BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Geologi Daerah Penelitian Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N. Ratman dan S. Gafoer. Tahun 1998, sebagian besar berupa batuan gunung api,
yaitu batuan gunung api Holosen, batuan gunung api plistosen, dan batuan gunung api plio-plistosen. Selain itu terdapat juga batuan endapan permukaan seperti alluvium. Aluvium Terdiri dari lempung, lanau, pasir halus hingga kasar, kerikil dan bongkahan batuan beku dan sedimen Endapan Rempah Lepas Gunung Api Muda Takteruraikan Terdiri dari abu gunung api hingga lapili, tuf pasiran, bongkahan andesit dan basal, breksi lahar dan rempah lepas yang diendapkan melalui daya angkut air di lereng atau kaki kerucut gunung api muda atau daerah cekungan. Lava Guntur Lava bersusunan basal labradorit. Lava ini hasil erupsi pusat dan samping gunung api Guntur muda. Kawah Guntur merupakan sebuah kawah yang masih giat, ditandai dengan masih adanya hembusan solfatara, disamping hembusan fumarola kecil yang muncul di sekitar kawah.
47
Batuan Gunung Api Muda Terdiri dari elfata dan lava aliran bersusunan andesit dan basal, terobosan/kerucut parasit dan kubah lava. Bukit-bukit mengelombang rendah; terbentuk oleh aliran rempah lepas pada bagian kaki kerucut Rempah Lepas Gunung Api Papandayan Abu gunung api, bongkahan andesit dan basl, yanmg merupakan hasil hidrotermal. Traverne (1926) menganggap bahwa rempah tersebut merupakan hasil terjadinya awan panas. Kawah di sekitar gunung api Papandayan merupakan kelompok hembusan solfatara yang masih giat, bersuhu 80o-50oC, kadang-kadang meningkat sampai 500oC.
4.2 ANALISIS MODEL TAHANAN JENIS Pengukuran yang dilakukan di daerah Leles-Papandayan ini terdiri dari 10 titik pengamatan. Pengolahan data MT secara umum berupa hasil sounding yang memperlihatkan hubungan antara sinyal frekuensi dengan resistivitas semu atau nilai matematis yang diturunkan dari variasi medan magnet dan medan listrik. Distribusi tahanan jenis bawah permukaan dapat dilihat dalam bentuk pemodelan. Model 1-D berupa model berlapis horizontal, hasilnya seperti gambar 4.1:
48
Gambar 4.1 Model tahanan jenis 1D Daerah Leles-Papandayan
Model 1D, yaitu model yang terdiri dari beberapa lapisan, dimana tahanan-jenis tiap lapisan homogen. Dalam hal ini parameter model 1-D adalah tahananjenis dan ketebalan tiap lapisan. Penampang tahanan jenis 1D hanya memberikan informasi kedalaman nilai tahanan jenis tiap-tiap lapisan. Untuk mengetahui lebih jelas sebaran resistivitas bawah permukaan yaitu dengan pemodelan 2D. Hasil akhir model tahanan jenis 2-D hasil inversi data magnetotellurik daerah Leles-Papandayan dengan bantuan softwere WinGLink dapat terlihat seperti pada gambar 4.2 berikut ini:
49
Gambar 4.2 Model tahanan jenis 2-D Daerah Leles-Papandayan
Berdasarkan hasil pemodelan inversi 2D berdasarkan data MT, titik pengukuran yang diperkirakan merupakan daerah potensi panas bumi memiliki nilai tahanan jenis < 10 ohm.m di kedalaman dangkal, yang berfungsi sebagai lapisan penudung (caprock). Lapisan penudung suatu sistem panas bumi merupakan suatu zona konduktif (Febty Febriani, Wahyudi, dan Imam Sutanto. 2005). Hal ini dikarenakan lapisan penudung haruslah lapisan yang kedap air untuk mencegah akumulasi air panas atau uap panas yang terbentuk merembes ke permukaan dengan cepat. Di bawah lapisan penudung terdapat lapisan yang lebih resistif (> 50 ohm.m) yang berfungsi sebagai reservoir panas bumi. Sedangkan batuan paling dasar dengan harga tahanan jenis tinggi (> 1000 ohm.m) berfungsi sebagai lapisan sumber panas (heat source) dalam sistem panas bumi.
50
Pada eksplorasi daerah prospek geothermal, metode MT digunakan untuk mencari daerah bertahanan jenis rendah yang diasosiasikan dengan keberadaan lapisan batuan penutup dan pergerakan fluida panas atau reservoir panas bumi. Pendugaan tahanan jenis sounding dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang kerak bumi secara vertikal yang dinyatakan dengan adanya lapisan batuan yang dibuat berdasarkan harga tahanan jenis. Selanjutnya berdasarkan pada gambaran penampang tersebut akan dapat ditafsirkan keadaan dalam kerak bumi yang berupa kedalaman lapisan, ketebalan lapisan dan kemungkinan struktur yang muncul. Panas secara tidak langsung akan mempengaruhi harga tahanan jenis dari tiap-tiap batuan. Batuan-batuan yang jenuh air apabila terkena panas akan berubah harga tahanan jenisnya. Air yang terpanaskan akan lebih banyak melarutkan garam-garam dalam batuan dan membentuk elektrolit kuat yang merupakan penghantar arus listrik yang baik. Panas bumi juga mempunyai nilai tahanan jenis yang berubah dari batuan yang banyak mengandung air. Batuan-batuan tersebut akan mempunyai nilai tahanan jenis yang rendah. Tinggi atau rendahnya harga tahanan jenis dalam batuan, dipengaruhi oleh faktor-faktor keragaman batuan, kandungan air dalam batuan, sokongan panas dan mobilitas ion dalam penghantar listrik dalam batuan tersebut. Keempat faktor tersebut saling berkaitan sehingga satu sama lain saling mempengaruhi. Berdasarkan model 2D pada gambar 4.2 diperoleh, di bawah titik ukur GRT02-GRT04 sampai kedalaman 1500-2500 m nilai tahanan jenisnya berkisar
51
5-10 ohm.m dan semakin besar sampai 50-500 ohm.m pada kedalaman sampai > 2500 m, dan untuk kedalaman yang lebih besar harga tahanan jenis sampai 1000 ohm.m. Pada titik ukur GRT05-GRT09 harga tahanan jenis sedang (> 20 ohm.m) berada di kedalaman sampai 3000 m, dan pada kedalaman sampai > 3000 m nilai tahanan jenisnya sampai 1000 ohm.m. Di bawah titik ukur GRT10,
nilai tahanan jenis ≤ 5 ohm.m pada
kedalaman 1000 m. Harga tahanan jenis 50-500 ohm.m berada pada kedalaman 1000-1500 m, kemudian lapisan semakin resistif (> 1000 ohm.m) terhadap kedalaman. Dari pembahasan distribusi tahanan jenis lapisan terhadap kedalaman, serta mengacu pada elemen penyusun sistem panas bumi (hal 28), maka daerah potensi panasbumi daerah Leles-Papandayan terlihat jelas berada pada titik ukur GRT02-04 dan titik ukur GRT10. Di bawah titik ukur tersebut terdapat lapisan konduktif yaitu lapisan dengan nilai tahanan jenis 5-10 ohm.m yang berfungsi sebagai lapisan penudung. Hal ini berasosiasi dengan adanya kenampkanan panas permukaan berupa mata air panas (hot spring). Mengacu pada nilai tahanan jenis batuan pada gambar 4.3, diperkirakan lapisan ini berupa batuan sedimen yang merupakan batuan ubahan (altered rocks) akibat dari aktivitas hidrotermal. Pengaruh panas yang berasal dari magma yang lebih lanjut disebarkan oleh air tanah nampaknya memberi kontribusi yang cukup besar dalam menurunkan nilai tahanan jenis. Batuan penyusunnya berupa tuf pasiran yang banyak mengandung lempung sebagai penutup.
52
Gambar 4.3 resistivitas batuan (sumber: Setyawan, A. et al. 2005)
Kemudian lapisan dengan tahanan jenis antara 50-500 ohm.m yang diperkirakan merupakan reservoir panasbumi. Lapisan ini terdiri dari batuan sedimen dan endapan batuan gunungapi. Di bawah reservoir terdapat lapisan dengan tahanan jenis sampai 1000 ohm.m yang berfungsi sebagai batuan dasar. Lapisan ini berasosiasi dengan batuan intrusi yang merupakan batuan beku andesit-basalt.
53