1
BAB IV HASIL ANALISA
4.1
PT. PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA Tbk PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk merupakan salah satu perusahaan
manufaktur kertas dan hasil-hasil produksi kertas (stationery) terbesar didunia yang terintegrasi secara vertical. Perusahaan selanjutnya merupakan salah satu usaha penting di Jepang, Australia, Timur Tengah, Amerika Serikat, Eropa dan Negara Asia lainnya. Perusahaan berlokasi ditempat strategis di wilayah Asia Pasifik, dan dikenal dengan produk kertas berkualitas tinggi, memperkerjakan secara langsung sekitar 13,100 karyawan. Selanjutnya, perusahaan memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip usaha berkelanjutan (sustainablility) di setiap kegiatan operasionalnya. PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (“Tjiwi Kimia” atau “Perseroan”) didirikan pada tanggal 2 Oktober 1972 dengan nama PT. Tjiwi Kimia, berkedudukan di Desa Kramat Tumenggung, kecamatan Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1974, dari Perseroan diubah menjadi PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia dan pada tahun 1996 menjadi PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia tbk. Pada tahun 1990, saham Perseroan mulai dicatatkan di Bursa efek Jakarta dan Surabaya. Pada awal berdirinya, Perseroan hanya memproduksi soda dan bahan kimia lainnya dan sejak tahun 1978, Perseroan mulai memproduksi kertas dengan kapasitas 12.000 ton per tahun.
2
Kegiatan utama Perseroan adalah memproduksi berbagai jenis kertas tulis dan cetak, baik coated maupun uncoated. Selain itu, Perseroan juga memproduksi kertas dan produk perlengkapan kantor seperti buku tulis, memo, loose leaf, spiral, amplop, kertas komputer, kertas kado, shopping bag, dan produk fancy yang diminati pasar internasional. Sesuai dengan permintaan pasar, Perseroan memproduksi kertas yang memiliki nilai tambah termasuk kertas tanpa karbon dan kertas cast coated dan board. Visi perusahaan adalah menjadi produksi kertas berkualitas tinggi nomor satu didunia dengan standard internasional pada abad ke-21 yang berkomitmen tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi para pelanggan, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat. Misi dari perusahaan antara lain adalah meningkatkan pangsa pasar di seluruh dunia, menggunakan teknologi mutakhir dalam mengembangkan produk baru, meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan, dan mewujudkan komitmen usaha berkelanjutan disemua kegiatan operasional. Sinar Mas Pulp & Paper Products (“APP”) bersama dengan PT. Pabrik Kertas Tjiwi kimia Tbk. (“Tjiwi Kimia” atau “Perseroan”) berkomitmen untuk menjalankan usahanya secara berkelanjutan. APP dan Perseroan memiliki visi untuk menjadi perusahaan produsen kertas nomor satu di dunia dengan standar internasional pada abad ke-21, berdedikasi memberikan yang terbaik bagi para pelanggan, pemegang saham, karyawan, dan masyarakat.
3
Guna mewujudkan visi tersebut, APP dan Perseroan berkomitmen untuk selalu menjalankan usahanya secara berkelanjutan, baik dibidang ekonomi, social maupun lingkungan. APP dan Perseroan mewujudkan komitmen tersebut dengan menerapkan praktek kerja terbaik dengan menggunakan teknologi produksi yang efisien dan ramah lingkungan, memberdayakan masyarakat sekitar, menjalankan berbagai program perlindungan lingkungan dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dalam menjalankan operasionalnya, Perseroan telah memenuhi persyaratan dan peraturan terkait pemenuhan bahan baku, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja. Persyaratan dan peraturan tersebut telah diterapkan sebagai kebijakan operasional yang senantiasa dimonitor oleh Perseroan. Pada tahun 1998, Perseroan memperoleh sertifikat ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan
(SML) dari DNV dan selanjutnya Perseroan telah
memperbaharui sertifikat tersebut dari versi ISO 14001 menjadi ISO 14001:2004 dari SGS yang merupakan standar Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang terbaru. Guna meningkatkan implementasi Sistem Manajemen Lingkungan, Perseroan menunjuk Hatfindo, anak perusahaan Hatfield Consultans Ltd. (Vancouver, BC) sejak akhir tahun 2005 hingga triwulan pertama tahun 2006. Disamping itu, Perseroan juga telah memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (SMK3). Perseroan juga telah menjalankan program “tiga R” yang merupakan good resource stewardship-reduces, reuse, recycle dan mengintegrasikannya dalam operasional Sistem Manajemen Lingkungan.
4
Perseroan melaksanakan kebijakan manajemen limbah untuk mengurangi polutan, termasuk Kebijakan Pengendalian Sumberdaya dan Kebijakan ‘Reduce, Reuse, Recycle’. Dalam system pengolahan air limbah, Perseroan menggunakan system endapan (sludge) aktif dengan perlakuan fisikal dan kimiawi tertentu untuk membuat air limbah dapat dialirkan secara aman ke saluran air. Produk-produk Perseroan telah memenuhi peraturan keamanan produk sesuai permintaan pasar di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat khususnya terhadap peraturan larangan penggunaan zat-zat berbahaya. Pada pertengahan tahun 2006, Tjiwi Kimia memperoleh sertifikat Ekolabel Indonesia untuk kategori Produk Uncoated Printing Paper. Perseroan merupakan pabrik kertas pertama di Indonesia yang menggunakan sertifikasi Ekolabel Indonesia bagi produk tersebut. Pada akhir tahun 2006, Tjiwi Kimia dianugrahi European NF Eco-Mark untuk kategori buku tulis berkualitas. Audit sertifikasi tersebut dilakukan oleh AFAQ AFNOR dari Perancis. Perseroan merupakan pabrik kertas pertama di Indonesia yang menggunakan sertifikasi Ekolabel Uni Eropa bagi produk tersebut. Perseroan bergerak dalam bidang usaha kertas dan hasil-hasil produksi kertas dengan produk utama antara lain kertas komputer, kertas HVS serta produk untuk kebutuhan perkantoran dan sekolah seperti buku tulis, buku dengan spiral dan lainlainnya. Perseroan juga memproduksi produk-produk kemasan, diantaranya adalah dus (boxboard) yang dipergunakan untuk kemasan rokok, minyak wangi, tisu dan sereal. Saat ini Perseroan memiliki fasilitas produksi di Sidoarjo-Propinsi Jawa Timur. Pada tahun 2006 total kapasitas produksi kertas adalah sebesar 1.134.000 ton
5
per tahun, kertas kemasan sebesar 78.000 ton per tahun dan hasil-hasil produksi kertas sebesar 320.000 ton per tahun. Pendapatan Perseroan terutama diperoleh dari penjualan produk kertas dan hasil-hasil produksi kertas baik domestik (25%) maupun ekspor (75%). Pasar ekspor Perseroan terutama ke negara-negara di Asia, Amerika, Australia, Eropa Timur dan Afrika. Dengan adanya globalisasi perekonomian dunia, Perseroan dituntut untuk meningkatkan daya saing produk-produknya melalui usaha-usaha peningkatann efisiensi dan profesialisme perusahaan. Tidak dapat dihindarkan pula bahwa pasar bidang usaha industri kertas, kertas kemasan dan hasil-hasil produksi kertas yang dikelola Perseroan juga menghadapi persaingan yang semakin tajam baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu, Perseroan harus melakukan upaya dalam berbagai bidang untuk meningkatkan kemampuan Perseroan agar dapat menghadapi persaingan dan mempertahankan posisi Perseroan sebagai salah satu produsen kertas terbesar di dunia.
4.2 Analisis Strategi Pemasaran Produk loose leaf Paperline di Tjiwi Kimia merupakan produk minor dari perusahaan, sehingga loose leaf tidak memiliki strategi pemasaran yang khusus. Adapun strategi pemasaran yang berlaku untuk loose leaf adalah menggabungkan (bundled) dengan major produk perusahaan yaitu buku tulis, kertas fotokopi dan memo pad. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan market share loose leaf dan
6
menjadikan loose leaf sebagai salah satu major produk perusahaan, untuk itu harus ada suatu strategi yang dirancang tepat pada sasaran yang dituju dan juga dibutuhkan suatu analisa ataupun kajian dari strategi yang telah dijalanakan secara bertahap guna mencapai hasil yang maksimal.
4.2.1 Analisis Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan oleh target sasaran. Variabel-variabel dalam analisis bauran pemasaran terdiri dari: Product (produk), Price (harga), Place (distribusi), Promotion (promosi). Berikut ini adalah analisis bauran pemasaran untuk produk loose leaf Paperline.
7
4.2.1.1 Product (Produk) Brand: Paperline Deskripsi produk:
Gambar 4.1 Produk Loose Leaf
Desain Kemasan: ¾
Transparant plastic wraping
¾
Cover kemasan yang berlogo warna terang (merah dan kuning)
8
4.2.1.2 Price (Harga)
Tabel 4.1 Daftar Harga Merek Loose Leaf
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PRODUCT PPL LL B-5 50
TRIMEDIA Rp
GIANT
5,100.00
KENKO LL B-5 50
Rp
5,500.00
Rp
5,000.00
Rp
4,000.00
Rp
5,300.00
Rp
7,900.00
PRESIDENT LL B-5 100 Rp
8,200.00
KENKO LL B-5 100
Rp
7,800.00
JOYKO LL B-5 100
Rp
9,600.00
JOY ART LL B-5 100
Rp
9,200.00
Rp 5,500.00 Rp 4,700.00
Rp
3,900.00 Rp
4,025.00
Rp
5,800.00 4,800.00 4,675.00
Rp Rp 5,500.00 Rp
Rp 5,425.00 Rp 7,500.00
5,800.00 Rp 5,200.00 Rp 5,200.00 13,600.00 Rp 8,100.00 5,100.00 Rp 4,800.00 Rp 3,900.00
Rp 10,900.00
Rp 9,500.00 Rp 8,300.00
Rp 8,500.00 Rp Rp
9,200.00 Rp 9,700.00 Rp 11,900.00 Rp
Rp 7,550.00
Rp 7,400.00
9,233.33
Rp
8,400.00
Rp
7,700.00
Rp
9,900.00 Rp 8,900.00 Rp 8,700.00 19,600.00
3,100.00 Rp 2,900.00
Rp 2,900.00 Rp 2,600.00 Rp 4,500.00 Rp
2,700.00 Rp 3,000.00
3,500.00
Rp 2,400.00
KENKO LL A-5 50
Rp
3,400.00 Rp 4,900.00 Rp 5,500.00 Rp 4,000.00 Rp 2,900.00 Rp 5,900.00 Rp
Rp
3,500.00 Rp 4,900.00
Rp
Rp 4,000.00
Rp
Rp
3,000.00 Rp 3,900.00 Rp 3,700.00
Rp 2,400.00 Rp 5,000.00 Rp
Rp
3,200.00 Rp 3,200.00 Rp 3,900.00
Rp
PRESIDENT LL A-5 100 Rp
5,600.00
KENKO LL A-5 100
Rp Rp 6,900.00
IMPERIAL LL A-5 100 Rp
KIKY LL A-5 100 Rp
5,600.00
Rp 4,650.00
3,025.00
Rp
2,500.00 Rp
2,675.00
Rp
4,100.00
3,300.00
Rp
3,650.00
3,900.00 Rp 3,100.00
Rp
3,571.43
4,100.00
Rp 3,900.00
Rp
3,800.00
Rp
8,500.00
3,200.00 Rp 3,200.00 Rp 2,900.00
Rp
3,075.00
5,100.00 Rp 5,700.00
Rp
6,166.67
6,300.00
Rp 6,900.00
Rp
6,266.67
Rp 6,900.00 Rp
5,700.00 Rp
6,940.00
Rp
5,500.00 Rp
4,700.00
Rp
6,866.67
Rp 6,200.00 Rp 8,500.00 Rp 7,900.00
2,500.00 Rp
Rp 3,300.00
Rp 7,200.00 Rp 5,200.00 Rp 8,500.00
5,900.00
8,414.29 3,240.00
Rp 4,700.00
JOY ART LL A-5 100
Rp
4,110.00
Rp 6,300.00 Rp 3,000.00 Rp
17,750.00
2,700.00 Rp
Rp 10,700.00 Rp 5,500.00 Rp 4,900.00 Rp 7,900.00 Rp
8,725.00
Rp
4,400.00 Rp 3,500.00 Rp 3,900.00 Rp
Rp 2,900.00 Rp 5,900.00
Rp 3,400.00
Rp
Rp
Rp 2,850.00
Rp 7,900.00
9,228.57
7,500.00
PRESIDENT LL A-5 50 Rp
PPL LL A-5 100
8,200.00
8,200.00 Rp
Rp Rp
HIPO LL A-5 50
7,787.50
Rp
7,550.00
9,300.00 Rp 8,800.00 Rp 7,500.00
TOYO LL A-5 50
4,660.00
Rp
Rp 7,600.00 Rp 5,900.00 Rp 11,900.00 Rp
TIARA LL A-5 50
Rp 6,500.00 Rp
Rp
Rp 7,900.00
JOY ART LL A-5 50
5,400.00 10,550.00
7,700.00
Rp 15,900.00
IMPERIAL LL A-5 50
Rp Rp
Rp 10,400.00 Rp Rp 8,500.00
TOYO LL B-5 100
TIARA LL A-5 100
Rp
Rp
TIARA LL B-5 100
JOYKO LL A-5 100
4,742.86
Rp
Rp 7,700.00
KIKY LL A-5 50
3,900.00 Rp
Rp 4,700.00 Rp 5,900.00
KIKY LL B-5 100
JOYKO LL A-5 50
4,650.00
4,100.00 Rp 5,000.00 Rp 4,500.00 Rp
Rp 4,400.00
Rp 4,000.00
Rp
4,347.22
Rp
Rp 4,900.00
Rp
HIPO LL B-5 100
3,500.00 Rp
Rp 4,100.00
Rp 15,200.00
IMPERIAL LL B-5 100
AVERAGE
Rp 5,200.00
HIPO LL B-5 50
PPL LL A-5 50
3,700.00
Rp 7,500.00
TIARA LL B-5 50
PPL LL B-5 100
3,600.00 Rp 4,300.00 Rp 4,900.00 Rp
Rp
Rp 4,150.00
JOY ART LL B-5 50
TOYO LL B-5 50
GRAMEDIA GRAMEDIA CARREFOUR GRAND LUCKY INDOSTATIONARY KARISMA
Rp 5,900.00 Rp
Rp 6,000.00 Rp 3,800.00
IMPERIAL LL B-5 50
KIKY LL B-5 50
RAMAYANA PAPERCLIP HYPERMART
4,200.00 Rp 4,900.00 Rp 3,825.00 Rp 4,000.00
PRESIDENT LL B-5 50 Rp
JOYKO LL B-5 50
ALFA
Rp 5,500.00 Rp
6,400.00 Rp 7,000.00
Rp
6,700.00
Rp 6,500.00 Rp
9,400.00 Rp 6,000.00 Rp 5,900.00
Rp
6,950.00
Rp
6,200.00
Rp
5,483.33
TOYO LL A-5 100
Rp 9,900.00
Rp
5,200.00 Rp 10,900.00
Rp
8,666.67
HIPO LL A-5 100
Rp 4,000.00
Rp
5,500.00 Rp 6,100.00 Rp 4,900.00
Rp
5,125.00
9
4.2.1.3 Place (Distribusi) Paperline menggunakan saluran distribusi PT. CMI milik Sinarmas group yang telah meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia termasuk ke pasar modern seperti Carrefour, Giant, Hypermart, Gramedia dan TGA, berikut pula pasar tradisional seperti grosir dan toko ATK. PT. CMI dan PT. Tjiwi Kimia merupakan salah satu dari group Sinarmas, oleh karena itu produksi dan pendistribusian Paperline dapat diawasi dengan baik.
4.2.1.4 Promotion (Promosi) Promosi yang dilakukan dalam memasarkan produk loose leaf Paperline selama ini adalah sebagai berikut: Below-the-line Kegiatan promosi dilakukan bersamaan dengan produk Tjiwi Kimia lainnya (bundling) salah satunya dengan kertas fotokopi, dimana Paperline sebagai gift product. Kegiatan lainnya antara lain dengan memberikan brosur produk stationery perusahaan, memberikan reward, contest, rebate untuk para distributor juga mengadakan pameran untuk keseluruhan produk perusahaan, tidak luput pula penempatan display produk yang mendominasi di key accounts yang ada.
10
4.3 Hasil Survei Survei dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, survei disebarkan sebanyak 40 orang untuk mendapatkan gambaran umum mengenai produk loose leaf di kalangan pelajar di wilayah DKI Jakarta (20 responden S-1 dan 20 responden SMU). Tahap kedua, merupakan penyempurnaan dari tahap pertama yang lebih fokus kepada pengunanya dan produk-produk loose leaf yang ada dipasar. Tahapan ini melibatkan sebanyak 340 orang responden yang dianggap valid dengan latar belakang SMU dan S-1 di wilayah DKI Jakarta. Data yang terbilang valid yaitu kuesioner yang telah didistribusikan, kembali dengan data yang pengisiannya dilakukan secara lengkap, tidak ada jawaban yang bertolak belakang/ tidak sesuai dengan jawaban yang lain. Sebaliknya data yang tidak valid sebanyak 60 orang. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikembalikan, jawaban akan diseleksi apabila responden tidak menjawab lengkap pertanyaan serta jawaban dari responden tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan, maka penulis menggugurkan kuesioner dari responden tersebut. Dan terdapat 50 data yang tidak kembali dari responden dikarenakan waktu pengumpulan data sudah melewati batas waktu yang sudah ditentukan oleh penulis. Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Survei
Kuestioner
Jumlah
Data yang didistribusikan
450
Data Valid
340
Data Tidak Valid
60
Data yang kembali
400
Data yang tidak kembali
50
11
4.4
Statistik Deskriptif dan Eksploratory Analisis deskriptif dilakukan dengan menganalisa terhadap hasil survei yang
dilakukukan pada tahap kedua. Hasil kuesioner tersebut kemudian dirangkum dan digambarkan dalam grafik berbentuk pie chart dan/atau bar chart. Dengan data ini dapat diketahui faktor-faktor yang dapat digunakan untuk analisis yang diajukan meliputi profil responden, pengetahuan produk, pengguna produk loose leaf. Sedangkan pada analisis eksploratory, dengan melakukan in-depth interview terhadap beberapa koresponden dari survei tahap pertama dan kedua memperoleh data yang lebih mendalam mengenai produk loose leaf.
4.5 Analisa Kuesioner 4.5.1 Profil Konsumen
Gambar 4.2 Jenis Kelamin Responden
12 Dari data responden yang valid sebanyak 340 orang, dimana yang berjenis kelamin wanita sebanyak 175 (52%) dan yang berjenis kelamin pria sebanyak 164 (48%). Dari data tersebut diketahui bahwa produk Loose Leaf digunakan oleh konsumen tidak berdasarkan jenis kelamin, karena pria maupun wanita mempergunakan produk tersebut.
Gambar 4.3 Domisili Responden
Berdasarkan kuesioner yang telah didistribusikan, sekolah SMU Don Bosco II, SMUK 5, SMU Marie Joseph, SMU 8, SMU Tarakanita, SMU Tunas Karya, SMU Yakobus merupakan responden yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Universitas yang terkait antara lain adalah Universitas Trisakti, Universitas Atma Jaya, Universitas Perbanas, IBii, Universitas Bina Nusantara, Univeritas UBM. Universitas La Salle, Universitas Tarumanegara. Dengan banyaknya sekolah maupun universitas yang diambil
13 sebagai sample, domisili respondenpun juga bermacam-macam. Responden yang terbesar adalah berdomisili di wilayah Jakarta Utara (41%), disusul oleh wilayah Jakarta Barat (16%), kemudian Jakarta TImur dan Jakarta Selatan dengan persentase yang sama yaitu 13 %, berikutnya wilayah Jakarta Pusat (7%), Bekasi (5%), Tangerang dan Depok (2%), dan yang paling sedikit berada di wilayah Bogor (1%).
Gambar 4.4 Umur Responden
Diambil dari profil responden SMU dan S1, maka range usia berkisar dari 15 tahun sampai 24 tahun. Usia responden yang terbesar pada umur 16 thn (19%), disusul oleh umur 17 tahun, 19 tahun, 20 tahun sebesar 16%. Umur responden berikutnya adalah 18 tahun sebesar 11%. Selanjutnya umur responden yang mempunyai persentase kecil antara lain umur 21 tahun (7%), 22 tahun (3%), dan 23 tahun (2%)
14
4.5.2 Awareness terhadap loose leaf
Gambar 4.5 Awareness Terhadap Loose Leaf
Tingkat awareness terhadap loose leaf mempunyai presentase yang lebih besar pada responden S1 sebesar 170 responden (100%) dibanding SMU sebesar 169 responden (99%). Dimungkinkan bahwa anak SMU yang tidak sadar (awareness) adalah 1 responden (1%) dikarenakan memiliki buku tulis seragam dari sekolahnya sehingga tidak diperlukan lagi untuk membeli buku tulis ataupun loose leaf untuk kegiatan sekolahnya oleh karena itu reponden tersebut tidak memiliki kesadaran terhadap loose leaf.
15
4.5.3 Yang menggunakan Loose Leaf Dalam Kesehariannya
Y ang Meng g unakan L oos e L eaf Dalam K es ehariannya 98%
100.00%
88%
80.00% 60.00% 40.00%
12%
20.00% 0.00%
Ya
Tidak
S MU
88.24%
11.76%
S ‐1
98.22%
1.78%
2%
Gambar 4.6 Yang Menggunakan Loose Leaf dalam Kesehariannya
Sesuai dengan informasi sebelumnya, anak SMU mempunyai buku tulis seragam dari sekolah mereka, maka untuk kesehariannya anak SMU kurang memakai loose leaf. Sehingga yang memakai loose leaf dalam kesehariannya mempunyai persentase sebesar 150 responden (88.24%) dan yang tidak memakai loose leaf sebanyak 20 reponden (11.76%) dengan alasan sama seperti analisa awareness pada loose leaf. Bagi S1, yang memakai loose leaf dalam kesehariannya sebanyak 166 responden (98.22%). Jumlah ini lebih besar dengan alasan mereka dapat lebih mudah mempunyai satu file binder dengan bermacam-macam folder didalamnya, sehingga mereka dapat lebih praktis membawanya. Sedangkan responden yang tidak menggunakan loose leaf dalam kesehariannya sebanyak 3 responden (1.78%) dengan alasan dikarenakan menggunakan kertas loose leaf lebih cepat hilang karena sering dikeluarkan dari file binder.
16
4.5.4 Sumber informasi terhadap loose leaf
S umber informas i terhadap loos e leaf 60.00%
53%
50.00% 40.00%
42% 39%
32%
30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
5%
9% 10%
8%
P romos i yang ada
Iklan
R ekomenda si
L ainnya
S MU
32.37%
5.31%
53.14%
9.18%
S ‐1
42.25%
8.45%
38.97%
10.33%
Gambar 4.7 Sumber Informasi Terhadap Loose Leaf
Berdasarkan questioner yang dibagikan, sumber informasi yang paling utama didapat dari Rekomendasi sebanyak 110 responden (53.14%) SMU mengatakan, mereka mengetahui produk loose leaf dari teman ataupun anggota keluarganya. Kedua, sebanyak 67 responden (32.37%) mengatakan, sumber informasi loose leaf didapat dari promosi yang ada di toko. Kemudian, 19 responden (9.18%) menjawab pilihan lainnya, yaitu mengetahui informasi loose leaf dari diri sendiri (melihat di toko), melihat orang lain memakai produk loose leaf, mengetahui dari sekolah maupun dari guru dan mengetahui dari mendapatkan hadiah produk tersebut. Yang terakhir, sebanyak 11 responden (5.31%) mengetahui produk dari iklan, yang dimaksud iklan disini adalah iklan yang berada di toko berupa pamphlet yang terpampang di langit-langit toko ataupun melihat standing brosur yang diletakkan di meja etalase toko, dan juga yang bias ditemui di pameranpameran buku atau sejenisnya.
17 Pada responden S1, mereka mengetahui informasi loose leaf paling utama adalah melalui promosi yang ada ditoko sebanyak 90 responden (42.25%), kedua 83 responden (38.97%) menjawab mengetahui dari rekomendasi orang lain, 22 responden (10.33%) menjawab lainnya (alasan sama dengan responden SMU) dan yang terakhir 18 responden (8.45%) menjawab mengetahuinya dari iklan yang ada. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa rekomendasi dari seseorang ataupun promosi yang ada ditoko berperan penting untuk meningkatkan awareness terhadap loose leaf dan juga membuat seseorang ingin membeli suatu produk.
4.5.5 Sejak Kapan Loose Leaf Digunakan?
Gambar 4.8 Sejak Kapan Loose Leaf di Gunakan
Bagi SMU, mereka menggunakan loose leaf sejak SMP dengan presentase yang terbesar 60.49%, 22.22% mengatakan menggunakan sejak SD, dan 17.28% menggunakan sejak SMU. Sedangkan bagi S1, 38.92% menggunakan loose leaf sejak dibangku kuliah,
18 35.93% menggunakan sejak SMU, kemudian 17.96% responden S1 menggunakan loose leaf sejak SMP, dan 7.19% yang menyatakan menggunakan loose leaf sejak SD. Dapat disimpulkan bahwa loose leaf sudah dikenal dan digunakan sejak tingkat SD.
4.5.6 Produk alat tulis yang digunakan
Gambar 4.9 Produk Alart Tulis Yang Digunakan Pelajar
Produk alat tulis yang digunakan oleh SMU, sebagian besar menjawab menggunakan buku tulis (59.49%), 37.95% menjawab menggunakan loose leaf, dan 2.56% menjawab lainnya, yaitu menggunakan memo ataupun notes bentuk spiral dalam penggunaan alat tulis.
19
4.5.7 Pengguna Loose leaf
Gambar 4.10 Pengguna Loose Leaf di Keluarga
Data responden yang menggunakan loose leaf dalam keluarganya adalah 44.32% SMU menjawab kakak, 21.59% menjawab adik, 19.32% menjawab lainnya. Dalam hal ini pengguna loose leaf hanya diri sendiri, pihak keluarga tidak ada yang memakai. Adapula yang menjawab sepupu, paman, teman, ataupun semua didalam keluarga menggunakan loose leaf. Dan 9.66% responden menjawab orang tua sebagai salah satu anggota keluarga yang menggunakan loose leaf. Untuk responden S1, yang paling banyak menggunakan loose leaf dikeluarga adalah 41.41% menjawab kakak, 40.91% menjawab adik, 9.09% menjawab lainnya (dengan alasan yang sama dengan responden SMU), dan 8.59% menjawab orang tua sebagai salah satu orang dalam keluarga yang memakai loose leaf.
20 Dapat ditarik kesimpulan disini bahwa banyaknya market yang dapat di tangkap oleh perusahaan untuk mengembangkan produk loose leaf ini. Dengan adanya endorsement yang ada dalam satu keluarga, dapat membuat orang lain juga ikut memakai suatu produk tertentu.
4.5.8 Faktor pemilihan loose leaf
Gambar 4.11 Faktor Pemilihan Loose Leaf
Faktor pemilihan utama loose leaf, kedua responden SMU dan S1 sama-sama memilih harga sebagai salah satu konsiderasi untuk membeli, dengan persentase sebesar 22.30% untuk SMU dan 26.33% untuk S1. Selanjutnya, kualitas produk sebagai pertimbangan kedua untuk membeli loose leaf dengan 20.50% responden SMU dan 24.42% responden S1 yang menjawab. Jumlah sheet merupakan pilihan ketiga dalam pemilihan loose leaf bagi SMU (15.77%) dan produk mudah didapat sebagai pilihan ketiga bagi S1 (15.29%).
21 Urutan keempat dalam pertimbangan pemilihan loose leaf bagi SMU adalah produk mudah didapat (12.39%) dan jumlah sheet bagi responden S1 sebesar 13.80%. Kemudian, design kertas menjadi pertimbangan kelima dalam membeli loose leaf bagi SMU sebesar 11.94% responden, sedangkan responden S1 memilih ukuran kertas sebagai pertimbangan kelima sebesar 11.46%. Pilihan yang terakhir dalam pemilihan kertas file, kedua responden (SMU dan S1) sama-sama memilih kemasan yang menarik. Kemasan yang menarik tidak begitu mendapatkan perhatian dalam pemilihan pembelian kertas file, dan ini menjadikan peringkat keenam sebesar 8.33% untuk SMU dan 2.76% untuk S1.
4.5.9 Kemudahan mendapatkan loose leaf
Gambar 4.12 Kemudahan Mendapatkan Loose Leaf
100% responden SMU mengatakan bahwa mudah untuk mendapatkan loose leaf. Ini dikarenakan banyak toko buku yang menyediakan produk loose leaf dipasaran, baik modern market ataupun tradisional market. Begitupula bagi S1, responden sebanyak
22 97.60% menyatakan mudah mendapatkan loose leaf dan hanya 2.40% saja yang menjawab tidak (kurang mudah mendapatkan loose leaf).
4.5.10 Tempat memperoleh loose leaf
Gambar 4.13 Tempat Memperoleh Loose Leaf
Kemudahan responden dalam membeli loose leaf berdasarkan tempat mereka memperolehnya. Berikut merupakan tempat
yang paling sering dikunjungi untuk
mendapatkan loose leaf adalah gramedia dengan pilihan sebesar 53.72% responden SMU dan 43.32% responden S1. Pilihan terbesar ke dua adalah kios/warung/koperasi (ATK) sebesar 21.81% responden SMU dan 40.09% responden S1. Pilihan ketiga responden SMU menjawab lainnya (21.81%) yaitu, banyak memperoleh di toko buku lainnya seperti paperclip, papyrus, kharisma, office2000, intermedia, toko buku gading indah, media plus, selain itu adapula yang mendapatkannya
23 di Carrefour, pasar pagi mangga dua, toko fotocopy, dan ada pula yang mendapatkan dari kakaknya dan menitip pada temannya. Sedangkan pilihan ketiga responden S1 adalah TGA (Toko Gunung Agung) sebesar 10.14%. Selanjutnya pilihan terakhir dalam memperoleh loose leaf untuk SMU membelinya di TGA (Toko Gunung Agung) dengan presentase 9.04% dan responden S1 menjawab lainnya (dengan alasan sama dengan responden SMU) sebesar 6.45%.
4.5.11 Frekuensi pembelian
Gambar 4.14 Frekuensi Pembelian Kembali Loose Leaf
Frekuensi pembelian loose leaf paling banyak berkisar >10 minggu dengan persentase 25.93% untuk responden SMU, diikuti oleh peringkat kedua yaitu dengan frekuensi 2-4 minggu (20.99%). Peringkat ketiga, 5-6 minggu (17.28%). Keempat, 9-10 minggu (13.58%), dan peringkat kelima berikut peringkat keenam dengan persentase yang sama sebesar 11.11% dengan frekuensi 1-2 minggu dan 7-8 minggu.
24 Sedangkan frekuensi pembelian loose leaf untuk responden S1 yang tersering ada pada kisaran >10 minggu (21.56%), urutan kedua 5-6 minggu, ketiga 2-4 minggu (19.76%), keempat 9-10 minggu (16.77%), kelima 7-8 minggu (13.17%), dan frekuensi pembelian loose leaf yang menjadi urutan terakhir adalah 1-2 minggu (8.38%).
4.5.12 Periode penggunaan loose leaf
Gambar 4.15 Periode Dalam Menggunakan Loose Leaf
Penggunaan loose leaf pada responden SMU sebanyak 116 responden (69.88%) cenderung membeli pada saat kehabisan. Kedua, pembelian loose leaf dilakukan pada saat 36 responden (21.69%) jalan-jalan di mal atau toko buku, kemudian ke 9 responden (5.42%) menjawab membeli pada saat awal tahun ajaran baru atau awal semester dan yang terakhir 5 responden (3.01%) melakukan pembelian pada saat membuat tugas dan sedang lagi membutuhkan. Bagi responden S1 pembelian loose leaf terbesar sebanyak 139 responden (73.54%) pada saat kehabisan. Kedua, membeli pada saat awal tahun ajaran baru/ awal
25 semester sebanyak 29 responden (15.34%), Ketiga membeli jika sedang jalan-jalan di mal/toko buku sebanyak 21 responden (11.11%).
4.5.13 Alasan penggunaan loose leaf
Gambar 4.16 Alasan Menggunakan Loose Leaf
Alasan penggunaan loose leaf bagi para responden SMU yang terutama adalah karena sudah memiliki binder/tempat file sebanyak 82 responden (30.37%), alasan selanjutnya adalah karena mudah dibawa sehingga ini menjadi peringkat kedua dalam alasan penggunaan loose leaf sebesar 77 responden (28.52%). Yang ketiga, karena mudah digunakan dengan responden sebanyak 63 orang (23.33%), contohnya; produk dengan mudah diganti-ganti isi lembarannya dengan binder yang sama, dan juga dalam satu binder dapat mempunyai banyak folder yang dapat terisi didalamnya. Keempat, mudah didapat. Responden menjawab alasan pembelian loose leaf ini sebanyak 47 orang (17.41%); yang berarti kertas file dapat ditemukan dimana saja dimana kustomer dengan
26 mudah memperolehnya. Kelima, harga terjangkau sebagai pertimbangan responden dalam membeli loose leaf ; sebanyak 40 responden (14.81%). Produk merupakan barang yang relatif murah sehingga responden tidak begitu mempertimbangkan harga sebagai salah satu pertimbangan pembelian. Dibandingkan dengan responden S1, pilihan pertama jatuh pada produk mudah dibawa dengan responden sebanyak 86 (29.35%). Pilihan kedua, produk mudah digunakan dengan pemilihan oleh 78 responden (26.62%). Alasan berikutnya karena sudah memiliki binder dengan jawaban dari 62 responden (21.16%). Pilihan keempat dengan alasan bahwa produk mudah didapat dengan pemilihan oleh 50 responden (17.06%). Harga terjangkau termasuk pemilihan kelima sebagai alasan penggunaan loose leaf, dengan total responden sebanyak 47 orang (16.04%). Alasan lainnya oleh responden SMU (12 orang/ 4.44%) dan S1 (5 orang/ 1.71%) mengatakan bahwa menggunakan loose leaf karena bisa digunakan sewaktu-waktu, sebagai koleksi karena warna/gambar bermacam-macam.
27
4.5.14 Media promosi yang disukai
Gambar 4.17 Media Promosi Yang disukai Reponden
Untuk pemilihan media promosi yang disukai oleh para responden SMU dan S1 yang utama adalah melalui iklan tv sebanyak 121 orang (33.99%) dan 140 orang (35.09%). Ini dikarenakan responden kesehariannya menyukai menonton tv dan inilah yang membuat mereka memilih media tersebut. Kemudian surat kabar/majalah menjadi pemilihan kedua sebanyak 84 responden SMU (23.60%) dan S1 (21.05%). Ketiga, acara promosi seperti diskon, beli 2 gratis 1, undian, dan sebagainya dengan 74 responden SMU (20.79%) dan 73 responden S1 (18.30%) yang menjawab. Media promosi lainnya yang menjadi pilihan keempat adalah display/ spanduk oleh responden SMU sebanyak 50 (14.04%) dan S1 sebanyak 67 (16.79%). Terakhir, acara radio merupakan media yang paling kurang diminati oleh responden SMU sebanyak 19 orang (5.34%) dan S1 sebanyak 31 orang (7.77%).
28 Media promosi lainnya yang disukai oleh responden antara lain melihat dari rekomendasi (melihat kakak menggunakan, teman, saudara), stiker, event (goes to campus, acara pembagian kertas), dan melalui sms (8 responden SMU, 2.25%), (4 responden S1, 1.00%).
4.5.15 Promosi produk yang disukai
Gambar 4.18 Promosi Produk Yang disukai
Selain media promosi, promosi produk merupakan suatu bagian dari bauran pemasaran yang berperan untuk meningkatkan nilai suatu produk. Dari quesioner yang telah dibagikan, baik responden SMU maupun S1 sangat menyukai promosi produk berupa diskon, sebanyak 127 orang SMU (31.28%) dan 134 orang S1 (31.60%). Pilihan kedua yang diminati adalah beli 2 dapat 3 sebanyak 119 responden SMU (29.31%) dan 127 responden S1 (29.95%). Kemudian, mendapatkan souvenir juga merupakan promosi
29 produk yang digemari oleh responden SMU sebanyak 107 orang (26.35%) dan responden S1 sebanyak 110 orang (25.94%). Pilihan terakhir yang paling kurang diminati adalah undian berhadiah dengan 43 responden SMU (10.59%) dan 49 responden S1 (11.56%). Responden kurang menyukai undian berhadiah karena ketidakpastian akan mendapatkan hadiah atau tidak. Seringkalinya undian diundi tapi yang memenangkannya hanya untuk satu orang saja. Adapula yang memberi usulan untuk memberi promosi berupa beli 1 produk dapat 2, mendapatkan kupon untuk ditukarkan hadiah berupa tv, mendapatkan barang dengan Cuma-Cuma (gratis), dan promosi berupa brosur (10 responden SMU, 2.46%), (4 responden S1, 0.94%).
4.5.16 Brand loose leaf yang dikenal
Gambar 4.19 Brand Loose Leaf yang Dikenal Responden
30 Pilihan brand loose leaf yang paling dikenal oleh responden SMU adalah Joyko dengan pilihan sebanyak 137 orang (33.09%), kemudian brand kiky dengan
128
responden (30.92%), brand ketiga yang dikenal oleh responden SMU adalah paperline dengan pilihan sebanyak 107 orang (25.85%), Kemudian brand Kokuyo yang dikenal 18 responden (4.35%), disusul oleh brand TGA dengan pemilihan sebanyak 17 responden (4.11%), dan pemilihan brand yang dikenal paling kecil adalah Maruman dengan 4 orang responden (0.97%). Brand Joyko juga termasuk brand yang paling dikenal oleh responden S1 sebanyak 135 orang (31.84%), selanjutnya brand pilihan kedua adalah Kiky dengan 128 responden (30.19%), peringkat ketiga yang dipilih sebagai brand yang dikenal adalah Paperline sebanyak 111 orang (26.18%). TGA merupakan brand keempat yang dikenal oleh responden S1 dengan pemilihan sebanyak 21 orang (4.95%), dan Kokuyo berikut Maruman merupakan pemilihan brand yang kurang dikenal oleh responden S1 dengan 20orang responden (4.72%), dan 5 orang responden (1.18%). Adapula yang menjawab tidak mengetahui brand lainnya sebanyak 3 responden SMU (0.72%) dan 4 responden S1 (0.94%). Berdasarkan in-depth interview, responden cenderung tidak memperhatikan brand/merek tertentu.
31
4.5.17 Brand yang digunakan konsumen
Gamabr 4.20 Brand Yang Digunakan Responden
Brand yang dikenal oleh responden juga sama dengan yang digunakan oleh mereka yaitu Joyko sebagai brand yang paling banyak digunakan oleh responden SMU (69 orang /39.43%) dan S1 (86 orang/ 45.50%). Brand kedua yang paling banyak digunakan oleh konsumen adalah Kiky untuk responden SMU (63 orang/ 36.00%) dan Paperline untuk responden S1 (45 orang/23.81%). Pilihan ketiga adalah brand Paperline untuk responden SMU dengan pemilihan sebanyak 32 orang (18.29%) dan brand Kiky sebagai pilihan ketiga bagi responden S1 sebanyak 36 orang (19.05%). Kemudian adapula brand yang digunakan konsumen dengan pemilihan persentase yang kecil yaitu Kokuyo dengan 7 orang responden SMU (4.00%) dan 10 orang responden S1 (5.29%). Pilihan kelima untuk brand yang digunakan adalah TGA dengan 3orang responden SMU (1.71%) dan Maruman dengan 5 orang untuk responden S1
32 (2.65%). Yang menjadi pilihan terendah untuk responden SMU adalah Maruman dengan pemilihan sebanyak 1 orang (0.57%) dan brand TGA untuk pemilihan S1 sebanyak 4 orang (2.12%). Brand lainnya yang digunakan oleh 3 responden S1 (1.59 %) adalah Kenko, dan lainnya menjawab tidak mengetahui brand. Dapat ditarik kesimpulan bahwa brand Paperline termasuk urutan 3 besar setelah Joyko dan Kiky dalam persaingan loose leaf dan Paperline memiliki kesempatan menarik konsumen dan memperluas market share yang ada untuk menjadi pilihan pertama dalam pemakaian produk loose leaf.
4.5.18 Penilaian brand loose leaf menurut konsumen
Gambar 4.21 Apakah Brand Penting?
Dari penelitian ini diperoleh persentase yang kurang lebih sama oleh responden SMU dan S1 yang mengatakan bahwa brand itu penting (73 responden SMU/ 45.06%)
33 dan (83 responden S1/ 49.70%), yang mengatakan brand tidak penting dimata responden SMU 89 orang (54.32%), dan S1 sebanyak 84 orang (50.30%). Dengan pilihan brand yang begitu banyak serta harga yang cukup bersaing maka konsumen kurang memperhatikan brand ataupun sikap loyal terhadap brand tertentu.
4.5.19 Substitusi Brand
Gambar 4.22 Substitusi Brand
Bila brand tidak ada di tempat pembelian konsumen, menurut hasil penelitian responden SMU dan S1 membeli produk dengan memilih brand yang dijual ditoko tanpa perlu mencari brand yang diingini ke toko lain dengan 126 responden SMU (77.78%) dan 132 responden S1 (78.57%). Melihat bahwa kertas merupakan barang konsumer goods maka loyalitas sangat minim disini dan distribusi yang merata merupakan salah satu cara agar konsumen dapat mendapatkan brand yang mereka inginkan dimana saja.
34
4.6 Analisa Hasil Kuesioner Responden terbanyak berada pada umur 16 tahun (19%) dan 17 tahun, 19 tahun, 20 tahun (16%) dari 340 responden. Awareness konsumen terhadap Loose Leaf sebesar 99% dan yang menggunakannya sebagai alat tulis sebanyak 59.11%, selebihnya menggunakan buku tulis 39.06%, konsumen menggunakan buku tulis dikarenakan kertas di binder file sering kalinya dikeluarkan dari tempatnya sehingga kertas file menjadi sering hilang. Penggunaan loose leaf di keluarga paling banyak adalah kakak ataupun adik. Dengan adanya endorsement yang ada dalam satu keluarga, dapat membuat orang lain juga ikut memakai suatu produk tertentu. Sumber informasi utama terhadap loose leaf adalah adanya rekomendasi dari orang lain, diantaranya teman, anggota keluarga dan juga promosi yang ada di toko sangat membantu mereka dalam memperoleh informasi terhadap loose leaf. Dapat dibilang bahwa rekomendasi dari seseorang ataupun promosi yang ada ditoko berperan penting untuk meningkatkan awareness terhadap loose leaf dan juga membuat seseorang ingin membeli suatu produk. Loose leaf sudah banyak digunakan oleh pelajar sejak duduk di bangku SD. Ini menunjukkan bahwa pasar loose leaf memiki range usia yang luas dan tingkat kesadaran yang tinggi. Harga dan kualitas produk merupakan salah satu faktor terbesar untuk memilih loose leaf. Paperline memiliki harga yang cukup kompetitif diantara pesaingnya, harga yang ditawarkan terbilang murah dan tentunya memiliki kualitas produk kertas yang baik, dapat dibilang menjadi salah satu unggulan Paperline.
35 Kemudahan mendapatkan loose leaf dimana saja juga sebagai alat bantu untuk meraih pasar sebesar mungkin. Kustomer paling sering membeli produk di modern market (Gramedia) dengan frekuensi pembelian diatas 10 minggu jika sudah kehabisan. Alasan penggunaan loose leaf yang utama adalah karena responden sudah memiliki binder file dan kepraktisan produk untuk dibawa dan digunakan. Promosi merupakan salah satu faktor pendukung untuk meraih target pasar, dan media promosi yang paling diminati responden adalah iklan TV, dan surat kabar/majalah. Dengan mengetahui responden yang rata-rata masih remaja, mereka sangat gemar menonton TV dan inilah yang membuat mereka memilih media tersebut. Selain media promosi, responden memilih diskon dan pembelian 2 produk mendapatkan 3 produk sebagai bentuk promosi produk yang paling diminati responden. Brand loose leaf yang paling dikenal oleh responden adalah Joyko, Kiky, dan Paperline sebagai urutan ke tiga. Selanjutnya, brand yang digunakanpun Joyko mendapati peringkat pertama, pada peringkat kedua, Kiky yang dijawab oleh responden SMU dan Paperline yang dijawab oleh S-1 dan urutan ketiga adalah penggunaan brand Paperline oleh responden SMU, dan Kiky oleh responden S1. Brand Paperline sudah dikenal dikalangan responden SMU dan S1, akan tetapi loyalitas pada brand masih terbilang kurang. Hal ini diperkuat dengan hasil kuestionar bahwa responden dengan mudahnya berganti pemilihan brand jika barang tidak tersedia di toko. Melihat bahwa kertas merupakan barang konsumer goods maka loyalitas sangat minim disini dan distribusi yang merata serta pembentukan branding merupakan salah satu cara untuk mengatasinya agar konsumen mendapatkan brand yang mereka inginkan dimana saja.
36
4.7 Analisis SWOT 4.7.1 Analisa Lingkungan Internal Selain lingkungan eksternal diatas, perusahaan juga harus mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor-faktor internal.
4.7.1.1 Analisa Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan perusahaan menunjukkan kemungkinan-kemungkinan adanya beberapa strategi tertentu yang akan berhasil, sedangkan kelemahan perusahaan menunjukkan halhal yang harus diperbaiki. Kekuatan-kekuatan pokok yang dimiliki Peperline adalah: 1. Brand yang sudah dikenal Hasil yang diperoleh dari kuestioner yang dilakukan penulis, Paperline menempati urutan ke-3 (tiga) dalam brand awareness dan menempati urutan ke-2 (dua) dalam penggunaan merek. Oleh karena itu, Paperline merupakan pemain tiga besar di pasar Jakarta. 2. Memiliki anak perusahaan yang khusus menangani pendistribusiaan produk PT. Tjiwi Kimia adalah salah satu anak perusahaan Sinarmas Group yang menangani produk kertas dan tisu yang merupakan produk mass produk, sehingga untuk mengatur penjualan yang baik, Sinarmas mendirikan PT. CMI ( Cakrawala Mega Indah) sebagai distributor utama produk kertas dan tisu perusahaan. 3. Memiliki fasilitas manufaktur kertas sendiri Perusahaan memiliki sistem integrasi vertikal yang baik, dimana keseluruhan proses manufakturnya diolah oleh perusahaan sendiri dan mempunyai teknologi
37 pembuatan kertas yang sudah canggih. Keadaan ini bisa dibilang salah satu kekuatan dari perusahaan sehingga dapat mengontrol produksi yang dihasilkan. Sementara itu, kelemahan –kelemahan utama Paperline adalah: 1. Minor produk Paperline merupakan produk minor dari perusahaan, dan sebagai salah satu produk yang kurang dominan maka tidak adanya perhatian yang khusus pada produk paperline. Meskipun demikian, produk loose leaf perusahaan tetaplah termasuk 3 besar dalam pemilihan brand. 2. Kurang kegiatan promosi Promosi merupakan salah satu kegiatan utama dalam memasarkan suatu produk. Perusahaan tidak mempunyai kegiatan promosi yang berarti, dan sesuai dengan keterangan sebelumnya bahwa paperline merupakan minor produk, hal ini perlu diwaspadai agar tidak mengancam market share paperline.
4.7.2 Analisis Lingkungan Eksternal Secara umum, perusahaan harus memantau kekuatan-kekuatan lingkuang nmakro yang pokok (demografi, ekonomi, teknologi, politik/hukum, dan sosial/budaya) yang berpengaruh terhadap bisnisnya. Selain itu, harus dipantau juga peranan-peranan lingkungan mikro yang signifikan (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, dan pemasok) yang mempengaruhi kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba dipasar tersebut. Perusahaan harus menyusun kategori faktor-faktor lingkungan ini dan menyusun suatu strategi pemasaran untuk memperkirakan kecenderungan dan perkembangan yang
38 penting. Disamping itu perusahaan pun perlu mengidentifikasi kemampuan bersaing perusahaan, sebagai berikut: •
Perubahan sosial Jaman sekarang merupakan era teknologi, dimana banyak orang yang lebih menggunakan notebook (laptop) untuk kegiatan sehari-harinya. Melihat perubahan itu, perusahaan dalam bidang kertas khususnya dalam thesis ini adalah kertas file, harus bisa melihat lebih jeli lagi dalam menjalani bisnis ini.
•
Perubahan ekonomi Perubahan ekonomi yang akhir-akhir ini mengalami pelonjakan harga berdampak pada seluruh kegiatan usaha. Naiknya biaya operasional pada produksi kertas, biaya untuk memasuki modern market, naik pula harga barang ke end-user. Setidaknya barang konsumer goods tidak akan melonjak tajam kenaikannya sehingga konsumer tetap masih dapat membeli produk tersebut.
•
Perubahan teknologi Perubahan teknologi sangat membantu kertas file dalam proses pembuatannya. Dimulai dari raw material yang sekarang sudah mulai susah untuk didapat (kayu) dan akhirnya menjadi bubur kertas, Research & Development sangat berpengaruh dalam pengurangan raw material yang sangat utama ini (kayu) dan tetap menghasilkan produk kertas yang baik.
39
4.7.2.1 Analisis Peluang dan Ancaman Berdasarkan perubahan-perubahan lingkungan makro yang pokok, perusahaan dapat mendefinisikan peluang-peluang baru dan ancaman-ancaman di industri kertas, sebagai berikut: Peluang utama yang dihadapi oleh Paperline adalah: 1. Kebutuhan akan kertas akan selalu ada. Kebutuhan akan kertas dilihat dari kebutuhan untuk anak sekolah dan perkuliahan akan selalu ada, dimana sekarang ini jumlah sekolah dan perguruan tinggi semakin meningkat jumlahnya. 2. Tidak ada batasan usia dalam penggunaan loose leaf Diferensiasi produk loose leaf yang sesuai dengan kebutuhan konsumen memberikan bermacam pilihan, seperti loose leaf polos, berwarna, full bergambar maupun gambar yang hanya ada disisi kertas. Dengan ini, loose leaf dapat digunakan oleh berbagai kalangan usia. 3. Tersedia 60% pasar yang belum terjamah Berdasarkan indepth interview dengan pihak perusahaan, market size loose leaf di Jakarta sebanyak 50%, dimana 40% penjulan dilakukan di moderen market. Sedangkan ancaman pokok yang dapat membahayakan Paperline adalah sebagai berikut: 1. Banyaknya pesaing dalam produk sejenis Berdasarkan hasil kuestioner yang dialakukan oleh penulis, terdapat beberapa reponden yang tidak dapat mengenal merek tertentu dan tidak berfokus pada merek apa yang akan digunakan. Pesaing yang ada dipasar ini adalah Maruman, Kokuyo, Kiky, Joyko dst.
40 2. Banyaknya substitusi produk Buku tulis merupakan substitusi loose leaf yang utama, dimana hasil kuestioner dan indepth interview yang dilakukan menyatakan buku tulis pilihan utama dalam melakukan catat-mencatat bagi pelajar SMU, dengan alasan konsumen tidak akan takut untuk kehilangan catatannya daripada mengunakan loose leaf. Substitusi produk lainnya adalah Notebook (Laptop), dengan memiliki harga yang jauh lebih mahal dari pada loose leaf dan buku tulis tidak mencegah konsumen untuk memiliki dan menggunakannya. 3. Isu terhadap lingkungan Adanya pertentangan dalam penebangan hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem lingkungan dan efek dari Global Warming yang merusak lingkungan dan berdampak pada kelangsungan hidup manusia, maka dari itu banyaknya protes dalam usaha yang menggunakan kayu sebagai bahan dasar produk loose leaf.
41
Tabel 4.2 SWOT Analisis
Opportunities 1.Kebutuhan akan kertas selalu ada
Threaths 1.Banyaknya pesaing dalam produk sejenis
2.Tidak ada batasan usia dalam penggunaan loose leaf
2.Banyaknya substitusi produk 3.Isu terhadap lingkungan 4.Adanya privat label di
3.Tersedia 60% pasar yang belum terjamah
Moderen Market. 5.Brand Switching yang tinggi
4.Dapat meningkatkan Branding
Strengths 1. Brand Paperline sudah dikenal 2. Memiliki anak perusahaan yang khusus menangani pendistribusian produk 3.Memiliki fasilitas manufaktur kertas sendiri
Strategi SO 1. Menekan biaya cost production
Strategi ST 1.
serendah-rendahnya sehingga mendapatkan margin sebesar
produk yang eye-catching 2.
mungkin 2. Memperluas distribusi yang merata ke seluruh lini pasar 3. Paperline bekerjasama dengan produsen binder file (hasil
Mempunyai tampilan
Mempunyai hutan industri sendiri
3.
memiliki R&D yang kuat dalam proses produksi kertas
4. Membuat Point of Purchase
reasearch: karena sudah
yang menarik pada
mempunyai binder maka
Moderen Market.
pelanggan membeli kertas file lagi)
Weaknesses 1. Minor produk 2. Kurang kegiatan promosi
Strategi WO 1. melakukan kegiatan promosi (memberikan produk secara
Strategi WT 1. Memperkuat brand awareness paperline
42 Cuma-Cuma untuk pembelian jumlah tertentu) 2. Berpartisipasi dalam kegiatan
2. Memperbanyak variant produk (berwarna, bergambar, jumlah sheet)
pendidikan (perlombaan cerdas cermat).
4.8 Analisa Porter 5 Force
Gambar 4.23 Porter 5 Force
Analisa strategi kompetitif Porter dilakukan untuk menentukan dan menganlisa suatu industri sebagai suatu kesatuan dan untuk memperkirakan masa depan industrinya. Analisa dilakukan terdiri dari lima faktor utama, yaitu ancaman para pendatang baru, ancaman dari produk pengganti, ancaman dari pesaing, kekuatan tawar menawar pemasok, dan kekuatan tawar menawar pembeli.
43
4.8.1 Ancaman Para Pendatang Baru Pada saat ini, sudah terdapat pemain di industri kertas (Loose Leaf), tetapi tidak tertutup kemungkinan munculnya pendatang-pendatang baru seperti Imperial, President dan TGA. Pemain baru dalam industri ini merupakan salah satu ancaman yang serius bagi perusahaan, dan tingkat ancamannya cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kertas merupakan barang komoditi yang dengan mudahnya dapat ditiru dan pesatnya kemajuan teknologi yang mempermudah untuk membuat produk dengan kualitas yang setara ataupun yang lebih baik. Demikian pula jika produk tersebut ditunjang dengan harga yang cukup bersaing, tentu saja dapat menjadi ancaman yang mampu mengambil market share Paperline.
4.8.2 Ancaman Dari Produk Pengganti Paperline merupakan produk yang praktis namun juga memiliki kekurangan dalam penggunaanya yang memungkinkan pemakai kehilangan kertas loose leaf yang merupakan sutau kertas lepasan. Dibandingkan dari produk penggantinya seperti Buku Tulis, Memo Pad, Agenda dan Laptop yang tidak terlepas dari tempatnya. Hal ini menyebabkan ancaman dari produk pengganti tinggi.
4.8.3 Ancaman Dari Pesaing Ancaman dari pesaing merupakan suatu jal yang patut diwaspadai oleh perusahaan, dimana kita dapat lihat bahwa tingkat persaingan pada industri ini cukup
44 tinggi. Tingkat persaingan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: •
Meningkatnya jumlah pelajar Peningkatan jumlah pelajar setiap tahunnya membuat banyaknya kebutuhan akan kertas dalam catat mencatat yang sebagai kebutuhan dasar pelajar semakin meningkat. Sekarang ini kebutuhan pelajar dalam kegiatan pencatatnya tergantung pada kemudahan dalam penggunaannya, dan mudah didapatnya produk yang digunakan tersebut.
•
Meningkatnya jumlah pemain di industri Loose Leaf Jumlah pemain yang semakin meningkat menyebabkan konsumen memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih produk loose leaf, serta varian produk yang bermacam-macam dengan harga yang kompetitif.
•
Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penemuanpenemuan baru yang dapat membuat kualitas produk semakin meningkat akan lebih cepat ditemukan. Apabila perusahaan tidak berkembang seiring dengan kemajuan teknogi, maka perusahaan dapat tertinggal oleh pesaingnya dari segi teknologi, dan dikhawartikan kualitas produk perusahaan juga tertinggal.
Tingkat persaingan yang semakin meningkat ini menngakibatkan tingkat ancaman dari pesaing cukup tinggi.
45
4.8.4 Kekuatan Tawar Menawar Produk Produk Paperline yang beredar di Indonesia merupakan produk lokal dalam negeri, dimana produksi Paperline dilakukan di Surabaya Jawa Timur. Produksi Paperline dilakukan secara integrasi vertikal, dimana proses dari Row Material sampai Barang Jadi dilakukan oleh PT Tjiwi Kimia, begitu pula dalam hal pendistribusian produk dilakukan oleh PT CMI yang juga merupakan anak perusahaan dari Sinar Mas Grup. Tidak adanya ancaman dari kekuatan tawar menawar pemasok merupakan suatu keunggulan untuk Paperline.
4.8.5 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Banyaknya pemain pada industri ini yang memiliki kualitas yang serupa dan mempunyai harga yang cukup bersaing, tetapi pembelian Loose Leaf tidak dipengaruhi oleh keberadaaan suatu Brand tertentu dan ini menyebabkan end-user memilih Brand mana saja yang tersedia di toko. Dimana 78% responden menjawab bahwa mereka akan membeli Brand yang tersedia. Hal ini disebabkan karena Loose Leaf merupakan barang komoditi dan tidak adanya loyalitas produk dalam penggunaannya. Sehingga dapat disimpulkan tingkat kekuatan tawar menawar pembeli tinggi. Berdasarkan analisa-analisa diatas, maka diambil suatu analisa gabungan terhadap analisa kuestioner, analisa SWOT dan analisa Porter 5 Force adalah sebagai berikut. Kebutuhan akan tulis menulis selalu terkait dengan kertas. Produk loose leaf Paperline merupakan salah satu produk kertas yang sudah dikenal dan banyak digunakan oleh kalangan pelajar. Penggunaan loose leaf oleh kalangan pelajar dipakai sebagai alat catat mencatat yang pemakaiannya didominasi oleh pelajar S1. Pembelian kembali loose leaf
46 terutama pada saat kehabisan dan frekuensi pembeliannya pada jangka waktu diatas 10 minggu. Dengan alasan-alasan tersebut diatas, keberadaan loose leaf terbilang masih mempunyai tempat di pasar dan prospeknya akan terus berkembang. Meningkatnya penggunaan loose leaf disebabkan pula karena penggunanya yang luas, tidak ada batasan usia dan jenis kelamin dalam pemakaian produknya. Dan banyak kompetitor baru yang bermunculan membuktikan bahwa pasar Loose Leaf masih diminati. Selain penjelasan keberadaan loose leaf diatas, penulis juga ingin menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan loose leaf oleh pelajar dan mahasiswa. Dengan melihat seseorang memakai/ menggunakan loose leaf, menjadikan salah satu motif seseorang (dalam hal ini: pelajar dan mahasiswa) untuk menggunakan produk loose leaf, rekomendasi dari orang lain juga memiliki andil dalam penggunaan Loose Leaf, hal ini sesuai dengan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen, salah satunya adalah kelompok acuan yaitu kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok-kelompok primer seperti keluarga, teman, dan tetangga. Dan ada pula faktor pribadi/ personal yang mempengaruhi perilaku konsumen, termasuk diantaranya gaya hidup seseorang dimana pola hidup yang diekspresikan oleh kegiatan dan minat seseorang. Gaya hidup dapat mencerminkan seseorang secara keseluruhan. Kemudian harga maupun kualitas kertas loose leaf juga sebagai bahan pertimbangan kustomer. Selanjutnya, dengan pernyataan bahwa loose leaf mudah dibawa dan digunakan, konsumen (dalam hal ini: pelajar dan mahasiswa) cenderung menggunakan loose leaf karena praktis dan dapat dipakai untuk keseluruh kegiatan sekolah (tidak perlu membawa semua buku yang ada). Selain itu, karena pengguna sudah
47 lebih dahulu memiliki binder file, maka dipakailah loose leaf. Pernyataan ini sesuai dengan Teori Tahapan Perilaku Konsumen, dimana pada fase evaluasi alternative, berdasarkan berbagai informasi yang ada, konsumen mulai mengevaluasi alternative pilihan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukannya. Pada tahap ini konsumen mulai memiliki preferensi terhadap satu produk/jasa tertentu. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan loose leaf adalah adanya promosi yang lebih gencar agar kustomer tertarik pada produk, variant produk yang bervariasi serta kemasan produk yang menarik/ eye catching juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kostumer untuk membeli loose leaf. Berdasarkan salah satu komponen 4P, dimana produk yang dipasarkan/ tawarkan harus memiliki suatu diferensiasi dari kompetitornya, seperti variasi produk, kualitas yang diberikan, desain, dan kemasan yang harus menarik perhatian konsumen.