BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Tempat dan Waktu Penelitian Wilayah atau tempat penelitian tersebut dilaksanakan, yakni di Bursa Efek Jakarta ( Kav 27, Jalan Jendral Gatot Subroto, Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12950). Untuk waktu penelitiannya peneliti meneliti penelitian tersebut selama 3 bulan 25 hari, yakni dari tanggal 13 Maret 2015 hingga 6 Juli 2015.
2.
Gambaran Umum BEI (Bursa Efek Indonesia) Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga berperan dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal Indonesia yang stabil.
76
Bursa Efek Indonesia (BEI) berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta saat ini, oleh pemerintahan Hindia-Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintahan Hindia-Belanda, dan sekuritas-sekuritas lainnya. Bursa Efek Indonesia adalah penggabungan dari Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta digabungkan pada tahun 2007. Penggabungan kedua Bursa Efek ini dilakukan sebagai suatu upaya untuk menciptakan kondisi perekonomian di Indonesia menjadi lebih baik, dimana nama Bursa Efek Indonesia (BEI) ini masih berlaku sampai saat ini.
GAMBAR 3.1 STRUKTUR ORGANISASI BURSA EFEK INDONESIA Sumber: http://idx.co.id
3. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur a. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar & Kimia Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri semen, keramik porselen, kaca, logam plastik, bahan-bahan kimia, pakan
ternak, kertas, dsb. Berikut pembagian, penjabaran dan gambaran umumnya: 1.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Semen: a) PT. Semen Baturaja Tbk (SMBR) PT. Semen Baturaja (Persero) didirikan pada tanggal 14 November 1974 oleh PT.Semen Gresik dengan saham 45% dan PT.Semen padang 55%. Pada tanggal 9 November 1979 status Perusahaan berubah dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Persero dengan komposisi saham Pemerintah Republik Indonesia 88%, PT.Semen Padang 7% dan PT.Semen Gresik 5%. Sejak tahun 1991 diambil alih secara keseluruhan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Produksi yang di hasilkan oleh PT Semen Baturaja (Persero) adalah Semen Portland Type I dan Semen Portland Komposit (SPK) dengan lokasi pabrik di Baturaja, Palembang dan Panjang. Pusat Produksi terletak di Baturaja yaitu Produksi Terak. b) PT. Semen Indonesia Tbk (SMGR) PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu bernama Semen Gresik (Persero) Tbk) (SMGR) didirikan 25 Maret 1953
dengan nama “NV Pabrik Semen Gresik” dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 07 Agustus 1957. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan SMGR meliputi berbagai kegiatan industri. Jenis semen yang hasilkan oleh SMGR, antara lain: Semen Portland (Tipe I, II, III dan V), Special Blended Cement, Portland Pozzolan Cement, Portland Composite Cement, Super Masonry Cement dan Oil Well Cement Class G HRC. Saat ini, kegiatan utama perusahaan adalah bergerak di industri semen. Hasil produksi perusahaan dan anak usaha dipasarkan didalam dan diluar negeri. 2.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Keramik Porselen dan Kaca: a) PT. Asahimas Flat Grass Tbk (AMFG) PT. Asahimas Flat Glass Tbk didirikan pada tanggal 07 Oktober 1971 dengan nama Asahimas Flat Glass Co., Ltd., dan mulai operasi secara komersial pada bulan April 1973. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan AMFG bergerak dalam bidang industri kaca, ekspor dan impor, dan jasa sertifikasi mutu berbagai jenis produk kaca serta kegiatan lain yang berkaitan dengan usaha tersebut.
Produk-produk yang dihasilkan AMFG berupa kaca lembaran termasuk kaca cermin dan kaca pengaman termasuk kaca otomotif, dipasarkan dengan merek Sunergy, Lacobel, Miralux dan Dantalux b) PT. Mulia Industrindo Tbk (MLIA) PT. Mulia Industrindo Tbk didirikan 05 Nopember 1986 dan
mulai
beroperasi
secara
komersial
pada
tahun
1990. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLIA meliputi perdagangan atas hasil produksi Anak Usaha. Saat ini produk yang dihasilkan Anak Usaha MLIA adalah kaca lembaran, botol kemasan, glass block, kaca pengaman otomotif, keramik dinding dan keramik lantai. c) PT. Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) PT. Surya Toto Indonesia Tbk didirikan tanggal 11 Juli 1977 dalam rangka Penanaman Modal Asing dan memulai operasi komersil sejak Februari 1979. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TOTO meliputi kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk sanitary, fittings dan kitchen systems serta kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan produk tersebut.
3.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Logam dan Sejenisnya: a) PT. Citra Tubindo Tbk (CTBN) PT. Citra Tubindo Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri minyak dan gas yang ada di Indonesia. Perusahaan ini menyediakan proses akhir dalam OCTG (Oil Country Tubular Goods) yang merupakan komponen terpenting dalam kegiatan pengeboran minyak dan gas. OCTG terdiri dari 3 produk utama yakni Drill Pipe, Casing dan Tubing. Perusahaan yang berkantor pusat di Batam ini pertama kali didirikan sejak tahun 1983 dan secara resmi beroperasi sejak bulan Juni 1984. Perusahaan ini merupakan perintis bisnis di Pulau Batam yang sekarang telah menjadi pusat logistik bagi industri minyak dan gas di seluruh Indonesia. b) PT. Krakatau Steel Tbk (KRAS) PT.
Krakatau
Steel
Tbk
adalah
perusahaan baja terbesar di Indonesia. BUMN yang berlokasi di Cilegon, Banten ini berdiri pada tanggal 31 Agustus 1970. Produk yang dihasilkan adalah baja lembaran panas, baja lembaran dingin, dan baja batang kawat. Hasil produk ini pada umumnya merupakan bahan baku untuk industri lanjutannya.
c) PT. Lion Metal Works Tbk (LION) PT. Lion Metal Works Tbk didirikan tanggal 16 Agustus 1972 dalam rangka Penanaman Modal Asing “PMA” dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LION meliputi industri peralatan kantor dan pabrikasi lainnya dari logam. Saat ini, kegiatan utama LION adalah memproduksi peralatan kantor, peralatan gudang, bahan bangunan dan konstruksi dan pabrikasi lainnya dari logam seperti lemari arsip (filing cabinet), lemari penyimpan; pintu besi; perlengkapan gudang, seperti rak tingkat dan pallet; penyangga kabel (cable ladder), peralatan rumah sakit, brankas, peralatan pengaman (safe and security equipment), dan lainnya. d) PT. Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) PT. Pelat Timah Nusantara Tbk, disingkat PT Latinusa, didirikan pada 19 Agustus 1982. PT Latinusa merupakan perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan PT Tambang Timah, PT Krakatau Steel dan PT Nusamba sebagai pemegang saham perdana. PT Latinusa merupakan satu-satunya produsen tinplate (pelat timah) di Indonesia yang memproduksi tinplate berkualitas tinggi berstandar Internasional. Tinplate yang
dihasilkan dipergunakan sebagai bahan baku kemasan kaleng untuk kemasan susu, makanan, cat, kemasan umum dan lainlain. 4.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kimia: a) PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk didirikan tanggal 18 Maret 1982 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1987. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DPNS meliputi industri lem, barang-barang kimia dan pertambangan. Saat ini, produk utama yang dihasilkan DPNS adalah Lem (Glue), Formalin dan Hardener (sebagai pelengkap / pengeras untuk produk utama, dipergunakan dalam proses produksi
kayu).
lapis. b) PT. Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) PT. Eterindo Wahanatama Tbk didirikan tanggal 06 Maret 1992 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1996. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ETWA bergerak dalam kegiatan perkebunan, perdagangan, pembangunan dan perindustrian.
Saat ini, ETWA bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit terpadu termasuk melaksanakan usaha perdagangan dan distribusi Dioctyl Phthalate (“DOP”), Biodisel (Fatty Acid Methyl Ester – FAME) dan barang-barang kimia lainnya yang dihasilkan oleh anak usahanya. c) PT. Indo Acidatama Tbk (SRSN) PT. Indo Acidatama Tbk didirikan dengan nama PT Indo Alkohol Utama tanggal 7 Desember 1982, kemudian pada tahun 1986 berubah nama menjadi PT Indo Acidatama Chemical Industry. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan SRSN meliputi industri pakaian jadi, kimia dasar, kemasan dari plastik dan perdagangan ekspor dan impor. Saat ini, kegiatan utama SRSN adalah bergerak dibidang industri agro kimia (Ethanol, Asam Cuka, Asam Asetat dan Ethyl Asetat). d) PT. Chandra Asri Pethrochemical (TPIA) PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk didirikan tanggal 2 Nopember 1984 dengan nama PT Tri Polyta Indonesia dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1993. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan TPIA adalah bergerak dalam bidang usaha
industri petrokimia, perdagangan, angkutan dan jasa. Saat ini, TPIA menjalankan usaha petrokimia yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia dengan fasilitas-fasilitasnya yang terletak di Ciwandan, Cilegon dan Puloampel, Serang – Banten. e) PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC) PT. Unggul Indah Cahaya Tbk didirikan tanggal 7 Februari 1983 dengan nama PT Unggul Indah Corporation dan mulai beroperasi secara komersial sejak November 1985. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan UNIC antara lain mencakup bidang usaha industri bahan kimia alkylbenzene dan kegiatan usaha terkait lainnya, jasa angkutan darat dan penampungan barang impor, konstruksi real estat serta penyewaan ruang perkantoran. Saat ini, kegiatan utama Unggul Indah Cahaya adalah bergerak dibidang industri bahan kimia alkylbenzene, yang merupakan bahan baku utama untuk produksi deterjen. 5.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Plastik & Kemasan a) PT. Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI) PT. Argha Karya Prima Industry Tbk didirikan tanggal 7 Maret 1980 dan memulai produksi komersialnya pada tahun 1982.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup AKPI bergerak dalam bidang produksi dan distribusi kemasan fleksibel berupa Biaxially Oriented Poly Propylene (“BOPP”) film, Polyester (“PET”) film, Cast Poly Propylene (“CPP”) film dan Poly Acrylonitrile film, masing-masing dipasarkan dengan merek ARLENE dan ARETA. 6.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Pakan Ternak: a) PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk didirikan 07 Januari 1972 dalam rangka Penanaman Modal Asing (“PMA”) dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1972. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CPIN terutama meliputi industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit-unit cold storage, menjual makanan ternak, makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah Indonesia, maupun ke luar negeri. b) PT. Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk didirikan tanggal 18 Januari 1971 dengan nama PT Java Pelletizing Factory, Ltd dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1971.
Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan JPFA meliputi bidang pengolahan segala macam bahan untuk pembuatan/produksi bahan makanan hewan, kopra dan bahan lain yang mengandung minyak nabati, gaplek dan lain-lain; mengusahakan pembibitan, peternakan ayam dan usaha peternakan lainnya, meliputi budi daya seluruh jenis peternakan, perunggasan, perikanan dan usaha lain yang terkait, dan menjalankan perdagangan dalam dan luar negeri dari bahan serta hasil produksi. 7.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Pulp dan Kertas: a) PT Alkindo Nusantara Tbk (ALDO) PT. Alkindo Naratama Tbk didirikan tanggal 31 Januari 1989 dan memulai aktivitas operasi secara komersial pada tahun 1994. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan ALDO adalah bergerak dalam bidang manufaktur konversi kertas. Saat ini, ALDO memproduksi honeycomb (kertas karton yang dibentuk seperti sarang lebah yang biasa digunakan paper box, hole pad, paper pallet dan sebagai pengisi struktur dalam partisi, pintu, dinding dan furnitur), edge protector (lembaran kertas perlindung sudut untuk produk-produk seperti kaca, marmer, peralatan elektronik dan lain-lain), paper core
(gulungan (bobbin) untuk plastic film atau flexible packaging, kertas, kain dan kertas timah), paper tube (gulungan untuk benang jenis Draw Textured Yarn dan Partially Oriented Yarn) dan paper pallette (palet kertas). b) PT. Fajar Surya Wisesa (FASW) PT. Fajar Surya Wisesa Tbk (FajarPaper) didirikan tanggal 13 Juni 1987 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1989. Berdasarkan
Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan FASW meliputi usaha manufaktur kertas. Saat ini, hasil produksi FASW meliputi Kraft Liner Board (KLB) dan Corrugated Medium Paper (CMP) yang digunakan sebagai bahan pembuatan kotak kemasan berupa kotak karton, dan juga Coated Duplex Board (CDB) yang digunakan sebagai bahan pembuatan kotak kemasan untuk display. c) PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) PT. Toba Pulp Lestari Tbk (PT Inti Indorayon Utama Tbk) didirikan tanggal 26 April 1983 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1989. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan,
ruang
lingkup kegiatan INRU adalah mendirikan dan menjalankan industri bubur kertas (pulp) dan serat rayon (viscose rayon), mendirikan, menjalankan, dan mengadakan pembangunan
hutan tanaman industri dan industri lainnya untuk mendukung bahan baku dari industri tersebut, serta mendirikan dan memproduksi semua macam barang yang terbuat dari bahanbahan tersebut, serta memasarkan hasil-hasil industri tersebut. Saat ini, INRU hanya memproduksi bubur kertas (pulp) dan hasil produksinya dipasarkan di dalam dan di luar negeri. d) PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI) PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk didirikan tanggal 14 Pebruari 1978 dengan nama PT Petroneks dan memulai
kegiatan
usaha
komersialnya
pada
tahun
1978. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KBRI antara lain bergerak dalam industri dan distribusi kertas. Saat ini, KBRI tidak mempunyai aktivitas usaha dan hanya mempunyai satu anak usaha yang beroperasi yaitu PT. Kertas Basuki Rachmat, dengan produk kertas yang dihasilkan adalah kertas Houtvrij schrijfpapier (HVS) dan kertas Crossmachine Direction (CD).
b. Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri rokok,
farmasi, kometik, peralatan rumah tangga, makanan, dsb. Berikut pembagian, penjabaran dan gambaran umumnya: 1.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman: a)
PT. Mayora Indah Tbk (MYOR) PT. Mayora Indah Tbk didirikan 17 Februari 1977 dan
mulai
beroperasi
secara
komersial
pada
bulan
Mei
1978. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Mayora adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini, Mayora menjalankan bidang usaha industri biskuit (Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O Lai, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress.), kembang gula (Kopiko, KIS, Tamarin dan Juizy Milk), wafer (beng beng, Astor, Roma), coklat (Choki-choki), kopi (Torabika dan Kopiko) dan makanan kesehatan (Energen) serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. 2.)
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Rokok: a) PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) PT. Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Saat ini, GGRM memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar dan nikotin (LTN) serta produk tradisional sigaret kretek tangan.
3.)
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi a) PT. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA) PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk didirikan tanggal 30 April 1976 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1976. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi, dan perawatan kesehatan. Saat ini, DVLA menjalankan usaha manufaktur, perdagangan dan jasa atas produk-produk farmasi.
b) PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA) PT. Pyridam Farma Tbk didirikan dengan nama PT. Pyridam pada tanggal 27 Nopember 1977 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1977. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PYFA meliputi industri obat-obatan, plastik, alat-alat kesehatan, dan industri kimia lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor dan antar pulau, dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari segala macam barang. Saat ini, kegiatan usaha PYFA meliputi produksi dan pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan. 4.)
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga:
a)
PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) PT. Mandom Indonesia Tbk didirikan tanggal 5 Nopember 1969 dengan nama PT Tancho Indonesia dan mulai berproduksi secara komersial pada bulan April 1971. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TCID meliputi produksi dan perdagangan kosmetika, wangi-wangian, bahan pembersih dan kemasan
plastik termasuk bahan baku, mesin dan alat produksi untuk produksi dan kegiatan usaha penunjang adalah perdagangan impor produk kosmetika, wangi-wangian, bahan pembersih. Saat ini, TCID memiliki 2 merek dagang utama yaitu Gatsby dan Pixy. Selain itu, TCID juga memproduksi berbagai macam produk lain dengan merek pucelle, Lucido-L, Tancho, Mandom, Spalding, Lovillea, Miratone, dan lain-lain termasuk beberapa merek yang khusus ditujukan untuk ekspor.
c. Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Perusahaan manufaktur sektor aneka industri terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri otomotif, tekstil, kabel, elektronika, dsb. Berikut pembagian, penjabaran dan gambaran umumnya: 1.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Otomotif dan Komponen a) PT. Nipress Tbk (NIPS) PT. Nipress Tbk didirikan 24 April 1975 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan NIPS meliputi bidang usaha industri accu lengkap untuk segala keperluan dan usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan accu.
Saat ini, produk utama Nipress adalah aki motor, aki mobil dan aki industri (merek NS dan Maxlife). 2.) Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Tekstil dan Garment a) PT. Century Textie Industry Tbk (CNTX) PT. Century Textile Industry Tbk disingkat PT. Centex (CNTX) didirikan tanggal 22 Mei 1970 dalam rangka Penanaman Modal Asing (“PMA”) dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak 1972. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CNTX beroperasi dalam industri tekstil terpadu. b)
PT. Ever Shine Tex Tbk (ESTI) PT Ever Shine Tex Tbk didirikan tanggal 11 Desember 1973 dengan nama PT Ever Shine Textile Industry dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1975. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ESTI meliputi industri dan perdagangan tekstil. Produk yang dihasilkan ESTI meliputi: kain tenun (woven fabric), kain rajut (knitted fabric), benang bertekstur (textured yarn), benang pilin (twisted yarn) dan benang nylon filamen (nylon fillament yarn).
c) PT. Pan Brothers Tbk (PBRX) PT. Pan Brothers Tbk didirikan 21 Agustus 1980 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 14 September 1989. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PBRX meliputi perindustrian, perdagangan hasil usaha industri tersebut, mengimpor alat-alat, pengangkutan dan perwakilan atau keagenan, jasa pengelolaan dan penyewaan gedung perkantoran, taman hiburan atau rekreasi dan kawasan berikat. Saat ini, kegiatan usaha utama PBRX adalah pengembang, pemasok dan produsen garmen. d) PT. Trisula International Tbk (TRIS) PT. Trisula International Tbk (sebelumnya PT Trisula Global Fashion) didirikan tanggal 13 Desember 2004 dengan nama PT Transindo Global Fashion dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2005. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TRIS antara lain menjalankan usaha dalam bidang perdagangan pakaian jadi (garmen), industri garmen, industri tekstil serta usaha terkait lainnya. Saat ini, TRIS dan anak usahanya memproduksi pakaian jadi dan memiliki gerai penjualan (sales outlet) milik sendiri dan secara konsinyasi
melalui kerja sama dengan retailer di beberapa pusat perbelanjaan yang tersebar di hampir seluruh kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dan Balikpapan.
3.)
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Kabel: a) PT. Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk (SCCO) PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (PT SUCACO Tbk) didirikan 09 Nopember 1970 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 2 Oktober 1972. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SUCACO adalah memproduksi bermacammacam kabel (Kabel Listrik, Kabel Telekomunikasi dan Kawat Enamel), produk-produk yang berhubungan berikut bahan bakunya, dan segala macam produk melamin, serta menjual produk-produk tersebut di dalam negeri (lokal) dan luar negeri (ekspor).
B. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas 2.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N Normal
64 Parametersa,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
,0000000 ,28638003
Absolute
,107
Positive
,104
Negative
-,107
Kolmogorov-Smirnov Z
,853
Asymp. Sig. (2-tailed)
,461
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil olah data peneliti dengan menggunakan SPSS 18
Keterangan: Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) terkoreksi 0,461 hal ini menunjukkan nilai tersebut tidak signifikan pada taraf nyata 5% atau berada di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model
Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
B 1
(Constant)
Std. Error ,038
,064
CSR
9,329
3,574
Book_to_Market_
-,087
,063
Beta
T
Sig.
e
VIF
,595
,554
,333
2,610
,011
,904
1,106
-,177
-1,391
,169
,904
1,106
Ratio a. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber: Hasil olah data peneliti dengan menggunakan SPSS 18
Keterangan: Nilai Tolerance variabel-variabel pada kolom Collinearity Statistics terkoreksi 0,904 (berada diatas 0,1) dan nilai VIF variabel-variabel terkoreksi 1,106 (berada di bawah 10). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi adanya multikolinieritas / korelasi antar variabel independen.
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park) Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant)
Std. Error
-4,914
,773
Ln_CSR
-,064
,095
Ln_Book_to_Market_Rat
-,839
,331
Beta
T
Sig.
-1,357
,219
-,082
-,678
,526
-,308
-,853
,399
io a. Dependent Variable: Ln_Return_Saham
Sumber: Hasil olah data peneliti dengan menggunakan SPSS 18
Keterangan: Nilai P Value pada tabel Coefficientsa, yakni nilai pada kolom Sig. terkoreksi sebesar 0,219 sampai dengan 0,526 dimana nilai-nilai tersebut tidak signifikan pada taraf nyata 5% atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada terjadinya gejala heteroskedastisitas.
4. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
Model Summaryb Model R d
1
,325a
R Square ,105
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,076
.29104
Durbin-Watson 1,859
i
m
e
n
s
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), Book_to_Market_Ratio, CSR b. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber: Hasil olah data peneliti dengan menggunakan SPSS 18
Keterangan: Nilai Durbin Watson (DW) pada tabel Model Summaryb terkoreksi 1,859. Selanjutnya bila kita lihat di tabel Durbin Watson dengan tingkat signifikan 5%, N= 60 dan K= 2 maka diperoleh dU= 1,652 dan dL= 1,514 serta bila kita lihat di tabel tersebut N= 65 dan K= 2 maka diperoleh dU= 1,662 dan dL= 1,536. Karena N= 64 pada tabel Durbin Watson tidak ada, maka kriteria penilaian yang akan digunakan, yakni nilai dU Durbin Watson yang didapat dari hasil pengujian autokorelasi harus minimal dibawah 1,662 dan diatas 1,652, serta maksimal dibawah 2,348 (4 - 1,652) dan diatas 2,338 (4 - 1,662) setelah mengurangi angka 4. Dari kriteria ini nilai Durbin Watson dalam pengujian autokorelasi tersebut berada
atau terletak diantara batas minimal dan batas maksimal, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatnya gejala autokorelasi.
C. Hasil Uji Hipotesis 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
17,088
2
4,252
Residual
259,395
61
8,544
Total
276,483
63
F 4,319
Sig. ,043a
a. Predictors: (Constant), Book_to_Market_Ratio, CSR b. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber: Hasil olah data peneliti dengan menggunakan SPSS 18
Keterangan: Tabel annovab hasil perhitungan / olah data diatas menjelaskan apakah ada pengaruh nyata / signifikan antara variabel CSR (X1) dan variabel book to market ratio (X2) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel return saham (Y). Dalam uji annova atau F test yang ditampilkan pada tabel annova hasil perhitungan / olah data diatas, dihasilkan F hitung sebesar 4,319 lebih besar dari F tabel (nilai F tabel dengan df1= 2 dan df2= 61 yaitu 3,15) dengan tingkat signifikan 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel dan probabilitas signifikan
lebih kecil dari 0,05 dimana hal ini menyimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas / independen mempengaruhi variabel terikat / dependen.
2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B 1
(Constant)
Std. Error
-3,358
,455
,532
25,323
-,851
,445
CSR Book_to_Market_Rat
Beta
T
Sig.
-7,383
,000
,003
,021
,983
-,249
-1,912
,041
io a. Dependent Variable: Return_Saham
Sumber: Hasil olah data peneliti dengan menggunakan SPSS 18
Keterangan: Tabel coefficientsa hasil perhitungan atau olah data diatas, ditunjukkan pada kolom B bahwa nilai konstanta (a) sebesar -3,358 dan nilai CSR (b1) sebesar 0,532 serta nilai book to market ratio (b2) sebesar -0,851. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai CSR= 0,532 dengan probabilitas 0,983 (0,983 > 0,05) mengartikan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel CSR dengan return saham. Dari hasil tersebut disimpulkan juga bahwa nilai book to market ratio= 0,851 dengan probabilitas 0,041 (0,041 < 0,05) mengartikan bahwa adanya pengaruh negatif yang signifikan antara variabel book to market ratio dengan variabel return saham.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menguji dan menganalisis bagimana pengaruh CSR (Corporate Social Responsibility) dan book to market ratio terhadap return saham. Berikut penjelasan untuk masingmasing variabel: 1.
Pengaruh CSR (Corporate Social Responsibility) dan book to market ratio secara bersama-sama / simultan terhadap return saham. Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk
menguji apakah CSR (Corporate Social Responsibility) dan book to market ratio berpengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap return saham. Dari hasil pengolahan data diatas, yakni dari uji statistik F yang ditampilkan pada tabel annova, terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 4,319 lebih besar dari F tabel (nilai F tabel dengan df1= 2 dan df2= 61 yaitu 3,15) dengan tingkat signifikan 0,043. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel dan probabilitas signifikan lebih kecil dari 0,05 dimana hal ini menyimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas / independen signifikan positif mempengaruhi variabel terikat / dependen, hal ini berarti semakin besar book to market ratio dan rasio CSR suatu perusahaan maka return saham perusahaan tersebut pun akan semakin besar pula. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan riset / penelitian yang dilakukan oleh Adityo dan Arfianto (2012), dimana hasil dari penelitian
Adityo dan Arfianto (2012) menunjukkan bahwa CSR, beta, firm size dan book to market ratio berpengaruh signifikan positif secara simultan atau bersama-sama terhadap return saham. Hasil penelitian ini pun juga sesuai dengan hipotesis 1 peneliti, yakni variabel independen CSR dan book to market ratio berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel independen return saham, hal ini berarti tolak Ho dan terima Ha, yang artinya hipotesis 1 dapat diterima. 2.
Pengaruh CSR (Corporate Social Responsibility) secara parsial terhadap return saham. Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah CSR (Corporate Social Responsibility) berpengaruh secara parsial terhadap return saham. Dari hasil pengolahan data diatas, yakni dari uji statistik t dapat dilihat bahwa nilai pada Tabel coefficientsa yakni pada kolom B, nilai konstanta (a) sebesar -3,358 dan nilai CSR (b1) sebesar 0,532 serta nilai book to market ratio (b2) sebesar -0,851. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa nilai CSR (b1)= 0,532 dengan probabilitas 0,983 (0,983 > 0,05) yang mengartikan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen CSR dengan variabel dependen return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adityo dan Arfianto (2012), serta bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Donato dan Izzo (2008), Dahlia dan Siregar (2008), Nurlela dan Islahuddin (2008), yang menyatakan adanya korelasi yang positif antara
CSR dengan return saham dan Brammer et all (2006), yang menyatakan adanya korelasi yang negatif antara CSR dengan return saham. Hasil penelitian tersebut menjelaskan dan mengindikasikan bahwa besarnya dana dan kegiatan CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan tidak mempengaruhi secara signifikan besarnya return saham perusahaan tersebut, hal tersebut menandakan bahwa investor saham di Indonesia tidak begitu memandang dan melihat aspek CSR sebagai suatu hal atau pertimbangan yang utama dalam membeli atau berinvestasi saham, sehingga sinyal yang diberikan oleh suatu emiten pada investor melalui laporan pengungkapan kegiatan CSR yang baik belum tentu dilihat dan dijadikan pertimbangan secara pasti oleh investor untuk membeli saham perusahaan atau emiten tersebut. Selain itu hal tersebut juga menandakan bahwa masyarakat umum di Indonesia tidak begitu memperhatikan dan mengingat perusahaan yang melakukan kegiatan CSR, dimana mereka hanya mengingat dan memperhatikan perusahaan-perusahaan tenama dan besar yang menyalurkan dana dan melakukan kegiatan CSR secara besar dan dipublikasikan melalui berbagai media. Mereka memang melihat besarnya dana kegiatan CSR yang diberikan dan disumbangkan, akan tetapi mereka tidak begitu memperhatikan dan mengingat perusahaan yang melakukan kegiatan CSR tersebut, terlebih bagi perusahaan-perusahaan kecil, dan perusahaan-perusahaan kurang ternama yang hanya melakukan kegiatan CSR yang tergolong kecil atau tidak besar, serta tidak dipublikasikan melalui berbagai media (hanya dipublikasikan lewat laporan
tahunan perusahaan). Hal ini tentu tidak akan berdampak signifikan pada kenaikan penjualan. Karena tidak berdampak signifikan pada kenaikan penjualan maka pun tidak berdampak pada peningkatan keuntungan perusahaan secara signifikan yang berujung pada tidak berdampak atau berpengaruhnya secara signifikan terhadap peningkatan return saham. Disamping itu pun masyarakat di Indonesia saat ini tetap memandang brand atau merek sebagai suatu hal yang utama dalam membeli suatu barang atau produk, sehingga walaupun perusahaan tidak selalu melakukan kegiatan CSR secara besar, namun karena brand atau mereknya sudah sangat dikenal dan terkenal baik, tetap saja produk mereka sangat laku terjual dan mudah diterima di pasar, dan penjualan mereka dapat meningkat dengan mudah yang berujung pada peningkatan keuntungan dan peningkatan return saham perusahaan, karena investor selalu memandang positif dan menilai tinggi perusahaan yang tingkat profit atau keuntungannya tinggi dan kinerjanya baik. Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis 2 peneliti, sehingga hipotesis 2 ditolak yang berarti tidak adanya pengaruh yang signifikan antara CSR terhadap return saham (terima Ho dan tolak Ha). 3.
Pengaruh book to market ratio secara parsial terhadap return saham. Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji
apakah book to market ratio berpengaruh secara parsial terhadap return saham. Dari hasil pengolahan data diatas, yakni dari uji statistik t dapat
dilihat bahwa nilai pada Tabel coefficientsa yakni pada kolom B, nilai konstanta (a) sebesar -3,358 dan nilai CSR (b1) sebesar 0,532 serta nilai book to market ratio (b2) sebesar -0,851. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa nilai book to market ratio (b2) sebesar -0,851 dengan probabilitas 0,041 (0,041 < 0,05) yang mengartikan bahwa adanya pengaruh negatif yang signifikan antara variabel independen book to market ratio dengan variabel dependen return saham, dimana hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi book to market ratio suatu perusahaan maka return saham perusahaan tersebut semakin rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan riset / penelitian yang dilakukan oleh Adityo dan Arfianto (2012), dan bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriati (2010), yang menyatakan adanya korelasi / hubungan yang positif antara book to market ratio dengan return saham dan Harsalim (2013), yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang positif signifikan antara book to market ratio terhadap return saham. Book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya (Riyanto, 1995 dalam Adityo dan Arfianto, 2012). Rasio ini merupakan perbandingan antara nilai buku saham dengan nilai pasar saham, dimana semakin tinggi rasio ini maka dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Indikator undervalue tersebut menunjukkan bahwa pasar menilai perusahaan tersebut lebih rendah dari nilai bukunya, hal ini terjadi karena pasar pesimis dan menganggap bahwa perusahaan
tersebut tidak mampu memenuhi target kinerja yang diharapkan, dimana hal ini tentu membuat investor menilai bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, sehingga mereka tidak berminat akan saham perusahaan tersebut, yang mengakibatkan permintaan akan saham perusahaan tersebut menurun dan berimbas / berdampak pada menurunnya return saham perusahaan tersebut. Hal ini terjadi sebaliknya ketika perusahaan dinilai atau tergolong dalam indikator overvalue, dimana ketika perusahaan dinilai overvalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam kondisi baik / bagus karena pasar menilai perusahaan tersebut lebih tinggi dari nilai bukunya, dimana hal ini terjadi karena pasar optimis dan menganggap bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi target kinerja yang diharapkan. Hal ini tentu membuat investor pun menilai perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, sehingga mereka berminat / tertarik akan saham perusahaan tersebut, yang mengakibatkan permintaan saham perusahaan tersebut meningkat yang pada akhirnya meningkatkan return saham perusahaan tersebut.
Perusahaan yang berjalan dengan baik pada umunya memiliki rasio book to market dibawah 1 yang menunjukkan bahwa nilai pasar sahamnya lebih besar dari nilai bukunya (overvalue). Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis 3 peneliti, sehingga hipotesis 3 diterima yang berarti
adanya pengaruh yang signifikan antara book to market ratio terhadap return saham (tolak Ho dan terima Ha).