BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Sektor manufaktur dipilih karena jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan jenis perusahaan lain. Selain itu, perusahaan manufaktur memiliki kriteria pengungkapan yang lebih sederhana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Samling dan didapat 40 perusahaan untuk dijadikan sampel sehingga jumlah sampel selama tiga tahun adalah 120 sampel.
B.
Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi nilai
minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi dari satu variabel dependen yaitu Struktur Modal dan tiga variabel independen yaitu Profitabilitas (NPM), Struktur Asset (AST) dan Pertumbuhan Penjualan (GROWTH) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2013. Statistik deskriptif menggambarkan karakter sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Perusahaan yang memenuhi kriteria dari penelitian ini sebanyak 120 sampel. Berikut hasil analisis deskriptif yang telah diperoleh dan data dilihat dalam table 4.1 sebagai berikut :
54
55
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
NPM
120
.00
.25
.0914
.05369
AST
120
.14
.86
.4237
.15422
GROWTH
120
.00
1.49
.1963
.17036
DER
120
.11
5.06
.9375
.78651
Valid N (listwise)
120
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
Berdasarkan hasil Statistik Deskriptif pada table 4.1 diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. N = 120 berarti jumlah yang diolah dalam penelitian ini adalah 120 sampel yang terdiri dari 40 perusahaan yang dijadikan sampel selama 3 tahun. Sampel yang didapat terdiri dari data variable Profitabilitas, Struktur Asset, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Modal. 2. Variabel Profitabilitas memiliki nilai mean dan standard deviation masingmasing sebesar 0,0914 dan 0,05369. Berdasarkan nilai tersebut bahwa rata-rata perusahaan memiliki tingkat profitabilitas adalah sebesar 9,14%. Hal ini berarti kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan penjualan dalam menghasilkan laba masih relative rendah. Dimana nilai minimum profitabilitas sebesar 0,00 pada PT. Kedaung Indah Can Tbk pada tahun 2011 berarti tingkat penjualan dalam satu tahun adalah sebesar 0%, sedangkan nilai maksimum sebesar 0,25 terdapat pada PT.Semen
56
Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2012 berarti tingkat penjualan dalam satu tahun adalah sebesar 25%. 3. Variabel Stuktur Asset memiliki nilai mean dan standard deviation masing-masing sebesar 0,4237 dan 0,15422. Berdasarkan nilai tersebut bahwa rata-rata perusahaan mampu memperoleh aktiva tetap sebesar 42% dari keseluruhan total asset. Dimana nilai minimum sebesar 0,14 pada PT.Voksel Electric Tbk pada tahun 2011 berarti tingkat perolehan aktiva adalah sebesar 14% dan nilai maksimum sebesar 0,86 pada PT.Holcim Indonesia Tbk berarti tingkat perolehan aktiva adalah sebesar 86%. 4. Variabel Pertumbuhan Penjualan memiliki nilai mean dan standard deviation masing-masing sebesar 0,1963 dan 0,17036. Berdasarkan nilai tersebut bahwa rata-rata perusahaan mampu meningkatkan pertumbuhan penjualannya adalah sebesar 19,63%. Dimana nilai minimum sebesar 0.00 pada PT. Argha Karya Prima Ind. Tbk pada tahun 2012 berarti tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dalam satu tahun adalah sebesar 0% dan nilai maksimum sebesar 1,49 pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada tahu 2011 berarti tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dalam satu tahun adalah sebesar 149%. 5. Variabel Struktur Modal miliki nilai mean dan standar deviation masingmasing sebesar 0,9375 dan 0.78651. Berdasarkan nilai tersebut bahwa rata-rata perusahaan memiliki hutang relatif tinggi yaitu sebesar 94% dibandingkan dengan ekuitas. Dimana nilai minimum sebesar 0,11 pada
57
PT.Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2011, sedangkan nilai maksimum sebesar 5,06 pada PT. Indal Aluminium Industry Tbk pada tahun 2013.
C.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan dalam penelitian ini untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali:2013). Uji normalitas ini menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 0.05. Pengambilan keputusan untuk menentukan normal atau tidak (Ghozali:2011) adalah sebagai berikut : a. Jika nilai Asym.Sig (2-tailed) >0.05 maka nilai residual telah berdistribusi normal b. Jika nilai Asym.Sig (2-tailed) <0.05 maka nilai residual tidak berdistribusi normal
58
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 120
N Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .72688413
Absolute
.138
Positive
.138
Negative
-.112
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.508 .021
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
Hasil tabel 4.2 diatas menunjukkan besarnya nilai Asymp Sig.(2tailed) adalah 0,021. Hal ini berarti nilai bahwa Asymp Sig.(2-tailed) lebih kecil dari tingkat signifikan α=0.05. Maka dapat disimpulkan nilai residual tidak memenuhi asumsi distribusi normal. Berdasarkan hasil diatas, maka peneliti melakukan pengurangan 11 perusahaan yang diambil berdasarkan nilai extrim, dimana perusahaan di eliminasi berdasarkan nilai minimum dan maksimum dari nilai regresi. Sehingga dapat disimpulkan sampel yang digunakan dalam uji asumsi klasik dan uji hipotesis adalah sebanyak 87 sampel yang terdiri dari 29 perusahaan dalam periode 20112013. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut :
59
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
87
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
.0000000 .32130595
Absolute
.126
Positive
.126
Negative
-.069
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.180 .124
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah oleh SPSS 21 pada tahun 2015
Berdasarkan table 4.2 hasi uji normalitas dengan One Sample Kolmogorov menunjukkan bahwa besarnya nilai Asymp Sig.(2-tailed) adalah 0.124 lebih besar dari tingkat signifikan α=0.05. Maka dapat disimpulkan nilai residual telah memenuhi asumsi distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana diantara variabel bebas dalam model regresi terdapat korelasi yang signifikan. Uji Multikolineritas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali:2013). Model regresi yang baik adalah terbebas dari masalah multikolinearitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan tolerance dan
60
Variance Inflation Factor (VIF). Dimana nilai tolerance diatas 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) dibawah 10. Kriteria dalam menentukan uji multikolineritas (Ghozali:2013) adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance >0.10, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. 2. Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance <0.10, maka terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
1.066
.118
NPM
-4.507
.676
AST
.149
GROWTH
.407
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
9.039
.000
-.580
-6.668
.000
.972
1.028
.217
.060
.686
.494
.956
1.046
.196
.182
2.075
.041
.959
1.042
1
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015 Berdasarkan table 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa nilai tolerance dari tiga variabel bebas semuanya lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan
adanya
multikolinearitas terpenuhi.
multikolinearitas
atau
asumsi
non
61
3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali:2013). Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada atau tidaknya pola-pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di-Studentized (Ghozali:2013). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
62
Berdasarkan Grafik Scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak teradi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi dapat dikatakan bebas dari uji asumsi klasik Heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya (Santoso : 2012). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Waston. Menurut Singgih Santoso (2012) kriteria autokorelasi ada tiga, yaitu: 1. Nilai
D-W
dibawah
-2
berarti
diindikasikan
adanya
autokorelasi positif. 2. Nilai D-W diatas 2 berarti diindikasikan adanya autokorelasi negatif. 3. Nilai D-W berada diantara -2 sampai 2 berarti diindiasikan tidak ada autokorelasi.
63
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
.624
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.390
.367
Durbin-Watson
.32706
.948
a. Predictors: (Constant), GROWTH, NPM, AST b. Dependent Variable: DER
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015 Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui nilai Durbin Waston adalah sebesar 0.948 dimana nilai ini berada diantara -2 sampai dengan 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terdapat autokorelasi.
D.
Uji Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Nilai koefisien determinasi ditunjukkan pada nilai Adjusted R Square dari model regresi dimana nilai ini digunakan untuk mengetahui besarnya indeks pengungkapan social yang dapat dijelaskan oleh variabelvariabel bebasnya. Hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
64
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Model Summaryb Model
R
R Square
.624a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.390
.367
.32706
a. Predictors: (Constant), GROWTH, NPM, AST b. Dependent Variable: DER
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.6 diatas bahwa nilai Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0.367. Hal ini memiliki arti bahwa persentase pengaruh profitabilitas, Struktur Asset dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Strukur Modal
pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI adalah sebesar 36.7%. Sedangkan sisanya sebesar 63,3% (100% -36,7%) dipengaruhi oleh variabel lain atau diluar variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2. Uji Siginifikan Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serentak terhadap variabel dependen. Nilai F diturunkan dari tabel ANOVA (analysis of variance). Dari hasil uji F diperoleh hasil sebagai berikut :
65
Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ANOVAa Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
5.665
3
1.888
Residual
8.878
83
.107
14.543
86
Total
F 17.653
Sig. .000b
a. Dependent Variable: DER b. Predictors: (Constant), GROWTH, NPM, AST
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.7 diatas bahwa didapat nilai F sebesar 17.653 dan nilai signifikasi 0.000 dengan taraf signifikansi 5% (0.005), maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aktiva dan pertumbuhan penjualan secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu Struktur Modal. Dengan kata lain dalam penelitian ini seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
3. Uji Parsial (t-test) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Jika tingkat signifiakn thitung lebih kecil dari tingkatan signifikan α=0.05, maka variabel tersebut mempunyai hubungan signifikan.
66
Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (t-test) Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Beta
1.066
.118
NPM
-4.507
.676
AST
.149
GROWTH
.407
(Constant) 1
Std. Error
9.039
.000
-.580
-6.668
.000
.217
.060
.686
.494
.196
.182
2.075
.041
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas, maka didapat : a.
Ha1 : Pengaruh Profitabilitas ( NPM ) terhadap Struktur Modal (DER). Variabel profitabilitas memiliki nilai t sebesar -6.668 dengan nilai signifikasi 0.000 yaitu lebih kecil dari tingkat siginifikan α= 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu Struktur Modal. Dengan demikian penelitian ini menyatakan
profitabilitas
mempengaruhi
struktur
modal.
Profitabilitas yang tinggi akan menyebabkan perusahaan tidak perlu lagi menggunakan hutang yang besar sebagai pendaanaan untuk melakukan operasinya. Karena laba ditahan pada tahun berjalan yang dimiliki perusahaan sudah memadai untuk mencukupi sebagian bersar kebutuhan perusahaan.
67
b.
Ha2 : Pengaruh Struktur Asset ( AST ) terhadap Struktur Modal ( DER). Variabel struktur asset memiliki nilai t sebesar 0.686 dengan nilai signifikasi yaitu 0,494 lebih besar dari tingkat siginifikan α= 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas Struktur Asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Struktur Modal. Dengan demikian penelitian ini menyatakan struktur asset tidak mempengaruhi struktur modal atau dengan kata lain, semakin bertambahnya
asset
tidak
mempengaruhi
perusahaan
dalam
menggunakan hutang untuk pembiayaan perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih mengoptimalkan modal sendiri (ekuitas) untuk aktivitas operasionalnya dibandingkan dengan menggunaakan hutang. c.
Ha3 : Pengaruh Pertumbuhan Penjualan ( Growth ) terhadap Struktur Modal (DER). Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai t sebesar 2.075 dengan nilai signifikan sebesar 0.041 yaitu lebih kecil dari tingkat signifikan α= 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Dengan demikian penelitian ini menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan mempengaruhi oleh struktur modal. Semakin tinggi tingkat penjualan perusahaan maka tidak menutup kemungkinan
perusahaan
akan
menggunakan
hutang
untuk
68
membiayai kebutuhan internal perusahaan. Dengan demikian penelitian ini menyatakan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh pertumbuhan penjualan.
E.
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
empat variabel, yaitu Profitabilitas, Struktur Asset dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Asset pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013. Dari perhitungan SPSS dapat ditentukan nilai koefisien Konsanta (a) dan koefisien regresi (b).
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B
Std. Error
(Constant)
1.066
.118
NPM
-4.507
.676
AST
.149
.217
GROWTH
.407
.196
1
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data yang diolah dengan SPSS 21 pada tahun 2015
69
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda yaitu sebagai berikut :
Struktur Modal = 1.066 – 4.507 (Profitabilitas) + 0.149(Struktur Asset) + 0.407 (Pertumbuhan Penjualan)
Persamaan Regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Konstanta (a) Nilai konstanta (a) adalah sebesar 1.066, artinya bahwa jika variabel indenden yaitu profitabilitas, struktur asset dan pertumbuhan penjualan perusahaan nilainya sama dengan 0, maka struktur modal akan bernilai 1.066. 2. Koefisien Regresi (b) a. Koefisien regresi variabel profitablitas sebesar -4.507. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 persen dari profitabilitas akan menyebabkan struktur modal menurun sebesar -4.507. Tanda negatif
menunjukan
hubungan
yang
berlawanan
antara
Profitabilitas dengan Struktur Modal perusahaan yang berarti apabila profitabilitas perusahaan semakin naik maka tingkat struktur modal perusahaan akan menurun 4.507. b. Koefisien regresi variabel struktur asset sebesar 0,149. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 persen dari struktur aktiva akan menyebabkan struktur modal meningkat sebesar 0.149 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstant atau tidak berubah. Nilai
70
Struktur Aktiva tersebut memiliki arti bahwa asset perusahaan yang semakin naik maka tingkat struktur modal perusahaan akan meningkat sebesar 0.149. c. Koefisien regresi variabel pertumbuhan penjualan sebesar 0.407 artinya pada variabel pertumbuhan penjualan terdapat pengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 persen dari pertumbuhan penjualan akan menyebabkan kenaikan struktur modal sebesar 0.407. Tanda positif menunjukkan hubungan yang searah antara pertumbuhan penjualan dan struktur modal perusahaan, yang berarti apabila pertumbuhan penjualan semakin besar maka tingkat struktur modal perusahaan akan semakin meningkat pula sebesar 0.407.
F.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis diatas secara garis besar dijelaskan sebagai
berikut : a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Secara parsial variabel Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Dengan kata lain, struktur modal dipengaruhi oleh profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang baik menyebabkan perusahaan untuk menggunakan dana internal seperti laba atau laba ditahan sebagai aktivitas pendanaan operasional perusahaan. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan
71
cenderung menggunakan pendanaan internal sebanyak mungkin sebelum memutuskan untuk menggunakan pendanaan eksternal atau hutang Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti sebelumnya Julianto (2013) dan Wibowo (2013),
dimana hasil penelitiannya menerangkan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan peneliti terdahulu Kennedi dkk (2010) dan Lela Melisa Manurung menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur Modal. Hal ini dikarenakan penelitian terdahulu menggunakan sektor perusahaan Real Estate and Property dalam penelitiannya. b. Pengaruh Struktur Asset terhadap Struktur Modal Secara parsial variabel Struktur asset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Semakin tinggi nilai asset yang dimiliki perusahaan tidak membuat perusahaan menggunakan dana eksternal atau hutang sebagai pembiayaan internal. Asset tidak mempengaruhi perusahaan dalam menggunakan hutang untuk pembiayaan perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih
mengoptimalkan
modal
sendiri
(ekuitas)
untuk
aktivitas
operasionalnya dibandingkan dengan menggunaakan hutang atau dalam hal ini perusahaan tidak terlalu memperhatikan struktur aktiva dalam pengambilan keputusannya untuk menggunakan atau menambah hutang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakaria (2013) yang dalam hasil penelitian mengatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Namun bertentangan dengan
72
penelitian yang dilakukan oleh Yolanda (2013) yang mengatakan bahwa Struktur Aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. c. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Secara parsial Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Dengan kata lain, struktur modal dipengaruhi oleh pertumbuhan penjualan. Tingginya tingkat penjualan perusahaan tidak menutup kemungkinan perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai kebutuhan internal perusahaan. Dengan demikian penelitian ini menyatakan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh pertumbuhan penjualan. Hasil ini sesuai dengan Niztiar (2013) yang mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspawardhani (2012) yang mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya menggunakan sektor perusahaan pariwisata dan perhotelan dalam penelitiannya.