IKM Dalam Bidang Ekonomi Paper Halaqoh Disusun pada tanggal, 2 Agustus 2013 Pengasuh Prof. Dr. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH
Oleh M. Kholil Mahasiswa Semester 3 Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Halaqoh Ilmiah Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang Agustus 2013
A. Pendahuluan Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu IKM merupakan salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan, dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujut keberpihakan yang tegas pada kelompok usaha ekonomi rakyat. Industri Kecil Menengah (IKM) telah tumbuh berkembang dengan cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan industri kecil memengah yang pesat berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang semakin ketat cenderung menyebabkan tigkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh usaha kecil dan menengah menagarah pada keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu berkompetisi akan tergusur dari persaingan usaha. IKM (Industri Kecil Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, IKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, IKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara indonesia.
B. Pembahasan 1.
Pengertian IKM IKM (Industri Kecil Menengah) atau UKM (Usaha Kecil Menengah)
adalah adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil
adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) Milik Warga Negara Indonesia Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Selain
berdasar
Undang-undang
tersebut,
dalam
perspektif
perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat diklasifikasikan dalam 4 Kelompok, yaitu :
Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).
Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah Menurut World Bank. Menurut World Bank Usaha Kecil Dan Menengah dikelompokkan menjadi tiga kelompok: 1.
Medium Enterprise, dengan kriteria : Jumlah karyawan maksimal 300 orang Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
2.
Small Enterprise, dengan kriteria : Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta 3.
Micro Enterprise, dengan kriteria : Jumlah karyawan kurang dari 10 orang Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu Sedangkan Glendoh (2001) menyebutkan usaha kecil dalam arti luas
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Industri kecil adalah industri berskala kecil, baik dalam ukuran modal, jumlah produksi maupun tenaga kerjanya. b. Perolehan modal umumnya berasal dari sumber tidak resmi seperti tabungan keluarga, pinjaman dari kerabat dan mungkin dari “lintah darat”. c. Karena skala kecil, maka sifat pengelolaannya terpusat, demikian pula pengambilan, keputusan tanpa atau dengan sedikit pendelegasian fungsi dalam bidang-bidang pemasaran, keuangan, produksi dan lain sebagainya. d. Tenaga kerja yang ada umumnya terdiri dari anggota keluarga atau kerabat dekat, dengan sifat hubungan kerja yang “informal” dengan kualifikasi teknis yang apa adanya atau dikembangkan sambil bekerja. e. Hubungan antara keterampilan teknis dan keahlian dalam pengelolaan usaha industri kecil ini dengan pendidikan formal yang dimiliki para pekerjanya umumnya lemah. f. Peralatan yang digunakan adalah sederhana dengan kapasitas output yang rendah pula. Jenis-jenis Usaha Kecil Menengah. Ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba. Ketiga jenis usaha tersebut adalah : a. Usaha Manufakur (Manufacturing Business) Yaitu usaha yang mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada konsumen. Kalau anda bingung, contohnya adalah konveksi yang menghasilkan pakaian jadi atau pengrajin bambu yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagai produk kepada konsumen. Contohnya adalah
pusat jajanan tradisional yang menjual segala macam jajanan tradisional atau toko kelontong yang menjual semua kebutuhan sehari-hari. b. Usaha Dagang (Merchandising Business) Adalah usaha yang menjual produk kepada konsumen. Contohnya adalah pusat jajanan tradisional yang menjual segala macam jajanan tradisional atau toko kelontong yang menjual semua kebutuhan sehari-hari. c. Usaha Jasa (Service Business) Yakni usaha yang menghasilkan jasa, bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen. Sebagai contoh adalah jasa pengiriman barang atau warung internet (warnet) yang menyediakan alat dan layanan kepada konsumen agar mereka bisa browsing, searching, blogging atau yang lainnya. Undang-Undang Dan Peraturan Tentang UKM Berikut adalah list beberapa UU dan peraturan tentang UKM : 1. UU no. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil 2. PP No. 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan 3. PP No. 32 Tahun 1998 tentang pembinaan dan pengembangan usaha kecil 4. Inpres No. 10 tahun 1999 tentang pemeberdayaan saha menengah 5. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang bidang/jenis usaha yang yang dicadangkanuntuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha terbuka untuk usaha menengah atau besar dengat syrat kemitraan 6. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang restrukturisasi kredit usaha kecil menengah 7. Permenag BUMN per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usha milik negara dengan usaha kecil dan progam bina lingkungan 8. Permenag BUMN Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan badan usaha milik negara 9. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikro, kecil dan menengah
2. Ciri-Ciri dan Contoh Usaha Kecil Menengah a. Ciri-Ciri Usaha Kecil 1. Jenis baran /komoditu yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah. 2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah. 3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha. 4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. 5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha. 6. Sebagian sudah akses ke Perbankan dalam hal keperluan modal. 7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. b. Contoh Usaha Kecil 1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja. 2. Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya. 3. Pengrajin industry makanan dan minuman, industry meubelair, kayu dan rotan, industry alat-alat rumah tangga, industry pakaian jadi dan kerajinan tangan. 4. Peternakan ayam, itik dan perikanan 5. Koperasi berskala kecil c. Ciri-Ciri Usaha Menengah 1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain: (1) bagian keuangan, (2) bagian pemasaran, (3) dan bagian produksi.
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan unutk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. 3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada jamsosek, pemeliharaan kesehatan, dll. 4. Sudah memiliki segala persyaratanlegalitas antara lain: (1) izin tetangga, (2) izin usaha, (3) izin tempat, (4) NPWP, (5) upaya pengelolaan lingkungan, dll. 5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbangkan 6. Pada umumnya telah memiliki sumberdaya manusia yang terlatih dan terdidik. d. Contoh Usaha Menengah 1. Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah. 2. Usaha perdagangan (grosir) termsuk ekspor dan impor 3. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar provinsi. 4. Usaha industry makanan dan minuman, elektronok dan logam. 5. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan. 3. Kelebihan Dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah a. Kelebihan Usaha Kecil Menengah 1. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk. 2. Hubungan kemanusian yang akrab di dalam perusahaan kecil. 3. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar yang pada umumnya birokratis. 4. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
b. Kelemahan Usaha Kecil Menengah 1) Kesulitan pemasaran Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar ekspor. 2) Keterbatasan Finansial UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. 3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru. 4) Masalah Bahan Baku Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS. 5) Keterbatasan teknologi Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi,
tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru. 4. Hubungan UKM dan ekonomi Indonesia Di Indonesia, UKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UKM di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UKM yang mendapat akses ke lembaga keuangan. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota. Usaha kecil dapat berperan sangat potensial dan secara nyata menunjang pembangunan di sektor ekonomi yaitu: 1. Usaha kecil merupakan penyerap tenaga kerja. 2. Usaha kecil merupakan penghasil barang dan jasa pada tingkat harga yang terjangkau bagi kebutuhan rakyat banyak yang berpenghasilan rendah. 3. Usaha kecil merupakan penghasil devisa negara yang potensial, karena keberhasilannya dalam memproduksi komoditi non migas.
C. Penutup Kesimpulan IKM (Industri Kecil Menengah) atau UKM (Usaha Kecil Menengah) adalah adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Selain berdasar Undang-undang, dalam perspektif perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat diklasifikasikan dalam 4 Kelompok, yaitu : Livelihood Activities, Micro Enterprise, Small Dynamic Enterprise dan Fast Moving Enterprise Sedangkan ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba. Ketiga jenis usaha tersebut adalah :
Usaha Manufakur
(Manufacturing Business), Usaha Dagang (Merchandising Business) dan Usaha Jasa (Service Business)
Daftar Pustaka Ginting Ir. Perdana. 2007. Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil Menengah. Bandung. Yrama Widya. Manik, K. 2004. Perkembangan Ekonomi Indonesia. Erlangga: Jakarta. Nurliana, Dewi. 2003. Pengembangan dan Pemeberdayaan Usaha Kecil Menengah. Andi Press. Yogyakarta. Suharsono, Kadwi. 2003. Manajemen perencanaan usaha kecil menengah. Jakarta: Gramedia.