BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Jenis Parasitoid Berdasarkan hasil rearing daun pisang yang dilakukan di Kecamatan
Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat di peroleh empat jenis parasitoid dari pupa Erionota thrax. Parasitoid tersebut termasuk ke dalam ordo Hymenoptera. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri empat sayap yang tipis dan
sayap-sayap
belakang
lebih
kecil
dari
sayap-sayap
depan
(Borror et al .,1996). Hymenoptera merupakan salah satu ordo terpenting yang tercatat sebagai parasitoid. Dalam ordo Hymenoptera yang terbanyak mengandung parasitoid adalah famili Ichneumonidae, Braconidae, dan beberapa famili yang termasuk Chalcidoidea(Untung, 1996). Jenis-jenis parasitoid yang di dapat dari hasil rearing pupa Erionota thrax antara lain Brachymeria lasus, Xanthopimpla gampsura, Theronia sp dan Pediobius erionotae. Parasitoid-parasitoid ini termasuk ke dalam famili yang berbeda-beda. Parasitoid Brachymeria lasus termasuk ke dalam famili Chalcididae. Karena memiliki ciri femur belakang membesar dan terdapat gigi pada tepi ventral (Gambar 4.1). Prepektus sangat kecil dan tubuh berwarna hitam. Kaki belakang memiliki tanda berwarna kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Famili ini berukuran sedang (panjangnya 2-7) mm. Mereka berbeda dari leucospid-leucospid karena mempunyai alat perteluran yang pendek dan sayap-sayap yang tidak terlipat secara longitudinal bila Evi Soviani, 2012 Identifikasi Parasitoid pada Erionota Thrax yang terdapat dalam daun pisang (Musa Paradiciaca) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
beristirahat. Chalcidid-chalcidid biasanya hitam atau kuning dengan berbagai tanda, tetapi tidak pernah metalik (Borror et al .,1996).
4 mm
Gambar 4.1 Femora Belakang Famili Chalcididae (Sumber : Dokumen Pribadi)
Sebagian besar Chalcididae merupakan parasit primer Lepidoptera; sedikit spesies yang memparasiti Coleoptera (terutama Chrysomelidae dan famili Coleoptera pengebor kayu), lebih sedikit memparasiti Diptera, Hymenoptera dan Neuroptera. Spesies dari beberapa genus berkembang sebagai parasit sekunder Lepidoptera, kebanyakan melalui Braconidae, Ichneumonidae, dan Tachinidae. Beberapa inang termasuk secara ekonomi merupakan serangga hama penting. Sebagian besar Chalcididae merupakan parasit soliter, tetapi beberapa yang lebih kecil Conura dan Brachymeria adalah gregarius, banyak individu muncul dari satu pupa inang. Hampir seluruh Chalcididae memparasiti larva inang atau pupa, kecuali beberapa Chalcis yang mengoviposisi ke dalam telur Stratiomyidae. Dewasa memakan nektar dan sekresi tanaman dan serangga (Gibson et al., 1997). Sebagian besar idiobiont, mengoviposisi ke dalam kurang lebih inang yang telah dewasa sepenuhnya, seperti larva matang (dalam hal parasitoid dari
43
Diptera) atau pupa muda (parasitoid dari Lepidoptera) (Departemen Entomologi dan departemen Biologi- Imperial College, 1999). Parasitoid Xanthopimpla gampsura, termasuk ke dalam famili Ichneumonidae. Karena memiliki ciri tidak mempunyai sel kosta pada sayap-sayap depan, venasi Rs + M tidak ada, terdapat venasi 2m-cu (Gambar 4.2). Antena berbentuk filiform (seperti benang) dengan segmen berjumlah 18 atau lebih. Ichneumonidae merupakan famili yang banyak bertindak sebagai parasitoid pada bermacam inang (Purnomo, 2010). Banyak lebah Ichneumonid merupakan parasitoid soliter, dan banyak lebah Braconid dan Chalcidoid yang bersifat gregarius (Untung, 1996).
a
14 mm
b
c
Gambar 4.2 Venasi Sayap Depan Xanthopimpla gampsura (a) Tidak terdapat sel kosta ( b) Areolat (c) Dua rangka sayap melintang m-cu (Sumber : Dokumen Pribadi)
Icneumonid merupakan parasitoid serangga holometabola yang belum dewasa (Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Rhapidioptera, Trichoptera) atau Chelicerata (Araneae dan telur Pseudoscorpionida, dewasa Araneae). Symphyta dan Lepidoptera merupakan inang yang paling umum (Goulet
et
al.,
1993).
Ichneumonid
dewasa,
seperti
kebanyakan
Hymenoptera lain, memakan polen dan nektar dari tumbuh-tumbuhan (Tn, 2002).
44
Parasitoid Theronia sp termasuk ke dalam famili Ichneumonidae. Famili ini memiliki ciri-ciri tidak mempunyai sel kosta pada sayap depan, venasi Rs + M tidak ada, terdapat venasi 2m-cu (Gambar 4.3). Antena berbentuk filiform (seperti benang) dengan segmen berjumlah 18 atau lebih. a
b
10 mm
c
Gambar 4.3 Venasi Sayap Depan Theronia sp (a) Tidak terdapat sel kosta (b) Areolat (c) Dua rangka sayap melintang m-cu (Sumber : Dokumen Pribadi)
Parasitoid Pediobius erionotae termasuk dalam famili Eulóphidae. Eulóphidae merupakan serangga-serangga yang berukuran agak kecil (panjang 1-3 mm). Eulophid dapat dikenali oleh tarsi yang beruas empat, dan aksilae meluas ke depan di belakang tegulae. Banyak eulophid berwarna metalik cemerlang, dan yang jantan dari banyak jenis mempunyai sungut-sungut seperti sisir. Tabuhan-tabuhan ini pada umumnya agak bersklerotisasi lemah, dan tubuh-tubuh dari spesimen-spesimen tersebut seringkali mengempis bila kering (Borror et al.,1996). Gaster dengan petiolus
yang
jelas
(Departemen
Entomologi
dan
Departemen
Biologi- Imperial College, 1999). Mayoritas Eulophidae merupakan parasitoid primer dari larva yang tersembunyi, terutama yang mendiami daun. Spesies terbaik yang diketahui
45
menyerang Lepidoptera, tetapi banyak spesies memparasiti larva serangga lain
yang
hidup
tersembunyi
(seperti
Agromyzidae,
heterarthrine
Tenthredinidae dan Curculionidae). Sejumlah eulophid lain berkembang sebagai
endoparasitoid
pada telur serangga. Spesies kemungkinan
ektoparasitoid idiobiont (Eulophinae; Euderinae), atau endoparasitoid (Entedontinae dan beberapa Tetrastichinae). Banyak spesies endoparasitik merupakan idiobiont (misalnya sebagian besar Chrysocharis spp.), tetapi beberapa (misalnya Crysocharis phyrne dan Achrysocharoides spp.) merupakan koinobiont. Banyak spesies idiobiont dapat berperilaku sebagai fakultatif hiperparasitoid (Askew, 1968; Askew dan Shaw, 1979 dalam Imperial College, 1999) dan hiperparasitisme biasa atau bahkan obligator pada beberapa spesies (Departemen Entomologi dan Departemen BiologiImperial College, 1999). Penulis bekerja sama dengan LIPI dalam identifikasi parasitoid yang muncul dari pupa Erionota thrax. Identifikasi pada parasitoid merupakan hasil rekomendasi oleh Darmawan dari laboratorium Entomologi LIPI. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai spesies parasitoid yang diperoleh : 1. Brachymeria lasus Walker a. Klasifikasi Brachymeria lasus Identifikasi parasitoid Brachymeria lasus sampai pada tingkat spesies berdasarkan karakter morfologi dalam buku Gibson et al. (1997) dan Boucek (1988). Identifikasi dilakukan dengan mengikuti kunci
46
determinasi menurut venasi sayap, jumlah ruas tarsi, bentuk femur, warna tubuh dan warna kaki belakang. Sehingga diperoleh famili maupun spesiesnya. Klasifikasi dari Brachymeria lasus menurut Boucek adalah : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Familia
: Chalcididae
Genus
: Brachymeria ( Westwood,1829 )
Species
: Brachymeria lasus Walker
(Sumber : Boucek, 1988) b. Morfologi Brachymeria lasus memiliki panjang tubuh sekitar 6,5 mm. Warna tubuh hitam. Abdomen berwarna hitam. Koksa belakang berwarna hitam dan femur belakang berwarna hitam dengan warna kuning pada bagian apikal (Gambar 4.4A). Panjang sayap depan sekitar 4,5 mm (Gambar 4.4B). Dasar tibia belakang berwarna hitam, sisanya berwarna kuning. Betina memiliki koksa belakang dengan gigi ventromesal yang jelas. Terdapat ovipositor (alat perteluran) yang pendek. Kebanyakan spesies Brachymeria (kemungkinan seluruh) merupakan parasit pada pupa dari serangga holometabola, terutama Lepidoptera, tetapi spesies tertentu menyerang Coleoptera, Hymenoptera
47
dan Diptera. Walaupun beberapa spesies merupakan obligator atau hiperparasit berkala, menyerang salah satu parasit primer (Ichneumonid, Braconid atau Tachinid) atau inangnya, yang lain diketahui menjadi primer tunggal. Karena biasanya merupakan parasit pupa, kisaran inang sering luas tetapi beberapa Brachymeria pasti lebih menyukai inang tertentu, misalnya kumbang cassidine, tachinid puparia atau kokon sawfly (Boucek, 1988). Beberapa spesies Brachymeria yang berada di Indonesia merupakan parasitoid primer dan sekunder dari larva dan pupa Lepidoptera, terutama kupu-kupu (Kalshoven, 1981).
6,5 mm 4,5 mm
A B Gambar 4.4 (A) Brachymeria lasus (arah lateral) ; (B) Sayap Depan Brachymeria lasus (Sumber : Dokumen Pribadi)
2. Xanthopimpla gampsura Krieger a. Klasifikasi Xanthopimpla gampsura Identifikasi parasitoid Xanthopimpla gampsura sampai pada tingkat spesies, berdasarkan karakter morfologi pada buku Goulet dan Huber (1993). Identifikasi dilakukan dengan kunci determinasi berdasarkan bentuk venasi sayap, bentuk antena, bentuk labrum dan warna tubuh.
48
Klasifikasi dari Xanthopimpla gampsura menurut Goulet dan Huber adalah : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Familia
: Ichneumonidae
Genus
: Xanthopimpla
Species
: Xanthopimpla gampsura Krieger (1914)
(Sumber : Goulet dan Huber, 1993) b. Morfologi Xanthopimpla gampsura memiliki antena sangat panjang, berbentuk filiform dan berwarna coklat kehitaman (Gambar 4.5A). Pada toraks terdapat 4 corak hitam (Gambar 4.5B). Panjang tubuh sekitar 15 mm. Tubuh berwarna coklat kekuningan (Gambar 4.6A). Bagian abdomen berwarna kuning kecoklatan. Pada abdomen, arah dorsal terdapat garis hitam tebal pada bagian tepi (Gambar 4.6B). Panjang sayap depan sekitar 14
mm.
Terdapat
ovipositor
dengan
panjang
sekitar
6
mm
(Gambar 4.6B). Xanthopimpla gampsura diketahui sebagai parasitoid pupa Hesperiidae, seperti Cephrenes chrysozona, Erionota thrax dan Hidari irava (Darmawan, 2011).
49
2,5 mm 4 mm
A B Gambar 4.5 (A) Antena Xanthopimpla gampsura ; (B) Toraks Xanthopimpla gampsura (arah dorsal) (Sumber : Dokumen Pribadi)
6 mm 15 mm
A B Gambar 4.6 (A) Xanthopimpla gampsura (arah lateral) ; (B) Ovipositor Xanthopimpla gampsura (tanda panah) ( Sumber : Dokumen Pribadi)
3. Theronia sp a. Klasifikasi Theronia sp Identifikasi pada Theronia sp sampai pada tingkat spesies berdasarkan karakter morfologi pada buku Goulet dan Huber (1993). Identifikasi yang dilakukan dengan kunci determinasi berdasarkan venasi sayap, bentuk antena, bentuk labrum dan warna tubuh.
50
Klasifikasi dari Theronia sp menurut Goulet dan Huber adalah : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Familia
: Ichneumonidae
Genus
: Theronia (Holmgren, 1859)
Species
: Theronia sp
(Sumber : Goulet dan Huber, 1993) b. Morfologi Parasitoid Theronia sp memiliki panjang tubuh sekitar 11 mm. Seluruh tubuh berwarna kuning cerah (Gambar 4.7A). Antena berbentuk filiform (Gambar 4.7B). Pada bagian toraks (arah dorsal), terdapat 4 corak hitam yang bersatu. Abdomen berwarna kuning dan terdapat garis hitam pada arah dorsal. Panjang sayap depan sekitar 10 mm. Terdapat ovipositor dan panjangnya sekitar 4,5 mm.
11 mm
2 mm
A B Gambar 4.7 (A)Theronia sp (arah lateral) ;(B) Antena Theronia sp ( Sumber : Dokumen Pribadi)
51
4. Pediobius erionotae Kerrich a. Klasifikasi Pediobius erionotae Identifikasi
pada
parasitoid
Pediobius
erionotae,
dilakukan
berdasarkan karakter morfologi pada buku Gibson et al. (1997) dan Boucek (1988). Penentuan identifikasi dilakukan dengan kunci determinasi berdasarkan venasi sayap, jumlah ruas tarsi, warna tubuh dan ukuran tubuh. Klasifikasi dari Pediobius erionotae menurut Gibson adalah : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Classis
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Familia
: Eulophidae
Genus
: Pediobius ( Walker, 1846 )
Species
: Pediobius erionotae ( Kerrich, 1973 )
(Sumber : Gibson et al.,1997) b. Morfologi Pediobius erionotae memiliki panjang tubuh sekitar 3 mm. Tubuh berkilau dan berwarna hitam hijau metalik(Gambar 4.8). Mata berwarna coklat tua. Abdomen berwarna hitam hijau metalik. Pada bagian pronotum terdapat rambut-rambut halus berwarna hitam. Tarsi terdiri dari 4 ruas, pada ruas pertama terdapat semacam duri yang berwarna coklat. Antena terdiri dari 3 segmen antara pedicel dan club.
52
3 mm
Gambar 4.8 Pediobius erionotae (arah lateral) (Sumber : Dokumen Pribadi)
Pediobius merupakan genus besar dari wasp famili Eulophidae (Hymenoptera:Chalcidoidea), terdiri lebih dari 200 spesies di gambarkan yang meliputi seluruh dunia dan tersebar di seluruh wilayah zoogeografis (Hansson,
2006
dalam
Purnamasari,
2007).
Spesies
Pediobius
merupakan parasitoid primer atau sekunder dari telur, larva dan pupa arthropod lain, misalnya serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera dan laba-laba dari ordo Araneida (Bouček, 1988; Hansson dan Nishida, 2002; Noyes, 2002 dalam Purnamasari, 2007). Beberapa spesies dari Pediobius
telah seringkali digunakan
sebagai
banyak
agen
kontrol
biologis
bagi
serangga
hama
(Purnamasari, 2007). Bila dilihat dari banyaknya individu yang muncul dari setiap inang, Xanthopimpla gampsura dan Theronia sp termasuk pada golongan parasitoid soliter, yaitu dari satu inang hanya muncul satu ekor parasitoid. Xanthopimpla gampsura dan Theronia sp termasuk ke dalam
53
famili
Ichneumonidae. Kebanyakan Ichneumonid adalah soliter, satu
individu tunggal berkembang dari satu induk semang tunggal, walaupun beberapa berkelompok (Borror et al .,1996). Sedangkan Brachymeria lasus Walker termasuk ke dalam golongan parasitoid gregarius, yaitu beberapa ekor parasitoid dapat berkembang secara normal menjadi dewasa dalam satu individu (tubuh) inang, (Mangoendihardjo dan Mahrub dalam Jumar, 2000). Jumlah imago yang keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali (Hidayat et al., 2006). Sejumlah tabuhan dari famili Braconidae dan Chalcidoidae bersifat gregarius (Untung, 1993 dalam Jumar, 2000). Parasitoid yang ditemukan di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung merupakan jenis parasitoid pupa yang tidak endemik di daerah Soreang. Parasitoid ini umum ditemukan pada beberapa negara di dunia maupun di wilayah Indonesia. B.
Persentase Parasitasi Parasitoid Persentase parasitasi parasitoid di peroleh dari perhitungan antara
jumlah pupa yang terparasit per jumlah pupa yang diamati pada Erionota thrax. Seluruh pupa yang terparasit pada Erionota thrax di hitung untuk menentukan tingkat parasitasi. Persentase parasitasi parasitoid dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa parasitoid muncul pada rearing daun pisang pertama sampai dengan terakhir (keenam). Parasitoid yang muncul untuk rearing ke 1, 2, dan seterusnya sebanyak 33 ekor, 70 ekor, 60 ekor,
54
111 ekor, 4 ekor dan 83 ekor. Dengan demikian, persentase parasitasi seluruh parasitoid menurut Hamid et al (2003) adalah sebagai berikut : 24 x 100 % = 24 % 100 Tingkat parasitasi total parasitoid berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan angka yang kecil. Hal ini disebabkan karena ulat penggulung daun Erionota thrax secara genetis memiliki kemampuan tersendiri atau memiliki strategi bagaimana ia bertahan dan berkembang biak walaupun lingkungannya
memiliki
faktor
pengendali
biotis
maupun
abiotis
(Price, 1997 dalam Maramis 2006). Dalam mempertahankan hidupnya, strategi yang ditempuh oleh serangga dapat berupa pemilihan inang yang sesuai sebagai bahan makanannya (perilaku bawaan) dan mengandung bahan-bahan tertentu yang kurang disukai oleh parasitoid. Berdasarkan penelitian Wanta (2004), tingkat parasitasi tertinggi terjadi pada stadia telur dibandingkan dengan pada stadia pupa. Hal ini diduga bahwa stadia telur pada Erionota thrax dapat dengan mudah ditemukan oleh parasitoid. Telur Erionota thrax diletakkan oleh induk betina di bawah permukaan daun pisang secara terbuka dan berkelompok, sehingga memudahkan parasitoid untuk menemukan dan meletakkan telurnya. Berbeda dengan pupa Erionota thrax yang terdapat pada gulungan daun yang lebih rapat sehingga mempersulit parasitoid untuk menemukannya.
55
Tabel 4.1 Hasil Rearing Daun Pisang dari Pupa Erionota thrax Tanggal Rearing
Jumlah Pupa
30 Juli 2010
18
24 Oktober 2010
24
28 November 2010
17
20 Desember 2010
25
15 Februari 2011
9
12 Maret 2011
7
Total
100
Jumlah Pupa Yang Menetas (buah) Parasitoid Erionota thrax Jumlah Jenis 2 pupa 2 2 Brachymeria lasus 3 pupa Brachymeria lasus 1 pupa Pediobius 17 5 erionotae 1 pupa Xanthopimpla gampsura 3 pupa Brachymeria lasus 2 pupa Xanthopimpla gampsura 10 6 Dalam 1 pupa terdapat pupa Brachymeria lasus dan Pediobius erionotae Dalam 1 pupa terdapat Brachymeria lasus dan 19 3 Pediobius erionotae 2 pupa Brachymeria lasus 1 pupa 8 1 Brachymeria lasus 1 pupa Brachymeria lasus 0 7 4 pupa Theronia sp 2 pupa Pediobius erionotae 56 24
Tidak Menetas
Jumlah Parasitoid
14
33
2
70
1
60
3
111
0
4
0
83
20
361
56
Selain itu, jumlah populasi musuh alami rendah sehingga tidak mampu memberikan respon numerik yang cepat dalam mengimbangi peningkatan populasi hama (Untung, 1993). Jumlah parasitoid pupa dari Erionota thrax yang berada di kecamatan Soreang, kemungkinan rendah. Sehingga tingkat parasitasi parasitoid kecil. Pupa
yang
menetas
dapat
berupa
imago
Erionota
thrax
(Gambar 4.9A) maupun parasitoid. Pupa yang menetas menjadi parasitoid merupakan pupa yang terparasit (Gambar 4.9B). Pupa yang terparasit memiliki ciri berwarna hitam dan terdapat lubang sebagai tempat keluarnya parasitoid. Dari tabel diperoleh data bahwa tidak semua pupa menetas menjadi imago Erionota thrax maupun parasitoid. Persentase pupa yang menetas sebesar 80 %, sedangkan persentase pupa yang tidak menetas yaitu 20 %.
A B Gambar 4.9 (A) Kupu-kupu Erionota thrax ;(B) Pupa yang terparasit (Sumber : Dokumen Pribadi)
Pupa yang tidak menetas dibedah, untuk mengetahui isi pupa. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah pupa berisi imago Erionota thrax atau
57
imago parasitoid. Setelah dilakukan pembedahan, pupa yang tidak menetas berisi imago Erionota thrax (Gambar 4.10A dan B).
A Gambar 4.10 Pupa yang tidak menetas (A) Sebelum dibedah ;(B) Setelah di bedah (Sumber : Dokumen Pribadi)
B
Persentase pupa yang tidak menetas sebesar 20 %. Hal ini terjadi karena pada saat rearing dilakukan dalam screen cage, sehingga terjadi perubahan suhu lingkungan. Pupa yang tidak perubahan
lingkungan
akan
mati.
dapat
bertahan
Andrewartha
terhadap
(Brues,1939)
mengemukakan bahwa adaptasi terhadap temperatur dapat diamati dari respon pada batasan kisaran yang dapat ditoleransi. Brues (1939) menemukan larva Diptera tertentu hidup di suhu panas di Indonesia pada temperatur hingga 52C. Tetapi tidak ada spesies individu yang diketahui dapat tumbuh diatas kisaran 0C sampai 50C. Kisaran temperatur yang mendukung pada spesies khusus berhubungan dengan temperatur yang berlaku di tempat dimana hewan biasanya hidup. Di alam pupa dapat menetas baik menjadi imago Erionota thrax maupun imago parasitoid
58
karena daya dukung lingkungan yang sesuai memungkinkan untuk terjadinya penetasan. C.
Persentase Parasitasi Masing-Masing Jenis Parasitoid Persentase rasio parasitasi setiap jenis parasitoid dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan parasitasi setiap jenis parasitoid dan untuk menentukan parasitoid yang paling banyak muncul. Persentase parasitasi setiap jenis parasitoid diperoleh dari jumlah individu pupa yang terparasit per jumlah pupa yang diamati. Tingkat rasio parasitasi setiap jenis parasitoid terhadap Erionota thrax adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Tingkat Parasitasi Setiap Jenis Parasitoid Erionota thrax Jenis
Tingkat
Parasitoid
Parasitasi
R1
R2
R3
R4
Brachymeria lasus Xanthopimpla gampsura
14 %
33
44
28
60
4
18
187
3%
0
1
2
0
0
0
3
Theronia sp
4%
0
0
0
0
0
4
4
Pediobius erionotae
5%
0
25
30
51
0
61
167
Total
Jumlah Parasitoid
Total
R5 R6 Parasitoid
361
Ket : R = Rearing keBerdasarkan hasil perhitungan di atas, tingkat rasio parasitasi parasitoid pupa tertinggi di temukan pada Brachymeria lasus, sebesar 14 %. Sedangkan parasitasi parasitoid terkecil yaitu pada Xanthopimpla gampsura sebesar 3 %. Tingkat rasio parasitasi parasitoid pupa menunjukkan bahwa Brachymeria lasus, memiliki jumlah yang cukup banyak bila dibandingkan
59
dengan parasitoid lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Brachymeria lasus merupakan jenis parasitoid yang paling banyak muncul dan berpotensi sebagai agen kontrol biologis yang baik. Wanta (Kalshoven, 1981) mengatakan bahwa parasitoid pupa Brachymeria sp secara alami di lapangan dapat mengendalikan hama Erionota thrax dengan persentase parasitisasi dapat mencapai 70-80 % jika populasi hama tinggi. Jenis parasitoid yang paling banyak muncul adalah Brachymeria lasus. Dengan demikian, parasitoid yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama Erionota thrax di lapangan adalah Brachymeria lasus. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, menemukan bahwa Pediobius erionotae merupakan parasitoid primer maupun sekunder. Pediobius erionotae dikatakan sebagai parasitoid primer, karena menyerang inang utama (hama tanaman atau Erionota thrax). Sedangkan sebagai parasitoid
sekunder,
parasitoid
ini
menyerang
parasitoid
primer
(Brachymeria lasus). Spesies Pediobius merupakan parasitoid primer maupun sekunder untuk fase telur, larva dan pupa dari arthropoda lainnya, misalnya ordo serangga Coleoptera, Diptera, Hymenoptera dan Lepidoptera dan laba-laba dari ordo Araneida (Boucek, 1988; Hansson and Nishida, 2002; Noyes, 2002 dalam Purnamasari, 2007). Beberapa spesies dari Pediobius seringkali digunakan sebagai agen kontrol biologis untuk banyak hama serangga (Purnamasari, 2007).