BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam
bagian
ini penulis kemukakan
analisis
penelitian dari kasus-kasus yang diteliti, dengan rangkum dicari
menurut
topik-topik yang dibahas,
inti sarinya. Jadi analisis ini
hasil
cara
untuk
kemudian
menggunakan
teknik
induktif sesuai dengan yang telah dikemukakan dalam bab bagian E, mengenai
me-
III
pertanggung-jawaban metodologis. Hal ini
dimaksudkan untuk menyusun teori dari bawah, yang lazira
di-
lakukan dalam 'grounded research.' Dalam penentuan topik-topik analisis, penulis gang
kepada sub-sub masalah seperti yang
berpe-
dikemukakan
pada
Bab I bagian B dengan memperhatikan paradigma penelitian seperti yang dkemukakan pada bagan 7 halaman 102. A. Sumber
dan
cara pengembangan serta jenis
potensi
yang
dua macam sumber pengembangan potensi bagi
para
dikembangkan pada tiap tahapan pendidikan. 1. Sumber pengembangan potensi. Ada kasus
dalam
fisikal
penelitian ini, yaitu : (1)
maupun
sosial),
dan
(2)
Tri
lingkungan Pusat
(baik
Pendidikan
(keluarga, sekolah dan masyarakat). a. Peranan lingkungan dalam meraih prestasi. Secara
teoretis telah dikemukakan
bahwa
mempunyai peranan penting dalam membentuk perilaku karena
lingkungan manusia,
kehidupan tidak bisa terlepas dari lingkungan,
bisa berfungsi sebagai pendukung, maupun 131
yang
sebagai tantangan.
132
Yang
patut dipertanyakan adalah : "Bagaimana individu
berprestasi makna
itu berinteraksi
dengan lingkungannya?
apakah yang paling dihargai oleh mereka
interaksi dijawab
yang Makna-
dari
proses
dengan lingkungannya?" Kedua pertanyaan itu dengan hasil-hasil penelitian terhadap
akan
kasus-kasus
yang dijadikan sasaran. Penelitian peranan
yang
ini menemukan bahwa
lingkungan
penting bagi individu-individu
memegang
dalam
meraih
prestasi di berbagai bidang kehidupan. Namun walaupun
demi-
kian, mereka tidak selalu terikat oleh lingkungannya, karena ada
kenyataan
mendorong
lain, bahwa lingkungan
individu
tertentu
bisa
untuk meninggalkannya. Hal
ini
pula sesuai
dengan teori Geografi Perilaku seperti yang dikemukakan oleh John
R. Gold (1980)
yaitu
bahwa
perilaku individu
dalam
suatu lingkungan tertentu dipengaruhi oleh gambaran-gambaran kognitif
(cognitive
meliputi
kesan
representations)
f image)
dan
skemata
masing-masing, keruangan
yang
(spatial
schemata) tentang lingkungannya. (John R. Gold, 1980 : Apabila
individu
mempunyai
kesan-kesan
positif
41).
tentang
lingkungannya ( baik lingkungan fisikal maupun sosial), maka individu mencari Namun akan
yang
bersangkutan akan tetap tinggal di sana
peluang-peluang yang dapat
menguntungkan
dan
dirinya.
sebaliknya, apabila mempunyai kesan negatif, maka menjauhinya untuk mencari lingkungan baru
yang
ia
lebih
sesuai. Setelah dianalisis, ternyata bahwa antara yang dijadikan
kasus
dengan
individu-individu
lingkungannya
terjadi
suatu
133
proses
transaksional
(transactional), dengan derajat
dan
sikap yang berbeda-beda. Dari keenam kasus yang diteliti, ada empat orang yang terus dan
menetap pada lingkungannya, seorang
berpindah-pindah
seorang lagi meninggalkan lingkungannya
lingkungan
baru
yang
lebih sesuai.
untuk
Bagaimana
mencari
sikap
dan
perilaku tiap kasus dalam menghadapi lingkungannya, terdapat perbedaan yang cukup jelas. "Ki" yang menetap pada lingkungannya, sekarang termasuk orang kaya di desanya. Sejak kecil ia tidak pernah tinggal
di
luar desanya, karena beranggapan
bahwa
lingkungan
dapat memberikan peluang yang menguntungkan, apabila dikelola
dengan
tepat an
baik. Dalam upaya
untuk
menjamin
mencari
kehidupan, ia
fisikal dan sosialnya, sehingga
peroleh Namun nya
kegiatan
dengan
akhirnya berhasil
merupakan
tangkan
mata
pencaharian
yang
keuntungan.
maupun
telah
bukti nyata tentang adanya proses
berkembang
mem-
tidak terjadi sekaligus,, melainkan dijalani-
penuh pengorbanan, baik tenaga
Berganti-ganti
yang
mempelajari lingkung
mata pencaharian yang cukup memberikan hal itu
mana
materi.
dialaminya, adaptasi
guna mencari kesesuaian yang lebih dapat
keuntungan. Hal itu merupakan bukti pula
yapg menda-
bahwa
ia
melakukan transaksi dengan lingkungannya. Ia memulai kegiatannya
dengan berdagang, kemudian
beralih ke
bidang
per-
tanian dan pada saat penelitian dilakukan pekerjaan itu rangkap kegiatan
dan ditambah pula dengan perusahaan huller.
di-
Ketiga
tersebut dikembangkan atas dasar pertimbangan
dan
134
kesan-kesannya (image) terhadap lingkungan serta pengalamanpengalaman masa lampau mengenai ketiga matapencaharian
ter-
sebut yang telah terorganisir dalam dirinya (spatial schemata).
Ia
belaiar dari pengalamannya sendiri,
yang
dimulai
dengan peniruan terhadap kegiatan orang lain. Transaksi terhadap lingkungan sosial yang berhubungan dengan
kegiatan usahanya, lebih bersifat
Apabila
saling
dilihat dari sudut pemaknaan proses
mengikat.
transaksi,
ia
memaknainya dari tiga aspek, yaitu makna ekonomi f sosial dan religiusf waktu
yang ketiganya saling mendukung. Tetapi
bisa pula terjadi penonjolan makna tertentu,
ketiganya
tidak berhasil ditampilkan. Wujud
ditampilkan dalam kepada
sewaktuapabila
pemaknaan
itu
cara berfikir dan bertindak yang menjurus
aspek-aspek
tersebut. Sebagai bukti dari
hal
ini,
dapat penulis kemukakan peristiwa yang paling berkesan dalam hidupnya, yang merupakan salah satu contoh mengenai hal itu. Tahun sangat
1970 ia ditipu orang yang
mempunyai
hubungan
dekat dengannya. Semula orang ini berdalih
meminjam
modal, yang dikabulkan oleh "Kj" dan istrinya dengan kalung
sebanyak
100 gram, karena uang
Namun utang tersebut
kontan
diberi
tidak
sampai saat penelitian ini
ada.
dilakukan,
tidak juga dibayarnya. Ia telah melakukan berbagai upaya untuk menagihnya, namun selalu gagal. Karena ia
merasa
bahwa
hal itu telah berada di luar jangkauan usahanya, maka akhirnya "Kj" dengan istrinya memutuskan untuk tidak penagihan
tersebut,
dan tidak
menuntut
melanjutkan
apa-apa
terhadap
135
orang
Itu, dengan keyakinan bahwa harta benda
bisa
lagi,
tetapi hubungan sosial yang telah retak
sukar
dicari untuk
diperbaiki. Selain dari itu, ia berkeyakinan bahwa Tuhan selalu memberi rijki kepada umat-Nya yang rajin berusaha. Jadi kejadian tersebut memberikan makna lain dalam
hidupnya. Ke-
hilangan materi karena ditipu orang, tidak dianggap suatu
kerugian, namun dimaknai sebagai sesuatu
meningkatkan ketakwaan flan keimanannya
kekayaan
yang
dapat
teyfratifrp Tuh^n Xang.
Maha gpa, serta menambah kehati-hatian Semua
sebagai
dalam mencari rijki.
yang ia miliki tidak dianggap
sebagai
miliknya secara mutlak. Ia beranggapan bahwa apa yang dimanfaatkan oleh dirinya, dalam arti itulah di
telah
dimakan atau dipakai,
yang menjadi miliknya. Sedangkan apa yang masih
luar dirinya, mungkin merupakan rijki orang
dari
hak
ada
lain.
Jadi
penampilan tadi, dapat diambil kesimpulan, bahwa
bagi
dia, benda itu selain dari mempunyai makna
ekonomi,
mempu-
nyai pula makna sosial dan religius dalam
hidupnya.
Dengan
demikian,
dalam
terdapat
suatu sikap
adaptif
menghadapi
peristiwa yang berlangsung, sehingga selalu terjadi
keseim-
bangan antara dirinya dengan lingkungannya. Dalam
berinteraksi dengan sesama
baik di dalam pengalaman.
warga
masyarakat,
atau di luar desanya, ia sering
berguru dari
Hal-hal yang dirasakan merugikan,
baik
sosial maupun material, ia jadikan bahan untuk sikap
mawas
diri dalam berinteraksi. Dengan
pengalamannya, merupakan
modal
kecermatan utama
dalam
bagi
meningkatkan berguru
menganalisis
keberhasilan
moral,
dari
lingkungan
hidupnya.
Jadi
136
sikap
transaksional untuk kasus ini
didapatkannya
melalui
pergaulan hidup dengan sesama warga masyarakatnya. "K2" adalah upaya untuk
seorang ulama yang sejak
mengembangkan potensi dalam
kecilnya
penyebaran
berajaran
Agama Islam. Ia mempunyai cita-cita untuk menjadi guru agama karena
melihat jabatan semacam itu masih jarang di
daerah-
nya. Ia mempunyai keyakinan bahwa dengan ketekunan jari
mempela-
ajaran Agama Islam seperti yang ditunjukkan oleh
Agama
pada
saat ia bersekolah di
dapat
tercapai.
Dari
SD,
pengakuan ini,
cita-citanya tampak
pendidikan terjadi identifikasi dan Imitasi
bahwa
yang
guru pasti dalam
dilakukan
terhadap gurunya. Setelah akan
diuraikan
berhasil
ia belajar pada
berbagai pesantren (hal ini
lebih lengkap pada bagian
lain),
akhirnya
dapat merealisasi cita-citanya menjadi guru
agama
di madrasah dan pesantren yang ia bangun, serta menjadi penceramah tetap dalam pengajian-pengajian yang dilaksanakan di berbagai tempat. Hal ini bisa mendatangkan rasa bahagia pada dirinya karena profesi semacam itu sukar dicapai orang tanpa disertai
ketekunan, baik sewaktu mempelajari
maupun
dalam
menjalankannya. Ia merasa bahwa perjuangannya berhasil, sebelum
muncul
selama masih desa
kader-kader baru, ia dapat
bekerja
dan terus
mampu. Pada saat penelitian ini dilakukan,
Talagasari hanya terdapat dua Ajengan saja yang
di
aktif
dalam pekerjaan tersebut, yaitu "K2" dan ajengan Eman Sidik. Dengan
memperhatikan
kondisi tersebut,
maka
dapat
137
dikatakan setahap, kungan
bahwa kemajuan yang bisa diraihnya
setahap
demi
merupakan hasil dari daya analisis terhadap
ling-
sosialnya. Ia jelaskan bahwa masyarakat di desa
itu
memperlihatkan kecenderungan untuk mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan tentang agama Islam melalui pengajian-pengajian, walaupun harus pergi ke luar kampung halamannya. Gejala meningkat
setelah terjadi
ini
peristiwa G3GS/PKI, namun jumlah
orang yang mampu mengisi kebutuhan itu sangat
terbatas. Pe-
luang
merasa
ini dengan segera diraihnya, karena ia
mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan pengajian
Dengan kondisi semacam itu dapat dikatakan bahwa
telah
tersebut. lingkungan
memberikan peluang yang cukup menguntungkan, baik dalam segi moral
maupun material, yang kemudian
dimanfaatkannya,
se-
hingga ia tetap bertahan di lingkungan tersebut. Setelah
menekuni
bidang usaha tersebut,
ia
selalu
berfikir dan bertindak transaksional terhadap warga masyarakat cara
dan para santri yang berada di bawah asuhannya, menanggapi
keinginan-keinginan mereka.
Tindakan
ia lakukan dengan maksud agar kualitas pekerjaan kuninya
dengan itu
yang dite-
meningkat. Dalam kegiatan sehari-hari tampak bahwa ia memanfaat-
kan dan mengubah lingkungannya. Bukti untuk hal ini bisa dilihat dari hasil-hasil penataan moral dan mental syarakat,
warga
ma-
dari yang semula kurang memahami aspek-aspek
ke-
agamaan {terutama yang berkenaan dengan pengetahuan mengenai ayat-ayat
suci Al Qur'an), menjadi lebih tahu.
Di
samping
itu perilaku religius dari warga masyarakat di sekelilingnya
138
berubah
ke arah yang positif. Sebagai
contoh,
orang-orang
yang tadinya sangat percaya terhadap takhyul, gemar berjudi, tidak suka menjalankan berbagai kewajiban yang berkaitan dengan rukun Islam, sekarang telah berubah ke arah yang liknya .
Banyak lagi perilaku-perilaku religius
seba-
nyata
tampak berubah, dan perubahan itu erat kaitannya dengan
yang ke-
giatan yang telah dilakukan oleh "K2". Namun keberhasilannya itu tidak dicapai dengan mudah. Ia berjuang menghadapi tangan dari orang-orang yang enggan meninggalkan
tan-
kebiasaan-
kebiasaan yang jelek, di samping mengatasi hambatan-hambatan lain yang timbul dalam lingkungannya. Semuanya itu ia hadapi dengan
penuh kesabaran, ketekunan, kerajinan dan
keyakinan
yang kuat bahwa usahanya itu berada pada jalan Allah. Dari hasil temuan itu, bisa ditarik suatu
kesimpulan
bahwa antara dia dengan lingkungannya terjadi transaksi yang saling yang
mengikat dan saling mengembangkan, dicapainya
sangat
bergantung
kepada
karena
kemajuan
respons
warga
masyarakat yang menjadi
lingkungannya. Sebaliknya
kemajuan
dalam bidang penambahan
wawasan keagamaan bagi warga masya-
rakat tersebut, sangat bergantung pada perilaku dan tindakan yang ia lakukan. Lingkungan dimaknai secara soslal f dan
ekonomi
religius. Ia berkeyakinan bahwa pekerjaannya itu
tiada
lain merupakan ibadah kepada Allah. Dengan pekerjaannya
itu
pula ia berhasil mendapatkan relasi dan simpati warga masyarakat yang semakin meluas dan biaya untuk menutupi kebutuhan hidup
bagi
keluarganya. Ia
merasakan
kenikmatan
sebagai
139
hasil dari
kemampuan memaknai transaksi dengan
lingkungan-
nya.
berbagai bukti dan pengakuan
ini,
Dari
kasus
dapat
disimpulkan bahwa pemaknaan secara religius terhadap
berba-
gai proses interaksi transaksional yang dilakukannya, tif lebih menonjol bila dibandingkan
rela-
dengan pemaknaan
dari
aspek lain. "K3" adalah rintahan desa.
orang
yang berhasil dalam
Pada saat ia menjadi guru
bidang peme-
SMP
Muhammadiyah
tahun 1968 bersedia untuk dipilih sebagai Kepala Desa gasari, karena merasa mampu
untuk
mengatasi
lingkungannya
dengan segenap pengetahuan dan pengalaman yang telah oleh selama
menjadi pendidik dan hasil studi
Tinggi STKIP Galuh, Kabupaten antara di
Tala-
di
diper-
Perguruan
Ciamis. Ia berpendapat
bahwa
mengurus masyarakat desa dengan mengurus para
siswa
sekolah mempunyai banyak persamaan dalam pendekatan
metode
yang
bisa dilakukan.
Perbedaannya
terletak
dan dalam
tujuan yang ingin dicapai. Prestasi kerjanya
dimulai
dari
menganalisis segala
ketimpangan yang terdapat dalam lingkungannya, baik maupun
sosial. Selain dari itu, ia analisis
potensi
yang
pula
dapat mendukung upaya pembangunan
fisikal berbagai
di
daerah
tersebut. Demikian pula
terjadi hal yang sebaliknya dari warga
masyarakat Desa Talagasari. Mereka menganalisis kepribadian, pengetahuan dan kemungkinan kemampuan "K3" tentang laan masyarakat, untuk dicari dari
kelebihan
dan
pengelo-
kekurangannya
orang lain. Jadi proses transaksional di antara
kasus
140
ini dengan lingkungannya, bersifat analisis, sehingga
dapat
dinamakan analisis transaksional (transactional analyses). Proses transaksional antara kasus dengan
lingkungan-
nya, tidak terbatas pada tingkat analisis, namun juga rik
makna dari padanya. Kondisi lingkungan
kritis) diberi
yang
meliputi sebagian besar
fisikal
wilayah
(lahan
desa
makna sebagai tempat menampilkan kemampuannya
bidang pengelolaan lingkungan untuk dijadikan lebih tif.
dita-
Kegiatan
sebagai
penduduk
yang
mayoritas
petani,
dalam produk-
dimaknai
media untuk menanamkan ide-idenya dalam upaya
bangunan masyarakat desa. Demikian pula
itu,
pem-
terjadi sebaliknya.
Sosok individu kasus yang memiliki kepribadian,
pengetahuan
dan
masyarakat-
kemampuan yang dinilai positif oleh warga
nya, dimaknai sebagai individu tempat menggantungkan harapan kehidupan
masa depan mereka. Hal ini merupakan ciri
adanya
proses transaksional vang saling mengikat dan saling mengembangkan
di
antara kedua belah fihak. Dengan
macam transaksional itu, maka kedua belah fihak keuntungan, baik yang
terjadi
adanya
kedua
mendapatkan
moral maupun material, sedangkan transaksi
di antara mereka dimaknai dari
segi
sosial,
ekonomi dan religius. Bukti dari kemampuan pengetahuan dan teknik sional "K3" dengan pengelolaan diperbaiki reklamasi
wilayah dengan lahan
transak-
lingkungannya, dapat dilihat dari yang telah mendekati malakukan
darat, guna
upaya-upaya
tingkat
hasil kritis,
konservasi
mengembalikannya
ke
dan
tingkat
141
kesuburan semula. Pada saat itu dilakukan penggantian tanaman
lahan kering dari serai wangi menjadi tanaman
produktif
jangka panjang. Di bidang pertanian sawah, lebih
digalakkan
penanaman sayuran dan palawija sebagai tanaman tumpang pada pematang. Dengan demikian kelemahan yang terjadi
sari dalam
lingkungannya diatasi dengan menggunakan upaya yang didasari oleh
pertimbangan-pertimbangan rasional yang sesuai
dengan
kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Dalam bidang sosial dilakukan pembinaan mental
dalam
bidang keagamaan melalui pengajian-pengajian. Pada saat itulah
ia
tiap
memanfaatkan ajengan untuk melakukan
dusun secara bergantian.
desa,
disampaikan
menyadari ajaran
bahwa
agama
Program-program
tingkat
kepercayaan
karena
masyarakat
sangat tinggi, sehingga apa
yang
untuk
di
pembangunan
pula melalui pengajian ini,
melalui sumber pengajian, lebih mudah dalam
pengajian
ia
terhadap dianjurkan
direalisasikan
bentuk perbuatan nyata. Untuk dapat mewujudkan
norma
hidup sehat pada setiap keluarga, diadakan gerakan kebersihan lingkungan yang
pelaksanaannya
secara rutin ia
monitor
sendiri. Demikian pula dalam upaya pembayaran berbagai kewajiban sebagai warga negara, seperti pembayaran pajak, IPEDA, dan
lain-lain.
Tindakan semacam itu dilakukan
atas
dasar
hasil dari analisisnya tentang karakteristik masyarakat yang masih membutuhkan pengawasan dalam melakukan berbagai atan
pembangunan. Dengan cara demikian,
laun
warga
melakukan
masyarakat berbagai
menjadi sadar
etika
sosial
dan
diharapkan dan
terbiasa
berbagai
kegilambat untuk
kewajiban
142
sebagai warga negara. Sepanjang
melakukan tugas untuk
meningkatkan
hidup warga desanya, ia banyak mengalami
taraf
hambatan-hambatan,
lebih-lebih waktu mangadakan perubahan dalam tata guna lahan darat tadi. Ia dianggap sebagai orang yang akan menyengsarakan
rakyat,
karena lahan pertanian yang
telah
memberikan
hasil yang rutin, secara drastis diubah dengan penanaman pohon-pohon pelindung yang hasilnya belum dapat dilihat. Namun reaksi-reaksi
tersebut
ia hadapi
dengan
penuh
ketekunan
serta keyakinan bahwa reaksi itu akan hilang apabila telah memahami manfaatnya. Ia lakukan
mereka
penyuluhan-penyuluhan
keliling dengan menggunakan mesjid setiap malam. Dengan cara itu,
lama kelamaan rakyat menjadi sadar akan
kegiatan
yang
dilakukannya. Hal ini dapat
maksud-maksud kita
simpulkan
bahwa reaksi keras yang muncul dari rakyat, ia anggap
seba-
gai
baru,
yaitu
penyuluhan yang intensif. Daya adaptif pada kasus ini
cukup
sutau
fenomena yang menimbulkan kegiatan
besar. Dengan berbagai upaya dan kerjasama yang telah dilaksanakan oleh tokoh ini, akhirnya Desa Talagasari dapat meraih berbagai penghargaan dan tanda jasa dari
lembaga-lembaga
yang terkait, atas prestasi-prestasi yang dicapainya.
Peng-
hargaan dan tanda jasa yang dimaksud, adalah : 1. Latihan Pelopor Panteraga dari Kepala Kantor Pembinaan Pendidikan Masyarakat Kabupaten Ciamis, tanggal 7 Oktober 1970. 2. Piagam penghargaan Hansip Wanra dalam Pemilu tahun 1971 dari Dan Sub Ko Kamsung Dan Res 845 Ciamis. 3. Pelunasan Kredit Bimas MT. 1970/1971 dan MT. 1971/1972
143
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
dari Panitia Hari Tani Nasional ke XXI Kabupaten Ciamis, tanggal 24 September 1972. Juara Pertama Perlombaan Desa Tingkat Kabupaten, dengan tanda penghargaan dari Menteri Dalam Negeri, tanggal 17 Agustus 1973. Pelaksanaan Sensus Pertanian tahun 1973 dari Kepala Biro Pusat Statistik, tanggal 20 Agustus 1973. Juara Harapan IV Perlombaan Desa Tingkat Propinsi Jawa Barat tahun 1973/1974, dari Gubernur Jawa Barat, tanggal 8 April 1974. Pembinaan Pengembangan Organisasi serta pengerahan dan penggerakan WANKAMRA HANSIP dari Gubernur Propinsi Jawa Barat, tanggal 19 April 1974. Pemenang Kejuaraan Pasanggiri Desa Terbaik dengan gelar "PANATA KERTA" dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 12 Juni 1974. Pembinaan Desa Teladan dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 7 Agustus 1974. Keteladanan dalam Menunaikan Tugas Sehari-hari, dari Gubernur Jawa Barat, tanggal 17 Agustus 1974. Penarikan IPEDA tahun 1974 (karena dapat dilunasi sebelum tahun fiskal 1974) dari Kepala Kantor IPEDA Wilayah Propinsi Jawa Barat, tanggal 3 September 1974. Keterampilan dan Prestasi dalam pemasukan income Pemerintah Daerah (khususnya dalam pemasukan IPEDA) tahun fiskal 1974, dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 25 Oktober 1974. Partisipasi dan bantuan terhadap Tim Siaran Pedesaan Propinsi Jawa Barat, dari Fakultas Publisistik UNPAD, tanggal 3 Desember 1974. Pelunasan IPEDA sebelum akhir tahun fiskal 1975, dari Kepala Kantor IPEDA Wilayah Jawa Barat, tanggal 26 Mei 1975. Pemasukan IPEDA tahun fiskal 1975 dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 12 Juni 1975. Juara I Realisasi Areal dan Pengembalian Kredit BIMAS MT. 1974, dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 12 Juli 1975. Dari Resimen Induk Daerah Militer VI Siliwangi Sekolah Calon Bintara, untuk segala bantuan yang diberikan, tanggal 10 Pebruari 1976. Pelunasan IPEDA sebelum tahun fiskal 1976, dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 26 Oktober 1976. Juara II Usaha Penyelamatan Kelestarian Tanah, Hutan, Air, dalam bidang Trasering, dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 10 Juni 1977. Pelunasan IPEDA tahun fiskal 1977, dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tanggal 12 Juni 1977. (Laporan Usaha dan Kegiatan Pembangunan Desa Talagasari, 1980 ; 8-9, disusun kembali menurut urutan waktu). Dengan bertitik tolak dari pemahaman lingkungan
yang
144
dijadikan landasan untuk kegiatan dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala Desa, maka berbagai kelemahan dapat sehingga ia berhasil mendapatkan masyarakat. batin,
diatasi,
simpati dan nama baik dari
Melalui pekerjaan itu ia
mendapatkan
walaupun diukur dari segi ekonomi
kepuasan
untuk kepentingan
dirinya, tidak mempunyai makna yang tinggi. Oleh kasus
ini,
proses
interaksi
segi
sosial
dan religius, seperti yang terjadi pada
yang
transaksional
lebih dimaknai
dari diri
kasus
kedua tadi. Hal ini sesuai dengan latar belakang
pen-
didikan agama Islam yang telah dialaminya, baik pada keluarga, pesantren, maupun pada lembaga pendidikan formal (PGA). "Kg" sejak kecil tidak pernah meninggalkan an/kampung halamannya. Ia mempunyai dapat memberikan berbagai setiap
peluang
kesan bahwa
lingkunglingkungan
yang menguntungkan
orang yang pandai mencarinya. Sejak kecil
dididik
oleh ayahnya untuk mengenal dan
bagi
ia
mengambil
telah manfaat
dari lingkungan. Kewajiban membantu ayahnya untuk menjajakan tahu
ke kampung-kampung, ia rasakan sebagai suatu
berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya.
Dalam
latihan pekerjaan
itu ia dilatih untuk mengadakan transaksi melalui perdagangan, sehingga transaksi
sosial secara
dari segi ekonomi. Dengan
lambat laun
dimaknai
demikian ia mendapatkan
kepuasan
dari menabungkan uang hasil jerih payahnya. Waktu mendagangkan
menjadi
guru SD,
pekerjaan
memproduksi
tahu tersebut, tetap dilakukan, bahkan
ditingkatkan, baik kualitas maupun annya itu. Hal ini
dan makin
kuantitas barang dagang-
disebabkan oleh proses transaksi
dengan
145
sesama warga masyarakat di sekitarnya yang sering mendatangkan
keuntungan
keliling
materi. Selain dari
dilakukan
perdagangan
ke tiap kampung, ia memanfaatkan pasar yang terle-
tak tidak jauh dari tempat tinggalnya, sebagai tempat berjualan tahu hasil buatannya. Dengan kegiatan tersebut bahwa
ia
berhasil mengadakan transaksi
dengan
berarti
lingkungan
fisikalnya. Di samping berjualan tahu, secara berangsur-angsur ia bergerak
pula di bidang pertanian dengan
memperluas
lahan
garapan, karena ia merasa mampu mengerjakan pekerjaan tersebut, dan melihat masa depan yang akan menguntungkan dirinya. Ia berpendapat bahwa harga lahan tidak akan turun, dan tidak banyak
orang yang mau bekerja di bidang
pertanian.
Mereka
lebih banyak yang memilih bidang perdagangan dan jasa. kenyataan
itu,
transaksional
ia berhasil pula dalam terhadap
melakukan
lingkungan fisikal
dan
Dari
analisis sosialnya.
Sekarang ia menjadi seorang petani terkaya di desanya, diraihnya dengan meniti jenjang kehidupan yang tidak
yang terle-
pas dari lingkungan. Keberhasilan tersebut banyak berhubungan
dengan keterampilan menganalisis dan memanfaatkan
pelu-
ang yang ada. Perilaku kasus dalam meraih prestasi ngan dan
sehubungan
pemahaman terhadap lingkungan, bisa berdampak negatif.
Dampak positifnya adalah
bahwa
ia
de-
positif berhasil
mencapai prestasi pribadi sesuai dengan cita-citanya menjadi orang
kaya. Dampak negatifnya ialah bahwa kasus
ini
dapat
146
mencapai lahan
prestasi
yang dengan
tidak
sengaja
orang lain berkurang, walaupun
paksaan.
Hal
ini tidak tampak
tidak
sebagai
menyebabkan
dibeli
suatu
dengan
eksploitasi
terhadap orang lain, karena orang-orang yang menjual nya
lahan-
didesak oleh kebutuhan mereka. Jadi fihak manakah
yang
menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat, agak untuk
ditentukan,
karena
banyak
bergantung
pada
sukar proses
transaksi jual-beli tersebut. Namun yang jelas bahwa di
an-
tara keduanya terjadi pula suatu proses transaksi
sa-
y^pg
ling mengikat atau saling mengembangkan yang sifatnya simbiosa mutualistis. Ia sebagai tungan
pembeli
lahan, mendapat
karena luas lahannya bertambah,
sedangkan
keunpenjual
mendapatkan keuntungan karena kebutuhannya terpenuhi. Dari
kenyataan-kenyataan yang tampak pada kasus ini,
dapat ditarik kesimpulan bahwa transaksi dengan nya,
diberi
makna dari sudut ekonomi yang
lingkungan-
lebih
menonjol
dari pemaknaan dari bidang lain. Bentuk
adaptasi yang dilakukan
terhadap
lingkungan
yang berubafr-ubahr ditunjukkan oleh seorang kasus, yang kita namakan "K5". Perubahan lingkungan ini kerjaannya
sebagai
disebabkan
pegawai negeri yang
pindah. Mula-mula ia menjadi Komandan
selalu
oleh peberpindah-
Seinendan pada
jaman
Jepang, kemudian menjadi Komandan Polisi pada jaman kemerdekaan,
yang
menjabat
semuanya dijabat di Desa
jabatan
Kawali.
Agen Polisi Pamong Praja
Kemudian
yang
ia
meningkat
menjadi Jurutulis Camat di Kecamatan Cipaku. Jabatan-jabatan selanjutnya
secara
berturut-turut ialah
s
Kepala
Kantor
147
Kawedanan Kawali (1960 - 1966), Mantri Polisi Kecamatan
Ci-
paku (1967 - 1971), Mantri Polisi Kecamatan Panawangan (1972 1978), dan akhirnya diangkat menjadi Camat
di
Kecamatan
Padaherang (1978-1980). Setelah masa pensiun pada tahun 1980 ia
kembali ke Desa Kawali menjadi seorang pengusaha
kenda-
raan angkutan umum. Dalam mengadakan
setiap
lingkungan, ia selalu
berupaya
interaksi dalam bentuk transaksi yang
untuk
mempunyai
nilai sosial yang religius, sesuai dengan sifat pekerjaannya sebagai pengelola masyarakat. Di mana pun ia
berada, selalu
menganalisis lingkungannya, baik fisikal maupun sosial. itu disebabkan karena ia selalu
Hal
memasuki lingkungan - ling-
kungan baru, yang menuntut adaptasi-adaptasi baru pula. Suatu hal yang tampak khas pada kasus ini ialah bahwa pada masa memangku jabatannya sebagai kat di mana pun ia berada, selalu kan
pengelola masyara-
berupaya untuk
sukses dalam pekerjaan-pekerjaan yang
mendapat-
mempunyai
bagi kehidupan sosial dan religi. Sedangkan pada waktu
makna pen-
siun, aspek tersebut tidak ditinggalkannya, bahkan digunakan sebagai
dasar
demikian
untuk
meraih
makna-makna
ekonomi.
maka
setiap
transaksi yang
lingkungannya,
selalu
diorientasikan kepada
tersebut
dilakukan
dengan penekanan yang berbeda-beda
kondisi pada saat terjadinya proses
Dengan terhadap
ketiga sesuai
interaksi, namun
nilai dengan peni-
laian religius selalu mendapatkan tempat tempat tertinggi. Semakin meningkatnya pemaknaan proses Interaksi
dari
148
»
sejak ia mengadakan interaksi dengan seorang daraan
pengusaha ken-
angkutan umum, Pak Aceng di Buniseuri pada
saat
ia
menjabat pekerjaan sebagai Kepala Kantor Kecamatan di tempat tersebut (hal ini diuraikan pula dalam bagian lain).
Inter-
aksi itu semula dilakukan dalam bentuk formal yang bertalian dengan profesi "Ks" yang lambat laun berubah menjadi
trans-
aksi
Proses
yang saling mengikat dan saling mengembangkan.
saling
menganalisis
karakter
masing-masing
kedua belah fihak, sehingga keduanya merasa sifat dan
kepribadian serta
saling
terjadi ada
kesesuaian
ketergantungan
tingan. Akhirnya antara kedua individu ini terjadi persahabatan diraih
yang cukup erat. Prestasi-prestasi
oleh kedua
masing,
belah
fihak
dalam
pada
kepenhubungan
yang
perusahaan
mempunyai kaitan yang erat dengan proses
bisa
masingtransaksi
di antara keduanya. Selain dari sikap untuk memanfaatkan
lingkungan
se-
perti telah dikemukakan tadi, bisa pula terjadi hal yang sebaliknya. Bila
individu
mempunyai kesan yang kurang sesuai
dengan dirinya, maka individu yang bersangkutan akan ke luar dari
lingkungannya dan mencari lingkungan baru
yang
lebih
sesuai. Sikap meninggalkan lingkungan ini dapat dilihat pada seorang kasus saja, yang penduduk
peneliti
namakan " K ^ . Ia seorang
Desa Talagasari yang sejak kecilnya kurang
merasa
cocok
dengan kehidupan pertanian seperti yang digarap
kedua
orang tuanya. Hal ini terbukti dari
terus
melanjutkan
tinggi
di
luar
sekolah ke
keinginan
tingkat-tingkat
desanya, walaupun
orang
yang
tuanya
oleh untuk lebih
terlihat
149
kurang
menyetujui. Ia ingin meninggalkan
sebagai petani untuk mencari bih
sesuai
tradisi kehidupan
bentuk kehidupan lain yang le-
dengan perkembangan dan perubahan
sosial
yang
selalu terus terjadi. Menurut anggapannya, hidup dari pertanian
pada suatu saat akan
karena
mengalami batas-batas
tertentu,
luas lahan tetap, sedangkan jumlah penduduk
semakin
bertambah dan produktivitas tanah akan berkurang. Jadi lingkungan
yang oleh kasus-kasus lain dianggap memberikan pelu-
ang yang gai
menguntungkan, oleh kasus ini diberi
seba-
pendorong untuk mencari lingkungan lain. Peristiwa
mem-buktikan kesan
makna
bahwa perilaku manusia sangat tergantung
mereka terhadap lingkungannya. Jadi
lingkungan
sama, bisa menimbulkan perilaku yang berbeda, karena
ini pada yang
pemak-
naan terhadap lingkungan itu berbeda-beda. Dengan diperoleh bahwa
memperhatikan kenyataan-kenyataan yang
dari semua kasus dalam penelitian
ini,
antara individu dengan lingkungannya,
ternyata
terjadi
interaksi transaksional, dengan pemberian makna yang da-beda,
sehingga
menimbulkan perilaku
yang
Kluck
dengan
lingkungannya seperti
yang
dikemukakan
Hohn, maka individu-individu yang berprestasi
termasuk
manusia
dimanfaatkan.
yang memandang lingkungannya
suatu berbe-
berbeda-beda
pula. Kalau dihubungkan dengan teori tentang hubungan sia
dapat
manuoleh unggul
vmtyH
bisa
Apabila dihubungkan dengan konsep dalam
Geo-
grafi, maka mereka termasuk orang-orang yang menganut konsep posiblllsme).
karena mereka merupakan
agen-agen yang
aktif
150
secara
bebas
membuat pilihan-pilihan
kultural
di
antara
sejumlah kegiatan yang mungkin dilakukannya pada lingkunganlingkungan
tertentu, dalam
batas-batas potensi yang
likinya. Mereka tidak cepat menyerah kepada mun
dimi-
lingkungan, na-
secara kreatif mereka selalu mencari upaya-upaya
dapat ke luar untuk
dari
selanjutnya
untuk
permasalahan-permasalahan yang dialami, meraih
prestasi-prestasi
lain
apabila
kegiatan yang telah dipilihnya menemui kegagalan. Berpindahpindah
mata pencaharian yang dilakukan oleh beberapa
sepanjang dapat
perjalanan
hidup mereka,
memperkuat pendapat
merupakan
kasus
bukti
yang
ini.
Perubahan-perubahan situasi kemasyarakatan dari jaman ke jaman, selalu mereka adaptasi dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Semua-
nya itu didasarkan pada pemikiran yang matang untuk satu
memilih
kegiatan dari sejumlah alternatif kegiatan yang
disusunnya.
telah
Kenyataan tersebut berkaitan erat dengan
teori
Environmental Behavior Relationship seperti yang dikemukakan oleh
Baikei
(1968) yang
menyatakan bahwa
ecology or ecological psychology approach behavior
relationships
as
:
"The
social
views environment
two way streets
or,
in
other
words, as ecological interdependences" (Paul A.Bell, 1976 83).
Saling ketergantungan dalam ekologi ini dapat
:
berarti
bahwa bukan hanya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku individu, tetapi individu pun bisa memberikan terhadap telah
pengaruh
lingkungannya. Hal ini dibuktikan oleh kasus
berhasil
mengubah lingkungan alamnya
menjadi
yang lebih
151
produktif. Kenyataan-kenyataan tersebut bisa pula dengan
dikaitkan
teori Geografi Perilaku yang menyatakan bahwa
(image)
tentang lingkungan dan skemata
peranan
penting
dalam menentukan
keruangan
perilaku
kesan
memegang
manusia
dalam
lingkungan tertentu. Dari kasus yang diteliti, terdapat kesan
tentang lingkungan
mereka, yaitu : (1) bahwa
dua ling-
kungan merupakan sesuatu yang dapat memberikan peluang untuk dimanfaatkan,
dan
(2) lingkungan sudah
kurang
memberikan
peluang yang dapat dimanfaatkan. Kesan pertama dimiliki oleh lima
orang kasus, dan kesan kedua hanya dimiliki oleh
satu
kasus saja, yang berupaya untuk dapat ke luar dari lingkungan
tempat kelahirannya. Kedua kesan yang
berbeda itu
erat
kaitannya dengan tujuan hidup dan pemaknaan masing-masing. Dari kenyataan-kenyataan seperti yang telah dikemukakan
tadi, dapat
dikatakan
bahwa : Orang-orang yang
dapat
meraih prestasi adalah mereka yang mampu mencari dan memberi makna
terhadap proses interaksi transaksional dengan
kungannya,
serta memandang lingkungan sebagai
j.j.ng-
potensi
dan
tantangan untuk diatasi secara rasional. b. Peranan pendidikan dalam steraih prestasi. Suatu
prestasi dalam hidup manusia
gabungan dari proses pendidikan dan mengembangkan
potensi-potensi
yang
merupakan
hasil
pengalaman dalam
upaya
dimiliki
oleh
individu
dalam kesatuan sosialnya. Setiap pusat
memiliki
peran-peran
tertentu
yang
saling
setiap
pendidikan
mengisi
melengkapi sesuai dengan fungsinya, sehingga individu
atau dapat
152
mengembangkan potensi yang berbeda-beda. dalam bagian ini adalah jawaban
Yang akan
terhadap
dibahas
pertanyaan-perta-
nyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa
yang
menjadi sumber pendidikan sosial
bagi
setiap
individu yang berprestasi? 2. Bagaimana cara mengembangkan
individu-individu
yang
potensinya pada setiap
berprestasi sumber
itu
pendidikan
sosial? 3. Jenis
potensi
apa yang dapat dikembangkan
pada
setiap
tahapan pendidikan sosial itu? 1. Sumber pendidikan sosial. Dari kasus-kasus yang diteliti diperoleh suatu
hasil
yang dapat membuktikan bahwa Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat) bekerja-sama dalam mendorong individu untuk dapat berprestasi bangan
potensi
pendidikan
yang
dalam
pertama bagi
hidupnya. Sumber setiap
pengem-
individu
keluarga. Namun potensi-potensi apa
ialah
yang
dapat
dikembangkan dalam keluarga ini, berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Demikian pula cara pendidikan yang hubungannya pendidikan
dengan
cara-
dilakukannya. Keanekaragaman ini
erat
status sosial-ekonomi keluarga, tingkat
dan pengalaman orang tua, serta
jumlah
anggota
keluarga. Sumber pendidikan berikutnya yang dialami sus
adalah
masyarakat.
lembaga Pada
pendidikan formal
setiap
lembaga
dan
setiap ka-
pendidikan
&L
pendidikan itu pun dapat
153
dikembangkan potensi-potensi yang berbeda. Dalam ini,
menelaah
penulis
sumber-sumber
gunakan pula
kerangka
pengembangan orientasi
potensi
Pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial/pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
tercantum
dapat
pada bagan 2 halaman
mengetahui
berupaya
bagaimana
mengembangkan
tiap
31.
seperti
Maksudnya
lembaga
untuk
pendidikan
kemampuan-kemampuan
yang
itu
penting
dimiliki anak untuk menghadapi kehidupan dalam masyarakat. a. Pendidikan keluarga. Dalam pendidikan keluarga, ternyata bahwa ayah mereka mempunyai berarti
pengaruh yang lebih besar dari ibu. bahwa ibu tidak berperanan dalam
Namun
bukan
pendidikan
anak,
hanya statusnya saja berada di bawah ayah. Keduanya memiliki cara mendidik yang berbeda-beda. Ayah sering berlaku sedangkan menjadi
ibu rata-rata berlaku lemah lembut, tempat berlindung bagi mereka
sehingga
apabila
mempunyai
peran dalam mengembangkan etika sosial, baik dengan mapun
melalui
dongeng
ia
mendapatkan
perlakuan yang agak keras dari ayahnya. Ibu lebih
nasihat-nasihat,
keras,
melalui
pengantar
tidur,
sedangkan ayah lebih berperan dalam hal mengembangkan kemampuan
partisipasi
melalui
berbagai
sosial
bagi
kehidupan
tugas rutin yang harus
keluarga mereka
dengan
kerjakan.
Kondisi ini ditemui pada semua kasus. Telah keluarga keluarga,
erat
dikemukakan bahwa cara-cara kaitannya
dengan
:
pendidikan
status
dalam
sosial-ekonomi
tingkat pendidikan dan pengalaman orang tua,
dan
154
jumlah anggota keluarga yang masing-masing berbeda, sehingga hasilnya pun akan berbeda. Bila dilihat dari kelas posial ekonomi keluarga kasus dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu : (1) kelas
ngah,
dan
(2) kelas agak rendah.
Yang
termasuk
kelas
menengah ada tiga kasus, yaitu orang tua
mene-
keluarga
*K2",
"K4"
dan "K3". Sedangkan yang termasuk keluarga kej.as agak rendah ada
tiga kasus pula, yaitu orang tua "K5", "Kg"
dan
"Kj".
Pengelompokan ini didasarkan atas pengakuan individu-individu yang menjadi kasus, diperkuat oleh penilaian dari beberapa orang yang dijadikan sumber triangulasi dalam
penelitian
ini. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan dan pengalaman
orang tua, maka dapat dikatakan bahwa orang
tua
mereka
tidak memiliki perbedaan yang menonjol dalam kedua hal sebut.
Namun pada umumnya orang tua yang mempunyai
ter-
tingkat
pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan kesempatan yang
luas kepada anak-anaknya untuk dapat meraih
prestasi-
prestasi dalam hidupnya melalui jenjang pendidikan yang suai
dengan kemampuan masing-masing. Hal ini tidak
se-
berarti
bahwa aspek tersebut berdiri sendiri, tetapi erat pula kaitannya jumlah
dengan aspek kemampuan dalam membiayai sekolah tanggungan keluarga. Ketiga aspek itu
serta
berkombinasi,
saling tunjang-menunjang, sehingga semuanya dapat
mendukung
pencapaian tujuan pendidikan anak. Apabila dilihat dari latar belakang pendidikan
orang
155
£uaf
semua kasus mempunyai orang tua yang
pendidikan
yang relatif sama, yaitu
berlatarbelakang
berpendidikan SD
dan 5 tahun). Hanya ada seorang yang ditambah dengan
(
3
pendi-
dikan pesantren, yaitu ayah "K3". Bila
dilihat
dari
pengalaman
hidupnya *
terdapat
sedikit perbedaan di antara mereka. Ayah "K5" pernah menjadi pembantu rumah tangga Wedana Kawali, di samping sebagai
pe-
dagang
dari
makanan
sebagai
dan
minuman kecil. Ayah
petani, ia juga pernah berperan
"Kg"
selain
sebagai
pengusaha
industri tahu. Ayah "K4" selain dari sebagai petani, menjadi
pernah
Kepala Kampung Cilongok Desa Talagasari. Ayah
"K2"
hanya berperan sebagai imam di kampungnnya. Ayah "£3" selain dari
petani, ia juga
sebagai pedagang dan pimpinan
tren, sedangkan ayah na
proses
pesan-
hanya sebagai petani saja. Bagaima-
pendidikan masing-masing
kasus,
akan
dibahas
pada uraian berikut ini. "K2" yang merupakan salah satu dari dua orang bersaudara,
mendapatkan
ayahnya
yang
mendidik
yang
pendidikan keagamaan
berperan
sebagai Imam
dilakukan orang tua,
sejak
di
kecil
dari
kampungnya.
Cara
tidak
Dengan
pendidikan
ajaran
agama, tetapi juga mendapatkan pengetahuan
etika
dan
semacam itu, ia bukan
terlalu
keterampilan-keterampilan
sosial, walaupun
saja
dalam
keras.
mendapatkan mengenai
berpartisipasi
dalam bentuk-bentuk sederhana, yang
dimu-
lai dari kehidupan dalam keluarga sendiri. Ia diajari bagaimana menghargai dan menghormati orang yang lebihtua, mana tunduk dan patuh terhadap
perintah-perintahnya,
bagaiserta
156
bagaimana saling menolong di antara sesama anggota keluarga, kapan
dan
bagaimana ia harus mengasuh adiknya,
dan
lain. Semua itu bukan hanya diberikan dalam bentuk
lain-
nasihat,
namun lebih banyak dalam bentuk praktek. Selama mendapatkan kedua
hidup dalam asuhan keluarga, ia tidak pengetahuan
orang
tentang ilmu-ilmu
pernah
sosial,
tuanya tidak memiliki kemampuan
karena
dalam
bidang
itu. Sedangkan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan, ia
temukan
dalam bentuk-bentuk
sederhana
bagaimana agar ia tetap bisa bermain
pula.
dengan
Misalnya
teman-temannya
setelah terjadi bentrokan, bagaimana ia harus mengurus
diri
apabila kedua orang tuanya tidak ada di rumah, Dalam kondisi banyak
tugas dari sekolah, bagaimana
tugas rutin di
rumah untuk
caranya
agar
tugas-
membantu orang tua tetap berja-
lan • Pendidikan langsung tahun
dalam keluarga bagi kasus ini hanya
selama ia berada pada pendidikan SD
berikutnya,
dan
karena setelah tamat dari SD,
ber-
beberapa ia
lebih
banyak mendapatkan pendidikan di pesantren-pesantren. Pilihan melanjutkan
secara
pendidikan
bebas yang diberikan setelah tamat SD,
ayahnya
dalam
memberikan
ciri
bahwa kasus diberi hak secara bebas untuk menentukan pilihan sendiri dalam menentukan arah pendidikan yang ia Hal ini pun bisa kita masukkan ke dalam pendidikan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam menentukan
kehendaki. mengenai kehidupan
masa depan. Dengan demikian kasus ini dapat menjalani proses
157
pendidikan di berbagai pesantren dengan penuh ketekunan, sehingga pendidikan yang mengembangkan ketaatan dalam kan
melaku-
tuaas-tugas serta kewaiiban menjalankan syariat
maan
keaga-
dalam keluarga, terbawa ke tingkat pendidikan lanjutan
ini. Ayah (Rurah
=
"K4" yang terkenal dengan sebutan Kepala Kampung), merupakan
kampungnya,
orang
Rurah
Madri
terpandang
baik karena status ekonomi maupun karena
di
jaba-
tannya sebagai Kepala Kampung. Sesuai dengan mata pencahariian pokok sebagai petani, maka ia mendidik "K4* sebagai anak ke
3 dari 6 bersaudara, diarahkan kepada
cara-cara
yang keras. Kalau melakukan
pertanian
dengan
kesalahan
kadang-
kadang sampai dipukul, karena kasus pada masa kecilnya masuk
anak yang mempunyai watak yang
keras,
ter-
kadang-kadang
menentang terhadap orang tuanya. Potensi yang dikembangkan pada
kasus ini
adalah be-
kerja keras serta disiplin dalam melakukan tugas-tugas yiptuk kepentingan dikerjakannya makanan
kehidupan keluarganya. Tugas pokok setiap
hari
adalah
menyabit
yang
harus
rumput
untuk
ternak, yang ia kerjakan sejak duduk di
bangku
SD
sampai SMP kelas tiga. Jadi etika sosial. solidaritas sosial dan keterampilan sosial tertanamkan dalam pendidikan keluarga ilmu
ini. Sedangkan materi yang berhubungan sosial tidak didapatkannya dalam
dengan
disiplin
pendidikan
keluarga
ini. Ayah "K3" yaitu H.Hasbullah bin Ali Santana, termasuk tokoh agama Islam di kampungnya, yang
dapat digolongkan
ke
158
dalam
kelompok
ulama. Bila dibandingkan dengan
maka ayah "I^*1 memiliki kelebihan,
"K2"
orang
karena ia
tua
berpen-
didikan pesantren. "1(3" sebagai
anak kedua
dari dua orang
sejak
kecil telah dapat melihat bagaimana
dalam
memimpin orang banyak. Cara mendidik
bersaudara,
kegiatan ayahnya yang
dilakukan
oleh orang tua kasus ini termasuk moderat. Pada masa nya,
ia
tidak mendapatkan tugas-tugas berat
dari
kecilayahnya
seperti yang dialami oleh kasus "K4", sehingga kepedihan hidup
tidak begitu terasa olehnya. Ia termasuk
anak
dalam keluarga itu. Satu hal yang ia dapatkan dari
penurut ayahnya,
dan ini sangat berkesan baginya, ialah nasihat yang
intinya
menganjurkan agar kasus harus selalu melakukan kebenaran dan ketaatan dalam menjalankan ibadat sesuai dengan ajaran agama Islam.
Nasihat
Bahrudin
itu
diperkuat pula
bin H. Ilyas,
oleh
uanya,
yang termasuk kiyai
H.
ulung
Moh.
pendiri
pesantren pertama di kampung itu pada tahun 1913. Nasihatnya adalah : "apabila ditakdirkan menjadi pengelola tiga dan
masyarakat,
hal yang harus dipegangnya, ialah kebenaran. kejujuran."
Ketiga sifat yang dianjurkan
inilah
selalu dijadikan pegangan dalam setiap pekerjaan kukan,
dan
diusahakan untuk menjadi konsep
keadilan yang
yang dila-
dirinya.
Jadi
pendidikan keluarga "K3" sangat mengutamakan etika moral dan sosial. Dengan membandingkan ketiga kasus ini, dapat hui
bahwa dalam kelas sosial orang tua vang
gama/
diketaterjadi
159
cara-cara materi
mendidik yang berbeda, namun
pendidikan
kasus
ini
bila
sosialnya, mempunyai
dapat memperoleh prestasi
dilihat
persamaan.
sesuai
dengan
cita mereka, karena semuanya memiliki dorongan pribadi
dari Ketiga citayang
kuat dalam melakukan pekerjaan masing-masing. Tentu semuanya ini
merupakan hasil kombinasi antara unsur-unsur
yang
berasal
dar i
berbagai
sumber
eksternal
pengembangan,
dengan
unsur-unsur internal masing-masing individu. Cara-cara mendidik yang dilakukan oleh kelompok orang tua kasus yang termasuk kelas rendah, pada prinsipnya liki dan
persamaan-persamaan dalam hal menanamkan etika rasa
tanggung jawab serta bekerja keras
kepada
memisosial anak-
anaknya semasa kecil. Tugas-tugas rutin yang dibebankan oleh para orang tua mereka, bisa termasuk ke dalam mendidik keterampilan
teknik
dalam kehidupan sosial
serta
solidaritas
sosial. Bukti untuk menguatkan hal ini didapatkan pada
tiga
kasus. "K5" yang merupakan salah seorang anak dari enam bersaudara,
memulai hidupnya dalam pendidikan keluarga
kewajiban mengisi tempayan
dengan
air
tingan keluarganya. Dalam usia sekolah selepas tuanya
dari
dengan
bersih untuk kependan
SD, ia setiap hari membantu
sebagai pedagang bajigur, yang terus
beberapa
tahun
pekerjaan
orang
ia
kerja-kan
sampai masa-masa awal kehidupan berumahtangga. Pekerjaan itu dilakukan bersama istrinya, yang juga berdagang bumbu ("gowengan") pendidikan
dan keperluan-keperluan
kecil di pasar.
keluarga bagi kasus ini sangat
menanamkan
masak Jadi etos
160
kerja yang merupakan modal untuk hidup selanjutnya. "Ki" sebagai salah seorang anak dari tiga bersaudara, waktu kecil dibebani tugas untuk membantu ayahnya di pertanian.
bidang
Pekerjaan rutin yang dibebankan kepadanya
ialah
setiap hari harus menyabit rumput untuk kambing yang
dipe-
liharanya
masak
dan
sehari-hari. pekerjaan
mengambil kayu bakar untuk Pada
keperluan
waktu-waktu tertentu ia
harus
membantu
orang tuanya di lahan pertanian. Dengan
demikian
ia melakukan magang dalam keluarga, yang sebagai
bekal
dirasakan kemudian
keterampilan bagi kehidupan
di
masyarakat.
Bagi kasus ini pun etos kerja ditanamkan secara baik. "Kg" sebagai salah seorang anak dari enam bersaudara, waktu
kecil dibebani tugas untuk menjajakan
tahu
keliling
kampung, baik di dalam maupun di luar desanya. Tugas membantu pekerjaan orang tuanya dalam bidang pertanian,
merupakan
pekerjaan utama pula, sehingga dengan demikian ia memperoleh dua macam keterampilan yang sangat berharga untuk
menjalani
kehidupannya kelak. Ayah kasus ini kadang-kadang bertindak sepertinya kurang manusiawi terhadap "Kg". Banyak permintaan yang diajukan oleh kasus ini kepada ayahnya yang tidak
dikakabulkan, mes-
kipun apa yang diminta itu sebenarnya dimiliki oleh ayahnya. Kekecewaan-kekecewaan inilah yang menjadikan pendorong "Kg"
untuk segera memilikinya sendiri apa
sehingga kerajinan menabungkan uang kekewaan tersebut.
yang
bagi
dibutuhkan,
berpangkal dari
adanya
161
semua
Dari kondisi pendidikan keluarga yang
dialami
kasus
maka
seperti telah diuraikan
tadi,
oleh
dapatlah
dikatakan, bahwa pendidikan keluarga merupakan sumber pendidikan
utama dalam pembentukan etika sosial dan mental
kuat
bagi
kehidupan
mereka,
serta
keluarga yang
ngembangan
kebiasaan
yang
berpartisipasi
dalam
di dalamnya menekankan kepada
potensi-potensi beker ia keras, hidup hemat,
membiasakan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan dilakukannya, dalam
upaya
pe dan yang
membelajarkan memecahkan masalah
dalam kehidupan. Jadi pendidikan keluarga yang dapat dikatakan
berhasil membekali anak-anaknya untuk dapat hidup
ber-
prestasi adalah pendidikan keluarga vano sejak dini member i kan pengalaman-pengalaman praktis untuk ptengfradapj kehidupan dalam masyarakat yang lebih luas. b. Pengembangan
potensi individu
dalam
lembaga pendidikan
formalPengakuan para kasus mengenai peranan lembaga
pendi-
dikan formal sangat bermacam-macam, sesuai dengan pengalaman dan kesan masing-masing. Pengakuan sebagai
pertama, yaitu lembaga
pendidikan
sumber pengetahuan umum, yang termasuk di
formal dalamnya
pengetahuan mengenai Ilmu-ilmu Sosial, dikemukakan oleh mua
kasus, karena mereka merasa bahwa kemampuan dasar
mereka berbagai
miliki,
seperti kemampuan membaca,
pengetahuan umum, mula-mula mereka
berhitung, dapatkan
seyang dan dari
lembaga-lembaga pendidikan formal yang pernah mereka masuki.
162
Semua itu berfungsi sebagai dasar bagi mata pencaharian yang mereka
tekuni
setelah berada
di
tengah-tengah
kehidupan
masyarakat. Bidang apa yang selanjutnya dikembangkan, sangat tergantung
pada
masing-masing
jenis mata pencaharian yang
individu.
Misalnya dalam
dipilih
bidang
oleh
pertanian,
tidak akan luput dari menggunakan pengetahuan serta keterampilan membaca dan berhitung, dan kadang-kadang pula pengetahuan
pertanian yang pernah diberikan guru sewaktu di
seko-
lah, yang selanjutnya lebih disempurnakan lagi melalui didikan
luar
sekolah dan praktek
kerja
serta
pen-
pengalaman
masing-masing. Jadi nampaknya, mereka lebih merasakan
kegu-
naan dari ilmu-ilmu yang sesuai flspggn jfisls. m a M pencahflKian
vang dimungkinkan untuk dikembangkan pada kehidupan. Pengakuan kedua, yaitu lembaga pendidikan formal se-
bagai
peletak
dasar pengetahuan,
profesional. hanya
diakui oleh
sikap
dan
keterampilan
empat orang kasus yang mem-
peroleh bidang mata pencaharian sesuai dengan apa yang mereka yang
dapatkan pada waktu berada di lembaga pendidikan mereka tempuh. Kasus-kasusu yang dimaksud ialah
khusus W
K3",
"K 4 " dan "K2""K3" keluarga
sejak
kecilnya
dididik
di
dalam
yang religius. Setelah tamat dari SD 6
melanjutkan
lingkungan tahun,
sekolahnya di PGAN 6 tahun. Sekolah yang
ia
dipi-
lihnya dirasakan sangat sesuai dengan dasar pendidikan keluarga waktu
kecil, demikian juga dari lingkungannya, sehing-
ga belajar dianggap sebagai pengembangan potensi untuk dapat mencintai
sesama umat beragama, yang
dapat
direalisasikan
163
dalam bentuk pendidikan agama. Sebagai penerapan dari pendidikan
ini, ia menjadi guru agama Islam di
lang, kemudian
hasil
PGA Pandeg-
pindah ke SMP Muhammadiyah Kawali sampai
ia
menjadi Kepala Desa di desanya pada periode tahun 1968-1981. Namun
upayanya tidak berhenti sampai pada pemilikan
PGA,
karena
waktu ia bekerja pada SMP
ijazah
Muhammadiyah
mulai
mengikuti pendidikan pada STKIP Galuh Ciamis, sampai
menca-
pai gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Administrasi dan Supervisi. Dari lembaga pendidikan ini ia merasa ngetahuan berguna
memperoleh
mengenai kepemimpinan dan psikhologi yang untuk
mengelola
masyarakat.
Jadi
pe-
sangat
dalam
lembaga
pendidikan formal, nampak bahwa perolehan materi yang berhubungan dengan disiplin Ilmu-ilmu Sosial lebih banyak, bahkan merupakan dominasi dari pendidikan tersebut. "K4* sendiri
menjalani pendidikan formal atas
yang
sangat kuat sejak tingkat SD
keinginannya sampai
tingkat
Perguruan Tinggi. Pada masa kecil ia memasuki pendidikan SD
dan
berada
SMP yang ada di dekat
tempat
di SMP, ia merasa mendapatkan
tinggalnya. cara-cara
Selama
pendidikan
yang penuh disiplin, sehingga pendidikan di dalam yang
di
keluarga
dianggap keras, dapat dirasakan sebagai sesuatu
cara
yang tidak terlalu berbeda dengan lingkungan yang baru
ini,
bahkan dianggap an,
bahwa
sebagai cara yang semakin menambah keyakin-
unsur disiplin kerja harus menjadi
dasar
dalam
setiap bentuk kehidupan. Setelah tamat dari SMP Negeri Kawali, ia
melanjutkan
164
sekolah ke SMA Negeri Kuningan.
Waktu ia
menduduki
bangku
SMA, sifat ketabahan dan kerja keras yang telah dikembangkan pada
saat berada di kampung halamannya bersama kedua
tuanya, makin
dikembangkan lagi. Kemandirian
orang
dalam bertin-
dak lebih dituntut di tempat ini, karena ia jauh dari
orang
tuanya. Di tempat ini dikembangkan potensi baru, yaitu kewiraswastaan
yang bisa tampak dari pekerjaannya menjadi
bantu pedagang sate
pem-
kambing seperti telah dikemukakan
pada
bagian terdahulu. Yang dijadikan sumber pengembangan potensi belajar
di tempat ini, ialah gurunya sendiri
selalu menasihati dan memberikan nya. Dengan
ketekunan
(Bejo),
bimbingan belajar
kepada-
cara demikian, maka ia dapat memperoleh presta-
si belajar yang menonjol di antara teman-temannya, timbul
motivasi
Tinggi.
untuk
melanjutkan
sekolah
Keinginannya dapat diwujudkan dengan
ternyata
yang
ke
sehingga Perguruan
baik,
karena
pada tahun 1982 ia dapat menyelesaikan program
pada Jurusan
Pendidikan Geografi
FPIPS-IKIP
Bandung,
SI dan
tahun 1988 menyelesaikan Program S2-PLS pada Fakultas
Pasca
Sarjana
untuk
di
tempat
yang sama.
Munculnya
cita-cita
melanjutkan pendidikan pada Program S3, merupakan bukti dari adanya
motivasi
belajar yang terus
tumbuh
pada
dirinya.
Keinginan ini didorong pula oleh lingkungan Perguruan Tinggi tempat ia bekerja, yang belum banyak memiliki tenaga
eduka-
tif senior, sehingga dengan mengantisipasi masa depannya ingin
meraih peluang lebih
dahulu dari
teman
ia
seangkatan.
Dalam hal ini, keinginan keras yang telah dikembangkan sejak
165
kecil,
masih
bersumber
dapat terlihat. Jadi motivasi
dari tiga
untuk
belajar
macam sumber, yaitu dari : (1)
keber-
hasilan sendiri, (2) guru-gurunya, dan (3) lingkungan pekerjaannya . Tidak disangsikan lagi bahwa selama berada dalam lembaga
pendidikan
formal, ia banyak
memperoleh
pengetahuan
yang berhubungan dengan disiplin Ilmu-ilmu Sosial, yang
di-
jadikan dasar bagi pengembangan profesinya. "k2*"
dan
dapat
pengajian di berbagai dusun dengan rutin,
lebih
dipandang sebagai produk dari pendidikan luar
seko-
memberikan banyak lah.
yang dapat menjadi guru agama Islam
Sedangkan pendidikan formal ( SD 6 tahun) yang
dialaminya
merupakan jenjang pertama yang
dapat
pernah
menunjang
pekerjaan yang dilakukan sekarang, diperkuat oleh pendidikan agama di dap
pesantren-pesantren
tadi. Namun pengenalan terha-
ajaran agama Islam mula-mula ia dapatkan
pada
jenjang
sekolah ini, yang dikuatkan dengan perolehan melalui
tempat
pengajian di kampungnya.
bahan
"Kg"
mengakui pula bahwa penguasaan
yang
diajarkan kepada para peserta
materi didik
menjadi guru, termasuk di dalamnya materi tentang Sosial, SD
waktu
SMP. Dalam lembaga ini pula profesional
ia
sebagai guru, dengan
atau mendampingi guru senior pada
saat itu.
ia
Ilmu-ilmu
diperoleh dari pendidikan formal yang dimulai
sampai
rampilan
sebagai
dapatkan melalui
dari ketemagang
Selama ia ber-
ada pada bangku SD telah dapat memperlihatkan kelebihan dari
166
teman seangkatan. Ia sering diberi kepercayaan oleh guru untuk
memimpin teman-temannya belajar apabila gurunya
langan. Pendidikan tingkat
SMP ia
berha-
tempuh pada jaman geril-
ya yang berada di luar wilayah kecamatan Kawali. Pengakuan
ketiga,
yaitu lembaga
pendidikan
formal
Sebagai sumber identifikasi dan imitasi (peniruan).
dikemu-
kakan oleh empat kasus. "K^" jadipradja Randai,
merasa
terkesan oleh
perilaku
gurunya,
(alm.) yang selain dari dianggap
tetapi
Dja-
sebagai
juga kaya dan raj in mengerjakan
orang
pekerjaan-
pekerjaan kasar f walaupun ia telah mempunyai kedudukan terhormat. perilaku
Waktu guru
kecil
ia beritikad
itu, sehingga
menjadi
untuk
dapat
sumber
yang meniru
identifikasi
baginya. Tidak terlalu banyak hal yang dapat dikemukakannya, karena
ia
sebagian
hanya bersekolah sampai kelas 3
SR
saja.
besar dari usia mudanya digunakan untuk
kehidupan
bersama kedua orang tua
dan
Jadi
menjalani
saudara-saudaranya,
serta bersama istri dan seorang anak setelah ia menikah. "Kj" sangat terkesan oleh penampilan guru agama saat
ia berada di SD, baik dalam penguasaan
d^iam
penyampaiannya.
kesan-kesan
yang
Hal
ini bisa
erat kaitannya
materi
dimasukkan
dengan
agama
sanalah
Islam
yang mengajar pada saat
maupun
ke
identifikasi
ifltltasi dalam aspek perilaku keguruan. Ia teladani gutu
pada
itu,
timbul cita-citanya untuk menjadi ustad.
dalam dan
perilaku dan
dari
Cita-cita
t^tsebut sekarang telah terealisasi. Keinginan
untuk terus belajar yang muncul pada
diri
167
"K4" termotivasi pula oleh para Dosennya di dikan
Geografi,
mereka
karena walaupun telah lanjut
dengan tekun tetap menuntut ilmu
orang
telah
sangat
ia
Jurusan usia,
sehingga
bisa mencapai gelar Doktor dan
Pendinamum
beberapa
Profesor
banggakan. Ia kemukakan nama-nama
:
yang
Prof.
Dr.
H.Sudardja Adiwikarta, MA., Prof. Nursid Sumaatmadja, Dr. H. Djamari,
Dr.
Maman Abdurrahman, Dr. Sutjipto
(alm.),
dan
Drs. Akub Tisnasomantri, M.Pd. Mereka itulah yang
dijadikan
sumber identifikasi dan imitasi bagi
beritikad
untuk
meniru
formal demi
mereka dengan
dirinya. Ia
mengikuti
program
yang memungkinkan menuju ke arah itu,
pendidikan
yang
setahap
setahap telah ditempuhnya. Ia merasa memiliki
potensi
untuk
meniru
jejak para Dosennya. Di dalam dirinya
dikem-
bangkan minat untuk belajar sepanjang hayat. "K5" mengalami pendidikan
formal
tingkat SD sampai
SMP. Pada saat ia menduduki bangku SD sampai
dewasa, sangat
terkesan oleh perilaku salah seorang gurunya/Kepala Sekolah, yaitu yang
Rd. D. Nataatmadja (alm.) yang dikenal rajin bekerja dan menghemat riiki.
sampai keras
sekarang dan
pegangan belajar
masih dipegang dan
dalam
hidupnya. Hal
guru
Nasihat-nasihatnya
dikembangkan.
hidup hemat, merupakan dua pokok
sebagai
hal ini
yang
Bekerja dijadikan
terbukti
dengan
sendiri ia dapat memiliki ijazah persamaan SGB
dan
SGA. Sifat hemat menjadi konsep dirinya sampai waktu penelitian ini dilakukan. Dari pengakuan-pengakuan yang mereka kemukakan, dapat
168
dikatakan
bahwa
pendidikan formal
dalam menanamkan aspek-aspek lebih
banyak
serta
pembekalan
ilmu-ilmu
tidak
banyak
kehidupan yang praktis, tetapi
dalam mengembangkan etika
moral
materi yang berhubungan
formal
bagi generasi ini,
dan
dengan
sosial dalam batas-batas tertentu.
pendidikan
berperan
sosial disiplin
Jadi
hanya
lembaga
dapat
diberi
makna sebagai: 1. Sumber pengetahuan umum f termasuk di dalamnya pengetahuan Ilmu-ilmu
Sosial
yang dapat berguna
bagi
semua
aspek
kehidupan. 2. Sebagai sumber etika sosial
dan moral.
3. Sebagai peletak dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional khusus yang berguna untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang relevan
dengan materi yang diberikan dalam
lembaga pendidikan tersebut. 4. Sebagai
sumber imitasi dan identifikasi.
Pengakuan keempat, yaitu Imitasi
pendidikan
sebagai
sumber
dan identifikasi. merupakan suatu hal yang
penting
dan perlu mendapatkan perhatian pendidik. Dari pandangan ini kita banyak
bisa mendapatkan bukti-bukti nyata bahwa memberikan
kesan kepada para peserta
yang
paling
didik
adalah
penampilan guru-gurunya yang dilatar-belakangi oleh kepribadian
yang positif. Hal ini menuntut kepribadian
benar-benar
bisa
diteladani oleh peserta
didik,
guru baik
dalam
maupun di luar sekolah, karena di mana pun ia
tetap
menjadi
pusat perhatian para
siswa,
untuk ditiru oleh siswa-siswa tertentu.
dan
yang di
berada
cenderung
169
c. Peranan
Pendidikan
dalam kehidupan masyarakat
bagi pe-
ngembangan potensi individu. Pendidikan Sekolah
di
di masyarakat merupakan
samping
pendidikan
Pendidikan
keluarga,
Luar
dan paling lama
dialami oleh manusia, sehingga manusia akan belajar
sepan-
jang
dengan
hayatnya. Pelaksanaannya bisa bersamaan
waktu
pendidikan sekolah bisa pula terjadi secara khusus. Kehidupan
di luar sekolah inilah yang merupakan
untuk
mengkaji
arti hidup yang
sumber
sebenarnya,
pelajaran
karena
dalam
kehidupan masyarakat lebih banyak terdapat problema-problema kehidupan yang harus diatasi. Dalam kehidupan bermasyarakatlah
individu bisa mengembangkan potensi
yang
dimilikinya,
karena terdapat sumber-sumber pengembangan potensi yang mempunyai arti praktis, dan dapat merupakan aplikasi dari
hal-
hal yang didapatkan di sekolah sebagai pengetahuan teoretis. Dari kasus-kasus yang diteliti didapatkan bukti bahwa mereka
banyak mengembangkan potensinya dalam
kehidupan
masyarakat yang telah dimulai sejak kecil. Keberhasilan reka
tidaklah
dapat dicapai dengan mudah,
namun
di me-
ditempuh
melalui perjalanan paniana yang penuh dengan liku-liku
per-
juangan . yang menghasilkan keberhasilan dan Kegagalan. Namun akibat dari adanya ketekunan, ketabahan, keuletan, kerajinan bekerja
dan
kesabaran
dengan tidak melepaskan
diri
dari
Yang Maha Kuasa, maka segala penderitaan akan dapat diatasi, dan akhirnya keberhasilan yang sesuai dengan cita-cita hidup masing-masing bisa diraih. Pembinaan mental seperti yang di-
170
kemukakan tadi, dilakukan dalam lembaga pendidikan dan
dari pengalaman hidup masing-masing
Setiap kasus mempunyai ngat
berbeda
dengan
di
keluarga
masyarakatnya.
pengalaman sendiri-sendiri yang kasus-kasus
lainnya,
seperti
sadapat
dikaji dalam uraian berikut ini. "Ki" memulai hidup sebagai pembantu orang tuanya yang bergerak di bidang pertanian. Waktu kanak-kanak, setiap hari ia
diwajibkan
menyabit rumput dan
harus dilakukan secara merupakan tidak
pekerjaan
mau
harus
terus
tugas-tugas
menerus-
yang sangat
Pekerjaan
membosankan,
dilakukan karena hal
lain
itu
yang
tersebut namun
telah
mau
menjadi
kewajiban dalam kehidupan keluarga. Pada usia dewasa
(sete-
lah berumah-tangga), yaitu pada tahun 1952, ia menjadi buruh di
pabrik penyulingan serai wangi milik Kuwu
Abdul.
Orang
tersebut yang pada saat itu merupakan orang terkaya di
Desa
Talagasari. Sambil berburuh ia melakukan magang dalam bidang pekerjaan
tersebut, yang kelak ia kembangkan
dalam
bentuk
usaha yang mandiri. Tahun memikul
1954 - 1955 ia
melakukan pekerjaan
minyak kelapa dengan berjalan kaki
berdagang
menempuh
kurang lebih 100 km. antara Kawali - Cirebon, dan ke
jarak daerah
Talaga dan Majalengka dengan jarak tidak kurang dari 60 Sekembalinya dari Cirebon ia membawa ikan asin untuk
km.
dijual
di kampung halamannya. Pada tahun 1957 beralih menjadi pedagang kain, namun tidak dilanjutkan karena banyak yang membayar utang
tidak
cicilannya. Pekerjaan ini ia dapatkan dengan
171
cara meniru teman sebaya pada saat itu. Penderitaan hidup dengan istrinya pada masa menjalani pekerjaan demikian, penghematan
riiki
sangat
dirasakan.
yang mereka
Namun
dapatkan,
akibat
dari
akhirnya
secara
berangsur-angsur dapat memperbaiki kondisi kehidupan
sampai
dapat menjadi orang terkaya dalam lingkungannya. Sepanjang mengembangkan terhadap
menjalani
potensi
r iik i
kehidupan
kerajinan
berumah
bekerja
tangga,
dan
atas dasar sifat-sifat yang
ia
penghematan
dimiliki
oleh
sumber contoh pengembangan potensinya yang telah dikemukakan tadi. Beliaulah
yang dianggap sebagai
kasus ini. Namun
1
guru' bagi kehidupan
diakui pula bahwa berhubung
dengan
dalam
kehidupan ini selalu terjadi perubahan, maka ia harus selalu mempelajari perubahan itu untuk dapat segera mengadaptasinya secara hati-hati. Pengalaman dalam pengembangan potensi di luar pendidikan formal bagi "K3" mempunyai kekhususan pula. Pendidikan keluarga
pada masa kecilnya, telah diuraikan
pada
halaman
yang lalu. Sedangkan pengembangkan potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya, dilakukan pada saat ia menjadi Kepala Desa di desanya dari tahun 1968 sampai tahun 1981. Pada mengenai
saat
kasus menjadi
Kepala
Desa,
pengetahuan
keagamaan, kepemimpinan dan psikhologi yang
dida-
patkan pada waktu-waktu sebelumnya, diaplikasikan pada setiap
saat
ia
mendekati masyarakat.
Ia
pelajari
bagaimana
sifat-sifat dan keinginan-keinginan warga masyarakat, kemudian
dicari
jalan
ke
luar
guna
mengatasi
untuk
berbagai
172
problema yang harus diatasi. Dalam mengembangkan potensinya untuk mengelola masyarakat
pada
saat ia menjadi Kepala
Desa,
dipelajari
cara-cara
Kepala Desa lain yang telah mendapatkan
kemajuan
dalam
yang
berhubungan dengan usaha-usaha pembangunan masyarakat
desa.
yang
praktekkan,
tertentu,
berbagai
terutama
Hal-hal
bidang-bidang
pula
belum terjadi di desanya, terutama dalam bidang tata
dengan
segera
administrasi
desa,
seperti : ruang data, sistem kearsipan, dan lain-lain, ditirunya
dari desa Kawali dan desa Cisontrol
bangkan
potensi
yang dimilikinya dengan
belajar
sendiri,
berguru kepada
hasil yang memuaskan dan
dari
teman
tindakan
sejawat
itu
mendapatkan
nai
pamong
sawah
sebaliknya,
yang
negatif, maka
meningkatkan
setelah
panen
usaha ),
disiplin
ketepatan
maka
apabila tindakan
Dapat dikemukakan contoh
dimulai dengan
lingkungan,
dengan
positif
Namun
menge-
kerja
staf
datang
dalam
iuran atau tugas lain
tepat
waktunya, bekerja dengan sistem
kebersihan
respons
terus dilakukan.
setiap rapat desa, menyerahkan pada
mendatang-
masyarakatnya,
ini, misalnya desa
setiap
warga
diteruskannya.
hal
proses
atau dari
respons yang terjadi adalah respons itu tidak
mengem-
dalam
tindakan yang ia lakukan. Apabila suatu tindakan kan
desa-
melalui
pengalaman
yang
serta
desa lain yang telah dianggap maju. Ia lebih banyak
ia
melakukan
target,
intensifikasi
mina padi ( penanaman dan lain-lain.
meningkatkan
Karena
ikan
pertanian di
upaya-upaya
sawah itu
173
ternyata
mendatangkan
kegiatan
hasil yang
cukup
tersebut dijadikan pola kerja
memuaskan,
selama
maka
menjalankan
jabatannya. Jadi dalam mengembangkan potensinya, ia menggali pula
pengalaman dari bawah. Potensi yang
ada pada
dirinya
bisa berkembang karena adanya tantangan. Pengaruh dalam
pendidikan luar sekolah "K2 n sangat jelas,
profesi
bagi
karena
keberhasilan
sumbernya
lebih
banyak berasal dari pesantren. Dalam pendidikan itu, dari
dapat menambah ilmu serta keterampilan dalam
Al Qur*an, ia kembangkan sifat-sifat han
selain
dalam
ketekunan
kesabaran dan ketabah-
mengejar cita-cita, kemandirian belajar dan kerelaan untuk
mengaji
dalam
bekerja,
ibadah serta
memper-
tinggi ketagwaan dan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Ajengan
pada berbagai Pesantren
yang ia
masuki
sumber-sumber
pengembangan potensi yang ada
atau
sumber identifikasi.
menjadi
pendidikkan
merupakan
pada
sehingga
dirinya,
selesai
tersebut, ia dapat langsung memimpin
Esa.
dari
pengajian
dan pesantren di kampung halamannya. Kegiatan tersebut
bisa
kita anggap sebagai wiraswasta, karena dilakukan atas
dasar
kemandirian guna
wujud
mendapatkan suatu hasil, baik dalam
material maupun dalam wujud kepuasan batin. Dasar-dasar dan
pemecahan
kemampuan teknik
berpartisipasi
masalah dalam kehidupan,
sering
dalam berbagai kegiatan di pesantren, atau dari
sosial
didapatkan pemunculan-
pemunculan secara insidental dalam kehidupan di antara sesama
santri.
Potensi-potensi
selama 11 tahun
itulah
yang
dikembangkannya
berada di berbagal pesantren sehingga dapat
174
berkembang sampai sekarang, dan merupakan modal dasar dapat mencapai prestasi dalam bidang profesinya.
untuk
Pesantren-
pesantren yang pernah dijadikan pusat pengembangan
potensi-
nya ialah : 1. Tahun 1959 - 1960 : di Pesantren Cigintung (Pesantren
Al
Qur'an), Desa Talagasari. 2. Tahun 1960 - 1966 : di Pesantren Karanggedang,
Kecamatan
Ciamis. 3. Tahun 1966 (1/2 tahun ) : di Pesantren
Cilendek,
Cibeu-
reum, Kabupaten Tasikmalaya. 4. Tahun 1966 - 1967 : di Pesantren Al Anwar, Kadugede Kabupaten Kuningan. 5. Tahun
1967 (1/2 tahun) :
di Pesantren
Suci,
Kabupaten
Garut. 6. Tahun 1968 (1/2 tahun) : di Pesantren Sadang,
Kecamatan
Wanaraja Kabupaten Garut. 7. Tahun 1969 - 1970 :
di Pesantren
Nurulhuda,
Lampajang,
Kecamatan Kawali. Jadi
bagi
kasus ini, pendidikan
luar
sekolah
dan
bidang profesi yang ia tekuni, merupakan sumber pengembangan potensi yang mempunyai makna lebih tinggi bagi hidupnya, dibandingkan alami.
dengan lembaga pendidikan formal yang
Di dalam kedua wadah inilah ia bisa
telah
berkembang
ia dan
menemukan arti hidup yang sebenarnya. "K^" yang
mempunyai pengalaman pendidikan
bercorak
lain.
Atas
kemauannya
di
sendiri,
masyarakat ia
telah
175
membiasakan diri pula untuk mengaji di pesantren yang terletak
di Dusun Sindangsari
sejak
di bawah pimpinan
Ajengan
bersekolah di SD sampai SMP. Pengajian itu
Jafar
dilakukan
setiap malam, sehingga ia harus bermalam di pesantren tersebut. Di pesantren ini ia dapat mengembangkan sifat ketekunan belajarf walaupun yang dipelajarinya hanya mengenai
hal-hal
yang
dirinya
berhubungan dengan keagamaan. Pesantren selain
dari sebagai
tempat
bagi
diberi
makna
menuntut
tempat
bergaul dengan teman sebaya, juga
tempat
beristirahat dari kesibukan menjalankan
dimaknai
ilmu, sebagai
tugas-tugas
berat di rumahnya. Dengan pemakanaan-pemaknaan itu, ia jadi betah tinggal di pesantren tersebut, efek
sampingannya, ia
sehingga
termasuk anak yang
men-
sebagai
lebih
menonjol
dalam pe-nguasaan materi keagamaan yang diajarkan di
pesan-
tren itu. Pada waktu ia sekolah di SMA, berlangsung pula proses mencari bentuk kehidupan sendiri. Ia tidak merasa malu untuk melakukan pekerjaan sebagai pelayan tukang sate kambing perti
telah dikemukakan pada bagian lain. Pekerjaan itu
seia
lakukan guna menanggulangi keperluan sekolah yang kurang dicukupi oleh orang tuanya. Di sinilah ia mulai
mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah dalam hidupnya. Dalam
kasus
ini,
pendidikan
orang
tua
landasan
bagi segala kegiatan yang ia lakukan,
ditambah
dengan
pengalaman
hasil-hasil belajar
sendiri
dijadikan selanjutnya
dari
keberhasilan dalam mengatasi masalah hidup
setiap yang
dialaminya. Sebagai akibat dari ketekunan bekerja, keinginan
176
yang keras
u n tuk
dapat mencapai suatu cita-cita, rasa percaya
diri
serta tanggung jawab dalam melakukan setiap
yang
ditugaskan
pihak lain kepadanya,
ia
pekerjaan
berhasil
meniti
jenjang demi jenjang keberhasilan dalam hidup. "Kg" mengembangkan
dirinya
dalam
kehidupan
bermasyarakat dimulai pada tahun 40-an. Pada jaman
revolusi
fisik tahun 1948 - 1949, ia berdagang beras dan minyak kelapa
seperti
yang dilakukan oleh "Kj". Jarak
antara Kawali -
Banjar dan Kawali - Cirebon ditempuh dengan
mengendarai se-
peda. Namun berkat ketekunan, kesabaran. ketahanan menderita dan
sifat-sifat
kerendahan hati serta
kerajinan
bekerja,
akhirnya ia dapat menikmati prestasi kerja yang telah sunnya
sejak
hasil
bahwa
bekerja keras, juga merupakan rido dan
Tuhan. agar
kecil. Hal ini diakuinya
disu-
selain
dari
karunia
dari
Oleh karena itu, selamanya ia bermohon kepada apa
yang ia kerjakan dapat
mendatangkan
Tuhan
hasil
yang
diridoi-Nya. Selama menjalani jabatan sebagai pegawai negeri banyak
hal
yang bisa
dikembangkannya
dengan
menggunakan
mentalitas seperti yang telah dikemukakan tadi. Keberhasilan dalam
bidang usaha angkutan, disebabkan oleh upaya
bangan potensi kewiraswastaan yang telah dirintisnya melalui
interaksi dengan pengusaha kendaraan
telah dikemukakan pada bagian yang lalu. Ia melalui magang pada
perusahaan
umum belajar
itu, sehingga
pengemdengan seperti dengan
dapat dikua-
sai seluk-beluk perusahaan tersebut. Hubungan di antara duanya terjadi karena ada rasa saling
ke-
membutuhkan, sehingga
177
boleh
dikatakan bersifat slmblosa mutualistis.
Sifat-sifat
mental yang dikembangkan melalui sumber ini, ialah : bekerja keras f ketekunan dalam melakukan suatu pekerjaan, ras ionalitas
dalam mengelola dan
keterampilan
untuk
mengembangkan
perusahaan,
menciptakan peluang-peluang
serta
baru
yang
dapat mendatangkan keuntungan. Kalau disimak maka
dapat
dikatakan
riwayat hidup dan pekerjaan kasus ini, bahwa
ditebus dengan macam-macam segala Tuhan
keberhasilan
dalam
penderitaan yang diatasi
ketabahan hati, yang disertai dengan Yang
tersebut.
hidupnya
Maha Esa agar bisa
terlepas
Apabila disoroti dari segi
dengan
berdoa
dari
kepada
penderitaan
orientasi
pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial atau Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dinyatakan bahwa dalam pengalaman hidupnya semua orientasi yang
seperti
dikemukakan dalam bagan nomor 2, terpenuhi dan
dikem-
bangkannya melalui kedua macam pendidikan itu. "Kg" dan
memulai kehidupannya dengan penuh
penderitaan batin. Tugas yang dibebankan
kesengsaraan oleh
ayahnya
untuk menjajakan tahu ke kampung-kampung di dalam maupun luar desanya, dimulai sejak ia masih menjadi murid SD III.
Kehidupan berumahtangga dimulai dengan tidak
di
kelas
memiliki
rumah tempat tinggal dan lahan garapan serta pendapatan yang sangat luang cara
minim. Namun dengan bekeria keras r dengan kegiatan yang produktif,
pengisian
waktu
mengembangkan
cara-
hidup ftgmat dan sederhana r akhirnya ia
dapat
petani unggul dengan pemilikan lahan pertanian tidak dari
6 Ha, suatu pemilikan lahan yang istimewa untuk
menjadi kurang warga
178
masyarakat desa. Apabila dilihat dari proses pendidikan yang ia jalani dalam
kehidupan
bermasyarakat, ia
lebih
cenderung
untuk
dikatakan melakukan proses belajar sendiri. karena ia
lebih
banyak belajar dari pengalaman-pengalamannya. Namun sewaktuwaktu dilakukan pula kontak pribadi dengan orang-orang dianggap dari
memiliki
yang
telah
pertaniannya. Jadi
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
untuk
meningkatkan
interaksi ini bisa disebut juga
proses transaksi. Hanya transaksi ini lebih banyak dari segi
yang lebih
produksi sebagai dimaknai
ekonomi, walaupun pemaknaan dari kedua segi lain,
yaitu sosial dan agama tidak ditinggalkannya.
Kontak priba-
di ini dilakukan atas dasar kebutuhan yang benar-benar sudah dianggap penting. Pada kasus ini pun bisa hanya ditemui
pe-
ngembangan berbagai potensi melalui pendidikan di masyarakat saja. d. Rangkuman. Dari dialami
uraian yang berhubungan dengan pendidikan
semua kasus, dapatlah dirangkumkan hal-hal
yang
sebagai
berikut: 1). Keberhasilan yang dapat dicapai oleh individu, merupakan hasil kombinasi antara potensi-potensi yang dikembangkan pada
Tri Pusat Pendidikan, dengan pengembangan
potensi
yang ada pada dirinya oleh yang bersangkutan, atas dasar pengalaman, kematangan, dan antisipasi masing-masing. 2). Bagi
kebanyakan
kasus, pendidikan
yang
diperoleh
di
179
masyarakat, bentuk bagi
baik
yang
diprogram
bersama
belajar mandiri, lebih banyak kehidupan
praktis dibandingkan
atau
dalam
memberikan
makna
dengan
perolehan
langsung dari pendidikan formal. Hal ini disebabkan
ka-
rena dalam masyarakat lebih banyak sumber yang bisa
di-
teladani, materi pendidikan yang disajikan lebih disesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan, banyak
tantangan
dan masalah yang harus langsung diatasi, sehingga
etika
sosial, pengetahuan dan keterampilan teknik serta partisipasi
sosial,
keterampilan
memecahkan
masalah
berinovasi, dapat diterapkan seoptimal mungkin.
dan
Sedang-
kan materi dalam pendidikan formal, lebih banyak
bersi-
fat teoretik/keilmuan. 3). Pendidikan
keluarga
merupakan sumber
pendidikan
yang
berperan paling awal dalam pembentukan pribadi. Ia memiliki
makna positif karena menekankan pada
etika
sosial
bekerja
pengembangan
dan potensi untuk membiasakan
keras, hidup hemat dan
diri
melaksanakan
suka
pekerjaan
dengan penuh rasionalitas dan rasa tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat dan Tuhan Yang Maha
Esa.
Berkembangnya potensi-potensi tersebut sampai pada tingkat yang
optimal dapat
membawa mereka ke arah keberha-
silan dalam hidupnya di masyarakat. 4). Pendidikan
formal
dirasakan
oleh
para
kasus
secara
berbeda-beda, yaitu : a). Sebagai
sumber pengetahuan umum, yang
di
dalamnya
180
termasuk pengetahuan tentang Ilmu-ilmu Sosial). b). Sebagai sumber etika sosial dan moral. c). Sebagai peletak dasar pengetahuan, sikap
dan
kete-
rampilan profesional. d). Sebagai sumber identifikasi dan imitasi. Apabila dari keempat hasil temuan itu lebih disarikan lagi, maka dapat dikatakan bahwa : "Dalam pengembangan potensi yang ada pada dirinya, setiap individu bertopang pada sumber yang berbeda. Meskipun demikian, setiap sumber itu secara sendirisendiri dapat menghasilkan prestasi unggul karena memfokuskan pengembangan pada aspek mental individu. Sesungguhnyalah bahwa keunggulan prestasi menuntut kekuatan mental orang yang bersangkutan." Adanya kenyataan bahwa pendidikan yang berlangsung di luar sekolah lebih banyak dirasakan manfaatnya bagi kehidupan
para kasus, hampir sejalan dengan yang dikemukakan
Kindecvatter
Suzanne
(1979)
dalam
bukunya
oleh
berjudul
Non
Formal Gducation as an Empowering Process with cases studies from Indonesia and Thailand, yang disebut
1
empowering
proc-
ess*, dengan penjelasannya sebagai berikut : "The role which emerges is one that enable people to develop skills and capabilities which increase their control over decision, resources, and structures affecting their lives. For the purposes of this study, this role is termed empowering and means by which the role is fulfilled is an empowering process". (Kindervatter Suzanne, 1979 : ix-x). Jadi pendidikan luar sekolah peranan
sebagai
individu-individu keterampilan muncul
pemberian untuk dapat
menurut
wewenang
dia
mempunyai
(empowering)
mengembangkan
kepada
keterampilan-
serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki,
melalui
pengendalian keputusan,
sumber-sumber
yang dan
181
struktur-struktur
yang mempengaruhi kehidupan. Namun
dalam
penelitian ini didapatkan hasil bahwa pendidikan sebagai pengembang etos kerja pada kasus-kasus yang diteliti, kan
merupa-
inti dari pendidikan dalam keluarga. Etos kerja
yang
kelak
dikembangkan oleh
individu-individu,
inilah sehingga
mereka dapat meraih prestasi-prestasi unggul dalam hidupnya. 2. Cara
pengembangan dan jenis potensi yang dikembangkan.
Kalau
pada
bagian
tadi
dikemukakan
sumber-sumber
pengembangan potensi, maka pada bagian ini akan
dikemukakan
mengenai
berprestasi
bagaimana cara individu-individu yang
itu mengembangkan potensinya pada saat mereka
berkomunikasi
dengan
sumber-sumber pengembangan potensi, atau
mereka
menjalani kehidupan secara mandiri setelah
dari
pada
saat
terlepas
pembinaan orang lain, serta jenis potensi yang
dikem-
bangkannya . Cara-cara setiap
mengembangkan potensi yang dilakukan
oleh
individu, sangat erat kaitannya dengan jenis potensi
yang dikembangkan, yang mendorong mereka ke arah keberhasilan
dalam
hidup masing-masing. Potensi-potensi
dan
sifat-
sifat positif yang dikembangkan oleh kasus-kasus yang
dite-
liti, berhubungan erat dengan jenis keberhasilan yang
dapat
dicapai
jenis
pekerjaan
oleh
setiap individu. Apabila dilihat
yang
dikembangkannya, dapat dibagi
bagian besar, yaitu: 1. Kewiraswastaan. 2. Kepemimpinan.
dari menjadi
dua
182
Kewiraswastaan dikembangkan oleh 4 kasus, yaitu : (1) "Ki" sebagai petani, (2) "K2" sebagai penda'wah dan pesantren,
(3)
"K5" sebagai pengusaha
kendaraan
pimpinan angkutan
umum, dan (4) "Kg" sebagai petani. Kepemimpinan dikembangkan oleh 4 kasus pula, yaitu
:
(1) "K3" pada saat ia menjabat Kepala Desa, (2) " K ^ sebagai mantan Ketua Program Pendidikan Geografi, dilanjutkan dengan menjabat salah Atas
Ketua Program Diploma FKIP dan
Sekertaris
Rektor
satu Perguruan Tinggi Swasta, (3) "K2" dan (4) dasar
pembagian
itu terdapat dua
orang
"K5".
yang
telah
mengembangkan kedua potensi itu secara bersamaan, yaitu "K2" dan "K5 n . Di samping itu, kedua
kelompok sama-sama
mengem-
bangkan kreativitas dan rasionalitas dalam melaksanakan kerjaannya, yang
yang
terdapat
didukung oleh sifat-sifat
dua
orang yang
telah
positif
lain,
mengembangkan
kedua
mempunyai
perbe-
potensi itu secara bersamaamasing-masing daan
dalam
Sedangkan
jenis dan sifat-sifat
pe-
yang
daya inovatif sangat menonjol
dikembangkannya.
dikembangkan
oleh
dikemukakan
pada
"K3" selama menjabat Kepala Desa. a. Kewiraswastaan. Sesuai bab
II
dengan definisi yang telah
bagian
kewiraswastaan
B.l.
halaman
ditinjau
72,
yang
dimaksud
dengan
dari segi bahasa, berarti
manusia
unggul yang mampu berdiri sendiri. Kemandirian
dalam
manusia tidak bisa muncul dengan sendirinya, tetapi
hidup melalui
proses pengembangan yang panjang. Demikian pula halnya
yang
183
terjadi pada kasus penelitian ini. Kemandirian mulai bangkan dalam pendidikan keluarga. Di sini mulai
orang tua
meletakkan dasar-dasar kemandirian dengan
tugas-tugas sesuai
rutin yang harus mereka kerjakan
dengan corak
dari
setiap
pertimbangan-pertimbangan
hari, pengem-
kepada jenis
yang mereka pilih pada waktu dewasa,
terlepas
sudah
memberikan
kehidupan orang tuanya. Hanya
bangan selanjutnya sangat tergantung pula kerjaan
dikem-
dengan
pribadinya,
petidak atau
kalau kita gunakan istilah Max Weber, tergantung pada rasional itas intrumental masing-masing. Cara-cara
yang dilakukan dalam
untuk mengembangkan
pendidikan
keluarga
potensi ini, pada semua kasus mempunyai
persamaan, yaitu dengan cara magang. Mereka melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang tuanya dalam jangka tertentu siap
sampai memperoleh keterampilan yang
memadai,
untuk berdiri sendiri. Jenis-jenis pekerjaan apa
mereka lakukan, dan dari mana sumber pengembangannya,
waktu dan yang untuk
setiap kasus berbeda-beda. "Kj" yang berprestasi unggul di bidang pertanian, melakukan magang pada dua sumber pengembangan, yaitu : 1. Melalui
pendidikan
keluarga, terutama
ayahnya,
dalam
bidang pertanian. 2. Melalui
pekerjaan
di bawah bimbingan Kuwu
Abdul
dalam
bidang perdagangan dan perindustrian. Dari pekerjaan
sumber pertama diperoleh keterampilan mengelola
serta mengolah lahan
mengenai
pertanian,
yang
184
dilakukannya sejak berumur 7 tahun sampai kira-kira
berumur
17 tahun. Sedangkan dalam mengikuti sumber kedua berlangsung selama
7 tahun, yaitu sejak tahun 1952 sampai
tahun
1959.
Potensi yang dikembangkan melalui sumber kedua ini ialah keterampilan
mengenai pengelolaan pabrik serai
wangi,
serta
keterampilan menaksir buah cengkeh untuk dibeli secara ijon. Dalam
hal
ini
terjadi
transaksi dengan
pengembangan
lingkungannya dalam kegiatan
Sebagai hasil dari pengembangan berhasil mengelola
kemampuan
kedua potensi
melakukan
perdagangan. tersebut, ia
perusahaan huller milik sendiri sebanyak
3 buah, dan melakukan
pekerjaan pertanian sampai ia menjadi
petani unggul di desanya. Yang
dapat
menjadi modal pertama
dalam
pertanian,
ialah
ketekunan dan kerajinan bekerja, sambil tidak
bahwa
pekerjaan
yang dikerjakan
itu
merupakan
merasa
pekerjaan
yang kasar dan hina. Di samping ketekunan dan kerajinan, unsur rasionalitas tidak ditinggalkannya. Hal ini dikemukakannya
bahwa dalam menanam
bangkan
ienis tanaman apa pun
is.
secara matangr apakah bjga mendatangkan
pertim-
Keuntungan
ataukah tidak. Hal ini disebabkan karena tidak semua tanaman yang ditanam itu dijadikan bahan pangan, sehingga harus pula dipikirkan tanaman-tanaman apa yang sekiranya
dapat dijual.
Dalam hal ini dituntut pula kreativitas dalam memilih tanaman,
bahan
mengolah lahan, dan pemasaran hasil. Walaupun
ia
sebagai pembeli ijon, namun apabila mau menjual hasil tanamannya, tidak dilakukan secara ijon, tetapi dipungut dan jual sendiri, karena menurut
perhitungan dan
di-
pengalamannya
185
hal itu lebih menguntungkan. Dalam mengelola perusahaan/industri, ia lebih
banyak
bekerja sendiri. Apabila ada pekerjaan yang mampu dikerjakan sendiri, tidak diupahkan kepada orang lain. Sebagai
alasan-
nya ialah agar keuntungan yang didapatkan bisa lebih
besar.
Selain
dari itu, ia terampil pula dalam mencari bahan dasar
atau langganan perusahaannya, baik dalam menerima
pekerjaan
atau pun dalam pemasaran hasil. Persaingan dengan perusahaan sejenis dilakukan secara luwes, yaitu dengan cara meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap para langganan.
Cara
yang
dimaksud ialah misalnya dengan bersikap ramah terhadap langganan,
sewaktu-waktu
memberikan
keringanan
dalam
ongkos
giling, membantu mengangkut hasil gilingan ke pinggir jalan, dan
lain-lain.
mendapatkan itu,
Selain dari itu, ia berupaya
bahan
mentah untuk digiling.
untuk
Untuk
dilakukan pencarian gabah ke luar daerah.
selalu
keperluan Upaya-upaya
itu bisa kita anggap sebagai suatu kreativitas dalam lola perusahaan serta kecermatan dalam Dengan
cara
demikian,
kegiatan
menge-
melakukan transaksi.
penggilingan
padi
dalam
perusahaannya tidak pernah berhenti, sehingga pengusaha lain akan bisa tersaingi. Kewiraswastaan yang dilakukan oleh "K2" yang bergerak di bidang pengelolaan pesantren dan pengajian, dengan keliling
mendirikan
madrasah dan pesantren
dilakukannya
serta
pada dusun-dusun di dalam maupun di luar
Keterampilan
dalam
mengelola
pusat-pusat
pengajian desanya.
kegiatan itu ia
186
dapatkan tren
melalui magang selama berada di pendidikan
pesan-
yang dijalaninya sepanjang 11 tahun, yaitu dari
1959 sampai
tahun 1970. Potensi-potensi yang
tahun
dapat
dikem-
bangkan dengan cara itu ialah : 1. Ketekunan, ketabahan dan kesabaran dalam melakukan pekerjaan, karena proses pendidikan dan pengajaran bukan
pro-
ses yang hasilnya bisa dilihat segera. 2. Kemandirian dalam menjalani kahidupan, karena segala
se-
suatunya harus diurus sendiri. 3. Ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena segala yang terjadi dalam hidup manusia tiada lain adalah atas dasar kehendak-Nya. 4. Gaya
Kepemimpinan yang mendukung,
orientasi
pada
prestasi r
partisipatif dan ber-
tergantung
pada
situasinya.
Dalam hal memberikan kesempatan kepada para santri memilih bidang kajian yang diperlukan, diberi Namun dalam
dan
kebebasan.
hal menjalankan kewajiban beribadat, apabila
perlu, mula-mula petunjuk
untuk
ditanamkan
dengan
pengawasan yang ketat,
cara-cara namun
memberi
selanjutnya
diberikan pengertian agar mereka menjalankan ibadat
atas
dasar rasa kebutuhan dalam hidupnya. Semua potensi yang didapatkan itu, terus dikembangkan dalam kehidupan sekarang, sambil ditambah dan dengan pengalaman pribadi yang sesuai dengan
disempurnakan kondisi
ling-
kungannya. "K5*
yang berprestasi dalam bidang pemerintahan
dan
perusahaan kendaraan angkutan umum, mulai mengenal pekerjaan
187
sebagai
matapencaharian, terjadi pada saat ia
dengan lalu.
ayahnya seperti telah dikemukakan pada
turut
serta
bagian
yang
Pada saat itu ia merasakan bagaimana sukarnya
menda-
patkan uang, sehingga hal ini mendorongnya untuk tetap hidup berhemat yang telah dibiasakan sejak kecil dengan kan
uang
hasil
pemberian dari
tetangganya
menabung-
sebagai
upah
mengambilkan air setiap hari. Kebiasaan magang dalam bidang lain, dilakukannya pada saat ia mulai bekerja sebagai Kepala Kantor Kecamatan Cipaku pada
tahun 1959, yaitu belajar mengelola perusahaan
kenda-
raan di bawah pimpinan Pak Aceng seorang pengusaha kendaraan yang telah berpengalaman. Pekerjaan itu merupakan sampingan. Ia belajar
pekerjaan
bagaimana mengatur keuangan, berkomu-
nikasi dalam bidang perusahaan, memperlakukan para dan
lain-lain.
Di antara kedua orang
itu
pegawai,
terjadi
proses
saling membutuhkan. Pengusaha kendaraan membutuhkan
bantuan
dalam pembuatan surat-surat yang berhubungan dengan
perusa-
haannya,
penghasilan
tambahan
untuk menunjang keperluan hidupnya. Jadi di antara
keduanya
terdapat
sedangkan
kasus memerlukan
transaksi yang saling mengikat dan saling
mengun-
tungkan atau saling mengembangkan. Dari magang ini ia dapat melihat potensi-potensi yang dikembangkan
oleh 'majikannya* yang
diberi
makna
sebagai
modal dasar dalam berwiraswasta, yaitu : 1. Bekerja
keras,
tak kenal lelah dalam menggunakan
untuk pekerjaan-pekerjaan yang produktif.
waktu
188
2. Ketekunan dalam melakukan pekerjaan yang telah dipilihnya tidak banyak garapan lain yang dikerjakan selama apa yang dipilih itu belum berhasil.
Kegagalan-kegagalan
dipela-
jari sehingga didapatkan jalan penyelesaian yang tepat. 3. Rasionalitas dalam mengelola perusahaan, yaitu
melakukan
perhitungan-perhitungan yang matang, mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat merugikan dalam upaya
mencapai
cita-cita yang telah dipilih secara matang pula. 4. Cara-cara dengan
dalam pengembangan perusahaan
menggunakan
yang
hasil dari kendaraan
dilakukan
secara
digunakan kembali untuk kepentingan perusahaan
khusus
tersebut,
tidak digunakan untuk keperluan lain. 5. Kreativitas
dalam menciptakan peluang-peluang baru
yang
mendukung pekerjaan yang telah digarap, sehingga di antara keduanya saling menunjang dan saling menguntungkan. Karena
bidang
perusahaan
kendaraan
ini
merupakan
sesuatu yang baru dalam hidupnya, maka hal ini bisa dianggap sebagai suatu inovasi bagi kasus ini. Sehubungan dengan
hal
itu, maka periode ini dapat dikatakan sebagai periode pengenalan
yang
akhirnya
lambat laun memasuki periode
ia
dapat mengambil sikap untuk
persuasi.
karena
menerima
inovasi
ini. Pada saat kasus pindah ke tempat-tempat jabatannya, terputus. nya, dengan
lain
hubungan dengan pengusaha kendaraan Selama 20 tahun magang, banyak hal yang
sehingga
pada tahun 1979
kasus
mampu
karena
itu
tidak
diserap-
berwiraswasta
memulai perusahaan angkutan kendaraan umum di
bawah
189
bantuan
dan bimbingan orang tersebut.
kelima
potensi
Kasus
yang dipelajarinya selama
mengembangkan
magang.
ini dapat dikatakan sebagai periode keputusan. penelitian ini dilakukan
Periode
Sampai
(1991 - 1992) kerjasama
saat
di antara
keduanya masih terjalin atas dasar saling memerlukan (simbiosa mutualistis). Kasus tetap menjadi anggota
staf
pegawai
perusahaan kendaraan itu sebagai penasihat terhadap para pegawai, yang setiap bulan menerima honorarium penghargaan kendaraan
atas
pekerjaan
yang
sebagai
dilakukannya.
tetap memerlukan buah pikiran dan
tanda
Pengusaha
tenaga
karena ia terkesan oleh kejujuran dan ketekunan
kasus,
bekerjanya,
di samping ada hal-hal yang memerlukan nasihatnya sehubungan dengan pengalaman sebagai pensiunan Camat (wawancara
dengan
Pak Aceng, September 1991). Proses pengembangan potensi yang dilakukan oleh "Kg", yaitu seorang petani unggul lain dimulai dengan magang, baik sebagai
petani
perusahaan siswa yang
kecil maupun sebagai
pedagang
ayahnya, yang dilakukan sejak ia
masih
SD kelas III, seperti telah dikemukakan lalu.
Dengan
melalui pekerjaan
itu,
tahu
milik menjadi
pada ia
bagian
dapat
ngembangkan ketekunan bekerja, kesabaran dan ketahanan
memen-
derita, ketabahan dalam menghadapi permasalahan yang dialami dalam pekerjaannya, menghemat rilki. dan yang paling penting adalah lebih
pengembangan potensi kewiraswastaan.
Selama
16 tahun (dari tahun 1939 - 1954) ia bekerja
pemagang
kurang sebagai
pada perusahaan ayahnya itu, baru pada tahun
1954
190
ia hidup mandiri dengan pekerjaan pokok sebagai guru SD yang dibarengi Baru
dengan
pada
diganti
pengusaha pabrik tahu
miliknya
tahun 1967 perusahaan tahu itu
sendiri.
dihentikan,
dengan membuat pencucian kendaraan, dibarengi
dan pula
dengan menekuni bidang pertanian sampai sekarang. Sifat-sifat hemat dan bekerja keras yang dikembangkan dalam
hidupnya, semakin diperkuat dengan meneladani
Sekolah (Rd. D. Nataatmadja alm.) yang menjadi
Kepala
pimpinannya.
Ia terkenal sebagai tokoh yang rajin bekerja, baik mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan
yang halus maupun
pekerjaan
yang
kasar. Tokoh itu menjadi sumber identifikasi dalam hidupnya. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, tampak kreativitas
dan rasionalitas yang
bukti
kreativitas yang rasional ini,
dari
dikembangkannya. misalnya
pertanian sawah milik yang terletak di pinggir
anak
adanya Buktilahan sungai
yang mengalir pada suatu lembah dalam ia timbuni dan saluran tersebut dipindahkan ke alur lain, sehingga
dari pekerjaan-
nya itu mendapatkan keuntungan ganda. Lahan hasil urugan dapat
memperluas sawahnya, sedangkan saluran air yang
dahkan
itu, yang letaknya lebih tinggi dari
mengairi
seluruh
kreativitas pencucian
yang
sawahnya dengan mudah. rasional ini ialah upaya
semula,
Bukti
lain
membuat
kendaraan bermotor. Pada saat pembuatannya
dipindapat dari tempat belum
banyak kendaraan umum di desa itu, tetapi dengan perhitungan yang bahwa
matang
menjangkau
masa
depan,
maka ia berkeyakinan
jumlah kendaraan pribadi maupun umum di desanya pasti
makin bertambah. Pada saat penelitian ini dilakukan,
setiap
191
hari rata-rata 50 kendaraan tercuci di tempat itu. Pendapatan
rata-rata
Pembuatan
tidak
pernah kurang dari Rp.
10.000,-/hari.
tempat pencucian kendaraan itu banyak
sendiri, yang menandakan
dikerjakan
bahwa sifat bekerja keras direali-
sasi dalam segala pekerjaannya. Usaha yang ditujukan
kepada
bidang pertanian, dilakukan dengan menanam modal (investasi) melalui pembelian lahan pertanian dari orang-orang yang membutuhkan.
Pekerjaan
itu dilakukan atas
dasar
perhitungan
bahwa harga lahan semakin lama semakin naik, sedangkan selama
diolah dapat mendatangkan hasil yang cukup besar.
pertanian
yang dimilikinya
Lahan
seluas tidak kurang dari
6
Ha
(lahan darat 4 Ha dan sawah 2 Ha), ia kelola sendiri. Dengan demikian, setiap hari baginya ada kegiatan yang rutin. Dalam kegiatan
itu
terjadi saling
tunjang-menunjang.
Pencucian
kendaraan dibuat di bagian bawah lahan pertaniannya, sehingga
air yang diperlukan untuk kendaraan, disalurkan
sawah
dan
untuk
sawah
setiap hari tidak pernah terhenti. Contoh-contoh yang
dike-
mukakan
kolam. Dengan demikian,
itu,
pengairan
melalui
merupakan sebagian bukti dari
adanya
sifat bekerja keras dan sifat positif lainnya telah
dikemukakan
menelaah, fisikal.
tadi, sebagai
hasil
dari
memaknai dan memanfaatkan lingkungan
sifat-
seperti
yang
kemampuannya sosial
dan
192
b. Kepemimpinan. Potensi
kepemimpinan lebih banyak dikembangkan
oleh
individu-individu
yang karena jabatan dan fungsinya
secara
langsung memimpin
masyarakat. Semua kasus yang termasuk ka-
tegori "pemimpin" dalam dimensi yang berbeda-beda, sama
se-
kali tidak direncanakan sebelumnya. Kepemimpinan yang dimaksud ialah kepemimpinan formal dan kepemimpinan non formal. "K3 W ,
Kepemimpinan formal sempat diraih oleh : "K5*, dan
"K^".
"K2".
Sedangkan kepemimpinan
Mereka
memiliki
dianggap memiliki jiwa
diraih
kepemimpinan,
kemampuan untuk mengatur orang lain guna
tujuan
tertentu.
sangat
berbeda-beda. "K5"
dengan
non-formal
Proses
memulai
meniti
pengembangan
pengembangan
potensi
potensi
jenjang dari bawah. Pada
oleh karena
mencapai tersebut,
kepemimpinannya
tahun
1942
mulai
menjadi komandan Seinendan, sampai akhirnya pada tahun menjadi
Camat
dengan melalui berbagai jabatan seperti
uraikan pada bagian lain dalam disertasi ini. jabatan
1980
dapat diraihnya berkat adanya rasa
di-
Jabatan
demi
tanggung
terhadap setiap pekerjaan yang dibebankan kepadanya, penuh kejujuran, kesabaran dan Hetekunan serta
j^wab dengan
tetap
tidak
melepaskan diri dari Yang Maha Kuasa. Ia belum pernah
mela-
laikan
tugas dari atasannya, dan selalu
dikerjakan
dengan target waktu yang telah ditetapkan. yang
dihadapi,
meminta
diatasi
dengan
cara
Setiap kesulitan
berkonsultasi
bantuan dari orang-orang yang lebih tahu
itu. Dari
tindakannya
itu,
bisa
sesuai
kita
katakan
untuk
akan bahwa
hal ia
193
mempunyai kemampuan pula untuk menghargai dan pemaknai kelebihan orang lain. Ada yaitu
dua prinsip dalam
menjalankan
kepemimpinannya,
sikap tunduk dan patuh terhadap atasan.
keterbukaan,,
saling haroa menghargai terhadap bawahan dan sesama. Apabila dikaitkan yang
dengan
gaya kepemimpinan menurut
House
telah dikemukakan dalam bab II, maka dapat
seperti
dimasukkan
ke dalam gaya kepemimpinan yang mendukung, karena
ia
tidak
membuat jarak yang terlalu jauh dengan bawahannya. Bila lihat
dari
keterbukaan terhadap saran-saran
dan
di-
pendapat
dari bawahan, namun dalam pengambilan keputusan tetap berada di tangannya, maka gaya kepemimpinan yang dijalankannya termasuk gaya kepemimpinan partisipatif. Semuanya ini dilakukan dengan
harapan agar para bawahan dapat
mencapai
prestasi-
prestasi sesuai dengan bidang masing-masing. Dengan demikian ia memiliki pula gaya kepemimpinan yang berorientasi
kepada
prestasi. Dalam
kehidupan
sehari-hari ia selalu ramah mengha-
dapi siapa pun, baik terhadap bawahannya, lebih-lebih terhadap atasannya. Ia berpendapat bahwa manusia pada sama, titipan
sedangkan kepangkatan dan kekayaan yang
sifatnya
sementara saja.
hakekatnya
hanyalah Dengan
sebagai pandangan
yang demikian, ia berkeyakinan tidak akan mengalami kepemimpinan
apabila
jabatannya telah berakhir pada
sindrom suatu
saat. Sifat-sifat positif (ketaatan, keramahan, keterbukaan, kejujuran dan ketekunan) selalu dikembangkannya pada
setiap
194
saat
ia berinteraksi dengan orang lain, baik dalam
kondisi
yang tidak formal, maupun dalam melakukan tugas-tugas formal yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian menurutnya, menjadikan tinggi,
ia
dapat menaiki jenjang jabatan
tiada lain adalah berkat dari
yang
yang
semakin
pengembangan
sifat-
sifat seperti yang telah dikemukakan tadi. Jadi yang penting adalah
"bekerja
inilah yang dapat
dengan ba i k" terlebih dahulu,
karena
hal
akan dijadikan sumber penilaian orang lain yang
menentukan
apakah jenjang karier akan
naik
ataukah
tidak. Dengan memperhatikan proses pengembangan kepemimpinan yang
dilakukan
melakukan
oleh "K5" ini, dapat
proses
dikatakan
bahwa
ia
belajar sendiri dengan menggunakan penga-
laman-pengalaman
hidupnya sebagai sumber utama
di
samping
adanya nasihat-nasihat dari fihak-fihak yang berwewenang. Gaya kepemimpinan tadi ia kembangkan pula dalam kedudukannya
sebagai
pimpinan
umum. Ia tentukan atau
dalam
perusahaan
kendaraan
tujuan perusahaan yang
mengangkat dan menghentikan
akan para
angkutan
dicapainya, pegawai,
sendiri yang mempunyai kewenangan penuh. Namun dalam uang setoran hasil
angkutan
ia
menen-
tukan
besarnya
setiap
hari,
lebih
banyak ditentukan oleh sopir-sopir, karena tidak
ada
ketentuan mengenai besarnya uang setoran yang harus diserahkan oleh mereka. Namun walaupun demikian,
sering
dilakukan
pengecekan oleh puteranya (Djodjo) terhadap situasi angkutan sehari-hari,
baik pada waktu-waktu sepi maupun
pada
waktu
arus penumpang meningkat. Pengecekan semacam itu dimaksudkan hanya
untuk memdapatkan standar
setoran dari
para
sopir.
195
Jadi dalam hal ini, besarnya setoran sangat tergantung kesadaran para sopirnya. Pengembangan potensi ini aplikasi pada bagian
merupakan
dari magang yang ia lakukan selama beberapa
perusahaan
Pak Aceng seperti telah
yang lalu. Dengan
pada
tahun
dikemukakan
pada
cara-cara seperti itu, maka kepa-
tuhanf rasa memiliki dan rasa tanggung
jawab
para
terhadap perusahaannya, kejujuran serta rasa
pegawai
senang bekerja
lebih dapat diwujudkan. "K3" mendapatkan kesempatan mengembangkan potensi kepemimpinannya 1968
pada saat ia menjadi Kepala Desa
- 1981. Berbeda dengan
m
K ^ f ia tidak
pada
melalui
magang, namun langsung terjun ke dalam jabatan
tahun proses
formal
yang
berbeda dengan jabatan sebelumnya. Selama menjadi Kepala Desa, ia menjalankan gaya kepemimpinan
yang banyak pienghargai peranan-peranan ppang
dan memanfaatkannya. Setiap ada hal-hal yang perlu
lain
diputus-
kan, ia musyawarahkan dahulu dengan para Pamong Desa dan tokoh masyarakat. Namun apabila diperlukan penanaman
disiplin
kerja, tidak segan-segan ia menggunakan cara-cara yang lebih tegas (Rusman Sya, Mantan Kadus Cilongok, September, Apabila
1992).
menerima berbagai tugas dari pihak "atas", maka
kelola
lagi untuk disesuaikan dengan kemampuan dan
lingkungan
alam
dan masyarakatnya. Dengan
cara
kondisi demikian,
maka pelaksanaan tugas-tugas yang datangnya dari atas, warga
masyarakat
sehingga
tidak dirasakan
pelaksanaannya
bisa
sebagai
lancar.
suatu
ia
oleh
paksaan,
Pengembangan
gaya
196
kepemimpinan ini dilakukan atas dasar hasil mempelajari teori-teori kepemimpinan sewaktu ia berada pada
lembaga pendi-
dikan yang ia tempuh, baik di SLTA maupun di Perguruan Tinggi- Ia simpulkan, bahwa dalam mengelola masyarakat, nya
dimulai dari mempelajari
untuk
kemudian
karakteristik
dipilih tipe-tipe
hendak-
masyarakatnya,
kepemimpinan
mana
yang
paling sesuai. Apabila
ditelaah lebih jauh, maka gaya
yang ia lakukan tidak pinan yang
banyak berbeda
kepemimpinan
dengan
gaya kepemim-
ditampilkan oleh "Kg" seperti yang telah dikemu-
kakan tadi. Hal-hal yang tampak menonjol pada
kasus ini dan
ku-
rang tampak pada Kepala-kepala Desa lain, ialah: 1. Kreativitas dalam melaksanakan tugasnya. Ia tidak terlalu terikat warga
oleh
tradisi-tradisi yang telah
masyarakatnya maupun pada
tertanam
cara-cara
yang telah dilakukan oleh Kepala-kepala Desa
pada
pemerintahan sebelumnya.
Ia berani merombak tradisi-tradisi yang dianggap
sebagai
penghambat kemajuan. Dalam bidang meningkatkan kesejahteraan
rakyat, ia cari peluang-peluang yang dapat
tungkan mereka, seperti
mengun-
misalnya merombak sistem
perta-
nian lahan kering, mengintensifkan tanaman tumpangsari di sawah, mendirikan "saung sawala", dan lain-lain. 2. Rasionalitas dalam
melaksanakan setiap kegiatan,
melakukan perencanaan serta perhitungan yang ngenai
segala kemungkinan yang dapat menjadi
dengan
matang
me-
penghambat
dan pendorong dalam upaya mencapai tujuan tertentu.
197
3. Daya inovatif yang
dibuktikan
dengan
kegiatan-kegiatan
seperti yang dikemukakan dalam butir 1 tadi. Saung sawala yang
mirip
organisasi subak di Bali, ia
adopsi
dengan
dimodifikasi sesuai dengan keperluan masyarakat pada saat itu. Penerapan organisasi semacam ini belum dilakukan desa-desa
lain. Jadi daya inovatif yang
dimiliki
ini dapat dikatakan cukup tinggi, sebab ada gejala
di "K3"
bahwa
ia selalu lebih dahulu menyerap hal-hal yang baru. 4. pepgontrolan pada setiap kebijakan yang telah diputuskannya. Pengontrolan ini kadang-kadang dilakukan secara mendadak, sehingga kelengahan-kelengahan dapat segera tahui
dan diperbaiki. Contoh mengenai hal ini,
pengontrolan
yang
dilakukan secara terus
dike-
misalnya
menerus
pada
saat dilakukan penghijauan pada lahan kering, pengontrolan
terhadap
pelaksanaan gerakan kebersihan,
dan
lain-
lain. 5. Setiap
kewajiban yang harus dikerjakan oleh
siapa
pun,
dimulai dengan penanaman pengertian mengenai manfaat dari pekerjaan tersebut. Bila terjadi penyimpangan-penyimpangan dari apa yang diwajibkan, maka orang yang bersangkutan diberi cara
tindakan-tindakan yang sifatnya mendidik. demikian,
maka orang tunduk dan patuh
Dengan
bukan
atas
dasar rasa takut, tetapi atas kesadaran yang muncul
pada
dirinya, karena pekerjaan itu dirasakannya sebagai
suatu
kebutuhan. 6- Keteladanan dalam melakukan kegiatan sehari-hari,
sesuai
198
dengan apa yang dikenakan kepada tutan yang dikenakan kepada
orang lain.
seseorang, sangat
mungkinan untuk berhasil, apabila apa yang tutan
Suatu tunkecil ke-
menjadi
tun-
itu tidak tampak pada diri orang yang menuntutnya.
Kelima hal itulah yang dirasakan sebagai
faktor
pe-
nunjang bagi keberhasilannya selama ia melakukan tugas-tugas jabatan sebagai Kepala Desa. Semua sifat seperti yang mukakan
tadi,
ia kembangkan sendiri dalam
dirinya
berpegang kepada berbagai pengalaman dan teori yang
pernah
tinggi.
ia pelajari
pada
dikedengan
kepemimpinan
lembaga-lembaga
pendidikan
Jadi pengembangannya dilakukan dengan cara
belajar
dari pengalaman dan aplikasi i i mu pengetahuan yang dimilikinya . Mengenai keberhasilan kerja "K3** ini, dikemukakan pula oleh Eman Samsulbahri (Ketua Seksi Penerangan dan
Pendi-
dikan LKMD desa itu). Ia menilai bahwa keberhasilan "K3" ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Adanya sifat-sifat kepemimpinan pada dirinya. 2. Adanya sifat kejujuran, keuletan dan keterbukaan. 3. Selalu mempunyai keinginan untuk mengembangkan diri dalam bidang
ilmu
pengetahuan dan
mempelajari
hal-hal
yang
belum diketahuinya. 4. Berani
berkorban, baik moral maupun material
untuk
me-
nanggulangi kepentingan masyarakat. 5. Kreatif dalam
menganggulangi kesulitan dana untuk pemba-
ngunan desa. 6. Selalu tepat dalam menjabarkan aturan-aturan yang
datang
199
dari atas. 7. Cukup tegas dan rasional dalam pengambilan keputusan. Bukti-bukti nyata yang dapat memperkuat faktor-faktor tadi,
ia kemukakan pula, namun tidak penulis sajikan
dalam
tulisan ini. "K4"
mempunyai jiwa kepemimpinan yang
dapat
dikem-
bangkan dalam hidupnya. Potensi itu telah mulai dikembangkan sejak
ia
menjadi aktivis
dalam
organisasi
kemahasiswaan
"IMAHAGI" (=Ikatan Mahasiswa Geografi) di IKIP Bandung waktu ia
berkuliah di tempat itu. Dalam organisasi
inilah
ia
memperoleh
kepemimpinan,
pemantapan-pemantapan
yang dikembangkannya pada waktu
kemahasiswaan dalam ia
teori
menjabat
pengurus IMAHAGI maupun di Perguruan Tinggi Swasta tempat ia bekerja, dengan cara praktek kerja sesuai dengan teori-teori yang pernah didapatkannya. Kegagalan-kegagalan atau pun berhasilan-keberhasilan
dalam
belajar
memimpin ini, didapatkannya dengan cara mempelajari
sendiri
dari pengalaman
yang
dengan
dapat dicapai
ke-
melalui
pengembangan
ilmu
penge-
tahuan, hampir sama dengan yang dilakukan oleh "K31*. Sesuai tampil
sebagai
melaksanakan yang
dengan
sifat kejiwaan yang
seorang
pemimpin yang
pekerjaannya. Pelaksanaan
keras,
cukup
tegas
aturan-aturan
datang dari tingkat Universitas maupun
aturan
maka
ia
dalam baik
peraturan-per-
lokal Program Studi, diawasi dengan ketat.
Teguran-
teguran terhadap teman sejawat yang dipimpinnya, lebih-lebih terhadap
para
mahasiswa yang melanggar
aturan,
dilakukan
200
tanpa ragu-ragu segera setelah penyimpangan itu dilakukan. Dalam melakukan tugasnya, ia memiliki pegangan
untuk
dirinya pribadi, yaitu melakukan tugas-tugas sebaik mungkin. Sebab dengan demikian, ia berkeyakinan bahwa orang lain akan menilai
pekerjaan
menentukan
bagi
tersebut, dan akan membawa masa depan karier. Jadi
akibat
prinsipnya
yang ialah
"bekeKla yang baik sesuai dengan potensi yang dimiliki, atas dasar prinsip
keiuiuran dan kebenaran." kerja
"Kg* seperti yang
Prinsip
ini mirip
telah
dikemukakan
dengan tadi,
namun dalam penampilannya sedikit berbeda. Mengenai jabatannya,
kreativitas dalam melaksanakan
tugas-tugas
dapat ditampilkan di sini, bahwa pada
saat
ia
menjabat Direktur Program Diploma FKIP dengan penuh kejujuran dan keberanian, ia mengajukan gagasan untuk merobah tem yang berlaku dalam UNSIL, terutama mengenai
sis-
pengelolaan
dan pengadministrasian pendidikan. Karena apa yang ia
kemu-
kakan itu dipertimbangkan cukup rasional oleh pucuk
pimpin-
annya,
Rencana
Induk
maka
ia dilibatkan ke dalam
Tim
Penyusun
Pengembangan Universitas Siliwangi Tahun 1985 -
Tahap II 1990 - 1995
dengan status sebagai Ketua Tim,
dikuatkan oleh s.k. Rektor UNSIL No.
2000 yang
650/US-BU/U.3/VI1/1990
tertanggal 19 Juli 1990 ( s.k. dapat dilihat oleh
penulis).
Jabatan tersebut merupakan jabatan yang bisa dianggap
isti-
mewa bagi kelompok Yunior seperti dia. "K2"
sebagai pimpinan pada Pesantren
maupun sebagai
pimpinan dan
pelaksana
"MIFTAHULHUDA"
pengajian di berba-
gai dusun di dalam maupun di luar desanya, memiliki
potensi
201
kepemimpinan
yang
didasari oleh ketakwaan
dan
keimanan
yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga ia menganggap
bahwa
sebagai
tugas-tugas pekerjaan
yang
dipilihnya
ibadah kepada-Nya. Atas dasar itu, maka
sendiri
ia
merasa
tidak mendapatkan kesukaran dalam melaksanakan pekerjaannya. Sifat-sifat penting yang dianggap dapat mendorong keberhasilan pekerjaanya itu ialah : 1. Kerelaan
dan
keikhlasan dalam
menjalankan
tugas
kepada
sesama, dengan tidak selalu mengharapkan
materi
dari mereka. Ia yakin bahwa yang
hanyalah
Tuhan,
yang
kedatangannya
amal
imbalan
mengatur
sangat
rijki
tergantung
pada derajat amal yang ia lakukan. 2. Ketekunan
dan
ketabahan dalam melakukan pekerjaan,
dan
sifat ini muncul karena sifat pertama tadi sudah terjelma dalam nya,
dirinya. Sikap mental ini dikembangkan pada karena ia menyadari bahwa setiap
jaan,
pasti ada rintangan-rintangan yang harus
Ketekunan Sodik
melakukan
ini
pekerdiatasi.
dan ketabahan yang ada pada diri Ajengan telah tampak
sejak ia
mengikuti
tempat yang masih berlangsung pada
saat
Eman
pendidikan
Pesantren-pesantren sampai melakukan pengajian di gai
diri-
berba-
penelitian
ini dilakukan. Karena dalam pengelolaan lembaga-lembaga yang pinnya lebih banyak menjalankan
dipim-
tindakan-tindakan yang ber-
sifat indoktrinasi. maka tipe kepemimpinan yang dilakukannya lebih
banyak
memperlihatkan kepemimpinan
dlrekfrif.
dalam
202
arti tidak terlalu banyak memberikan kesempatan kepada
para
santri atau peserta pengajian untuk turut serta mengatur pelaksanaan pendidikannya. Namun dalam hal-hal tertentu ia sering pula memberikan kesempatan kepada para santri untuk mengembangkan kreativitasnya dalam kepanitiaan, olah raga maupun kesenian dalam kesempatan
merayakan hari-hari besar Is-
lam yang dilakukan di tempat pesantren itu. c. Rangkuman. Dari hasil penelitian mengenai cara-cara pengembangan dan jenis potensi
yang dikembangkan oleh kasus-kasus, dapat
dirangkumkan sebagai berikut: 1. Keberhasilan yang
dapat dicapai oleh setiap individu ti-
dak diperoleh dengan mudah, tetapi memerlukan
perjuangan
yang
ketekunan,
sulit,
yang mereka atasi dengan
penuh
kesabaran, ketabahan dan kerja keras. 2. Memadukan upaya-upaya lahiriah dengan upaya-upaya religius sesuai dengan keyakinan, kepercayaan, budaya dan agama masing-masing, merupakan cara yang paling lazim dilakukan oleh
individu-individu untuk mengembangkan potensi
yang
dimilikinya dalam meraih prestasi yang optimal. 3. Upaya-upaya setiap
lahiriah
individu
dan
religius yang dilakukan
yang berprestasi,
dengan jenis masalah dan derajat
berbeda-beda
kesulitan
oleh sesuai
yang
perlu
4. Individu-individu yang berprestasi sebagai mahluk
sosial
diatasinya.
tidak hanya mengembangkan potensi untuk dirinya tetapi
dikembangkannya
pula
untuk
orang
lain
sendiri, dengan
203
sasaran, cara,
bentuk dan
isi yang berbeda-beda
sesuai
dengan kemampuan masing-masing. 5. Bagi
individu-individu
yang bergerak di bidang
kewira-
swastaan, magang yang dilakukan sejak mereka masih berada di
bawah asuhan keluarga, atau pada individu
telah
mencapai
keterampilan
prestasi,
kerja
yang
merupakan paling
cara
efektif
lain
pendidikan dalam
mengembangkan potensi unggul dalam diri mereka, dapat masa
yang
upaya sehingga
menjadi dasar bagi keberhasilan hidup pada selanjutnya. Dengan cara demikian, maka
masa-
pada
diri
mereka terbentuk suatu pola perilaku yang produktif. 6. Bagi
individu-individu yang bergerak di bidang
laan organisasi, lembaga, maupun perusahaan,
pengelomengkombi-
nasikan gaya kepemimpinan yang mendukung, melakukan tisipasi yang berorientasi kepada prestasi dalam bangkan
potensi
kepemimpinan
yang
dimiliki,
par-
mengemternyata
merupakan faktor keberhasilan utama. 7. Bagi
individu
tentu,
yang merasa cocok dengan lingkungan
lebih banyak
ter
melakukan adaptasi yang berkembang
dengan cara yang intelegen dan bahkan mengubah lingkungannya, sedangkan
individu
yang tidak merasa cocok, me-
ninggalkan lingkungan tersebut untuk
mencari lingkungan
baru yang lebih sesuai dengan keinginannya. 8. Individu-individu tertentu yang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sendiri
dirinya tanpa bantuan orang lain,
merupakan salah satu cara
pengembangan
belajar potensi
204
yang bisa memberikan keberhasilan. Secara umum dijumpai bahwa pada orang-orang yang berprestasi terdapat potensi-potensi berupa kreativitas, rasionalitas, daya inovatif, kewiraswastaan dan kepemimpinan yang ditunjang oleh konsep diri yang jelas serta
sifat-sifat ke-
sabaran, kerajinan, kejujuran, ketabahan, ketekunan, lasan,
suka
melakukan
keikh-
kerja keras, kebiasaan hidup hemat, keberanian
investasi dan mengambil
tanggung jawab, kemandirian, serta
risiko,
kebiasaan
keimanan dan
ber-
ketakwaan,
dalam suatu keterpaduan dan intensitas yang berbeda-beda. Bila dilihat dari bidang-bidang kehidupan secara
khusus,
maka didapat bukti bahwa: 1. Untuk dapat
mencapai prestasi dalam bidang materi,
kewiraswastaan
dan
kepemimpinan
yang
maka
ditunjang
oleh
rasionalitas, kreativitas, daya inovatif, disertai dengan kebiasaan
bekerja keras, hemat dalam menggunakan
keberanian melakukan investasi dan
rizki,
mengambil risiko, me-
rupakan potensi-potensi penting yang selalu dijadikan pegangan oleh mereka yang memfokuskan usahanya ke arah itu. 2. Bagi individu-individu yang berprestasi melalui
pengem-
bangan kepemimpinan, baik dalam bidang pemerintahan pun
dalam organisasi kemasyarakatan, maka
rasionalitas,
kreatvitas, daya inovatif yang disertai dengan bekerja,
tanggung jawab, jujur, terbuka,
mau-
kerajinan
sabar,
tekun,
suka menghargai orang lain, takwa dan beriman kepada
Tu-
han Yang Maha Esa, merupakan potensi-potensi yang dijadikan
landasan kerja mereka. Selain
dari itu,
keberanian
205
dalam mengadopsi pengetahuan dan teknologi baru yang sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, pakan
potensi
utama
yang
dikembangkan
dimeru-
individu
yang
mereka
yang
berprestasi dalam bidang pemerintahan desa. 3. Individu-individu
yang
berprestasi adalah
memiliki konsep diri yang jelas dan dikembangkannya,
se-
hingga memiliki pola perilaku yang produktif. B. Perjalanan hidup individu yang berprestasi. Apabila ditelusuri perjalanan hidup individu-individu yang menjadi kasus dalam upayanya mencapai prestasi
unggul,
masing-masing mempunyai kekhususan. Suatu keberhasilan tidak selalu
dapat
perjuangan
dicapai dengan mudah, namun
mengalami
panjang, dengan berbagai hambatan dan
suatu
tantangan
yang harus diatasi, di samping berbagai peluang yang
mendo-
rong sehingga suatu perjuangan dapat berhasil. Mereka mereka
raih
sadari bersama, bahwa nasib baik pada
hakekatnya
yang
dapat
merupakan perpaduan dari dua
unsur, yaitu nasib baik yang ditentukan oleh Tuhan dan upaya mereka
sendiri. Dengan demikian, maka apabila mereka
alami
masa-masa krisis dalam hidupnya, dilakukan
macam
upaya, yaitu menghadapkan diri dan minta
pula
mengdua
pertolongan
kepada Tuhan, disertai dengan usaha untuk bisa ke luar penderitaan yang sedang dialami. Bagaimana hasil yang
dari dapat
dicapai, sangat tergantung pada perpaduan kedua upaya tersebut.
Namun
bagaimana
mereka
berbuat,
terdapat perbedaan
antara individu yang satu dengan individu yang lain.
206
Dalam riwayat
bagian ini penulis berusaha untuk
keberhasilan
mereka, yang dimulai
menampilkan
dari
kehidupan
rumahtangga masing-masing. Kehidupan masa kecil, yaitu waktu mereka telah
masih berada dalam asuhan orang
tua
masing-masing,
dikemukakan dalam bagian yang lalu. Di
dalam
uraian
ini, dikemukakan pula upaya-upaya yang mereka jalankan dalam mengatasi
masa-masa krisis, agar dapat
diketahui
potensi-
potensi yang menyebabkan mereka berhasil. 1. Permulaan menata kehidupan dalam rumahtangga. "K5" waktu berusia
15 tahun, yaitu pada tahun
1939,
memulai kehidupan berumahtangga dengan istrinya, Rky.,
yang
pada saat itu baru berusia 12 tahun dan masih menjadi
murid
SD
calon
kelas V. Gadis itu ia kenali dan ia pilih sebagai
istrinya,
pertama karena adanya hubungan dagang
kedua orang tuanya, dan kedua karena ia melihat jinan bekerja dan ketekunan belajar. Untuk
di
antara
sifat kera-
membiayai
kehi-
dupan setelah berumahtangga, mereka membantu berdagang kupat tahu pada mertua dari fihak istri, di samping membantu orang tua "Ks" sendiri seperti telah dikemukakan pada bagian
yang
lalu. Tahun 1945 sampai tahun 1947 terjadi goncangan kehidupannya,
karena
belum tercipta
kesesuaian
dalam
faham
di
antara suami - istri dalam mengatasi penderitaan yang mereka alami mereka
pada saat itu. Sejak berumah-tangga sampai mendapatkan
biaya hidup dari
mertua
Keadaan ini ia atasi dengan penuh kesabaran dan
saat itu,
pihak
istri.
diterimanya
207
sebagai nasib yang diberikan oleh Tuhan. Tahun gerilya
saat itu, dengan mendapatkan upah R.35,-
Kariernya tahun
1947, ia menjabat pangkat Kopral pada
dalam bidang kemiliteran mulai naik,
1948/1949
diangkat menjadi Komandan
pasukan perbulan.
yaitu
pada
Peleton,
namun
istrinya tidak menyetujuinya, karena takut ditinggalkan jauh oleh suami. Untuk menjaga kestabilan rumahtangga, ia
menga-
lah terhadap keinginan istrinya, dan pada saat itu ia ke luar dari TNI kemudian pindah ke Pemerintahan Kecamatan
seba-
gai Agen Polisi (tanpa s.k.). Dalam jabatan itu ia mendapatkan
upah
berupa beras sebanyak 35 kg untuk jatah
5
orang
anggota keluarga termasuk suami-istri. Tahun secara
19 49 istrinya mulai berdagang
mandiri,
sehingga dengan demikian
makanan biaya
kehidupan
keluarga mulai ditanggulangi bersama, terlepas dari mertuanya.
Dalam
upaya menghemat rijki,
mereka
keterbukaan
dalam oleh
serta saling menuruti kemauan
bantuan melakukan
pola hidup sederhana dengan menerima apa adanya. dan
ringan
Kejujuran yang
sehat
kehidupan suami-istri saat itu sangat dipegang
teguh
kedua belah fihak, sehingga selamanya hidup rukun
dan
damai, terhindar dari berbagai macam pertengkaran yang tidak diinginkan. Tanggal 1 April 1950 "K5" menerima s.k. dari Priangan negeri
yang
secara
resmi
ia
diangkat
Residen
sebagai pegawai
dengan pangkat/jabatan Calon Agen Polisi. Sejak saat
itu, ia mendapatkan upah Rp.12,50/bulan. Sebagai akibat dari
208
ketekunan
dan
keraiinan, serta kejujuran
dalam
melakukan
pekerjaannya, maka pada tahun 1956 ia meningkat menjadi Agen Polisi,
lagi
menjadi
Jurutulis Camat di Kecamatan Cipaku. Jumlah anggota
keluar-
ganya
dan
pada tahun 1957/1958
meningkat
pada saat itu telah menjadi 7 orang,
tanggungan pola
keluarganya
sehingga
bertambah berat. Oleh
beban
karena
hidup sederhana dalam upayanya untuk menghemat
itu, rijki,
selalu dijalankan bahkan dijadikan pola tetap dalam kehidupan
keluarga
ini. Pekerjaan apa pun yang
dapat
memberikan
keuntungan walaupun sedikit, dilakukannya dengan penuh tanggung
jawab.
tingkat saling
Interaksi sosial dengan orang dari
mana pun ia lakukan dengan penuh menghargai,
kelas
dan
sopan-santun
dan
tanpa membedakan derajat
dan
martabat
manusia. Dengan sifat rendah hati yang dilakukan oleh anggota
keluarga, menyebabkan banyak orang yang
semua
bersimpati
kepada keluarga ini. "Kg" diatasinya untuk itu
yang dengan
hidup
menderita sejak
kemandirian,
kecil
nampaknya
kehidupan
dalam
hidup selanjutnya.
Ia
telah
menjadikan
hidup sederhana dan menghematf sehingga terpola
dan
kedua
mulai
berumahtangga tahun 1954 dengan istri
dia sifat
memasuki pilihannya
sendiri ( Od.), yang telah ia pelajari sifat-sifatnya selama 4 tahun. Biaya pernikahan ditanggung sendiri dengan
menggu-
nakan uang tabungannya. Bila dilihat dari sifat-sifat
pribadi yang
dimiliki
istrinya ini, terdapat perbedaan yang cukup besar.
Istrinya
senang
jajan, kurang rajin bekerja, sedangkan
dia
sendiri
209
sangat menghemat rijki dan senang bekerja.
Namun ia
nyai keyakinan bahwa sifat yang berbeda ini
mempu-
pasti bisa
atasinya dengan diberikan tanggung jawab penuh
di-
dalam menge-
lola pendapatan serta latihan untuk bekerja, sehingga tumbuh kesadaran hidup. untuk
bahwa
semuanya
itu
merupakan
kewajiban
Selama kurang lebih dua tahun "Kg" melatih hidup sesuai dengan pola hidup
yang
istrinya
dikehendakinya.
Pada permulaan hidup berumahtangga, ia tinggal dalam gubuk
kecil
sendiri.
selama 6 bulan, karena
dalam
belum
sebuah
memiliki
Karena istrinya tidak merasa betah, maka
rumah
akhirnya
mereka pindah dan menumpang di rumah orang tua istrinya. Untuk menambah penghasilan, Istrinya keperluan karena
hidup
mencoba
untuk berdagang
sehari-hari di kampungnnya,
namun
banyak yang mengutang tidak bayar. Sejak
merugi
itu
hanya
"Kg" yang aktif berusaha, baik sebagai guru SD maupun sebagai petani
dan pedagang tahu. Semua pendapatan
tersebut
diserahkan kepada istrinya untuk
dari
pekerjaan
dikelola
sesuai
dengan pola penggunaan yang ia tetapkan. Dengan cara demikian,
maka
sifat boros pada istrinya
berganti
dengan
Menurut
pengakuan
karena
kecermatan dalam
sekaligus
menggunakan
istrinya, mula-mula hal itu
hilang
dan
pendapatan. ia
lakukan
merasa takut oleh suaminya, tetapi akhirnya
menjadi
kebiasaan. Hidup
bersama mertua berlangsung sampai tahun
Dengan uang tabungannya
sekitar
1960.
tahun itu la membuat rumah
di atas sebidang lahan hasil pembelian sendiri. Dengan sifat
210
rajin bekerja dan menghemat rijki yang dimilikinya, sebagian besar
pekerjaan
membuat rumah
ini
dikerjakannya
sendiri
sampai selesai. Setelah secara berangsur-angsur dapat membeli bidangbidang
lahan
pertanian, maka selain dari
bekerja
sebagai
guru SD, ia mengutamakan pekerjaannya sebagai petani, lebihlebih dalam masa pensiun. Pada tahun 1967 ia membuat pencucian
tempat
kendaraan yang masih dapat digunakan sampai
saat
penelitian ini dilakukan. Apabila
dilihat dari segi penderitaan
hidup
selama
berumahtangga, menurut pengakuannya sebenarnya mereka pernah
mengalami
mempunyai ia
kekurangan biaya hidup,
sebab
belum
selamanya
uang simpanan walaupun sedikit. Namun yang
selalu hidup sederhana, baik dalam hal pakaian,
jelas makanan
maupun dalam aspek lainnya. Setiap pengeluaran selalu diperhitungkan dengan pendapatan. Tampak dari luar seperti
orang
yang menderita, tetapi menurut perasaannya biasa-biasa saja, bahkan merasa mempunyai kelebihan dari orang lain, karena ia selalu memiliki uang simpanan. Selama perjalanan hidupnya ia tetap
berpegang pada pola hidup sederhana, menjauhkan
dari sifat-sifat kemewahan. Dengan demikian maka
diri
penampilan
suami istri ini tidak nampak sebagai orang berada,
walaupun
kekayaannya berangsur-angsur melimpah. "Kj"
memulai kehidupan berkeluarga pada
tahun
1952
dengan istri pilihannya (Rns.). Istrinya telah mengalami dua kali
perkawinan, sedangkan "Kj." sendiri baru pertama
Perbedaan
pengalaman semacam itu tidak
kali.
dianggapnya sebagai
211
suatu
problema yang penting. Yang
diutamakanadalah
adanya
kecocokan dalam hidup berumahtangga. Dari tahun 1952 sampai tahun 1975 mereka bagai
masa
kehidupan yang sangat prihatin.
rasakan seMereka
hidup
dengan serba kurang, karena orang tua dari kedua belah fihak tidak
memberikan bantuan apa pun. Mereka tinggal
menumpang
di rumah orang tua "Kj". Namun kondisi semacam itu diterima oleh
kedua suami istri ini dengan penuh
kesabaran.
sambil
selalu bekerja keras dan menghemat rljki f sesuai dengan yang telah
dibiasakannya
sejak kecil. Sifat
lain
yang
selalu
mereka kembangkan adalah selalu menepati janj i dengan
orang
lain, dan tidak menganiaya orang Aajji. Etika sosial tersebut selalu mereka kembangkan bersama. Matapencaharian utama dalam periode ini adalah bertani dengan cara menyewa sawah dari orang lain di luar desanya (di Desa Cikupa dan Kalapahapa), dengan sewaan 2,5
kwintal/
100 tumbak/musim panen. Jumlah lahan sewaan ini mencapai 500 tumbak. Dari hasil penyewaan sawah tersebut, pada tahun 1952 mendirikan pabrik serai wangi dengan cara menyewa lahan dari Pak
Karta, penduduk Kampung Babakan. Dari hasil
usaha
itu
sebagian ditabungkan, membeli perhiasan sebagai bentuk
sim-
panan
Tahun
1956
yang pertama (sampai sekarang hanya
mem-
untuk
lahirlah punyai
digunakan
anaknya satu
pada saat
dibutuhkan.
orang anak} dan pada tahun itu pula
ia
mulai
membeli sebidang lahan darat seluas 273 tumbak dengan 230 kg gabah
hasil pertanian sawah sewaannya. Mulai saat itu
pula
212
ia berangsur-angsur memperluas lahannya, dengan cara
memin-
jam uang terlebih dahulu dari Adinta atau dari Djaja (penduduk
Desa Kawali langganan atau penerima hasil minyak
serai
yang ia produksi) untuk dibayar dengan minyak serai. cara
demikian,
maka
setiap ada orang
yang
Dengan
akan
menjual
lahan, selalu bisa dibelinya, sebagai akibat dari kepercayaan
dari orang yang meminjamkan uang tersebut tadi. Hal
itu
merupakan ciri adanya proses interaksi transaksional yang ia lakukan, sehingga dengan cara itu diperoleh kemajuan. Pembelian
lahan pertanian itu bukan saja hanya di dalam
wilayah
desanya, tetapi juga di wilayah desa tetangganya (Desa Cikupa dan Desa Selamaya). Dengan hasil usaha tersebut, pada tahun 1971 ia mampu membuat
rumah
sendiri, walaupun semua harta
kekayaan
dan
simpanannya habis dipakai. Tahun 1971 - 1977 dianggapnya sebagai
masa kebangkitan kembali, yang mereka
bekerja telah
jalani
keras, menghemat dan hidup sederhana dilakukan
sebelumnya,
melalui
dengan
seperti
usahanya
di
yang bidang
pertanian dan penyulingan minyak serai wangi. "K2* pesantren
yang
selama
telah menjalani
pendidikan
kurang labih 11 tahun,
di
pada
berbagai
tahun
1970
mulai memasuki kehidupan berumahtangga dengan istri pilihannya
sendiri. Mata pencaharian yang ia garap adalah
bertani
dan
berdagang kerupuk keliling kampung-kampung, di
samping
pada
sore hari mengadakan
pengajian di mesjid yang ada
kampungnya. Semula pengikut pengajian tersebut anak
warga Kampung Sukamaju, namun lambat
laun
hanya
di
anak-
anak-anak
213
dari kampung
tetangganya
semacam
berlangsung kurang lebih
ini
banyak pula yang
datang. Kondisi
satu
tahun.
Karena
pengikut pengajian itu bertambah banyak, maka pada awal
ta-
hun 1971 ia buka Madrasah Diniyah. Dengan demikian, pengajian berubah materi
sifatnya
menjadi pendidikan
pengajarannya
persekolahan
lebih luas, sesuai
dengan
yang
kurikulum
yang berlaku bagi madrasah tersebut. Tahun
1974
dibangun
bangunan
baru
semi
permanen
dengan biaya dari swadaya masyarakat Kampung Sukamaju,
yang
ia gunakan sebagai Pesantren untuk menampung anak-anak
dari
kampung itu. Pada saat itu santri dari luar daerah hanya ada tiga orang, yang berasal dari Ciamis. Sejak adanya
bangunan
itu bertambahlah pengikut pengajian tersebut, sehingga selain pula
dari pengajian untuk anak-anak dan
pesantren,
ditambah
dengan pengajian untuk orang tua. Perkembangan
pesan-
tren yang semakin pesat, menuntut bangunan yang lebih layak, sehingga pada tahun 1990 bangunan tersebut diperbaiki menjadi
bangunan permanen dengan biaya swadaya
masyarakat
Desa
Talagasari. Pada "K2W
saat-saat
membangun pesantren
ini,
perhatian
banyak dicurahkan kepadanya, sehingga ia tidak
sempat
menggarap pekerjaan lain selain dari menyelenggarakan pengajian
setiap hari. Pekerjaan hariannya pada saat
penelitian
ini dilakukan (Januari 1992) ialah : 1. Tiap hari Minggu : pengajian orang tua (ibu-ibu) yang dilakukan
secara bergilir di
desa-desa
214
Talagasari, Sindangsari dan Cikupa. 2. Tiap malam Senin : pengajian
bapak-bapak di ketiga
desa
tersebut,
yang dilakukan secara
ber-
giliran. 3. Tiap malam Selasa ke I : pengajian di Dusun Sukamulya. 4. Tiap malam Selasa ke II : pengajian
di
Dusun
Cilongok,
Desa Talagasari. 5. Tiap hari Selasa : pengajian ibu-ibu di Dusun
sukahurip,
Desa Talagasari. 6. Tiap malam Rabu
: pengajian di Dusun Sukamaju, Desa
Ta-
lagasari . 7. Tiap hari Rabu ke I (setelah waktu sembahyang Asar): pengajian
untuk bapak-bapak di
Dusun
Sukahurip, Desa Talagasari. 8. Tiap hari Rabu ke II : pengajian umum di Desa Talagasari. 9. Tiap malam Kamis : pengajian di Dusun Lamping, Desa Cikupa {selang satu tninggu). 10. Tiap hari Kamis ke I dan ke II : pengajian
di
Talagasari
(setelah sembahyang Asar).
11. Tiap malam Jum'at: pengajian
Dusun
Cigintung
untuk bapak-bapak di
Desa
Dusun
Cilongok, Desa Talagasari. 12. Tiap hari
Jum'at: pengajian di Dusun Sukaratu, Desa
Ta-
lagasari, antara jam 8.00 - 10.30. 13. Tiap malam Sabtu : pengajian di Dusun Sukamaju bergiliran untuk 4 mesjid. 14. Tiap malam Minggu ke I :
215
pengajian
untuk bapak-bapak di
Dusun
Sukaratu, Desa Talagasari. 15. Tiap malam Minggu ke II : pengajian umum di Dusun
Kertaraharja,
Desa Cikupa. Oleh kebutuhan
karena
kesibukan
itu,
maka
untuk
rumahtangganya, ia banyak dibantu
mencukupi
oleh
istrinya
yang menggarap bidang pertanian, baik sawah maupun pertanian lahan
kering.
Pekerjaan istrinya itu banyak
pula
dibantu
oleh para santri, yang sekaligus merupakan bagian dari pelajaran
di pesantrennya, yaitu melatih mereka
keterampilan
agar
bercocok tanam. Cara demikian, bisa
sebagai interaksi transaksionalf karena
memiliki dinamakan
keuntungannya
bisa
dirasakan oleh kedua belah fihak. Pada modal
saat-saat
utama
baginya
menjalani kehidupan adalah
bekerja
keras
yang
demikian,
dengan
penuh
tanggung jawab disertai dengan berdo'a kepada Tuhan agar apa yang
dicita-citakannya
berhasil.
Hubungan
dengan
masyarakat selalu diupayakan sebaik mungkin dengan
warga bersikap
ramah dan sopan terhadap setiap orang, memberikan pertolongan
kepada
siapa saja yang memerlukan,
baik
moral tidak
maupun
material.
Dalam melakukan segala pekerjaan,
terlalu
memandang
besarnya upah yang diterima, yang penting
adalah
diperoleh dengan jalan yang halal dan diridoi Tuhan.
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa yang ia kembangkan dalam dirinya
untuk menata kehidupan yang lebih baik adalah
hubungan
216
sosial yang intensif. sebab pekerjaannya selalu
berhubungan
dengan masyarakat. Maju-mundurnya pekerjaan yang ia banyak
bergantung pada respons masyarakat atas
lakukan
upaya
yang
dilakukannya. "K4"
mulai hidup untuk
nya dari Jurusan Pendidikan tahun
menikmati hasil
Geografi
pendidikan-
FPIPS - IKIP
1982, bekerja sebagai tenaga Kopertis di
Universitas Kampus,
Swasta.
pada
Sekertaris
tahun
salah
Sebagai hasil kerajinannya 1983 - 1985 ia
PPL. Pada
diberi
Bandung
datang
tugas
saat itulah ia bertemu
satu di
sebagai
dengan
calon
istrinya (Ny. AN.), seorang mahasiswa yang berasal dari
sa-
lah satu pesantren di suatu Kecamatan wilayah Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah tempat tinggalnya. Pada bulan
Ok-
tober 1983, mereka melangsungkan pernikahannya. Pasangan
suami-istri
ini mula-mula hidup
rumah
kontrakan,
hanya
cukup untuk menggalang keperluan
mula
ada
sifat
dengan penghasilan yang
pada istrinya yang
keinginannya,
yaitu
yang ia
sebagai
duga
keluarganya hilang,
di
boleh
dikatakan
sehari-hari.
kurang
pemanjaan
dalam
waktu kecil. Namun sifat tersebut
Mula-
sesuai
sifat keakuan (ego) yang agak akibat
dalam
dengan tinggi,
pendidikan lambat
sebagai akibat dari nasihat-nasihat yang
laun
diberikan
kepadanya secara berulang-ulang. Dari jabatan Sekertaris PPL ini pada tahun
1984-1985
beralih menjadi PD.III FKIP, yang dirangkapnya dengan jabatan
Ketua Program Geografi Jurusan IPS yang ia dirikan
pada
saat itu, selama 6 bulan. Pada saat itu berbagai hambatan ia
217
alami terutama yang berasal dari sikap irihati
teman-teman-
nya, karena ia sering melontarkan ide-idenya kepada pimpinan dan
ternyata diterima, sehingga dijuluki sebagai pemain
belakang dengan
i.ayar
oleh mereka. Hambatan
tersebut
cara meminta nasihat kepada orang-orang
di
diatasinya yang
telah
berpengalaman bekerja di sana. Pada tahun 1987/1988 ia
ber-
hasil menyelesaikan studinya di Program S2-PLS Pasca Sarjana IKIP Bandung. Sejak tahun 1983 sampai penyelesaian ini
dianggap merupakan saat-saat prihatin
kehidupan berumah-tangga, karena
hidup
dalam
dengan
studinya menjalani
penghasilan
yang hanya cukup untuk menanggulangi keperluan hidup seharihari
tanpa ada kelebihan untuk ditabungkan.
Namun
kondisi
ini mereka jalani dengan penuh kesadaran dan kesabaran melalui
hidup
sederhana,
menerima apa
adanya,
sambil
tetap
berusaha dan berdo'a agar kehidupannya mengalami peningkatan sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang pegawai Perguruan Tinggi. "K3"
memulai hidup berumahtangga pada bulan
1964
dengan istrinya yang masih mempunyai
(St.
H.). Ia dapatkan calon istrinya itu bukan
Januari
hubungan
famili
hanya
atas
pilihannya sendiri, melainkan atas anjuran dan pilihan orang tuanya
yang
ia terima karena
kepercayaan
penuh
terhadap
orang tua yang telah memilihkannya. Dalam kehidupan berumahtangga, ia mendapatkan kecocokan dengan istrinya, karena mereka sama-sama berasal dari keluarga yang sangat patuh hadap ajaran Agama Islam.
ter-
218
Setelah hidup ia
menjalani pernikahan, selama 6 bulan
terpisah. Istrinya tinggal di Desa Kawali,
bekerja sebagai tenaga pengajar PGA 4 tahun
Baru
mereka
sedangkan Tanggerang.
pada pertengahan tahun 1964, ia pindah menjadi
pengajar hidup pun
tenaga
di SMP Muhammadiyah Kawali. Selama 4 tahun
dalam kondisi serba kurang. Namun mereka
terima
dengan penuh
keadaan
kesabaran
bagaimana
dan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengatur
mereka
ketakwaan segalanya,
sambil terus berusaha untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Di
samping penghasilan dari berdagang keperluan
hari-hari,
hidup
se-
ia bertani dengan cara menyewa sawah dari
orang
hal yang perlu ditonjolkan di sini ialah
bahwa
lain. Satu "K3"
sejak bekerja sebagai guru
di PGA
Tanggerang
maupun
waktu menjadi guru SMP Muhammadiyah Kawali, selalu aktif dalam mencari dana untuk kepentingan
pembangunan sekolah, de-
ngan cara melakukan
kesenian. Kegiatannya di
pentas-pentas
masyarakat dimulai dengan menjadi pimpinan organisasi Pemuda Anshor di Kecamatan Kawali pada saat timbulnya G30 S/PKI. Di kampungnya
ia
mendirikan
PGA,
kemudian
Madrasah Tsanawiyah yang masih berdiri
diubah
sampai
menjadi
saat
pene-
litian ini dilakukan. Dengan kegiatan-kegiatannya itu dikatakan pasangan suami - istri ini tidak mendapat katan yang istimewa dalam kehidupan materi, karena
boleh pening-
sebagian
dari penghasilannya digunakan pula untuk memajukan organisasi
maupun
sekolah yang ia dirikan. Dengan
keyakinan
yang
mendalam pada dirinya sesuai dengan ajaran Agama Islam
yang
219
dianutnya,
mereka
menganggap bahwa pekerjaan
merupakan amal yang akan mendapat
semacam
Rido Tuhan.
Dalam
itu kehi-
dupan berumahtangga, pemilikan dan penimbunan kekayaan tidak merupakan
faktor
yang diutamakan.
Mereka
selalu
menjaga
keseimbangan
antara kehidupan di dunia dan kehidupan
di
Oleh
akhirat.
karena itu, amal
dan
ibadat
sepanjang
hidupnya selalu menjadi perhatian pasangan suami-istri Dengan
demikian, maka kondisi kehidupannya tidak
kenaikan atau penurunan yang drastis,
melainkan naik dengan hidup-
nya ialah : biar memiliki sedikit materi asal mendapat Tuhan."
Hal
ini merupakan
ini.
mengalami
bertahap secara teratur- Yang menjadi pegangan dalam
dari
kelak
ciri
dari
rido
internalisasi
ajaran Agama Islam pada mereka. 2. Upaya-upaya
religius dalam mengatasi berbagai
kesulitan
hidup untuk mencapai prestasi. Prestasi-prestasi yang dapat dicapai dalam perjalanan hidup
manusia merupakan hasil kombinasi antara
upaya-upaya
lahiriah dan upava-upaya religiusf karena keberhasilan
yang
dapat
ada
Rido
kasus-kasus
yang
Allah.
diraih
oleh
manusia, semata-mata
Kepercayaan tersebut melekat pada
diteliti,
karena
namun cara mereka melakukan upaya-upaya
berbeda-beda.
Dalam
yang dilakukan oleh
bagian ini penulis
sajikan
religius cara-cara
setiap kasus untuk diperbandingkan satu
sama lain, untuk selanjutnya
diambil
kesimpulan-kesimpulan
yang perlu untuk diserap dalam upaya pendidikan.
220
Saat-saat prihatin yang
dialami "K5" terutama
pada
saat ia menumpang di rumah mertuanya. Sering
terjadi macam-
macam
istrinya
kesalah-fahaman
dari fihak
keluarga
sifatnya merendahkan martabat "Ks" namun
semuanya
yang
diterima
dengam penuh kesabaran, disertai bermohon kepada Tuhan, agar ia segera terlepas dari penderitaan
mental
tersebut.
karena itu, setiap malam Jum'at, ia selalu melakukan Tahajud.
Setiap
matanapuluh
hari
(tidak
Senin, Kamis
dan
Jum'at
makan ikan selama 40 hari)
Oleh sholat
berpuasa. yang
dibiasakannya sejak kecil, selalu ia lakukan pada
telah
saat-saat
krisis ini. Pada saat kesedihannya sedang memuncak, maka lakukan
tirakat
mati geni (tidak tidur,
tidak
makan
ia dan
tidak minum) selama 3 hari 3 malam, bertempat di makam keramat
Pasarean
Kawali).
(salah satu tempat bagian dari
Upaya
itu
ia lakukan atas
dasar
Astana
Gede,
nasihat
orang
tuanya, dan telah menjadi tradisi pada sebagian kecil masyarakat
Desa
Kawali pada saat itu. Namun tidak
semua
orang
mampu melaksanakannya. Pada akhir tirakatnya, ia merasa
ada
sesuatu yang ia anggap sebagai simbol yang harus ditafsirkan lebih
jauh,
selanjutnya. sebagai
untuk menentukan usaha
yang
harus
Peristiwa itu sampai sekarang
suatu
motif untuk
keberhasilan
dilakukan
masih segala
Dengan upaya-upaya religius itu, motivasi untuk kin bertambah, karena ia yakin bahwa setiap
dianggap upayanya.
bekerja ma-
pekerjaan
yang
dilakukannya akan mendapat rido Allah. Kebiasaan
tirakat,
shaum.
matangpuluh
dan
gholat
tahajgfl tetap dilakukan suami istri, lebih-lebih apabila ada
221
sesuatu
yang ingin dicapainya. Misalnya saja apabila
anaknya
akan
sesuatu, selalu
ujian, apabila suami-istri
ini
anak-
menginginkan
mereka bertahajud untuk memohon kepada Tuhan mendapat
perlindungan-Nya
serta
dapat
agar
dikabulkan
keinginnannya. Ia juga selalu mendo'akan para leluhur arwahnya Jum'at
diterima selalu
merupakan
Tuhan, dimaafkan segala
agar
dosanya.
Malam
ia gunakan untuk acara semacam
itu,
karena
kelahirannya, dan dianggap
sebagai
waktu
malam
yang paling baik untuk bermohon kepada Tuhan. Masa-masa hidup prihatin bagi pasangan
keluarga "Kg"
dialami pada waktu mereka memulai kehidupan berumah terutama
pada
disebabkab untuk
saat belum memiliki rumah sendiri.
karena
mereka belum memiliki
menata kehidupan, sebab mertuanya
urusan
sering
Yang terjadi
hanyalah hidup
penuh
dikemukakan mengalami
biaya rumah tangga, karena uang tabungan
dimilikinya.
ini
mencampuri
terdahulu, sebenarnya pasangan keluarga ini tidak
upaya
Hal
kebebasan
rumahtangga mereka. Namun seperti telah
kekurangan
tangga,
selalu
sederhana
dalam
merealisasikan penghematan terhadap rijki. Namun demi
kemajuan
dalam
hidup mereka, maka
sebagai
manusia
terlepas dari keinginan-keinginan untuk dapat meraih
tidak segala
sesuatu yang lebih dari apa yang telah ada. Oleh karena itu, mereka
pun tidak terluput dari
perilaku-perilaku
religius
apabila mempunyai keinginan tertentu. Bagaimana perilaku religius yang mereka lakukan, mempunyai perbedaan yang cukup jelas dengan kasus lain.
Kasus
222
berdo'a
kepada Tuhan pada setiap saat ia
Jum'at, yaitu antara menggunakan
melakukan
sholat
khotbah pertama dan khotbah kedua.
kesempatan
tersebut, atas dasar
nasihat
salah seorang Ajengan yang ia sendiri lupa namanya. kannya
bahwa
saat itulah yang paling baik
kepada Tuhan, karena apa yang dikhotbahkan
Ia dari
Dikata-
untuk
bermohon
adalah
nasihat-
nasihat Tuhan. Jadi pada saat itu pula manusia sedang berada paling dekat dengan Tuhannya. Menurut
keyakinannya keberha-
silan yang
lain
selama ini ia raih, tiada
merupakan
rido
Tuhan atas do'a dan permohonan serta usaha jerih payah
yang
ia lakukan dengan cara seperti itu. Cara-cara lain,
seperti
sholat tahajud, shaum, membaca wiridan khusus setelah
sele-
sai sholat, dan cara-cara lainnya, tidak pernah ia lakukan. Cara-cara dan keyakinan istrinya berlainan dengan apa yang sering
dilakukan
tempat-tempat ke
"Kg". Ia
masih
tertentu. Di sanalah ia bermohon pada
bulan, atau
mengunjungi
keramat. Oleh karena itu ia sering
Pamijahan dan ke Gunung Jati pada
terutama
sering
berziarah
kesempatan-kesempatan
bila menginginkan sesuatu,
malam Jum'at Kliwon yang
pada bulan Maulud. Kepada
jatuh siapa
pada ia
akhir
bermohon,
menurut pangkuannya tiada lain adalah bermohon kepada Tuhan. Tempat itu hanya dianggapnya sebagai tempat yang lebih untuk
bermohon, sambil menghormati dan mengenang
baik
jasa-jasa
para leluhur yang dimakamkan di tempat itu. "Ki" mempunyai
bersama istrinya pada saat-saat menderita suatu
keinginan dalam hidupnya,
mereka
atau
lakukan
hal-hal yang bersifat religius yang berbeda pula dengan yang
223
dilakukan
oleh
kasus
lain. "Ki"
tidak
pernah
melakukan
shaum, karena ia mengidap penyakit tertentu yang dapat makin kambuh
apabila melakukannya. Demikian pula
sholat
dan wiridan, jarang ia lakukan. Hanya ia selalu agar
tidak menyakiti orang lain, tidak
dan
apabila ia ditipu orang, selalu ia
tahajud
berperilaku
mengingkari serahkan
janji,
segalanya
kepada Tuhan untuk mendapatkan penyelesaian-Nya. Istrinya lebih sering melakukan upaya-upaya dental
lebih-lebih
pada saat menjalani
segala
transenkekurangan
dalam hidup berkeluarga. Shaum setiap hari Senin, Kamis setiap
hari kelahirannya, telah menjadi kebiasaan
lakukan.
Ia selalu berdo'a dan bermohon kepada
dilimpahi
rijki dan
mendapatkan keselamatan
dan
yang
Tuhan
ia agar
hidup.
Namun
ada suatu keunikan dalam berdo'a dan bermohon yang dilakukan yang mencirikan masih adanya pengaruh dari saan
menurut
kebiasaan-kebia-
ajaran agama Hindu. Kedua orang
tuanya
yang
telah meninggal
selalu ia do'akan. Yang menjadi dasar keya-
kinannya
karena
tempat
ialah
ia berada,
hubungannya ia
kedua orang tua,
bumi
dan
merupakan objek-objek yang paling
dengan dia. Jadi sewajarnyalah terlebih
berterimakasih
langit
dan
berdo'a kepada
yang
dekat dahulu
paling
dekat
hubungannya dengan dia, baru kemudian bermohon kepada Tuhan. Keberhasilan dalam hidup yang dialaminya selama ini, menurut keyakinannya
adalah
berkat kerja keras
serta
terkabulnya
permohonan dan do'a yang ia lakukan sepanjang hidupnya. "K2* sebagai seorang yang aktif
dalam
mengembangkan
224
ajaran-ajaran
Agama
Islam, selalu melakukan
sholat,
sholat wajib maupun sholat sunat, tahajud dan wiridan tafakur, lebih-lebih apabila ia mempunyai
baik serta
keinginan terten-
tu yang berhubungan dengan kehidupannya atau pun dalam upaya menolong orang lain. Segala keberhasilan yang dapat ia
raih
selama ini tiada lain hanyalah karena adanya Rido Tuhan yang telah
mengabulkan segala permohonan dan
do'a-do•anya.
Apa
yang ia lakukan sangat tergantung pada problema yang dihadapinya, karena bagi setiap persoalan yang dialami oleh
manu-
sia, Tuhan telah menyediakan cara-cara atau pun do'a-do'anya untuk
dapat
meringankan atau ke luar
dari
problema
sedang dialami. Yang penting apakah manusia bisa nya, dan
mampu melakukannya
ataukah tidak. Ia
berdo'a untuk mendapatkan petunjuk dari
ada persoalan sulit yang dihadapi, baik yang
yang
menemukan-
sering
tafakur
Tuhan
apabila
menyangkut di-
rinya, maupun yang menyangkut orang lain yang meminta tolong kepadanya.
Berbagai
ayat dari surat-surat
tertentu
yang
terdapat dalam Al Qur 1 an sering diberikan kepada orang-orang yang
meminta
bantuan untuk dilafalkan
berulang-ulang
dimaknai serta selalu bermohon kepada Tuhan
dan
semoga apa yang
diinginkan dapat terkabul, segala kesulitan dapat
teratasi.
Dengan cara tersebut ia berkeyakinan bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonan setiap umatnya. Cara-cara religius merupakan
suatu
karena
kewajiban
upaya-upaya
yang harus
dilakukan
lahiriah yang dilakukan
oleh
manusia,
manusia
dalam
perjuangan hidupnya hanya akan terwujud atas Rido-Nya. "K3"
beserta istrinya mempunyai
cara-cara
tertentu
225
yang dilakukannya apabila mereka mempunyai keinginan tertentu,
masalah atau
di lema dalam hidup
anggota
keluarganya.
Upaya religius ini dilakukan bersama-sama oleh suami
istri,
bahkan istrinya dianggap lebih sering melakukannya. Dua cara utama yang dilakukannya ialah : sholat tahajud suatu
dan
istikhoroh. Sholat tahajud dilakukan
keinginan, baik
kehidupan
keluarga
yang
apabila
ada
berhubungan dengan kepentingan
secara menyeluruh, maupun
kepentingan anak-anaknya. Bila ada dilema
apabila
yang sukar
ada untuk
dipecahkan atau diputuskan, untuk mendapat petunjuk mengenai tindakan
apa yang harus dilakukannya yang
maka kedua suami istri melakukan sholat nya
diridoi
Tuhan,
Istikhoroh.
itu dilakukan pada tengah malam setelah
Semua-
tidur,
karena
waktu itulah yang dianggapnya sebagai waktu iiabah. waktu
yang
memungkinkan untuk mendapat ijabah
artinya
dari
Tuhan
atas segala do'a dan permohonan yang diucapkan oleh manusia. Kebiasaan dilakukan
shaum setiap hari Senin dan Kamis,
oleh istrinya sejak kecil, karena
perbuatan
nampaknya telah menjadi tradisi dalam kehidupan nya. Secara singkat, suami-istri semua
ini
sering itu
masyarakat-
sangat taat melakukan
ajaran Agama Islam yang mereka terima,
baik
melalui
pendidikan formal maupun melalui pendidikan Pesantren nasihat dari para orang tuanya yang kebetulan merupakan
serta to-
koh Agama Islam di tempat itu. "K4" yang
beserta istrinya, sering
melakukan
sesuai dengan ajaran Agana Islam yang mereka
cara-cara dapatkan
226
melalui
pendidikan
pesantren. Berbagai
cara
yang
mereka
lakukan ialah : 1. Berdo'a setelah Magrib
setiap selesai sholat. Pada waktu sholat
dan Subuh, secara khusus mengucapkan do'a
sela-
2. Sholat Tahajud yang dilakukan suami-istri bila ada
suatu
mat .
keinginan yang khusus. 3. Shaum setiap hari Senin dan Kamis, yang terutama
dilaku-
kan oleh istrinya. 4. Bertanya
dan meminta petunjuk kepada para
mereka tidak mengetahui do'a apa yang harus
Kiai
apabila
diucapkannya
bila mendapatkan kesulitan tertentu. Jadi kasus ini melakukan berbagai cara angan dan
hidupnya. Keampuhan semua cara yang
dalam
mereka
perjulakukan,
keberhasilan yang telah mereka raih, selain dari
perjuangan lahiriah, juga
hasil
mereka yakini sebagai hasil
dari
upaya-upaya religius. Dari semua kasus yang telah dibahas dalam bagian ini, didapatkan suatu
kesamaan, bahwa mereka
cara-cara religius alam masing, Esensi
walaupun
upaya meraih
cara yang
tidak
prestasinya
mereka
lakukan
dari upaya yang mereka lakukan, ialah
melakukan
cara-cara
mengabaikan
tersebut, mereka
masing-
berbeda-beda. bahwa
mempunyai
dengan motivasi
yang kuat untuk bekerja, dan keyakinan yang kuat pula
bahwa
segala
usahanya
sifat
keyeng
dalam meningkatkan taraf hidup, nampak
besar harapan akan
kasus yang diteliti.
berhasil.
Jadi pada
kasus-
227
3. Upaya mengatasi
berbagai
kesulitan
hidup
dan konflik
pr i bad i. Dari
kenyataan-kenyataan
seperti
yang
dikemukakan
tadi, dalam hal mengatasi kondisi-kondisi pahit yang
mereka
alami, ada kesamaan upaya yang mereka lakukan, yaitu
upaya-
upaya yang bersifat religius dan
mengembangkan sifat
kesa-
baran, keuletan, kreativitas dan bekerja keras. Artinya
se-
mua kasus tidak meninggalkan upaya religius walaupun caranya berbeda-beda sesuai dengan keyakinan, kepercayaan dan tradisi
mereka, walaupun semuanya beragama Islam. Dengan pengem-
bangan sifat-sifat kesabaran, keuletan dan maksudkan
kreativitas, di-
bahwa dalam saat-saat krisis, mereka tidak menye-
rah, namun berusaha mencari jalan ke luar dengan cara laah situasi yang terjadi untuk
selanjutnya secara
mengambil
keputusan-keputusan
mengatasi
kesulitan yang dihadapi. Jadi daya
mereka dapat
yang
miliki cukup tinggi. Bahkan dicapai
adanya Berfikir
yang harus
kreatif
merupakan
dapat
adaptif
yang
prestasi-prestasi
yang
direspons
yang direalisasikan
potensi
kreatif
dipertimbangkan
dalam hidup mereka, banyak
tantangan
mene-
disebabkan secara
dalam
yang mereka kembangkan
oleh
intelegen.
kerja
dalam
keras,
mengatasi
masa-masa krisis ini. Mengenai dengan
konflik
pribadi
anggota keluarga, tetangga
antara
individu-individu
dan dengan
orang
lain,
tidak banyak dikemukakan responden, kecuali peristiwa-peristiwa
yang
mereka ingat dan mempunyai kesan
pada dirinya.
yang
mendalam
228
"Kg" penelitian suatu
adalah
satu-satunya
dari
semua
kasus
dalam
ini, yang memiliki kepribadian yang keras.
saat
ia
pernah
bersengketa
mengenai
Pada
batas
lahan
dengan pemilik lahan yang berdampingan. Sebagai akibat
dari
penanaman tanaman pada batas tersebut oleh orang lain,
lam-
bat laun menggeser ke lahan miliknya. Percekcokan yang
ter-
jadi
akhirnya
berpegang
ia selesaikan melalui jalur
kepada aturan mengenai hak-hak
Konflik lain sering
terjadi
damai
dengan
pemilikan
dalam forum rapat di
lahan. desanya.
Apabila terjadi perbedaan faham antara dia dengan orang lain atau dengan kebijakan aparat pamong desa, sering ia selesaikan dengan cara "menarik diri" dari kegiatan jutan
sebagai kelan-
dari kebijakan tersebut, apabila tidak sesuai
pendapatnya.
Sifat inilah yang tampaknya
kurang banyak d iikut-sertakan dalam
dengan
menyebabkan
"K 6 "
kegiatan-kegiatan
ter-
tentu di desanya. Ia mempunyai pendirian bahwa segala sesuatu harus rasional, adil dan jujur dalam melaksanakan pekerjaan, lebih-lebih bila itu berbiaya. Sifat ini kan
perluasan penerapan dari sifat-sifat yang
segala merupa-
dikembangkan
dalam kehidupan pribadinya. Bila terjadi konflik dengan dengan
cara mengalah
istrinya, ia
terlebih dahulu, namun apabila situa-
si kemarahan telah mereda, ia selesaikan dingan Namun
atau dalam
selesaikan
pertukaran pikiran dengan hal-hal tertentu yang
dengan cara perunhati
mnurut
yang
dingin.
pertimbangannya
kurang sesuai, ia sering menekan istrinya dengan sikap
yang
229
keras. "K5" warga yang
hampir-hampir
tidak mengalami
masyarakat lain, sesuai dengan halus.
konflik
sifat
Insiden-insiden kecil dengan
diselesaikan
dengan jalan
dengan
kepribadiannya istrinya
damai, bertukar
selalu
pikiran
untuk
dapat menghasilkan penyelesaian yang sehat dan dapat diterima
oleh kedua belah fihak. Penyelesaian semacam
ini,
sama
dengan yang dilakukan oleh kasus-kasus "Ki**, "K2", "K3". Namun "K4w sering nya
kepada
menurut
banyak
menekankan
pendapat atau kehendak-
istrinya, karena ia merasa
pertimbangannya tepat bagi
bahwa
itulah
penyelesaian
yang
problema
yang muncul. Cara penyelesaian semacam ini dapat menimbulkan kesetiaan yang semu dalam kehidupan berumah tangga. Cara menyelesaikan konflik dengan orang luar yang dikemukakan
oleh "Ki" seperti telah dibahas pada bagian lain,
ia lakukan dengan menyerahkan segalanya kepada Allah setelah ia
merasa
ngat
jarang berbuat yang menyebabkan konflik
lain,
dan
melihat tidak
tidak mampu lagi menyelesaikannya. Kasus ini sa-
walaupun ada orang-orang yang
kemajuannya,
merasa
ia biarkan saja, asalkan
memulai permusuhan itu. Bila terjadi
istrinya,
dengan
orang
iri ia
sendiri
konflik
ia mempunyai semboyan, dalam rumah
hati
tangga
dengan harus
"hade repok." Artinya apabila istri sedang marah, sang suami harus
diam
( "rep" dalam bahasa Sunda berarti
diam
tidak
berkata apa pun). Baru apabila istri telah selesai berbicara maka
suami mulai berkata ("pok" berarti
Demikian
yang
harus terjadi
sebaliknya.
mulai Jadi
berbicara). stabilitas
230
emosional harus dikembangkan dalam kehidupan rumah tangga. "K4" selama menduduki jabatannya di PTS, sering dihadapkan
kepada konflik dengan teman sejawat, yang
ia
sebagai manifestasi dari kecemburuan sosial mereka. muncul
Apabila
hal-hal tersebut, ia tidak mereaksi sepanjang tuduh-
an-tuduhannya tidak itu
nilai
terlalu penting. Namun apabila
tuduhan
keras dan dirasakannya tidak sesuai dengan apa yang
perbuat, maka ia hadapi dengan penuh keberanian, bahkan lau
perlu ia bawa ke atasannya untuk mendapatkan
ka-
penyele-
saian. Kecenderungan untuk mempertahankan pendapat nya,
ia
pribadi-
tampak cukup kuat, lebih-lebih apabila ia berada
pada
posisi yang benar. Sehubungan dengan adanya macam-macam penderitaan
dan
konflik pribadi, semua kasus mengakui bahwa konflik dan penderitaan dapat membawa perubahan ke arah
yang positf
dalam
kehidupan. asal diselesaikan dengan cara-cara yang rasional. Kalau
kenyataan-kenyataan
tadi
disimpulkan,
upaya-upaya religius dilakukan apabila upaya-upaya tidak
membawa hasil yang memuaskan.
lahir iah
banyak
individu
yang
diteliti,
d iwarnai
oleh
pengendalian
lahiriah
Sedangkan
upaya-upaya
karakter isti k
kepribadian
bersangkutan. Namun
terdapat
maka
pada
diri,
kasus-kasus sehingga
konflik yang muncul tidak berkelanjutan sampai
yang
konflik-
mendatangkan
akibat-akibat yang fatal bagi kehidupannya. Apabila
terjadi
konflik,
kembali
kepada
segera mereka mencari jalan ke luar untuk keseimbangan
semula.
231
4. Masa peningkatan kualitas hidup. Sepanjang berbagai
perjalanan
perubahan
hidup
tiap
yang menuju ke arah
kasus yang
terjadi
lebih
baik.
Perbedaannya hanya dalam kecepatan dan jenis perubahan dialaminya, dengan keyakinan bahwa semua yang terjadi pakan hasil kombinasi dari keberhasilan upaya-upaya ah dalam
mengembangkan
yang meru-
lahiri-
potensi masing-masing, serta upaya-
upaya religius atas dasar agama/kepercayaan dan tradisi yang dianutnya. "K51* mengalami peningkatan kondisi kehidupannya sejak tahun
1959,
yaitu
ketika ia menjadi
Jurutulis
Camat
Kecamatan Cipaku yang merangkap menjadi karyawan pada satu
perusahaan
kendaraan. Pada saat itu,
ia
di
salah
mendapatkan
upah tambahan sebanyak Rp.100,- perbulan. Dengan penghasilan tambahan di
itu, ia mampu menyekolahkan anaknya yang
terbesar
SMEP Ciamis, bahkan sewaktu-waktu bisa menabung.
Dengan
uang tabungannya mula-mula ia mampu membeli sawah dan
kolam
seluas 30 tumbak. Kemudian secara berangsur lahan yang dapat dibelinya
makin
luas sampai mencapai
120
tumbak.
Dengan
pemilikan lahan tersebut, maka kehidupan makin stabil karena ditambah dengan penghasilan dari sawah. Tahun
1960
mampu membuat rumah di Desa
Kawali,
di
atas lahan yang dibeli dengan uang tabungannya pula. Kemudian pada tahun 1979 ia mulai berwiraswasta dalam bidang kutan
kendaraan umum setelah tiba masa
Camat
di
salah satu Kecamatan
wilayah
ang-
pensiunnya
sebagai
Kabupaten
Ciamis,
seperti telah dikemukakan pada bab IV bagian 2a.
232
"K5" seperti telah dikemukakan pada bagian yang lalu, tidak
merasakan
perbaikan
adanya
perubahan
secara
kondisi kehidupannya, karena
nyata
mengenai
perubahan
tersebut
terjadi sedikit demi sedikit. Di samping itu, walaupun sekarang
telah menjadi orang yang
desanya, belum
termasuk
golongan
ia tetap menjalankan pola hidup seperti
menjadi
orang kaya. Bahkan dengan
kaya
di
waktu
ia
penampilan
yang
begitu sederhana, tidak akan ada orang yang mengira bahwa ia adalah
orang
terkenal
pertemuan-pertemuan,
sebagai orang yang berani berbicara,
pendapat, secara
kaya. Hanya dalam
bertanya,
terbuka
mengelaurkan
maupun menentang pendapat
apabila tidak
sesuai
dengan
orang
kaya,
tetapi menurut informasi dari
lain
pendapatnya.
Keberanian ini bukannya dimiliki setelah ia menjadi yang
"Kg"
seorang
berbagai
fihak,
telah tampak sejak ia menjadi guru di SD pada tahun 1950-an. Peningkatan kondisi kehidupan "Kj" terjadi pada tahun 1978,
yaitu pada saat tanaman cengkih penduduk
di
desanya
mulai berbuah. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang berikan ijon
bukan
tetapi saat
oleh Kuwu Abdul, ia mencoba membeli cengkih masyarakat
juga dari warga masyarakat desa ia
pada
saat harga cengkih
di
secara desanya,
tetangganya.
berhasil menghimpun cengkih sebanyak
disimpannya yang
saja hanya dari warga
6
ton
Rp.4.500,-/kg.
digunakannya adalah hasil tabungannya selama
di-
Suatu yang Modal
7
tahun
(setelah membuat rumah habis-habisan). Setelah kurang
lebih
6
harga
bulan ia simpan, maka cengkih itu dijualnya dengan
233
yang
cukup tinggi, sehingga dengan hasil penjualan
mampu sekaligus membeli dua buah truk yang memperluas
usahanya.
itu
digunakan
Pada tahun 1982 ia beli
ia
untuk
rumah
milik
keturunan Ngabihi Cigintung yang terkenal sebagai orang kaya pada
tahun
1930-an, yaitu satu-satunya
rumah
antik
berkualitas tinggi di Desa Talagasari. Pada saat ini dilakukan, usahanya ditambah dengan
yang
penelitian
penggilingan/huller
gabah seperti telah dikemukakan pada bagian yang lalu. "K2" memulai peningkatan dalam pengelolaan pesantrennya
sejak tahun tahun 1974, yang kemudian pada
tahun
1990
meningkat lagi sebagai akibat dari didirikan bangunan permanen
dengan
Desa
biaya
yang
Talagasari.
dijadikan
pusat
berasal
Bahkan
dari
sejak tahun
swadaya itu,
masyarakat
pesantren
pendidikan dan pengembangan
ajaran
ini Agama
Islam untuk Desa Talagasari (informasi dari Eman Syamsulbahri, Ketua sari,
Seksi Pendidikan dan Penerangan LKMD Desa Talaga-
30 Maret 1993). Dengan perbaikan
bangunan
tersebut,
menyebabkan jumlah santri yang mengaji di tempat itu bertambah.
Pada bulan Maret 1993 telah berjumlah 60
orang,
yang
menandakan bahwa pesantren ini makin lama makin terkenal. Keberhasilan Kepala
hidup
"Kg" diraih
pada
saat
Desa pada tahun 1968-1981 seperti telah
menjadi
dikemukakan
pada bab IV bagian 2b. Keberhasilan ini sebagai akibat
dari
upaya
ter-
pendam
mengembangkan jiwa kepemimpinan yang telah lama dalam dirinya. Sebagai ciri bahwa ia berhasil
mengelola
pemerintahan
desa, jasa-jasanya
tetap
dalam
dikenang
oleh seluruh warga masyarakatnya sampai saat penelitian
ini
234
oleh seluruh warga masyarakatnya sampai saat penelitian dilakukan. Bahkan mereka pesimis untuk mendapatkan
ini
pemimpin
yang berhasi1 sepert i dia. "1(4" merasa mengalami peningkatan kondisi
kehidupan-
nya dalam arti materi, sejak ia selesai menempuh
pendidikan
pada
Program
awal
tahun
menjabat pada
19 88.
Setelah 'menganggur'
Bandung
dalam
arti
tahun 1989 ia diserahi jabatan
tidak
Penelitian
Kependudukan dan
sebagai
Lingkungan
baru Kepala
Hidup
Lembaga Penelitian di salah satu PTS. Jabatan itu nya
pada
jabatan struktural apa pun selama dua tahun,
akhir
Pusat
S2-PLS pada Pasca Sarjana IKIP
pada
dipegang-
selama 6 bulan saja, karena pada bulan Januari 1990
diserahi
jabatan
dijabatnya Januari pada
sebagai
Direktur
Program
Diploma
sampai bulan Desember 1990. Kemudian pada
Kunci
yang bulan
tahun 1991 diangkat menjadi Sekertaris Rektor
awal tahun 1993 masih dijabatnya.
ia
yang
keberhasilan
meniti jabatan yang makin naik ini disebabkan oleh
berbagai
faktor, di antaranya ialah : 1. Kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. 2. Tunduk
dan patuh kepada atasan, namun berani
pendapat
atau
kritik apabila ada hal-hal
mengajukan
yang
menurut
pendapatnya kurang cocok. 3. Kejujuran dalam menggunakan uang lembaga. 4. Tidak
merasa
pekerjaan rendah.
yang
malu apabila harus mengerjakan dipandang orang sebagai
pekerjaan-
pekerjaan
yang
235
5. Selalu disiplin dalam melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Disiplin ia artikan sebagai disiplin dalam hal beribadat, berdo'a, bekerja dan berusaha. 6. Fleksibel dalam pergaulan dan terampil
dalam
melakukan
interaksi transaksional dan memaknai setiap peristiwa.
tingkat
Sebagai dampak dari sifat-sifat dan kedudukan
serta
ilmu pengetahuan yang dimilikinya, ia merasa
bahwa
peluang-peluang yang menguntungkan secara materi lebih mudah didapat.
Misalnya
saja ia sering
mendapatkan
orang untuk melakukan penelitian mandiri
kepercayaan
yang
berbiaya be-
sar. Di samping itu, ia sering mendapatkan kepercayaan dalam bidang
berjual beli barang-barang elektronik,
pakaian
dan
lain-lain yang dilakukan oleh suami istri. Hal itu dirasakan pula sebagai dampak dari pandangannya mengenai bekerja, itu
bekerja sebagai ibadah yang pasti diridoi
Tuhan
dengan
yang
imbalan yang memadai dengan
dan
nilai
telah dilakukannya. Dalam bidang pergaulan
sebagai
ya-
dibalas pekerjaan
ia
s ilaturakhmi sesuai dengan ajaran Agama Islam
anggap yang
ia anut. Ia berprinsip bahwa : "makin banyak berhubungan dengan orang lain, makin banyak peluang yang menguntungkan dapat
diperoleh."
Apabila ia berkenalan
dengan
orang
yang
dianggapnya mempunyai kedudukan atau kondisi yang dapat memberikan dengan
keuntungan, maka hubungan itu selalu
dipeliharanya
berbagai upaya, agar hubungan tersebut tidak
terpu-
tus . Bila
keanekaragaman keberhasilan
serta
upaya-upaya
236
mencapainya disarikan, maka dapat dinyatakan bahwa : 1. Keberhasilan
yang dapat
dicapai
oleh
setiap
individu
tidak diperoleh dengan mudah, tetapi memerlukan perjuangan yang sulit, yang harus diatasi dengan penuh ketekunan, kesabaran, ketabahan dan kerja keras. 2. Dalam mencapai suatu prestasi, tidak cukup dengan
upaya-
upaya lahiriah, tetapi selalu disertai dengan upaya-upaya religius
sesuai dengan keyakinan dan
budaya
masing-ma-
sing. 3. Upaya-upaya
lahiriah
setiap
individu
dengan
jenis
dan religius yang
yang berprestasi,
dilakukan
berbeda-beda
masalah dan derajat kesulitan
oleh sesuai
yang
perlu
diatasinya. 4. Kemampuan
dalam
memilih dan memaknai
transaksi
sosial
yang mengandung peluang-peluang yang menguntungkan, dapat menjadikan
individu
memperoleh
keuntungan,
baik
yang
memngandung nilai-nilai ekonomi, sosial maupun agama. C. Konsep diri. Telah
dikemukakan
pada
bab II
bahwa
konsep
adalah suatu kesan individu mengenai karakteristik
dirinya,
yang mencakup karakteristik fisik, sosial, emosional, rasi
dan prestasi (Elizabeth Hurlock, 1978 :
Herbert
Mead mengemukakan bahwa konsep diri
aspi-
372). pada
tidak dibawa sejak lahir, melainkan secara bertahap
George individu dipero-
leh melalui interaksi dengan orang lain sebagai bagian proses
yang sama dengan susunan pikiran itu sendiri
(Doyle Paul Johnson II, 1986 : 17).
diri
dari muncul
237
Pemunculan
konsep diri pada individu, bisa terjadi
sebelum
potensi dirinya dikembangkan, dan bisa pula sebaliknya, atau muncul secara berangsur-angsur sejalan dengan potensi diri tersebut.
pengembangan
Dalam penelitian ini bisa
ditemukan
data bahwa individu-individu yang berprestas i unggul mas i ngmasing
mempunyai
konsep diri (self concept)
yang
selama
perjalanan hidupnya diwujudkan dalam perilaku-perilaku aktual.
Konsep diri itu muncul secara
berangsur-angsur
dengan perkembangan kemajuan matapencaharlan
sesuai
masing-masing.
Perbedaan yang terdapat hanyalah mengenai macam konsep
diri
yang dimilikinya. Yang yang harus pada kasus
dijadikan
berprestasi
konsep diri
pada
adalah sifat-sifat
individu-individu
positif
dipelihara dan dikembangkan dalam
kehidupan
umumnya. Sifat-sifat positif yang tampak seperti
yang
telah dikemukakan
yang
pada
lain,
dijabarkan
dalam
konsep dirinya
perilaku
tertentu.
Namun di samping konsep diri
bisa disebut idealisme.
karena
setiap
bagian
merupakan
yang
manusia
pada
sebagian
pula
yang
memang
ini,
baru
ada
merupakan
cita-cita saja, belum terealisasi dalam hidup mereka. Misalnya
saja semua individu menganggap bahwa kebenaran
sebagai
sesuatu yang harus dijadikan pegangan dalam perilaku,
namun
ia sendiri belum merasa menjadi seorang individu yang benar. Yang sifat-sifat pola
dijadikan
konsep diri
oleh
seseorang
yang benar-benar telah dijalankan
hidupnya. Apa
dan
adalah menjadi
yang menjadi idealisme dan konsep
individu-individu yang diteliti adalah sebagai berikut:
diri
238
"Kj"
menganggap
kebenaran sebagai
idealisme
hidupnya. Kebenaran bagi suami - istri ini adalah menurut
yang tidak menimbulkan permusuhan
menolong
orang-orang
kewajiban-kewajiban orang
kebenaran
ajaran Agama Islam, yang diwujudkan dalam
perilaku
yang
perlu
sebagai
sesama,
mementingkan
sebagai warga negara. Menyikapi
dengan tidak menuntut
anggap
berbagai
dengan
ditolong,
dalam
tipuan
penyelesaian secara hukum,
realisasi dalam menegakkan
kebenaran
pada
dirinya. Peristiwa itu diterimanya sebagai sesuatu yang takdirkan
oleh
Tuhan dan pertimbangan
kan kepada Tuhan pula. Kebenaran ini idealisme karena
dalam
hidup kedua
hukumannya
ia
di-
diserah
masih dianggap sebagai
suami-istri
ini,
disebabkan
mereka belum merasa bahwa dirinya adalah orang
yang
telah menjalankan kebenaran selama hidupnya. "Ki" yang dapat oleh
dengan tegas menyatakan bahwa ia adalah
termasuk
hemat
ditetapkan istrinya.
dan rajin bekerja.
Kedua
sebagai konsep dirinya, dan
orang
sifat diakui
Tetangganya pun menilai bahwa
ini pula
sebagai
orang hemat dan rajin bekerja. Penilaian yang sama
ditetap-
kan oleh anaknya, dan oleh Kepala Dusunnya. Bukti yang dapat dikemukakan memiliki
dari sifat menghemat tadi ialah bahwa ia
lahan
pertanian seluas kurang lebih
4
Ha,
tersebar baik di desanya maupun di desa tetangganya hasil
pembelian
yang
telah yang
sebagai
dilakukannya secara berangsur-angsur
(Wawancara dengan Atmadja, Kadus Sukamulya, September 1992). Simpanan/tabungannya
di
Bank Simpedes tidak
kurang
dari
239
Rp.
60 juta (Informasi dari Oleh Tohidin, Kaur Ekbang
Desa
Talagasari, September 1992). Sifat hemat ini dibuktikan pula dengan kesederhanaan yang ditampilkan oleh suami istri dalam segi pakaian, perhiasan, dan perabot rumah tangga. Sifat lain yang dijadikan konsep dirinya adalah bekerja
keras.
mencapai
dikembangkannya
dalam
bidang
untuk
dapat
pertanian
yang
pilihannya. Konsep ini ditampilkan dalam
hidupnya,
setiap hari sejak pagi sampai sore, jarang berada
rumah, di
selalu
prestasi-prestasi
menjadi yaitu
yang
suka
tetapi selalu
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
lahan pertanian maupun di pabrik huller.
Ia
di baik
menganggap
bahwa hanya dengan bekerja keras manusia dapat mencapai apaapa
yang dicita-citakannya. Manakala manusia mampu
bekerja
keras, maka ia yakin bahwa manusia akan dapat menjadi Dengan konsep dirinya ini, ia berhasil meraih prestasi gul dalam bidang mata pencaharian yang dipilihnya, ia
kaya. ung-
sehingga
termasuk orang kaya di desa Talagasari. "K2"
merasa
dirinya
sebagai
orang
yang
telah
melakukan pekerjaannya dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Ia
merasa bahwa dalam melakukan pekerjaannya sering
patkan
berbagai
misalnya
kesulitan
atau
rintangan.
Ia
menda-
kemukakan
kesulitan yang ditimbulkan oleh jarak dari
tempat
tinggal ke tempat pengajian yang tersebar di berbagai yang
harus dijangkaunya setiap hari.
Hambatan
ini
dirasakan terutama pada musim hujan. Demikian pula perolehan
dari
jasa-jasanya yang
telah
sangat mengenai
diberikan
orang lain, tidak bisa ditetapkan, karena sangat
dusun
kepada
tergantung
240
pada itu
kerelaan diatasi
orang-orang yang memberinya. Namun dengan
kesabaran dan
ketekunan
semuanya
tadi.
fatalistis mas i h nampak pada kasus ini. Menurut
Sifat
keyak inan-
nya,
pekerjaan yang dilakukan selama ini
adalah
pekeriaan
yang
benar dan diridoi Allah. Bermodalkan keyakinan itu
dengan tekun melakukan pekerjaannya sebagai pimpinan tren
dan pengajian,
yang dimulai dari kondisi
ia
pesan-
yang
serba
kurang, namun setahap demi setahap bisa memperoleh kemajuan. Selain dari itu, kesabaran dan ketekunan tersebut bukan saja hanya
direalisasikan
dalam pekerjaan
yang
rutin
seperti
dikemukakan tadi, tetapi ditampilkan pula dalam interaksinya dengan
sesama warga masyarakat di manapun hal itu
Banyak
orang
yang
datang
nasihat dan bantuan moral kan
pada
meminta
berbagai
kepadanya, dapat
terjadi.
pertolongan,
peneliti saksi-
saat rangkaian penelitian terhadapnya
dilakukan.
Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa ia tidak termasuk golongan orang terpandang dan tidak tercela dalam Konsep
masyarakatnya.
diri tadi berkembang dalam dirinya, sejak
ia
masih
mengikuti pengajian di berbagai pesantren, yang makin diperkuat sepanjang perjalanan hidupnya. "K3" mempunyai idealisme kebenaran. keadilan dan kejujuran. Ia
berusaha
itu,
belum
namun
untuk dapat merealisasikan ketiga hal
bisa tercapai
sepenuhnya.
konsep itu, ia merasa bahwa keiuiuran telah dirinya,
sehingga
ia merasa bahwa hal
itu
Dari
ketiga
tertanam telah
dalam
menjadi
konsep dirinya. Menurut pengakuannya, ia melakukan kejujuran
241
tersebut rumah
dalam
setiap
tangga,
lingkungan
tugas pokok, maupun dalam
sesama warga masyarakat. Kejujuran selama
kehidupan,
menjadi
Kepala
Desa
baik
pergaulan
dalam
dengan
lingkungan
Talagasari,
dalam
kerja
dibenarkan
oleh
Rusman (Kadus Cilongok), bahkan kejujuran inilah yang sering ditekankan
kepada para Pamong Desa yang menjadi
bawahannya
pada waktu itu. Dengan kejujuran itulah ia dipercaya dan dihargai orang. Kebenaran konsep
dan
kejujuran
dianggapnya
sebagai
yang saling memperkuat, karena apabila
dua
orang
telah
berlaku jujur, maka ia melakukan hal yang benar. Atau
seba-
liknya,
apabila orang menegakkan kebenaran
dalam
dirinya,
maka ia pasti akan melakukan kejujuran. Konsep keadilan telah dicoba diterapkannya pada saatsaat
harus
yang
berupa ganjaran maupun yang berupa hukuman.
mengakui
mengadakan tindakan terhadap orang
bahwa
diterima oleh
untuk dapat mencapai
keadilan
semua orang sangat sulit,
sebab
lain, Namun yang
namun
akan dianggap tidak adil oleh
ia
dapat
orang
menganggap suatu tindakan itu adil bila ditinjau dari tertentu,
baik
bisa sudut
orang
lain
karena sudut tinjauannya berbeda. Konsep
diri
tadi nampak keampuhannya pada
saat
ia
memangku jabatan sebagai Kepala Desa Talagasari, yang dianggap sebagai suatu keberhasilan yang gemilang dalam perjalanan hidupnya. Sampai habis masa jabatannya sebagai Kepala Desa, ia tidak mempunyai persoalan negatif apa pun yang berhubungan
dengan
pekerjaan tersebut. Yang ia
rasakan
adalah
242
suatu kebahagiaan lahir dan batin dalam upaya membawa masyarakatnya jaman
ke arah kemajuan. Kemashuran desa Talagasari
pemerintahannya, bukan saja hanya dikenal di
Kewedanan
pada
wilayah
Kawali, namun di seluruh Kabupaten Ciamis,
sejak
desa itu menjadi juara tingkat Kabupaten dalam lomba desa di bidang
kebersihan
dan pertanian .
Sifat-sifat
dimiliki
oleh
kasus ini, dapat dirasakan
desanya,
dan berusaha untuk ditanamkan dalam
"K4" mempunyai
baik
oleh
yang
masyarakat
diri
mereka.
konsep diri sebagai orang yang
jujur
dalam
hidupnya. Ia selalu mempertahankan penghargaan
orang
lain
dengan memelihara konsep tersebut dalam dirinya.
Yang
menjadi
pegangan
:"Bekerja orang
dahulu
dalam melakukan setiap
pekerjaan,
dengan baik
maka
(=jujur),
penghargaan
akan menyusul." Dengan konsep diri ini,
meniti
jenjang
demi jenjang
sebagai Dosen di PTS, seperti
dalam
ialah
ia
menjalankan
berhasil kariernya
telah dikemukakan pada bagian
3 ( masa peningkatan kualitas hidup) sebelum bagian ini. Konsep
kejujuran
ini pula yang
diakui
oleh
"Kg"
sebagai konsep dirinya. Ia realisasikan baik dalam kehidupan rumah
tangga,
dalam bidang pekerjaan pokok,
maupun
dalam
pergaulan di masyarakat. Dalam kehidupan terhadap
istrinya
rumah tangga, ia selalu terus-terang
dalam
lebih-lebih
dalam
penggunaan rijki yang diperoleh. Hal ini diakui oleh
istri-
nya. Waktu masih
selalu
aktif
segala
sebagai
hal,
Pegawai Negeri, ia
berusaha untuk berbuat secara jujur dalam segala tindakannya
243
sehingga
ia
berhasil meniti jenjang
karier
mencapai puncak, padahal
ia
setahap
demi
merasa
bahwa
setahap
sampai
jabatan
Camat yang dapat diraihnya itu benar-benar di
dugaan.
Cara-cara ia merealisasikan konsep
luar
dirinya
selama
menjabat jabatan pemerintahan, di antaranya ialah : 1. Tidak pernah merekayasa
pengeluaran
biaya dalam hal-hal
yang berhubungan dengan kepentingan umum. 2. Bersifat terbuka dalam merencanakan suatu program, meletakkan kepercayaan terhadap orang lain sesuai
serta dengan
tugas masing-masing (tidak memonopoli pekerjaan oleh diri sendiri). 3. Melaksanakan
pekerjaan dengan penuh rasa tanggung
jawab
dan disiplin kerja yang tinggi, yang didasari oleh keikhlasan . Secara singkat dapat dikatakan bahwa ia merasa
belum
pernah melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tuntutan kejujuran. Konsep diri itu ia rasakan sebagai suatu hal yang sangat
berharga, yang dapat menyebabkan ia selalu dipercaya
orang untuk memegang jabatan-jabatan penting di Demikian
pula
ia mendapat
dalam menjalankan
masyarakat.
perusahaannya,
kepercayaan dari dealer-dealer
sehingga
kendaraan
untuk
menyicil kendaraan apabila perlu. Dalam organisasi kemasyarakatan, misalnya dalam baga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), kejujuran ini
Lemselalu
direalisasikan. Drs. wiwahadi (Ketua Seksi Pemuda, olah Raga dan
Kesenian dalam LKMD Desa Kawali) memberikan
bahwa "K 5 " sebagai
Ketua
LKMD
di
desa
itu
penjelasan benar-benar
244
memelihara kejujuran dalam dirinya. Sebagai contoh dikemukakannya sewaktu merehabilisasi bangunan SD Kawali: biaya
kelebihan
dari anggaran tidak dibagi-bagi kepada sesama
rus tetapi sekolah
ia manfaatkan itu
pembuatan
dengan
pagar
untuk
membangun
pagar
halaman
sepengetahuan pengurus lain,
itu tidak dianggarkan
pengu-
padahal
sebelumnya.
Contoh
lain dikemukakan pula bahwa apabila ada rencana untuk habilisasi bangunan-bangunan tertentu sebelum kepada
ditangani oleh LKMD, ia berikan
mereka menyatakan
kesempatan
LKMD.
tidak sanggup,
Atas dasar sifat-sifat baik
maka ia benar-benar menjadi orang "Kg" Ia
di suatu dusun,
baru
dahulu
yang
dikerjakan dimilikinya,
terkemuka di Desa Kawali.
mempunyai idelaisme : pandai r jujur dan
nyatakan bahwa apabila setiap orang mempunyai
apa
pun. Ia berusaha
untuk
benar.
idealisme
seperti itu, maka dalam hidupnya tidak akan menderita rangan
maka
orang-orang di dusun itu dengan melalui kepanitiaan.
Apabila oleh
mere-
merealisasikan
kekuketiga
macam idealisme itu dalam semua tindakannya. Kepandaian dalam dirinya dirasakan sebagai kepandaian dalam mengatur rijki, menciptakan peluang-peluang yang dapat mendatangkan hasil, mengelola lahan pertanian, mengantisipasi masa depan, dan lain-lain hal yang menyangkut aspek kehidupan. Ia tidak mengakui sebagai orang yang daian dalam keilmuan, sehingga
memiliki kepan-
hal itu belum menjadi konsep
dirinya secara sempurna. Kejujuran ia rasakan sebagai suatu sifat yang
selalu
245
diusahakan laskannya
untuk dikembangkan dalam dirinya. Hal ini bahwa
ia tidak mau terlibat dalam
mengandung ketidak-jujuran, misalnya
hal-hal
yang
terlibat dalam kepani-
tiaan yang menggunakan uang, membohongi orang, dan
sebagai-
nya. Namun peneliti mendapatkan informasi yang dapat rikan kesimpulan
dije-
lain mengenai kejujuran ini,
membe-
sehingga
ia
belum dapat dianggap sebagai orang yang benar-benar jujur. Kebenaran
dianggapnya sebagai inti dari semua
sifat
tadi,
karena walaupun orang pandai, apabila kepandaian
tidak
digunakan untuk hal-hal yang benar, maka tentu
tidak
mempunyai arti yang positif. Demikian pula bila
orang
akan
itu
jujur harus dalam hal yang benar, karena bisa saja orang itu jujur dalam hal yang tidak benar. Dengan demikian
ketiganya
harus jalin-menjalin menjadi satu kesatuan yang utuh. Kalau
ketiga hal tadi dianggapnya sebagai
idealisme
yang harus dipelihara dalam hidup manusia, dan ia pun berusaha untuk merealisasikan hal itu
dalam hidupnya,
ia mempunyai konsep diri sebagai orang yang hemat dan bekerja.
Ciri bahwa dia sebagai orang yang hemat,
telah maka raiin
terbukti
dari hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuannya membeli lahan pertanian yang cukup luas dari warga masyarakat lain di desanya dengan uang kontan sebagai
hasil tabungan, sedangkan warga masyarakat lain
ja-
rang yang mampu berlaku seperti itu. 2. Kesederhanaan
dalam
penampilan sehari-hari
yang
memperlihatkan kemewahan-kemewahan, baik ia sendiri
tidak mau-
pun istrinya, sedangkan orang lain yang termasuk golongan
246
kaya, cenderung untuk memperlihatkan kekayaan yang
dimi-
likinya dengan penampilan yang mewah. 3. Setiap
mendapatkan rijki dari sumber apa pun, ia
selalu
mengaturnya dengan cara membagi-bagi pendapatan itu : 1/5 bagian untuk digunakan bagi keperluan pengobatan, menjamu tamu,
sumbangan-sumbangan sosial atau derma, 1/5
bagian
untuk
ditabungkan dan 3/5 bagian untuk digunakan
keper-
luan
pokok
penggunaan kan.
sehari-hari.
Bilamana
ada
kelebihan
pertama dan ketiga, semuanya harus
dari
ditabung-
Orang lain tidak ada yang menjalankan pola
seperti
itu. Konsep diri yang kedua yaitu bekerja keras, dari pengisian seluruh waktu dalam hidupnya
terbukti
dengan pekerja-
an yang produktif, terutama dalam bidang pertanian. sedang
sehat dan tidak ada
Apabila
pekerjaan lain yang lebih
pen-
ting, setiap hari sejak terbit sampai terbenam matahari, selalu
melakukan
kadang-kadang
pekerjaan di lahan
sampai malam.
pertaniannya,
ia
bahkan
Ia jarang menyuruh orang
lain
apabila pekerjaan itu mampu dikerjakan sendiri. Mengenai hal ini, istri dan kedua anaknya, juga responden-responden dalam triangulasi,
membenarkannya. Sifat bekerja keras ini,
juga
sifat menghemat tadi, telah dikembangkan dalam dirinya sejak ia masih berumur 10 tahun. Apabila dibandingkan dengan warga masyarakat lain desanya,
ia
menandingi.
merasa bahwa kedua sifat itu Hal
ini
dikuatkan
pula
oleh
belum
ada
di yang
pengakuan para
247
responden yang dijadikan sumber triangulasi. Dari
kasus-kasus yang diteliti,
dapat
bahwa konsep diri merupakan faktor pendorong silan
hidup
bagi
mereka, dan dapat dipandang
pengembangan
disingkatkan bagi
keberha-
sebagai
landasan
potensi-potensi kewiraswastaan, kepemim-
pinan, kreativitas, daya inovatif dan rasionalitas yang temukan
pada kasus-kasus penelitian ini.
di-
Dengan
demikian
maka konsep diri yang positif merupakan salah satu
penyebab
keberhasilan yang bisa diraih oleh individu-individu, karena dengan
adanya
konsep diri yang jelas, maka
pola
perilaku
ialah
mengenai
individu cenderung diarahkan kepadanya.. E. Proses sosialisasi potensi individu. Problema proses
kedua dalam penelitian ini
sosialisasi potensi individu, yang di dalamnya
akan
dibahas mengenai : sasaran dan cara-cara sosialisasi, sumber inisiatif dan jenis potensi yang disosialisasikan. Seperti
yang
telah dikemukakan pada Bab
yang dimaksud dengan kata sosialisasi the
II,
bahwa
(socialization)
total process in which an individual develops
a
"... human
personality and learns to be a social actor" (Marvin E.Olsen 1968
: 120). Jadi dengan proses sosialisasi ada
yang
dituju,
yaitu
pembentukan
kepribadian
sosial. Maksud sosialisasi dalam bagian ini
pun
dua
dan
aspek belajar
sesuai de-
ngan definisi tersebut. Dalam bab I telah diulas mengenai berbagai kemungkinan
yang
bisa terjadi dalam proses
sosialisasi
ini,
yang
248
penulis ringkaskan dalam bagan di bawah ini. 1. Sasaran, cara dan inisiatif sosialisasi. Dalam
Bab I bag ian C telah d itentukan bahwa
sasaran
sosialisasi yang sempit terbatas pada anggota keluarga, yang agak dan macam
luas terbatas sampai tetangga atau yang
kenalan
luas terjadi dengan siapa pun.
terdekat,
Bagaimana
kemungkinan sasaran, cara dan inisiatif
macam-
sosialisasi,
dapat dilihat pada bagan berikut ini:
1. Sempit. 2. Agak luas,
A. Sasaran
3. Luas. r- a. Terorganisasi. —1.
Sosiali-, sasi
B. Cara
Disengaja
— - b. Tidak terorgani sasi .
—
r- a. Peniruan. -2. Tidak disenga ja
- b. Identifikasi.
1. Sendir i. C. Inisia- -- 2. Orang lain. tif - 3. Campuran antara inisiatif 1 dan 2. Bagan
9 : Kemungkinan proses sosialisasi individu yang berprestasi.
potensi
oleh
249
Peneliti mengalami sedikit kesukaran dalam menentukan jangkauan sasaran sosialisasi secara tepat pada yang
diteliti,
tidak
mengikuti
karena
proses
interaksi
pola-pola yang
tetap.
kasus-kasus
setiap Di
individu
samping
sukar pula ditentukan, apakah perilaku-perilaku yang pada
orang-orang yang dianggap terkena
proses
itu tampak
sosialisasi
dari kasus, benar-benar merupakan hasil dari tindakan
kasus
ataukah bukan. Oleh karena itu, sukar untuk mengadakan penggolongannya, sehingga dalam bagian ini penulis hanya mukakan kecenderungan-kecenderungan
yang tampak pada kasus-
kasus.
Namun dalam hal menentukan cara
mudah,
karena
tampaknya
setiap kasus
menge-
sosialisasi,
mengembangkan
lebih
cara-cara
yang
telah menjadi pola perilaku sehari-hari. Demikian
pula dengan gagasan untuk dilakukan proses sosialisasi, bisa lebih
mudah
mengemukakan
dilihat. Oleh karena
itu,
sistematika
hasil penelitian dalam bidang
ini,
dalam
dilakukan
kasus demi kasus yang di dalamnya dapat dilihat kecenderungan-kecenderungan sebagai kekhususan bagi kasus yang
diteli-
ti. melakukan upaya
sosialisasi
dengan
jangkauan
agak iuas_, karena ia lakukan terhadap anaknya dan orang lain yang
memiliki hubungan dekat dengan dia.
dilakukan
terhadap
anaknya (Oyo)
Sosialisasi
merupakan
yang
upaya
yang
disengaja, karena ia mendidiknya secara khusus dengan
cara-
cara diberi nasihat sambil praktek kerja langsung dia
di bidang pertanian, perdagangan, dan
mengikuti
industri
gabah. Cara semacam ini bisa disebut magang dalam
huller
keluarga,
250
yang dikelompokkan ke dalam cara-cara yang disengaja. tidak
terorganisir.
Keterampilan ini dapat
namun
diserap
oleh
anaknya dengan baik. Pada saat penelitian ini dilakukan,
ia
telah mampu melakukan pekerjaan sebagai pedagang beras hasil penggilingan
huller miliknya yang dikirimkan
ke
kota-kota
besar, terutama ke Bandung. Di samping itu ia diserahi tugas mengelola
huller
di Rajagaluh, melakukan
pembelian
hasil
pertanian (misalnya cengkeh) dengan melalui penaksiran harga yang
menguntungkan
perikanan terhadap yang yaitu
(sistem
darat. Potensi
ijon),
yang
dan
bidang
harus dilakukan dengan berbagai bekerja,
usaha
disosialisasikan oleh
anak tunggal ini, terutama
kerai inan
melakukan
sifat
rasionalitas
"K^"
kewiraswastaan pendukungnya,
dalam
melakukan
usaha, kreativitas dalam mencari peluang-peluang yang
dapat
menguntungkan, serta penghematan r ijki, yang semuanya
harus
dilakukan dengan kebenaran, baik ditinjau dari segi tata nilai
yang
berlaku
di
masyarakat,
hukum
negara,
maupun
agama. Namun keberhasilan yang dapat diraih oleh anaknya ini tidak
dimulai dengan berbagai penderitaan seperti yang
alami, karena segalanya telah ada
dia
sebagai hasil jerih payah
orang tua. Kelemahan
yang tampak dalam upaya
sosialisasi
pada
kasus ini ialah terlalu tertuju kepada pencapaian flalam fclr dang material, sedangkan peningkatan pengetahuan, sikap
dan
keterampilan melalui lembaga pendidikan formal tidak dilakukannya. Sebagai akibat dari kepincangan itu, dalam pergaulan
251
di
masyarakat
tampak kaku, namun apabila
diminta
bantuan
materi, sangat mudah (Wawancara dengan Idik, Kades Talagasari,
Oktober
1991). Gejala ini muncul
karena
rasa
kurang
mampu dalam bidang pengetahuan umum, sehingga menyebabkan ia tidak
terlalu
akrab dengan orang lain
yang
lebih
tinggi
kemampuannya (Wawancara dengan Oyo, Nopember 1992). Jangkauan potensi
lain
dalam
upaya
sosialisasi
potensi-
yang dilakukan oleh "Kj" beserta istrinya,
sung
terhadap orang-orang yang dekat dengan
para
pekerja
dan familinya. Cara yang
berlang-
mereka,
yaitu
dilakukannya
dapat
dikatakan tidak disengaja, karena hanya muncul dalam obrolan dengan
mereka bila menjurus ke arah pengemukaan
pengalaman
mengenai keberhasilan kedua suami istri ini, baik atas
per-
mintaan
arah
itu.
mereka maupun secara tidak terasa menjurus ke
Akhirnya
nyampaian
Namun
sampai sejauh mana
tidak
termonitor seperti terhadap
itu, suatu keberhasilan yang dialami
keberhasilan
manusia,
merupakan hasil kombinasi dari
dari jelas,
anaknya. dalam
pe-
mencapai
sosialisasi ini, kurang bisa diketahui dengan
karena dari
atau
pengalaman hidup sejak menderita sampai
keberhasilan. upaya
dilanjutkan dengan bentuk nasihat
Selain
kehidupan
pengaruh
berbagai
pihak. Mengenai
potensi mana yang bisa diserap
oleh
warga
masyarakat lain, selain dari oleh anaknya, menurut penilaian "Kj" beserta istrinya, sangat berbeda-beda sesuai dengan mampuan
masing-masing, walaupun kadarnya tidak sama
yang mereka alami. Hal ini disebabkan oleh adanya
ke-
dengan
perubahan
252
sosial dan budaya yang terjadi pada Bila
masyarakat
dewasa ini.
dibandingkan dengan masa-masa yang dialami oleh
suami
istri ini pada saat mereka menata jenjang
kehidupan-
nya, sekarang jauh lebih mudah untuk dapat mencapai si.
Ia mengemukakan contoh, misalnya dalam
bekerja
segi
prestaketekunan
dan mengatasi penderitaan hidup, bagi manusia jaman
sekarang
tidak akan
mengalami
banyak
kesulitan,
peluang-peluang untuk bisa berhasil lebih banyak kan
kedua
dengan pada jaman dahulu. Sekarang dengan
karena
dibandingmudah
orang
beralih mata-pencaharian karena banyak kemungkinannya. Namun akibat yang
dari itu, orang sering tidak mau menekuni dilakukannya
sampai berhasil. Jadi
pekerjaan
ketahanan
mental
sukar dapat dikembangkan pada manusia jaman sekarang. Potensi
yang
dimiliki "Ki",
secara
tidak
langsung
diserap pula oleh warga masyarakat lain, terutama dalam
hal
penghematan rljki. Sedangkan kerajinan bekerja sukar
ditiru
(Wawancara
1992),
dengan Atmaja, Kadus Sukamulya,
Agustus
Jadi dapat dikatakan bahwa proses sosialisasi yang dilakukan oleh
"Kj", ditujukan
dilakukannya
sasaran yang agak
luas,
dengan cara-cara disengaja dan ada yang
disengaja, berupa ga)
kepada
nasihat,
latihan keria (magang
tidak keluar-
dan keteladanan, yang dilaksanakan atas inisiatif
diri ,
namun
pengaruhnya menyebar kepada
warga
yang
sen-
masyarakat
secara tidak disengaja. Data yang ditemukan
pada "K^" memperlihatkan
persamaan dengan yang didapatkan pada •Ki" tadi. Ia
adanya lakukan
253
upaya sosialisasi potensi-potensi yang dimilikinya pada
sa-
saran yang agak luas, yaitu terhadap anggota keluarganya dan teman
sejawat, dengan cara dissnaala. dan
Cara-cara anaknya
yang
tidak
disengaja dilakukan terhadap
yang belum
dewasa.
Potensi
yang
disengaja.
ketiga
orang
dikembangkannya
adalah kedisiplinan dalam melakukan ibadat dan
ntenghafalkan
pelajaran sekolah dengan keteladanan dari dirinya,
nasihat-
nasihat f
dianggap
ganjaran
dan hukuman. Cara semacam
itu
yang paling tepat bagi mereka. Dalam waktu-waktu tertentu ia lakukan
sosialisasi potensi-potensi yang
dimi-
likinya terhadap teman-teman sejawat, terutama kepada
warga
staf
pula upaya
pengajar
yang berada di Program
Pendidikan
Geografi
FKIP di PTS tempat ia bekerja. Potensi-potensi yang disosialisasikan yaitu kerajinan dan ketekunan
dalam
melaksanakan
setiap pekerjaan yang menjadi tugas masing- masing, di ping
bimbingan belajar untuk meningkatkan ilmu
mereka.
pengetahuan
Cara-cara yang dilakukan hanya berupa pasihat
kesempatan-kesempatan
tertentu,
di
samping
pada
keteladanan.
Dengan cara demikian, sampai saat penelitian ini telah
sam-
dilakukan,
ada dua orang temannya (St. Fr. dan N) yang ia
telah dapat memper1ihatkan perubahan pengetahuan
nilai
dan
sikap
ini
ialah
seperti yang dinasihatkan kepada mereka. Kesimpulan
yang
bisa.diambil dari kasus
bahwa ia melakukan upaya sosialisasi pada sasaran yang
agak
luasr yang dilakukannya dengan dua cara, yaitu yang disengaja
dan
yang tidak disengaja. Teknik
sosialisasi
terutama
dengan nasihat, (ditambah dengan ganjaran dan hukuman khusus
254
bagi
para putra-putrinya) serta
itu
keteladanan yang
semuanya
dilakukan atas inisiatif sendiri. Upaya sosialisasi yang dilakukan oleh "Kg"
persamaan
dengan
mensosialisasikan
cara-cara yang dilakukan potensi-potensi yang
mempunyai
oleh
"Kj".
dimilikinya
terle-
bih dahulu dilakukan terhadap istrinya. Kesederhanaan hidup,
penghematan
rilki
dan bekerja
keras
Ia
dalam
yang
semula
dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi istrinya, akhirnya menjadi suatu kebiasaan hidup dan diyakini sebagai
potensi-
potensi yang bisa menjadikan kehidupan lebih maju. Upaya
sosialisasi yang dilakukan kepada kedua
orang
anaknya (E dan A.S.) menggunakan cara-cara nasihat, bimbingan
dan latihan kerja (magang). Anaknya yang terbesar ( E
dari
sejak kecil telah dibiasakan hidup sederhana,
keras dan menghemat rijki. Demikian pula terhadap bahkan
sifat-sifat ayahnya lebih banyak meresap
bungsu
ini, yang mendapat materi sosialisasi
)
bekerja (
A.S.),
pada
dalam
anak bidang
pertanian. Upaya sosialisasi terhadap anggota famili yang dan
para
pekerjanya,
hanya
dilakukan
dengan
memberikan
nasihat-nasihat saja. Demikian pula terhadap warga kat
lain yang dekat hubungannya dengan dia, yang
pada
kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya
bakti sosial di kampungnya. Keberhasilan
upaya
dekat
masyaradilakukan
dalam
kerja
sosialisasi
terhadap orang-orang di luar keluarga, tidak bisa ditentukan secara
pasti
sebagai hasil dari
nasihat-nasihat
yang
ia
255
lakukan, karena mereka tidak selalu berada di bawah nya.
asuhan-
Namun dari hasil triangulasi dengan beberapa
penduduk
setempat, yaitu: Herry, Otong, Suryana, menyatakan bahwa kerajinan
bekerja
seperti
yang dilakukan
oleh
"Kg"
sukar
sosialisasi
yang dilakukan
oleh
kasus
ditiru. Upaya
ini,
ditujukan
kepada sasaran yang agak luas,
dengan
cara-cara
disengaja
{terhadap
tidak
disengaja
kedua anaknya), dan
(terhadap orang lain) melalui nasihat dan bimbingan, latihan kerja
dan
keteladanan, yang
dilakukannya
atas
inisiatif
sendiri. Dari kasus lain didapatkan data adanya upaya lisasi
yang
jangkauan sasarannya luas,
sebab
sosia-
di
samping
dilakukan terhadap anggota keluarga, juga terhadap warga masyarakat dari
lain yang lebih banyak jumlahnya. Apabila
cara yang dilakukan, jenis sosialisasi
ini
dilihat merupakan
campuran antara cara terorganisir dengan yang tidak terorganisir.
Dengan
ikatan-ikatan
istilah
"terorganisir"
dimaksudkan
tertentu yang di dalamnya
terdapat
adanya anggota-
anggota dan berbagai aturan yang harus ditaati yang mengikat perilaku
para anggota, untuk menuju suatu
tujuan
tertentu
yang telah disepakati bersama. Organisasi yang ditemui dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: (1) perusahaan, dan (2) organisasi/lembaga
kemasyarakatan.
Organisasi
ditemui pada "K5", sedangkan organisasi/ lembaga katan pada "K5", "K2" "K5"
perusahaan kemagyapa-
dan "K3".
melakukan upaya
sosialisasi
terhadap
anggota
256
keluarga, dengan
baik
terhadap istri
maupun
kesembilan
anaknya
cara-cara disengaja melalui: nasihat, latihan
kerla
dan keteladanan. Potensi-potensi yang disosialisasikan ialah kerai inan dan baran,
ketekunan bekerja.
ketahanan
mender i ta.
penghematan r iiki r
dan
kerendahan
kesa-
hat i
dalam
berinteraksi dengan sesama. Semua itu dilandasi oleh keimanan
dan
ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa r yang harus
direalisasikan
dengan
keiuiuran
dalam
melakukan
segala
perkerjaan. Dalam
pembinaan
bidang
perusahaan,
anak-anaknya
diberi peranan untuk bertanggung jawab dalam bidang
masing-
masing. Dengan keterlibatan seperti itu, maka seluruh anggota
keluarga
hubungan
merasa memiliki perusahaan
yang
sehat di antara anggota
tersebut,
terjadi
keluarga,
sehingga
semuanya turut memperlancar mekanisma perusahaan. Upaya sosialisasi yang dilakukan terhadap para pekerja (sopir dan kenek) perusahaan kendaraan angkutan umum yang dimilikinya,
sewaktu-waktu dilakukan dengan cara-cara
disengaja setiap tiga bulan sekali melalui media
yang
organisasi
perusahaan, sehingga bisa kita masukkan ke dalam jenis upaya sosialisasi yang terorganisasi. Potensi-potensi yang bangkan pada mereka terutama keimanan
dan
dikem-
ketakwaan terha-
dap Tuhan Yang Maha Esa, keiuiuran dalam melakukan pekerjaan dan rasa tanggung-jawab terhadap kelancaran perusahaan serta kehidupan
keluarga masing-masing, sopan santun
perikemanusiaan
dalam melayani penumpang.
Unsur
serta Keiuiuran
257
dikembangkan kepada
setiap hari dengan cara
memberikan
kebebasan
para sopir dalam menyerahkan setoran hasil perolehan
sehari-hari.
Jalinan rasa kekeluargaan
selalu
dipelihara
antara kedua belah fihak. Rasa betah dalam perusahaan dikembangkan dengan cara memperhatikan kebutuhan dan para
pekerjanya.
Bila perlu
diberikan
penderitaan
pertolongan
meringankan penderitaan yang sedang dialami,
yaitu
untuk apabila
sewaktu-waktu mereka mengalami musibah atau sakit keras. Upaya
sosialisasi
lain yang
terjadi pada berbagai organisasi dan syarakatan
yang
dilakukan
oleh
lembaga-lembaga
dipimpinnya, seperti dalam
"K5, kema-
GOLKAR,
LKMD,
DKM, dan lain-lain. Potensi yang dikembangkannya baik
mela-
lui nasihat maupun keteladanan adalah kejujuran dan kerajinan bekerja caran
dengan penuh rasa tangyung jawab terhadap kelan-
organisasi/lembaga tempat mereka bekerja.
dianggap
sebagai
ciri
khas kepribadian
"K5"
Semua yang
itu patut
diteladani (Wawancara dengan Drs.Wiwahadi, Maret, 1992). Proses
sosialisasi
ini bukan
saja
dilakukan
"K5",
tetapi juga oleh istrinya melalui organisasi
baan"
yang sengaja dibentuk untuk pekerjaan-pekerjaan
ibadah bagi
terhadap warga masyarakat yang memerlukan,
oleh
"Marhaamal
misalnya
keluarga yang akan berangkat ke tanah suci, atau
pada
acara-acara keagamaan lain. Potensi yang dikembangkannya ialah
kerelaan uptuk menolong sesama dengan kondisi yang
pada
diri
masing-masing tanpa
materi
dari
kepada
Tuhan
mengharapkan
orang yang ditolong. Imbalan Yang Maha Esa, sehingga upaya
imbalan
jasa ini
ada jasa
diserahkan merupakan
258
ibadah serta untuk menanamkan ketakwaan dan keimanan
terha-
dap Tuhan Yang Maha Esa. "K2 n
termasuk
yang mengembangkan
potensinya
dalam
jangkauan yang luas, karena ia berhubungan dengan kepentingan
umum, dengan
cara yang d isengaja
secara
terorgan is ir ,
yang dilakukannya atas dasar kerjasama antara dirinya dengan fihak lain (pemerintah daerah). Teknik yang dilakukan pengembangan gantung
dalam
potensi yang dimilikinya ada tiga macam,
pada tingkat kemampuan intelegensi serta
ter-
penalaran
penerimanya. Ketiga cara itu ialah : 1. Ilmu Hakekat untuk peserta
yang sudah berpengalaman.
2. Diskusi bagi peserta yang setahap. 3. Pltutur (nasehat) bagi para peserta yang masih awam. Cara sudah
santrinya
termasuk golongan senior, yaitu mereka
mengajarkan masih
magang dilakukan terhadap para
pengajian Al Qur'an terhadap para
yunior.
terhadap
diberi
Jenis potensi yang
seluruh
warga
yang
tugas
santri
yang
oleh
"K2"
dikembangkan
masyarakat
yang
tergabung
dalam
lembaga pengajian maupun bagi warga masyarakat lain terfokus pada pengembangan aspek moral, yaitu keimanan dan
ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. "K3"
pada masa jabatannya sebagai Kepala
Desa
dari
tahun 1968-1981, berhasil melakukan upaya sosialisasi potensi
yang
dalam
dimilikinya, yaitu: disiplin
dan
tanggung
melakukan pekerjaan, serta kejujuran dalam
keuangan. Ketiga sifat itu menurutnya
merupakan
iawab
mengelola penjabaran
259
dari
konsep kebenaran dalam melakukan
tugas-tugas
sebagai
Pamong Desa. Disiplin kerla dikembangkannya dalam bentuk
mentaati
waktu, baik pada pertemuan-pertemuan formal maupun dalam hal melakukan harus
tugas-tugas dengan menggunakan target waktu
yang
ditepati. Tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan, dihubungkan
dengan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan secara tuntas. karena
itu,
setiap
tugas
yang
rakyat
harus dimonitor bagaimana
telah
dibebankan
pelaksanaannya.
Oleh kepada
Terhadap
orang-orang yang melalaikan tugas, harus ditegur dan pengertian agar mereka memahami dan dapat merasakan
diberi manfaat
dari pekerjaan yang dilakukannya. Kejujuran dikembangkan melalui pemungutan, penyetoran dan pengelolaan uang dari masyarakat. Para Pamong Desa
yang
akan
dari
bertugas
memungut iuran, pajak,
dan
lain-lain
warga masyarakat, tidak dibolehkan membawa uang. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga syak wasangka dan kekeliruan
perhitungan
uang hasil pungutan tersebut. Segala
dalam
pemasukan
dan pengeluaran uang harus sesuai dengan rencana dan
diser-
tai dengan tanda-tanda bukti pengeluaran yang syah. Demikian ketat penanaman ketiga potensi tadi yang dilakukan oleh "K3" terhadap para Pamong Desa dalam organisasi pemerintahan
desanya,
sehingga dapat membawa desa
arah kemajuan yang pesat, baik di bidang
itu
ke
pembangunan fisik,
sosial, ekonomi maupun mental. Potensi lain yang dikembangkan pada
masa
jabatannya
260
sebagai
Kepala
Desa adalah kreativitas.
Bukti-bukti
yang
dapat dikemukakan untuk hal ini ialah : 1. Mengintensifkan penanaman galengan sawah dengan jenis tanaman sayuran dan palawija. 2. Melakukan usaha "mina padi", yaitu menanam ikan di
sawah
bersamaan dengan tanaman padi sepanjang memerlukan air. 3. Membentuk "saung sawala", yaitu organisasi-organisasi kecil yang dibentuk di antara pemilik sawah yang berbatasan dalam
tiap-tiap wilayah sempit.
Masing-masing
diwajibkan membuat "saung" (dangau) tempat dingkan
dan
bertukar pengalaman atau
kelompok
mereka merun-
pikiran
mengenai
hal-hal yang berhubungan dengan pertanian ( mirip organisasi SUBAK di Bali). 4. Merombak sistem pertanian lahan kering dari tanaman serai wangi menjadi tanaman tahunan pelindung tanah dan tanaman bahan pangan menggunakan sistem itu,
sengkedan. Dengan
produksi pertanian meningkat, erosi
upaya
tercegah,
dan
mata air berfungsi kembali setelah mengalami kekeringan. Semua
potensi
yang
disosialisasikannya,
dilakukan
dengan cara-cara : nasihat, bimbingan dan keteladanan. Dalam menjalankan kepemimpinan, ia memfungsikan tokoh-tokoh dan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang
memerlukan
rencanaan dan pengambilan keputusan yang berhubungan program
pembangunan
masyarakat
desa.
agama pe-
dengan
Ketentuan-ketentuan
yang datang dari atas, dijabarkan untuk disesuaikan pelaksanaannya
dengan
kondisi
masyarakat
dan
wilayah.
Apabila
261
dihubungkan dengan teori Path Goal (Tujuan Jalan Kecil)
da-
pat
dan
dimasukkan ke dalam gaya kepemimpinan partisipatif
kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi. Dari semua cara yang dikatakan
telah
dikemukakan
bahwa "K3" melakukan upaya
tadi, dapat
sosialisasi
potensi-
potensi yang dimilikinya dengan jangkauan yang luas, di lakukan dengan cara-cara yang disengaja, terorganisas i f atas kehendak
sendiri.
sesuai dengan
peranannya
sebagai
Kepala
Desa. 2. Rangkuman. Dari seperti
semua
variasi yang terdapat
pada
yang telah dikemukakan , didapat
kasus-kasus
inti-inti
temuan
sebagai berikut : a. Sasaran sosialisasi berkisar dari sasaran yang agak sampai
sasaran yang luas. Hal ini bisa
luas
diartikan
bahwa
orang-orang yang berprestasi dalam masyarakat desa
tidak
individualistis, namun memiliki sifat-sifat
kekeluargaan
dengan sesamanya, ternyata dari gagasan sosialisasi
yang
dilakukan
Jadi
dengan
solidaritas
sengaja atas inisiatif
sendiri.
sosial pada masyarakat desa ini masih
cukup
kuat. b. Ada
persamaan
dalam bentuk sosialisasi
yang
dilakukan
semua kasus, yaitu dengan cara-cara : nasihat, bimbingan, magang
dan
dalam
upaya
yang
keteladanan. Hal ini mengandung sosialisasi tidak cukup
dengan
verbal, namun harus dilakukan pula
arti
bahwa
cara-cara
cara-cara
yang
262
bersifat unsur
melatih
penting,
keberhasilan hat
keterampilan. karena
Keteladanan
mencapai
suatu
bisa lebih kuat apabila adopter bisa
meli-
kenyataan-kenyataan
motivasi
empirik
untuk
merupakan
mengenai
keberhasilan
dari inovasi yang akan diadopsinya, c. Bagi kewiraswastaan, sifat-sifat : kerja paling
hidup sederhana,
keras dan penghematan r i j k i merupakan penting
dikembangkan
di
dalam
samping diri
unsur-unsur
unsur
lainnya
individu-individu
beyang untuk
yang
ingin
meraih prestasi di bidang materi/kekayaan. Untuk dilakukan
mendapatkan gambaran proses
oleh
setiap kasus dengan
sosialisasi
berbagai
yang
komponennya,
penulis saj ikan ikhtisar sebagai berikut : ICHTISAR UPAYA SOSIALISASI (SASARAN, CARA, BENTUK, ISI DAN GAGASAN)
a. Sasaran
: agak luas ( keluarga, famili dan dekat ).
b. C a r a
: 1). disengaja tak terorganisasi. 2). tidak disengaja.
c. Bentuk
: 1). nasihat. 2). magang. 3). keteladanan.
d. I s i
: Kewiraswastaan : 1). bekerja keras 2). menghemat 3) . rasionalitas 4) . kreativitas 5). kesederhanaan hidup.
e. Gagasan
: sendiri.
kenalan
263
2. "K 4 " a. Sasaran
: agak luas (keluarga dan teman sejawat)
b. C a r a
: 1). disengaja tak terorganisasi. 2). tidak disengaja.
c. Bentuk
: 1) . nasihat. 2). ganjaran/hukuman. 3 ) . keteladanan.
d. I s i
: Kepemimpinan : 1) . kedisiplinan. 2). kerajinan bekerja. 3) . ketekunan. : sendiri.
e. Gagasan 3. "K 6 " a. Sasaran
: agak luas (keluarga, famili orang dekat.
b. C a r a
: 1). disengaja tidak terorganisasi. 2). tidak disengaja.
c. Bentuk
: 1). 2}. 3}. 4).
d. I s i
: Kewiraswastaan ; 1). bekerja keras. 2). menghemat rijki. 3). kesederhanaan hidup. : sendiri.
e. Gagasan
dan
orang-
nasihat. bimbingan. magang. keteladanan.
4. "K 5 " a. Sasaran
: luas (keluarga, famili, orang-orang kat, masyarakat luas).
b. C a r a
: 1). disengaja terorganisasi. 2). tidak disengaja.
c. Bentuk
: 1). 2). 3). 4 ).
d. I s 1
: Kepemimpinan dan kewiraswastaan : 1). bekerja keras. 2). menghemat rijki. 3). kesederhanaan hidup.
nasihat. bimbingan. magang. keteladanan.
de-
264
4 ) . kesabaran. 5). tahan menderita. 6). rendah hati. 7). tanggung jawab. 8). perikemanusiaan. e. Gagasan
send ir i.
a.
luas (keluarga, famili, orang-orang dekat dan masyarakat luas).
Sasaran
1). disengaja terorganisasi. 2). tidak disengaja.
b. C a r a c. Bentuk
: 1). nasihat. 2). magang. 3). keteladanan.
d. I s i e. Gagasan
: Pedoman hidup berlandaskan agama Islam. : campuran.
a. Sasaran
: luas (keluarga, masyarakat luas).
b. C a r a
: 1). disengaja terorganisasi. 2). tidak disengaja.
c. Bentuk
: 1). nasihat. 2). bimbingan. 3). keteladanan.
d. I s i
: Kepemimpinan 1). disiplin. 2). tanggung jawab. 3). kreativitas.
e. Gagasan
: sendiri.
Dari uraian mengenai upaya sosialisasi yang dilakukan oleh semua kasus, dapat dinyatakan bahwa : 1. Individu-individu yang berprestasi
tidak
hanya
mengem-
bangkan potensi untuk dirinya sendiri, tetapi mengembangkannya pula untuk orang lain dengan sasaran, cara, bentuk dan
isi
yang
berbeda-beda,
sesuai
dengan
kemampuan
265
masing-masing. Sedangkan gagasan sosialisasi yang dilakukannya,
pada umumnya atas gagasan sendiri.
2. Potensi individu yang disosialisasikan kepada orang lain, bukan
saja hanya dapat memberikan keuntungan bagi
orang
lain tersebut, tetapi dapat memberikan umpan balik
keun-
tungan terhadap pengembangnya. E. Peranan
individu
yang
berprestasi
dalam
Pembangunan
Masyarakat Desa. Dalam Bab I bagian B halaman 16 telah dkemukakan bahwa ada dua kemungkinan yang bisa terjadi mengenai
pemeranan
individu-individu yang berprestasi unggul ini, yaitu : a. Peranan dalam LKMD dan organisasi kemasyarakatan lainnya. b. Peranan secara tidak formal terorganisirAspek mana di
ini diteliti, karena ingin
mengetahui
individu-individu yang berprestasi itu turut dalam
desanya,
upaya-upaya memajukan warga
masyarakat
sejauh terlibat lain
sehingga diharapkan potensi-potensi yang ada
diri
mereka
bisa terserap oleh warga
masyarakat
baik
secara disengaja maupun tidak disengaja. Yang
di
pedesaan,
biasanya
pada
tersebut menjadi
dasar pemikiran untuk hal ini adalah bahwa orang-orang berprestasi
di
yang
termasuk ' key persons'
bagi proses modernisasi, karena mereka sering
dikelompokkan
sebagai tokoh masyarakat. Atas dasar itu, maka aktivitas mereka di bagi
masyarakat
akan banyak memberikan pengaruh positif
warga masyarakat lain, walaupun bisa pula terjadi
yang sebaliknya.
hal
266
Dari hasil penelitian terhadap kasus-kasus,
ternyata
pemanfaatan mereka sangat bervariasi pula, tergantung pada : 1. Jenis prestasi yang dapat dicapai. 2. Tingkat pendidikan dan pengalaman. 3. Usia. 4. Kesediaan untuk dilibatkan. 5. Lokasi tempat tinggal setelah dapat mencapai prestasi. Bagaimana bentuk keterlibatan individu-individu berprestasi di kedua desa ini, dapat ditelaah dalam
yang
uraikan
pada bagian berikut. 1. Macam-macam keterlibatan individu yang berprestasi
dalam
Pembangunan Masyarakat Desa. Dari
sejumlah
kasus yang diteliti, ada
lima
jenis
prestasi yang dicapai oleh individu, yaitu prestasi-prestasi di
bidang
: (1) pemerintahan, (2) penyiaran
Islam, (3) Prestasi
pertanian, (4) perusahaan, dan
ajaran
(5)
agama
pendidikan.
di bidang pemerintahan diraih oleh "K3" dan
"K5",
penyiaran ajaran agama Islam oleh "K2", Pertanian oleh
"Kj"
dan
oleh
"Kg",
perusahaan oleh "K5", dan pendidikan
umum
Apabila jenis prestasi ini dihubungkan dengan libatan
mereka
dalam upaya PMD, dapat dibagi
keter-
kenjadi
dua
bagian, yaitu : a- Keterlibatan
dalam
organisasi
kemasyarakatan,
dialami
oleh orang yang pernah berkecimpung dalam bidang pemerintahan.
Yang
termasuk
ke
dalam golongan ini ialah "K5"
267
sebagai Ketua LKMD di desanya, dan berbagai jabatan kemasyarakatan lainnya. Tokoh ini tidak pernah menolak jabatan
apa
mampu
pun yang diberikan
kepadanya,
sepanjang
untuk melaksanakannya. Selain dari itu,
memandang
rendah
jabatan-jabatan berstatus
terhadap orang yang diberikan
sebagai
lain
Mantan Camat.
Ia
"memelihara kepercayaan masyarakat
ia
maupun
kepadanya,
baik, dan termasuk
yang
dibebankan orang lain kepadanya,
tidak
terhadap
walaupun
berpendapat
merupakan
yana
masih
amal Ibadah."
ia
bahwa
perbuatan
Semua
pekerjaan
dilakukan
dengan
menjadi
konsep
dirinya, serta bersikap sopan-santun dalam setiap
inter-
berpegang
kepada
kejujuran yang
telah
aksi dengan siapa pun. Hal lain yang perlu ditonjolkan dari tokoh ini
ialah
bahwa kegiatannya di masyarakat, bukan saja hanya dilakukan
oleh dia sendiri, tetapi dilakukan pula oleh
istri-
nya. Berbagai kegiatan yang dimaksud adalah : Ketua Marhaba
ibu-ibu desanya yang bergerak di bidang
Grup
hiburan
yang bersifat amal, Penasihat Persatuan Istri Veteran Kecamatan
Kawali,
Ketua
Persatuan
Ibu-ibu
RI
Pens iunan
Kewedanan Kawali, Ketua PKK, baik di RT maupun di tingkat Desa
Kawali, dan Ketua Organisasi Keagamaan
Kecamatan Kawali. Dengan kegiatan-kegiatan
Al.
Hidayah
semacam
itu,
maka nama baik suami serta perusahaannya semakin terkenal dan
meningkat.
memungut
Penggunaan
grup
Marhaba
biaya, penggunaan kendaraan
dengan
angkutan
tidak
miliknya
untuk mengangkut rombongan dengan biaya cuma-cuma,
dapat
268
menyebabkan dapat
nama
perusahaannya lebih terkenal. Hal
dijadikan suatu strategi untuk
secara
tidak
langsung bagi
menarik
perusahaannya,
ini
langganan yang
tidak
dapat ditemukan pada perusahaan lain yang sejenis. Keterlibatan yang tidak terikat oleh organisasi
kemasya-
rakatan. Jenis
keterlibatan
ini dialami
oleh
individu-individu
lain, selain dari "Ks". "K3" sampai saat
penelitian ini dilaksanakan,
berfungsi
sebagai
di
desanya
(sekarang
jadi Desa Sindangsari). Jadi ia tidak
menyan-
dang
jabatan
penasihat atau
sesepuh
hanya
kemasyarakatan yang terlalu
terikat
oleh
tanggung-jawab khusus seperti yang dialami oleh Ks". bagai
alasannya karena ia masih mempunyai jabatan
di kantor Depag Kabupaten Ciamis, sehingga tidak
tetap mungkin
melaksanakan tugas kemasyarakatan tersebut secara sif
di
apabila
desanya. Ia hanya bisa hadir
dalam
inten-
rapat
ada hal-hal yang sangat perlu dirundingkan,
lebih banyak menerima konsultasi pada saat-saat
Se-
desa dan
tertentu
di rumahnya. Jabatan
sebagai
"sesepuh" ini disandang
pula
oleh
"Ki", walaupun hanya dalam tingkat Dusun (Kampung). Namun ia tidak begitu aktif mengikuti pertemuan-pertemuan diselenggarakan di dusunnya, dengan alasan terlalu dengan
pekerjaan sehari-hari. Apabila ada
diperlukan
dari padanya, maka Kepala
Dusun
hal-hal atau
yang sibuk yang warga
269
masyarakatlah yang datang berkunjung ke rumahnya. Hal ini menandakan
bahwa
penghargaan
dari
warga
masyarakat
cukup tinggi. Bila kita perbandingkan penghargaan rakat
yang diberikan kepada kedua tokoh Desa
masya-
Talagasari
ini, maka ada dua dasar penting yang berbeda. "K3" dihargai prestasi dan jabatan yang pernah diraih laman
serta penga-
kerianva, sedangkan "Ki" dihargai karena
kekayaan
dan usianya. Individu aiaran
yang
berprestasi
dalam
agama Islam, yaitu "K2"*
bidang
mempunyai
penyiaran
keterlibatan
yang lebih jelas dan teratur dalam upaya membangun warga
moral
masyarakat di Desa Talagasari dan sekitarnya.
ini disebabkan oleh prestasi hubungan
dicapainya
yang erat dengan keyakinan
Namun ia tidak melainkan
yang
terikat
hanya
oleh
terikat oleh
hidup
Hal
mempunyai masyarakat.
organisasi kemasyarakatan, lembaga
Statusnya di masyarakat, didasari
pengajian
saja.
oleh pendidikan khusus
yang ia alami. Bagaimana kesibukannya sehari-hari,
telah
dikemukakan pada bagian yang lalu. Individu-individu lain, pada saat penelitian ini lakukan
tidak
terlibat
dalam
kegiatan
di-
kemasyarakatan
secara teratur. Yang menjadi dasarnya bermacam-macam,
di
antaranya ialah : a. Karena menolak atas dasar kesibukan kerja dan ketidaksesuaian antara
idealismenya dengan realita.
Hal ini
terjadi pada "Kg". Ia menjauhkan diri dari keterikatan oleh organisasi maupun lembaga kemasyarakatan,
karena
270
idealisme
yang
kuat
tertanam
pada
dirinya,
yaitu
kejujuran dan kebenaran. Ia tidak setuju dengan sistem pertanggung-jawaban keuangan yang sering bisa
dimani-
pulasi atau kecurangan lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan biaya bagi kepentingan pembangunan. Apabila
ia memberi sumbangan untuk
an,
lebih
sering
kepentingan pembangun-
dalam bentuk materi
atau
tenaga,
kecuali untuk membayar pajak. Karena tempat tinggalnya jauh, dialami oleh "K4". Atas dalam
dasar
itu, maka ia
menyumbangkan
hanya
materi
sewaktu-waktu memberikan da'wah
bisa
bila
berpartisipasi
diperlukan,
keagamaan kepada
dan ma-
syarakat dalam upaya pembangunan bidang rokhani. Namun di tempat tinggalnya, ia banyak melibatkan diri
dalam
kegiatan kemasyarakatan. di antaranya ialah : 1. Ketua DKM
pada
Mesjid Al Fatah miliknya
sendiri,
sejak tahun 1992. 2. Ketua DKM
pada Mesjid PTS tempat ia bekerja
sejak
tahun 1985. Dalam kegiatan organisasi profesi ia memegang berbagai jabatan sebagai berikut : 1. Sekertaris ICMI Orsat Tasikmalaya sejak tahun 1992. 2. Kepala Bidang Pendidikan Umum Pesantren
Darussalam
di Cipari, Garut, sejak tahun 1990. 3. Anggota Pembina KAHMI (Keluarga Alumni HMI Tasikmalaya).
271
4. Sekertaris
Paguyuban Pasundan
Cabang
Tasikmalaya
sejak tahun 1988. 5. Sekertaris BMPTSI gi
(Badan Musyawarah Perguruan Ting-
Swasta Indonesia) untuk wilayah
Garut,
Ciamis
dan Tasikmalaya. 6. Anggota Pleno BMPTSI
Wilayah IV
Jawa Barat
sejak
tahun 1992. 2. Rangkuman. Dari hasil temuan seperti telah diuraikan tadi,
maka
dapat dirangkumkan sebagai berikut : a. Individu-individu yang berprestasi tidak melepaskan dan selalu berpartisipasi dalam upaya Pembangunan
diri Masya-
rakat Desa. b. Individu
yang mempunyai
pengalaman langsung dalam
pem-
bangunan masyarakat, lebih mendapatkan penghargaan gai orang yang layak untuk dilibatkan dalam
seba-
bidang
PMD,
dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki pengalaman tersebut. c. Orang-orang yang menonjol, terpandang dan dipandang, mampu serta bertanggung jawab tentang
kemajuan
masyarakat-
nya. d. Proses
interaksi yang dilandasi oleh sikap sopan
santun
dan penghargaan terhadap sesama, lebih-lebih yang
dida-
sari kitkan
oleh itikad menolong secara ikhlas, dapat simpati dan dukungan moral yang
membang-
menyebabkan
dividu dapat lebih meningkatkan prestasinya.
in-
272
e. Kerjasama
yang baik dari seluruh anggota keluarga
dalam
mendukung mata pencaharian yang dikembangkan dalam
kelu-
arga,
dapat
baik
secara langsung atau tidak
langsung,
meningkatkan produktivitas mata pencahar ian itu.