BAB III TINJAUAN UMUM A. Tinjauan kota Bojonegoro 1. Keadaan Fisik dan Lingkungan Geografis
Gambar 20 : Peta Bojonegoro Sumber : www.google.com Kabupaten Bojonegoro merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110 km dari ibukota Propinsi jawa Timur yang memiliki luas 2.307,06 km² dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebesar 1.256.796 jiwa (proyeksi Dinkes Prop. Jawa Timur & BPS Prop. Jawa Timur). Kabupaten Bojonegoro terletak pada posisi 6º59’ sampai dengan 7º37’ lintang selatan dan 111º25’ sampai 112º09’ Bujur timur. Secara administrative pemerintahan kabupaten Bojonegoro memiliki wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Tuban
Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Lamongan
Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten madiun, Nganjuk, dan Jombang
45
Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora (Jawa Tengah). Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi 27 wilayah kecamatan dan 430
Desa/kelurahan yang rincianya adalah sebagai berikut : Table 3.kecamatan dan Jumlah desa Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 no
Nama Kecamatan
Jumlah desa/kelurahan
1.
Balen
25
2.
Baureno
3.
Bojonegoro
5
4
Bubulan
16
5.
Dander
24
6.
Kalitidu
25
7.
Kanor
21
8.
Kapas
10
9.
Kasiman
23
10.
Kedungadem
25
11.
Kepoh baru
25
12.
Malo
20
13.
Margomulyo
6
14.
Ngambon
5
15.
Ngasem
23
16.
Ngraho
16
17.
Padangan
16
18.
Purwosari
12
19
Sugihwaras
17
20.
Sumberrejo
26
21.
Tambakrejo
18
22.
Temayang
12
23.
Trucuk
12
24.
Sukosewu
14
25.
Godang
7
26.
Sekar
6
27.
Kedewan
5
7/11
Sumber : BPS kabupaten Bojonegoro Wilayah Bojonegoro secara topografi terbagi menjadi dataran rendah yang meliputi sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo dan dataran tinggi di bagian selatan meliputi sepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat, dan 46
Gajah. Secara keseluruhan 81,29% berada pada ketinggian 25m atau lebih. Luas wilayah dengan kemiringan 2 s/d 14,99% sebesar 36,16%. Sebanyak 8,74% wilayah memiliki kemiringan kurang dari 2%. Dari wilayah tersebut, 32,53% digunakan untuk sawah dan 42,53% untuk hutan Negara. 2. Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 dari tahun sebelumnya 0,6 % (menurut BPS), lalun pertumbuhan penduduk Kabupaten Bojonegoro tahun 1990 sebesar 1,00 per tahun dan pada tahun 2000 sebesar 0,48 per tahun. Hasil perhitungan laju pertumbuhan penduduk tahun 2006 sebesar 0,14 per tahun. Jumlah penduduk kabupaten Bojonegoro pada tahun 2003 sebanyak 1.207.016 jiwa.Pada tahun 2004 jumlah tersebut mengalami peningkatan mencapai
1.214.901
jiwa.Sedangkan
jumlah
penduduk
tahun
2005
mencapai1.231.116 jiwa.Jumlah penduduk kabupaten Bojonegoro terus meningkat pada tahun 2006, 1.231.399 jiwa dan pada tahun 2007, 1.248.948 jiwa pada tahun 2008 1.256.796 jiwa. Jika digambarkan dalam grafik akan tampak sebagai berikut :
Gambar 21 Jumlah penduduk kabupaten Bojonegoro Tahun 2003-2008 3. Kepadatan penduduk Luas kabupaten Bojonegoro adalah 2.307,06 km², dengan kepadatan penduduk kabupaten bojonegoro adalah 545 jiwa/km² dengan kisaran antara 158 (kecamatan Margomulyo) – 3255 (kecamatn Bojonegoro). Sebagai
47
pembanding kepadatan penduduk tahun 2007 541 jiwa/km² dan tahun 2006 533,75 jiwa/km². Wilayah kecamatan dengan kepadatan penduduk > 1000 jiwa/km² adalah kecamatan kota Bojonegoro, Balen, Baureno, dan kapas. Sedangkan kepadatan penduduk < 200 jiwa/km² adalah kecamatan margomulyo,bubulan dan sekitarnya. Luas wilayah kecmatan yang paling besar adalah tambakrejo (209,52 km²) dan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah kecamatan padangan dengan luas 42km². berikut kepadatan penduduk tiap kecamatan di kabupaten Bojonegoro tahun 2008 :
Gambar 22: Kepadatan penduduk tiap kecamatan Bojonegoro tahun 2008 Sumber : Pdf Kabupaten Bojonegoro 2013 4. Laju perekonomian Kabupaten Bojonegoro Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bojonegoro meningkat dalam kurun waktu tahun 2008 hingga 2011. Peningkatan itu sekitar 5,89% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 6,66% pada tahun 2011.Prosentase itu dengan ketentuan non migas. Sedangkan pada tahun 2009 sebesar 10,44% meningkat pada tahun 2011 menjadi 13,83% pada sektor migas.Hal mendasar yang mempengaruhi progres laju pertumbuhan ekonomi daerah di antaranya adalah
48
peningkatan signifikan pada beberapa sektor produksi. Serta dorongan dari terkendalinya tingkat inflasi.tahun 2008 saja, tingkat inflasi di Kabupaten Bojonegoro mencapai 11,06%. Sedangkan pada tahun 2011 menurun menjadi 4,17%.Sementara capaian Produk Domestik Bruto (PDRB) tahun 2008-2011 juga terus mengalami kenaikan. Mulai dari PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 dengan migas mencapai Rp13,708 triliun dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi Rp25,110 triliun.Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dengan migas tahun 2008 mencapai Rp6,6 triliun dan Rp9,252 pada tahun 2011. Untuk pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku tanpa migas tahun 2008 mencapai Rp9 juta dan pada tahun 2011 mencapai Rp12 juta.Dengan demikian, kalkulasi sisi Pendapatan Regional Perkapita per bulan untuk tahun 2011 mencapai Rp1.030.400. Kondisi ini sudah diatas angka Upah Minimum Kabupaten (UMK) Rp930.000 ditahun 2011," ungkapnya. (blog.bojonegoro.com) 5. Potensi kegiatan perdagangan dan jasa Kabupaten Bojonegoro memiliki investasi daerah yang baik berupa potensi sumberdaya
alam maupun potensi
sumberdaya
manusia.
Kabupaten
bojonegoro yang merupakan slaah satu dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur yang mempunyai potensi unggulan diantaranya adalah: a. Pertanian Dalam bidang pertanian kabupaten Bojonegoro adalah salah satu kabupaten yang memiliki sumber daya pertanian yang sangat melimpah yang kita dapat lihat dari data table berikut ini : Tabel 4 : hasil pertanian Kabupaten Bojonegoro no
komoditas
Produksi
Luas lahan
produktivitas
1.
Padi
707.970,41 ton/tahun
137.925 ha
5,133 ton/ha gkg
2.
Jagung
143.400,24 ton
33.902 ha
4,230 ton/ha
3.
Ubi kayu
83.309,95 ton
2.904 ha
28,688 ton/ ha
4.
Kedelai
23.036 ton
19.903 ha
1,157 ton/ha
5.
Ubi jalar
7.213,86 ton
162 ha
44,530 ton/ha
6.
Kacang tanah
2.217,58 ton
1.853 ha
1,196 ton/ha
7.
Kacang hijau
3.289,51 ton
4.122 ha
0,798 ton/ha
Sumber : kab. Bojonegoro,2013 49
Hasil pertanian kabupaten Bojonegoro menjadi unggulan dari berbagai komoditi yang ada dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di sekitar kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Bojonegoro dijuluki Lumbung padi oleh pemerintah provensi Jawa Timur setelah pasuruan. Hasil pertanian kabupaten Bojonegoro didistribusikan ke pasar unit kota Bojonegoro dan juga didistribusikan ke pasar antar kabupaten seperti Ngawi, Cepu, Blora, dan Rembang. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi pertanian. b. Hortikultura Selain potensi pertanian kabupaten Bojonegoro juga memiliki potensi Hortikultura yang tidak kalah dengan potensi pertanianya dan juga menjadi keunggulan kabupaten ini yang dapat kita lihat pada table berikut : Table 5 : Hasil Holtikultura Kabupaten Bojonegoro no
Komoditas
produktivitas
1.
Belimbing
4.959 kuintal
2.
Mangga
152.125 kuintal
3.
Salak
11.102 kuintal
4.
Pisang
438.952 kuintal
5.
Papaya
9.434 kuintal
6.
Cabe merah
5.20 kuintal
No. Komoditas
Produktivitas
7.
Tomat
3.640 kuintal
8.
Bawang merah
53.600 kuintal
9.
Terong
30.160 kuintal
10.
Ketimun
6.480 kuintal
Sumber : kab.Bojonegoro 2013 pdf. Dari table di atas dapat kita simpulkan bahwa Holtikultura di Kabupaten Bojonegoto cukup melimpah dengan komuditas pisang yang sangat melimpah. Pemanfaatan lain dari hasil holtikultura tersebut menjadi satu jajanan khas kabupaten Bojonegoro yaitu Ledre, yang distribusinya sudah mencakup kota besar seperti Gresik hingga Surabaya.
50
c. Perkebunan Masih memngeksplorasi tentang potensi Kabupaten Bojonegoro memiliki hasil perkebunan yang saat ini menjadi pengembangan dan sorotan pemerintah kabupaten Bojonegoro antara lain : Kelapa sawit dengan luas lahan tanam 8.512 ha dengan potensial lahan sekitar 4.676 ha dan produksi 3.470 ton yang diproduksi di seluruh kecamatan Bojonegoro, kapun randu dengan luas tanam 1.382 ha dan produksi 241,288 ton yang diproduksi di seluruh kabupaten Bojonegoro kecuali kecamatan bojongegoro, hasil tembakau yang menjadikan Bojonegoro supplier bahan tembakau bagi PT. Gudang Garam dan PT Sampoerna dengan produktivitas 16.911,78 ton, dan hasil perkebunan lain yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro adalah Tebu dengan luas tanam 753 ha dengan produksi 4.907 ton. d. Peternakan Populasi sapi potong di Kabupaten Bojonegoro mencapai 193.975 ekor dengan produksi daging sebesar 4.738 ton yang diproduksi hampir di seluruh kabupaten Bojonegoro.Kambing dengan populasi 94.731 ekor dan domba 115.812 ekor yang tersebar di seluruh kabupaten Bojonegoro memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi yaitu mencapai untuk kambing 1.895 ton dan domba 3.040 ron, selain itu komuditas ayam dan telur mencapai populasi 558.050 ekor dengan produksi 1.525 ton dan telur 628,97 ton setiap panen menjadikan peternakan kabupaten Bojonegoro dapat dikatakan cukup baik. e. Perikanan Produksi ikan air tawar di kabupaten Bojonegoro di bagi menjadi beberapa komoditas yaitu komoditas penangkapan perairan umum 740,08, budi daya ikan kolam 1.053,6 ton, produksi ikan sawah/tambak 328,6 ton, produksi benih ikan balai benih 2.520.600 ekor sedangkan di kolam pemisahan ikan mencapai 5.743.000 ekor. f. Potensi Industri makanan Kabupaten Bojonegoro dikenal memiliki sentra produksi makanan khas yaitu Ledre yang diproduksi oleh industry rumahan sekitar 110 unit dengan produktivitas sebanyak 9.900.000 per tahun dengan tenaga kerja 220 orang yang sudah dipasarkan ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang
51
hingga luar Jawa. Industry rengginang singkong dan bekicot menjadi komuditas baru yang mewarnai per industrian di Kabupaten Bojonegoro yang dapat mendistribusi hasil produksinya hingga mencapai ekspor ke manca Negara seperti Amerika, Kanada, Afrika hingga Taiwan. g. Industri Hasil Hutan Kabupaten Bojonegoro juga dikenal dengan kerajinan kayu jatinya yang memiliki sentra produksi meuble dan ukiran di desa sukorejo yang distribusinya mencangkup kota Bojonegoro hingga luar negeri. Salah satu produk unggulanaya adalah tunggak jati/gambol sentra industi kayu kerajinan yang dapat di jumpai di desa Geneng Kecamatan margomulyo ini sudah mencapai prestasi pasar Ekspor seperti Jerman dan Pasar Eropa. h. Industi lainya Industry batuk onyx yang berasal dari rekahan-rekahan yang mengandung batu onyx berada di desa Jari kecamatan Gondang menempati areal seluas 335ha dengan potensi produksi 8088.750 m² dan ada pula potensi indusri batik jonegoroan yang diluncurkan pada tanggal 29 Desember 2009 menjadi batik khas yang ada di Bojonegoro dengan produksi 200-300 potong batik cap per hari. 6. Potensi pertambangan dan galian Wilayah Bojonegoro memiliki potensi galian yang meliputi gypsum, bentonit, fosfat, batu gamping, pasir serta tanah urug. Disamping itu terdapat batu gunung dan batu lempung, gypsum memiliki cadangan seluas 446 ha di kecamatan Purwosari dan Ngasem.Bentonit tersebar di kecamatan Temayang, Bubulan, dan dander dengan jumlah 466ha. Sepanjang sungai bengawan solo merupakan cadangan pasir yang tak terukur jumlahnya, sedangkan tanah urug dengan cadangan 14,5 ha tersebar di beberapa wilayah salah satunya desa Geneng kecamatan Margomulyo. Sementara tambang minyak bumi dan gas alam terdapat di Block wilayah cepu dan wilayah Sukowati. Di Block cepu (kecamatan Ngasem, Desa Mojodelik, Brabohan dan Wonorejo) memiliki potensi minyak dan gas alam sebanyak 250 juta barel dengan estimasi produksi 160.000 sampai 170.000 barel per hari dengan masa produksi 20 tahun. Untuk wilayah Sukowati
52
terdapat potensi minyak bumi dan gas alam 35 MMBOE dengan estimasi puncak produksi 25.000 barel per hari .(Kab.Bojonegoro-2013 Pdf.) B. TINJAUAN PASAR UNIT KOTA BOJONEGORO 1. Pasar Unit kota di Kabupaten Bojonegoro
Gambar 23 : Peta Lokasi Pasar Unit kota Bojonegoro Sumber : www.googlemaps.org Pasar daerah Bojonegoro yang sering dikenal juga sebagai pasar Unit Kota Bojonegoro ini bangunanya sudah berdiri sejak tahun 1993, dan mulai dikelola oleh perusahaan daerah kabupaten Bojonegoro sejak tahun 2005 sampai tahun 2015. Sebelum dikelola oleh perusahaan daerah kabupaten Bojonegoro, pasar tradisional Bojonegoro tersebut dikelola oleh dinas pendapatan daerah hingga tahun 2005, yang membawahi 12 pasar daerah dan salah satunya pasar kota Bojonegoro, adapun data pasar tradisional yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro yang dibawahi oleh perusahaan daerah kabupaten Bojonegoro sebagai berikut: Tabel 6 : Pasar Tradisional yang tersebar Di kabupaten Bojonegoro no
Nama Pasar tradisional
Lokasi pasar
1.
Pasar Kalitidu
Kec. Kalitidu
2.
Pasar unit Kota Bojonegoro
Kec. Bojonegoro
3.
Pasar Padang
Kec. Trucuk
4.
Pasar Sumberejo
Kec. Trucuk
5.
Pasar Banjarjo
Kec. Trucuk
6.
Pasar Sukosewu
Kec. Sukosewu
7.
Pasar Kepoh
Kec. Kepohbaru
53
No.
Nama Pasar tradisional
Lokasi Pasar
8.
Pasar Banjarrejo
Kec. Bojonegoro
9.
Pasar Nglumber
Kec. Kepohbaru
10.
Pasar Bulu
Kec. Sugihwaras
11.
Pasar Balen Rejo
Kec. Balen Sumber : P.D pasar Bojonegoro
2. Data eksisting Pasar Unit kota Bojonegoro Lokasi penelitian terfokus pada pasar Unit kota Bojonegoro. Pasar unit Kota Bojonegoro berada di jl. Pasar No. 01. Kelurahan Ledok Wetan Kecamatan Bojonegoro dengan setatus pasar adalah pasar daerah. Adapun data umum pasar Unit Kota Bojonegoro sebagai berikut : Luas lahan
:
17205 m²
Luas bangunan
:
11000 m²
Jumlah Stand
;
208
Jumlah los
:
1082
Jumlah lesehan
:
422
Jumlah pedagang :
1469
Status tanah
P.D Pasar Bojonegoro
:
Fasilitas umum yang ada di Pasar Unit Kota Bojonegoro antara lain: Lahan parkir
:
1861 m²
Bongkar muat
:
3 lokasi
MCK
:
2 lokasi 12 m²
Mushola
:
1
TPS
:
1
Pasar Unit Kota Bojonegoro memiliki batas wilayah antara lain: Sebelah Utara
:
aliran sungai Bengawan Solo
Sebelah Timur
:
Jalan Pasar
Sebelah Barat
:
Jalan KH. Hasyim Ashari
Sebelah Selatan
:
Perhutani dan Kantor Polantas Kab. Bojonegoro
(sumber : P.D Pasar Kabupaten Bojonegoro)
54
Kawasan pasar unit kota Bojonegoro merupakan kawasan pusat perdagangan dan ruang publik Kota Bojonegoro yang di sekeliling kawasan tersebut banyak terdapat pertokoan dan ruang pedagang kakilima. Dari keterangan tersbut dapat disimpulkan bahwa kawasanan tersebut merupakan sentral perdagangan dan ruang usaha bagi masyarakat Bojonegoro. Dari data umum pasar Unit kota Bojonegoro terdapat 1692 pedagang pasar yang di klasifikasikan menjadi 2 tipe pedagang antara lain pedagang kering yaitu pedagang yang menjual dagangan seperti konveksi, sepatu, sandal, perhiasan, dan barang pecah belah. Pedagang basah yaitu pedagang yang menjual dagangan seperti sayur, buah, daging, ikan, jajanan, warung, dan selep/ penggilingan. Adapun data jumlah pedagang kering dan basah berikut ini : Table 7 : klasifikasi pedagang kering dan Basah No. Jenis pedagang
Jumlah Pedagang
1.
Pedagang Kering
511
2.
Pedagang Basah
958
Total :
1469 Sumber : P.D Pasar Kab. Bojonegoro Tabel 8. Data jumlah pedagang pasar unit kota Bojonegoro
No. Komoditas dagangan
Jumlah pedagang
keterangan
1.
Sembako
144
Kios/los
2.
Kelontong
15
Kios/los
3.
Sayuran basah
240
Los
4.
Sayuran kering
83
Los
5.
Buah-buahan
252
Kios/los
6.
Hasil bumi/Umbi-umbian
229
Kios/los
7.
Daging sapi/kambing
28
Kios/los
8.
Daging ayam
39
Kios/los
9.
Ikan basah
37
Los
10.
Ikan kering
36
Los
11.
Bumbu dapur
80
Kios/los
55
No. Komoditas dagangan
Jumlah pedagang
keterangan
12.
Tahu tempe mentah
45
los
13.
Warung makan
34
Kios
14.
Makanan basah
29
Los
15.
Makanan kering
27
Kios
16.
Aneka penggilingan
14
Kios/los
17.
Gula jawa
12
Los
18.
Pabrik es
4
Kios
19.
Toko buku
26
Kios
20.
Toko pakaian
36
kios
21.
Toko sepatu/sandal
35
kios
22.
Toko abrak
28
kios
23.
Toko emas
9
kios
24.
Toko aneka plastik
15
kios
25.
Toko jam dan kacamata
17
Kios
26.
PKL/lain-lain
47
Los
1469
Jumlah
Sumber : P.D pasar unit kota Bojonegoro Kepala pasar Galuh Firmasnyah A.P, SH 3. Tinjauan umum dan fenomena pasar Unit Kota Bojonegoro Pasar unit kota Bojonegoro adalah pusat perdagangan induk dari 12 pasar yang tersebar di kecamatan Bojonegoro. Pasar Kota Bojonegoro menjadi salah satu jalur penghubung antara pasar daerah dengan pasar kota dan lebih banyak dikunjungi oleh masyarakat Bojonegoro. Daya jual pasar Kota Bojonegoro berbeda dengan pasar yang berada di daerah pinggiran atau daerah pedesaan, mayoritas pembeli datang dari masyarakat kota Bojonegoro yang terbilang memiliki daya beli lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan oleh karena itu pasar kota Bojonegoro menjadi tujuan dari pedagang pasar daerah karena daya jualnya yang tinggi. Namun akhir-akhir ini pasar Kota Bojonegoro mengalami pasang surut pengunjung yang diawali dengan menurunya minat masyarakat kota Bojonegoro untuk berbelanja di pasar tradisional karena maraknya
56
pasarmodern dan swalayan yang berada di Wilayah Kabupaten Bojonegoro,
membawa dampak yang cukup terasa bagi pasar tradisional di wilayah setempat. Salah satunya mengakibatkan penurunan pengunjung pasar. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah setempat terus menggalakkan berbagai usaha agar pasar tradisional mampu eksis bersaing dengan pasar modern. “ Menurut Kepala Pasar Unit Kota Bojonegoro Bapak Nur Cholis Masjid beliau mengutarakan sejauh ini pasar tradisional terasa kurang diminati lantaran pasar modern memiliki banyak kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan kepada konsumen. Lokasi swalayan maupun pasar modern tersebar dan mudah diakses, bahkan tingkat kebersihannya pun terjaga, selain itu, kondisi pasar tradisional yang terkesan kumuh dan kurang perawatan menjadi salah satu faktor yang mengurangi nilai pasar itu sendiri. Dan beliau menambahkan, sebenarnya pasar tradisional merupakan aset yang penting bagi suatu wilayah karena langsung bersentuhan dengan ekonomi masyarakat.Namun, sarana dan prasarana dan kondisi yang kurang nyaman membuat daya saing pasar tradisional turun.Saya harap pemerintah bisa meningkatkan kualitas sarana untuk mengembalikan minat pembeli agar kembali berbelanja di pasar tradisional, salah satunya memperbaiki seluruh sarana dan prasarana pasar, Harapan beliau.” (sumber : wawancara langsung Bapak Nur Cholis Masjid selaku Kepala Pasar Bojonegoro) Adapun hasil wawan cara langsung dengan komunitas pedagang yang ada di dalam pasar Kota Bojonegoro untuk menambahkan beberapa argumen menyikapi fenomena yang ada pada pasar Bojonegoro sebagai berikut : “ menurut pedagang baju yang menempati stand pertama dekat pintu masuk pasar Toko Betta fashion Umi Atun mengutarakan kondisi pasar kota Bojonegoro ini semakin sepi, mungkin karena banyaknya pasar modern seperti KDS (nama salah satu swalayan di Bojonegoro) yang sekarang lebih ramai dikunjungi oleh masyarakat. Tempat dan lingkunganya yang sudah bisa dibilang seperti mall menjadikan pasar Bojonegoro tertinggal. Sejak saya berjualan pertama kali di pasar Kota Bojonegoro ini tidak ada
57
perkembagnan sama sekali entah itu bangunanya maupun fasilitas yang ada di pasar Kota Bojonegoro ini bahkan semakin lama semakin memburuk, Ujar Umi atun.” (sumber : wawancara langsung dengan salah satu pedagang pasar) Dari hasil beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa perlunya pengkajian terhadap fenomena permasalahan yang muncul yang disebabkan oleh menurunya kelayaknan bangunan pasar Unit Kota Bojonegoro dan memerlukan
peremajaan atau renovasi bangunan pasar Unit Kota
Bojonegoro sehingga dapat bersaing dengan pasar modern yang kini marak berkembang di Kota Bojonegoro. Selain itu fenomena ini menarik untuk kami kaji demi membentuk kembali antusias masyarakat Bojonegoro tentunya untuk kembali menghidupkan pasar tradisional yang merupakan aset bagi daerah Kabupaten Bojonegoro. 4. Data eksiting dan kondisi Bangunan pasar unit Kota Bojonegoro
Gambar 24: Data analisa eksisting Pasar unit kota Bojonegoro Sumber : Rizal, 2016 gambar ini adalah kondisi eksisting pasar kota Bojonegoro, letak pasar kota Bojonegoro yang bersebrangan langsung dengan alun-alun kota Bojonegoro menjadikan pencapaian yang sangat mudah bagi masyarakat dan mudah diketahui letaknya.
58
Dan berikut ini adalah kondisi penampakan pasar unit kota Bojonegoro:
Gambar 25 : eksisting pasar area parkir Sumber: data P.D pasar redraw autocad Salah satu dari penampakan pasar unit kota Bojononegoro adalah gamabar dan foto di atas. Foto di atas menunjukan beberapa aktivitas pasar dan kondisi jalan pasar yang sering mengalami permasalahan crowded yang disebabkan oleh kegiatan parkir mobil dan bongkar muat ditambah dengan banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan. Jelas dengan adanya aktivitas tersebut sering terjadi kemacetan di area ini.Kurangnya lahan parkir dan kesadaran para pedagang untuk tidak melakukan aktivitas bongkar muat di sepanjang jalan tersebut menjadi persoalan yang menyebabkan terganggunya arus lalu lintas di jalan pasar. Untuk itu di perlukan lahan parkir yang mampu menampung kegiatan parkir dan bongkar muat agar tidak menggangu lalu lintas di pasar unit kota Bojonegoro, dan dapat menambah kenyamanan pengunjung untuk berbelanja di pasar unit Kota Bojonegoro.
59
Gambar 26: eksisting pasar Sumber: data P.D pasar redraw autocad Gamabr dan foto di atas masih mengenai crowded yang disebabkan kurangya lahan parkir dan permasalahan yang muncul dari tukang becak yang memarkir becaknya yang hampir memakan separuh jalan dan tentu saja menambah keruwetan di pasar Unit Kota Bojonegoro.
Gambar 27 : eksisting pasar kondisi bangunan
Sumber: data P.D pasar redraw autocad
60
Gamabar dan foto di atas menunjukan kondisi toko yang ada di dalam pasar. Kondisi toko yang seharusnya memiliki penerangan yang baik serta sirkulasi udara yang baik tidak dapat dirasakan di dalam pasar unit kota Bojonegoro. Kondisi bangunan pasar Bojonegoro yang memperhantikan terlihat dari bangunan yang mulai rusak dan kumuh jelas terlihat pada foto di atas.Untuk menarik minat pengunjung untuk datang kepasar unit Kota Bojonegoro ini diperlukan peremajaan dan perbaikan pasar.
Gambar 28 : eksisting pasar penataan kios dan los Sumber: data P.D pasar redraw autocad
Kondisi pasar yang kumuh dan semrawut terlihat pada foto di atas, kurangnya kesadaran pedagang untuk menjaga kebersihan menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam sebuah pasar, tingkat kebersihan pasar mempengaruhi kenyamanan pengunjung saat berbelanja.Bau yang tidak sedap kondisi sirkulasi yang kotor dan semrawut menjadikan pasar Kota Bojonegoro mulai kehilangan pengunjung yang tentu saja berdampak pada perekonomian pedagang pasar maupun pendapatan daerah.
61
Gambar 29 : eksisting pasar Sumber: data P.D pasar redraw autocad
Kondisi stand dan los yang dapat dikatakan tidak layak lagi untuk digunakan memperburuk kondisi pasar Kota Bojonegoro yang menjadi sentral industri perdangan di Kabupaten Bojonegoro, terlihat pada foto diatas sanitasi yang tersumbat dan atap pasar yang seadanya menjadikan pasar Unit Kota Bojonegoro untuk di perhatikan kondisi bangunanya dan diperlukanya renovasi menyeluruh pada stand dan los yang tidak layak lagi digunakan.
Foto :fasilitas umum pasar Bojonegoro
62
Foto :Lingkungan warung di dalam pasar
Kondisi fasilitas umum yang kurang memadahi terlihat pada foto diatas yang seharunya fasilitas ini menjadi sarana pendukung bagi pengunjung maupun pedagang. Kondisi tempat pedagang makanan yang tidak diperhatikan tingkat kebersihanya menjadikan pengunjung enggan untuk datang membeli makanan di dalam pasar. Dari tempat yang kotor dan lingkungan yang buruk tentu saja makanan yang dijual juga akan tidak sehat. Kondisi ini seharusnya dapat difasilitasi dengan baik oleh pengelola pasar. Berdasarkan kondisi yang sudah dipaparkan di atas, terlihat beberapa kekurangan pasar Unit kota Bojonegoro yang memerlukan perbaikan atau renovasi. Oleh karena itu, diperlukan perancangan sebuah pasar yang mampu memberikan wajah baru terhadap pasar Unit Kota Bojonegoro serta memperbaiki image sebuah pasar tradisional yang dikenal kumuh dan kotor.
63