BAB IV HASIL DAN ANALISA
4.1 Hasil Desain Pada Tugas Akhir mengenai perancangan jaringan Fiber To The Home (FTTH) pada segemen distribusi perumahan Pluit Sakti sebanyak 465 homepass. Pengertian homepass itu sendiri adalah rumah yang berpotensi pelanggan. Segmen distribusi ini merupakan data utama dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. Seperti yang sudah disebutkan pada bab III, bahwa data homepass yang didapatkan merupakan hasil survey secara langsung di wilayah perumahan Pluit Sakti, Jakarta Utara Data hasil survey tersebut meliputi beberapa kriteria seperti : RK eksisting, tiang eksisting, data berlangganan telkom, keterangan rumah, drop point eksisting dan lain sebagainya. 4.1.1 Desain Boundary FV Menggunakan Sistem Two Stage 1:2 dan 1:16 Pada desain boundary yang menggunakan sistem two stage 1:2 dan 1:16 memiliki perhitungan kebutuhan perangkat seperti berikut ini: a) ODP = Jumlah Homepass/kapasitas ODP yang dipakai = 465/16 = 29.06 digenapkan jadi 30 buah b) jumlah passive splitter pada ODP PS 1:16 = jumlah homepass / kapasitas odp = 465/16 = 29.06 digenapkan 30 buah c) Core distribusi = jumlah homepass / kapasitas odp = 465/16 = 29.06 digenapkan 30 core
56
d) Kabel distribusi = jumlah core distribusi/kapasitas core kabel distribusi yang dipakai = 30/24 = 2 kabel distribusi e) jumlah PS di ODC PS 1:2 = = jumlah core distribusi / splitter ODC yang dipakai = 30/2 = 15 buah f) Core feeder = jumlah homepass/ total kapasitas PS = 465/32 = 14.53 digenapkan menjadi 15 core Pada hasil desain, boundary FV pada kawasan perumahan Pluit Sakti tidak memiliki percabangan pada segmen distribusi. Pada sistem two stage 1:2 dan 1:16 terdapat 2 kabel distribusi dengan kapasitas kabel yang dipakai 24 core. ODP yang dipakai sebanyak 30 buah dan PS 1:16 juga berjumlah 30 buah untuk setiap ODP-nya. Berikut ini adalah hasil akhir desain pada boundary FV dengan sistem two stage 1:2 dan 1:16.
Gambar 4.1 Distribusi two stage 1:2 dan 1:16
57
4.1.2 Desain Boundary FV Menggunakan Sistem One Stage 1:32 Pada desain boundary FV yang menggunakan sistem one stage 1:32 memiliki perhitungan kebutuhan perangkat seperti berikut ini: a) ODP = Jumlah Homepass/kapasitas ODP yang dipakai = 465/16 = 29.06 digenapkan jadi 30 buah b) jumlah passive splitter pada ODP PS 1:16 = jumlah homepass / kapasitas odp = 465/16 = 29.06 digenapkan 30 buah c) Kabel distribusi = jumlah homepass/kapasitas kabel yang dipakai= 465/96 = 5 kabel distribusi d) jumlah passive splitter pada ODC PS 1:32 = 465/32 = 15 buah e) e. Core feeder = Jumlah homepass / splitter ODC yang dipakai= 465/32 = 14.53 digenapkan menjadi 15 core Pada hasil akhir desain boundary FV menggunakan skenario one stage 1:32 ini tidak memiliki percabangan kabel pada jaringan segmen distribusinya. Pada sistem one stage 1:32 terdapat 6 kabel distribusi dengan kapasitas kabel yang dipakai 96 core, yang secara matematis memang hanya 5 kabel distribusi akan tetapi dalam setiap kabelnya memerlukan core cadangan. ODP yang dipakai sebanyak 30 buah dan PS 1:32 juga berjumlah 30 buah yang diletakkan pada ODC. Pada skenario one stage PS 1:32 tidak menggunakan passive splitter pada ODP,jadi pada ODP hanya sebagai titik terminasi. berikut ini adalah hasil akhir desain pada boundary FV dengan sistem one stage 1:32.
58
Gambar 4.2 Distribusi one stage 1:32
4.1.3 Desain Boundary FV Menggunakan Sistem Two Stage 1:4 dan 1:8 Pada desain boundary FV yang menggunakan sistem two stage 1:4 dan 1:8 memiliki perhitungan kebutuhan perangkat seperti berikut ini: a) jumlah ODP = Jumlah Homepass/kapasitas ODP yang dipakai = 465/8 = 60 buah b) jumlah passive splitter ODP PS 1:8 = jumlah homepass/kapasitas ODP yang dipakai = 465/8 = 60 buah c) Core distribusi = jumlah homepass/kapasitas ODP yang dipakai = 465/8 = 60 core d) Kabel distribusi = jumlah core distribusi/kapasitas core kabel distribusi yang dipakai =60/24 = 3 kabel distribusi e) jumlah passive splitter pada ODP PS 1:4 = core distribusi/4 = 15 buah
59
f) Core feeder = jumlah homepass/ total kapasitas PS = 465/32 = 14.53 digenapkan menjadi 15 core Pada hasil desain pada boundary FV menggunakan skenario two stage 1:4 dan 1:8 ini memiliki banyak percabangan kabel pada setiap distribusinya karena bertujuan untuk menjangkau ODP dengan panjang kabel yang efisien. ODP yang digunakan dalam desain two stage 1:4 dan 1:8 ini secara matematis memang berjumlah 60 buah, tapi untuk perumahan Pluit sakti desain boundary FV menggunakan 80 ODP
karena terkait dengan kondisi geografis dan jumlah
rumah dalam satu baris dari perumahan tersebut maka ditambahkan 20 ODP agar seluruh pelanggan terjangkau oleh jaringan tersebut dan juga ditambahkan 1 kabel distribusi yang berkapasitas 12 core jadi total kapasitas distribusi kabel yang digunakan berjumlah 4 kabel distribusi . Berikut ini adalah hasil akhir desain pada boundary FV dengan sistem two stage 1:4 dan 1:8.
Gambar 4.3 distribusi two stage 1:4 dan 1:8
60
Tabel 4.1 kelebihan dan kekurangan desain one stage dan two stage KONFIGURASI Jumlah PASSIVE passive SPLITTER splitter pada ODP (pcs) 1:2 & 1:16 30 1:32 1:4 & 1:8 80
Jumlah kabel distribusi
Jumlah passive splitter pada ODC (pcs)
Kapasitas ODC yang dipakai
Core feeder
2 5 4
2 32 4
144 576 144
15 core 15 core 15 core
Dari sistem yang dipakai memiliki kelebihan dan kelemahan masingmasing. Di antaranya sistem two stage 1:2 dan 1:16 lebih hemat kabel distribusi,lebih sedikit penggunaan port dan penyambungan di ODC akan tetapi memiliki kekurangan panjang drop core yang melebihi standar 100 meter yang memungkinkan banyak terjadi gangguan dikemudian hari dan juga titik distribusi kurang menyebar. Untuk sistem one stage 1:32 ini kelebihannya hanya memiliki redaman tidak terlalu besar,titik distribusi dapat disesuaikan dengan keadaan lapangan sedangkan kekurangannya mempunyai biaya pembangunan yang mahal,membutuhkan
kapasitas
ODC
yang
lebih
besar,
lebih
banyak
penyambungan secara keseluruhan, waktu pengerjaan yang lebih lama. Sehingga skenario one stage 1:32 ini tidak terlalu cocok untuk pemasangan optik di kawasan perumahan melainkan untuk mencatu kebutuhan pelanggan di gedung atau yang disebut desain HRB (high rise building). Maka dalam mendesain perumahan Pluit Sakti ini penulis menggunakan konfigurasi two stage 1:4 dan 1:8 karena titik distribusi lebih menyebar,hemat core distribusi,hemat drop kabel,hemat kapasitas ODC sehingga lebih efisien dalam pengunaan kabel distribusi, drop core dan port pada ODC
61
4.2 Tabel Bill Of Quantity (BoQ) Tabel BoQ pada umumnya berisi tentang rincian-rincian mengenai kebutuhan perangkat dengan jumlah yang dibutuhkan dalam sebuah perancangan suatu jaringan FTTH, harga dari masing-masing perangkat, harga jasa pemasangan perangkat, dan rincian pemasangan perangkat. Pada Tugas Akhir ini, pembuatan tabel Bill Of Quantity (BoQ) hanya berisi rincian tentang nama perangkat, jumlah yang dibutuhkan, dan satuan yang digunakan.
4.2.1 BOQ two stage 1:2 dan 1:16 Tabel 4.2 BOQ two stage 1:2 dan 1:16
62
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tabel BoQ di boundary FV menggunakan skenario two stage 1:2 & 1:16 menghasilkan jumlah kebutuhan perangkat ODP, PS 1:2, dan PS 1:16 yang sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan perangkat pada sub bab 4.1.1. Pada perhitungan kebutuhan dihasilkan ODP dengan jumlah kebutuhan sebanyak 30 buah, PS 1:2 sebanyak 15 buah, dan PS 1:16 sebanyak 30 buah. Untuk jumlah konektor pada boundary FV yang memiliki jumlah homepass sebanyak 465 unit dibutuhkan konektor sebanyak 5203 buah yang didapatkan dari jumlah homepass dikalikan dengan jumlah kebutuhan konektor dalam satu link optik dari perangkat OLT sampai dengan perangkat ONT sejumlah 11 konektor. Pada boundary dengan skenario two stage 1:2 dan 1:16 kabel distribusi tidak memiliki percabangan karena panjang nya masih dalam batas dari panjang maksimum kabel distribusi, dalam perancangan desain jaringan FTTH ini yang memiliki panjang maksimum sebesar dua kilometer.
63
4.2.2 BOQ one stage 1:32 Tabel 4.3 BOQ one stage 1:32
Berdasarkan tabel di atas, maka pada boundary FV yang menggunakan skenario one stage 1:32 ini menghasilkan jumlah kebutuhan perangkat ODP dan PS 1:32 sesuai dengan jumlah perhitungan pada sub bab 4.1.2. Pada perhitungan
64
dihasilkan kebutuhan ODP sebanyak 30 buah dan PS 1:32 sebanyak 15 buah. Namun pada desain menghasilkan kebutuhan ODP dan PS 1:32 yang dapat dilihat pada tabel di atas. Dengan kebutuhan kapsitas kabel 96 core yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang lain dan ODC yang digunakan kapasitas 576 karena kebutuhan core yang lebih besar. 4.2.3 BOQ two stage 1:4 dan 1:8 Tabel 4.4 BOQ two stage 1:4 dan 1:8
65
Berdasarkan data tabel di atas, maka pada boundary FV yang menggunakan skenario two stage 1:4 dan 1:8 ini menghasilkan jumlah kebutuhan perangkat ODP, PS 1:4, dan PS 1:8 yang berbeda dengan jumlah perhitungan pada sub bab 4.1.3. Pada perhitungan dihasilkan kebutuhan ODP sebanyak 60 buah, PS 1:8 sebanyak 60 buah, dan PS 1:4 sebanyak 15 buah. Namun pada desain, menghasilkan kebutuhan ODP sebanyak 8, PS 1:4 sebanyak 24 dan PS 1:8 sebanyak 80 yang dapat dilihat pada tabel di atas. Perbedaan jumlah perhitungan kebutuhan pada beberapa perangkat seperti ODP dan PS pada masing-masing boundary dengan jumlah kebutuhan perangkat pada hasil desain disebabkan karena jumlah kebutuhan perangkat berdasarkan perhitungan hanya menunjukkan jumlah atau angka yang ideal tanpa memperhitungkan kondisi di dalam sebuah boundary. Sedangkan jumlah kebutuhan perangkat hasil desain merupakan jumlah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi dalam sebuah perancangan jaringan FTTH karena hasil desain sudah tentu kondisi di dalam sebuah boundary yang penyebaran homepass nya bisa saja tidak merata sehingga dibutuhkan perangkat yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil perhitungan.
Gambar 4.4 panjang drop kabel
66
Pada gambar diatas garis yang berwarna merah adalah kabel optik Drop yang ketika dilihat propertinya memiliki ukuran panjang sebanyak 70m yang didapat dari jarak odp menuju Roset dirumah pelanggan, perhitungan ini sudah termasuk toleransi karena jalur dibuat zig zag sebagai spare kabel . Total Jumlah kabel drop = panjang drop kabel kepelanggan x jumlah homepass = 70 m x jumlah hp = 70 x 465 = 32.550 m
Gambar 4.5 panjang feeder
Pada gambar diatas garis yang berwarna biru adalah rute kabel optik feeder yang ketika dilihat propertinya memiliki ukuran panjang sebanyak 1034m yang didapat dari jarak Sentral Telepon Otomat (STO) Muara Karang menuju lokasi ODC FV . Jarak yang tertera di properti ini hanya sebatas jarak rute kabel , sedangkan untuk
panjang kabel
yang dipakai
dapat
dihitung dengan
menambahkan slack pada setiap manhole yang besarnya ialah 30m dan toleransi
67
sebanyak 3% dari total panjang kabel sehinggal total panjang kabel feeder ialah 1100m yang didapat dari penjumlahan (1034+30) x 103% =1100m Tabel 4.5 Perbandingan BOQ secara one stage dan two stage KONFIGURASI PASSIVE SPLITTER 1:2 & 1:16 1:32 1:4 & 1:8
KABEL FEEDER
ODC
JENIS / PANJANG DIST
1,1 Km 1,1Km 1,1 Km
144 576 144
24C/2,7Km 96C/4,2Km 24C/3,5Km & 12C/2,2Km
JENIS/ JUMLAH ODP ODP16/30 ODP16/30 ODP08/60
KABEL DROP 32550 M 32550 M 32550M
Dari data tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa dari tiga skenario desain di boundary FV, maka pada skenario 1:2 dan 1:16 memiliki kebutuhan kabel distribusi yang paling sedikit dibanding dengan skenario lain. Skenario 1:32 yang memiliki nilai redaman paling kecil akan tetapi memiliki kebutuhan kabel distribusi yang paling banyak dan juga lebih boros. Sedangkan pada skenario 1:4 dan 1:8 yang memiliki total ODP terbanyak, memiliki kebutuhkan drop kabel yang paling sedikit dibanding skenario lain.
4.3 Link Budget Perhitungan link budget melibatkan beberapa perangkat penyusun jaringan FTTH, dimana masing-masing dari perangkat memiliki nilai loss maksimal tersendiri. Dalam jaringan FTTH, total loss maksimum nya adalah -28 dB dan loss minimumnya adalah -13 dB. Sehingga apabila ada suatu link FTTH dari OLT ke ONT memiliki total loss lebih dari -28 dB, maka bisa dikatakan bahwa desain pada boundary tersebut kurang baik. Analisis link budget digunakan untuk mencari redaman per elemen agar daya tidak melebihi dan tidak kurang dari batas
68
ambang dari daya yang dibutuhkan. Pada analisis ini menghitung link budget untuk 3 kondisi pada boundary FV dengan jumlah 465 rumah. Untuk ODP yang diambil sebagai analisa adalah ODP yang bernomor urut 45 karena posisi ODP yang berada ditengah-tengah distribusi pada PS 1:4 dan 1:8 yang akan dianalisa secara teori sistematis dan hasil penelitian di lapangan. Perhitungan link budget merumuskan Loss daya total keseluruhan. Link budget menghitung keseluruhan Loss yaitu redaman kabel, Loss konektor, Loss sambungan, dan margin.
Total Loss = {(αf * L) + (Lc * m) + (Lsp* n) + S+M}
Keterangan: αf L LC m Lsp n S M
= = = = = = = =
αf L LC m Lsp n S
= = = = = = =
Redaman Fiber Optic (dB/Km) Panjang FO (Km) Loss Connector (dB/bh) Jumlah Connector Loss Splice (dB/bh) Jumlah Splice Loss Splitter Margin / Toleransi
Diketahui -0,25 dB/Km 1,6 Km -0,35 dB/bh 7 pcs -0,1 dB/bh 2 pcs 1:4=7,25 dB , 1:8=10,38 dB
69
4.3.1. Perbandingan Perhitungan Matematis dan Pengukuran 1. Untuk ODP 45 dengan Jarak 1,6 km memakai konfigurasi Splitter 1:4 dan 1:8
Total Loss
=
{(-0,35*2,7)} + {(-0,25 * 7)} + {(-0,1 * 2) +(-7,25+-10,38)+-1}
=
(-0,94) + (-1,75)+ (-0,2)+(-17,63)
=
PRx
-20,52 dB
=
PTx + Total Loss
=
3 dBm + (-20,52dBm)
=
-17,52 dBm
Untuk jarak 1,6 Km daya receiver yang didapatkan dari hasil perhitungan sebesar -18,52 dBm. Nilai tersebut masih memenuhi standar PRx yang ditetapkan ITU. Jadi paket data yang dikirimkan dapat diterima dengan baik.
70
Gambar 4.6 Hasil peengukuran pada ODP 45
Gambar diatas adalah gambar hasil ukur Power yang diterima oleh ONT dengan alat Optical Power Meter sebesar -18,42 dBm , sehingga dapat disimpulkan bahwa loss yang terdapat pada jarak antara OLT dengan ONT yang sudah melewati passive Splitter dapat dihitung dengan rumus : TL=PTx – PRx PRx= Power Received PTx= Power Transmititted TL = Total Loss
71
Diketahui : PTx= 3dBm PRx= -18,42 dBm Sehingga Perhitungan Total Loss= - 3dBm + (-18,42dBm)= -21,42 dB Jadi perbedaan antara perhitungan lapangan dengan perhitungan secara sitematis yaitu: Hasil pengukuran
: -18,42 dBm
Hasil perhitungan Matematis
:-17,52 dBm
Selisihnya adalah: -0,90 dBm yang mungkin disebabkan karena hasil implementasi lapangan pada titik sambungan atau terminasi pada konektor mengalami loss yang melebihi standar.
Tabel 4.6 PERBANDINGAN HASIL SISTEMATIS DAN HASIL LAPANGAN
Keterangan
Hasil Perhitungan Matematis
Hasil Pengukuran
PRx (Power
-17,52 dBm
-18,42 dBm
-20,52 dBm
-21,42 dBm
Received) Total loss
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan perbandingan hasil sistematis dengan hasil lapangan. Meliputi beberapa faktor -faktor sebagai berikut :
72
Secara garis besar Loss didapat dari beberapa faktor hambatan media pengantar yaitu kabel serat optik yang terjadi karena serat itu sendiri maupun terjadi karena instalasi kabel optik seperti : 1. Loss karena Penyerapan (Absorption Loss) Disebabkan karena adanya molekul-molekul air yang terperangkap didalam core (inti) serat optik, pada saat pembuatan serat optik OH -
Gambar 4.7 Ilustrasi Loss penyerapan 2. Loss karena Penghamburan (Scattering Loss) Disebabkan karena adanya facet-facet yang memantulkan dan membiaskan cahaya.
Gambar 4.8 Ilustrasi loss penghamburan 3. Loss perbedaan ukuran Penghamburan dapat disebabkan karena Variasi ukuran inti / core ketika dilakukan penyambungan dengan kabel yang berbeda proses fabrikasinya
73
Gambar 4.9 Ilustrasi loss perbedaan ukuran Maka dapat disimpulkan loss yang terdapat karena instalasi pemasangan kabel optik ialah: - Kabel optik mendapat tekanan berlebihan (faktor kesalahan teknis) - Kabel ditekuk melebihi standar tekukan (faktor human eror) - Perembesan air yang dapat merusak kedalam silica glass dan menaikkan optical loss. (faktor cuaca) - Gas Hidrogen dapat masuk kedalam silica glass dan menaikkan optical loss.(faktor suhu)
74
Gambar 4.10 ilustrasi Loss keseluruhan instalasi
75