BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Arus Kas PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. PT Aqua Golden Mississippi, Tbk menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK No. 2 Tahun 2007 dengan mengklasifikasikan arus kas menjadi 3 bagian aktivitas yaitu : 1.
Aktivitas Operasi Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas bersih dari aktivitas operasi PT Aqua Golden Mississippi, Tbk terdiri dari: 1. Penerimaan Kas a. Kas dari pelanggan. b. Pendapatan bunga yang diterima. c. Pengembalian pajak yang diterima. 2. Pengeluaran Kas a. Kas yang dibayarkan kepada pemasok dan beban usaha. b. Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan iuran pensiun. c. Pajak yang dibayarkan.
44
45
Berdasarkan laporan arus kas PT Aqua Golden Mississippi, Tbk pemasukan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi kas yaitu pada tahun 2004 sebesar Rp 69.658.337.194, tahun 2005 sebesar 98.117.967.527, tahun 2006 sebesar
Rp
Rp 56.659.911.185, tahun 2007
sebesar Rp 115.989.209.324 dan tahun 2008 sebesar Rp 123.763.513.411 Menurut data tersebut berarti bahwa pada tahun 2004 dan tahun 2005 mengalami peningkatan dan mengalami penurunan pada tahun 2006 tetapi jumlah penurunan tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan karena jumlahnya masih positif. Sedangkan pada tahun 2007 dan tahun 2008 arus kas
dari
aktivitas
operasi
tersebut
kembali
meningkat
dengan
menunjukkan angka yang baik bahkan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
2.
Aktivitas Investasi Merupakan arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar yang berasal dari arus kas masuk meliputi penjualan aktiva tetap, investasi, dan aktiva tidak berwujud. Sedangkan arus kas keluar meliputi pembayaran untuk memperoleh aktiva tetap, investasi, dan aktiva tidak berwujud. Arus kas masuk dari aktivitas investasi dari PT Aqua Golden Mississippi, Tbk berasal dari penerimaan hasil penjualan aktiva tetap, sedangkan arus kas keluar dari aktivitas investasi berasal dari pembayaran pembelian aktiva tetap.
46
Berdasarkan laporan arus kas dari aktivitas investasi PT Aqua Golden Mississippi, Tbk pada tahun 2004 sebesar Rp 46.534.902.599, untuk tahun 2005 sebesar Rp 72.997.462.920, untuk tahun 2006 sebesar Rp 61.798.379.738, untuk tahun 2007 sebesar Rp 101.640.991.665, dan untuk tahun 2008 sebesar Rp 100.419.397.522 Berdasarkan data tersebut berarti dari tahun 2004 sampai dengan 2008 arus kas dari aktivitas investasi jumlahnya negatif karena arus kas masuk jumlahnya lebih kecil dari arus kas keluar, hal ini disebabkan oleh pengeluaran lebih tinggi yaitu yang dilihat dari pembelian aktiva tetap.
3.
Aktivitas Pendanaan Aktivitas pendanaan yaitu aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi dalam modal dan pinjaman. Arus kas dari aktivitas
pendanaan
merupakan
arus
kas
dari
transaksi
yang
mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan. Dari aktivitas pendanaan hanya terdapat arus kas keluar meliputi pembayaran deviden kas. Berdasarkan laporan arus kas dari aktivitas pendanaan PT Aqua Golden Mississippi, Tbk pada tahun 2004 sebesar Rp 10.445.097.868, untuk tahun 2005 sebesar Rp 15.460.822.769, untuk tahun 2006 sebesar Rp 15.510.730.505, untuk tahun 2007 sebesar Rp 8.260.746.944, dan untuk tahun 2008 sebesar Rp 13.116.133.421 Berdasarkan data tersebut berarti dari tahun 2004 sampai dengan 2008 arus kas dari aktivitas pendanaan meningkat meskipun tahun 2007
47
mengalami penurunan tetapi penurunan tersebut masih sangat kecil, hal tersebut diakibatkan pembayaran deviden kas yang dari tahun ke tahun semakin tinggi.
48 PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/AND SUBSIDIARY Lampiran - 4/1 - Schedule LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam Rupiah)
2005 Arus kas dari aktivitas operasi Penerimaan dari pelanggan 1,549,141,264,395 Pembayaran kepada pemasok dan beban usaha (1,346,542,973,066) Pembayaran kepada karyawan dan iuran pensiun (64,994,717,448) Penerimaan bunga 659,260,574 Penerimaan restitusi pajak tahun 2000 12,752,009,493 Pembayaran pajak (52,896,876,421) Arus kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi
Arus kas dari aktivitas investasi Hasil penjualan aktiva tetap
CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in Rupiah)
Catatan/ Notes
2004 Cash flows from operating activities 1,232,421,619,279
(1,069,248,355,924)
Payments to employees and pension contribution Receipts of interest income Receipts of 2000 tax refund (31,225,652,331) Tax payments
11e 11 b
69,658,337,194
127,215,796
7
7,279,465,238
Perolehan aktiva tetap
(73,124,678,716)
7
(53,814,367,837)
Arus kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi
(72,997,462,920)
(46,534,902,599)
Arus kas dari aktivitas pendanaan (15,460,822,769)
Arus kas bersih digunakan untuk aktivitas pendanaan
(15,460,822,769)
Payments to suppliers and operating expenses
(62,655,830,215) 366,556,385
98,117,967,527
Pembayaran dividen kas
Receipts from customers
16
(10,445,097,868)
(10,445,097,868)
Net cash flows provided from operating activities
Cash flows from investing activities Proceeds from sale of fixed assets Acquisition of fixed assets
Net cash flows used in investing activities Cash flows from financing activities Payments of cash dividend
Net cash flows used in financing activities
49 PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN/AND SUBSIDIARY Lampiran - 4/2 - Schedule LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005 DAN 2004 (Dalam Rupiah)
2005 Kenaikan bersih kas dan setara kas Kas dan setara kas awal tahun Dampak perubahan kurs terhadap kas dan setara kas
Kas dan setara kas akhir tahun
CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS FOR THE YEARS ENDED 31 DECEMBER 2005 AND 2004 (Expressed in Rupiah)
Catatan/ Notes
9,659,681,838
46,994,972,564
2,237,123,248
58,891,777,650
2004
12,678,336,727
Net increase in cash and cash equivalents
33,392,676,075
Cash and cash equivalents at beginning of the year
923,959,762
3
46,994,972,564
Aktivitas yang tidak mempengaruhi arus kas Reklasifikasi uang muka pembelian aktiva tetap ke akun aktiva tetap
1,992,082,895
2,231,754,930
Effect of exchange rate changes on cash and cash equivalents Cash and cash equivalents at end of year
Activity not affecting cash flows Reclassification of advance for purchases of fixed assets to fixed assets
52
B. Analisis Rasio Arus Kas PT Aqua Golden Mississippi, Tbk. 1. Rasio Arus Kas Operasi (AKO) Rasio ini digunakan untuk menghitung kecukupan arus kas operasi dalam membayar kewajiban jangka pendek. AKO =
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah Arus Kas Operasi Kewajiban lancar
=
Rp 69.658.337.194 Rp 85.921.134.506
x 100 %
=
81 %
=
Rp 98.117.967.527 Rp 58.404.380.323
=
167,9 %
=
Rp 56.659.911.185 Rp 73.395.122.613
=
77 %
=
Rp 115.989.209.324 x 100% Rp 79.641.885.229
=
145,6 %
=
Rp 123.763.513.411 x100 % Rp 84.482.374.710
=
146,5 %
x 100 %
x 100%
Dari hasil tersebut terlihat bahwa rasio arus kas operasi tahun 2004 sebesar 81% dan mengalami peningkatan di tahun 2005 sebesar 167,9% dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi yang berasal dari penerimaan dari pelanggan dan penurunan dari kewajiban lancar yang berasal dari
53
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan penurunan hutang pajak di tahun 2005. Tahun 2006 adalah sebesar 77 % yang berarti kas dari operasi perusahaan tidak mampu membayar total kewajiban lancar, hal ini dikarenakan penurunan dari aktivitas operasi yang berasal dari pembayaran kepada pemasok & untuk beban usaha dan pembayaran kepada karyawan & iuran pensiun yang naik dibandingkan tahun 2005. Tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar kembali sebesar 145,6% dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi sampai dengan 100% yang berasal dari penerimaan dari pelanggan dan kas yang dihasilkan dari operasi sedangkan kewajiban lancar dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami kenaikan yang stabil. Tahun 2008 mengalami peningkatan 146,5% yang berarti untuk setiap Rp 1 kewajiban lancar di jamin dengan 1,465 kas dari operasi perusahaan. Dalam perusahaan, aktivitas operasi adalah aktivitas utama yang
merupakan
kegiatan
yang
terus
menerus.
Ketidakcukupan
menghasilkan arus dari aktivitas utama untuk membayar kewajiban dari aktivitas normal bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan karena masalah terbesar dalam kebangkrutan biasanya akibat ketidakmampuan dalam membayar kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek).
54
2. Rasio Cakupan Arus Dana (CAD) Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak dan dividen preferen). CAD =
2004
2005
2006
2007
2008
EBIT Bunga + Penyesuaian Pajak + Deviden Preferen
=
Rp 133.394.187.318 Rp 242.999.802 + Rp 20.596.768.958
=
6,4
=
Rp 91.363.221.534 Rp 260.934.545 + Rp 16.060.351.417
=
5,59
=
Rp 79.794.487.359 Rp 248.618.257 + Rp 11.033.233.129
=
7,07
=
Rp 95.820.840.036 Rp 254.223.833 + Rp 10.542.501.260
=
8,87
=
Rp 118.000.523.076 Rp 289.107.840 + Rp 10.333.133.189
=
11,10 =
=
=
=
=
6 kali
5 kali
7 kali
8 kali
11 kali
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa rasio cakupan arus dana untuk tahun 2004 adalah 6,4 sedangkan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 5,59 yang berasal dari harga pokok penjualan dan beban usaha yang meningkat dibandingkan tahun 2004. Dan pada tahun
55
2006 rasio tersebut naik kembali pada angka 7,07 , pada tahun 2007 adalah 8,87 dan pada tahun 2008 adalah 11,10. Kenaikan kinerja yang baik ini dikarenakan kenaikan yang cukup stabil yang berasal dari penjualan bersih perusahaan sehingga EBIT dari tahun ke tahun mengalami kenaikan walaupun di tahun 2006 mengalami penurunan tetapi tidak menurunkan hasil akhir karena terjadinya penurunan bunga dan penyesuaian pajak di tahun 2006. Pada tahun 2008 nilai rasio 11,10 berarti bahwa kemampuan laba dalam menutup komitmen-komitmen yang akan jatuh tempo adalah 11 kali. Rasio yang besar menunjukkan bahwa kemampuan yang lebih baik dari laba sebelum pajak dalam menutup komitmen jatuh tempo dalam satu tahun. Dari tahun ke tahun terlihat bahwa terjadi perbaikan rasio cakupan arus dana meskipun terjadi penurunan pada tahun 2006 tetapi penurunan tersebut tidaklah terlalu mengkhawatirkan karena nilainya masih diatas 1 yang berarti perusahaan masih mampu menutup komitmen yang jatuh tempo.
3. Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) CKB =
Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak Bunga
2004 = Rp 69.658.337.194 + Rp 242.999.802 + Rp 31.225.652.331 Rp 242.999.802 =
416,16
= 416 kali
56
2005 = Rp 98.117.967.527+ Rp 260.934.545 + Rp 52.896.876.421 Rp 260.934.545 =
579,75
= 579 kali
2006 = Rp 56.659.911.185 + Rp 248.614.257 + Rp 30.790.023.713 Rp 248.614.257 =
352,74
= 352 kali
2007 = Rp 115.989.209.324 + Rp 254.223.833 + Rp 40.307.853.697 Rp 254.223.833 =
615,80
= 615 kali
2008 = Rp 123.763.513.411 + Rp 289.107.840 + Rp 32.449.068.031 Rp 289.107.840 =
541,33
= 541 kali
Dari hasil tersebut terlihat bahwa rasio cakupan bunga pada tahun 2004 adalah sebesar 416,16. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 579,75 dikarenakan peningkatan dari aktivitas operasi yang berasal dari penerimaan dari pelanggan. Sedangkan pada tahun 2006 terjadi penurunan menjadi 352,74 dikarenakan terjadinya penurunan yang sangat drastis dari aktivitas operasi yang berasal dari pembayaran kepada pemasok & untuk beban usaha dan pembayaran kepada karyawan & iuran pensiun. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan kembali menjadi 615,80 yang dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi yang sangat baik yang berasal dari penerimaan dari pelanggan dan kas yang dihasilkan dari operasi yang cukup tinggi. Pada
57
tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi 541,33 dikarenakan kenaikan bunga dan penurunan pajak pada tahun 2008. Sampai dengan tahun 2008 rasio cakupan kas terhadap bunga berada di atas nilai 1 itu berarti arus kas operasi mempunyai kemampuan yang baik dalam menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga sangatlah tidak mungkin.
4. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL) CKHL =
2004
= Rp 69.658.337.194 + Rp 10.445.097.868 Rp 85.921.134.506 =
2005
0,983 kali
= Rp 115.989.209.324 + Rp 8.260.746.944 Rp 79.641.885.229 =
2008
1,945 kali
= Rp 56.659.911.185 + Rp 15.510.730.505 Rp 73.395.122.613 =
2007
0,932 kali
= Rp 98.117.967.527 + Rp 15.460.822.769 Rp 58.404.380.323 =
2006
Arus Kas Operasi + Deviden Kas Hutang lancar
1,560 kali
= Rp 123.763.513.411 + Rp 13.116.133.421 Rp 84.482.374.710 =
1,620 kali
58
Dari hasil diatas terlihat rasio cakupan kas terhadap hutang lancar pada tahun 2004 sebesar 0,932 kali. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,945 yang dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi yang berasal dari penerimaan dari pelanggan dan penurunan dari kewajiban lancar yang berasal dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan penurunan hutang pajak di tahun 2005. Pada tahun 2006 mengalami penurunanan menjadi sebesar 0,983 dikarenakan penurunan dari aktivitas operasi yang berasal dari pembayaran kepada pemasok & untuk beban usaha dan pembayaran kepada karyawan & iuran pensiun yang naik dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan kembali menjadi 1,560 dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi sampai dengan 100% yang berasal dari penerimaan dari pelanggan dan kas yang dihasilkan dari operasi sedangkan kewajiban lancar dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami kenaikan yang stabil. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan kembali menjadi 1,620 dikarenakan kenaikan yang stabil dari aktivitas operasi dan kewajiban lancar pada tahun 2008. Pada rasio ini kinerja perusahaan sudah terlihat baik karena perusahaan mampu menghasilkan rasio diatas nilai 1 yang berarti perusahaan mampu membayar hutang lancar dan membayar deviden kepada pemegang saham
59
5. Rasio Pengeluaran Modal (PM) Arus Kas Operasi Pengeluaran Modal
PM = 2004
2005
2006
2007
2008
=
Rp 69.658.337.194 Rp 53.814.367.837
=
1,294 kali
=
Rp 98.117.967.527 Rp 73.124.678.716
=
1,342 kali
=
Rp 56.659.911.185 Rp 63.459.164.838
=
0,892 kali
=
Rp 115.989.209.324 Rp 102.528.614.719
=
1,131 kali
=
Rp 123.763.513.411 Rp 100.684.092.770
=
1,229 kali
Dari hasil diatas terlihat rasio pengeluaran modal pada tahun 2004 sebesar 1,294. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 1,342 dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi yang berasal dari penerimaan dari pelanggan. Pada tahun 2006 mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 0,892 dikarenakan penurunan dari aktivitas operasi perusahaan yang berasal dari pembayaran kepada pemasok & untuk beban usaha dan pembayaran kepada karyawan & iuran pensiun yang naik dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi sebesar 1,131
60
dikarenakan peningkatan dari aktivitas operasi perusahaan yang berasal dari penerimaan dari pelanggan dan kas yang dihasilkan dari operasi. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali menjadi sebesar 1,229 dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi perusahaan dan penurunan pembelian aktiva perusahaan. Pada tahun 2004, 2005, 2007 dan 2008 nilai PM di atas nilai 1 itu berarti kemampuan arus kas untuk membiayai pengeluaran modal cukup besar. Sedangkan untuk tahun 2006 nilai PM berada dibawah nilai 1, itu berarti adanya kemungkinan arus kas operasi tidak mampu membiayai pengeluaran modal. Hal ini dikarenakan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan mengalami penurunan jumlah kas.
6. Rasio Total Hutang (TH) Arus Kas Operasi Total Hutang
TH
=
2004
=
Rp 69.658.337.194 Rp 308.620.314.616
=
22,5 %
=
Rp 98.117.967.527 Rp 316.359.313.909
=
31 %
=
Rp 56.659.911.185 Rp 342.896.583.937
=
16,5 %
2005
2006
x
100 %
x
100 %
x
100 %
61
2007
2008
=
Rp 115.989.209.324 Rp 377.577.413.619
=
30,7 %
=
Rp 123.763.513.411 Rp 412.466.405.546
=
30 %
x
100 %
x
100 %
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa rasio total hutang tertinggi pada tahun 2005 adalah sebesar 0,310 atau sebesar 31 % yang berarti total kewajiban perusahaan yang dijamin dengan arus kas operasi bersih adalah sebesar 31 %. Sedangkan yang terendah pada tahun 2006 adalah sebesar 0,165 atau sebesar 16,5 %. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 nilai rasio TH berada dibawah 100 %, rasio yang cukup rendah ini menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasi perusahaan.
7. Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB) Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas di masa mendatang dengan menggunakan arus kas operasi.
AKBB =
Laba Bersih + Bunga + Depresiasi + Sewa + Leasing + Deviden – Pengeluaran Modal Biaya Bunga + Sewa + Hutang Jangka Panjang + Hutang Leasing
62
2004 = Rp 91.582.035.931 + Rp 242.999.802 + Rp 49.168.943.879 + Rp 10.445.097.868 – Rp 53.814.367.837 Rp. 242.999.802 + Rp 222.699.180.110 =
Rp 97.624.709.643 Rp 222.942.179.919
=
0,438
= 43,8 %
2005 = RP. 64.349.873.753 + RP. 260.934.545 + RP 40.931.097.593 + RP. 15.460.822.769 – RP 73.124.678.716 Rp 260.934.545 + Rp 257.954.933.586
=
Rp 47.878.049.944 Rp 258.215.868.131
=
0,185
= 18,5 %
2006 = Rp 48.853.686.588 + Rp 248.618.257 + Rp 29.716.341.690 + Rp 15.510.730.505 – Rp 63.459.164.838 Rp 248.618.257 + Rp 269.501.461.324 =
Rp 30.870.212.202 Rp 269.750.079.581
=
0,114
2007 =
= 11,4 %
Rp 65.912.835.099 + Rp 254.223.833 + Rp 39.587.968.475 + Rp 8.260.746.944 – Rp 102.528.614.719 Rp 254.223.833 + Rp 297.935.528.390
=
Rp 11.487.159.632 Rp 298.189.752.223
=
0,038
= 3,8 %
63
2008 = Rp 82.336.933.380 + Rp 289.107.840 + Rp 46.771.780.402 + Rp 13.116.133.421 – Rp 100.684.092.770 Rp 289.107.840 + Rp 327.984.030.836 =
Rp 41.829.862.273 Rp 328.273.138.676
=
0,127
= 12,7 %
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai rasio arus kas bersih bebas diketahui sebesar 43,8 % pada tahun 2004, sedangkan tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 18,5 % yang dikarenakan penurunan dari laba bersih dan kenaikan hutang jangka panjang yang berasal dari uang jaminan botol dan krat yang meningkat, tahun 2006 mengalami penurunan kembali sebesar 11,4 % yang dikarenakan penurunan kembali laba bersih dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 sebesar terjadi penurunan kembali menjadi sebesar 3,8 % dikarenakan pengeluaran modal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun seperti pembelian aktiva tetap perusahaan. Dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi sebesar 12,7 % dikarenakan terjadinya kenaikan laba bersih dan penurunan pengeluaran modal pada tahun 2008. Dari rasio tersebut diatas terlihat kinerja perusahaan pada rasio arus kas bebas bersih masih kurang baik karena nilainya berada jauh dibawah 100% yang berarti perusahaan masih belum mampu mendatangkan kas di masa yang akan datang dengan menggunakan arus kas operasi.
64
8. Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK) KAK =
2004 =
Kas dari Kegiatan Operasi Hutang Jangka Panjang + Pembelian Aktiva + Pembayaran Deviden
Rp 69.658.337.194 Rp 222.699.180.110 + Rp 53.814.367.837 + Rp 10.445.097.868
=
Rp 69.658.337.194 Rp 286.958.645.815
=
24,2 %
2005 =
Rp 98.117.967.527 Rp 346.540.435.071
=
28.3 %
Rp 56.659.911.185 Rp 348.471.356.667
=
16,2 %
100 %
x
100 %
Rp 115.989.209.324 Rp 297.935.528.390 + Rp 102.528.614.719 Rp 8.260.746.944
=
Rp 115.989.209.324 Rp 408.724.890.053
=
28,4 %
2008 =
x
Rp 56.659.911.185 Rp 269.501.461.324 + Rp 63.459.164.838 + Rp 15.510.730.505
=
2007 =
100 %
RP 98.117.967.527 Rp 257.954.933.586 + Rp 73.124.678.716 + Rp 15.460.822.769
=
2006 =
x
x
100 %
Rp 123.763.513.411 Rp 327.984.030.836 + Rp 100.684.092.770 + Rp13.116.133.421
=
Rp 123.763.513.411 Rp 441.784.257.027
=
28 %
x
100 %
65
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa kecukupan arus kas perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang, pembelian aktiva dan pembayaran deviden pada tahun 2004 adalah sebesar 24,2 % dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 28,3 % dikarenakan kenaikan dari aktivitas operasi. Sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 16,2 % dikarenakan penurunan yang sangat drastis dari aktivitas operasi perusahaan yang berasal dari pembayaran kepada pemasok & untuk beban usaha dan pembayaran kepada karyawan & iuran pensiun yang naik dibandingkan tahun 2005. . Dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan kembali menjadi sebesar 28,4 % sedangkan rasio kecukupan arus kas ini kembali menurun pada tahun 2008 menjadi sebesar 28 %. Dari analisa diatas dapat disimpulkan kinerja perusahaan pada rasio kecukupan arus kas masih kurang baik karena nilai nya masih di bawah 100% sehingga kemampuan kas perusahaan dari aktivitas operasi masih belum mampu untuk membayar hutang jangka panjang, pembelian aktiva dan pembayaran deviden kepada investor.
66
B. Analisis Rasio Arus Kas Sebagai Alat Ukur Kinerja Tabel 4.1 Ringkasan Analisis Rasio Arus Kas Sebagai Alat Ukur Kinerja PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk.
1. 2. 3.
4.
5.
6. 7.
8.
RASIO Rasio Arus Kas Operasi Rasio Cakupan Arus Dana Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga Rasio Cakupan Kas Terhadap Hutang Lancar Rasio Pengeluaran Modal Rasio Total Hutang Rasio Arus Kas Bersih Bebas Rasio Kecukupan Arus Kas
2004 81 %
2005 167,9 %
2006 77 %
2007 145,6 %
2008 146,5 %
KET Baik
6 kali
5 kali
7 kali
8 kali
11 kali
Baik
416 kali
579 kali
352 kali
615 kali
541 kali
Baik
0,932 kali
1,945 kali
0,983 kali
1,560 kali
1,620 kali
Baik
1,294 kali
1,342 kali
0,892 kali
1,131 kali
1,229 kali
Baik
22,5 %
31 %
16,5 %
30,7 %
30 %
Kurang Baik
43,8 %
18,5 %
11,4 %
3,8 %
12,7 %
Kurang Baik
24,2 %
28,3 %
16,2 %
28,4 %
28 %
Kurang Baik
Sumber : Data yang telah diolah
Agar dapat menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang baik dan profesional maka diperlukan adanya suatu evaluasi kinerja sehingga tingkat efisiensi dan efektivitas dari suatu perusahaan secara keseluruhan dapat dinilai guna mendukung jalannya kegiatan operasional dimasa yang akan datang. Salah satu cara untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut adalah dengan menggunakan laporan arus kas sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Adapun
67
kinerja perusahaan yang akan diukur adalah PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk. Dari analisis arus kas PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk. penulis dapat menyimpulkan bahwa secara keseluruhan kinerja perusahaan sudah cukup baik pada kurun waktu periode akuntansi 2004 sampai 2008. Walaupun dari tahun ke tahun mengalami beberapa penurunan dan peningkatan. Meskipun diantara perhitungan rasio tersebut diatas ada yang mengalami penurunan namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan, hal tersebut masih dapat diperbaiki dengan meningkatkan kinerja dalam segala bidang di tahun-tahun berikutnya.