajo), Gurutta Nur (Gurutta Na>s}ir al-Sunnah Muhammad Nur), dan tokoh-tokoh lainnya, juga ibu biasanya menyuruh mereka membuat biografi singkat tentang tokoh-tokoh tersebut juga foto-fotonya yang nantinya ditempel di kelas saat sedang belajar, begitu.
g. Aktualisasi Nilai-nilai Keagamaan dengan Kearifan Budaya Lokal
Aktualisasi Nilai-nilai keagamaan dengan kearifan budaya lokal yang dimaksud penulis di sini adalah berkaitan dengan upaya guru SKI dalam menarik materi-materi pembelajaran yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang terdapat dalam tradisi-tradisi kebudayaan Islam kepada budaya lokal yang lebih familiar bagi persepsi peserta didik.
Upaya ini bertujuan agar peserta didik dapat cepat memahami dan mengambil ibrah dari materi pembelajaran yang ada dalam pembahasan materi pembelajaran. Peserta didk diajak dan dibimbing untuk bisa memahaminya sesuai dengan kontek yang ada pada budaya yang akrab dengan peserta didik selama ini. Sebagai contoh adalah budaya yang ada di Jazirah Arab, Aceh, Sumatra Barat, di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan lain sebagainya dengan cara menarik kesamaan-kesamaan terhadap budaya-budaya dan kearifan lokal yang ada di Sulawesi Selatan ini. Strategi ini diyakini akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai agama yang terkandung dalam budaya dan kearifan lokal tersebut. h. Demonstrasi Sosio Drama Pada topik-topik materi tertentu yang berkaitan tentang kisah keteladanan yang
mengandung nilai-nilai keagamaan, peserta didik di perintahkan untuk menampilkan dialog kisah tersebut di muka kelas. Teknis pelaksanaan demonstrasi sosio drama ini diawali dengan pemberian skenario kisah yang dibuat oleh guru kepada peserta didik, kemudian guru membagi kelompok kecil dengan jumlah personil sesuai dengan kebutuhan yang ada pada skenario. di antara contoh sosio drama yang pernah dipraktekkan adalah kisah tentang ketegasan Khalifah Umar Ibn Khattab kepada putrannya yang menjadi gubernur di salah satu wilayah Islam, kisah tentang kebiasaan Khalifah Umar Ibn Khattab yang biasa melakukan perjalanan di malam hari mengawasi rakyatnya dan berdiaolg dengan seorang ibu miskin bersama anak-anaknya yang kelaparan, kisah tentang kesederhanaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam kehidupan sehari-hari.
i. Karyawisata
Salah satu kegiatan ekstra yang menjadi primadona bagi guru dan peserta didik dalam memahami materi Sejarah Kebudayaan Islam adalah melakukan karya wisata. Guru SKI bekerja sama dengan guru Ilmu Pengetahuan Sosial, guru BK, melaksanakan karya wisata keberbagai situs budaya peninggalan sejarah Islam yang ada di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa yang merupakan peninggalan kejayaan kerajaan Gowa-Tallo.
Pelaksanaan karya wisata ini menjadi tradisi rutinitas bagi tiap tahun. Tahun pelajaran 2010/2011 ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2011 selama 1 hari penuh. Adapun obyek wisata sejarah yang menjadi tempat tujuan adalah:
1) Komplek Pemakaman Raja-raja Tallo
2) Benteng Roterdam, yang di dalamnya ada museum La Galigo.
3) Makam Syekh Yusuf al-Makassary
4) Makam Sultan Hasanuddin
5) Makam Aru Palakka
6) Masjid Tua Katangka
7) Istana Tamallate dan Balla Lompoa.
Perjalanan karya wisata ini kemudian diakhiri dengan refreshing menuju pantai Akkarena Makassar. Pada tahun-tahun sebelumnya, Pantai Akkarena belum menjadi obyek tujuan, akan tetapi pada tiga tahun terakhir muncul kebijakan menjadikan Akkarena sebagai obyek terakhir. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir rasa lelah yang dialami baik bagi peserta didik maupun panitia beserta guru pembimbingnya.
Menurut Muliati, bahwa tujuan diadakan karya wisata ini selain peserta didik dapat mengetahui secara langsung keadaan obyek peninggalan sejarah Islam masa lampau, Peserta didik juga diharapkan dapat menggali informasi-informasi penting yang berkaitan dengan hal ikhwal objek tersebut dari para pengelola yang memang telah dikoordinasikan
sebelumnya.
Peserta
didik
dalam
melaksanakan
tugasnya,
dibagi
berdasarkan
kelompok-klompok kecil yang ditandai dengan pita warna yang berbeda-beda. Satu kelompok terdiri atas tujuh sampai delapan orang, setiap kelompok ditunjuk seorang ketua oleh anggotanya untuk menjadi koordinator sekaligus penanggung jawab kelompoknya, baik selama proses perjalanan karya wisata maupun peyelesaian tugas laporan yang harus dipresentasikan di dalam kelas nantinya. Penyelesaian laporan karya wisata akan diperiksa oleh guru bidang studi mata pelajaran rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa Indonesai.
4. Faktor Pendukung dan Kendala dalam Menanamkan Nilai-nilai Keagamaan terhadap Peserta Didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar Upaya yang dilakukan guru SKI di MTs An-Nahdlah dalam rangka menanamkan nilai-nilai keagamaan yang ada pada pembelajarannya tentunya tidak akan terlepas dari faktor pendukung dan penghambatnya serta solusi yang telah diupayakan dalam memecahkan faktor-faktor penghambat tersebut. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis, ada faktor pendukung pelaksanaan upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan ini, baik berasal dari faktor internal MTs An-Nahdlah sendiri maupun berasal dari faktor eksternal. a. Faktor Pendukung
1. Faktor Internal a) Image sebagai Santri Pesantren Peserta didik MTs An-Nahdlah yang berada di dalam lingkungan pesantren An-Nahdlah memiliki kontribusi besar dalam upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan. Hal ini dikarenakan image dirinya sebagai santri dan memang tradisi yang ada di pesantren ini semua peserta didik dipanggil dengan sebutan “santri”. Istilah santri mempengaruhi psikis santri, sehingga sikap dan tingkah laku peserta didik akan mudah terdoktrin oleh image tersebut. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi proses upaya penanaman nilai-nilai keagamaan, hal ini berdasarkan pengakuan dari kedua guru SKI di MTs An-Nahdlah Layang Makassar. Walaupun bagaimanapun nakalnya santri sini mas, masih mudah dinasehati dari pada siswa yang tidak ada di pesantren, to...!!?, itu yang buat saya betah di sini, mungkin ini karena pesan-pesan Gurutta Pimpinan juga ustadz-ustadzah di sini mereka masukkan dalam hati, mereka itu hampir tiap hari dapat nasehat dari Gurutta Pimpinan, setiap mengaji kitab kuning setiap habis Salat Magrib, Isya dan Subuh, kegiatan mahfuz}at yang dibimbing oleh kakak-kakak senior dari IAPAN, kalaupun ada yang nakal, itu masih wajar, namanya juga anak-anak ji to. b) Dominasi Guru Alumni Seperti yang penulis sampaikan sebelumnya, bahwa mayoritas guru di Pesantren ini adalah para alumni. Keadaan seperti ini sangat menguntungkan dan memberi kontribusi yang besar terhadap efektifitas penenaman nilai-nilai keagamaan bagi peserta didik. Pengasuh Pesantren An-Nahdlah sangat memahami akan efektifitas pembelajaran apabila guru-guru yang mengajar adalah para alumninya, beliau beralasan bahwa rasa pengabdian dan keikhlasan yang tinggi akan lebih dominan di dalam niat para guru-guru tersebut. Dengan demikian, diharapkan nantinya peserta didik tidak hanya mendapatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga mendapatkan kecerdasan emsional dan kecerdasan
spiritual karena ada keberkahan di dalam proses belajar mengajarnya. c) Kegiatan Ektra Kurikuler Kegiatan ektrakulikuler yang ada di Pesantren ini selain pengajian kitab kuning, diantaranya adalah perkampungan bahasa arab, perkampungan bahasa inggris, ketrampilan khat, tahfidz al-Qur’an, kegiatan mahfuz}at, bimbingan bahasa arab-inggris, Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), kajian aswaja dan filsafat setiap minggu sore, olah raga bela diri Pagar Nusa dan Persaudaraan Setia Hati Teratai Putih. Kegiatan ektrakulikuler di atas sangat besar kontribusinya bagi proses penanaman nilai-nilai keagamaan bagi peserta didik, karena dalam kegiatan tersebut memuat berbagai macam pendidikan, nasehat, latihan, ketrampilan, memunculkan sikap kritis, sikap berani, sifat kepemimpinan dan lain sebagainya. 2. Faktor Eksternal a) Dukungan Orang Tua Dukungan orang tua/wali sangat berperan besar terhadap proses upaya penanaman nilai-nilai keagamaan pada peserta didik di MTs An-Nahdlah Layang Makassar, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya santri yang belajar di pesantren An-Nahdlah tiap tahunnya. Bukti lain adalah dengan banyaknya hasil infak setiap “malam amal tanpa nama” yang diselenggarakan setiap malam Jum’at ke-empat yang dipergunakan untuk pembangunan pesantren. Keberhasilan anjuran untuk memiliki buku ajar bagi peserta didik juga merupakan bukti riil akan adanya dukungan dari orang tua, hampir semua peserta didik memiliki buku ajar pokok mata pelajaran SKI yang digunakan di MTs An-Nahdlah Layang Makassar ini. Peserta didik membeli dengan suka rela karena pihak guru tidak menyediakan, mereka
membeli sendiri di toko-toko buku yang dikehendaki. b) Motivasi Pribadi Memilih Sekolah di Pesantren Peserta didik ditingkat Madrasah Tsanawiyah atau sekolah tingkat pertama biasanya ketika menentukan sebuah pilihan dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kemauan orang tua, saudara, teman dan lingkungannya. Peserta didik yang memilih belajar di Pesantren An-Nahdlah didominasi karena pilihan sendiri yang disebabkan oleh keinginan belajar agama dan pengaruh dari keluarga mereka yang lebih dahulu belajar di Pesantren An-Nahdlah. Selain itu juga motivasi karena banyaknya alumni An-Nahdlah yang melanjutkan studi di Timur Tengah dan penampilan yang meyakinkan dari para santri saat melakukan ceramah ramadhan di lingkungan mereka. Perlu penulis sampaikan bahwa setiap Bulan Ramadhan, banyak para santri yang dikirim untuk memberikan ceramah Ramadhan kebeberapa masjid yang ada di sekitar pesantren bahkan di daerah-daerah yang menjadi basic santri, seperti Kabupaten Maros, Kabupaten Bone dan kabupaten Pangkep. c) Dukungan Masyarakat Sekitar Dukungan masyarakat ini bisa dilihat dengan keterlibatannya dalam memberikan fasilitas masjid sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti pengajian kitab kuning, bimbingan bahasa Arab dan bahasa Inggris, bimbingan minat dan bakat dan seni kaligrafi. Masjid yang dimaksud adalah Masjid Nurul Ihsan Layang yang ada di komplek Kampus I dan Masjid Halimatus Sa’diyah di Komplek III. Keterlibatan masyarakat dalam malam amal tanpa nama dan kegiatan pengajian tabli>g akbar yang dilaksanakan pada hari-hari besar Islam yang dipromotori oleh pihak pesantren juga menjadi salah satu bukti. Selain juga dengan dilibatkannya santri pada acara-acara tradisi masyarakat sekitar, seperti ta’ziyah, al-Barzanji, baca Surat Yasin,
makan besar bubur asyura dan lain sebagainya. b. Faktor Kendala Selain faktor pendukung di atas, ada pula faktor penghambat dalam upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan di MTs An-Nahdlah Layang Makassar baik berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal. Adapun faktor-faktor tersebut yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor internal yang menjadi kendala dalam upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan di MTs An-Nahdlah ini adalah: a) Terbatasnya Referensi Terbatasnya referensi yang penulis maksud adalah referensi yang berkaitan dengan materi sejarah kebudayaan atau peradaban Islam atau buku-buku tentang biografi tokoh-tokoh Islam dalam sejarah yang ada di perpustakaan. Kalaupun ada, hanya sebatas buku-buku paket Sejarah Kebudayaan Islam yang berasal dari proyek Departemen Agama tahun 2003 dan 2007. Buku-buku paket yang berasal dari proyek pengadaan Departemen Keagamaan biasanya sangat kurang menarik untuk dibaca, hal ini dikarenakan desain konstruksi dan format isi di dalamnya sangat berbeda dengan buku-buku ajar yang diterbitkan secara komersial, misalnya oleh PT. Toha Putra Semarang, CV. Erlangga dan lain sebagainya. Buku yang berasal dari proyek pengadaan Departemen Agama terkesan asal-asalan, sehingga peserta didik kurang tertarik untuk membacanya.
Selain minimnya referensi yang berkaitan dengan buku ajar tentang materi-materi Sejarah Kebudayaan Islam atau buku-buku tentang biografi tokoh-tokoh Islam dalam sejarah, juga minimnya buku-buku referensi tentang pentingnya pendidikan nilai maupun strategi pembelajaranya yang telah dibaca maupun dimiliki baik oleh pihak madrasah maupun guru SKI itu sendiri. Sehingga dalam pembelajaran perlu inovasi strategi, metode maupun pendekatan pembelajarannya.
b) Terbatasnya Ruang dan Media Pembelajaran. Keadaan ruang kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dimiliki oleh MTs An-Nahdlah masih cukup terbatas dan perlu adanya alternatif efektif dalam memecahkan masalah ini. Luas ruangan yang hanya berukuran + 4,5 m x 5,5 m belum berimbang bila dibandingkan jumlah siswa, apa lagi pembatas antara kelas yang satu dengan yang lainnya hanya sebatas papan tripleks dan tidak ada kedap suara, bahkan masih ada yang hanya sebatas ditegakkan dengan bagian yang masih berlubang. c) Tidak adanya Asrama Milik Pesantren Umumnya pesantren di Indonesia memiliki Asrama yang diperuntukkan bagi para santrinya, terutama santri yang berasal dari luar daerah tempat pesantren itu berada. Keadaan ini berbeda dengan pesantren An-Nahdlah Makassar, sehingga para santrinya yang sebagian peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar yang berasal dari daerah bermukim di rumah-rumah penduduk sekitar lokasi pesantren. Keadaan pemukiman santri yang berada di rumah-rumah penduduk yang menurut pengasuh merupakan ciri khas dan ada dampak positifnya bagi perkembangan ketrampilan dan bermasyarakat para santri, yakni santri bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat
sekitar serta meberikan keuntungan perekonomian, tapi walaupun bagaimanapun sangat menyulitkan pengawasan bagi peserta didik saat berada di pemukimannya masing-masing. 2. Faktor Eksternal
a) Lingkungan Pesantren yang Padat Penduduk Lembaga pendidikan efektifitas pembelajaranya akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat sekitar. MTs An-Nahdlah Layang yang berada di dalam lingkungan Pesantren An-Nahdlah adalah lembaga pendidikan yang berada di lingkungan padat penduduk yang dulunya cukup rawan tindakan kriminal. bahkan menurut menurut beberapa informan yang penulis dapatkan bahwa lingkungan pesantren dulunya disebut dengan wilayah Texas, ini dikarenakan tingginya angka kriminal yang terjadi. Keadaan lingkungan seperti ini tentunya memiliki dampak bagi proses penanaman nilai-nilai keagamaan pada peserta didik. Akan tetapi hal ini sepertinya malah memotivasi dan semakin memicu semangat Pesantren An-Nahdlah dalam memperjuangkan eksistensinya dalam berdakwah menyampaikan syiar Islam di lingkungannya, walaupun tidak ringan tantangan yang harus dihadapinya. Pesantren An-Nahdlah diharapkan mampu menghilangkan image tersebut atau setidaknya mampu meminimalisirnya.
b) Peserta didik berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Penyelenggaraan sebuah pendidikan tentunya tidak akan terlepas dari adanya sokongan anggaran biaya yang dibutuhkan untuk dana operasionalnya. Semakin besar dana operasionalnya maka akan semakin baik fasilitas pembelajarannya, baik secara kualitas fisik maupun kualitas sumber daya manusianya. Peserta didik MTs An-Nahdlah didominasi dari keluarga masyarakar ekonomi
menengah ke bawah. Muhammad Ramli dalam wawancara dengan mengatakan bahwa: Kebanyakan orang tua wali santri (peserta didik) itu para pedagang ikang (ikan), sayuran atupun pedagang makanan sehari-hari, nasi kuning atau gorengang (gorengan) misalnya. Coba bayangkan mas, karya wisata ini untuk biayanya, setiap santri (peserta didik) hanya dibebani Rp. 70. 000; padahal kita ini akan menuju 8 tempat, setiap tempat ada biaya masuknya, apa lagi nanti di Akkarena itu per santrinya sudah Rp. 10.000; selain itu mas, mereka juga nantinya dikasih makang dua kali, snack-nya sekali, air minumnya full, belum untuk nara sumber setiap obyek sejarahnya, kaya’nya sebagian diambilkan dari dana operasional lainnya, tapi saya tidak tahu pastinya, itu urusan panitia. Keadaan ekonomi peserta didik mampu dipahami oleh pihak pesantren, termasuk pihak madrasah. Para guru ditekankan untuk tidak membebani para peserta didik dengan menyuruh membeli buku ajar atau yang lainnya, jika memang dibutuhkan sekali, cukup dengan menganjukannya saja atau memberi solusi alternatif. c) Dampak Negatif Media Teknologi Informasi dan Hiburan Salah satu problematika penyebab kerusakan moral bangsa Indonesia adalah pengaruh negatif teknologi dan hiburan yang saat ini sepertinya semakin tidak terkontrol. Pengaruh negatif tersebut juga menjangkiti pada sebagian kecil peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya peserta didik yang memiliki hand phone yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap, seperti kamera, chip memory card, soft ware, bahkan ada yang sudah memiliki BB (Black Berry). banyak peserta didik yang memiliki akun FB (Face Book). Hajaratul Aswad sangat memprihatinkan fenomena sosial yang seperti ini menjangkiti peserta didiknya, sepertinya sangat sulit ketika mereka dilarang beitu saja, karena sepertinya hal ini sudah menjadi live style anak-anak saat ini, jalan satu-satunya adalah mengarahkan mereka untuk menggunakan ke arah yang lebih baik, contohnya di sini sudah mulai disiasati mereka disibukkan dengan cara membuat makalah atau guru
menjadikan teknologi ini sebagai media pembelajaran, seperti yang dilakukan Khairul Anam dalam pembelajaran Bahasa Arab. c. Solusi Pemecahan Kendala Upaya Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
1. Pengajuan bantuan perpustakaan ke Kementrian Agama RI Keterbatasan fasilitas pembelajaran, baik berupa fisik bangunan maupun media pembelajaran lainnya, pihak pesantren menupayakan dengan cara mengajukan permohonan bantuan fasilitas pembelajaran tersebut kepada pihak kementrian Agama RI di Jakarta. Upaya pengajuan bantuan kepada pihak Kementrian Agama RI pada dua tahun terakhir ini sepertinya efektif dari pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terbukti dengan mengalirnya bantuan yang cukup signifikan, yakni 1 unit anggaran gedung perpustakaan beserta isinya, laboratorium IPA, laboratorium multimedia, 2 unit mesin photo copy, 2 unit mesin cuci, 1 unit mesin steam motor dan lain sebagainya. Keberhasilan upaya ini sepertinya tidak lepas dari peran salah satu putra pengasuh yang saat ini masih menjadi Sekretaris Jendral salah satu organisasi kepemudaan yang berada di bawah naungan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, yang kedudukan pimpinan pusatnya ada di Jakarta. 2. Pengadaan Malam Amal Tanpa Nama Salah satu usaha yang juga sangat membantu biaya operasional Pesantren ini adalah adanya inisiatif dari salah satu alumni yang saat ini telah menjadi dai nasional, yaitu pengadaan “malam amal tanpa nama” yang dilaksanakan setiap malam jum’at ke empat setiap bulannya. ide ini murni berasal dari alumni yang tergabung dalam organisasi IAPAN, bukan atas permintaan pihak pesantren. Hasil infak ini memang diperuntukkan untuk pesantren, bukan untuk MTs
An-Nahdlah Layang Makassar semata, akan tetapi ketika ada bantuan untuk pesantren, maka secara otomatis MTs An-Nahdlah Layang Makassar juga bisa menggunakan fasilitas bantuan tersebut. 3. Upaya Pembebasan Tanah Warga Sebenarnya upaya memperluas bangunan sudah lebih baik dari sebelumnya, pihak pesantren sudah berupaya untuk membebaskan sebagian tanah dan bangunan milik penduduk yang ada disekitarnya, akan tetapi upaya ini terus dilakukan. Tahun ini ada beberapa target pembebasan tanah beserta rumahnya, dan pihak pemilik rumah sudah setuju dengan syarat digantikan dengan tanah beserta rumahnya di tempat lain. Sebenarnya lokasi pesantren ini hampir semuanya hasil usaha pembebasan tanah warga yang didapat dengan sedikit demi sedikit. Upaya yang dilaksanakan oleh pihak pesantren secara umum, ataupn oleh guru SKI secara khusus tentunya tetap perlu dievaluasi. Hal ini menjadi salah satu fokus pembahasan dalam rapat-rapat terbatas yang dulaksanakan dalam pertemuan-pertemuan para guru. B. Pembahasan Strategi menanamkan nilai-nilai keagamaan yang terdapat dalam materi pembelajaran SKI di MTs An-Nahdlah Layang Makassar merupakan salah satu usaha yang dilakukan guru untuk melaksanakan pendidikan nilai bagi peserta didik. Strategi yang dilaksanakan oleh guru SKI melalui bebrapa metode dan pendekatan pembelajaran yang lazimnya digunakan oleh pendidik, walaupun ada perbedaan teknik maupun trik, akan tetapi substansi tujuannya sama. Seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang teori-teori pendidikan nilai, akan tetapi kemanfaatan teori pendidikan nilai tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya
bagi pedidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu pendidikan nilai tidak hanya bersifat intrinsik sebagai ilmu, melainkan juga bersifat ekstrinsik. Pendidikan nilai juga merupakan keilmuan untuk menelaah dasar-dasar kemungkinan bertindak dalam prektek melalui kontrol terhadap pengaruh yang negatif dalam meningkatkan pengaruh yang positif dalam pendidikan. Guru SKI memiliki kewajiban untuk mampu mengekplorasi nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam materi pembelajaran SKI, hal ini berdasarkan bahwa sebenarnya tugas seorang guru tidak sebatas hanya mentransfer materi yang ada pada teks buku ajar, akan tetapi lebih kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam materi itu yang nantinya lebih tepat guna da bermanfaat bagi peserta didik sesuai dengan tujuan luhur bangsa ini. Studi tentang nilai-nilai keagamaan, yakni nilai-nilai Islami, secara kaffa>h merupakan salah satu pekerjaan yang cukup berat bagi para pengkajinya. Nilai-nilai keagamaan dalam Islam mencakup beberapa aspek, akan tetapi aspek-aspek tersebut dapat digeneralisir pada nilai-nilai pokok ajaran Islam yang meliputi iman, Islam dan ihsan, sebagai satu kesatuan integral yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan, karena ketiganya memiliki kaitan erat dan saling menyempurnakan. Keimanan bisa dikaji melalui keilmuan tauhid, Aplikasi nilai-nilai keislaman yang terdapat dalam rukun Islam dapat dikaji melalui ilmu syara’ (fiqh), dan Ihsan yang berhubungan dengan nilai dan etika dapat dikaji melalui ilmu tasawuf. Sehubungan dengan hasil yang diperoleh berdasarkan data yang ada dilapangan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka dapat penulis paparkan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam pembelajaran SKI di MTs An-Nahdlah Layang Makassar.
Seorang guru memiliki kewajiban untuk menransfer nilai-nilai pelajaran yang bisa diambil dari pembelajaran yang diajarkan. Setiap ilmu pasti memiliki nilai-nilai yang tersurat dan bisa diaktualisasikan dalam hal-hal yang konkrit dan mudah dipahami oleh peserta didik. Nilai-nilai tersebut akan membantu peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata pasca pembelajaran pada saat-saat yang akan datang, apa lagi dalam dunia global yang semakin kompetitif ini. Mata pelajaran SKI yang merupakan mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menjadi ciri khas madrsah sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan dan pembinaan Kementrian Agama, tentunya memiliki tujuan untuk memberikan gambaran bagi peserta didik tentang pristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dalam bingkai peradaban dan kebudayaan Islam. Guru yang membidangi mata pelajaran ini ditekankan mampu mengekplorasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang perlu dicontoh dan diteladani oleh peserta didik. Penulis dalam penelitian di MTs An-Nahdlah Layang Makassar ini menyebut nilai-nilai yang terkandung di dalam mata pelajaran SKI dengan istilah nilai-nilai keagamaan. Nilai-nilai keagamaan inilah yang seharusnya menjadi prioritas guru SKI dalam menyampaikan mata pelajaran, tentunya selain materi fakta sejarah umat Islam sejak zaman klasik hingga zaman modern, baik yang ada di belahan dunia luar maupun yang ada di Nusantara Indonesia, dan fakta-fakta lain yang ada di dalamnya. Nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs An-Nahdlah Layang Makassar, pada prinsipnya sudah include dalam materi pembelajarannya yang didasarkan pada silabus yang telah ditetapkan dan diedarkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Pendidikan Madrasah bidang Pengembangan Kurikulum dan dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada awal tahun pembelajaran. Adapun di antara nilai-nilai keagamaan tersebut adalah; sidi>q (jujur), ama>nah (dapat dipercaya), fat}a>nah (cerdas), tabli>g (menyampaikan), istiqa>mah (teguh pendirian), syaja‘ah (berani), qana‘ah (menerima), al-wara‘ (menjauhkan dari subhat), zuhud (sederhana), tegas, giat belajar, suka dengan ilmu pengetahuan, menjunjung tinggi persaudaraan, toleransi antar sesama, berprilaku adil dan bersikap tawazun (tengah-tengah) dan tawa>sut (tengah-tengah). Hal yang penting adalah bagaimana seorang guru mampu mengiternalisasi nilai-nilai keagamaan tersebut kepada peserta didik agar nilai-nilai tersebut tidak hanya sebatas teori yang mengawang-awang akan tetapi mampu masuk kedalam sanubari peserta didik dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Upaya Penanaman nilai-nilai keagamaan pada peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar. Efektifitas sebuah perencanaan akan sangat dipengaruhi oleh ketepatan strategi yang diterapkan. Guru SKI dalam upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan telah menggunakan standar strategi yang cukup efektif. Strategi-strategi tersebut adalah: melalui nasehat, pembiasaan, keteladanan, penugasan pembuatan makalah dan biografi tokoh, diskusi, demonstrasi sosio drama, aktualisasi nilai-nilai keagamaan dengan kearifan budaya lokal, dan karya wisata. Seorang guru harus senantiasa menginovasi strategi-strategi yang dipakai dalam proses pembelajaran. Kreaktifitasan seorang guru sangat berpengaruh terhadap minat belajar peserta didik yang akhirnya akan mampu meningkatkan prestasinya, baik dalam ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif. Dengan demikian seorang guru harus mau senantiasa menambah kemampuan
kompetensinya sebagai seorang pendidik, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesionalisme. Keberhasilan peserta didik akan sangat dipengaruhi oleh kualitas kompetensi para gurunya. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat serta solusinya dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar. Setiap upaya yang dilakukan untuk kebenaran atau kebaikan yang mengandung manfaat, selalu ada faktor-faktor lain yang mengelilinginya, faktor tersebut ada yang berdampak positif dan ada pula yang berdampak negatif. Upaya yang dilakukan guru SKI dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar tentunya juga memiliki faktor-faktor yang menjadi pendukung dan faktor yang menjadi kendalanya. Seorang guru harus mampu memanfaatkan faktor-faktor pendukung sebagai salah satu hal yang harus senantiasa dikomunikasikan denga baik, supaya faktor-faktor yang mendukung tersebut senantiasa eksis dalam memberikan dukungannya dengan baik, sehingga upaya kebaikan dalam rangka menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik senantiasa berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah direncanakan. a. Faktor Pendukung 1) Faktor Internalnya adalah; image sebagai santri pesantren, dominasi guru alumni, kegiatan ekstrakurikuler, dan motivasi pribadi memilih sekolah di pesantren. 2) Faktor Eksternalnya adalah; dukungan orang tua, pengaruh eksistensi santri dan alumni dan dukungan masyarakat sekitar. Faktor-faktor pendukung di atas akan mampu memberikan kontribusi secara optimal jika pihak guru SKI khususnya dan pihak pesantren mampu menjadikannya sebagai
salah satu opportunity yang baik dalam melaksanakan proses internalisasi nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik. Pendidik yang memiliki kualitas kompetensi adalah pendidik yang mampu menangkap peluang dengan baik semua aspek yang membantu proses pembelajarannya kepada peserta didik, baik dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun di luar proses tersebut. Faktor kendala bukanlah salah satu alasan yang harus dikambing hitamkan oleh seorang guru ketika proses pembelajaran yang dilakukannya kurang maksimal hasilnya bagi peserta didik. kendala itu harus dihadapi dan dicari solusi yang terbaik dengan tetap mempertimbangkan aspek efektif dan efisiennya dalam mencapai tujuan pemebalajarannya. Kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha menanamkan nilai-nilai keagamaan pada peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar tersebut adalah: b. Faktor Kendala 1) Faktor Internalnya adalah; keterbatasan referensi, keterbatasan ruang pembelajaran dan media pembelajaran, dan tidak adanya asrama milik pesantren. 2) Faktor Eksternalnya adalah; letak madrasah yang ada di lingkungan penduduk, peserta didik berasal dari ekonomi menengah kebawah, dan dampak negatif teknologi informasi. Setiap kendala yang dihadapi diyakini pasti ada jalan keluarnya, hal ini senada dengan maqalah hikmah kaum bijak yang mengatakan “likulli syaiin makhraja”, hal ini juga sesuai dengan Al-Qur’an Surat al-T{alaq/65: 2 yang berbunyi:
ó 4 `tBur È,Gt ©!$# @yèøgs ¼ã&©! %[`tøxC ÇËÈ Terjemahnya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Solusi yang diupayakan terhadap kendala-kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada peserta didik MTs An-Nahdlah Layang Makassar adalah; dengan mengajukan permohonan bantuan dana dan fasilitas pembelajaran kepada Kementrian Agama, kegiatan malam amal tanpa nama yang disponsori oleh para alumni dan usaha pembebasan tanah warga yang ada di sekitar pesantren guna pengembangan fasilitas pembelajaran lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Yayasan Pesantren An-Nahdlah Layang Makassar ke depan. Eksistensi Pesantren An-Nahdlah Layang Makassar dalam perjalanannya ke depan akan sangat tergantung dengan pengelolaan lembaga ini dalam melayani kebutuhan masyarakat yang memberikan kepercayaan pendidikan anak-anaknya di Pesantren yang telah masuk usia perak (25 tahun) ini. Pelayanan yang baik yang disertai input yang baik, maka dipastikan output yang akan dihasilkan akan berkualitas pula. Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa hasil pembahasan beberapa proposisi-proposisi sebagai berikut, yaitu: 1) Dalam setiap pembelajaran, terkandung pendidikan nilai yang perlu ditanamkan kepada peserta didik. 2) Dalam materi pembelajaran SKI terkandung banyak pendidikan nilai-nilai keagamaan. 3) Semakin berkualitas sumber daya yang dimiliki guru maka semakin baik strategi yang digunakan. 4) Semakin baik strategi pembelajaran yang digunakan maka semakin baik pula hasil
pembelajarannya.