BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Bangga
menurut
masyarakat
artinya
sekumpulan
tanah
dan
pasir
yang
membumbung menjadi satu. Dalam bahasa Gorontalo ini disebut huta bangga–bangga, sehingga masyarat pada masa itu menyebut Bangga. Awalnya desa ini merupakan satu wilayah yang ada dipesisir pantai yang tidak berpenghuni. Diperkirakan dalam peristiwa perang kemerdekaan wilayah ini dibuka oleh beberapa orang masyarakat yang berasal dari wilayah sekitar seperti dari Desa Tamboo Leato, Limboto dan Desa Dembe Lekobalo. Wilayah ini terbuka atau menjadi satu pemukiman penduduk pada tahun 1940. Pada tahun 1955 setelah kemerdekaan, wilayah ini diperebutkan oleh dua desa yaitu Bubaa dan Lito. Untuk menghindari konflik berkepanjangan maka pemerintah pada zaman itu yang dipimpin seorang zegugu mengangkat seorang Bandalo (semacam kepala wilayah) yang bernama Suna. Peristiwa ini terjadi tahun 1956. Pada tahun 1968, Bangga resmi berada di wilayah Desa Bubaa karena melihat letak geografisnya Bangga lebih dekat dengan Desa Bubaa.
Kemudian Bangga menjadi satu dusun yang berada di wilayah Desa Bubaa
dengan nama dusun Karang Ria. Setelah zaman reformasi dan adanya otonomi daerah maka dusun ini memisahkan diri dengan Desa Bubaa pada tanggal 25 Desember tahun 2006. Setelah melalui proses pemilihan kepala desa pertama untuk Desa Bangga, maka terpilihlah Bapak Mohamad Kum sebagai Kepala Desa pertama desa Bangga. Proses pemilihan ini menjadi sejarah tersendiri buat masyarakat karena ini kali pertama mereka melaksanakan pesta demokrasi di tingkatan desa, khususnya setelah
memekarkan diri dari desa induk (Bubaa). Setelah Desa Bangga berjalan selama tiga tahun, pembangunan desa ini tidak berjalan, dan masyarakat merasa kesejahteraan mereka terabaikan. Pada awal tahun 2009 bulan April kepala desa Bangga terpilih Bapak Mohamad Kum resmi diberhentikan oleh Bapak Bupati Boalemo melalui surat keputusan pemberhentian yang diserahkan langsung kepada Bapak camat Paguyaman Pantai. Bupati Boalemo kemudian mengangkat pejabat sementara Kepala Desa Bangga Bapak Lakson Ladumasebagai Kepala Desa Bangga hingga sekarang. 4.1.1. Letak Geografis Desa Bangga adalah salah satu desa yang ada diwilayah kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo, Propinsi Gorontalo. Secara georafis Desa Bangga terletak di pesisir pantai dikawasan Teluk tomini dengan titik koordinat 122˚33 ̕ 1.6̕B ̕ T dan 00˚29 z 50.9 ̓ LS dengan luas wilayah ± 1300 ha. Letak geografis Desa Bangga dan berbatasan langsung dengan: Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bubaa. Sebelah selatan berbatasan dengan perairan Teluk Tomini. Sebelah timur berbatasan Teluk Bubaa dan Desa Lito. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Limba. Topografi wilayah Desa Bangga didominasi dengan bukit kapur yang menjorokke lautTeluk Tomini, dengan permukiman yang terletak di pesisir tanjung Bangga. Bukit‐bukit kapur ini terkesan gersang/kering karena tidak adnya sumber air, dandidominasi oleh tumbuhan
lamtoro
(petai
cina). Di pesisir
mangrove, meskipun sudah ada kerusakan disana‐sini.
pantai
masih didapati
Dari ibukota Propinsi Gorontalo, Desa Bangga dapat dicapai dengan kendaraan bermotor selama lebih kurang 3.5 jam, sedangkan dari Tilamuta (ibukota Kabupaten Boalemo) lebih kurang satu jam. Jalan ke Desa Bangga sudah beraspal, meskipun sebagian sudah ada yang rusak, dan perlu segera diperbaiki. 4.1.2. Keadaan Penduduk Dari pendataaan penduduk tahun 2008 jumlah penduduk Desa Bangga 486 jiwadengan jumlah Kepala Keluarga 105 KK Tabel 4.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin No
Nama dusun
Jumlah KK
1
Karang Ria
31
2
Pangato
44
3
Huidu
30
Jumlah jiwa Laki – laki
79
Perempuan
80
Laki – laki
79
Perempuan
89
Laki – laki
79
Perempuan
80
Sumber : Kantor Desa Bangga tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah terbagi atas tiga dusun: Dusun I, yaitu Karang Ria dengan jumlahKK 31, terdiri dari laki‐laki 79 jiwa dan perempuan 80 jiwa. Dusun II, Pangato, dengan jumlah KK 44, terdiri dari laki–laki 79 jiwa dan perempuan 89 jiwa. Kemudian Dusun III, Huidu, dengan jumlah KK 30, terdiri dari laki–laki 79 jiwa danperempuan 80 jiwa. 4.1.3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan Secara umum tingkat pendidikan di Desa Bangga dapat di nilai cukup baik meskipun sebagian besar masrakat bertamatan Sekolah Dasar disusul dengan SLTP, SLTA, S1 dan Mi. untuk lebih jelasnya mengenai keadaan tingkat pendidikan masyarakat Desa Bangga dapat
dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan TINGKATAN PENDIDIKAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
1
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
55 orang
89
orang
Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak tamat
15 orang
16
orang
Tamat SD/sederajat
78 orang
74 orang
Tamat SMP/sederajat
21 orang
11 orang
Tamat SMA/sederajat
25 orang
20 orang
Tamat D-2/sederajat
orang
-
1 orang
Tamat D-3/sederajat
1
orang
2
orang
3 orang
13
orang
199 orang
245 orang
-
Tamat S-1/sederajat Jumlah
444 orang
Jumlah Total
Sumber : Kantor Desa Bangga tahun 2013 4.1.4Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Bangga Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian JENIS PEKERJAAN Petani
LAKI-LAKI 50
orang
Pegawai Negeri Sipil
1
orang
Nelayan
65
orang
PEREMPUAN 4
orang -
Bidan swasta
-
1
orang
Dukun Kampung Terlatih
-
4
orang
Karyawan perusahaan swasta
2
Jumlah Total
orang
.-
108 orang
Sumber : Kantor Desa Bangga tahun 2013 4.1.5Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Sebagian besar masyarakat berasal dari etnis Gorontalo dan beragama Islam. Bahasa yang dipakai sehari‐hari umumnya adalah bahasa Gorontalo, disamping Bahasa Indonesia. Untuk generasi tua, bahasa Gorontalo lebih umum dipakai. Penduduk
Desa
Bangga
sebagian
besar
berprofesi
sebagai
nelayan
dengan
prensentase 80 % nelayan dan sisanya petani dan pedagang kecil. Nelayan Desa Bangga tergolong sebagai nelayan tradisional dengan munggunakan alat tangkap jaring, bagang, nelayan pancing, nelayan pukat ikan rowa (julun– julun). Desa ini terkenal sebagai sentral produksi ikan
rowa
khususnya
di
wilayah
kecamatanPaguyamanPantai dan Kabupaten
Boalemo.Keterampilan masyarakat dalam mengelola ikan asap rowa sudah ditekuni sejak tahun 1953. 4.2 Hasil dan Pembahasan Pembahasan pada bab IV ini didasarkan pada seluruh data yang yang berhasil di himpun pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di desa Bangga. Data yang di maksud dalam hal ini merupakan data primer
yang bersumber dari jawaban para informan dengan
menggunakan pedoman wawancara atau wawancara secara langsung sebagai media pengumpulan data atau instrumen yang di pakai untuk keperluan tersebut. Dari data ini diperoleh beberapa jawaban menyangkut kehidupan petani jagung di Desa Bangga, serta bagaimana peran petani jagung. 4.2.1 Kehidupan Masyarakat Petani Jagung Manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai ketergantungan satu sama lainnya, antara satu manusia dengan yang lainnyasaling membutuhkan dan berhubungan satu sama lainnya. Di dalam memenuhi kebutuhan tersebut, masing-masing individu mempunyai cara tersendiri di dalam mencapai tujuannya, salah satu diantaranya adalah dengan melalui bertani. Sektor pertanian merupakan sumber kehidupan manusia dan juga sektor yang menjanjikan bagi perekonomian masyarakat Desa Bangga. Pertanian salah satu pilar bagi kehidupan masyarakat petani. Bertani adalah pekerjaan yang mulia, selain untuk kehidupannya sendiri, juga penting bagi kelestarian alam dan makluk hidup lainnya.Petani jagung sebenarnya masyarakat yang kaya karena bisa memberikan banyak hal yang bermanfaat bagi manusia dan alam. Kemauan untuk belajar dan berusaha serta menerapkan inovasi teknologi pertanian adalah kunci suksesnya. Dengan kegiatan di sektor pertanian,, masyarakat Desa Bangga memperoleh pangan yang merupakan kebutuhan pokok untuk keberlanjutan hidup dan kehidupannya. Petani jagung tidak dapat hidup dengan baik tanpa makan yang berkecukupan baik jumlah dan mutunya. Pada umumnya keluarga petani memenuhi kebutuhan sendiri dalam keperluan keluarganya. Sebagian besar masyarakat Desa Bangga memproduksi tanaman jagungnya sendri
demi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti sandang, pangan dan lain-lain. Dalam aktivitas sehari-hari, sebelum musim panen tiba masyarakat Desa Bangga lebih mengahabiskan waktu untuk merawat dan menjaga tanaman jagung yang mereka tanam. Seperti halnya yang dikatakan oleh informan Bapak Arpin Duma pada tanggal 16 November 2013 Pukul 16.12 di rumahnya. ”Saya itu satu hari Cuma dikobong bakase bersih torang petanaman biar hama wereng itu tidak moba rusak itu torang punya milu dengan ba cabu rumput” Maksud penjelasan Pak Arpin : setiap harianya waktu pak Arpin dihabiskan untuk menjaga dan merawat tanamannya seperti membersihkan tanaman jagung agar terhindar dari hama. Sebagian kecilmasyarakat Desa Bangga bekerja di sektor pertanian dan lainnya bekerja sebagai
nelayan
sehingga
Desa
Bangga
sering disebut
sebagai
desa
agraris.
Ini
dikarenakansumber penghasilan untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga di Desa Bangga ini baik untuk kebutuhan pangan, sandang, sekolah dan sebagainya.
Masyarakat Desa Banggamerupakan masyarakat yang agraris. Untuk kebutuhan pangan, masyarakat menanam jagung di samping tanaman pangan lainnya yaitu sayur-sayuran. Sumber pendapatan lainnya di Desa ini adalah hasil penjualan kue, bekerja sebagai kuli bangunan dan bekerja sebagai nelayan., Mereka juga memiliki hewan ternak seperti kambingdan ayam. Khususnya di sector pertanian,tidak ada tanaman lain yang mereka coba tanam sebagai tanaman lain penganti jagung selain sayuran. Tapi itupun hasilnya tidak cukup untuk kebutuhan mereka.Sehingga harapan utama mereka hanya tergantung pada tanaman jagung. Sekarang jagung adalah komoditas utama mereka, selain tanaman-tanaman perkebunan lain yang sudah tumbuh lama seperti nangka, kelapa, dan pisang. Semua aktivitas ini dilakukan karena dengan
berkebun (dalam hal ini menanan jagung) telah terbukti memberikan jaminan hidup yang lebih baik bagi mereka. Di dalam pemanfaatan lahan, masyarakat petani jagung memanfaatkannya dengan menanam sayur-sayuran.Para ibu rumah tangga di Desa Bangga tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sayur-sayuran termasuk bumbu dapur, seperti cabaidari hasil pemanfaatan lahan, tetapi juga pendapatan rumah tangga juga meningkat,minimal bisa memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan jika memungkinkan bisa dijual untuk menambah pendapatan rumah tangga. Sayur tersebut selain dijadikan sebagai makanan tambahan dalam lauk pauk, sebagian sayur juga di bawa kepasar untuk dijual. Dengan tujuan hasil dari penjualan sayur akan menambah penghasilan kelurga. Kemudian untuk tanaman lama seperti kelapa dan pisang itu tetap akan di jual, namun pisang selain dijual, biasanya ibu-ibu rumah tangga khususnya yang ada didesa Bangga menjualnya dalam bentuk kue atau yang biasa disebut (pisang goreng) Penanaman tanaman kelapa dan pisang diantara tanaman perkebunan sudah sering dilakukan petani untuk pemanfaatan lahan yang tersedia, terutama pada tanaman pokok yang belum menghasilkan. Tanaman kelapa dan pisang tersebut merupakan sumber penghasilan keluarga sebelum tanaman pokok menghasilkan. Bahkan setelah tanaman pokok menghasilkan, apabila sinar matahari masih mencukupi dapat terus ditanami tanaman kelapa dan pisang untuk menambah penghasilan keluarga Dan untuk pemasaran kelapa relatif mudah, pedagang pengumpul secara rutin datang untuk membeli kelapa yang sudah siap dipanen dari petani. Untuk panen dan pemasaran kelapa, petani tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Pembeli atau pedagang pengumpul membeli
kelapa yang masih di pohon dan biaya panen ditanggung oleh pembeli. Permasalahan yang dirasakan oleh petani dalam pemasaran kelapa adalah rendahnya harga kelapa. Kemudian untuk penanaman pisang diantara pohon kelapa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penjarangan dan tanpa penjarangan pohon kelapa, namun demikian cara pertama lebih banyak diterapkan oleh petani. Sebelum pisang ditanam, dilakukan penjarangan pohon kelapa yaitu setiap dua baris pohon kelapa dikurangi satu baris sehingga terdapat cukup ruang untuk menanam pisang. Jarak tanam pisang dalam satu baris sekitar 4 meter. Jenis pisang yang banyak diusahakan petani di Sambelia adalah pisang susu, raja, asrali, nabati, kayu. Diantara jenis pisang ini pisang susu dan pisang raja yang paling mahal harganya. Seperti halnya pemasaran kelapa, pemasaran pisang di desa Bangga relatif mudah. Pedagang pengumpul setiap hari keliling desa untuk membeli pisang yang sudah siap panen. Biasanya panen dilakukan oleh pedagang pengumpul sehingga petani tidak mengeluarkan biaya panen. Harga jual pisang di tingkat petani berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 25.000 per tandan tergantung dari jenis dan besar kecilnya pisang. Dilihat dari skala ekonomi keluarga petani mengenai pendapatan permusim 5 tahun terakhir ini keadaan produktivitas tanaman jagung di Desa Bangga relatif rendah, hal ini disebabkan karena kesulitan mendapatkan modal untuk pengadaan faktor-faktor (input) produksi, sehingga banyaknya petani yang masih melaksanakan usahataninya secara tradisional (belum intensif). Rendahnya produktivitas ini dapat berakibat pada rendahnya pendapatan yang diterima petani. Ketika panen tiba harga jagung umumnya mengalami penurunan dan posisi tawar petani lemah, sehingga petani paling sering mengalami kerugian. Berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa para petani pada umumnya jarang dan bahkan belum pernah menganalisis
struktur biaya dan harga pokok produksi usahataninya, sehingga jarang diketahui besarnya pendapatan usahatani yang diperolehnya. Secara umum kondisi kehidupan masyarakat Desa Bangga masih berada dalam garis kemiskinan. Diantara penyebabnya adalah selain rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan untuk berkembang, juga tidak dimilikinya modal dalam bentuk dana usaha dan hanya menghandalkan modal tenaga. Para petani jagung yang bermodalkan tenaga ini, dalam menjalankan hidupnya sebagai petani jagung dilakukan dengan berbagaicara untuk mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan kehidupan bercocok tanam dengan di dukung oleh sumber daya alam yang bagus, makin banyak penduuk yang memilih bekerja jadi seorang petani jagung. Bagi petani jagung, berkebundengan menanam jagung tidak hanya sebagai komoditas ekonomi, tetapi juga bermakna sosial dan keamanan. Secara ekonomi tanah perkebunan merupakan tempat sumber makanan, tempat mencari penghidupan, sebagai tempat melakukan aktivitas produktif, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Secara sosial dengan berkebun berarti ”eksistensi diri “, sebagai tempat untuk menemukan dirinya secara utuh, bahkan dengan berkebun merupakan simbol status sosial di dalam masyarakat. jagung menempati kedudukan strategis dalam kehidupan petani, karena jagung merupakan modal utama, disanalah tempat atau pangkal dari “budaya petani” itu sendiri. Ketika kemudian jagung dapat dimiliki dan diwariskan oleh para petani, jagung memiliki nilai yang begitu besar. Berdasarkan uraian di atas maka nilai kerja petani jagung yang menonjol adalah orientasi intrinsik, dimana sejak kecil telah disosialisasikan kepada anggota keluarga petani mengenai usaha tani dengan cara ikut serta ke kebun untuk membantu orang tua sesuai dengan kemampuan
dan keterampilannya. Pada saat itu belum mendalam pengetahuan tentang tanaman dan orientasi kerja, hanya mengikuti petunjuk orang tua dalam pengelolaan pertanian khususnya dalam tanaman jagung. Pengalaman inilah membentuk anak-anak petani hingga besar. Setelah
besar sudah menjadi kebiasaan dan kesenangan masyarakat Bangga dalam
bidang pertanian khususnya dalam tanaman jagung dan memandang usaha pertanian sebagai sesuatu yang hakiki, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dimana dengan bertani jagung masyarakat Bangga bisa memperoleh pendapatan yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan jika harapannya terpenuhi maka ia akan merasa puas. Dari berbagai pandangan umum, maka dapat dipahami bahwa nilai kerja merupakan bagian dari kehidupan
manusia
yang paling
mendasar.
Jadi
nyatalah
bahwa
keinginan
untuk
mempertahankan hidup merupakan salah satu sebab yang terkuat yang dapat menjelaskan mengapa seseorang bekerja. Karena melalui kerja bisa memperoleh nilai uang dan nilai uang tersebut dapat dipakai untuk memuaskan semua tipe kebutuhan sehari-hari. Kehidupan di Desa Bangga sangat bergantung pada kekuatan-kekuatan alam. Akan tetapi ironisnya, kekayaan alam di Desa saat ini sangat gencar dikonversi dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi yang semakin mengikis peluang kerja. Masalah yang dihadapi petani di Desa adalah ketika lahan yang dimiliki oleh mereka semakin terbatas. Jumlah penduduk pedesaan yang terus bertambah serta maraknya pembangunan, tidak diiringi dengan bertambahnya luas lahan telah menyebabkan semakin berkurangnya pendapatan yang dapat diraih petani kecil, terkadang kekuatan-kekuatan ini mengancam hidup mereka, tidak dapat diperhitungkan dan tidak dapat dikuasai.
Bagi petani, terbatasnya lahan berarti berkurangnya lapangan kerja dan berkurangnya sumber-sumber ekonomi untuk kelangsungan hidup mereka. Petani yang bekerja di sektor pertanian karena sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kemampuan yang dimilikinya. Keterbatasan sumber daya, khususnya lahan dan biaya, yang dimiliki petani, sehingga petani lebih memilih melaksanakan kegiatan usaha taninya dengan resiko yang paling rendah. Lahan usaha tani semula dikembangkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan pangan dan kemudian beralih menjadi lebih luas bukan hanya memenuhi kebutuhan akan pangan, tetapi juga kesehatan, pendidikan bagi anak serta kebutuhan lainnya. Petani yang memiliki lahan yang luas serta cadangan modal yang kuat dapat mengadopsi modernisasi dan melakukan komersialisasi pertanian, namun petani yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak memilikinya, justru mengalami kemerosotan hidup. Rata-rata pendapatan petani dari hasil panen jagung selama satu tahun sangat bervariasi tergantung pada luas lahan yang dikuasai. Sebagian besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani lahan surutan berasal dari tanaman jagung karena sebagian besar petani selain menamam jagung, juga mereka menanam tanaman lain seperti sayuran dan singkong. Berikut hasil wawancara bersama bapak Hasan Lamusu tanggal 16 November 2013, pukul 19.06 dirumahnya : “Disamping batanam milu, torang juga batanam ubi deng sayor kacang panjang, pokipoki untuk menambah kebutuhan sehari-hari”. Maksud dari pak Hasan, selain menanam jagung ia juga memanfaatkan sebagian lahannya untuk tanaman lain seperti, singkong dan sayuran. Hal ini ia lakukan untuk menambah kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Upaya petani memanfaatkan lahan jagung sebagai lahan usahatani didorong adanya keinginan untuk mendapatkan tambahan penghasilan bagi keluarganya merupakan sebuah upaya yang secara nyata membuahkan hasil. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi usahatani petani pada tanaman jagung terhadap pendapatan total rumah tangga petani dalam satu tahun. Hasil panen selama 1 tahun itu dengan 3 kali musim tanam digunakan RTP untuk memenuhi kebutuhan subsisten, yakni kebutuhan harian makan dan kebutuhan sosial selama satu tahun. Upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena kekurangan dari hasil penen, beraneka usaha dilakukan petani dengan melakukan berbagai macam pekerjaan seperti; tukang bangunan, buruh tani, berdagang kue. Pada kondisi kekurangan memenuhi kebutuhan subsistensi kelurga ini, peran perempuan yang ada di Desa Banggakhususnya di sektor ekonomi sangat dominan. Pembagian kerja yang nampak, perempuan menutupi kebutuhan subsistensi, sedangkan petani menutupi kebutuhan-kebutuhan simpanan untuk kepentingan jangka panjang, misalnya; membangun rumah, sekolah anak-anak, kendaraan, dan kebutuhan tak terduga. Dalam hal ini ibu-ibu juga yang berada di desa Bangga selain pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, sebagian dari mereka menyempatkan diri untuk membentu suaminya di kebun. Hal ini mereka lakukan karena selain mengalami kebosanan dalam melakukan pekerjaan rumah, mereka membantu karena kasihan terhadap suaminya yang waktunya dihabiskan di kebun dalam sehari. Berikut hasil wawancara bersama ibu Masni Ahmad, pada tanggal 18 November pukul 15.23, dirumahnya. ”Saya sebagai ibu rumah tangga, saya jaga ba masak akan kita pe suami sekalian mo antar akan nasi aaati di kobong abis itu moba urus kita pe anak-anak mopigi di skolah, depe sore kita mopagi moba susul kita pe suami ulang dikobong moba bantu dia ba karja biar depe karja capat kalar”
Maksud dari ibu Masni, beliau sering membantu suaminya dikebun. Dalam kehidupan sehari-hari sebelum dia mengurus anak-anaknya pergi kesekolah terlebih dahulu dia Memasak dan mengantar makanan untuk suaminya. Pada sore hari barulah dia membantu suaminya agar pekerjaan cepat selesai. Hal yang sama dilakukan oleh ibu Risna Makore untuk membantu suaminya. Berikut hasil wawancaranya pada tanggal 18 November 2013 di rumahnya pukul 19.12. ”Kita itu hari-hari mobabantu kita pe suami. Pokonya pas so sudah ba masak pagi-pagi sama-sama torang dua somo barangkat powly ka kobong so babawa makanan. Baru kita pe karja hari-hari dikobong itu cuma ba keliling-keliling di kobong moba lia milu kalau tidak ada sapi yang ba makan deng mo ba cek kalo ada milu yang rusak”. Ibu Risna dalam kesehariannya membantu suaminya bekerja di kebun, setelah membuat makanan untuk dibawa ke kebun bersama suaminya, barulah mereka berangkat ke kebun. Pekerjaan ibu Risna hanya menjaga tanaman agar terhindar dari hewan liar dan mengecek tanaman jika ada yang rusak. Semua itu dilakukan karena pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka tergantung pada hasil panen jagung yang mereka tanam dan mereka rawat. Hal yang serupa dilakukan oleh bapak Ibrahim Mahmud dalam kehidupan sehari-hari, selain jadi petani jagung
belia juga biasa menjadi kuli bangunan jika ada yang
membutuhkannya, biasanya ia hanya mengukur pondasi rumah sekaligus membuatnya. Berikut hasil wawancaranya pada tanggal 17 November 2013, Pukul 17.31, di rumahnya : “Disamping batanam milu saya orang jaga pangge moba ukur pondasi rumah sekaligus mobabekeng depe pondasi, kadang owlooo Cuma mobakubantu moba angka depe batu atau moba ini hala-hala, itupun kalo ada yang bapangge” Selain pendapatan dari usahatani lahan jagung, pendapatan terbesar petani berasal sektor pertanian.Sebagian besar keluarga petani menggantungkan hidupnya dari bekerja di sektor informal seperti berdagang dan sebagai buruh bangunan.
Sambil menunggu hasil panen jagung, masyarakat Bangga menanam singkong, sayursayuran untuk menambah kebutuhan sehari-hari. Ada juga yang menjual kue. Seperti yang dikatakan oleh ibu Risna Makore : ”Disamping saya pe suami bakarja milu saya bakarja ba bantu saya pesuami yaitu dengan bajual kukis untuk moba biaya pa anak-anak ada skolah”. Maksudnya ibu Risna , selain sebagai ibu rumah tangga ia juga membantu suaminya mencari uang untuk kehidupan sehari-hari, jika suaminya bekerja sebagai petani jagung, ia bekerja sebagai penjual kue di pasar. Dalam kehidupan sehari-hari selain jadi petani jagung bapak Abe Pomalogo dalam wawancaranya tanggal 19 November tahun 2013. pukul 19.23 mengatakan : ”Selain saya sebagai petani jagung saya juga bakarja sebagai kuli bangunan biar saya dengan keluarga bisa mo makan karena kalo moba tunggu musim panen milu itu mo lama” Maksudnya pak Abe, : selain jadi petani jagung ia juga sebagai kuli bangunan, itu semua dilakukan agar keluarganya masi bisa makan tanpa menunggu lagi hasil panen yang menurut bapak Abe terlalu lama. Sama halnya yang dikatakan oleh bapak Ibrahim Mahmud, berikut hasil wawancaranya : ”Karja sampingan litorang sebagai nelayan moba cari ikan dilaut dengan moba ambe gaji moba jual-jual ikan di pasar kalau bukan deng itu torang tidak mo makan kong torang ba inga-inga moba bayar utang pa orang deng di bank”. ”sehari-hari selain bertani jagung pa Ibrahim mencari ikan untuk di jual.Jika tidak mendapat ikan, pak Ibrahim menjual ikan orang lain untuk dijual. Hal ini dilakukan agar setiap harinya pak Ibrahim mendapat uang, karena selain untuk kebutukan keluarganya juga demi untuk membayar hutang di bank”. 4.2.2 Cara – Cara menghadapi tekanan ekonomi
Terkadang juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bangga meminjam uang untuk kebutuhannya, kemudian hutang tersebut akan dibayar ketika panen jagung. Masyarakat Bangga biasanya meminjam di bank, koperasi atau pada petani lain. Berikut hasil wawancara bersam bapak Hasan Lamusu: ”Demi torang pe hidop hari-hari torang kadang moba pinjam uang pa petani lain soalnya dorang pe kondisi sama dengan torang sangat bergantung pada hasil panen. Kalau tidakmoba pinjam pa petani torang jaga bapinjam uang di koperasi mingguan, Cuma itu satu-satunya jalan”
Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh ibu Masni Ahmad : ”Kita tidak pernah bapinjam doi cuman kita jaga basisip doi itupun kita pesuami tidak tau. Kalau ada keperluan mendadak itu uang kita mopake mobabili akan apa-apa yang kurang dengan mo babili akan perabut rumah tangga” Maksud dari ibu Masni adalah bahwa, ia tidak pernah meminjam uang kepada siapapun, karena selalu menabung guna untuk dipakai jika ada yang mendadak yang harus dibeli. Ibu Masni menabung tanpa diketahui oleh suaminya. Ini dilakukan demi keperluan mendadak dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagian tabungannya dibelanjakan juga untuk perabotan rumah.
A. Petani sebagai Kepala Keluarga
Sebagai kepala keluarga, petani jagung yang ada di desa bangga bertanggung jawab terhadap pemenuhan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya.Ini merupakan tugas yang cukup berat. Biasanya anggota keluarga lain membantu dalam mencari pertambahan nafkah dan dalam proses usahatani itu sendiri.
Pada saat masa panen akan datang, sebagian besar masyarakat petani jagung belum merasa legah, karena biasanya petani selalu berpotensi mengalami yang namanya “gagal panen”. Untuk mengatasi gagal panen, masyarakat Bangga memiliki solusi dan tetap berperan dalam hal bagaimana tetap memenuhi kebutuhan keluarga. Berikut hasil wawancara bersama bapak Aripin Dama : “Depe solusi itu torang moba pinjam doi di bank, adakalanya saya pe istri moba kase gade barang no’u di pegadaian, karna ini bainga torang pe anak ini yang masi bayi, mobili akan susu dengan pampers, apalagi kalau torang pe anak mo saki pasti mopangge di dokter jadi butuh biaya yang banyak, jadi torang kadang juga mobakase gade sertifikat rumah di bank kalo memang so kepepet. Jadi bagitu turus kalo torang pe milu ada rusak.Kita kepala rumah tangga tantu harus berperan penting pakita pe keluarga. Meskipun depe solusi hanya mobapinjam akan doi di bank asal kita pe keluarga masi mo makan dan kita pe anak masi mo sembuh” Maksud dari bapak Aripin, terkadang ia mengalami gagal panen, dan solusinya untuk tetap berperan sebagai kepala keluarga, ia sering meminjam uang di bank. Bahkan sekali waktu ia menggadaekan sertifikat rumahnya jika sudah ada keperluan mendadak seperti jika harus membawa anaknya berobat. Semua ini terpaksa ia lakukan agar keluarganya masih bisa tetap makan dan anaknya masih bisa sembuh.
B. Petani sebagai Pengelola Usaha Tani
Dalam peran ini, petani berguna sebagai pengambil keputusan dalam mengorganisisr faktor-faktor produksi yang sesuai dengan pilihannya dari beberapa kebijakan produksi yang diketahui.Kebanyakan petani jagung yang ada di Desa Bangga tidak memilih alternatif terbaik karena keterbatasan sumber daya yang dikuasai, tetapi telah memilih selamat dan tidak menanggung resiko kalau salah dalam pengambilan keputusan.
Berikut hasil wawancaranya :
”Torang ini selama ba tunggu panen torang mo bakase bersih torang pe lahan moba cabut rumput-rumput dengan moba semprot rumput supaya mo mati deng mo bakase pupuk supaya itu milu tidak mongalami gagal panen, itu pekerjaan samu torang bekeng tiap hari” Maksud pak Ibrahim selama menunggu musim panen tiba ada banyak hal yang mereka lakukan seperti membersihkan dan melakukan penyemprotan pada rumput, serta melakukan penyemprotan agar terhindar dari serangan hama dan tidak mengalami gagal panen. Petani jagung yang ada di Desa Bangga melakukan berbagai cara untuk mengatasi berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka, seperti yang telah dijelaskan oleh responden di atas bahwa terkadang dlam sehari mereka harus menjaga tanmannya dikebun. Hal ini mereka lakukan setiap harinya dengan tujuan agar jagung yang mereka jaga setiap harinya bisa menghasilkan panen yang diinginkan, selebihnya mereka tidak menginginkan adanya gagal panen. Kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama disebut sebagai gotong-royong, akhirnya menjadi strategi dalam pola hidup bersama yang saling meringankan beban masing-masing pekerjaan dalam satu keluarga. Adanya kerjasama antara seorang suami dan istri semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dalm keluarga, terutama yang masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan,
yang
biasanya
dilakukan
oleh
komunitas
perdesaan
atau
komunitas
tradisional.Kehidupan warga suatu komunitas yang terintegrasi dapat dilihat dari adanya solidaritas di antara mereka melalui tolong-menolong tanpa keharusan untuk membalasnya, seperti adanya musibah atau membantu warga lain yang dalam kesusahan. Tetapi tolong menolong seperti ini menjadi suatu kewajiban, untuk saling membalas terutama dalam hal pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian atau di saat salah satu warga melakukan
perayaan. Begitu pula, apabila terdapat pekerjaan yang hasilnya untuk kepentingan bersama, maka diperlukan pengerahan tenaga dari setiap warga melalui kerjabakti. Akan tetapi dalam mengerjakan dan merawat tanaman jagung, sebagian masyarakat Bangga menggarap lahannya sendiri tanpa menyewakan orang lain dengan tujuan untuk mengurangi biaya untuk kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan Bapak Pago Djibu pada tanggal 18 November tahun 2013 pukul 20.10 dirumahnya. Berikut hasil wawancaranya : ”Alasannya supaya mengurangi biaya supaya torang pe kebutuhgan yang laib dapat tercukupi moba bili akan kebutuhan sehari-hari dengan kebutuhan torang pe anak-anak” Maksud dari bapak Pago dalam hal mengerjakan lahan sendiri agar mengurangi pengeluaran, dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan anak sehari-hari. Ibu Masni Ahmad menyatakan hal senada dengan bapak Pago Djibu. Berikut hasil wawancaranya : ”Saya lebih suka saya pe suami itu bakarja sandiri daripada moba sewa akan pa orang, soalnya saya pe suami pe hasil lo milu cuman sadiki baru torang pe lahan lagi bo kacili cuman satu hektar jadi torang karja sandiri saja supaya olo mengurangi biaya baru depe hasil torang yang mo ba ambe”. Dari penjelasannya, ibu Masni lebih suka suaminya mengerjakan lahannnya ketimbang harus menyewa orang lain. Karena menurutnya lahan jagung yang dimiliki oleh suaminya bisa dikerjakan sendiri karane hanya 1 haagar dapat menghemat biaya dan hasilnyapun hanya bisa digunakan sendiri tanpa dibagi lagi. Hal yang berbeda dilakukan oleh bapak Pago Djibu, berikut hasil wawancaranya:
”Kalo so panen itu torang biasa ba tiayo, disamping mobakase gaji torang owlo mobakase makan deng mobabili akan kukis dan rokok mobakondisi akan pa dorang, supaya dorang betah mokarja pa torang”. Maksud pak Djibu, pada saat masa panen beliau lebih suka menyewakan orang lain untuk mengerjakan jagungnya. Selain menyewa pak Djibu juga membelikan rokok dan memberikan makanan. Hal ini ia lakukan agar orang yang bekerja padanya akan selalu senang dan betah selama bekerja. Dalam Keseharian, keluarga petani jagung hanya mengharapkan hasil dari tanaman jagung yang ia tekuni, semua tidak terlepas dari tanggung jawab mereka untuk menafkahi kehidupan keluarga mereka dari hasil panen jagung guna memenuhi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari terpenuhi. Kehidupan petani jagung kini sangat baik dilihat dari cara bertaninya disebabkan, karena tanaman jagung menjadi penopang utama kebutuhan perekonomian keluarga. Berdasarkan wawancara dengan bapak Djibu dapat disimpulkan bahwa efek usahatani pada pertanian jagung terhadap kesejahteraan petani dan keluarganya dalam kehidupan seharihari dapat dilihat dari sejauh mana usahatani pada tanaman jagung ini dengan memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga tani dan sejauh mana hasil usahatani pada tanaman jagung ini memberikan kontribusi terhadap kebutuhan konsumsi atau pengeluaran pangan keluarga petani dalam kehidupan sehari-hari. 4.2.3 Peran Petani Jagung Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor tanaman pangan. Pada saat proses produksi atau dalam fase budidaya, tanaman jagung juga tidak luput dari serangan hama penyakit, seperti halnya tanaman pertanian lain. Kerugian akibat serangan hama penyakit jagung bisa dibilang tidak kecil, bahkan beberapa diantaranya berpotensi menimbulkan
kegagalan panen. Oleh karena itu, penanganan tepat terhadap serangan hama dan penyakit tanaman jagung akan meningkatkan hasil produksi petani. Pada artikel ini akan kami uraikan satu per satu hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung di areal budidaya. a. Ancaman Hama Hama tanaman pada budidaya jagung meliputi hama ulat tanah, ulat grayak, belalang, kumbang bubuk, lalat bibit, penggerek tongkol, penggerek batang, serta kutu daun. Hama ini berpotensi menggagalkan panen jika tidak dapat dikendalikan. Sebagai petani, pengamatan maupun pemahaman mengenai masing-masing hama perlu dipelajari agar selama proses budidaya jagung dapat mengendalikan serangan hama sehingga hasil produksi jagung meningkat. Secara umum respon petani terhadap hama ada tiga, yaitu :
membe-rantas dengan
menggunakan insektisida, memberantas secara fisik, dan atau tidak melakukan pengendalian. Berdasarkan pengalaman petani dalam pemberantasan hama-hamaseperti ulat tanah dan belalang. Pengendalian hama ulat pada budidaya jagung petani Desa Bangga biasa menggunakan insektisida dengan cara disemprot. b. Ancaman Gagal Panen Pada saat sebelum musim panen tiba masyarakat Bangga lebih mengahbiskan waktu untuk merawat dan menjaga tanaman jagung yang mereka tanam. Seperti halnya yang dikatakan oleh informan pertama dengan Bapak Hasan Lamusu pada berikut hasil wawancaranya : ”Tiap pagi torang mopigi dikobong mobajaga supaya tidak ada hewan modatang mo barusak torang pe tanaman deng otonmatis binatang tako modatang . torang juga biasa bakase pupuk”
Maksud dari pak Hasan bahwa setiap harinnya masyarakat Bangga pergi ke kebun untuk menjaga tanamanya agar terhindar dari hewan selain itu pak Hasan juga sering memberikan pada tanamannya agar tetap subur. Hal ini mereka lakukan sebelum musim panen.
c. Biaya Operasional Pada saat memanen jagung masyarakat Desa Bangga sebagian masih mengguanakn alatalat tradisional dalam memanen jagung. Dan pada saat panen biasanya istri dari petani memasak untuk para pekerja, disini terlihat peran seorang istri petani dimana ia harus memasak makanan untuk para pekerja pada saat panen sampai selesai. Akan tetapi hal ini tidak dikerjakan oleh seluruh istri petani, terkadang ada petani memperkerjakan dengan sistem gaji borongan. Dimana pemilik jagung tidak memberikan makanan untuk para pekerja, semua ditanggung sendiri oleh para pekerja itu sendiri. Tapi gaji yang mereka terima lebih tinggi dari pada gaji para pekerja yang diberikan makanan tergantung hasil kerja yang di dapat oleh para pekerja tersebut.
d. Hutang Tidak ada seorangpun yang ingin terlilit hutang karena ini akan menjadi salah satu masalah terbesar di dalam hidup. Namun, kebutuhan yang terus bertambah dan segala harga barang yang semakin meningkat membuat hutang menjadi tak terhindarkan.Dalam hal ini petani yang ada di Desa Bangga sebaik mungkin mereka hidup sederhana tidak gonta-ganti motor dan mobil, makan bergizi yang secukupnya, dan tidak ikut-ikutan yang boros. Menanam jagung bagi masyarakat Desa Bangga adalah hal yang mutlak diperlukan sebagaikegiatan pemenuhan kebutuhan pangan.jagung hasil panen masyarakat sebagian dijualsebagian untuk ketahanan pangan mereka. Dalam satu kali hasil panen dengan jumlah tertentu selain dijualjuga akan dikonsumsi dan jika terdapat sisa akan disimpan sebagai cadangan
pangan,meskipun dalam kehidupannya masyarakat Desa Bangga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap alam, tetapi pada sisi lain mereka juga memiliki kemandirian yang tinggi juga dari ketergantungan terhadap kebutuhan pokok dari luar.Dengan hanya mengandalkan pada hasil jagung saja maka masyarakat Desa Banggasebenarnya mampu mencukupi kebutuhan pangannya, akan tetapi mereka masih tetapmembutuhkan kebutuhan pangan maupun non-pangan dari luar atau barang-barang kebutuhan yang tidak mampu mereka hasilkan sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka petani harus mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan tersebut. Dengan tuntutan yang seperti itu petani jagung khususnya yang berad di desa bangga melakukan kerja atau usaha sampingan selain menanam jagung seperti menjadi kuli bangunan, penjual kue, sebagian mengerjakan lahan orang dengan upah harian dst. Diantara pekerjaan sampingan tersebut pada umumnya bersifat sesaat atau tidak berkelanjutan seperti kuli bangunan, buruh mengerjakan lahan pertanian, sedangkan pekerjaan sampingan yang berkelanjutan adalah seperti penjual kue, dst. Berbeda dengan hasil pertanian yang berupa jagung, hasil dari tegalan yang berupa jagung tidak selalu mutlak hanya dikonsumsi sendiri.Ketika seseorang atau keluarga beradapada posisi tertentu yang membutuhkan uang terkadang mereka menjual sebagian jagung hasil panennya, posisi jagung selain sebagai bahan pangan alternatif juga sebagai barang yang untuk dijual.