BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE MODELLING PADA PEMBELAJARAN BIDANG STUDI FIQIH KELAS 4 DI MI ISLAMIYAH PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG
A. Analisis Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Kelas 4 di MI Islamiyah Petarukan Kabupaten Pemalang Pembelajaran fiqih yang dilakukan di kelas 4 MI Islamiyah Petarukan
bertujuan
untuk
mengetahui
dan memahami cara-cara
pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial, juga melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya. Kondisi pembelajaran yang dilaksanakan dengan komunikasi satu arah, dan tidak fokus dalam satu materi pembelajaran, ditambah sumber pembelajaran tergantung pada Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan penyampaian materi dengan metode ceramah, hanya akan menjadikan siswa pasif menjadi pendengar saja. Situasi pembelajaran yang demikian akan membosankan siswa dan pada akhirnya siswa akan mencari kesibukan sendiri diluar pelajaran. Siswa kan rebut, berbicara dengan temannya, atau
68
69
menggambar dan bermain sendiri yang tidak ada kaitanya dengan pembelajaran. Dalam posisi yang demikian guru dituntut lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Penggunaan metode yang variatif akan menjadi salah satu solusinya. Tujuan pembelajaran akan tercapai. Selain itu, media pembelajaran yang digunakan juga memegang peranan yang sangat penting. Sesuai data yang diperoleh di lapangan, dalam pembelajaran bidang studi fiqih pada kelas 4 di MI Islamiyah Petarukan materi yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada dipergunakan metode yang bervariasi sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran Fiqih, selain itu media yang digunakan sudah cukup memadai seperti masjid, audio visul, alat peraga dan lain-lain, selain itu juga didukung dengan pengajar yang kompeten yaitu pengajar yang mempunyai jenjang pendidikan adalah SI.1 Penilaian dalam proses pembelajaran fiqih di MI Islamiyah Petarukan menggunakan penilaian berbasis kelas karena dengan penilaian ini kemampuan siswa yang terdiri dari ketiga ranah tersebut dapat terdeteksi dengan baik dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran. Karena pada dasarnya sebuah bentuk penilaian yang baik adalah penilaian yang dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran sehingga terprogram
proses
lanjutan
untuk
meningkatkan
proses
pendidikan
selanjutnya.2
1
Hasil observasi, pada tanggal 29 Nopember 2014. Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB 2
70
B. Analisis Implementasi Metode Modelling pada Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Kelas 4 di MI Islamiyah Petarukan Kabupaten Pemalang Dalam
kegiatan
pembelajaran
di
MI Islamiyah Petarukan,
terutama pada bidang studi Fiqih materi sholat ‘id menggunakan metode modelling
dengan
memanfaatkan
sumber
belajar
yang
tersedia.
Pendekatan pembelajaran ini merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan
situasi dunia
membuat
hubungan
nyata
yang
dialami
antara pengetahuan
siswa
serta
mendorong
yang
dimiliki
dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya,
sehingga proses
belajar
mengajar
dapat
benar-benar
berlangsung dan mampu memproses informasi dan pengetahuan sedemikian rupa sehingga pengetahuan tersebut dapat lebih bermakna dan bergairah. Implementasi
metode
modelling
yang dikembangkan
dalam
pembelajaran Fiqih materi sholat ‘id pada kelas 4 di MI Islamiyah Petarukan, menggunakan tujuh komponen pembelajaran, yaitu : konstruktifisme, inquiry (menemukan), bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Untuk
dapat
merangsang
mengkontruksikan pengetahuannya,
agar maka
siswa guru
dapat
lebih mudah
memberikan
mereka
berbagai pertanyaan dan arahan. Dengan demikian situasi kelas menjadi
71
hidup
karena
anak-anak
dapat
berfikir
dan
menyampaikan buah
pikirannya dangan berbicara atau menjawab pertanyaan.3 Selain itu kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir, termasuk daya ingatan dan lain-lain. Guru disini betul-betul berfungsi sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya. Dengan
demikian
proses
belajar mengajar akan lebih berkesan bagi siswa, karena mereka yang menemukan sendiri. Apa yang dialami siswa akan lebih mudah diingat.4 Dalam pembelajaran Fiqih materi ibadah shalat Id, pada kegiatan awal guru menanyakan tentang pengertian Shalat Idain dan syarat-syarat sholat Idain. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sejauh mana pemahamannya tentang Shalat Idain, sehingga dalam pembelajaran nantinya siswa dapat membangun pengetahuannya tentang tata cara Shalat Idain secara lebih dalam. Ada beberapa siswa yang sudah mengetahui pengertian Shalat Idain dan syarat-syarat sholat Idain, tetapi juga ada beberapa siswa yang belum mengetahui syarat-syarat sholat Idain.Setiap individu diberi kesempatan untuk mengungkapkan jawaban mereka masingmasing dengan bahasa mereka sendiri. Dalam kegiatan ini siswa akan belajar untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri tentang materi ibadah shalat.5 Dalam kegiatan
inquiry (menemukan), siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri pengetahuan yang mereka pelajari. Ada beberapa cara 3
Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB 4 Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB 5 Hasil observasi, pada tanggal 29 Nopember 2014.
72
yang dilakukan dalam kegiatan
inquiry seperti observasi dan
outing
(kunjungan belajar). Kegiatan ini dilakukan dengan cara siswa diajak ke masjid untuk memperagakan shalat ‘id.6 Dalam kegiatan observasi siswa diminta untuk melakukan penelitian sederhana berkaitan dengan pelaksaan shalat ‘id. Guru membimbing siswa untuk mengamati pemutaran film tentang pelaksanaan sholat ‘id melalui LCD Proyektor, sekaligus siswa disuruh melakukan observasi (pengamatan) terhadap aktifitas Shalat Idain tersebut. Setelah aktifitas Shalat Idain selesai, siswa dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan, dan mengumpulkan data tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Shalat Idain
berdasarkan
pengalaman
masing-masing.
Setelah
itu
siswa
menyimpulkan secara sederhana data yang telah dikumpulkan. Jika ada yang belum benar, guru memberikan koreksi atas kesimpulan siswa tersebut. Dengan melakukan kegiatan tersebut siswa akan menemukan pengetahuan baru tentang penerapan ibadah Shalat Idain dalam kehidupan sehari-hari. 7 Dalam
kegiatan
outing (kunjungan belajar),
siswa
dapat
memperagakan secara langsung shalat ‘id yang dilakukan di masjid tersebut. Namun kegiatan ini membutuhkan waktu yang lama apalagi persiapan atau pelaksanaan tersebut tidak diatur dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan baik akan membantu pelaksanaan observasi dan kunjungan belajar tersebut.
6 7
Hasil observasi, pada tanggal 29 Nopember 2014. Hasil observasi, pada tanggal 29 Nopember 2014.
73
Perencanaan ini dilakukan supaya tidak terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain : 1.
Pendahuluan Dalam pendahuluan ini guru menyusun program antara lain: a. Tujuan kunjungan belajar; b. Pembentukam kelompok; c. Menyusun jadwal acara dengan jelas dan terperinci; d. Penyusunan tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua peserta
2. Pelaksanaan a. Siswa aktif melaksanakan tugasnya masing-masing; b. Guru
memberi
bimbingan,
motivasi,
pengawasan
dan
mengajukan pertanyaan: c. Pengolaan data sementara; d. Penyusunan laporan Dari kegiatan ini, guru menilai kemajuan siswa. Misalnya kemampuan bekerja sama, keaktifan dalam kegiatan tersebut dan kemampuan dalam memperagakan dan mempraktekkan shalat ‘id. Dalam kegiatan tersebut guru juga mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan aktifitas yang diamati yaitu shalat ‘id. Dalam kegiatan bertanya, guru selalu memberikan tantangan kepada siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mereka. Guru memberi kebebasan
74
kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dan apabila tidak mengena pada sasaran, maka guru mengarahkannya. Dalam praktek shalat ‘id ini, kelompok yang mendapatkan topik tentang praktek shalat ‘id, menjadi model dan melakukan praktek shalat ‘id.8Dengan menghadirkan sebuah model, maka akan mempermudah pemahaman siswa. Kegiatan pemodelan yang ada di MI Islamiyah Petarukan telah dilaksanakan sesuai dengan materi pelajaran. Tingkah laku guru disini juga menjadi model bagi siswa. Untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dimana menjadi
pusat
kegiatan
belajar
diperlukan
suatu
siswa
pengorganisasian
pembelajaran salah satunya dengan membentuk kelompok belajar (learning community). Konsep learning pembelajaran diperoleh
community ini menyarankan agar hasil
dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari sharing antara teman, antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Pembentukan masyarakat belajar di MI Islamiyah Petarukan telah berjalan dengan lancar, tetapi perlu pengawasan dan pengarahan dari guru agar dapat tercapai hasil belajar yang efektif dan efisien.
Dalam
kegiatan
pembelajaran
aktif,
pengelompokan
siswa
mempunyai arti tersendiri. Dalam membentuk kelompok belajar (learning community) pengelompokan siswa dibedakan dalam beberapa jenis, misalnya
8
Hasil observasi, pada tanggal 29 Nopember 2014.
75
pengelompokan menurut kesenangan berteman, menurut kemampuan, dan menurut minat.9 Kemudian pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa; pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya. Kegiatan refleksi di MI Islamiyah Petarukan tersebut sudah dilaksanakan dengan lancar. Penilaian dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Penilaian ini digunakan untuk mengetahui apakah pendekatan dan metode yang digunakan sudah tepat sehingga memudahkan siswa memahami materi dengan baik. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui apakah sikap-sikap dan keterampilan tertentu telah dimiliki siswa. Cara penilaian di MI Islamiyah Petarukan dilakukan berdasarkan kondisi yang ada saat pembelajaran sedang berlangsung. Sehingga proses penilaian dilaksanakan mulai dari awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir. Cara penilaianya adalah sebagai berikut: 1.
Secara verbal, misalnya ketika aktifitas tanya jawab, diskusi, dan presentasi;
2.
Secara tertulis, misalnya berupa laporan sederhana dan tes;
3.
Pengamatan terhadap tingkah laku siswa.10
9
Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB 10 Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB
76
Penilaian tersebut lebih ditekankan pada fungsinya sebagai umpan balik baik bagi siswa atau pada guru. Jadi penilaian yang ada di MI Islamiyah Petarukan tidak hanya tes tertulis tetapi juga tes lisan dan hasil laporan sederhana yang dibuat siswa. Hal ini terbukti dengan adanya buku laporan yang diberikan pada orang tua siswa yaitu laporan perkembangan siswa dan laporan hasil belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran Fiqih menggunakan metode modeling ini juga ditunjang dengan sumber belajar yang memadai. Secara keseluruhan sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar meliputi: 1.
By Utilition: Buku pelajaran Fiqih kelas 4, CD atau film jama’ah shalat ‘id.
2.
By Desain: Membuat tulisan (berupa charta) lafadz niat shalat ‘id, lafadz takbiran, teks khutbah shalat ‘id.11 Agar pencapaiannya lebih efektif perlu diperhatikan beberapa
prinsip desain dalam penggunaan metode modeling. Prinsip itu antara lain kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, partisipasi aktif siswa, perulangan dan umpan balik. Motivasi bagi siswa merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Alangkah baiknya bagi setiap guru memiliki rasa ingin 11
Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB
77
tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal itu disebabkan akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya. Seiring dengan penggunaan sistem KTSP dan diimplementasikan melalui pendekatan CTL, kegiatan belajar mengajar di sekolah idealnya mengarah pada kemandirian siswa dalam belajar. Siswa perlu dilatih sedini mungkin untuk mandiri baik di sekolah maupun di rumah. Untuk itu guru harus mampu menciptakan pola pembelajaran yang berdampak luas bagi siswa baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pola pembelajaran itu hendaknya juga mampu mempengaruhi lingkungan dimana siswa itu berada dalam arti ikut mendidik masyarakat sekitar untuk ikut peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Mengacu pada pengertian kompetensi, bahwa ia merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi
78
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.12 Dalam hal ini termasuk untuk mengaplikasikan konsep mata pelajaran Fiqih ibadah, termasuk mata pelajaran Fiqih. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran Fiqih, bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai
dasar ajaran Islam, yang direfleksikan dalam
bentuk kebiasaan berfikir dan berakhlaq (sikap) secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memungkinkan seorang siswa menjadi kompeten dalam mengaplikasikan ajaran Islam. Dalam kaitannya dengan pengembangan pemanfaatan sumber belajar pada mata pelajaran Fiqih melalui metode modelling, bahwa guru telah berusaha untuk menerapkan dan memanfaatkan sumber belajar yang ada, yakni melalui media yang tersedia walaupun masih sangat terbatas. Disamping itu, mengupayakan penggalian dan pembiasaan sikap kepribadian siswa dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun MI Islamiyah Petarukan sudah menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajarnya, termasuk penggunaan metode modeling pada bidang studi fiqih dalam materi shalat ‘id di kelas 4 namun dalam pengembangan sumber belajar masih belum maksimal. Guru masih sangat tergantung pada kehadiran buku tekstual, dan masih sangat jarang guru
12
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 84.
79
yang mau bersusah payah mencari materi pelajaran penyerta atau tambahan untuk melengkapi kekurangan buku pelajaran yang mereka gunakan.13 Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan kemampuan sekolah untuk melengkapi media pembelajaran, seperti CD/DVD, LCD, komputer dan alat-alat audio visual lainnya sebagai sumber belajar yang menunjang proses belajar mengajar. Sejalan dengan realisasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang mengimplementasikan model – model pembelajaran, guru dituntut harus dapat menguasai berbagai macam model pendekatan pembelajaran dengan disertai pemanfaatan sumber belajar yang tersedia atau bahkan menggali sumber belajar lain yang belum terdapat di lingkungan sekolah/madrasah. Arus informasi yang berkembang di masyarakat, tidak menuntut kemungkinan dalam setiap pembelajaran diperlukan pendayagunaan sumber belajar seoptimal mungkin, karena keefektifan pembelajaran ditentukan oleh kemauan dan kemampuan mendayagunakan sumber-sumber belajar yang terdapat di sekitar kita. Kemauan mendayagunakan sumber belajar tersebut tidak hanya berguna untuk kepentingan akademik semata, melainkan merupakan keterampilan umum yang diperlukan dalam kehidupan seharihari. Kemampuan mendayagunakan sumber belajar yang tepat dapat menghemat dana, daya dan tenaga.
13
Hasil observasi, pada tanggal 29 Nopember 2014.
80
Di antara manfaat pendayagunaan sumber belajar dalam menunjang implementasi metode modeling dalam pembelajaran Fiqih, khusunya materi shalat ‘id, antara lain: 1.
Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada siswa. Misalnya melakukan praktek shalat ‘id di masjid.
2.
Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung dan konkret. Misalnya denah, sketsa, foto, film, majalah dan sebagainya.
3.
Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas. Misalnya buku-buku teks, foto, film, nara sumber majalah dan sebagainya.
4.
Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru. Misalnya buku-buku bacaan, ensiklopedia, majalah dan sebagainya.
5.
Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6.
Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat.
7.
Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut. Misalnya buku teks, buku bacaan, film dan lain-lain, yang mengandung daya penalaran, sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar berfikir, menganalisis dan berkembang lebih lanjut.14
14
102-103.
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm.
81
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi, materi keilmuan mata pelajaran Fiqih mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan nilai (value). Hal ini sesuai dengan tujuan pokok pembelajaran mata pelajaran Fiqih yaitu untuk membekali siswa agar dapat: a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan social; b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.15 Jadi pada dasarnya pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang mengarah pada penciptaan yang taat dan bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT. Atas dasar pertimbangan di atas maka menerapkan metode modeling dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqih kelas 4 materi shalat ‘id menjadi sebuah keniscayaan. Karena dengan metode medelling akan lebih
15
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah bab VI, hlm.20
82
mempercepat proses bimbingan dan pembinaan kualitas personil siswa baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan, dalam kegiatan belajar mengajar yang penting adalah dalam pelaksanaan dan keberhasilannya disempurnakan atau dilengkapi dengan berbagai aktifitas walaupun hanya berperan sebagai pelengkap. Dalam pengertian, ativitas di luar proses belajar mengajar formal harus ditetapkan juga secara tertulis, terutama jika proses belajar mengajar atau kurikulum menghendaki itu. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi melalui metode modelling, seorang guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif. Kendati demikian kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas
dan
kreatifitas
guru,
disamping
kompetensi-kompetensi
profesionalnya.16 Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang guru untuk mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran, antara lain: 1.
Menyediakan lingkungan yang kondusif;
2.
Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis;
3.
Mengembangkan sikap empati dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh siswa;
4.
Membantu siswa menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya;
16
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 165.
83
5.
Melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial maupun emosional;
6.
Merespon setiap perilaku siswa secara positif dan menghindari respon yang negative;
7.
Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.17 Dengan demikian sumber belajar yang utama bagi guru dalam
kegiatan proses belajar mengajar adalah tidak cukup hanya tergantung pada sarana sumber belajar yang telah tersedia. Sumber belajar yang telah tersedia harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dan perlu mendayagunakan sumber belajar yang belum tersedia. Ia dapat diupayakan dengan mengembangkan kemampuan diri seseorang untuk senantiasa berorientasi pada wawasan era globalisasi. Hal ini dilakukan agar kita tidak ketinggalan tentang informasi-informasi yang berkembang di masyarakat secara umum. Pembelajaran Fiqih di MI Islamiyah Petarukan diorientasikan agar siswa mampu melakukan ibadah Mahdhah dengan baik dan menjalankan ibadah tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Tujuan akhirnya adalah terciptanya insan kamil. Metode Modelling yang digunakan merupakan upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Pendekatan tersebut merupakan langkah dalam pembelajaran guna membangun karakter siswa yang bertakwa kepada Allah SWT dengan pembiasaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
17
Ibid., hlm. 162-163.
84
banyak kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran, termasuk keterbatasan sumber belajar yang berbasis teknologi informasi. Adapun manfaat dan kekurangan dari masing-masing sumber belajar tersebut antara lain: 1. Manfaat sumber belajar Secara umum manfaat sumber belajar yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar di MI Islamiyah Petarukan melalui metode modelling, antara lain : a. Dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran secara komprehensif, karena siswa tidak hanya mengetahui teorinya namun juga mengetahui bagaimana mengimplementasikanya; b. Pembelajaran berjalan lebih dinamis dan aktif, karena sumber belajar yang digunakan guru tidak monoton dan siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran; c. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena pembelajaran berjalan dengan lebih menyenangkan dan tanpa tekanan. Siswa dapat belajar dari pengalaman yang mereka temuai dalam dunia nyata. 2. Kekurangan (kelemahan) sumber belajar Berbagai macam sumber belajar, baik secara by utilition dan by desain dalam kegiatan belajar mengajar di MI Islamiyah Petarukan telah dilaksanakan secara optimal. Namun demikian, pemanfaatan sumber belajar tersebut mempunyai kekurangan/kelemahan, antara lain:
85
a. Siswa masih sangat tergantung pada guru, yang menunjukkan belum ada kesiapan tentang pendekatan belajar melalui metode modeling; b. Guru masih tergantung pada buku pelajaran dalam satu penerbit, misalnya buku terbitan dari Kementerian Agama saja; c. Guru belum secara maksimal memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, misalnya pemanfataan komputer, sebagai media (sumber) belajar. Metode modeling merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, sehingga selama proses pembelajaran terjadi interaksi aktif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru. Berbagai aktifitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran melalui metode modelling merupakan sarana untuk mengaktifkan siswa dan meningkatkan kualitas guru. Dengan menggunakan metode belajar aktif, guru betul-betul berfungsi sebagai fasilitator sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang akan menumbuhkan kreativitas dan kapabilitas dengan lebih optimal. Dengan demikian para guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam diri anak sesuai dengan taraf pemikirannya. Demikianlah analisis sederhana mengenai implementasi metode modeling pada pembelajaran bidang studi fiqih kelas 4 di MI Islamiyah Petarukan Pemalang.
86
C. Analisi Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Fiqih di MI Islamiyah Petarukan Kabupaten Pemalang 1. Faktor pendukung Sarana dan prasarana yang memadai merupakan dukungan yang sangat fital dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih terutama dengan menggunakan metode modelling. Kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif. Adapun sarana dan prasaran pendukung yang ada di MI Islamiyah Petarukan diantaranya adalah : Masjid yang berada di komplek madrasah, buku paket, alat peraga ibadah dan lain sebagainya. Letak MI Islamiyah Petarukan yang berada di komplek Masjid Jami’
Petarukan
merupakan
menjadi
faktor
pendukung
yang
mempengaruhi siswa-siswinya dalam hal pengetahuan dan amaliahamaliah agama. Mereka sudah tidak asing dalam hal amaliah dan kebiasaan dalam beribadah seperti amaliah sholat id. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fiqih dalam materi sholat id dengan menggunakan metode modelling tidak mengalami kesukaran, karena siswa – siswi kelas 4 sudah sering mengikuti dan melakukan sholat id tersebut, baik dalam Idul Fitri maupun Idul Adha. 2. Faktor Penghambat Kurangnya pengetahuan guru tentang pengembangan
KTSP
menjadikan salah satu penghambat dalam kegiatan pembelajaran. Guru dalam mengajar selalu monoton menggunakan metode ceramah dan tanpa penugasan yang tersetruktur. Seorang guru hanya menyampaikan
87
pelajaran dan juga mengejar target agar materi pelajaran cepat selesai, masalah siswa paham dan tidak paham diabaikan. Sarana multi media pada materi fiqih sangat penting. Melalui pembelajaran multi media siswa bisa melihat langsung praktek ibadah sholat id. Tinggal guru mengambil film atau video rekaman sholat id yang sesuai dengan kondisi lingkungan anak. Ketika sarana multi media ini tidak ada, siswa tidak bisa langsung menyaksikan praktek ibadah sholat id. Sedangkan sholat hanya dilakukan siswa dalam satu tahun dua kali saja. Selain itu, salah satu penghambat dalam pembelajaran Fiqih materi sholat id, yaitu adanya sikap yang cenderung acuh tak acuh dari siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan guru sehingga cukup menyulitkan pelaksanaan metode modelling, terutama ketika di tunjuk untuk menjadi salah satu model dalam pembelajaran. Di samping masalah klasik yaitu ketersediaan jam pelajaran fiqih yaitu cuma 2 jam setiap minggu. Sehingga untuk melakukan praktek ibadah sholat id apalagi di masjid dan mengkondisikan sekitar 30 siswa memerlukan waktu yang cukup lama dalam satu kali praktek atau tatap muka. Dari beberapa hambatan tersebut di atas, ada beberapa hal yang ditempuh oleh MI Islamiyah Petarukan, diantaranya sejalan dengan realisasi
Kurikulum
2013
yang
mengimplementasikan
model
pembelajaran modelling, guru dituntut harus dapat menguasai berbagai
88
macam model pendekatan pembelajaran dengan disertai pemanfaatan sumber belajar yang tersedia atau bahkan menggali sumber belajar lain yang belum terdapat di lingkungan sekolah/madrasah. Dalam hal ini pihak MI Islamiyah petarukan menambah fasilitas sarana online yaitu jaringan internet. Diharapkan guru dapat mengakses setiap informasi yang
berhubungan
dengan
kurikulum
2013
maupun
model
pembelajarannya. Di samping mengikuti sosialisai atau penataranpenataran yang berkaitan dengan hal tersebut. Dalam hal mengaktifkan murid, jalan yang ditempuh oleh guru bidang studi fiqih di MI Islamiyah Petarukan adalah pengorganisasian pembelajaran salah satunya dengan membentuk kelompok belajar (learning community). Konsep learning community ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Pembentukan masyarakat belajar di MI Islamiyah Petarukan ini telah berjalan dengan lancar, tetapi perlu pengawasan dan pengarahan dari guru agar dapat tercapai hasil belajar yang
efektif
dan
efisien.
Dalam
kegiatan
pembelajaran
aktif,
pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Dalam membentuk kelompok belajar (learning community) pengelompokan siswa dibedakan dalam beberapa jenis, misalnya pengelompokan menurut kesenangan berteman, menurut kemampuan, dan menurut minat. Kemudian pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa
89
melakukan refleksi. Realisasinya berupa; pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya.18 MI Islamiyah Petarukan menekankan bagi setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Hal ini akan
menambah
pemahaman
dan
wawasan
guru
sehingga
memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya. Kegiatan belajar mengajar di madrasah diarahkan pada kemandirian siswa dalam belajar. Siswa dilatih sedini mungkin untuk mandiri baik di madrasah maupun di rumah. Guru harus mampu menciptakan pola pembelajaran yang berdampak luas bagi siswa baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pola pembelajarannya hendaknya juga mampu mempengaruhi lingkungan dimana siswa itu berada dalam arti masyarakat sekitar untuk ikut peduli terhadap pendidikan anak-anaknya.19
18
Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB 19 Hasil Wawancara dengan Nur Mustakim guru kelas IV, tanggal 29 Nopember 2014, pukul 10.00 WIB