BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 143 perusahaan pada tahun 2013 – 2015. Dari 143 perusahaan, peneliti akan mengambil beberapa sampel perusahaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Perusahaan manufaktur dapat dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling,
berdasarkan kriteria
yang
telah ditentukan.
Berdasarkan proses seleksi sampel yang telah dilakukan maka diperoleh 33 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel. Penelitian ini dilakukan selama 3 tahun sehingga memperoleh data 99 sampel penelitian. B. Hasil Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menjelaskan tentang karakteristik data yang digunakan dalam penelitian yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Berikut ini adalah hasil dari statistik deskriptif.
72 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
73
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N 99 99 99 99 99 99 99
Minimum Maximum Mean Std. Deviation ,05721 4915,33629 52,0725541 493,93153641 26,44032 33,13405 29,0642328 1,70059084 0 1 ,94 ,240 ,25000 1,00000 ,4047302 ,13209848 3 5 3,21 ,435 0 1 ,70 ,462 ,00239 ,38551 ,1096684 ,07892025
DPR SIZE KB KOMIS KA AUDIT DA Valid N 99 (listwise) Sumber: Output SPSS versi 23
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui variabel-variabel dengan jumlah data (N) masing-masing sebanyak 48 yang dideskripsikan sebagai berikut: 1. Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) mempunyai nilai minimum sebesar 0,05721 yang dihasilkan oleh PT. Wismilak Inti Makmur, Tbk di tahun 2013 dan nilai maksimum sebesar 4.915,33629 yang dihasilkan oleh PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk di tahun 2013. Nilai standar deviasi sebesar 493,93153641 lebih besar dari nilai rata-rata atau mean sebesar 52,0725541. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data DPR adalah kecil, artinya bahwa data untuk variabel Dividend Payout Ratio (DPR) tidak baik. 2. Variabel Firm Size (SIZE) mempunyai nilai minimum sebesar 26,44032 yang dihasilkan oleh PT. Sekar Laut, Tbk di tahun 2013 dan nilai maksimum sebesar 33,13405 yang dihasilkan oleh PT. Astra
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
74
Internasional, Tbk di tahun 2015. Nilai standar deviasi sebesar 1,70059084 lebih kecil dari nilai rata-rata atau mean sebesar 29,0642328. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data adalah besar, artinya bahwa data untuk variabel Firm Size (SIZE) baik. 3. Variabel Kompensasi Bonus (KB) mempunyai nilai minimum sebesar 0 yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma, Tbk di tahun 2013-2015 dan nilai maksimum sebesar 1 yang dihasilkan oleh PT. Gudang Garam, Tbk di tahun 2013-2015. Nilai standar deviasi sebesar 0,240 lebih kecil dari nilai rata-rata atau mean sebesar 0,94. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data adalah besar, artinya bahwa data untuk variabel Kompensasi Bonus (KB) baik. 4. Variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (KOMIS) mempunyai nilai minimum sebesar 0,25000 yang dihasilkan oleh PT. Surya Toto Indonesia, Tbk di tahun 2013 dan nilai maksimum sebesar 1,00000 yang dihasilkan oleh PT. Arwana Citra Mulia, Tbk di tahun 20132015. Nilai standar deviasi sebesar 0,13209848 lebih kecil dari nilai rata-rata atau mean sebesar 0,4047302. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data adalah besar, artinya bahwa data untuk variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen (KOMIS) baik. 5. Variabel Komite Audit (KA) mempunyai nilai minimum sebesar 3 yang dihasilkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk di tahun 2013-2015 dan nilai maksimum sebesar 5 yang dihasilkan oleh PT. Semen Gresik, Tbk di tahun 2014. Nilai standar deviasi sebesar 0,435
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
75
lebih kecil dari nilai rata-rata atau mean sebesar 3,21. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data adalah besar, artinya bahwa data untuk variabel Komite Audit (KA) baik. 6. Variabel Kualitas Audit (AUDIT) mempunyai nilai minimum sebesar 0 yang dihasilkan oleh PT. Lion Metal Works, Tbk di tahun 2013-2015 dan nilai maksimum sebesar 1 yang dihasilkan oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk di tahun 2013-2015. Nilai standar deviasi sebesar 0,462 lebih kecil dari nilai rata-rata atau mean sebesar 0,70. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data adalah besar, artinya bahwa data untuk variabel Kualitas Audit (AUDIT) baik. 7. Variabel Manajemen Laba (DA) mempunyai nilai minimum sebesar 0,00239 yang dihasilkan oleh PT. Mayora Indah, Tbk di tahun 2015 dan nilai maksimum sebesar 0,38551 yang dihasilkan oleh PT. HM Sampoerna, Tbk di tahun 2015. Nilai standar deviasi sebesar 0,07892025 lebih kecil dari nilai rata-rata atau mean sebesar 0,1096684. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data adalah besar, artinya bahwa data untuk variabel Manajemen Laba (DA) baik. C. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
76
1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah suatu metode regresi yang terdiri dari variabel independen dan variabel dependen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Normalitas data suatu data dapat dideteksi dengan menggunakan uji One-Sample KolmogorovSmirnov Test dengan ketentuan apabila nilai signifikansi KolmogorovSmirnov > dari 0,05 maka data residual terdistribusi normal, sebaliknya jika signifikansi Kolmogorov-Smirnov < dari 0,05 maka data residual terdistribusi
secara
tidak
normal.
Berikut
hasil
uji
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test: Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 99 a,b Normal Parameters Mean ,0000000 Std. ,07155403 Deviation Most Extreme Absolute ,081 Differences Positive ,081 Negative -,051 Test Statistic ,081 Asymp. Sig. (2-tailed) ,109c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Sumber: Output SPSS versi 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
normalitas
77
Dengan melihat hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 dapat diketahui besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,081 dengan signifikan pada Asymp.Sig.(2-Tailed) sebesar 0,109. Nilai tersebut menunjukkan diatas nilai signifikan yaitu 0,109 > 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Dengan melihat hasil Kolmogorov-Smirnov Test, menunjukkan bahwa model regresi layak untuk dipakai dan sudah memenuhi asumsi normalitas. 2. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian yang dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) yang terletak antara -2 sampai dengan +2 (Santoso, 2014). Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson a 1 ,422 ,178 ,124 ,07385046 1,613 a. Predictors: (Constant), AUDIT, KOMIS, KB, DPR, KA, SIZE b. Dependent Variable: DA Sumber: Output SPSS versi 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
78
Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson Nilai Statistik D-W -2 < D-W < +2 -2 < 1,613 < +2
Hasil Menerima H0, tidak ada autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai D-W adalah 1,613 dimana nilai D-W terletak diantara -2 sampai dengan +2, maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat menolak H0 yang menyatakan tidak ada autokorelasi atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik tidak mengalami heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi yaitu dilakukan dengan melihat Scatterplot. Jika gambar Scatterplot tidak menumpuk atau membentuk suatu pola, maka model regresi terbebas dari heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
79
Sumber: Output SPSS versi 23 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil dari uji heteroskedastisitas pada gambar 4.1 diatas, menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas dan layak digunakan. 4. Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikoloniearitas digunakan untuk menunjukan ada tidaknya hubungan linear diantara variabel-variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik tidak terdapat multikoloniearitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikoloniearitas pada suatu model regresi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
80
adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka tidak terdapat multikoloniearitas pada penelitian. Dan sebaliknya, jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat multikoloniearitas. Berikut adalah hasil dari uji multikoloniearitas. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model 1
DPR SIZE KB KOMIS KA
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,972 1,029 ,801 1,248 ,956 1,046 ,962 1,039 ,863 1,159
AUDIT ,754 1,327 a. Dependent Variable: DA Sumber: Output SPSS versi 23 Berdasarkan
hasil
analisis
dengan
menggunakan
uji
multikoloniearitas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala multikolonieritas anatara variable independen yang diindikasikan dari nilai tolerance setiap variable lebih dari 0,1 yaitu DPR sebesar 0,972, SIZE sebesar 0,801, KB sebesar 0,956, KOMIS sebesar 0,962, KA sebesar 0,863 dan AUDIT sebesar 0,754. Hasil VIF juga lebih kecil dari 10 yaitu DPR sebesar 1,029, SIZE sebesar 1,248, KB sebesar 1,046, KOMIS sebesar 1,039, KA sebesar 1,159 dan AUDIT sebesar 1,327. Jadi dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
81
disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. D. Hasil Uji Hipotesis 1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R < 1). Nilai
koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan dependen amat terbatas. Sedangkan, nilai yang
mendekati angka satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 ,422 ,178 ,124 ,07385046 a. Predictors: (Constant), AUDIT, KOMIS, KB, DPR, KA, SIZE b. Dependent Variable: DA Sumber: Output SPSS versi 23 Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa angka koefisien determinasi Adjusted R Square adalah 0,124 atau (12,4%). Artinya pengaruh kebijakan dividen, firm size, kompensasi bonus, proporsi dewan komisaris indpenden, komite audit dan kualitas audit terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
82
manajemen laba sebesar 12,4% atau variabel independen yang digunakan dalam model ini mampu menjelaskan sebesar 12,4% variabel dependen, sedangkan sisanya (100% - 12,4% = 87,6%) dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar penelitian ini. Hal ini dapat dipengaruhi oleh variabel dari hipotesis-hipotesis lain dalam positive accounting theory. Asimetri informasi dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai objek penelitian dapat mempengaruhi kemampuan model. Kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel dependen juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan variabel dummy yaitu pada variabel independen kompensasi bonus dan kualitas audit, sehingga menyebabkan koefisien determinasi menjadi kecil. 2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F atau uji anova bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen secara simultan (bersamaan) mempengaruhi variabel dependen, yaitu pengaruh kebijakan dividen (X2), firm size (X2), kompensasi bonus (X3), proporsi dewan komisaris independen (X4), komite audit (X5) dan kualitas audit (X6) terhadap manajemen laba (Y). Berikut hasil perhitungan uji F:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
83
Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVAa
Sum of Mean Model Squares Df Square F Sig. ,109 6 ,018 3,320 ,005b 1 Regression Residual ,502 92 ,005 Total ,610 98 a. Dependent Variable: DA b. Predictors: (Constant), AUDIT, KOMIS, KB, DPR, KA, SIZE Sumber: Output SPSS versi 23 Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai F adalah 3,320 dengan probabilitas 0,005. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya kebijakan dividen, firm size, kompensasi bonus, proporsi dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit secara simultan (bersamaan) berpengaruh terhadap manajemen laba. 3. Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial, variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Berikut ini adalah hasil dari uji-t dalam penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
84
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,084 ,144
Model 1 (Constant)
Standardized Coefficients Beta
T -,589
Sig. ,558
DPR
4,282E-5
,000
,268
2,795
,006
SIZE
,001
,005
,022
,205
,838
KB
,038
,032
,116
1,204
,232
KOMIS
,146
,058
,244
2,531
,013
KA
,018
,018
,098
,959
,340
AUDIT ,016 a. Dependent Variable: DA
,019
,091
,838
,404
Sumber: Output SPSS versi 23 Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: a. Kebijakan Dividen (DPR) memiliki nilai t sebesar 2,795 dengan nilai signifikansi 0,006, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, dengan kata lain kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. b. Firm Size (SIZE) memiliki nilai t sebesar 0,205 dengan nilai signifikansi 0,838, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, dengan kata lain firm size tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
85
c. Kompensasi Bonus (KB) memiliki nilai t sebesar 1,204 dengan nilai signifikansi 0,232, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, dengan kata lain kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. d. Proporsi Dewan Komisaris Independen (KOMIS) memiliki nilai t sebesar 2,531 dengan nilai signifikansi 0,013, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 berhasil ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. e. Komite Audit (KA) memiliki nilai t sebesar 0,959 dengan nilai signifikansi sebesar 0,340, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, dengan kata lain komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. f. Kualitas Audit (AUDIT) memiliki nilai t sebesar 0,838 dengan nilai signifikansi sebesar 0,404, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak H0 diterima, dengan kata lain kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. E. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh antara kebijakan dividen, firm size, kompensasi bonus, proporsi dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap manajemen laba. Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
86
pengolahan data. Dibawah ini adalah hasil penghitungan regresi berganda yang telah valid datanya. Tabel 4.8 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) DPR SIZE KB
B Std. Error -,084 ,144 4,282E-5 ,000 ,001 ,005 ,038 ,032
KOMIS ,146 ,058 KA ,018 ,018 AUDIT ,016 ,019 a. Dependent Variable: DA Sumber: Output SPSS versi 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Standardized Coefficients Beta ,268 ,022 ,116
t -,589 2,795 ,205 1,204
Sig. ,558 ,006 ,838 ,232
,244 ,098 ,091
2,531 ,959 ,838
,013 ,340 ,404
87
X1 0,00004282* X2 0,001
𝜀0
K O
X3
R
0,038
E
Y 0,146*
L A
X4
S
0,018
I 0,016 X5
X6
Gambar 4.2 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
=100% - 12,4% =87,6%
88
Tabel 4.9 Hasil Korelasi Antar Variabel Independen DPR
SIZE
KB
DPR (X1)
1,000
-0,023
0,027
-0,053
-0,052
-0,151
SIZE (X2)
-0,023
1,000
0,164
-0,013
0,225*
0,415*
0,027
0,164
1,000
0,095
0,124
0,109
KOMIS (X4)
-0,053
-0,013
0,095
1,000
0,155
0,077
KA (X5)
-0,052
0,225*
0,124
0,155
1,000
0,323*
AUDIT (X6) -0,151 0,415* Sumber : Output SPSS versi 23
0,109
0,077
0,323*
1,000
KB (X3)
KOMIS
KA
AUDIT
Y = β0 + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + 𝜀 Y
= -0,084 + 0,00004282X1 + 0,001X2 + 0,038X3 + 0,146X4 + 0,018X5 + 0,016X6
Uji(t)
=
(0,006*)
(0,838)
(0,232)
P.Parsial =
(0,239*)
(0.091)
(0,172*) (0,263*)
(0,171*) (0,123)
(1,248)
(1,046)
(1,159)
(0,013*)
(0,340)
(0,404)
Uji Fanova = (0,005*) Adj. R2 = 0,124 atau 12,4% 𝜀
= 100% - 12,4% = 87,6%
*
= Significant
α
= 0,05
VIF
=
(1,029)
DW(test) = 1,613 Normal = 0,109 n
= 99
Y
= Discretionary Accruals (DA)
X1
= Kebijakan Dividen (DPR)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
(1,039)
(1,327)
89
X2
= Firm Size (SIZE)
X3
= Kompensasi Bonus (KB)
X4
= Proporsi Dewan Komisaris Independen (KOMIS)
X5
= Komite Audit (KA)
X6
= Kualitas Audit (AUDIT)
β0
= Konstanta
β1 - β6 = Slope Coefficient Persamaan regresi diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Konstanta (α) sebesar -0,084 artinya jika nilai kebijakan dividen (DPR), firm size (SIZE), kompensasi bonus (KB), proporsi dewan komisaris independen (KOMIS), komite audit (KA) dan kualitas audit (AUDIT) sama dengan nol, maka manajemen laba (DA) memiliki nilai sebesar -0,084. b. Koefisien regresi kebijakan dividen (DPR) sebesar 0,00004282. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat DPR, maka dapat menambah DA sebesar 0,00004282. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin besar DPR maka semakin tinggi DA, begitu pula sebaliknya. c. Koefisien regresi firm size (SIZE) sebesar 0,001. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat SIZE, maka dapat menambah DA sebesar 0,001. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin besar SIZE maka semakin tinggi DA, begitu pula sebaliknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
90
d. Koefisien regresi kompensasi bonus (KB) sebesar 0,038. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat KB, maka dapat menambah DA sebesar 0,038. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin besar KB maka semakin tinggi DA, begitu pula sebaliknya. e. Koefisien regresi proporsi dewan komisaris independen (KOMIS) sebesar 0,146. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat KOMIS, maka dapat menambah DA sebesar 0,146. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin besar KOMIS maka semakin tinggi DA, begitu pula sebaliknya. f. Koefisien regresi komite audit (KA) sebesar 0,018. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat KA, maka dapat menambah DA sebesar 0,018. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin besar KA maka semakin tinggi DA, begitu pula sebaliknya. g. Koefisien regresi kualitas audit (AUDIT) sebesar 0,016. Hal ini berarti bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat AUDIT, maka dapat menambah DA sebesar 0,016. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel independen, semakin besar AUDIT maka semakin tinggi DA, begitu pula sebaliknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
91
F. Pembahasan Hasil Penelitian Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah lolos uji asumsi
klasik,
yaitu
uji
multikolonieritas,
uji
autokorelasi,
uji
heterokesdasitas, dan uji normalitas. Dan dibawah ini adalah pembahasan mengenai hasil penelitian ini : 1. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel kebijakan dividen
(DPR)
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
manajemen laba. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen (DPR) memiliki nilai t sebesar 2,795 dengan nilai signifikansi 0,006, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen (DPR) dalam penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Inggid, Kardinal dan Aprilia (2015) yang menyatakan bahwa variabel kebijakan dividen (DPR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi DPR (dividend payout ratio) maka manajemen semakin menaikkan laba dengan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara increasing income yang dilakukan pada saat laba menurun. Hasil penelitian ini mendukung teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa antara manajemen dan pemegang saham terbukti
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
92
menimbulkan konflik karena kedua belah pihak, baik agent (manajemen) maupun principal (pemegang saham) menginginkan mendapatkan keuntungan yang maksimal dari hubungan kontraktual ini. Dengan demikian, penelitian ini membuktikan bahwa adanya asimetri informasi mengenai kinerja perusahaan dengan parameter laba yang disajikan pada laporan laba rugi. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Asri (2012) bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sehingga semakin tinggi DPR berarti bahwa manajemen semakin menurunkan laba dengan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara decreasing income. 2. Pengaruh Firm Size Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel firm size (SIZE) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa variabel firm size (SIZE) memiliki nilai t sebesar 0,205 dengan nilai signifikansi 0,838, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H 2 ditolak. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa firm size (SIZE) dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan Waweru dan Riro (2013) yang menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap earnings management. Arah hasil penelitian ini tidak konsisten dengan konsep
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
93
yang menyatakan bahwa semakin besar perusahaan cenderung melakukan tindakan manajemen laba, dikarenakan operasi perusahaan yang kompleks sehingga membuat hal tersebut sulit bagi users untuk mendeteksi adanya overstatement pada laba. Hasil penelitian ini melainkan menunjukkan bahwa firm size tidak mempengaruhi manajemen laba, yaitu baik perusahaan yang berukuran kecil maupun perusahaan besar tetap melakukan tindakan manajemen laba. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Inggid, Kardinal dan Aprilia (2015) dan Ferdiansyah (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar praktik manajemen laba yang dilakukan. Hasil penelitian tersebut juga mendukung teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) bahwa ukuran perusahaan digunakan dalam pedoman biaya politik dan biaya politik akan terus meningkat seiring meningkatnya ukuran dan risiko perusahaan. 3. Pengaruh Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan
hasil
penelitian,
diperoleh
bahwa
variabel
kompensasi bonus (KB) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa variabel kompensasi bonus (KB) memiliki nilai t sebesar 1,204 dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
94
nilai signifikansi 0,232, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H3 ditolak. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa kompensasi bonus (KB) dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Christiawan (2014) yang menyatakan bahwa kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap earning management. Besarnya kompensasi bonus bukan merupakan motivasi utama bagi dewan direksi untuk melakukan manajemen laba. Hal ini dikarenakan sebelum melakukan manajemen laba, dewan direksi harus melakukan analisis risiko yang mungkin akan dihadapi jika melakukan manajemen laba. Pengendalian internal perusahaan juga memotivasi peluang dewan direksi untuk melakukan manajemen laba, sehingga tidak berpengaruhnya kompensasi bonus terhadap tindakan manajemen laba. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferdiansyah (2014) yang menyatakan bahwa kompensasi bonus berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Pengaruh negatif kompensasi bonus terhadap manajemen laba menunjukkan bahwa hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan bonus plan hypothesis dalam teori akuntansi positif. 4. Pengaruh
Proporsi
Dewan
Komisaris
Manajemen Laba
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Independen
Terhadap
95
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen (KOMIS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa variabel KOMIS memiliki nilai t sebesar 2,531 dengan nilai signifikansi 0,013, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H4 diterima. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen (KOMIS) dalam penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Asri (2012) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Arah hasil penelitian ini tidak konsisten dengan konsep yang menyatakan bahwa dengan pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen akan menjadikan manajer lebih berhati-hati dan transparan dalam menjalankan perusahaan yang akan mendorong terwujudnya good
corporate
governance.
Melainkan,
hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa semakin besar proporsi dewan komisaris independen maka semakin meningkatkan tindakan manajemen laba. Ada kemungkinan penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris dari luar perusahaan (independen) hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali / founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
96
komisaris tidak meningkat, bahkan bisa menurun. Pembentukan dewan komisaris hanya sekedar untuk memenuhi regulasi yang dikeluarkan oleh badan pengatur pasar modal yang mewajibkan perusahaan minimal memiliki 30% dewan komisaris yang independen. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Jao dan Pagalung (2011), Waweru dan Riro (2013), González dan GarcíaMeca (2014) juga Chen dan Zhang (2014) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sehingga semakin besar komposisi dewan komisaris independen maka semakin tinggi pengawasan di perusahaan. Oleh karena itu, dapat meminimalkan kemungkinan manajer dalam melakukan manajemen laba. 5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel komite audit (KA) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa variabel komite audit (KA) memiliki nilai t sebesar 0,959 dengan nilai signifikansi sebesar 0,340, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H5 ditolak. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa komite audit (KA) dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan Waweru dan Riro (2013) juga Chen dan Zhang (2014) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Keberadaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
97
komite audit perusahaan belum cukup untuk mengurangi tindakan manajemen laba. Walaupun anggota komite audit bersifat independen dan mempunyai pengetahuan serta kemampuan di bidang akuntansi dan/atau keuangan, tetapi tidak secara aktif menjalanakan tugasnya sebagai komite audit. Sehingga menyebabkan fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggota komite audit yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dengan melakukan pengawasan praktik dan pengungkapan akuntansi selama proses pelaporan keuangan, tidak berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba di perusahaan. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2012) juga Kusumaningtyas (2012) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar jumlah komite audit di suatu perusahaan maka semakin rendah tindakan manajemen laba yang terjadi. 6. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel kualitas audit (AUDIT) tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa variabel AUDIT memiliki nilai t sebesar 0,838 dengan nilai signifikansi sebesar 0,404, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H6 ditolak. Artinya secara statistik dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
98
(AUDIT) dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten pada penelitian yang dilakukan oleh Wiryadi dan Sebrina (2013) juga Chen dan Zhang (2014) yang tidak menunjukkan adanya pengaruh kualitas audit yang signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa audit yang dilakukan Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam Big Four belum mampu membatasi terjadinya praktik manajemen laba. Jika dilihat dari hubungan antara variabel kualitas audit dengan manajemen laba yang positif, dapat disebabkan oleh auditor yang termasuk Big Four lebih kompeten dan professional dibandingkan Non Big Four. Sehingga memiliki pengetahuan lebih banyak tentang cara mendeteksi dan memanipulasi laporan keuangan maupun melakukan tindakan manajemen laba. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ferdiansyah
(2014)
yang
menyatakan
bahwa
kualitas
audit
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam Big Four dapat menurunkan kecenderungan manajemen melakukan manajemen laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z