Pembelajaran Visioner Dalam Pembelajaran Bidang Studi Ekonomi Wiwik Retnoningsih IKIP PGRI Bojonegoro E-mail:
[email protected] ABSTRAK Masuknya dampak globalisasi turut mengubah sistem pendidikan yang ada di Indonesia sehingga perubahan demi perubahan terjadi dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut membuat gambaran pembelajaran visioner untuk bidang studi ekonomi. Perubahan tersebut adalah untuk memenuhi dua tujuan utama dari pendidikan ekonomi yakni mendukung peralihan ekonomi ke arah ekonomi pasar di luar negeri dan membangun pemahaman ekonomi global di Indonesia. Hal ini juga dilandasi dari kesadaran bahwa pendidikan ekonomi dan kewarganegaraan sangatlah penting bagi kesehatan ekonomi dan kemantapan politik dari perekonomian pasar demokratis dunia yang baru mulai tumbuh. Untuk mewujudkan tujuan tersebut harus didukung melalui peningkatan keprofesionalan guru, materi pembelajaran, pertukaran, dan pengembangan organisasi. Kata kunci: pembelajaran visioner, bidang studi ekonomi. The inclusion of the impact of globalization changed the education system in Indonesia. The changes make the visionary learning overview of the field of economic studies. The amendment is to meet two main objectives of the economics of education; they are supporting economic transition towards market economies abroad and building understanding of the global economy in Indonesia. It is also based on the awareness that the economic and civic education are essential to the economic health and political stability of the world democratic market economy which starts to grow. To realize these goals, it should be supported through increasing professionalism of teachers, learning materials, exchange, and organizational development.
PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan GBHN 1999-2004 serta perkembangan IPTEK dan globalisasi telah meningkatkan perubahan pada aspek kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan adanya sistem pendidikan dan kurikulum yang bersifat fleksibel dan dinamis serta mampu mengakomodasi keanekaragaman kemampuan siswa, potensi daerah, kualitas SDM, sarana pembelajaran dan kondisi sosial budaya. Kurikulum mata pelajaran ekonomi 1994 yang berlaku di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA), masih bersifat nasional, sarat materi, sebagian materi tumpang tindih pada tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga sebagian kegiatan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Berdasarkan permasalahan di atas, ketetapan MPR No. IV/1999 bidang pendidikan menyatakan perlunya dilakukan pembaharuan sistem pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000 tentang otonomi daerah, perlu pembenahan kurikulum yang dapat mengakomodasi diversifikasi potensi sumber
daya di masing-masing daerah. Untuk itu disusun kurikulum berbasis kompetensi yang lebih fleksibel dan dinamis. Dalam kurikulum ini pemerintah pusat menentukan standar kompetensi secara nasional yang berlaku di seluruh daerah, sedangkan daerah diberi keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masingmasing. Isi materi pelajaran ekonomi dalam kurikulum ini lebih disederhanakan dan difokuskan pada ekonomi sebagai fenomena empirik yang terjadi di sekitar siswa, sehingga siswa dituntut lebih aktif untuk merekam peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi di sekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupannya yang lebih baik. PEMBAHASAN A. Mengembangkan Kurikulum Visioner Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain, prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan. Permasalahannya adalah
bagaimana dan tindakan apa yang pertama diambil jika melakukan pengembangan kurikulum (Budiwalujo, 2006). Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu. Perubahan kurikulum, dalam arti pengembangan, tentu akan berdampak terhadap kesiapan sekolah dan guru untuk mengimplementasikan di depan kelas. Sebab, untuk melakukan perubahan, hal yang sangat mendasar dipahami oleh guru adalah, pertama, pemahaman terhadap manajemen pengembangan kurikulum. Dalam manajemen pengembangan kurikulum, guru akan mengetahui (1) bagaimanakah definisi kurikulum dalam arti luas; (2) bagaimana mendesain dan mengembangkan kurikulum satuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan stakeholder; (3) bagaimana tahapan pengembangannya; (4) apa yang menjadi output dari pengembangan kurikulum tersebut; dan (5) berbagai model pengembangan kurikulum. Kedua, bagaimana menerapkan apa yang disebut total quality management (TQM) agar dapat memberikan jaminan mutu. Dengan begitu, tujuan untuk menghasilkan keluaran untuk kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan peningkatan/perbaikan kualitas terus-menerus dapat dilakukan. Tahapan pengembangan Adapun mekanisme pengembangan kurikulum dapat dilakukan sebagai berikut. Tahap pertama penguasaan manajemen pengembangan kurikulum. Seorang guru yang akan mengembangkan kurikulum dituntut menguasai manajemen pengembangan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum, setidaknya guru akan menemui delapan problem. Pertama, bagaimana membatasi ruang lingkup atau keluasan materi. Kedua, bagaimana mengaitkan relevansi materi dengan kompetensi yang dibutuhkan. Ketiga, bagaimana memilih materi agar ada keseimbangan untuk peserta didik maju dan yang lamban belajar, keseimbangan antara tuntutan pembangunan daerah dan nasional. Keempat, bagaimana mengintegrasikan materi yang satu dengan materi lainnya sehingga tidak terjadi duplikasi. Problem kelima, bagaimana mengurutkan materi dan kompetensi yang diperlukan. Keenam, bagaimana agar materi atau kompetensi berkesinambungan dan berjenjang. Ketujuh, bagaimana merealisasikan artikulasi materi atau kompetensi secara menyeluruh. Terakhir, bagaimanakah materi atau kompetensi yang diberikan dapat menjangkau masa depan atau memiliki daya guna bagi kehidupan peserta didik.
Bandingkan kedelapan problem tersebut dengan Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, khususnya pada bagian prinsip pengembangan kurikulum. Namun, apabila guru hanya disodori buku panduan penyusunan kurikulum yang dibuat Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), tanpa diberi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, jelas guru akan bingung. Oleh karena itu, guru harus diberi pelatihan bagaimanakah langkahlangkah yang harus dilakukan untuk menyusun kurikulum sekolah itu sesuai prinsip-prinsip delapan problem pengembangan kurikulum. Kemudian, pelatihan seyogianya diberikan oleh pakar kurikulum dari perguruan tinggi, bukan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau dinas pendidikan provinsi/kota/kabupaten, seperti yang tertuang dalam buku panduan penyusunan kurikulum terbitan BSNP. Bergantung cara pandang Tahap kedua, pemahaman cara pandang kurikulum. Selama ini ada dua cara pandang kurikulum, yaitu kurikulum diartikan dalam arti sempit dan luas. Cara pandang kurikulum dalam arti sempit adalah bahwa kurikulum hanya berupa struktur kurikulum atau sekumpulan daftar mata pelajaran yang harus diajarkan kepada peserta didik. Adapun cara pandang kurikulum dalam arti luas adalah bahwa kurikulum di samping berupa daftar kumpulan mata pelajaran, juga harus diartikan sebagai kegiatan belajar dan sebagai pengalaman belajar peserta didik. Jadi, jika guru memandang kurikulum dalam arti sempit, mereka akan berpedoman secara ketat pada Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) atau standar isi, bukan pada proses pembelajaran demi penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik. Orientasi pembelajarannya pun akan didominasi guru. Akibat kurikulum dipahami dalam arti sempit, yang terjadi adalah pencapaian target penyelesaian dengan domain kognitif semata. Tentunya cara pandang kurikulum yang demikian akan cocok jika tujuan akhirnya adalah semata-mata untuk memperoleh nilai baik dalam ujian nasional (UN). Padahal, dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dikatakan bahwa SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan. Berbeda dengan cara pandang kurikulum dalam arti luas. Cara pandang ini menuntut kreativitas guru, mengaitkan perilakunya di depan kelas dengan konteks pembelajaran yang menjadi pengalaman dan dibutuhkan oleh peserta didik sehingga orientasi pembelajarannya berpusat pada peserta didik. Literatur menunjukkan, ada banyak metode/cara pendekatan yang telah dikembangkan untuk pembuatan, perbaikan, dan modifikasi kurikulum. Metode tersebut sebagian bersifat heuristik, yang lainnya bersifat analitis. Sulit untuk mengatakan
bahwa metode yang satu lebih efektif dan lebih mudah digunakan dibandingkan yang lain. Perkembangan yang cepat pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai persoalan yang membutuhkan penyelesaian antardisiplin ilmu menambah kesulitan untuk merancang atau mengembangkan suatu kurikulum yang efektif. Prosedur dan perangkat proses pembuatan dan pengembangan kurikulum, seperti yang telah diuraikan dalam delapan problem pengembangan kurikulum di atas mencoba mengurangi kesulitan tersebut dengan langkah-langkah atau tahapantahapan yang logis. Hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa cara tersebut bukanlah resep siap pakai untuk membuat atau mengembangkan kurikulum. Delapan problem pengembangan kurikulum di atas harus dipandang sebagai penahapan agar suatu proses dapat dijalankan dan diikuti. Dengan begitu proses penjaminan mutunya lebih mudah. Fleksibilitas dan adaptabilitas (adaptability) akan membuat penahapan ini menjadi berguna bagi pihak yang peduli akan pengembangan kurikulum yang bermutu. Oleh karena itu, pada kedua tahap itulah letak pentingnya manajemen pengembangan kurikulum yang harus dikuasai oleh guru. Tahap ketiga yang tidak kalah penting adalah penguasaan TQM. Pada tahap ini, penerapan TQM memberikan tujuan untuk menghasilkan keluaran untuk kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan perbaikan kualitas terus-menerus terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan atau kurikulum sekolah. Proses perbaikan tersebut melibatkan semua komponen pada sistem dengan menggunakan cara perbaikan yang saintifik, sistematis, serta mudah dipahami dan dapat dilakukan. Mudah dimengerti kiranya bahwa untuk penerapan TQM tersebut sangat diperlukan riset konsumen. Riset ini digunakan sebagai landasan untuk pembuatan, perbaikan atau modifikasi dari setiap komponen atau perangkat yang berpengaruh terhadap proses maupun penyesuaian yang diperlukan pada sisi masukan maupun pemasok. Penerapan jaminan mutu dalam sistem pendidikan saat ini sudah menjadi keharusan, sesuai tuntutan dan kebutuhan para pemangku kepentingan pendidikan. Gerakan mutu secara luas dan mendalam telah banyak dikembangkan dan dipraktikkan pada dunia industri untuk sistem produksi. Walaupun harus diakui bahwa sistem pendidikan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan sistem produksi. Oleh sebab itu, setelah guru mampu mengembangkan kurikulum, tentunya diperlukan verifikasi/validasi secara terus-menerus agar materi yang dikembangkan selalu up to date untuk kebutuhan pasar. Di sinilah letak pentingnya pemahaman TQM oleh guru agar selalu mampu melakukan plan, do, check, action
(PDCA) agar kurikulum sekolah yang telah tersusun menjadi kurikulum yang visioner. Menurut Tuhusetya (2008), Depdiknas telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Ada dua fasilitas yang disediakan dalam website tersebut, yakni Download dan Baca Online. Menurut Mendiknas, Bambang Sudibyo, masyarakat luas dapat mengakses secara gratis buku dalam bentuk elektronik atau ebook melalui Depdiknas. Guru, murid, pemerintah daerah, ataupun pengusaha diperkenankan untuk mengunduh, meng-copy, mencetak, menggandakan, bahkan sampai memperdagangkannya. Buku yang diterbitkan secara online tersebut, menurut Mendiknas, merupakan buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang telah dinilai kelayakannya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pemerintah menargetkan untuk membeli sebanyak 200 hak cipta buku pada Agustus 2008. Dari sisi ini, kehadiran BSE bisa dianggap sebagai upaya untuk meringankan beban orang tua dalam memenuhi kebutuhan buku teks untuk putra-putrinya. Yang jadi persoalan adalah, sudahkah penyediaan fasilitas elektronik semacam itu diimbangi dengan intensifnya sosialisasi dan pelatihan bagi para guru dan siswa. Kita harus jujur mengakui, kesenjangan desa-kota selama ini masih sangat lebar. Sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan yang sudah demikian akrab dan mudah dalam mengakses internet, kehadiran BSE jelas akan memberikan dampak positif dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Di bawah bimbingan guru, para siswa bisa diajak bersama-sama untuk mempelajari buku secara online, membahas dan mendalaminya secara bersama-sama, melakukan diskusi secara dialogis dan interaktif, sehingga atmosfer pembelajaran pun menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Di tengah peradaban global, memang sudah saatnya sekolah mulai melirik pembelajaran elektronik sebagai upaya untuk melahirkan generasi-generasi masa depan yang tidak “gagap” teknologi; generasi yang mampu berpikir global dan bertindak lokal. Untuk itu, perlu ada sosialisasi dan pelatihan secara intensif tentang pembelajaran berbasis Teknologi dan Informasi (TI) kepada para guru agar mampu memanfaatkan media tersebut secara kreatif dan inovatif. Mudah-mudahan kehadiran BSE menjadi awal yang bagus dalam mempersiapkan generasi masa depan yang cerdas, terampil, kreatif, dan beradab, lewat sentuhan teknologi elektronika mencerahkan. B. Fungsi Dan Tujuan Pembelajaran Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Fungsi mata pelajaran ekonomi adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat. Tujuan mata pelajaran ekonomi di Sekolah Mengah Atas dan Madrasah Aliyah adalah: a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah tangga, masyarakat dan negara. b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya. c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha. d. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional. Ruang lingkup mata pelajaran ekonomi di SMA dan MA dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupannya yang terdekat hingga pada lingkungan yang terjauh. Adapun ruang lingkup pelajaran ekonomi di SMA dan MA adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang secara rinci mencakup aspek-aspek sebagai berikut berekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, dan pengelolaan keuangan perusahaan. Standar kompetensi mata pelajaran ekonomi yaitu: 1. Kemampuan memahami perilaku pelaku ekonomi dalam kaitannya dengan kelangkaan, pengalokasian sumber daya dan barang, melalui mekanisme pasar. Kemampuan memahami konsep ekonomi kemasyarakatan dan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. 2. Kemampuan memahami perekonomian internasional, sistem ekonomi Indonesia, manajemen, pembangunan ekonomi, tenaga kerja, wirausaha dan model pemecahan masalah ekonomi. 3. Pembelajaran ekonomi di SMA dan MA menggunakan pendekatan pemecahan masalah dimana siswa dapat memecahkan masalahmasalah ekonomi di masyarakat terutama dalam mencari alternatif pemecahannya. Agar pembelajaran lebih bermakna maka penyajian materi di mulai dari mengidentifikasi fakta tentang
peristiwa dan permasalahan ekonomi, pemahaman beberapa konsep dan ilmu dasar ekonomi, mencari alternatif pemecahan masalah ekonomi serta menilai kebaikan dan keburukan kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi. 4. Dalam pembelajaran ekonomi perlu diikuti dengan praktek berekonomi. Praktek ini merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa agar memahami fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi melalui pengalaman belajar praktek empirik. Adapun salah satu contoh tema adalah praktek usaha ekonomi sendiri, misalnya membuka warung, praktek di koperasi atau beternak yang produktif. 5. Penilaian hendaknya tidak hanya dilakukan sesaat, akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Di samping itu penilaian bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses, hasil dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai siswa. Oleh karena itu hendaknya dikembangkan sistem penilaian yang berbasis portofolio (portfolio based assessment), yaitu suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh, tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya. Misalnya, untuk menentukan nilai rapor siswa, seorang guru menyimpulkannya dari hasil ulangan harian, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian siswa (anecdotal record), dan laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Semua indikator proses dan hasil belajar siswa itu dicatat dan didokumentasikan. 6. Dalam pembelajaran ekonomi dapat menggunakan berbagai media yang mempunyai potensi untuk menambah wawasan dan konteks belajar serta meningkatkan hasil belajar. Slide, film, radio, televisi, dan komputer yang dilengkapi dengan CD-Room dan hubungan internal dapat dimanfaatkan untuk mengakses berbagai informasi isu-isu lokal, nasional, dan internasional. C.
Kegiatan-Kegiatan Pembelajaran Ekonomi Visioner Mencakup: • Pengembangan keprofesionalan berkelanjutan Untuk mengembangkan tim inti yang terdiri dari para guru pelatih, Tim Pengajar menyelenggarakan program-program Pelatihan Para Pelatih yang memperkuat pengetahuan ekonomi dan keterampilan mengajar para pelatih tersebut melalui pelatihan. Para lulusan yang paling aktif akan diundang untuk mengembangkan lebih lanjut keterampilan
profesional mereka dalam program-program seperti Lokakarya Mitra-Pengajar di mana mereka dan para mentor bersama-sama mengajar para pendidik lokal. “Dampak berganda” yang dihasilkan akan sungguh luar biasa. Dari Pelatihan untuk Pelatih ke Lokakarya Mitra Pengajar hingga ke lokakarya para guru lokal, sebuah infrastruktur pendidikan baru telah muncul, menjangkau jutaan siswa. • Perangkat pembelajaran bagi para guru. Materi publikasi untuk para guru dan berbagai materi pembelajaran. Selain itu, para pendidik dari perekonomian pasar yang sedang tumbuh memerlukan materi-materi pembelajaran baru yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan khusus di negara berkembang. Untuk menjawab kebutuhan ini, pemerintah harus menghasilkan sebuah buku panduan dan menyelenggarakan Lokakarya Melatih Para Penulis untuk para guru di Indonesia. Melalui latihan-latihan menulis yang intensif, bimbingan ahli, balikan dari para rekan sekerja, serta tugas-tugas bersifat tindak lanjut yang dilakukan melalui surat elektronik, maka sejumlah rancangan pembelajaran dapat dikembangkan di Indonesia. • Pertukaran untuk pengembangan keprofesionalan. Pemerintah diharapkan menyelenggarakan karya wisata untuk para pendidik Indonesia dengan negara-negara mitra. Karya wisata tersebut membawa para lulusan Program Pelatihan untuk Para Pelatih mengunjungi berbagai universitas dan sekolah di mana mereka belajar langsung tentang pendidikan ekonomi. Para tamu bertemu dengan para pendidik lokal dan para pemimpin masyarakat, berpartisipasi dalam bebagai lokakarya guru, dan mengambil bagian dalam berbagai kegiatan kebudayaan. Seperti halnya para pendidik internasional mengunjungi setiap negara, pemerintah Indonesia mengirim para pendidik ke luar negeri untuk mengamati berbagai kegiatan pendidikan ekonomi di berbagai sekolah dan perguruan tinggi dan untuk berinteraksi dengan para pemimpin bisnis dan pemerintahan. • Kegiatan pembangunan kapasitas. Untuk mendukung lebih jauh para pendidik ekonomi di Indonesia, pemerintah harus menyelenggarakan berbagai kegiatan diantaranya: a. Pelatihan tentang pengembangan organisasi dan manajemen nirlaba. b. Dukungan untuk proyek-proyek yang diselenggarakan oleh para lulusan program. c. Berbagai lokakarya tentang pembelajaran ilmu ekonomi bagi para siswa sekolah dasar.
d. Evaluasi dan penelitian di bidang pendidikan ekonomi. e. Lokakarya-lokakarya peragaan dalam tiga tingkatan untuk para guru sekolah. f. Kesempatan-kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan serta materi untuk para guru sekolah di Indonesia. D. Pembelajaran Dan Strategi Teknologi Negara Berkembang Dalam Mengejar Ketertinggalannya Menurut Zulkieflimansyah (2008), pembelajaran yang dilakukan negara berkembang adalah sebuah proses yang sulit. Ia melibatkan ketidaksinambungan dalam akuisisi keahlian dan pengetahuan serta merupakan proses yang jauh dari titik kesetimbangan permintaan dan penawaran. Peranan sumber daya manusia yang sangat sentral di dalam melakukan pembelajaran merupakan sumber input yang utama. Pengetahuan dan keahlian semakin mudah dipelajari akibat tingkat kodifikasi yang tinggi pada teknologi yang dewasa serta sistem arsitektur yang terbuka memungkinkan negara berkembang melakukan pembelajaran dari berbagai cara dan titik referensi. Implikasi penting dari kesimpulan di atas adalah terdapatnya skema pilihan strategi yang dapat ditempuh oleh negara berkembang. Dua unsur yang penting untuk diperhatikan adalah pilihan jenis teknologi dan aktivitas inovasi kalangan kerah biru. Pilihan jenis teknologi yang akan dipelajari oleh negara berkembang merupakan kunci strategis yang harus benar-benar dipertimbangkan secara matang. Ilmu ekonomi konvensional biasanya menerapkan kriteria yang sesuai dengan ketersediaan faktor produksi yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan. Karena ketiadaan modal dan tingkat upah buruh yang murah maka rekomendasi biasanya jatuh pada industri yang tidak padat modal dan yang intensitas teknologinya rendah. Menurut Shulin Gu, kriteria ini tidaklah memadai, sehingga diperlukan karakteristik yang lebih mendetail yaitu tingkat kedewasaan teknologi, kompleksitasnya serta karakteristik produksinya (apakah kontinyu atau diskrit). Di sisi pelaku pembelajar, diperlukan pula kriteria kemampuan rekayasa sumber daya manusia yang bersangkutan. Sehingga gambaran pilihan jenis teknologi yang akan dipilih negara berkembang menjadi lebih jelas. Pilihan kelompok jenis teknologi yaitu industri tradisional dan produk yang tingkat teknologinya telah dewasa, teknologi dewasa yang komplek dan diproduksi secara masal, teknologi dewasa yang diproduksi secara khusus, produk bahan baku yang tingkat teknologinya telah dewasa, produk barang modal berupa permesinan dan produk barang modal industri informasi dan komunikasi. Dalam karakteristik pasarnya dipakai sebagai informasi
tambahan yang penting bagi negara berkembang yang jumlah penduduknya besar. Sumber daya manusia dan kemampuan rekayasa dan teknologi menjadi modal dan faktor utama yang dapat meningkatkan tahapan industrialisasi di negara berkembang. Sehingga yang terpenting bagi negara berkembang adalah sejauh mana dalam setiap tahap pembangunan mereka terjadi akumulasi teknologi dan meningkatnya tahapan pembelajaran dalam menyerap dan mengadaptasi pengetahuan dan teknologi yang diimpornya dari luar. Dalam konteks pembelajaran di negara berkembang ini, aktivitas inovasi yang dilakukan oleh sumber daya manusia berkerah biru menjadi amat penting. Hal ini karena sebagian besar tenaga kerja di negara berkembang adalah mereka yang berkerah biru. Dua hal dalam karakteristik tenaga kerja di negara berkembang yang menjadi perhatian adalah pertama, jumlah penduduk yang bertambah secara cepat sehingga menjadi beban ekonomi dan kedua, tradisi ilmiah pengembangan sains dan teknologi yang lemah serta dinamika pembelajaran yang kurang dinamis. Kedua hal ini menyebabkan proses pembelajaran secara imitatif dengan mengandalkan sumber dari pihak luar merupakan pilihan awal yang harus diambil oleh setiap negara berkembang. Dengan sedikitnya modal, inovasi di kalangan kerah biru haruslah dibangun menuju suatu proses pembelajaran yang
DAFTAR RUJUKAN Budiwalujo, Surjanto. 2006. Mengembangkan Kurikulum Visioner. Diakses tanggal 20 Oktober 2011. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi SMA & MA. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003 iv, 28 hal. Dewan Nasional pendidikan Ekonomi. 2006. Program Kerjasama Pertukaran Pendidikan.http://www.geogle.co.id/search?
dinamis. Dua arah yang dapat ditempuh dalam hal ini adalah pertama, dengan memanfaatkan teknologi impor sebaik mungkin dan melakukan adaptasi sesuai dengan kondisi lokal. Dan kedua, dengan melaju mengikuti trajektori teknologi untuk mendapatkan rente inovasi tersebut melalui diversifikasi produk dan jasa. KESIMPULAN Bidang studi ekonomi yaitu mata pelajaran yang mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat. Guru dituntut harus mampu mengembangkan kurikulum. Untuk itu tentunya diperlukan verifikasi/ validasi secara terus-menerus agar materi yang dikembangkan selalu up to date untuk kebutuhan pasar. Di sinilah letak pentingnya pemahaman TQM oleh guru agar selalu mampu melakukan plan, do, check, action (PDCA) agar kurikulum sekolah yang telah tersusun menjadi kurikulum yang visioner. Apabila kurikulum dan sistem pembelajaran yang diterapkan telah menjadi membelajaran yang visioner maka tujuan Indonesia untuk membentuk output SDM yang berkualitas akan terwujud dan Indonesia akan menjadi negara yang mampu berkompetisi dalam ekonomi global.
hl:id&q=pembelajaran+ekonomi&start=40& sa=N. Diakses 5 Oktober 2010. Zulkieflimansyah. 2008. Model Pembelajaran dan Strategi Teknologi Negara Berkembang Dalam Mengejar Ketertinggalannya. Diakses tanggal 20 Oktober 2010. Tuhusetya, Sawali. 2008. Buku Sekolah Elektronik: Terobosan yang Jitu dan Visioner?. http://A Special Gift for Everyone » Blog Archive » A Special Gift For Everyone.htm. Diakses tanggal 20 Oktober 2010.