BAB II PEMBELAJARAN BIDANG STUDI FIQIH MENGGUNAKAN METODE MODELLING
A. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian Pembelajaran Fiqih Pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum penulis menjelaskan pengertian pembelajaran Fiqih terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai beberapa pengertian belajar. Secara bahasa kata pembelajaran berasal dari kata belajar dan mendapat imbuhan pe- dan -an yang berarti ”proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.”1 Sedangkan secara istilah pengertian belajar adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetapkan sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”2 Menurut Moh. Uzer Usman pembelajaran adalah “suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.”3
1
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang : Widya Karya, 2009), hlm. 21. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 92. 3 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 4.
21
22
Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan peserta didik itu sendiri. Untuk itu seorang pendidik dengan mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran maka bagaimana seorang pendidik untuk dapat memberikan motifasi dan semangat kepada mereka ketika beberapa faktor yang datang dari dalam atau dari luar sebagai penghambat bagi mereka. Kata fiqih, banyak fuqaha mendefinisikan berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama, para ahli fiqih mengemukakan bahwa fiqih adalah:
جَْم ُم ْو جعةج ْالج ْحكاجم الشرعية الْ جع جملية الْ ُم ْكتج جسبجة م ْن اجدلجت جها الْتج ْفصْيلية “Himpunan hukum syara’ tentang perbuatan manusia (amaliyah) yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci”.4 Kata Fiqih berasal dari kata faqaha yang artinya ”memahami”.5 Menurut istilah Fiqih adalah ”hasil daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jadi Fiqih adalah ilmu
yang menjelaskan
tentang hukum
syar‟iyyah
yang
berhubungan dengan segala tindakan manusia baik berupa ucapan atau perbuatan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran mata pelajaran Fiqih adalah sebagai proses belajar untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta 4 5
Rahmat Syafe‟i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 19 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm. 321
23
didik, serta dapat meningkatkan kemampuan membangun pengetahuan baru yang di dapat dari pengalaman dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini sesuai dengan komponen pembelajaran secara kontekstual bahwa dengan mengaitkan materi pembelajaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari atau dalam konteks kehidupan nyata maka proses pembelajaran benar-benar bermakna dan membekas dibenak mereka. 6 Sedangkan
mata
pelajaran
fikih
di Madrasah Ibtidaiyah
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang caracara melaksanakan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Fikih
muamalah yang menyangkut pengenalan dan
pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansi mata pelajaran fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.7
6
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2001). hlm. 29. 7 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 67
24
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa
pembelajaran Fiqih adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam rangka memahami konsep Fiqih yang utuh, sehingga peserta didik mampu mengimplementasikan hukum mawaris dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Fiqih sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam (PAI) diterangkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya dasar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama islam.8Dalam hal ini proses pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah tidak terlepas dari peran lembaga Madrasah Ibtidaiyah itu sendiri. Materi pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah tidak lepas dari kurikulum pendidikan nasional yang tidak lain mengacu pada kebutuhan peserta didik dan menyesuaikan perkembangan zaman. Sehingga pembelajaran Fiqih yang dilakukan oleh pendidik benar-benar membekali peserta didik untuk menghadapai tantangan hidupnya dimasa yang akan datang secara mandiri, cerdas, rasional dan kritis. Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari kurikulum yang saat ini ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud adalah kurikulum yang menengkankan pentingnya penguatan kompetensi sikap (spiritual dan sosial) setiap lulusan. Untuk mencapai kompetensi ini, semua mata 8
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remja Rosda Karya, 2004), hlm. 130.
25
pelajaran diupayakan untuk berkontribusi terhadap pembentukan sikap, disamping pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Untuk penyusunan standar isinya, Kurikulum 2013 memakai pendekatan scientific
base:
ilmu
pengetahuan
digunakan
sebagai
penggerak
pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Fenomena alam, sosial, dan budaya menjadi muatan bahan ajar.9 2. Tujuan Pembelajaran Fiqih Dalam undang-undang RI No 20 tahun 2003 pasal 3 disebutkan pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.10 Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
9
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/kurikulum-strategi-kebudayaan, diakses pada tanggal 13 September 2014. 10 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2003), hlm. 2.
26
Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari
sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.11 Pemahaman dan pengetahuan tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sosial. Dan pengalaman yang mereka miliki diharapkan
dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum
Islam, tnggung jawab dan disiplin yang yinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Jadi pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam
11
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 20
27
kehidupan peserta didik senantiasa dilandasi dengan dasar dan hukum Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ruang Lingkup Fiqih Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya. Petunjuk-petunjuk mengenai berbagai aspek kehidupan manusia baik kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun hubungan manusia dengan pencipta-Nya. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif serta menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan yang di dalam filsafat pengetahuan dapat diartikan sebagai faham sesuatu subyek mengenai obyek yang dihadapinya. Sedangkan dalam pengertian sehari-hari pengetahuan dianggap sebagai lukisan atau gambaran melalui satu benda atau hal yang diketahui.12 Ruang lingkup Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi keserasian, keselarasan dan kesinambungan antara: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan sesame manusia, dan c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia)ndan lingkungan
12
Mochtar Efendi, Ensiklopedi Agama & Filsafat, (Jakarta, Universitas Sriwijaya, 2001, Jilid 2), hlm. 402
28
Adapun ruang lingkup bahan mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah terfokus pada aspek: a. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. b.
Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.13
4. Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Materi Sholat Id Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini
dapat
menjamin
terwujudnya
kehidupan
manusia
yang
sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas -luasnya. Petunjuk-petunjuk mengenai berbagai aspek kehidupan manusia baik kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun hubungan manusia dengan pencipta-Nya.
Islam
mengajarkan
kehidupan
yang
dinamis
dan
progresif serta menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan yang di dalam filsafat pengetahuan dapat diartikan sebagai faham sesuatu subyek mengenai obyek yang dihadapinya.
13
Ibid, hlm. 23.
29
Sedangkan dalam pengertian sehari-hari pengetahuan dianggap sebagai lukisan atau gambaran melalui satu benda atau hal yang diketahui.14 Dalam berbagai literatur fikih banyak ditemukan pendapat ulama fiqih membagi fiqih menjadi empat bagian yaitu fikih ibadah, fikih muamalah, fikih munakahat dan fikih jinayah.Ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: a. Fikih ibadah,
yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji. b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.15 Sedangkan dalam penelitian ini akan mengkhususkan pada materi shalat „id, berikut akan peneliti uraikan singkat tentang materi shalat „id. Shalat berarti suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun tertentu”.16 Sedangkan kata „id menurut bahasa berarti kembali, karena ia kembali setiap tahun. Atau kegembiraan yang selalu kembali dengan 14
Mochtar Efendi, Ensiklopedi Agama & Filsafat, (Jakarta, Universitas Sriwijaya, 2001, Jilid 2), hlm. 402. 15 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 63 16 Nazaruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al Ma‟arif, 1977), hlm. 178.
30
kembalinya „Id atau hari raya, atau karena banyaknya anugerah pada hari raya tersebut. Kata „idul
fitri
sering
terdengar
pada
saat
umat
Islam
merayakannya. „Id berarti kembali. Sedangkan fitri yang berarti suci atau bersih, jadi arti kata „idul fitri adalah kembali menjadi suci. Sebelum mengerjakan shalat „idul fitri, perlu memperhatikan beberapa hal yang disunnahkan untuk dikerjakan, yaitu: 1) Mandi lebih dahulu; 2) Memakai pakaian yang paling bagus yang dimiliki; 3) Tidak makan dan minum lebih dahulu; 4) Memakai wangi-wangian; 5) Melalui jalan yang berlainan ketika pergi dan pulang dari shalat „idul fitri; 6) Mendengarkan khutbah „idul fitri dengan khusuk dan tenang; 7) Mengumnadangkan takbir.17 Setelah mengerjakan shalat „idul adha, umat Islam yang mampu dianjurkan menyembelih hewan kurban. Daging hewan kurban dibagibagikan kepada fakir miskin. Karena selalu menyembelih hewan kurban itulah, „idul adha disebut juga „idul kurban, sedangkan disebut „idul haji karena pada tanggal 10 dzulhijah para jamaah haji telah menyelesaikan rukun haji.
17
Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih, Jilid IV Untuk Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah, (Solo, PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008), hlm. 66.
31
Shalat „idul fitri dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal. Waktunya adalah mulai terbitnya matahari sebelum shalat dhuha. Sedangkan shalat „idul
adha
adalah
dilaksanakan
pada
tanggal
10 dzulhijjah.
Pelaksanaan shalat „idul adha dimulai pada pagi hari pukul 06.00 sampai pukul 11.30 siang. Syarat dan rukun shalat „idul fitri sama dengan shalat fardhu lima waktu. Hanya yang berbeda adalah bacaan niat dan takbir pada shalat „idul fitri, terdapat dua belas kali takbir. Tujuh kali takbir pada rakaat pertama dan lima kali takbir pada rakaat kedua. Adapun kaifiat (cara) shalat „idul fitri adalah: 1) Tidak memakai adzan dan ikamah; 2) Menghadap ke kiblat; 3) Berniat mengerjakan shalat „idul fitri di dalam hati; 4) Mengerjakan shalat „idul fitri di dalam hati; 5) Pada rakaat pertama disunahkan takbir tujuh kali, sedangkan pada rakaat kedua disunnahkan takbir lima kali; 6) Mengangkat kedua tangan setinggi bahu pada tiap-tiap takbir; 7) Imam menyaring bacaan shalatnya; 8) Sesudah shalat „idul fitri dibacakan khutbah; 9) Khutbah shalat „idul fitri diawali dengan takbir.
32
B. Metode Modelling 1. Pengertian Metode Modelling Metode pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Dalam praktiknya, pendidik harus ingat bahwa tidak ada metode pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih metode pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, serta kondisi pendidik itu sendiri. Berikut ini akan dijelaskan mengenai metode modelling. Metode modelling ini bersumber pada model pembelajaran langsung dan modelling sebagai pendekatan utamanya. Pembelajaran langsung adalah gaya mengajar dimana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya langsung kepada seluruh kelas. Modelling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada siswa. Modelling mengikuti urutan-urutan sebagai berikut: a. pendidik mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar; b. perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki siswa;
33
c. pendidik mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara yang jelas, terstruktur, dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan; dan d. siswa perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.18 Model-model yang ada di lingkungan senantiasa memberikan rangsangan kepada siswa yang membuat siswa memberikan tindak balas jika rangsangan tersebut terkait dengan keadaan siswa. Ada tiga macam model, yaitu: a. live model; b. symbolic model; dan c. verbal description model Live model adalah model yang berasal dari kehidupan nyata. Symbolic model adalah model yang berasal dari perumpaman. Verbal description model adalah model yang dinyatakan dalam suatau uraian verbal. Model-model itu mencakup model behavioral dan model kognitif. Model behavioral untuk performa yang kasat mata dan model kognitif untuk proses kognitif yang tidak kasat mata. Pembelajaran langsung dengan pendekatan modelling membutuhkan penguasaan sepenuhnya terhadap apa yang dibelajarkan atau dimodelkan dan memerlukan latihan sebelum menyampaikannya di kelas. Pendidik harus kompeten terhadap perilaku yang hendak dimodelkan dalam pembelajaran. Modelling efektif 18
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm, 47.
34
juga menuntut siswa mempunyai atensi dan motivasi terhadap perilaku yang dimodelkan. Tanpa hal tersebut proses observasional lainnya yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung dengan modelling tidak akan berjalan optimal. Proses yang dimaksud adalah retensi dan reproduksi. 19 Atensi adalah siswa yang memperhatikan aspek-aspek kritis dari apa yang akan dipelajari. Atensi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian penting dalam memerhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas.Pada umumnya siswa memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih menarik. Untuk menarik perhatian siswa, pendidik dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan gerak tubuh tersendiri ketika memberikan contoh perilaku tertentu. Retensi adalah siswa yang menyimpan atau mengingat perilaku yang dimodelkan. Retensi adalah mempertahankan atau menyimpan informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan yang disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat. Reproduksi merupakan upaya merekontruksi citra mental dan informasi. Pengkontruksian ini terjadi pada elaborasi informasi. Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Reproduksi merupakan upaya siswa mereproduksi atau melakukan seperti yang
19
Ibid, hlm. 48.
35
dimodelkan. Pada tahap ini baik segala bayangan atau citra mental maupun kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori siswa itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para siswa, pendidik dapat menyuruh siswa membuat atau melakukan kembali hal-hal yang telah mereka pelajari. Motivasi yaitu dorongan yang berfungsi sebagai penguatan segala informasi dalam memori siswa. Pendidik dianjurkan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada siswa yang menunjukan kinerja memuaskan. Siswa yang belum menunjukan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang dipelajari bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya tersebut ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau perilaku yang telah dimodelkan.20 Metode
modelling
memberikan
siswa
kesempatan
untuk
mempraktikkan, melalui peragaan dan keterampilan khusus yang diajarkan di kelas. Metode modelling merupakan metamorfosa dari metode sosiodrama, yakni sebuah metode dengan cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam hubungan sosial. Dengan kata lain guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peran tertentu sebagaimana yang ada dalam kehidupan masyarakat
20
Ibid, hlm. 51
36
(sosial). Hendaknya siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif serta diberi bimbingan atau lainnya agar lebih berhasil.21 Metode modelling pembelajaran
yang
(membuat contoh praktek) adalah metode
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mempraktekkan keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menciptakan skenario sendiri
dan
menentukan
bagaimana
mereka
mengilustrasikan
keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan. Metode sangat baik bila digunakan untuk mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.22 Prosedur metode ini yaitu sebagai berikut: a. Setelah berlangsungnya kegiatan belajar tentang topik tertentu, kenalilah beberapa situasi umum di mana siswa mungkin diharuskan menggunakan ketrampilan yang baru saja dibahas. b. Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok sesuai dengan jumlah peserta yang diperlukan untuk memperagakan skenario yang ada. Umumnya diperlukan dua atau tiga orang siswa. c. Berikan sub-sub kelompok itu waktu 10 hingga 15 menit untuk membuat skenario tertentu yang menggambarkan situasi umum.
21
Sriyono. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA .( Jakarta: Rineka Cipta 2002), hlm.
520. 22
Hisyam Zaini, dkk, Madani, 2008), hlm. 76
Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: Pustaka Insan
37
d. Sub-sub kelompok itu juga menentukan bagaimana mereka akan memperagakan ketrampilan itu kepada kelompok. Beri mereka 5 hingga 7 menit untuk mempraktikannya. e. Tiap sub kelompok akan mendapatkan giliran melakukan pemeragaan bagi siswa yang lain. Beri kesempatan adanya pemberian masukan setelah masing-masing pemeragaan selesai dilakukan.23 Jadi, kesimpulannya adalah metode pembelajaran dapat dijadikan pedoman para pendidik untuk merencanakan, melakukan, mengolah, menilai, dan mengevaluasi aktivitas belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Situasi dan kondisi tersebut diantaranya adalah siswa, fasilitas, media, sarana dan prasarana sekolah serta kemampuan pendidik itu sendiri. Melalui metode pembelajaran ini pendidik dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, gagasan, imajinasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan semua itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Selanjutnya, metode modelling ini dapat diterapkan pada mata pelajaran fiqih. 2. Tujuan Metode Modelling Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.
23
Melvin. L. Siberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 234.
38
Menurut E. Mulyasa bahwa proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan interaksi para peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku yang baik. Dalam interaksi tersebut banyak diketahui oleh faktor internal yang dipengaruhi oleh diri sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan pembelajaran, tugas seorang guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang perubahan perilaku peserta didik.24 Fungsi
ini
mencerminkan
pengembangan potensi manusia.
bahwa
Dalam
pendidikan
sebagai
kehidupannya. Manusia
mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan suatu proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki dalam arti berusaha untuk menampakkan dan mengembangkan (aktualisasi) berbagai potensi manusia dalam Islam juga disebut
fitrah
sebagai potensi dasar yang akan dikembangkan bagi
kehidupan manusia.25 Sedangkan fungsi metode modelling termasuk metode belajar aktif yang berfungsi untuk memaksimalkan potensi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga belajar menjadi aktif, kreatif dan menyenangkan. Adapun tujuan dari metode modelling sebagai metode belajar aktif adalah: a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalaminya; b. Berbuat sendiri; 24
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 100 25
Muhaimin, dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung, Trigenda Karya, 2003), hlm. 153-154
39
c. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok; d. siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual; e. Memupuk sikap kekeluargaan, musyawarah dan mufakat; f. Membina kerjasama antara sekolah, masyarakat, guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan; g. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghidarkan terjadinya verbalisme; h. Pembelajaran menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dengan dinamika.26 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Modelling Metode
modelling sebagai salah satu metode pembelajaran
dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode modelling adalah sebagai berikut : a. Dapat membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
26
hlm.91.
Omar Hamalik , Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) ,
40
c. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.27 Sedangakan kelemahan dari metode modelling menurut Sriyono, adalah sebagai berikut : a. Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat. b. Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara wajar kurang terpenuhi. c. Rasa malu dan takut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi harapan.28 4. Penerapan Metode Modelling pada Bidang Studi Fiqih Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa memerlukan
perencanaan
dan
persiapan
metode
yang
modelling
cukup
dalam
pelaksanaannya sehingga hasil yang dicapai efektif dan siswa memperoleh gambaran yang pasti. Dalam pelaksanaan metode modelling ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan diantaranya: a. Guru merencanakan dan menetapkan urutan-urutan penggunaan bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan; b. Guru menunjukkan cara pelaksanaan metode modelling the way; c. Guru menetapkan perkiraan waktu yang diperlukan untuk demonstrasi dan perkiraan waktu yang diperlukan oleh anak-anak untuk meniru; d. Anak memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut; 27
Syaiful Bahri Djamarah, dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 91. 28 Sriyono, Op.Cit, hlm., 118.
41
e. Guru memberikan motivasi atau penguat-penguat yang diberikan, baik bila anak berhasil maupun kurang berhasil.29 Perencanaan dan persiapan metode
modelling harus diikuti
dengan kesiapan guru, dalam hal ini guru harus merencanakan langkah dalam
metode modelling yang efektif. Adapun langkah-langkah
perencanaan tersebut yaitu: a. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut percakapan dan kegiatan yang diharapkan dapat dicapai / dilaksanakan oleh siswa itu sendiri bila peragaan itu berakhir; b. Menetapkan garis besar langkah-langkah
peragaan
yang akan
dilaksanakan dan sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan oleh guru sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; c. Memperlihatkan waktu yang dibutuhkan; d. Selama peragaan berlangsung kita bertanya pada diri sendiri apakah keterangan-keterangan itu dapat didengar dengan jelas oleh siswa; e. Peralatan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap siswa dapat melihatnya dengan jelas; f. Disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya dengan waktu secukupnya; g. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan murid. Terlebih seringkali diadakan diskusi dan siswa mencoba lagi peragaan dan eksperimen agar memperoleh kecekatan yang lebih baik.30 29
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Rineka Cipta: 2004), hlm. 123-124.
42
Model pembelajaran
modelling merupakan strategi yang
menggunakan model pembelajaran aktif (active learning). Metode ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi. Peserta didik diberi waktu untuk menciptakan skenario kerja sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan. Dalam pembelajaran ini, peserta didik tidak hanya diam atau pasif saja, tetapi mereka dilatih untuk aktif terutama memperagakan atau mendemonstrasikan keterampilan kepada peserta didik yang lain melalui alat
peraga.
Diharapkan
dengan
penerapan
pembelajaran
ini
mempermudah pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran fiqih. Langkah-langkah pembelajaran Fiqih dalam penelitian ini adalah: 1) Guru menyampaikan tujuan dari kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru menyampaikan materi kepada peserta didik; 3) Sesuai instruksi guru, peserta didik dibuat berkelompok terdiri dari 4-5 perserta didik; 4) Guru membagikan alat peraga kepada masing-masing kelompok; 5) Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan peserta didik dalam kelompok;
30
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama¸ (Malang FAK. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2001), hlm. 297.
43
6) Guru memantau jalannya diskusi dan membantu jika ada peserta didik yang kesulitan; 7) Peserta didik
mendiskusikan skenario kerja dalam kelompok dan
berlatih sebelum maju ke depan; 8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kerja masing-masing secara bergiliran; 9) Kelompok yang tidak mendapat giliran maju
ke depan dapat
memberikan masukan kepada kelompok yang persentasi; 10) Guru mengarahkan hasil kerja tiap-tiap kelompok dan memberikan feedback; 11) Evaluasi.