BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum
dapat dihitung dan
persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending radius. Hasil perhitungan ditunjukkan pada kalkulasi dan Tabel. 4.7 dan 4.8 Kalkulasi untuk pipa lurus persamaan (2.13) P
= 0.8 MPa
D
= 323.85 mm
S
= 137.89 MPa
Fp
= 1
Y
= 0.4
C
= 3 mm
t
=
=
68 http://digilib.mercubuana.ac.id/
=
mm
= =
mm
mm
= 0.918 mm tm
= t+c
tm
= 0.918 + 3 = 3.918 mm
Tabel. 4.1 Ketebalan minimum untuk pipa lurus Parameter Besaran P (Pressure) 0.8 D ( Diameter) 323.85 S ( Allowable Stress) 137.89 Fp (Coeficien Factor) 1 Y (Coeficien Y) 0.4 c ( Allowance Corosion ) 3 t 0.864 3.918 tm
Satuan MPa mm MPa mm mm mm
Kalkulasi untuk pipe bending radius Persamaan(2.15) Intrados (inside bending radius)
I
=
69 http://digilib.mercubuana.ac.id/
=
= = 1.107 t
=
=
=
=
mm
mm
= 1.037 mm Kalkulasi untuk pipe bending radius Persamaan(2.16) Extrados (outside bending radius)
I
=
= 70 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= = 0.924 t
=
=
=
=
mm
mm
= 0.866 mm Tabel 4.2 Ketebalan minimum untuk pipa bends Parameter P (Pressure) D ( Diameter) 12 inch S ( Allowable Stress) Fp (Coeficien Factor) Y (Coeficien Y) I intrados I extrados t intrados t extrados
Besaran 0.8 323.85 137.89 1 0.4 1.107 0.866 4.037 3.866
Satuan MPa mm MPa
mm mm
Perbandingan antara hasil perhitungan ketebalan pipa manual dengan ketebalan pipa rancangan awal untuk pipa lurus mempunyai selisih yang besar yaitu 9.27 mm – 71 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.918 mm = 5.352 mm. Sedangkan untuk pipe bends intrados 9.27 mm- 4.037 mm= 4.233 mm,dan untuk pipe bends extrados 9.27 mm- 3.866 mm = 5.404 mm. Sehingga pipa dinyatakan aman karena nilai “ t ” perhitungan manual < “ t “ actual. 4.2. Perhitungan Nilai Jarak Span Support berdasarkan Maximum Stress. Perhitungan nilai panjang span support sesuai dengan persamaan 2.42 :
L
=
Menentukan nilai modulus section
Z
=
= = = 0.000233 m3 atau 2.33 x 10-4 m3
Menghitung total gaya dari seluruh lay out piping Total Gaya (Wtotal)
= ( Wfluida) + ( WInsulasi) + ( Wpipa) = ( 3.367 + 140.99 + 800 ) N = 943.807 N
72 http://digilib.mercubuana.ac.id/
L
=
=
m
=
m
=
1 m
=
= 18.45 m
4.3 Analisa Tegangan Pipa dengan Output CAESAR II Dari pengumpulan data yang dilakukan, maka langkah selanjutnya
analisa
tegangan pipa dengan program CAESAR II Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan nama project -
Nama project : Desain at 28
-
Pilih “piping input”
73 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.1 Tampilan layar input defines system -
Klik “OK” maka muncul satuan-satuan yang akan digunakan.
Gambar 4.2 Tampilan layar units system 2. Maka akan muncul kolom classic piping input. Masukan data-data yang sudah didapat baik dari data pipa,data service, data fluida maupun insulasi.
74 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.3 Tampilan classic piping input
3. Membuat modeling perpipaan steam Dalam membuat modeling berdasarkan referensi dari isometric drawing rancangan perpipaan steam sebagai berikut :
Gambar 4.4 Isometric drawing rancangan perpipaan steam 75 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dibawah ini tampilan modeling pada CAESAR II
Gambar 4.5 Tampilan modeling perpipaan steam pada CAESAR II
4. Analisa tegangan pipa Setelah semua data-data untuk desain at 28 sistem perpipaan steam telah dimasukkan kedalam sistem, maka cek apakah modeling pipa sudah sesuai (tidak terjadi kesalahan dalam input modeling) dengan” start run” sehingga analisa tegangan dapat dilakukan lebih lanjut.
Gambar 4.6 Tampilan error and warning checking CAESAR
76 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proses analisa dimulai dengan memilih perintah “Batch Run” pada program CAESAR. Berikut tampilan setelah memilih perintah “Batch Run” tanpa ada data yang salah.
Gambar 4.7 Tampilan load case analisa CAEAR II 5. Hasil Analisa
77 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.8 Tampilan report analisa CAESAR II
Gambar 4.9 Tampilan grafik analisa tegangan pipa output CAESAR II Kemudian dimunculkan Report Stress ataupun Stress Summary CAESAR II untuk model rancangan awal, menunjukan bahwa terjadi tegangan berlebih (overstress) ataupun dikatakan kegagalan desain ( failed design) sehingga perlu dilakukan desain ulang (redesain) pada penentuan jenis dan posisi penyangga (support) pipa. 78 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari analisa output CAESAR dapat dijelaskan melalui pembuktian teori dasar dimana terjadi kegagalan desain (failed design) sebagai berikut: Dalam perhitungan limitasi jarak penyangga (span support limit) menunjukkan bahwa jarak maksimum penyangga (support) adalah 19 m, maka dapat dihitung besarnya momen bending maksimum, tegangan bending atau geser maksimum dan defeksi maksimumnya.
Nilai momen bending maksimum dari span support limit : Mmax
=
= = = 40159.28 N.m
Nilai maximum stress dari span support limit :
σb
=
=
=
N/m2
= 172357424.89 N/m2atau Pa = 172357.42 kPa.
Nilai maksimum deflection dari span support limit : Δ
=
79 http://digilib.mercubuana.ac.id/
=
=
=
m
= 0.063 m
Standard Distance = 18.45 m Distance on Design = 29 m Force = 943.807 N/m
Maximum Deflection = 0.063m (Manual) Deflection yang terjadi = 4 m
σmax =
(Caesar)
172357.42 kPa
Manual
σmax =
Allowable Stress = 241316.1 kPa
-172357.42 kPa
(Manual)
σ yang terjadi = Mmax = 40159.28 N.m
-346182.7 kPa
CAESAR
Gambar 4.10 Ilustrasi gambar analisa failed design berdasarkan teori dasar. Hal ini menunjukan bahwa terdapat kesalahan desain untuk posisi penyangga (support) yang menyebabkan terjadi tegangan dan defleksi yang berlebih. Maka perlu dilakukan desain ulang pada rancangan pipa.
80 http://digilib.mercubuana.ac.id/
6. Desain ulang perancangan perpipaan Desain ulang dilakukan dengan mengatur/menentukan ulang jenis maupun posisi penyangga (support) pipa dan juga mempertimbangkan efektif dan efisiensi pengunaan support.(perlu dilakukan berulang-ulang mendesain ulang dan analisa tegangannya untuk mendapatkan desain yang terbaik). Berikut hasil desain ulang rancangan perpipaan.
Gambar 4.11 Desain ulang perpipaan steam 7. Hasil analisa desain ulang.
Gambar 4.12 Tampilan view report CAESAR untuk sustained load 81 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.13 Tampilan view report CAESAR untuk occasional load
Gambar 4.14 Tampilan view report CAESAR untuk expansion load
Dimana tidak terjadi kegagalan akibat tegangan berlebih (over stress) sehingga dapat dianalisa lebih lanjut. 82 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4 Analisa Tegangan Pipa dengan Perhitungan Manual Data material pipa ASTM/ASME A-106. GR.B ditunjukkan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan outlet steam header boiler batubara menuju steam header boiler gas plant 1 ditunjukkan pada Tabel. 4.3 Tabel 4.3 Data material pipa
Parameter NPS (12 inchi) Schedule Inside Diameter Outside Diameter Wall Thickness Corrosion Allowance Pipe Density
Besaran 323.85 40 304.876 323.85 9.525 3 8025
Unit mm mm mm mm mm kg/m3
Moment of Inersia
0.000116
m4
Perhitungan momen inersia untuk silinder pejal Ixx
=I= = = = 0.000116 m4
Perhitungan nilai modulus section
Z
=
= = = 0.000233 m3 atau 2.33 x 10-4 m3 83 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel. 4.4 Properti profil cross section bangun ruang
(Sumber: Khurmi Machine Design Hand Book)
Tabel. 4.5 Kondisi kerja pipa Parameter Operating Temperatur Pressure Fluid Density
Besaran 347 0.8 0.240
Unit °F MPa kg /m3
Tabel 4.6 Allowable stress pipa pada variasi temperatur Material
Spec No. A 106
Grade
Allowable stress pada temperature (°F) dalam ksi 100 200 300 400 500 600 700 800 20 20 20 20 18.9 17.3 16.5 10.8
Carbon B Steel (Sumber: ASME B13.3 Process Piping)
84 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.1 Perhitungan Tegangan Ijin (Allowable Stress) Nilai tegangan ijin yang digunakan sebagai acuan adalah nilai tegangan ijin berdasarkan desain temperatur. Nilai tegangan ijin dari setiap kondisi berbeda. Untuk kondisi sustained load nilai tegangan ijin sama dengan nilai tegangan ijin pada yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 hasil interpolasi ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel. 4.7 Nilai tegangan ijin material untuk sustained load Temperatur ( °F )
S ( MPa)
100 200 347
137.89 137.89 137.89
Untuk kondisi occasional load nilai tegangan ijin ditentukan sesuai Persamaan 2.17.Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : Soccasional
= 1.33 x Sh = 1.33 x 137.89 = 183.3937 MPa
Dari Persamaan 2.18 kondisi ekspansi thermal nilai tegangan ijin material dapat dituliskan sebagai berikut. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut : Sekpansi
= f (1.25 Sc + 0.25 Sh) = 1 ( 1.25 x 137.89 MPa + 0.25 x 137.89 MPa) = 1 ( 172.36 + 34.47 )MPa = 206.83 MPa 85 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel. 4.8 Nilai tegangan ijin material berdasarkan ekspansi load Parameter Sc Sh f Sekspansi
Besaran 137.89 137.89 1 206.83
Unit MPa MPa MPa
4.4.2 Nilai Tegangan Sustained Load Sustained load adalah total dari longitudinal stress yang disebabkan oleh tegangan longitudinal tekan, tegangan axial dan tegangan tekuk.
Nilai dari tegangan longitudinal tekan adalah sama pada setiap segmen pipa dikarenakan pressure fluida pada setiap segmen sama. Nilai dari tegangan longitudinal tekan sesuai dengan persamaan 2.22
σlp
=
=
σlp
= 6.8 MPa = 6800 kPa
Tabel 4.9 Nilai tegangan longitudinal tekan Parameter P OD T SL
Besaran 0.8 304.87 9.525 6.8
Unit MPa mm mm MPa
86 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Nilai dari tegangan akibat gaya axial pada setiap segmen pipa adalah sama dikarenakan gaya axial yang diakibatkan oleh pressure sama pada setiap segmen. Formula yang digunakan untuk menghitung tegangan axial sesuai dengan persamaan 2.20. Hasil dari tegangan akibat gaya axial dapat dilihat pada Tabel 4.10 Parameter NPS ( 12 inchi ) Schedule Inside Diameter Outside Diameter Wall Thickness Corrosion Allowance Pipe Density Moment of Inersia Ao
Besaran 323.85 STD 304.876 323.85 9.525 3 8025 0.000116
Unit mm mm mm mm mm kg/m3 m4
Pipa outside diameter = =
Ai
Pipa inside diameter = =
Am
=
–
= 9364.617 mm2
σax
= = 87 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 7.033 MPa= 7033 kPa Tabel 4.10 Nilai tegangan akibat axial load Parameter P (Pressure) OD (Outside Diameter) I D ( Inside Diameter ) Ai ( Inside Area Section) Am ( Area Section) σax (Axial Stress)
Besaran Satuan 0.8 MPa 323.85 mm 304.876 mm2 72965.259 mm2 9364.617 mm2 7.033 MPa
Nilai bending stress dihitung setiap segmen dari pipa, maksud dari setiap segmen adalah potongan pipa antar support.
Gambar 4.15 Tampilan segmen dari lay out perpipaan
Nilai tegangan akibat beban berat baik berat pipa, berat fluida maupun insulasi (tegangan tekuk) berbeda pada setiap segmen dikarenakan setiap segmen-segmen pipa mempunyai panjang dan terdapat beban tambahan yang berbeda sehingga nilai momen bending berbeda, setelah diketahui nilai momen bending dari setiap segmen nilai bending stress dapat diketahui sesuai dengan persamaan 2.34. Dan hasil perhitungan
88 http://digilib.mercubuana.ac.id/
manual bending stress ditunjukkan pada Tabel 4.11. Berikut adalah kalkulasi bending stresss dari 4 segmen yang telah ditentukan.
Perhitungan beban merata segmen 1 (Node 64-75)
Data fluida : Steam density ( P = 0,8 MPa)
= 4.612 kg/m3
Area section ( inside diameter)
= π/4.d2 = {π/4.(0.304876)2 } = 0.073 m2
Massa
= ρsteam x Asteam = 4.612 kg/m3 x 0.073 m2 = 0.3367 kg/m
Gravitasi
= 10 m/s
Gaya ( Wfluida)
= 3.367 N per meter
Data insulasi : Insulasi Density
= 240 kg/m3 89 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= π/4.(do2-di2)
Area section
= π/4.(0.423.852-0.323.852) = 0.058 m2 Massa
= ρinsulasi x Ainsulasi = 240 kg/m3 x 0.058 m2 = 14.09 kg/m
Gravitasi
= 10 m/s
Gaya ( WInsulasi)
= 140.99 N per meter
Data pipa : 323.85 mm (dia. 12 inch) Massa
= 80 kg/m
Gaya ( Wpipa)
= 800 N per meter
Total Gaya (Wtotal)
= ( Wfluida) + ( WInsulasi) + ( Wpipa) = ( 3.367 + 140.99 + 800 ) N = 943.807N
Mmax =
= =
N.m
= 2201.66 N.m
90 http://digilib.mercubuana.ac.id/
σb
= =
=
atau Pa
= 3073275.862
atau Pa
= 3073.276 kPa = 3.073 MPa
4.3 m
943.807 N/m
3073.276 kPa -3073.276 kPa
2201.66 N.m
Gambar 4.16 FBD,SFD dan BMD pada segmen 1 (node 64-75)
91 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perhitungan beban merata segmen 3 ( Node 130-190 )
Data Expansion Joint(Type EB-1J) Massa
= 5.7 kg
Panjang
= 304 mm
Gaya
= 57 N
Total Gaya (Wtotal)
= ( Wfluida) + ( WInsulasi) + ( Wpipa) + ( Wexpansion joint ) = ( 3.367 + 140.99 + 800 + 57) N = 1000.807 N
Mmax =
=
=
N.m
= 25725.19 N.m 92 http://digilib.mercubuana.ac.id/
σb
= =
=
atau Pa
= 35909913.79
atau Pa
= 35909.913 kPa = 35.909 MPa
Perhitungan beban merata segmen 6 (Node 250-330)
Total Gaya (Wtotal)
= ( Wfluida) + ( WInsulasi) + ( Wpipa) + ( Wexpansion joint ) = ( 3.367 + 140.99 + 800 + 57) N = 1000.807 N
Mmax =
= 93 http://digilib.mercubuana.ac.id/
=
N.m
= 15137.205 N.m
σb
= =
=
=
atau Pa`
atau Pa
= 21130.086 kPa = 21.13 MPa
Perhitungan beban merata segmen 7 (Node 330-420)
Total Gaya (Wtotal)
= ( Wfluida) + ( WInsulasi) + ( Wpipa) + ( Wexpansion joint ) = ( 3.367 + 140.99 + 800 + 57) N 94 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 1000.807 N Mmax =
= = = 24135.97N.m
σb
= =
=
atau Pa`
=
atau Pa
= 33691.46kPa = 33.694 MPa
95 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel.4.11 Beban akibat sustained load dari perhitungan manual Segmen
Axial Stress (kPa) 7033 7033 7033 7033
S1 S3 S6 S7
Longitudinal Bending Stress (kPa) 3073.276 35909.913 21130.086 33691.465
Longitudinal Pressure Stress(kPa) 6800 6800 6800 6800
Sustained Allowable Stress Load Sustained Load (kPa) (kPa) 16906.276 137890 49742.913 137890 34963.086 137890 47524.465 137890
4.4.3 Nilai Tegangan Occasional Load Perhitungan nilai tegangan occasional load akibat beban angin sesuai dengan Persamaan 2.38. Nilai dari tegangan occasional load akibat beban angin sangat kecil sehingga nilainya bisa diabaikan. Hasil perhitungan manual occasional load akibat angin ditunjukkan pada Tabel. 4.13. Contoh kalkulasi occasional load pada segmen 4 Diketahui : ρ
= 0.9331 kg/m3
V
= 25 km/jam atau 6.94 m/s
μ
= 0.000017 N.s/m2
D
= 323.85 mm atau 0.32 m
Re
Menentukan bilangan coefficient drag (Cd) dari persamaan 2.37 =
D
=
= 96 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 337.899
Dari perhitungan diatas maka didapat nilai bilangan Reynold sehingga ditentukan coefficient drag(Cd) berdasarkan grafik.
Coefficient drag
(Cd) = 24/Re = 24/337.899 = 0.077
q
Beban yang diterima dari persamaan 2.35 dan 2.36 =
=
= = 22.47 kg.m/s2 atau N F
=
= = 0.55 N per m
97 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel.4.12 Beban akibat occasional load (wind) dari perhitungan manual
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai dari tegangan occasional load sangat kecil untuk perhitungan manual diperoleh nilai dari tegangan akibat beban angin terbesar 0.4 Pa atau 0.0004 kPa pada segmen 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem perpipaan yang terkena beban angin dengan kecepatan rendah dapat diabaikan. Perhitungan nilai tegangan occasional load akibat beban seismic sesuai dengan persamaan 2.38. Hasil perhitungan occasional akibat beban seismic ditunjukkan pada tabel .Contoh kalkulasi perhitungan tegangan akibat seismic pada segmen 1 (Node 6475) ditunjukkan pada persamaan dibawah ini : S
=
S
=
Diketahui i
=1
σ
= 1.4246 kPa (nilai bending stress sustained segmen 1)
G
= 0.2 (seismic acceleration)
S
= 0.75 x i x 12 x σ x 1.5 x G 98 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 0.75 x 1 x 12 x 2652.672 kPa x 1.5 x 0.2 = 7162.214 kPa Tabel.4.13 Beban akibat seismic load dari perhitungan manual Segmen
Stress Intensification Factor (I)
S1 S3 S6 S7
1 1 1 1
Seismic Acceleration (G ) 0.2 0.2 0.2 0.2
Sustained Load ( kPa) 2652.6 31546.8 18562.8 26689.9
Seismic Load (kPa) 7162.2 85176.4 50119.4 72062.7
Tabel.4.14 Beban akibat wind dan seismic load-(occasional load)
Segmen
Wind Load (kPa)
S1 S3 S6 S7
0.0004 0.00012 0.00015 0.00012
Seismic Load (kPa)
Occasional Load (kPa)
7162.2 85176.4 50119.4 72062.7
7162.20 85176.40 50119.40 72062.70
Allowable Stress Occasional Load (kPa) 1833937 1833937 1833937 1833937
4.4.4 Nilai Tegangan Expansion Load Perhitungan nilai tegangan thermal ekspansi untuk pipa lurus sesuai dengan persamaan 2.39 sampai dengan 2.41. Contoh perhitungan nilai tegangan pada pipa lurus segmen 3 ( Node 130-190 ) dan segmen 6 (Node 250-330) adalah sebagai berikut :
Menentukan defleksi pipa pada pipa lurus segmen 3 ( Node 130-190 ) Δ
=
99 http://digilib.mercubuana.ac.id/
=
=
=
m
= 0.024 m
Nilai tegangan thermal ekspansi pada pipa lurus segmen 3 ( Node 130-190 ) M
=
=
=
N.m
=
N.m
= 15819.78 N.m
S
=
=
=
N/m2
100 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= 67896070.24 N/m2 atau 67896.070 kPa.
Menentukan defleksi pipa pada pipa lurus segmen 6 (Node 250-330) Δ
=
=
=
=
m
= 0.0084 m
Menentukan thermal ekspansi pada pipa lurus segmen 6 (Node 250-330) M
=
=
=
N.m
=
N.m
= 9409.817 N.m
101 http://digilib.mercubuana.ac.id/
S
= =
N/m2
=
= 40385484.25 N/m2atau Pa = 40385.484 kPa. Tabel.4.15 Perbandingan defleksi maksimum dari desain awal dan desain ulang Defleksi Maksimum
Defleksi Maksimum
Kondisi
Interval Node
Jarak support
Perhitungan Manual
yang terjadi
pipa
Antar support
(Maks 18.45 m)
(0.063m/maks. span support)
(Output CAESAR)
Desain
Segmen 1
awal
(60-190)
29 m
0.41 m
4m
Desain
Segmen 1
ulang
(65-75)
4.3 m
0.00019 m
0.0059 m
13.34 m
0.018 m
0.049 m
14.34 m
0.024 m
0.030 m
Segmen 2 (75-130) Segmen 3 (130-190)
Dalam hal ini perbedaan pada desain awal dari no 60-190 didesain dengan 1 segmen dengan jarak 29 m (1 support), sedangkan untuk desain ulang di desain dengan 3 segmen dengan segmen 1 = 4.3 m, segmen 2 = 13.34 m dan segmen 3 = 14.34 m (4 support). 102 http://digilib.mercubuana.ac.id/