perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS
A. Analisis Struktural 1. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama yang menggerakkan cerita berdasarkan sebab akibat. Cerpen Kurma Kiai Karnawi secara keseluruhan menggunakan alur maju atau progresif yaitu jalinan peristiwa atau cerita ditampilkan secara berurutan dan berkembang dari tahap awal sampai pada tahap akhir. Pada cerpen Kurma Kiai Karnawi urutan tahapan alur disusun secara urut yang bertujuan membangun kepaduan dan keharmonisan dalam mendukung cerita. Alur cerpen Kurma Kiai Karnawi dapat diurutkan pada tahap-tahap secara kronologis seperti berikut. a. Tahap Situation (Penyituasian) Pada tahap ini diawali dengan cerita kehidupan Hanafi yang tinggal di sebuah kota. Hanafi bekerja pada Umar Rais yang menjadi pedagang. Hanafi cukup lama ikut Umar Rais, bahkan sejak juragannya itu merintis sebagai pedagang. Pada tahap ini diperkenalkan mengenai peristiwa-peristiwa yang semula bersifat religius, tetapi lama-lama berbau gaib. Yakni hubungan mengenai sebuah kurma yang nampaknya telah menjadi cerita banyak orang mengenai kurma Kiai Karnawi yang seolah-olah memiliki kekuatan gaib, seperti salah satu cuplikan cerpen berikut. Kisah paling dramatik commit yang Hanafi to userdengar, ialah saat terjadi bentrok petani dengan aparat. Para buruh tani yang bertahun-tahun menggarap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
lahan protes ketika diusir, karena hendak dibangun perumahan mewah. Merasa protesnya tak ditanggapi, mereka merusak pagar pembatas dan mulai bentrok dengan aparat yang mengepung. Beberapa gubuk petani dibakar beberapa preman yang disewa pengembang, membuat suasana makin kalap. Bentrokan tak bisa dihindarkan. Aparat mulai melepaskan tembakan. Satu peluru nyasar mengenai seorang bocah, tepat menghunjam kepalanya. Kemunculan Kiai Karnawi mampu meredakan amuk buruh tani. Saat itu Kiai Karnawi berhasil menangkap sebutir peluru yang ditembakkan kepadanya (Hanafi suka membayangkan adegan ini secara slow motion seperti dalam film) dan langsung membentak komandan pasukan, agar menarik mundur semua aparat. Bocah yang kepalanya tertembak dibopong Kiai Karnawi, yang langsung menyuapkan sebutir kurma. Pelan-pelan, peluru yang menancap dalam kepala bocah itu menggeliat keluar. Dan lubang bekas peluru itu, menutup dengan sendirinya. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 1)
Pada tahap ini juga dikisahkan bagaimana pola pergaulan dan kehidupan modern namun masih mempertahankan hal – hal yang bersifat religius – magis, bahwa kehidupan orang masih banyak dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap halhal yang irasional seperti kutipan di atas. Pola pergaulan yang ditampilkan dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi di antaranya adalah kehidupan beberapa orang yang masih percaya terhadap keampuhan buah kurma yang berasal dari tanah Arab, yang diyakini mampu menyelesaikan kasus – kasus individual, sosial, dan kepercayaan. Secara garis besar tahap penyituasian pada cerpen Kurma Kiai Karnawi berisi tentang pengenalan tokoh-tokoh yang dikisahkan sedang berlibat dengan kabar – kabar dalam masyarakat yang percaya akan eksistensi seorang Kiai, kemampuannya merubah atau memberi aksentuasi kehidupan masyarakat terutama masalah-masalah krusial dalam dinamika masyarakat. Tentunya kepercayaan akan kekuatan di luar nalar manusia yang asalnya dari buah kurma yang diberikan Kiai Karnawi terhadap orang – orang yang meminta pertolongan to dalam user masyarakat. padanya, memberi jawaban semuacommit problem
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Kurma ajwah pemberian Nabi Khidir, begitu banyak orang meyakini. Beberapa kali Hanafi bertemu Kiai Karnawi, saat mengantar Umar Rais sowan. Tak hanya pada acara-acara keagamaan, tapi pada tiap kesempatan biasanya pada akhir pekan dan saat ada bakti sosial seperti sunatan massal atau pengobatan gratis di rumah Kiai Karnawi majikannya selalu menyempatkan datang (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3 ).
b. Tahap Generating Circumtances (Pemunculan Konflik) Pada tahap ini pemunculan konflik dimulai dengan perubahan majikan tokoh Hanafi bukan hanya menjadi pedagang, tetapi sudah terjun ke dunia politik. Perubahan kehidupan Umar Rais inilah yang membuat lingkungan kegiatan Hanafi sebagai pegawai Umar Rais juga berubah makin sibuk. Hal itu sangat mungkin terjadi kaitannnya dengan pandangan mengenai dinamika kehidupan masyarakat yang tidak lepas dari aspek ekonomi, yakni pembangunan di sektor ekonomi berupa peningkatan kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil–hasil pembangunan secara adil yang sesuai dengan nilai – nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan. Hal itu tampak pada kutipan berikut. ”Sekarang ini tak cukup hanya jadi pengusaha,” jawab Umar Rais. ”Kamu tahu, jadi pengusaha kalau tidak dekat dengan partai juga sulit dapat proyek. Tidak bakalan dapat bagian. Semua politikus itu sudah melebihi pengusaha cara berfikirnya. Mereka hanya berfikir untung, untung dan untung. Mereka harus dapat bagian untuk setiap proyek yang mereka anggarkan. Proyek belum berjalan, mereka harus diberi persekot di depan. Sementara keuntungan pengusaha yang makin sedikit juga mesti dialokasikan buat setor ke partai. Kalau tidak ya tidak bakal bisa menang tender & hellip.” Hanafi diam mendengar jawaban itu. Hanafi sudah ikut Umar Rais sejak majikannya itu merintis usaha mebel. Ketika krisis moneter membuat nilai tukar rupiah jatuh, usahanya mendapat keuntungan berlipat, karena mebel yang diekspor dibayar dengan dollar. Kemudian majikannya mulai berbisnis sebagai kontraktor dan pengembang (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Masalah yang dapat dikaji dari cerpen Kurma Kiai Karnawi adalah permasalahan internal Hanafi sebagai tokoh utama, yaitu keragu – raguan atas kemampuan
diri
terhadap
perkembangan
kegiatan
majikannya.
Hanafi
mendambakan Umar Rais kembali menekuni profesinya sebagai pedagang saja, bukan malah menambah profesi sebagai politikus.
c. Tahap Climax (Puncak) Pada tahap ini klimaks terjadi ketika Hanafi mendengar kabar setelah pilkada, bahwa Umar Rais telah memenangkan pemilihan walikota. Semua keluarga, teman-teman dan sejawat serta pendukungnya menyambut dengan suka cita. Hanya Hanafi satu-satunya orang yang bingung, melihat kenyataan bahwa Umar Rais telah memenangkan pemilu walikota. Hal itu tampak pada kutipan berikut. Hanya Hanafi yang terlihat bengong ketika hasil penghitungan suara pemilihan Wali Kota resmi diumumkan: Umar Rais terpilih sebagai Wali Kota! Suasana rumah majikannya dipenuhi sukacita kebahagiaan. Dua anak laki-laki Pak Umar yang sudah mahasiswa bahkan tak bisa menyembunyikan kegembiraannya dengan berlarian teriak-teriak keliling halaman, ”Yeaah, akhirnya Bapak jadi Wali Kota! Wali Kota!!” Beberapa pendukung sujud syukur. Puluhan orang bergiliran datang memberi selamat. Bu Umar terlihat selalu tersenyum menyambut setiap ucapan. ”Kenapa kamu bengong begitu?” Hamid menepuk pundaknya. Membuat Hanafi tergeragap. ”Kamu tidak senang Pak Umar menang?” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 5)
Di tengah suasana hingar bingar penuh suka cita karena Umar Rais terpilih sebagai walikota, disisipkan situasi yang bisa disebut suatu hal yang bisa mencerminkan perkembangan kejiwaan seorang tokoh bernama Hanafi. Hanafi tahu pasti bahwa keberhasilan terpilih sebagai walikota itu karena buah kurma commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dari Kiai Karnawi. Ternyata kurma yang seharusnya diberikan kepada Umar Rais itu dimakan tokoh Hanafi dan sebagai gantinya dibelikan kurma di pinggir jalan. Upaya itu dilakukan Hanafi supaya juragannya tidak berhasil jadi walikota, karena dirinya bakal tersingkir dan tersia-sia. Namun tetap saja Umar Rais terpilih menjadi wali kota. Keadaan itulah yang membuat Hanafi terbengong-bengong. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut. Hanafi cepat-cepat mengangguk. Bukan mengiyakan, tetapi lebih untuk menyembunyikan kegugupannya. Tiba-tiba ia ingat ketika mengambil kurma Kiai Karnawi sebagaimana disuruh majikannya. Ia berharap majikannya tak terpilih, makanya kurma dari Kiai Karnawi itu ia makan sendiri. Adapun kurma yang dia berikan pada majikannya hanyalah kurma yang ia beli di pinggir jalan. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 5)
Serendah apapun tingkatan sosial seseorang yang normal dalam arti sehat jasmani dan rohaninya pasti mempunyai harapan dan cita-cita. Hanafi digambarkan sebagai tokoh yang tidak berharap yang muluk-muluk. Baginya cukup dengan mendapatkan kebebasannya untuk hidup, memenuhi kewajiban hidup sebagai kepala keluarga, sebagai hamba Tuhan dan terutama sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan tetap sebagai sopir pribadi Umar Rais agar bisa merajut sejarah hidupnya. Sangat sederhana memang, bukan sekedar bebas merdeka untuk menjalankan tugas-tugas sebagai sopir Umar Rais saja. Bagi Hanafi hidup dalam roh dan jiwa yang merdeka akan mampu membuat suatu prestasi dan penghayatan yang lebih hakiki karena lebih terkonsentrasi, maka Hanafi meletakkan kesadarannya itu pada dimensi yang sederhana, untuk apa menjadi politikus juga, Umar Rais menjadi pedagang saja sudah sibuk dan memberi kesejukan dalam kehiodupan keluarganya. Menjadi politikus bagi Hanafi yang berfikir sederhana itu belum tentu to dapat commit usermemberikan arti mendalam pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
cita-cita dan harapan hidup yang lebih baik lagi, karena kalau majikannya benarbenar jadi walikota, buntut-buntutnya akan kesangkut korupsi. Setelah konflik puncak di atas, sekaligus menjadi tahap Denoument (Penyelesaian) yang menjadi akhir dari cerita ini. Penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca.
2. Tokoh Kehadiran seorang tokoh dalam sebuah cerita merupakan hal yang sangat penting, karena peristiwa yang terjadi dalam cerita karena keterlibatannya dalam sebuah cerita. Pada cerpen Kurma Kiai Karnawi ini juga menampilkan beberapa tokoh di antaranya Hanafi, Umar Rais, Hamid, Bu Umar dan orangorang sekelilingnya serta tokoh Kiai Karnawi yang sering disebut-sebut. Dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi tidak semua tokoh tersebut memegang peranan penting dalam cerita. Penulis hanya menganalisis tokoh yang dipandang berperan penting dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi yaitu Hanafi, Umar Rais dan tentu saja Kiai Karnawi sendiri. Tokoh-tokoh tersebut di analisis berdasarkan tiga dimensi yaitu dimensi fisiologis, dimensi sosiologis dan dimensi psikologis. Analisisnya adalah sebagai berikut. a. Hanafi 1) Dimensi Fisiologis Tokoh Hanafi dalam cerita pendek tersebut tidak banyak digambarkan secara fisiologis. Hanafi digambarkan sebagai seseorang yang berumur, perawakannya sedang, sehat dan hormat kepada majikannya. Hal itu sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dengan karakteristik pekerjaannya yang membutuhkan kesehatan fisik maupun ketrampilan, sehingga seringkali seorang sopir yang sudah lama mengabdi juragannya dipercaya untuk membawa barang – barang pribadi. 2) Dimensi Sosiologis Tokoh Hanafi dalam cerpen Kurma Kyai Karnawi digambarkan berprofesi sebagai sopir pribadi juragan Umar Rais. Hanafi adalah anak yang jujur dan setia. Hal itu tampak pada kutipan berikut. “Sebagai sopir, ia juga merasa lebih santai, tak seperti sekarang yang setiap hari bisa lebih sepuluh kali mengantar ke sana-kemari untuk pertemuan atau rapat partai. Apalagi ketika majikannya mencalonkan diri jadi Wali Kota. Setiap waktu jadi tampak serius dan tegang. Dari pagi Hanafi harus mengantar dari satu rapat ke rapat lainnya. Yang membuatnya lebih capek, ia harus sering mengirim bermacam atribut kampanye, berkardus-kardus barang dan bingkisan amplop yang ia yakin berisi bergepok-gepok uang ke posko-posko pemenangan hingga pelosok kampung. Bisa subuh ia baru pulang, dan harus siap lagi jam enam pagi. Melelahkan. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4)
Kutipan di atas menggambarkan bagaimana gambaran tentang pekerjaan Hanafi yang bekerja sebagai sopir pribadi Umar Rais.. Ia harus mengantar juragannya pergi kesana kemari. Apalagi ketika Umar Rais mencalonkan diri sebagai walikota. 3) Dimensi Psikologis Hanafi digambarkan sebagai seseorang yang mudah panik dan takut akan sesuatu yang baru. Kutipan di bawah ini menunjukkan ketakutan Hanafi ketika tahu bahwa Umar Rais beralih profesi dari pengusaha yang terjun ke dunia politik. ”Jadi kader partai itu tidak enak, nanti malah jadi tumbal,” Hanafi melirik majikannya yang terdiam. ”Saya lebih senang Bapak jadi pengusaha saja. Politik itu mengerikan.” commit to user ”Mengerikan bagaimana?”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
”Ya, takut saja nanti Bapak kena KPK....” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4)
b. Umar Rais 1) Dimensi Fisiologis Deskripsi fisik tokoh Umar Rais tidak digambarkan secara eksplisit dalam cerpen tersebut. Namun umumnya orang yang menjadi seorang pengusaha, perawakannya tinggi, berkulit putih, agak gemuk, sehat dan ramah.
2) Dimensi Sosiologis Umar Rais adalah seorang pengusaha yang memiliki wawasan luas dari pergaulannya. Sehingga dalam mengembangkan bisnisnya, tidak menutup mata adanya liku-liku bisnis yang seringkali melanggar etika bahkan hukum, bisa dilihat kutipan di bawah ini : Sekarang ini tak cukup hanya jadi pengusaha,” jawab Umar Rais. ”Kamu tahu, jadi pengusaha kalau tidak dekat dengan partai juga sulit dapat proyek. Tidak bakalan dapat bagian. Semua politikus itu sudah melebihi pengusaha cara berfikirnya. Mereka hanya berfikir untung, untung dan untung. Mereka harus dapat bagian untuk setiap proyek yang mereka anggarkan. Proyek belum berjalan, mereka harus diberi persekot di depan. Sementara keuntungan pengusaha yang makin sedikit juga mesti dialokasikan buat setor ke partai. Kalau tidak ya tidak bakal bisa menang tender & hellip. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4).
3) Dimensi Psikologis Tokoh Umar Rais digambarkan sebagai seorang yang bijaksana dan tenang dalam menyikapi sesuatu. Ia tidak mudah panik dalam menghadapi suatu masalah. Hal itu tampak pada kutipan berikut. Umar Rais hanya tertawa pelan. ”Kamu tenang saja. Saya mau dicalonkan jadi Wali Kota begini ya setelah commit minta to usernasehat Kiai Karnawi kok. Beliau memberi restu. Kalau tidak, ya saya tidak berani maju. Nanti, sehari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
menjelang pencoblosan, Kiai Karnawi akan memberi saya kurma.” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 5).
c. Kiai Karnawi 1) Dimensi Fisiologis Tokoh Kiai Karnawi digambarkan punya perawakan yang sedang, berkulit coklat gelap bahkan tidak menarik sebagaimana lazimnya para kiai yang sering muncul dalam acara televisi. Hal itu tampak pada kutipan berikut. Perawakan Kiai Karnawi kurus, agak pendek, berkulit coklat gelap. Penampilannya sama sekali tidak meyakinkan sebagai seorang kiai yang kharismatik. Tidak bergaya, gumam Hanafi saat pertama kali melihatnya, tidak seperti kebanyakan tokoh agama sekarang yang sering dilihatnya di televisi, yang selalu berpakaian modis atau bersurban putih necis. ”Hehe, saya ini memang kiai jadul,” Kiai Karnawi tertawa terkekeh, sambil melirik Hanafi. Langsung membuat Hanafi tertunduk. Ia yakin, Kiai Karnawi bisa membaca yang dipendam dalam hatinya (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3).
Kutipan di atas juga menjelaskan tentang penampilan Kiai Karnawi yang sederhana dan tidak menonjol bahkan cenderung lebih sederhana dan agak santai, berbeda dengan para kiai saat ini yang memperhatikan penampilannya, ketimbang wejangan-wejangannya dan para Kiai sekarang ini nampak selalu rapi. 2) Dimensi Sosiologis Kiai Karnawi adalah sosok pemimpin spriritual yang sangat sederhana dan berwibawa. Bahkan kesederhanaan Kiai Karnawi itulah yang membuatnya makin disegani orang, bukan karena banyaknya ayat-ayat yang disajikan dalam cermah agamanya, tetapi sedikit ayat banyak perumpamaan dan nasehat-nasehat. Hal itu tampak pada kutipan berikut. Sehari-hari Kiai Karnawi hanya berpeci hitam yang sudah kusam dan commit to user mengenakan sarung komprang, serta baju model kemeja warna gelap. Tapi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
kesederhanaannya itulah yang membuat ia terlihat lebih berwibawa. Dan ini yang kemudian membuat Hanafi terkesan: meskipun jarang mengutip ayat-ayat, nasehatnya disimak dan dipatuhi. Bukan kiai yang suka mengobral ayat, begitu komentar orang-orang. ”Tak perlu sebentar-bentar mengutip ayat, untuk menjadi bijak,” ujar Kiai Karnawi, pada pengajian yang sempat Hanafi ikuti (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3)
Kutipan di atas menggambarkan deskripsi sosiologis tokoh kiai Karnawi sebagai pemimpin masyarakat yang sangat sederhana, namun karismanya luas melampui wilayah di mana beliau tinggal. Seorang pemimpin pada dasarnya adalah juga seorang pendidik. Kenyataan menunjukkan, bahwa apabila seorang bawahan menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan tugasnya, ia akan cenderung untuk pergi menghadap atasannya, bukan saja untuk memperoleh petunjuk, akan tetapi juga untuk memperoleh pengetahuan tentang cara melaksanakan tugas dengan baik
3) Dimensi Psikologis Dimensi psikologis Kiai Karnawi digambarkan sebagai seorang tokoh kyai yang rendah hati padahal semua orang sudah paham dengan kapasitas yang dimilikinya. Hal tersebut dapat dilihat kutipan - kutipan berikut ini. ”Sebelumnya, maafkan sahaya yang daif ini, Sinuhun,” Kiai Karnawi bicara sopan, ”bisakan Sinuhun memberi tahu terlebih dahulu, di manakah arah kiblat....” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 2) Penampilannya bahkan tidak seperti orang yang kharismatik, dengan guyonan khas Kiai menyebut bahwa dia adalah kiai jadul. Hal tersebut juga tampak dalam kutipan berikut ”Hehe, saya ini memang kiai jadul,” Kiai Karnawi tertawa terkekeh, sambil melirik Hanafi. Langsung membuat Hanafi tertunduk. Ia yakin, Kiai Karnawi bisa membaca yang to dipendam commit user dalam hatinya. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
3. Latar Latar merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu karya sastra. Penggambaran latar yang tepat akan menghidupkan cerita, dan sebaliknya penggambaran latar yang kurang tepat akan mengurangi kualitas suatu cerita. Latar berfungsi untuk memberikan keterangan, petunjuk dan pengacuan yang berkaitan dengan aspek waktu, aspek tempat, dan aspek sosial terjadinya cerita. a. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Cerpen Kurma Kiai Karnawi mempunyai beberapa latar tempat, di antaranya rumah tokoh Umar Rais dan keluarganya melaksanakan aktivitas. Tempat atau rumah Umar Rais adalah suatu lokasi dimana tokoh Hanafi bekerja dan mengabdi pada keluarga Umar Rais sejak beberapa tahun terakhir. Di rumah Umar Rais inilah Hanafi mengenal arti hidup dan bahkan mampu membedakan menurut kemampuan nalarnya, serta resiko – resiko yang dapat saja terjadi dari pengabdiannya itu. Rumah Kiai Karnawi adalah tempat di mana digambarkan banyak orang berdatangan untuk memohon bantuan dan pertolongan, mendapatkan suatu pencerahan jiwa. Hal itu tampak pada kutipan berikut. Beberapa kali Hanafi bertemu Kiai Karnawi, saat mengantar Umar Rais sowan. Tak hanya pada acara-acara keagamaan, tapi pada tiap kesempatan biasanya pada akhir pekan dan saat ada bakti sosial seperti sunatan massal atau pengobatan gratis di rumah Kiai Karnawi majikannya selalu menyempatkan datang (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3) Latar tempat dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi selanjutnya adalah di sebuah kota yang masyarakatnya kuat dalam memeluk agama Islam, termasuk percaya juga terhadap hal-hal gaib yang sering berlebihan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
b. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Cerpen Kurma Kiai Karnawi menampilkan latar sosial kehidupan perkotaan yang berkembang. Dalam kehidupan kota yang terbuka tidak menutup kemungkinan adanya paham – paham dalam masyarakat yang memudahkan ataupun mengikat masyarakat pada paham tersebut.
4. Tema dan Amanat a. Tema Tema adalah ide sentral atau gagasan dasar suatu cerita. Cerpen Kurma Kiai Karnawi mempunyai tema tentang masalah – masalah sosial yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat sebuah perkotaan
yang masih menganut
kepercayaan tentang keajaiban dan khasiat buah kurma. Jika dikaitkan dengan kepercayaan yang dianut tokoh-tokoh cerita, pada umumnya adalah penganut agama Islam, termasuk Kiai Karnawi sendiri. Islam memiliki kandungan konsep tentang tata nilai hidup. Tokoh cerita ini menganut konsep tentang nilai yang memang mendalam dan rumit karena menjalankan dua fungsi sekaligus. Menggiring manusia tergabung dalam kehidupan kolektif, namun juga berisi upaya pemeliharaan kemerdekaan individual yang justru tersusut dalam kehidupan kolektif yang membatasi kreativitas dan aktivitas manusia. Akibatnya manusia menjadi mekanisme, talenta makin kabur. Sesungguhnya konsepsi tidak lebih dari kerangka dimana visi kehidupan itu ditentukan oleh sikap budaya manusia dan visi itulah dimensi yang terlupakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
b. Amanat Amanat adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Setelah menganalisis dan membaca cerpen Kurma Kiai Karnawi ini, maka penulis dapat menarik beberapa amanat cerpen Kurma Kiai Karnawi tersebut, diantaranya adalah bahwa masalah – masalah sosial dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi ini bisa menjadi pembelajaran kepada setiap orang agar tidak terlalu percaya kepada hal gaib yang berlebihan. Fenomena kebenaran bahwa buah kurma adalah buah sebagaimana buah – buah lain yang biasa dikonsumsi orang. Soal khasiat dan tuah itu merupakan persepsi dan gambaran orang terhadap kurma itu sendiri.
B. Problematika Sosial dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi Problem-problem sosial adalah gejala abnormal, yaitu gejala yang tidak wajar dalam masyarakat dan tidak dikehendaki masyarakat yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan masyarakat, sehingga menyebabkan kekecewaan dan penderitaan bagi masyarakat tersebut. Di dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi karya Agus Noor terdapat beberapa problematika sosial yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat. Di bawah ini adalah problematika sosial yang terdapat dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi, yaitu: 1. Amanah Amanah yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan. Di dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi terdapat “amanah” dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
tokoh Umar Rais yang awalnya seorang pengusaha tetapi mulai ikut mencalonkan diri sebagai walikota. Hal itu terdapat dalam kutipan berikut : ”Kenapa sih mesti mencalonkan diri jadi Wali Kota segala? Nanti malah repot....” ”Saya tidak mencalonkan diri, Hanafi,” jawab Pak Umar sambil tersenyum. ”Saya ini hanya dicalonkan. Banyak partai yang meminta dan mendukung. Yah, saya ini ibaratnya hanya menjalankan amanah. Kalau nanti saya menang, kan kamu juga ikut senang. Kamu nanti saya jadikan kader partai nomer satu....” ”Jadi kader partai itu tidak enak, nanti malah jadi tumbal,” Hanafi melirik majikannya yang terdiam. ”Saya lebih senang Bapak jadi pengusaha saja. Politik itu mengerikan.” ”Mengerikan bagaimana?” ”Ya, takut saja nanti Bapak kena KPK....” Umar Rais hanya tertawa pelan. ”Kamu tenang saja. Saya mau dicalonkan jadi Wali Kota begini ya setelah minta nasehat Kiai Karnawi kok. Beliau memberi restu. Kalau tidak, ya saya tidak berani maju. Nanti, sehari menjelang pencoblosan, Kiai Karnawi akan memberi saya kurma.” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 5)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa pada tokoh Hanafi menyatakan sikap tidak setuju jika majikannya yaitu Umar Rais mencalonkan diri sebagai walikota. Ia lebih senang jika majikannya fokus menjadi pengusaha saja. Hanafi takut jika nantinya Umar Rais akan tersangkut kasus korupsi jika terpilih menjadi walikota. Tetapi umar Rais dengan tenang menjelaskan bahwa dirinya hanya menjalankan dicalonkan oleh partai pendukungnya, ia hanya mengemban amanah untuk maju menjadi calon walikota dan sudah mendapat restu dari Kyai Karnawi. Tidak hanya tokoh Umar Rais yang mendapat amanah, dalam cerpen ini tokoh Hanafi juga diberi amanah oleh juragannya yaitu Umar Rais untuk mengambil buah kurma dari rumah Kyai Karnawi sebelum pencoblosan pada pemilihan walikota. Umar Rais yakin bahwa buah kurma tersebut dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
membantu dirinya terpilih menjadi walikota.
Hal itu tampak dalam kutipan
berikut : Sore itu Hanafi melihat majikannya agak gugup. ”Cepat kamu ke rumah Kiai Karnawi.....” Wajah Umar Rais yang tak bisa menyembunyikan kepanikan membuat Hanafi malah jadi bingung, dan bengong. ”Ayo, cepat. Besok sudah pencoblosan. Kiai Karnawi mau memberi saya kurma. Mestinya saya mengambilnya sekarang. Tapi saya mesti rapat konsolidasi terakhir dengan para pimpinan partai pendukung. Jangan sampai lupa. Biar saya dianter Hamid, kamu yang ambil kurma itu. Sebelum jam dua belas nanti, kurma itu harus sudah saya terima. Jangan lupa!” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3) Tetapi pada pelaksanaannya Hanafi tidak benar – benar menjalankan amanah yang diberikan oleh Umar Rais. Sebenarnya Hanafi tidak setuju bila majikannya terpilih menjadi walikota. Hanafi menukar buah kurma pemberian Kyai Karnawi dengan kurma yang ia beli di pinggir jalan dan buah aslinya ia makan sendiri. Dalam hal tersebut terdapat pertentangan dari tokoh Hanafi yang tidak menjalankan perintah yang diberikan oleh majikannya yaitu Umar Rais. Hal tersebut tampak dalam kutipan di bawah ini : Hanafi cepat-cepat mengangguk. Bukan mengiyakan, tetapi lebih untuk menyembunyikan kegugupannya. Tiba-tiba ia ingat ketika mengambil kurma Kiai Karnawi sebagaimana disuruh majikannya. Ia berharap majikannya tak terpilih, makanya kurma dari Kiai Karnawi itu ia makan sendiri. Adapun kurma yang dia berikan pada majikannya hanyalah kurma yang ia beli di pinggir jalan. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 5)
2. KKN KKN adalah singkatan dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Definisi dari arti KKN adalah sebagai berikut : Kolusi = Bekerjasama untuk sesuatu masalah dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, kelompok ataupun orang lain. commit to userbukan untuk peruntukkannya, atau Korupsi = Menggunakan milik negara,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
menerima dari pihak lain untuk memudahkan "sesuatu" yang tidak sesuai dengan peraturan, etika yang ada. Nepotisme = Dengan kekuasaan yang ada, melakukan "sesuatu" dengan menggunakan pihak – pihak yang masih punya hubungan, baik hubungan darah, kekerabatan ataupun hubungan lainnya dan pihak-pihak tersebut tidak kompeten atau mendapatkan kemudahan. ( http://teriakkanrakyat.blogspot.com/2011/12/apa-sih-arti-kkn-di-indonesia.html ) Dalam cerpen Kurma Kiai karnawi digambarkan masalah KKN dari tokoh Umar Rais seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ”Sekarang ini tak cukup hanya jadi pengusaha,” jawab Umar Rais. ”Kamu tahu, jadi pengusaha kalau tidak dekat dengan partai juga sulit dapat proyek. Tidak bakalan dapat bagian. Semua politikus itu sudah melebihi pengusaha cara berfikirnya. Mereka hanya berfikir untung, untung dan untung. Mereka harus dapat bagian untuk setiap proyek yang mereka anggarkan. Proyek belum berjalan, mereka harus diberi persekot di depan. Sementara keuntungan pengusaha yang makin sedikit juga mesti dialokasikan buat setor ke partai. Kalau tidak ya tidak bakal bisa menang tender & hellip.” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4) Kutipan di atas menggambarkan keinginan tokoh Umar Rais yang menjadi seorang pengusaha berambisi untuk mendapatkan proyek tender. Caranya adalah dengan terjun di politik. Menurut dia, menjadi pengusaha tidak cukup, tanpa ada dukungan politik atau mengenal kolega di pemerintahan. Tokoh Umar Rais boleh saja menganggap pencalonannya sebagai seorang walikota adalah amanat dan demi kebaikan. Namun nyatanya dia juga main suap dengan membagi-bagikan amplop. Melalui supir pribadinya yaitu tokoh Hanafi, Umar Rais menyuruh mengirimkan berbagai macam barang ke posko – posko pendukungnya. Inilah potret buruk dari politik di Indonesia. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini Apalagi ketika majikannya mencalonkan diri jadi Wali Kota. Setiap to userDari pagi Hanafi harus mengantar waktu jadi tampak seriuscommit dan tegang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dari satu rapat ke rapat lainnya. Yang membuatnya lebih capek, ia harus sering mengirim bermacam atribut kampanye, berkardus-kardus barang dan bingkisan amplop yang ia yakin berisi bergepok-gepok uang ke posko-posko pemenangan hingga pelosok kampung. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4)
3. Kepercayaan Dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi “kepercayaan” menjadi permasalahan utama yang akan dibahas. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu hal adalah benar menurut pandangannya (
http://www.wikipedia.org/wiki/Keyakinan_dan_kepercayaan
).
Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Maka tak heran Kiai sebagai tokoh Islam, sekaligus tokoh yang dipandang memiliki kelebihan dalam masyarakat diangkat sebagai figur yang berkharisma dan mampu menyelesaikan masalah. Hal itu tampak dalam kutipan berikut Sehari-hari Kiai Karnawi hanya berpeci hitam yang sudah kusam dan mengenakan sarung komprang, serta baju model kemeja warna gelap. Tapi kesederhanaannya itulah yang membuat ia terlihat lebih berwibawa. Dan ini yang kemudian membuat Hanafi terkesan, meskipun jarang mengutip ayat-ayat, nasehatnya disimak dan dipatuhi. Bukan kiai yang suka mengobral ayat, begitu komentar orang-orang. ”Tak perlu sebentar-bentar mengutip ayat, untuk menjadi bijak,” ujar Kiai Karnawi. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3)
Masyarakat juga percaya bahwa Kiai Karnawi mempunyai buah kurma ajaib yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan bahkan menyelesaikan persoalan hidup. Itu kurma ajwah, kata orang-orang. Kurma Nabi. Kurma dari surga, yang bisa menangkal sihir dan racun. Kanjeng Nabi sendiri yang menanam bibit pohon kurma itu di Madinah. Warnanya kehitaman, tak lebih hanya setengah jari orang dewasa, lebih kecil dibanding kurma lainnya, tapi paling enak rasanya. Kiai Karnawi memetik langsung kurma itu dari commit to(Cerpen user Kurma Kiai Karnawi, hal 2) pohon yang ditanam Kanjeng Nabi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sebagian besar orang percaya buah kurma yang berasal dari Kyai Karnawi adalah buah kurma ajaib. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon yang ditanam langsung oleh Kanjeng Nabi di Madinah. Kurma ajwah itu banyak diyakini orang – orang karena khasiatnya dapat menangkal berbagai jenis sihir dan racun. Tokoh Hanafi juga menyaksikan langsung keajaiban buah kurma ajwah dari Kyai Karnawi seperti yang terdapat dalam petikan di bawah ini Ada kejadian yang dilihat langsung Hanafi terkait hal itu. Ia diajak majikannya mengikuti pengajian Kiai Karnawi. Ratusan orang hadir di pengajian lailatut qadar di rumah Kiai Karnawi yang kecil dan sederhana. Hanafi melihat sebutir kurma tersaji di piring seng yang sudah tampak kuno. Bergiliran, ratusan orang yang hadir mengambil kurma itu dan memakannya atau ada yang mengantunginya untuk dibawa pulang tapi di piring itu tetap saja masih ada sebutir kurma. Kurma ajwah pemberian Nabi Khidir, begitu banyak orang meyakini. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3) Bukti – bukti keajaiban buah kurma yang lain berasal juga dipaparkan dalam cerpen ini. Khasiat buah kurma tersebut disaksikan oleh banyak orang. Berikut ini adalah sebagian kisah tentang keajaiban buah kurma yang didengar oleh tokoh Hanafi dari masyarakat yang mempercayai keajaiban kurma tersebut. Khasiat buah kurma dari Kiai Karnawi dapat menyembuhkan orang yang terkena teluh. Orang tersebut kondisinya begitu mengerikan. Bahkan hanya kematian yang dapat menyembuhkannya. Tetapi setelah diberi kurma oleh Kyai Karnawi orang tersebut langsung mengeluarkan berbagai binatang dan benda – benda tajam dari dalam tubuhnya dan keesokan harinya orang itu sudah sembuh. Hal itu sesuai dalam kutipan di bawah ini Tubuh orang itu menghitam nyaris gosong sementara kulitnya kisut kering penuh sisik kasar dengan borok kering. Mulutnya perot, seakan ada yang mencengkeram rahang dan lehernya. Ia terbelalak seolah melihat maut commitlebih to user yang begitu mengerikan. Sudah delapan jam ia mengerang meregang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
berkelojotan. Orang-orang yakin: dia terkena teluh, dan hanya kematian yang bisa menyelamatkan. Kiai Karnawi, yang dipanggil seorang tetangga, muncul. Beliau menatap penuh kelembutan pada orang yang tergeletak di kasur itu. Kesunyian yang mencemaskan membuat udara dalam kamar yang sudah pengap dan berbau amis terasa semakin berat. Beberapa orang yang tak tahan segera beranjak keluar dengan menahan mual. Kiai Karnawi mengeluarkan sebutir kurma, dan menyuapkan ke mulut orang itu. Para saksi mata menceritakan sesaat setelah kurma tertelan, tubuh orang itu terguncang hebat, seperti dikejutkan oleh badai listrik. Lalu cairan hitam kental meleleh dari mulutnya, berbau busuk, penuh belatung dan lintah. Dari bawah tubuhnya merembes serupa kencing kuning pekat, seolah bercampur nanah. Seekor ular keluar dari duburnya, dan astagfirullah, puluhan paku berkarat menyembul dari pori-pori orang itu. Lalu berjatuhan pula puluhan mur dan baut, potongan kawat berduri, biji-biji gotri dan silet yang masih terlihat berkilat. Orang itu mengerang panjang. Kiai Karnawi mengangguk ke arah yang menyaksikan, ”Biarkan dia istirahat”. Keesokan harinya, orang itu sudah bugar. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 1)
Kisah lain yang didengar oleh tokoh hanafi dari masyarakat adalah ketika terjadi bentrokan antara warga dan aparat. Ada seorang bocah kecil tertembak kepalanya. Kiai Karnawi lalu menyuapkan kurma kepada anak itu dan peluru yang menancap dalam kepala anak kecil itu dapat keluar. Hal itu sesuai dengan kutipan berikut Aparat mulai melepaskan tembakan. Satu peluru nyasar mengenai seorang bocah, tepat menghunjam kepalanya. Kemunculan Kiai Karnawi mampu meredakan amuk buruh tani. Saat itu Kiai Karnawi berhasil menangkap sebutir peluru yang ditembakkan kepadanya (Hanafi suka membayangkan adegan ini secara slow motion seperti dalam film) dan langsung membentak komandan pasukan, agar menarik mundur semua aparat. Bocah yang kepalanya tertembak dibopong Kiai Karnawi, yang langsung menyuapkan sebutir kurma. Pelan-pelan, peluru yang menancap dalam kepala bocah itu menggeliat keluar. Dan lubang bekas peluru itu, menutup dengan sendirinya. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 1) Kajaiban dari buah kurma tersebut terjadi pada seorang wanita hamil yang sudah 19 bulan tidak juga melahirkan anak yang dikandungnya. Akan tetapi, berkat kurma ajwah orang tersebut mampu melahirkan. Normalnya usia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
kandungan ibu hamil hanya 9 bulan. Banyak orang menganggap kandungannya berisi tumor atau bahkan membawa kutukan. Hanya beberapa jam setelah kurma tersebut dimakan, bayinya lahir dengan sehat dan selamat. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini Kisah lain adalah ibu hamil yang kandungannya sudah lebih dari 19 bulan, tapi bayi itu tak juga mau keluar. Ia buruh cuci harian, yang tak punya biaya untuk caesar. Perut itu menggelembung, seolah membopong sekarung beras, membuatnya kepayahan berjalan. Belum lagi rasa sakit yang selalu menyodok-nyodok dan mengaduk-aduk perutnya. Ia akhirnya hanya bisa terkapar dengan perut yang semakin membesar. Orang-orang kemudian kasak-kusuk, kalau bayi yang dikandungnya membawa kutukan. Kalaupun lahir hanya membawa keburukan. Setelah kehilangan harapan, suaminya mendatangi Kiai Karnawi, yang memberinya sebiji kurma. ”Pulanglah, dan suruh istrimu makan kurma ini,” ujar Kiai Karnawi. Dua jam setelah makan kurma itu, bayinya lahir selamat dan sehat. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 2). Kiai Karnawi dapat kita asumsikan sebagai utusan Tuhan yang memiliki banyak kelebihan sehingga dia mendapatkan tempat dan posisi di dalam pranata masyarakat. Dia adalah perantara yang memiliki ilmu tinggi. Maka, tak heran jika kita bisa mengasumsikan santet sebagai cobaan hidup atau permasalahan yang dialami oleh manusia dalam menjalani hidup.
C. Kritik – Kritik Sosial dalam Cerpen Kurma Kiai Karnawi Kritik sosial adalah kenyataan yang dibangun secara sosial, kenyataan dengan kualitas mandiri yang tidak bergantung dari kehendak subjek. Kritik sosial itu muncul karena ketimpangan sosial seperti kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, korupsi dan berbagai konflik yang lain di dalam masyarakat. Dengan adanya kritik sosial diharapkan terjadi perubahan sosial yang menuju ke arah lebih baik. Dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi karya Agus Noor juga banyak kritik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
sosial yang coba digambarkan pengarang kepada pembaca. Diantaranya adalah sebagai berikut 1. Amanah Cerpen ini mengkritik para penguasa yang dengan dalih amanah menduduki kursi pemerintahan. Setelah terpilih menjadi pemimpin mereka lupa akan tujuannya semula tetapi malah sibuk dengan kepentingan pribadi dan kepentingan golongan partainya sendiri. Tokoh Hanafi tidak hanya sekedar berolok – olok kala menyebutkan bahwa dia takut majikannya itu akan terseret ke kursi KPK. Hal itu sesuai dalam kutipan berikut ”Jadi kader partai itu tidak enak, nanti malah jadi tumbal,” Hanafi melirik majikannya yang terdiam. ”Saya lebih senang Bapak jadi pengusaha saja. Politik itu mengerikan.” ”Mengerikan bagaimana?” ”Ya, takut saja nanti Bapak kena KPK....” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4)
2. KKN Dalam cerpen Kurma Kiai Karnawi pengarang mencoba untuk menguak realitas yang sedemikian dekat dengan masyarakat yaitu KKN. Hal ini tercermin dari keinginan tokoh Umar Rais untuk terjun di politik. Menurut dia, menjadi pengusaha tidak cukup tanpa ada dukungan politik atau mengenal kolega di pemerintahan. Seperti terdapat dalam kutipan berikut ”Sekarang ini tak cukup hanya jadi pengusaha,” jawab Umar Rais. ”Kamu tahu, jadi pengusaha kalau tidak dekat dengan partai juga sulit dapat proyek. Tidak bakalan dapat bagian. Semua politikus itu sudah melebihi pengusaha cara berfikirnya. Mereka hanya berfikir untung, untung dan untung. Mereka harus dapat bagian untuk setiap proyek yang mereka user harus diberi persekot di depan. anggarkan. Proyek belum commit berjalan,tomereka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Sementara keuntungan pengusaha yang makin sedikit juga mesti dialokasikan buat setor ke partai. Kalau tidak ya tidak bakal bisa menang tender & hellip.” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 4) Hal ini secara tidak langsung menggambarkan betapa bobroknya birokrasi negeri ini. Bahkan partai menurutnya memiliki jiwa entrepreneurship yang lebih dibandingkan pengusaha itu sendiri. Maka, tak heran sekarang ini para pengusaha berbondong – bondong masuk ke dunia politik. Fenomena KKN sepertinya sudah mendarah daging di kehidupan masyarakat Indonesia. Selama ini di masyarakat sudah banyak contoh pejabat yang satu per satu terkuak belangnya karena tersandung kasus KKN. Satu tersangka akan menyeret tersangka yang lain. 3. Kepercayaan Masyarakat Apabila kita tadi mengasumsikan kurma sebagai ajaran kemudian Kiai Karnawi sebagai seorang yang terpilih atau seorang pemuka yang disegani maka antara keduanya pun terdapat kritik sosial. Selama ini orang tidak mementingkan apa yang diajarkan melainkan siapa yang mengajarkan. Ini terlihat betapa percayanya tokoh Umar Rais terhadap kurma dari Kiai Karnawi. Hal itu sesuai dengan kutipan berikut ”Cepat kamu ke rumah Kiai Karnawi.....” Wajah Umar Rais yang tak bisa menyembunyikan kepanikan membuat Hanafi malah jadi bingung, dan bengong. ”Ayo, cepat. Besok sudah pencoblosan. Kiai Karnawi mau memberi saya kurma. Mestinya saya mengambilnya sekarang. Tapi saya mesti rapat konsolidasi terakhir dengan para pimpinan partai pendukung. Jangan sampai lupa. Biar saya dianter Hamid, kamu yang ambil kurma itu. Sebelum jam dua belas nanti, kurma itu harus sudah saya terima. Jangan lupa!” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3) Umar Rais bahkan tak sadar bahwa kurma yang dia makan adalah kurma yang berasal dari pinggir jalan. Hanafi telah memakan kurma pemberian Kiai to user Karnawi dan menukarnya dengan commit kurma yang ia beli di pinggir jalan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tiba-tiba ia ingat ketika mengambil kurma Kiai Karnawi sebagaimana disuruh majikannya. Ia berharap majikannya tak terpilih, makanya kurma dari Kiai Karnawi itu ia makan sendiri. Adapun kurma yang dia berikan pada majikannya hanyalah kurma yang ia beli di pinggir jalan. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 5)
Ini yang disebut sebagai ajaran Ketuhanan itu bersifat universal, kebenaran yang diajarkan pun kebenaran universal, artinya selama itu berpatokan pada dasar yang jelas maka diutarakan oleh orang golongan bawah atau atas pun sama saja. Namun, masyarakat kita memiliki kencenderungan menuhankan kedudukan. Bagaimana seseorang membungkuk – bungkuk kepada mereka yang kemiliki kedudukan, namun ada kalanya mereka menafikkan keberadaan bawahan yang sebenarnya memiliki posisi yang sangat penting. Tetapi di sisi lain, ini juga menggambarkan kekuasaan Sang Pencipta. Sebaik apapun kita merencanakan skenario kehidupan, namun tetap Tuhan yang menentukan . Dia memiliki rencana tersendiri yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun. 4. Pemimpin Teladan Sosok pemimpin hendaknya mau melayani masyarakat atau orang yang dipimpinnya. Ini terlihat dari cara Kiai Karnawi berbaur dengan berbagai golongan masyarakat. Seorang pemimpin hendaknya juga bijak serta netral. Ini terlihat dari upaya Kiai Karnawi meredam konflik antara aparat dan masyarakat. Dewasa ini, kita seringkali mendengar pemberitaan terkait insiden serupa. Alihalih membantu, pemimpin yang memiliki legalitas untuk menyampaikan aspirasi masyarakat, justru mendukung para pemodal. Ini sekaligus menjadi kritikan terhadap para aparat yang seharusnya melindungi rakyat, justru seringkali melindungi orang-orang berduit. Tindakan represif aparat juga seringkali commit to user menimbulkan antipati dan kebencian luar biasa dari rakyat terlebih korban yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
jatuh kadang berasal dari golongan anak-anak. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini Kisah paling dramatik yang Hanafi dengar, ialah saat terjadi bentrok petani dengan aparat. Para buruh tani yang bertahun-tahun menggarap lahan protes ketika diusir, karena hendak dibangun perumahan mewah. Merasa protesnya tak ditanggapi, mereka merusak pagar pembatas dan mulai bentrok dengan aparat yang mengepung. Beberapa gubuk petani dibakar beberapa preman yang disewa pengembang, membuat suasana makin kalap. Bentrokan tak bisa dihindarkan. Aparat mulai melepaskan tembakan. Satu peluru nyasar mengenai seorang bocah, tepat menghunjam kepalanya. Kemunculan Kiai Karnawi mampu meredakan amuk buruh tani. Saat itu Kiai Karnawi berhasil menangkap sebutir peluru yang ditembakkan kepadanya (Hanafi suka membayangkan adegan ini secara slow motion seperti dalam film) dan langsung membentak komandan pasukan, agar menarik mundur semua aparat. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 1) Sebagai orang terpilih Kiai Karnawi masih tetap rendah hati terbukti ketika dia menjawab Nabi Kidhir. Dia mengatakan bahwa dia orang yang daif, padahal semua orang sudah paham dengan kapasitas yang dimilikinya. ”Bisakah kisanak tunjukan, yang mana pohon kurma ajwah yang ditanam kanjeng Nabi, 14 abad yang lalu,” ujar Nabi Khidir. ”Sebelumnya, maafkan sahaya yang daif ini, Sinuhun,” Kiai Karnawi bicara sopan, ”bisakan Sinuhun memberi tahu terlebih dahulu, di manakah arah kiblat....” Lalu Nabi Khidir menunjuk satu arah. Tepat, di arah yang ditunjuk itu terlihat satu pohon kurma. ”Terima kasih, Sinuhun. Itulah gerangan pohon kurma ajwah yang Sinuhun maksud....” (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 2)
Selain rendah hati Kiai Karnawi juga sosok yang sederhana, terbukti pada penggambaran rumah yang dilakukan oleh penulis. Penampilannya bahkan tidak seperti orang yang kharismatik, dengan guyonan khas Kiai menyebut bahwa dia adalah kiai jadul. Dia juga memiliki wibawa tanpa harus mengulik hadis dan ayat sana-sini. Hal itu sesuai dengan kutipan di bawah ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Tapi kesederhanaannya itulah yang membuat ia terlihat lebih berwibawa. Dan ini yang kemudian membuat Hanafi terkesan: meskipun jarang mengutip ayat-ayat, nasehatnya disimak dan dipatuhi. Bukan kiai yang suka mengobral ayat, begitu komentar orang-orang. ”Tak perlu sebentarbentar mengutip ayat, untuk menjadi bijak,” ujar Kiai Karnawi, pada pengajian yang sempat Hanafi ikuti. (Cerpen Kurma Kiai Karnawi, hal 3) Selama ini pimpinan justru lebih sering arogan sehingga semua perintahnya harus dipatuhi tanpa mau memikirkan dampaknya terhadap orang lain. Selain itu budaya pemimpin sederhana tampaknya menjadi hal yang langka di negeri kita tercinta. Lebih sempit ketika kita membicarakan kiai atau ustad, maka kita akan menemukan bahwasannya mereka gemar dengan popularitas. Kita tidak tahu dengan latar belakang seseorang, tiba-tiba masuk televisi dipanggil ustad, masuk infotainment sering mengutip hadist dan ayat sana sini. Padahal belum tentu mereka paham dengan apa yang mereka bicarakan.
commit to user