BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Peran dan Kedudukan Teknologi dalam Bisnis Jasa Teknologi telah membawa dampak yang besar bagi perkembangan dunia bisnis. Peranan teknologi dalam interaksi pelanggan-perusahaan dan sejumlah produk dan jasa yang berbasis teknologi telah tumbuh dengan sangat cepat. Banyak perusahaan kini memanfaatkan teknologi dan kemajuannya untuk memproduksi, mengembangkan, menjual, menyerahkan produk atau jasa, dan juga melayani pelanggan. Sehingga, pelanggan berhadapan dengan produk dan jasa yang menjadi lebih rumit secara teknologikal. Sifat interaksi pelangganperusahaan mengalami transformasi fundamental dengan implikasi yang dapat jauh diraih baik untuk pelanggan maupun perusahaan. Konsekuensi
umum
dari
peran
pertumbuhan
teknologi
adalah
pertumbuhan yang sepadan dengan self service technology. Teknologi Swa Layan atau Self Service Technologies (SST) adalah teknologi yang memungkinkan pelanggan untuk memproduksi sendiri, terpisah dari layanan karyawan secara langsung1. Contoh dari SST adalah Automated Teller Machine (ATM), Automated Hotel Checkout, Mobile Banking dan layanan melalui internet. Penggunaan self service technology yang disebut sebagai self-help, yang mengacu pada teknologi yang memungkinkan pelanggan untuk mempelajari, menerima informasi, melatih mereka sendiri dan memberikan pelayanan mereka sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Alasan implementasi suatu self service technology adalah keinginan perusahaan untuk memberikan pelayanan tambahan yang memberikan nilai lebih dari core business yang dijalankan perusahaan. Keunggulan self service technology dapat ditinjau dari dua sisi yaitu perusahaan penyedia jasa dan pelanggan. Dari perusahaan penyedia jasa teknologi bisa menjadi kesempatan untuk mempercepat penyampaian jasa, ketepatan, customization, mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas. Bagi pelanggan self service technology juga memberikan beberapa keuntungan seperti penghematan waktu dan biaya, kontrol yang lebih tinggi pada pelayanan, memperpendek waktu tunggu, kemudahan lokasi, kesenangan dalam proses produksi dan kemudahan dalam penggunaaan2. Ironisnya, meskipun teknologi baru sedang menembus populasi dengan kecepatan yang semakin naik, terdapat bukti-bukti tanda-tanda naiknya frustasi dan kekecewaan konsumen. Teknologi dapat memfasilitasi perasaan kecerdasan atau keampuhan, tetapi teknologi juga dapat mengarahkan pada perasaan keterabaian atau kecerobohan.
3.2. Perbedaan Konsumen Perbedaan konsumen yang relevan terhadap pemasaran meliputi faktor demografi, profil psikografi, dan sifat personalitas3. Banyak peneliti yang telah menyelidiki faktor demografi dalam hubungannya dengan self service technology dan umumnya menemukan bahwa laki-laki muda, berpendidikan dan kaya lebih menyukai untuk menggunakan beberapa pilihan pelayanan4. Walaupun banyak orang tidak yakin terhadap segmentasi demografis ini, tetapi segmentasi ini tetap
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan karena informasi demografi adalah informasi yang paling mudah dijangkau dan murah untuk mengidentifikasikan target pasar. Selain itu, kita dapat menggunakan demografi untuk mengevaluasi program-program pemasaran. Bagaimanapun, dalam era perubahan sosial dan ekonomi, perempuan, konsumen yang lebih tua, kurang berpendidikan dan kurang mampu, semua mempunyai akses dan beberapa tingkat familiaritas dalam menggunakan teknologi yang sederhana. Untuk itu, faktor demografi tidak begitu menarik dalam memahami mengapa konsumen menggunakan self service technology. Beberapa studi telah mempelajari profil psikografi yang berhubungan dengan penggunaan self service technology. McMellon, Schiffman dan Sherman membagi konsumen yang lebih tua menjadi pecinta teknologi dan pengguna teknologi untuk memahami perilaku online. Barezak, Ellen dan Pilling membagi konsumen bank menjadi security conscious, maximizers, instant gratifiers dan hasle avoiders untuk memahami preferensi mereka terhadap ATM, penyimpanan dan pengambilan otomatis, dan telephone banking. Walaupun studi psikografi menawarkan
pemahaman
yang
mensegmentasikan konsumen yang
mendalam mungkin
kepada
pemasar
untuk
berbeda, tetapi segmentasi
psikografi tersebut tidak cukup jauh dalam memahami motivasi konsumen atau bagaimana karakter tersebut mempengaruhi sikap dan perilaku yang berhubungan dengan self service technology. Karakteristik
personalitas
memainkan
peranan
penting
dalam
pembentukan sikap. Sebagai contoh, individu yang mempunyai kebutuhan untuk dikenal (high need of cognition), orang yang kecanduan informasi dan menikmati
Universitas Sumatera Utara
pemikiran, sepertinya akan membentuk sikap yang positif dalam merespon iklan atau direct mail yang kaya akan informasi yang berhubungan dengan produk. Sebaliknya, konsumen yang relatif rendah dalam kebutuhan untuk dikenal sepertinya lebih membentuk sikap positif dalam merespon iklan yang bercirikan model yang menarik atau selebriti yang terkenal. Dalam pola yang sama, sikap terhadap produk dan situasi konsumsi baru sangat kuat dipengaruhi oleh karakteristik personalitas spesifik dari konsumen. Dalam studi menyangkut personalitas, telah banyak penelitian yang melihat pentingnya faktor personalitas terhadap pembentukan sebuah sikap. Personalitas didefinisikan sebagai karakteristik psikologikal dari dalam (inner psychological) yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya5. Hal yang ditekankan dari definisi di atas adalah inner characteristics - yaitu kualitas, atribut, sifat, faktor yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya. Inner characteristics ini mencerminkan perbedaan individu yang konsisten dan tahan lama namun dapat dirubah. Dalam hal minat terhadap penggunaan self service technology, Dabholkar dan Bagozzi memfokuskan pada perbedaan sifat atau karakteristik konsumen, karena sifat konsumen merupakan jantung dari pembentukan sikap konsumen dan minat berperilaku. Mereka memfokuskan pada empat sifat konsumen yang mempunyai relevansi langsung terhadap self service technology yaitu kepercayaan diri (self efficacy), keinginan mencari sesuatu yang baru (inherent novelty seeking), kebutuhan berinteraksi (need for interaction) dan kesadaran pribadi (self consciousness).
Universitas Sumatera Utara
Self efficacy. Kepercayaan diri didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap kemampuan diri mereka sendiri untuk melakukan suatu perilaku. Beberapa konsumen mungkin lebih familiar dalam menggunakan produk berbasiskan teknologi daripada yang lain dan mungkin mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Menurut Bandura “Pengalaman berdasarkan pada penyelesaian kinerja atau performa menghasilkan harapan kepercayaan yang lebih tinggi, lebih umum dan lebih kuat, selain itu juga kepercayaan diri diharapkan akan mempengaruhi minat berperilaku secara tidak langsung”. Inherent novelty seeking. Menurut Hirschman, keinginan mencari sesuatu yang baru merupakan sebuah aspek dari innovativeness, didefinisikan sebagai hasrat untuk mencari rangsangan baru. Faktor innovativeness akan mempengaruhi sikap terhadap produk teknologikal6. Midgley and Dowling mendefinisikan inherent innovativeness sebagai derajat dimana individu menerima ide baru dan membuat keputusan inovasi secara bebas dari pengalaman komunikasi dari yang lainnya. Penggunaan sifat innovativeness umumnya relevan dengan produk atau jasa yang ditawarkan melalui teknologi. Banyak peneliti yang mengindikasikan bahwa konsumen yang innovator berbeda dari konsumen yang non innovator dalam hal orientasi personalitas. Hal ini dapat membantu pemasar dalam memilih target segmen untuk suatu produk baru dan kemudian mendesain strategi promosional yang berbeda untuk segmen yang spesifik. Need for interaction with a service employee. Kebutuhan berinteraksi dengan karyawan jasa didefinisikan sebagai pentingnya interaksi orang pada konsumen dalam service encounter7. Terkadang kebutuhan untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
kontak dalam penghantaran jasa sangatlah penting untuk beberapa konsumen. Kebutuhan untuk berinteraksi dengan karyawan jasa merupakan faktor yang relevan untuk self service technology. Jika kebutuhan konsumen untuk berinteraksi tersebut tinggi, maka mereka cenderung akan menghindari jasa self service technology, khususnya jika jasa tersebut berbasiskan teknologi. Tetapi sebaliknya, jika kebutuhan tersebut rendah, maka konsumen cenderung akan memilih beberapa pilihan. Menghindari personel atau kebutuhan akan kebebasan merupakan konstruk yang paralel tetapi berlawanan arah dengan kebutuhan untuk berinteraksi dengan karyawan jasa. Self consciousness. Kesadaran diri didefinisikan sebagai pandangan seseorang terhadap diri mereka sendiri sebagai objek sosial, dengan kekhawatiran yang akut dari perspektif orang lain terhadap mereka. Pengaruh eksternal faktor berupa resiko yan dirasakan (perceived risk) dalam mempengaruhi pembentukan sikap pada self service technology7. Perceived risk didefinisikan sebagai ketidakpastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi dari keputusan pembelian mereka. Dalam hubungannya dengan penggunaan suatu teknologi baru definisi ini menggarisbawahi dua dimensi yang relevan, yaitu ketidakpastian dan konsekuensi yang akan diperoleh ketika kita menggunakan suatu teknologi baru. Tingkat resiko yang konsumen rasakan dan toleransi mereka sendiri untuk mengambil resiko merupakan faktor yang mempengaruhi strategi pembelian mereka, dan harus dicatat bahwa konsumen dipengaruhi oleh resiko yang mereka rasakan, walaupun sebenarnya resiko tersebut ada atau tidak ada. Kesadaran diri dapat dibuktikan sebagai resiko sosial
Universitas Sumatera Utara
dalam mengunakan self service technology dalam kehadiran dari konsumen lain. Anselmsson menemukan bahwa ketidaksenangan terhadap resiko sosial secara negatif akan mempengaruhi perceived service quality pada self checkout. Untuk itu dapat diterima bahwa resiko sosial akan mencegah konsumen dalam melihat sisi baik dari self service technology, sehingga kesadaran diri akan menjadi penentu yang relevan untuk diselidiki, khususnya untuk pilihan pelayanan yang relatif tidak dia kenal.
3.3. Faktor Situasional Faktor situasional juga memainkan peranan penting terhadap sikap dan minat terhadap suatu sistem pelayanan. Variabel situasional yang paling relevan untuk berbagai pelayanan adalah lamanya menunggu dan keramaian (crowding). Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa konsumen tidak suka menunggu dan hal tersebut telah disadari dengan baik oleh para manajer pemasaran. Dalam hubungannya dengan self service technology, waktu menunggu ini lebih disebabkan bukan karena antrian yang panjang melainkan akan adanya delay atau keterlambatan dalam mendown-load suatu informasi atau transaksi. Kehadiran dari sejumlah pelanggan lain mungkin dirasakan positif dalam beberapa konteks, tetapi tidak sedikit yang merasakannya sebagai hal yang negatif. Karena beberapa konsumen sepertinya menjadi gelisah jika yang lain melihat mereka menggunakan jasa yang berbasiskan teknologi, khususnya self service technology yang kurang familiar. Sehingga manajer perlu mengetahui apakah kegelisahan sosial (social anxiety) melalui keramaian yang dirasakan akan
Universitas Sumatera Utara
mengubah evaluasi dan penggunaan self service technology. Keramaian ini juga dihubungkan dengan penggunaan dari jasa tersebut di berbagai tempat tertentu.
3.4. Minat Pelanggan terhadap Self Service Technology Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen perlihatkan dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, mengatur produk, jasa dan ide yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku atau tindakan nyata dari seseorang menyangkut sebuah target dipengaruhi oleh minat seseorang terhadap target tersebut. Dalam kaitannya dengan minat, untuk memahami secara lebih baik fondasi baik konsumen maupun karyawan akan kemauan mereka untuk mengadopsi self service technology telah banyak peneliti yang melakukan penyelidikan. Minat konsumen terhadap pengadopsian self service technology akan dipengaruhi oleh kesiapan konsumen terhadap teknologi tersebut yang akan berbeda-beda antara setiap konsumen didasarkan pada perbedaan demografi mereka. Minat terhadap self service technology akan berpengaruh pada sikap selanjutnya terhadap teknologi tersebut. Minat ini dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap self service technology tersebut. Sikap seseorang terhadap suatu target akan menjadi dasar pada perilaku selanjutnya yaitu minat dan sikap yang akan mengarahkan ke dalam pengambilan keputusan. Dalam menentukan pilihannya, konsumen akan mengevaluasi semua informasi yang berhubungan dengan suatu hal yang kemudian diwujudkan pada sikapnya terhadap hal tersebut. Dalam sikap akan terlihat faktor motivasi dan
Universitas Sumatera Utara
emosional dari konsumen. Sikap pelanggan inilah yang kemudian akan menentukan pilihan tindakannya. Sikap konsumen terhadap self service technology mempunyai efek yang kuat, langsung dan positif terhadap minat penggunaan self service technology atau terhadap penyedia jasa tersebut dan sikap tersebut dipengaruhi oleh harapan atau ekspektasi mereka terhadap teknologi tersebut. Seperti halnya terhadap sikap, faktor kontrol berupa sifat atau karakter konsumen dan faktor situasi juga akan menjadi moderasi dalam pembentukan minat terhadap self service technology. Dalam studi menyangkut personalitas, telah banyak penelitian yang melihat pentingnya faktor personalitas terhadap minat
seseorang
dalam
berperilaku.
Personalitas
didefinisikan
sebagai
karakteristik psikologikal dari dalam (inner psychological) akan menentukan dan ,merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya. Faktor situasional juga sering menjadi penentu keputusan dari suatu evaluasi pelayanan, sebagai contoh efek dari waktu menunggu sering digunakan sebagai penentu krusial bagaimana konsumen mengevaluasi pelayanan8. Efek dari waktu menunggu dan keramaian atau hadirnya banyak orang akan mempunyai pengaruh negatif akan minat pelanggan dalam penggunaan self service technology. Pada penelitian mengenai minat dan sikap pelanggan dalam penggunaan self service technology, Dabholkar dan Bagozzi melihat adanya empat karakter pelanggan yang meliputi kepercayaan diri (self efficacy), keinginan mencari sesuatu yang baru (inherent novelty seeking), kebutuhan berinteraksi (need for
Universitas Sumatera Utara
interaction) dan kesadaran pribadi (self consciousness), juga faktor situasi meliputi dua hal yaitu waktu menunggu dan kegelisahan sosial (social anxiety) yang akan menjadi moderasi bagi pembentukan minat berperilaku.
3.5. Sikap Pelanggan terhadap Self Service Technology Dalam konteks perilaku pelanggan, terdapat empat komponen sikap atau attitude, yaitu sikap terhadap objek atau di sini sikap diinterpretasikan secara luas untuk mencakup konsumsi yang spesifik atau konsep yang berhubungan dengan pemasaran, seperti produk, jasa, harga, iklan, retailer dan lain-lain. Sikap relevan dengan perilaku pembelian atau penggunaan yang dibentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung, informasi word of mouth yang diperoleh dari yang lainnya atau berbagai bentuk pemasaran langsung lainnya, kemudian sikap mempunyai konsistensi atau sikap seseorang relatif konsisten dengan perilaku yang dia refleksikan. Meskipun demikian sikap bukanlah sesuatu yang permanen, sikap dapat dirubah, yang terakhir adalah sikap ada dan disebabkan oleh situasi. Sikap terdiri dari tiga komponen umum, yaitu komponen cognitive (berpikir), komponen affective (merasakan) dan komponen conative (tindakan)9. Komponen kognitif yang merupakan pengetahuan dan persepsi yang diperoleh dari kombinasi pengalaman langsung dengan objek sikap (attitude object) dan informasi yang berhubungan dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi yang dihasilkan umumnya membentuk kepercayaan (beliefs), bahwa kepercayaan konsumen memiliki berbagai macam karakteristik dan perilaku yang spesifik yang akan mengarah pada hasil yang spesifik. Komponen kedua yaitu afektif
Universitas Sumatera Utara
merupakan emosi atau perasaan (feeling) mengenai produk, jasa atau merek tertentu. Emosi dan perasaan ini sering diperlakukan oleh para peneliti konsumen terutama sebagai penilaian alami, yaitu mereka menangkap penilaian global atau langsung individual terhadap objek sikap (penilaian individual mengenai suatu objek sikap berdasarkan baik atau buruk, favourable atau unfavourable). Komponen ketiga adalah konatif, yaitu fokus kepada kecenderungan (likelihood) bahwa individu akan mengambil tindakan atau perilaku tertentu melalui cara-cara tertentu yang berhubungan dengan objek sikap. Jadi terkadang komponen konatif ini termasuk perilaku sebenarnya itu sendiri. Dabholkar mengatakan bahwa sikap dipandang sebagai keadaan afektif dengan order yang lebih tinggi yang diproduksi dari kombinasi komponen nilai harapan (expectancy value) individu. Secara konseptual, komponen nilai harapan dapat dipikirkan sebagai cluster kepercayaan yang tervalensi yang ada bersama dalam benak individu dalam representasi yang sistematik atau kategorikal. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa penentu dari sikap seseorang terhadap suatu objek adalah suatu kumpulan multi dimensi dari komponen ekspektasi atau nilai harapan seseorang terhadap suatu objek. Komponen ekspektasi nilai itu sendiri adalah kumpulan keyakinan atau kepercayaan yang ada dalam pikiran seseorang terhadap sesuatu. Jadi ekspektasi nilai tersebut adalah representasi dari evaluasi afektif seseorang terhadap sesuatu yang mereka anggap benar dan baik. Karena multi dimensional, maka ekspektasi nilai itu tidak mungkin hanya berupa satu hal saja, tetapi terdiri dari beberapa hal yang merupakan harapan
Universitas Sumatera Utara
mereka. Ekspektasi nilai inilah yang menjadi penentu bagaimana seseorang akan bersikap terhadap sesuatu. Dalam hal minat untuk menggunakan suatu self service technology, maka ekspektasi pelanggan terhadap self service technology tersebut yang akan mempengaruhi sikap mereka terhadap penggunaan teknologi tersebut. Ada tiga dimensi yang mempengarui minat pelanggan terhadap self service technology. Yaitu kemudahan penggunaan (easy of use), kinerja (performance) dan keceriaan (fun). Kemudahan penggunaan (easy of use), kegunaan (usefulness) dan kesenangan (enjoyment) merupakan penentu minat dan sikap dalam model penerimaan teknologi (technology acceptance model)10. Dua dari ketiga dimensi tersebut, easy of use, dan fun atau enjoyment relevan untuk self service technology. Tetapi dimensi ketiga yaitu usefulness, lebih cocok digunakan untuk produk seperti software komputer, dan menjadi tidak relevan dengan self service technology, dimana konsumen ikut berpartisipasi dalam pelayanan. Tetapi dimensi ketiga yaitu kinerja (performance), yang disaring dari studi kualitatif dan didefinisikan sebagai keakuratan dan reliabilitas dari self service technology, seperti yang diharapkan oleh konsumen. Ekspektasi nilai pelanggan (kemudahan penggunaan, kinerja dan keceriaan) akan bertindak sebagai penentu minat dan sikap ke arah penggunaan self service technology. Dalam hal minat pelanggan terhadap penggunaan self service technology, juga terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi minat dan sikap terhadap self service technology tersebut. Sikap terhadap self service technology akan
Universitas Sumatera Utara
ditentukan juga oleh faktor kontrol berupa sifat atau karakter konsumen dan faktor situasi.
Karakteristik
personalitas
memainkan
peranan
penting
dalam
pembentukan sikap. Dalam pola yang sama, sikap terhadap produk dan situasi konsumsi baru sangat kuat dipengaruhi oleh karakteristik personalitas spesifik dari konsumen. Terdapat empat sifat konsumen yang mempunyai relevansi langsung terhadap self service technology yaitu kepercayaan diri (self efficacy), keinginan mencari sesuatu yang baru (inherent novelty seeking), kebutuhan berinteraksi (need for interaction) dan kesadaran pribadi (self consciousness). Faktor situasional juga memainkan peranan penting terhadap minat dan sikap terhadap suatu sistem pelayanan. Ada dua faktor situasional yang dapat mempengaruhi minat dan sikap terhadap penggunaan self service technology yaitu efek dari waktu menunggu (waiting time) dan kegelisahan sosial (social anxiety) dalam hal ini berhubungan dengan keberadaan dari banyaknya orang.
3.6. Structural Equation Modelling (SEM) 3.6.1. Sejarah SEM dan Pengertian Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya teknik ini dikenal dengan analisa jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis structural equation modelling. Dari defenisi beberapa ahli menyebutkan diantaranya, ”Analisa jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel bergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung
Universitas Sumatera Utara
(Robert D. Rutherford 1993). Sementara itu, definisi lain mengatakan ”Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikasi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel.” (Paul Webley,1997). David Garson dari North Carolina State University mendefenisikan analisis jalur sebagai ’model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah di mana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003) 1 Model persamaan struktural (SEM) meliputi seluruh model yang terkenal dengan banyak nama seperti: covariance structure analysis, latent variabel analysis, confirmatory factor analysis dan sering disebut lisrel analysis yang merupakan salah satu nama program komputer. Perlu disebutkan disini bahwa teknik SEM dibedakan oleh dua karakteristik, yaitu 2: 1. Estimasi atau perkiraan hubungan depensi berganda dan saling terkait (estimation of multiple and interrelated depence relationship) 1
Jonathan Sarwono,Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Cet I;Yogyakarta:Andi,2007)h.1 2 Johanes Supranto, Analisis Multivariat arti & Interpretasi (Cet I;Jakarta: Rhineka Cipta) h.221
Universitas Sumatera Utara
2. Kemampuan untuk mempresentasikan konsep yang tidak terlihat (unobserved consepts) dalam hubungan –hubungan ini dan memperhitungkan pengukuran kesalahan di dalam proses estimasi.
3.6.2. Prinsip-Prinsip Dasar Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya ialah 3: a. Adanya linieritas (Linierity). Hubungan antar variabel bersifat linier, b. Adanya aditivitas (Additivity). Tidak ada efek-efek interaksi c. Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive interval (MSI) terlebih dahulu d. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu variabel dalam model e. Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh berkorelasi dengan semua variabel endogeneus dalam model. Jika dilanggar maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan parameter-parameter jalur. f. Sebaiknya
hanya
terdapat
multikolinieritas
yang
rendah.
Maksud
multikolieniritas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita
3
Jonathan, co.Ibid.h.2
Universitas Sumatera Utara
akan mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (b) yang digunakan untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial g. Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping) h. Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterprestasikan koefisienkoefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat diinterpretasikan secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung i. Terdapat masukan korelasi yang sesuai. Artinya, jika kita menggunakan matriks korelasi sebagai masukan maka korelasi Pearson digunakan untuk variabel berskala interval: korelasi polychoric untuk dua variabel berskala ordinal; tertrachoric untuk dua variabel dikotomi (berskala nominal); polyserial untuk satu variabel interval dan lainnya nominal j. Terdapat ukuran sampel yang memadai. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya digunakan sampel di atas 100 k. Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur.
Universitas Sumatera Utara
3.6.3. Konsep dan Istilah Dalam analisis jalur dikenal beberapa konsep dan istilah dasar. Pada gambar 3.1. Model Analisis Jalur (SEM) akan diterangkan konsep-konsep dan istilah dasar 4: P41
1 P21
P31 4
3 r21
P32
P43
2 P42 e2
e3
e4
Gambar 3.1. Model Analisis Jalur SEM 1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak panah. Anak panah-anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebabakibat antara variabel-variabel eksogenous atau perantara dengan satu variabel tergantung atau lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahankesalahan (variabel residue) dengan semua variabel endogeneus masingmasing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara pasangan variabelvariabel eksogeneus. 2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan. Meliputi pertama, jalurjalur arah dari anak panah menuju ke variabel tersebut dan kedua jalur-jalur 4
Jonathan, co.ibid. h3
Universitas Sumatera Utara
korelasi dari semua variabel endogeneus yang dikorelasikan dengan vaiabelvariabel yang lain yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke variabel yang sudah ada tersebut 3. Variabel eksogeneus. Variabel-variabel eksogeneus dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak ada penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel eksogeneus dikorelasikan maka korelasi tersebut ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang menghubungkan variabel-variabel tersebut. 4. Variabel endogeneus. Variabel endogeneus ialah variabel yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang termasuk didalamnya mencakup semua variabel perantara dan tergantung. Variabel perantara endogeneus mempunyai anak panah yang menuju arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur. Adapun variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya. 5. Koefisien jalur/pembobotan jalur. Koefisien jalur adalah koefisien regresi standar atau disebut ”beta” yang menunjukkan pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung dalam suatu model jalur tertentu. Oleh karena itu, jika suatu model mempunyai dua atau lebih variabel-variabel penyebab maka koefisien-koefisien jalurnya merupakan koefisien-koefisien regresi parsial yang mengukur besarnya pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu model jalur tertentu yang mengontrol dua variabel
Universitas Sumatera Utara
lain sebelumnya dengan menggunakan data yang sudah distandarkan atau matriks korelasi sebagai masukan. 6. Variabel-variabel eksogeneus yang dikorelasikan. Jika semua variabel eksogeneus dikorelasikan maka sebagai penanda hubungannya ialah anak panah dengan dua kepala yang dihubungkan diantara variabel-variabel dengan koefisien korelasinya. 7. Istilah gangguan. Istilah kesalahan residual yang secara teknis disebut sebagai ’gangguan’ atau ’residue’ mencerminkan adanya varian yang tidak dapat diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah dengan kesalahan pengukuran. 8. Aturan multiplikasi jalur. Nilai dari suatu jalur gabungan adalah hasil semua koefisien jalurnya. 9. Dekomposisi pengaruh. Koefisien-koefisien
jalur dapat digunakan untuk
mengurai korelasi-korelasi dalam suatu model ke dalam pengaruh langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang direfleksikan dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu. Ini didasarkan pada aturan bahwa dalam suatu sistem linier, pengaruh penyebab total suatu variabel ’i’ terhadap variabel ’j’ adalah jumlah semua nilai jalur dari ’i’ ke ’j’ .
Universitas Sumatera Utara
3.6.4. Model Analisis Jalur Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang lebih rumit, di antaranya diterangkan dibawah ini 5
3.6.4.1. Model Regresi Berganda Model pertama ini sebenarnya merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua variabel eksogeneous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogeneus Y. Model digambarkan pada Gambar 3.2. Bentuk model regresi berganda
X1 Y X2
Gambar 3.2. Bentuk Model Regresi Berganda
3.6.4.2. Model Mediasi Model kedua adalah model mediasi atau perantara di mana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model digambarkan, pada Gambar 3.3. Bentuk model mediasi
5
Jonathan, co.ibid. h.6
Universitas Sumatera Utara
X
Z
Y
Gambar 3.3. Bentuk Model Mediasi
3.6.4.3. Model Kombinasi Pertama dan Kedua Model ketiga ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan pada Gambar 3.4.Model kombinasi pertama dan kedua : X1
Y
X2
Gambar 3.4. Model Kombinasi Pertama dan Kedua
3.6.4.4. Model Kompleks Model keempat ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1 model digambarkan pada Gambar 3.5.Bentuk model kompleks:
Universitas Sumatera Utara
X1
X2
Y1
Y2
Gambar 3.5. Bentuk Model Kompleks
3.6.4.5. Model Rekursif dan Non Rekursif Dari sisi pandang arah sebab akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu rekursif dan non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu arah seperti Gambar 3.6.Bentuk model rekursif dan non rekursif P41
1 P21
P31 4
3 r21
P32
P43
2 P42 e2
e3
e4
Gambar 3.6. Bentuk Model Rekursif dan non Rekursif Model tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: a. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari 3 menuju ke 4. Tidak ada arah yang terbalik, misalnya dari 4 ke 1
Universitas Sumatera Utara
b. Hanya terdapat satu variabel eksogeneous, yaitu 1 dan tiga variabel endogenuous, yaitu 2,3 dan 4. Masing-masing variabel endogeneous diterangkan oleh variabel 1 dan error (e2, e3 dan e4) Model non recursif terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi arah yang terbalik (looping), misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab akibat (reciprocal cause).
3.6.5. Persamaan Jalur SEM 3.6.5.1. Persamaan Satu Jalur Bentuk model yang mengandung unsur persamaan satu jalur adalah pada model regresi berganda. Dimana hanya terdapat satu variabel endogeneus yang disebabkan oleh beberapa variabel eksogeneus. Bentuk modelnya dapat dilihat pada Gambar 3.7. Bentuk model persamaan satu jalur dalam SEM 6. X1 RYX1
rX1X3
rX1X2 X2
€ RYX2
Y
rX2X3 RYX3 X3
Gambar 3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM
6
Jonathan,co.ibid.h.11
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus b. Variabel Y adalah variabel endogeneus Persamaannya : Y= RYX1 + RYX2 + RYX3 + €
3.6.5.2. Persamaan Dua Jalur Dalam persamaan dua jalur model dikembangkan atas tiga variabel eksogeneus dan 2 variabel endogeneus. Model persamaannya dapat dilihat pada Gambar 3.8. Bentuk Model persamaan dua jalur dalam SEM €1
€2
X1
rX1X3
rX1X2 X2
RY2X1
RY1X1 RY1X2
rX2X3
Y RY1X3
RY2Y1
Y2
RY2X3
X3
Gambar 3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM Keterangan: a. Variabel X1, X2 dan X3 adalah variabel eksogeneus b. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus Persamaannya adalah: a. Y1=RY1 X1 + RY X2+ RY X3 + €1
(Pers. Substruktur 1)
b. Y2=RY2 X1 + RY2 X2+ RY2 X3 + €2
(Pers. Substruktur 2)
Universitas Sumatera Utara
3.6.5.3. Persamaan Tiga Jalur Dalam model persamaan tiga jalur, pada umumnya terdapat 2 variabel eksogeneus murni, dan satu variabel eksogeneus perantara, dan terdapat 2 variabel endogeneus. Bentuk model persamaan strukturalnya dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 3.9. Bentuk model persamaan tiga jalur dalam SEM €2 €1 RY1X1
X1
Y1
RX1X2
rX1X3
RY1X2
RY2Y1
X2 RY2X2 RX2X3 RY2X3
X3
Y2
€3
Gambar 3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM Keterangan: a. Variabel X1 dan X3 adalah variabel eksogeneus b. Variabel X2 adalah variabel perantara c. Variabel Y1 dan Y2 adalah variabel endogeneus Persamaannya adalah: a. X2=R X2 X1 + R X2 X3 + €1
(Pers. Substruktur 1)
b. Y1=RY1 X1 + RY1X2+ €2
(Pers. Substruktur 2)
Universitas Sumatera Utara
c. Y2=RY2 X3 + RY2 Y1+ €3
(Pers. Substruktur 2)
3.6.6. Langkah-Langkah SEM Di bawah ini akan ditelusuri lebih lanjut bagaimana menyusun langkahlangkah untuk membuat pemodelan yang lengkap yaitu 7: a. Pengembangan model berbasis teori Dalam pengembangan model teoritis, harus dilakukan telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan dikembangkan. Tanpa dasar teori, SEM tidak dapat digunakan. Setelah itu model divalidasi secara empirik melalui komputasi program SEM. Pengajuan model kausalitas harus dengan menganggap adanya hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel, bukan didasarkan pada metode analisis yang digunakan, tetapi haruslah berdasarkan justifikasi teoritis yang mapan. SEM bukan untuk menghasilkan kausalitas, tetapi untuk membenarkan adanya kausalitas teoritis melalui uji data empirik. Peneliti mempunyai kebebasan untuk membangun hubungan, sepanjang didukung oleh teori yang memadai. Kesalahan yang sering timbul adalah kurang atau terabaikannya satu atau beberapa variabel prediktif kunci dalam menjelaskan sebuah model, yang dikenal dengan specification error. Meskipun demikian untuk pertimbangkan praktis, jika jumlah variabel, faktor, konsep atau konstruk yang dikembangkan terlalu banyak, akan menyulitkan interpretasi hasil analisis, khususnya tingkat signifikansi statistiknya.
7
www.jonathansarwono.info/sem/sem.htm
Universitas Sumatera Utara
b. Mengkontruksi diagram jalur untuk menunjukkan hubungan kausalitas Model teoritis yang telah dibangun kemudian digambar dalam bentuk suatu diagram, yang dikenal dengan diagram jalur. Penggambaran dalam bentuk diagram ini untuk mempermudah melihat hubungan-hubungan kausal antar variabel eksogen dan endogen yang akan diuji. Selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi. Pada langkah ini ditentukan variabel independen dan variabel dependennya. Hubungan antar konstruk dinyatakan melalui anak panah sesuai dengan arah kausalitasnya. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Anak panah lengkung dengan lancip dikedua ujungnya menunjukkan korelasi antar konstruk. Konstruk-konstruk dalam diagram path, dapat dibedakan menjadi dua : 1. Konstruk Eksogen, dikenal sebagai variabel independen yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Dalam diagram konstruk eksogen digambarkan sebagai konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. 2. Konstruk Endogen, yaitu konstruk yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk ini dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, sedangkan konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Dengan pijakan teoritis yang ada, maka dapat ditentukan mana yang akan dianggap sebagai konstruk endogen dan mana yang eksogen.
Universitas Sumatera Utara
c. Konversi diagram jalur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran Setelah model digambarkan dalam diagram path, kita dapat mulai mengkonversi spesifikasi model kedalam persamaan-persamaan. Persamaan itu terdiri dari : 1. Persamaan-persamaan struktural, yang menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk. Contoh persamaan struktural: Y1 = ƒ×1 X1 + ƒ×2 X2 + ƒê1 Jika di dalam bahasa regresi, model di atas digolongkan dalam 2 persamaan regresi berganda, jadi diuji secara simultan. 2. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model), yaitu spesifikasi yang akan menentukan variabel apa mengukur konstruk apa, serta menentukan
serangkaian
matrik
yang
menunjukkan
korelasi
yang
dihipotesakan antar konstruk atau variabel. Contoh persamaan spesifikasi model: X11 = ƒÜ1 X1 + ƒÔ1 d. Pemilihan matrik input dan teknik estimasi atas model yang dibangun Input data yang digunakan dalam analisis SEM adalah menggunakan matrik kovarian atau matrik korelasi. Input data inilah yang membedakan antara SEM dengan teknik analisis multivariat yang lain. Meskipun demikian, observasi individual tetap diperlukan dalam program ini. Data individual dapat dientry menggunakan program lain. Setelah masuk program SEM data segera dikonversi dalam bentuk matrik kovarian atau matrik korelasi. Walaupun observasi individual tidak menjadi input analisis, tetapi ukuran sampel penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM.
Universitas Sumatera Utara
Menurut pakar SEM sampel yang baik adalah besarnya antara 100 – 200. Jika sampel terlalu besar, akan menjadi sangat sensitif terhadap ukuran-ukuran goodness of fit. Sebagai pedoman ukuran sampel 1. antara 100 – 200 sampel 2. antara 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi 3. antara 5 – 10 kali jumlah indikator e. Menilai problem identifikasi Problem
identifikasi
pada
prinsipnya
adalah
problem
mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem identifikasi ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang muncul antara lain : 1. Standar error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar. 2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan. 3. Munculnya angka-angka aneh misalnya varians error yang negatif. 4. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat. f. Evaluasi model. Kesesuaian model dapat dievaluasi dengan melihat berbagai kriteria goodness of fit. Secara garis besar uji goodness of fit model dapat digolongkan menjadi 4 hal yaitu pengujian parameter hasil dugaan, uji model keseluruhan, uji model struktural, dan uji pengukuran (validitas dan reliabilitas).
Universitas Sumatera Utara
g. Interpretasi dan modifikasi model Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah model diestimasi harus mempunyai residual kovarian yang kecil. Batas keamanan jumlah residual adalah 5 %. Jika residual > 5 % dari semua residual kovarian yang dihasilkan oleh model, maka perlu dipertimbangkan modifikasi model, misalnya dengan menambah jalur baru terhadap model yang diestimasi. Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa perubahan atau modifikasi model tersebut harus mempunyai dukungan dan justifikasi teori yang memadai. Demikianlah SEM dengan keunggulan dan keterbatasnya, dapat dijadikan alternatif teknik analisis penelitian baik skripsi maupun penelitian sosial ekonomi lainnya sehingga dapat diperoleh hasil-hasil penelitian dengan variasi yang lebih beragam. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa SEM hanyalah sejenis teknik statistik yang merupakan alat untuk memecahkan masalah, interpretasi selanjutnya tergantung dari peneliti itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat.
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada salah satu bank di Indonesia, yaitu PT Bank XXXX di Medan. Penelitian dilakukan selama 1 bulan dimulai pada tanggal 1 November 2009 sampai tanggal 30 November 2009.
4.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian survey dengan menggambarkan suatu fenomena pemasaran. Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana sikap nasabah bank terhadap teknologi SMS Banking yang dipengaruhi oleh ekspektasi nilai pelanggan terhadap teknologi SMS Banking dan karakteristik masing-masing konsumen yang akan berpengaruh pada minat dan sikap terhadap pengadopsian teknologi tersebut. Minat dan sikap terhadap teknologi SMS Banking akan dibentuk oleh ekspektasi nilai pelanggan terhadap pelayanan yang dapat diberikan oleh teknologi tersebut. Pembentukan minat dan sikap tersebut akan dipengaruhi oleh faktor karakteristik pelanggan dan faktor situasional.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah nasabah PT Bank XXXXyang memiliki kartu ATM dan memiliki telepon selular. Unit analisis penelitian ini adalah nasabah PT Bank XXXXyang berumur lebih dari 17 tahun. Hal ini dilakukan karena diperkirakan kelompok nasabah di atas telah mampu menjawab pertanyaan survey dengan baik dan mudah karena kedewasaan dan pengalaman.
4.4. Variabel Penelitian 4.4.1. Variabel Bebas (Independent) Variabel bebas dalam penelitian kali ini ada tiga yaitu: A. Komponen ekspetasi nilai pelanggan terhadap pelayanan teknologi SMS Banking. Komponen ini terdiri dari tiga variabel yaitu: 1. Kemudahan dalam penggunaan (Easy of use), yang terdiri dari tiga indikator yaitu: 1) Besarnya usaha (X1) 2) Kompleksitas (X2) 3) Penggunaan di berbagai tempat (X3) 2. Kinerja (Performance),yang terdiri dari empat indikator yaitu: 1) Keamanan (X4) 2) Reliabilitas (X5) 3) Keakuratan (X6) 4) Efisiensi (X7)
Universitas Sumatera Utara
3. Fun atau keceriaan, yang terdiri dari dua indikator yaitu: 1) Hiburan (X8) 2) Kesenangan (X9) B. Komponen karakteristik pelanggan. Komponen ini terdiri dari empat variabel yaitu: 1. Kepercayaan diri (Self efficacy), yang terdiri dari dua indikator yaitu: 1) Kemampuan untuk menggunakan SMS Banking (X10) 2) Kepercayaan teknologi diciptakan untuk mempermudah semua orang (X11) 2. Keinginan mencari sesuatu yang baru (Inherent novelty seeking), yang terdiri dari tiga indikator yaitu: 1) Pengalaman baru (X12) 2) Rutinitas (X13) 3) Aktivitas baru (X14) 3. Kebutuhan untuk berinteraksi dengan karyawan jasa (Need for interaction), yang terdiri dari tiga indikator yaitu: 1) Rasa suka berinteraksi dengan karyawan jasa (X15) 2) Rasa suka berinteraksi dengan mesin (X16) 3) Pelayanan yang menyenangkan dari karyawan jasa (X17) 4. Kesadaran diri (Self consciousness), yang terdiri dari tiga indikator yaitu: 1) Penampilan (X18) 2) Gaya (X19) 3) Cara memperlihatkan diri (20)
Universitas Sumatera Utara
C. Komponen persepsi terhadap faktor situasional, yang terdiri dari tiga indikator yaitu: 1) Kehadiran orang lain (X21) 2) Waktu menunggu (X22) 3) Keramaian (X23)
4.3.2. Variabel Tak Bebas (Dependent) Variabel tak bebas dalam penelitian kali ini ada dua yaitu: A. Minat terhadap penggunaan SMS Banking Indikator untuk variabel ini terdiri dari dua indikator dalam hal kemungkinan menggunakan teknologi SMS Banking dan keinginan menggunakan teknologi SMS Banking. B. Sikap terhadap teknologi SMS Banking Indikator untuk variabel ini terdiri dari dua indikator dalam hal perasaan terhadap teknologi SMS Banking dan keberadaan teknologi SMS Banking.
4.5. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung dengan individu responden, yang secara langsung berhadapan dengan responden (face to face). Metode sampling yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah non probability sampling/non random sampling, dengan teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang diambil dari anggota populasi yaitu nasabah PT
Universitas Sumatera Utara
Bank XXXX di Medan yang dijumpai oleh peneliti selama periode pengumpulan data.
4.6. Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan adalah dengan Structural Equation Modelling (SEM) dengan metode confirmatory analysis (CFA). CFA adalah model pengukuran dimana variabel-variabel teramati (indikator-indikator) merefleksikan satu variabel laten tertentu (latent dimension). Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM, yaitu: 1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM. Model ini adalah suatu model kausal atau sebab akibat yang menyatakan hubungan antar dimensi atau variabel. 2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang telah dibentuk berdasarkan dasar teori 3. Membagi path diagram tersebut menjadi suatu set dari model pengukuran (measurement model) dan model structural (structural model) 4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan 5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk menentukan bahwa model yang dispesifikasikan bukan model yang under identified atau identified 6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit aatu uji kecocokan model 7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan
Universitas Sumatera Utara
4.7. Analisa Data Analisis data yang dilakukan adalah untuk mempelajari apakah ada hubungan yang terbentuk antara variabel tak bebas dengan variabel bebas dan kekuatan dari hubungan tersebut. Faktor analisis yang digunakan adalah metode confirmatory yang digunakan untuk mengukur apakah variabel-variabel teramati atau indikatorindikator merefleksikan satu variabel laten tertentu (latent dimension). Alat analisis ini digunakan unmtuk menguji sebuah measurement model. Dengan alat ini akan diketahui apakah indikator-indikator yang ada memang dapat menjelaskan sebuah konstruk. Dengan melakukan CFA, dapat saja sebuah indikator dianggap tidak secara kuat berpengaruh atau dapat menjelaskan sebuah konstruk.
4.8. Kesimpulan dan Saran Pada tahap akhir dari penelitian ini ditarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya akan diberikan saran-saran yang dianggap penting dan mungkin untuk
ditindaklanjuti
baik
untuk
kepentingan
praktisi
maupun
untuk
penyempurnaan bagian penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data Pengambilan data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini didapatkan dengan melakukan survey yakni menyebarkan kuesioner kepada pelanggan ataupun nasabah jasa perbankan khususnya nasabah PT Bank XXXX yang berlokasi di Jalan Pemuda no.12. Kuesioner ini terdiri atas 2 bagian pertanyaan, bagian pertama berisi identitas responden yang terdiri atas 7 butir pertanyaan mengenai data diri responden, bagian kedua berisikan keyakinan yang dirasakan nasabah terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan mengenai variabel yang membentuk minat dan sikap nasabah terhadap penggunaan teknologi SMS Banking yang terdiri dari 27 butir pertanyaan yang dikelompokkan ke dalam butirbutir pertanyaan sebagai berikut: 1. Komponen ekspetasi nilai pelanggan terhadap pelayanan teknologi SMS Banking 2. Komponen karakteristik pelanggan 3. Komponen persepsi terhadap faktor situasional 4. Minat terhadap penggunaan SMS Banking 5. Sikap terhadap teknologi SMS Banking Untuk hasil rekapitulasi data berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang telah disebarkan sebelumnya dapat dilihat pada lampiran.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengolahan Data Untuk menentukan hubungan variabel yang berpengaruh terhadap pembentukan minat dan sikap penggunaan teknologi SMS Banking, maka dapat ditentukan dengan jalur SEM berdasarkan setiap tahapan-tahapan berikut:
5.2.1. Pengembangan Model Berbasis Teori Dabholkar dan Bobbit telah melihat pentingnya penentuan minat dan sikap konsumen dalam menentukan pilihannya, karena dari minat dan sikap konsumen akan terlihat faktor motivasi dan emosional konsumen. Dalam menentukan pilihannya, konsumen akan mengevaluasi semua informasi yang berhubungan dengan suatu hal yang kemudian diwujudkan dalam sikapnya terhadap hal tersebut. Sikap ini akan tercermin dari minat konsumen terhadap hal tersebut dan seterusnya berakhir dengan suatu tindakan yang berhubungan dengan hal tersebut. Dabholkar lebih lanjut menemukan bahwa minat dan sikap pelanggan terhadap self service technology akan dipengaruhi oleh ekspektasi nilai akan pelayanan self service technology tersebut, yaitu berupa kemudahan dalam penggunaan (ease of use), kinerja (performance) dan keceriaan (fun). Dabholkar dan Bagozzi menemukan bahwa selain ekspektasi nilai konsumen terhadap pelayanan, mereka juga melihat bahwa minat dan sikap pelanggan terhadap self service technology akan dimoderasi oleh faktor kontrol berupa sifat atau karakter konsumen dan faktor situasi. Karakter pelanggan yang ditinjau meliputi kepercayaan diri (self efficacy), keinginan mencari sesuatu yang baru (inherent novelty seeking), kebutuhan berinteraksi (need for interaction) dan
Universitas Sumatera Utara
kesadaran pribadi (self consciousness). Faktor situasi meliputi dua hal yaitu waktu menunggu dan kegelisahan sosial (social anxiety). Self efficacy (kepercayaan diri) didefinisikan sebagai penilaian individual terhadap kemampuan diri mereka sendiri untuk melakukan suatu perilaku. Menurut Dabholkar dan Bagozzi, konsumen dengan kepercayaan diri yang lebih besar dapat diharapkan untuk mempunyai kepercayaan diri yang lebih dalam kemampuan mereka untuk menggunakan self service technology, dan untuk itu kemudahan penggunaan tidak akan sepenting untuk konsumen yang mempunyai kepercayaan diri yang lebih rendah dalam kemampuan mereka sendiri. Pada saat yang sama, rasa kepercayaan diri dalam kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu memungkinkan untuk melihat aktivitas sebagai kesenangan. Konsumen dengan rasa pecaya diri yang lebih rendah akan cenderung untuk berkonsentrasi pada kesenangan dalam penggunaan self service technology, dan keceriaan sebagai atribut akan menjadi lebih penting. Inherent novelty seeking (keinginan mencari sesuatu yang baru) merupakan sebuah aspek yang sejalan dengan dimensi innovativeness yang didefinisikan sebagai hasrat untuk mencari rangsangan baru. Konsumen yang tinggi dalam keinginan mencari sesuatu yang baru cenderung untuk melihat kebaikan pada teknologi dan penggunaan produk berbasiskan teknologi, mempunyai motivasi intrinsik yang lebih kuat untuk menggunakan produk tersebut, dan menikmati rangsangan mencoba cara baru untuk memecahkan masalah lama. Beberapa konsumen tidak akan berkonsentrasi apakah teknologi baru mudah digunakan dan akan ingin untuk mencobanya. Untuk itu, kemudahan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan atau kinerja dari beberapa pilihan tidak akan menjadi begitu penting untuk mereka dalam membentuk minat dan sikap terhadap penggunaan beberapa pilihan, tetapi akan menjadi penting untuk konsumen dengan sifat yang lebih rendah dalam keinginan mencari sesuatu yang baru. Konsumen yang tinggi dalam mencari sesuatu yang baru mencari rangsangan dalam pengalaman mereka dan akan cenderung untuk menikmati menggunakan teknologi baru. Terakhir, konsumen yang tinggi dalam mencari sesuatu yang baru sepertinya ingin menggunakan self service technology dengan reliansi yang kurang pada sikap yang ada dalam diri mereka mengenai jasa tersebut dan akan diarahkan motivasi intrinsik mereka. Need for interaction with a service employee (kebutuhan berinteraksi dengan karyawan jasa) didefinisikan sebagai pentingnya interaksi orang pada konsumen dalam service encounter. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa kebutuhan untuk kontak dengan karyawan jasa sejalan dengan kebutuhan untuk menghindari mesin. Sehingga, untuk konsumen dengan tipe tersebut, untuk melihat kebaikan pada pilihan penghantaran pelayanan secara teknologi, pilihan tersebut harus lebih mudah digunakan, lebih reliabel, dan lebih menyenangkan daripada untuk konsumen yang lebih rendah akan kebtuhan untuk berinteraksi denga karyawan jasa. Dengan kata lain, untuk memperoleh konsumen yang tinggi akan kebutuhan untuk berinteraksi dengan karyawan jasa untuk lebih mengevaluasi self service technology secara baik, ke semua atribut di atas harus lebih dikuatkan. Konsumen yang tinggi akan kebutuhan untuk berinteraksi akan mengurangi motivasi intrinsik untuk menggunakan self service technology. Tidak
Universitas Sumatera Utara
seperti konsumen yang tinggi dalam kebutuhan mencari sesuatu yang baru, beberapa konsumen akan menempatkan reliansi yang lebih besar pada sikap mereka yang telah ada mengenai self service technology. Self consciousness (kesadaran diri) didefinisikan sebagai pendangan seseorang terhadap diri mereka sendiri sebagai objek sosial, dengan kekhawatiran yang akut dari perspektif orang lain terhadap mereka. Konsumen yang merasa sadar diri mengenai penggunaan self service technology jika konsumen lain disekelilingnya akan segan untuk menggunakannya. Bagi mereka untuk menginginkan menggunakan self service technology, beberapa pilihan harus lebih mudah, lebih reliable dan harus lebih menyenangkan. Dengan kata lain, untuk memperoleh konsumen dengan kesadaran diri untuk lebih mengevaluasi secara baik terhadap self service technology, semua atribut harus dikuatkan. Bagaimanapun, tidak seperti konsumen yang tinggi akan kebutuhan untuk berinteraksi dengan karyawan jasa, konsumen dengan kesadaran diri yang tinggi, tidak lebih menyukai berinteraksi dengan karyawan untuk menggunakan mesin. Mereka mungkin mempunyai sikap yang baik terhadap penggunaan self service technology, contohnya penggunaan internet di rumah. Tetapi mereka mungkin segan untuk menggunakan beberapa pilihan dikarenakan sikap mereka. Perceived waiting time (persepsi akan lamanya waktu menunggu) didefinisikan sebagai persepsi konsumen apakah mereka akan harus menunggu untuk waktu yang lebih lama yang signifikan untuk menggunakan pilihan penghantaran jasa secara partikular daripada menggunakan pilihan lain. Adanya keterlambatan dalam mendownload saat bertransaksi menyebabkan evaluasi
Universitas Sumatera Utara
negative terhadap jasa self service technology. Keterlambatan dan lamanya waktu menunggu akan membuat pelanggan menjadi tidak sabar, sehingga kemudahan dalam menggunakan self service technology akan menjadi semakin penting. Keberadaan keceriaan dalam menggunakan jasa ini juga akan menjadi lebih penting untuk konsumen karena akan memberikan kompensasi terhadap waktu yang digunakan. Social anxiety (kegelisahan sosial) melalui keramaian yang dirasakan (perceived crowding) didefinisikan sebagai ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan kekhawatiran mengenai pandangan orang lain terhadap seseorangsebagai objek sosial. Ketidaknyamanan ini dirasakan akan lebih kuat daripada kekhawatiran akan kesadaran diri karena adanya emosi. Kegelisahan sosial dapat timbul dari sirkumtansi situasional, keramaian, dan sering dipandang negatif dalam sirkumtansi tertentu. Kegelisahan sosial dipandang juga sebagai perasaan yang tidak enak yang dialami individual. Konsumen dalam keadaan yang ramai cenderung khawatir secara sosial dan berpikir bahwa lebih penting suatu self service technology itu mudah digunakan dan menyenangkan.
5.2.2. Mengkontruksi Diagram Jalur untuk Menunjukkan Hubungan Kausalitas Analisis SEM dalam prosesnya selalu membutuhkan diagram jalur sebagai patokan atau gambaran suatu sistem yang akan diukur tingkat interaksi variabelvariabelnya.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat 10 model pengukuran berdasarkan variabel yang diukur yaitu: 1. Model nilai ekspektasi kemudahan penggunaan (ease of use) Model ini terdiri dari tiga pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten kemudahan penggunaan, yaitu: a. Variabel teramati (XI) adalah besarnya usaha b. Variabel teramati (X2) adalah kompleksitas c. Variabel teramati (X3) adalah penggunaan di berbagai tempat
e1
e2
1
1
X1 Komponen ekspektasi nilai terhadap kemudahan penggunaan
X2 1
e3
1
X3
Gambar 5.1. Model Pengukuran Kemudahan Penggunaan 2. Model nilai ekspektasi kinerja (performance) Model ini terdiri dari empat pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten kinerja, yaitu: a. Variabel teramati (X4) adalah keamanan b. Variabel teramati (X5) adalah reliabilitas c. Variabel teramati (X6) adalah keakuratan d. Variabel teramati (X7) adalah efisiensi
Universitas Sumatera Utara
1
e4
X4
1
e5
X5 komponen ekspektasi nilai terhadap kinerja
1
e6
X6
1
e7
X7
Gambar 5.2. Model Pengukuran Kinerja 3. Model nilai ekspektasi keceriaan (fun) Model ini terdiri dari dua pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten keceriaan, yaitu: a. Variabel teramati (X8) adalah hiburan b. Variabel teramati (X9) adalah kesenangan e8
1
X8 1
e9
1
X9
komponen ekspektasi nilai terhadap keceriaan
Gambar 5.3. Model Pengukuran Keceriaan 4. Model karakteristik pelanggan percaya diri (self efficacy) Model ini terdiri dari dua pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten percaya diri, yaitu: a. Variabel teramati (X10) adalah kemampuan untuk menggunakan SMS Banking b. Variabel teramati (X11) adalah kepercayaan bahwa teknologi diciptakan untuk mempermudah semua orang
Universitas Sumatera Utara
e10
1
X10 1
e11
1
komponen karakteristik pelanggan percaya diri
X11
Gambar 5.4. Model Pengukuran Percaya Diri 5. Model karakteristik pelanggan keinginan mencari sesuatu yang baru (inherent novelty seeking) Model ini terdiri dari tiga pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten keinginan mencari sesuatu yang baru, yaitu: a. Variabel teramati (XI2) adalah pengalaman baru b. Variabel teramati (X13) adalah rutinitas c. Variabel teramati (X14) adalah aktivitas baru e12
1
1
e13
X12
X13 1
e14
1
komponen karakteristik pelanggan keinginan mencari sesuatu yang baru
X14
Gambar 5.5. Model Pengukuran Keinginan Mencari Sesuatu yang Baru 6. Model karakteristik pelanggan kebutuhan untuk berinteraksi (need for interaction) Model ini terdiri dari tiga pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten kebutuhan untuk berinteraksi, yaitu: a. Variabel teramati (XI5) adalah rasa suka berinteraksi dengan karyawan jasa b. Variabel teramati (X16) adalah rasa suka berinteraksi dengan mesin
Universitas Sumatera Utara
c. Variabel teramati (X17) adalah pelayanan yang menyenangkan dari karyawan jasa e15
1
X15
1
komponen karakteristik pelanggan kebutuhan untuk berinteraksi
X16
e16
1
e17
1
X17
Gambar 5.6. Model Pengukuran Kebutuhan Untuk Berinteraksi 7. Model karakteristik pelanggan kesadaran diri (self consciousness) Model ini terdiri dari tiga pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten kesadaran diri, yaitu: a. Variabel teramati (X18) adalah penampilan b. Variabel teramati (X19) adalah gaya c. Variabel teramati (X20) adalah cara memperlihatkan diri e18
1
1
e19
X18 komponen karakteristik pelanggan kesadarn diri
X19 1
e20
1
X20
Gambar 5.7. Model Pengukuran Kesadaran Diri 8. Model persepsi terhadap faktor situasional Model ini terdiri dari tiga pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten situasional, yaitu: a. Variabel teramati (X21) adalah kehadiran orang lain b. Variabel teramati (X22) adalah waktu menunggu
Universitas Sumatera Utara
c. Variabel teramati (X23) adalah keramaian e21
1
1
e22
X21 komponen persepsi terhadap faktor situasional
X22 1
e23
1
X23
Gambar 5.8. Model Persepsi Terhadap Faktor Situasional 9. Model minat pelanggan terhadap penggunaan SMS Banking Model ini terdiri dari dua pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten minat pelanggan, yaitu: a. Variabel teramati (X24) adalah kemungkinan menggunakan SMS Banking b. Variabel teramati (X25) adalah keinginan menggunakan SMS Banking e24
e25
1
1
X24 1
komponen minat
X25
Gambar 5.9. Model Pengukuran Niat 10. Model sikap pelanggan terhadap penggunaan SMS Banking Model ini terdiri dari dua pertanyaan yang merupakan indikator untuk variabel laten sikap pelanggan, yaitu: a. Variabel teramati (X26) adalah perasaan terhadap teknologi SMS Banking b. Variabel teramati (X27) adalah keberadaan teknologi SMS Banking
Universitas Sumatera Utara
e26
e27
1
1
X25 1
komponen sikap
X26
Gambar 5.10. Model Pengukuran Sikap Jalur yang sudah dibentuk dengan program AMOS dapat dilihat pada gambar 5.11. Setiap variabel yang mempengaruhi pembentukan minat dan sikap dikonversi menjadi gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Konversi Diagram Jalur ke dalam Serangkaian Persamaan Struktural dan Spesifikasi Model Pengukuran Berdasarkan dari kajian teori di atas, dirubah kedalam persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran. Persamaan struktural dari diagram jalur di atas menggambarkan sepuluh diagram laten dan 27 indikatornya sehingga persamaan dari setiap indikator dimasukkan menjadi model pengukuran. Dengan demikian persamaan model pengukuran dapat dibuat sebagai berikut: Konstruk eksogen kemudahan penggunaan (ease of use): X1 = λ1Y1 + e1…………………………(1) X2 = λ2Y1 + e2…………………………(2) X3 = λ3Y1 + e3…………………………(3) Konstruk eksogen kinerja (performance): X4 = λ4Y2 + e4…………………………(4) X5 = λ5Y2 + e5…………………………(5) X6 = λ6Y2 + e6…………………………(6) X7 = λ7Y2 + e7…………………………(7) Konstruk eksogen keceriaan (fun): X8 = λ8Y3 + e8…………………………(8) X9 = λ9Y3 + e9…………………………(9) Konstruk eksogen percaya diri (self efficacy): X10 = λ10Y4 + e10…………………………(10) X11 = λ11Y4 + e11…………………………(11)
Universitas Sumatera Utara
Konstruk eksogen keinginan mencari sesuatu yang baru (inherent novelty seeking): X12 = λ12Y5 + e12…………………………(12) X13 = λ13Y5 + e13…………………………(13) X14 = λ14Y5 + e14…………………………(14) Konstruk eksogen kebutuhan untuk berinteraksi (need for interaction): X15 = λ15Y6 + e15…………………………(15) X16 = λ16Y6 + e16…………………………(16) X17 = λ17Y6 + e17…………………………(17) Konstruk eksogen kesadaran diri (self consciousness): X18 = λ18Y7 + e18…………………………(18) X19 = λ19Y7 + e19…………………………(19) X20 = λ20Y7 + e20…………………………(20) Konstruk eksogen situasional: X21 = λ21Y8 + e21…………………………(21) X22 = λ22Y8 + e22…………………………(22) X23 = λ23Y8 + e23…………………………(23) Konstruk endogen minat pelanggan: X24 = λ24Y9 + e24…………………………(24) X25 = λ25Y9 + e25…………………………(25) Konstruk endogen sikap pelanggan: X26 = λ26Y10 + e26…………………………(26) X27 = λ27Y10 + e27…………………………(27)
Universitas Sumatera Utara
Untuk model struktural dari pengukuran dapat dibuat sebagai berikut: Y9 = bY1 + bY2 + bY3 + bY4 + bY5+ bY6 + bY7 + bY8……………..(28) Y10 = bY1 + bY2 + bY3 + bY4 + bY5+ bY6 + bY7 + bY8 + bY9..………..(29)
5.2.4. Memilih Input Matriks dan Mendapatkan Model Estimate Model persamaan struktural mengakomodasi input matriks dalam bentuk covariance atau korelasi. Untuk analisis faktor konfirmatori kedua jenis input matriks ini dapat digunakan. Namun demikian karena tujuannya adalah mengeksplorasi pola saling hubungan (interrelationship), maka input matriks dalam bentuk korelasi yang digunakan. Program AMOS akan mengkonversikan dari data mentah ke bentuk kovarian atau korelasi lebih dahulu sebagai input analisis. Kemudian untuk estimasi dipilih estimasi Maximum Likelihood (ML) untuk mengestimasi data yang sudah diinput. Estimasi Maximum Likelihood (ML) dipilih karena dengan model estimasi Maximum Likelihood (ML) minimum diperlukan 100 buah sampel. Ketika sampel dinaikkan di atas nilai 100, metode Maximum Likelihood (ML) meningkat sensitivitasnya untuk mendetekasi perbedaan antar data. Begitu sampel menjadi besar, maka metode Maximum Likelihood (ML) menjadi angat sensitive dan selalu menghasilkan perbedaan secara signifikan sehingga ukuran Goodness of Fit menjadi jelek. Jadi dapat direkomendasikan bahwa ukuran sampel antara 100 sampai 200 harus digunakan unutk metode estimasi Maximum Likelihood (ML). Berikut ini adalah tampilan hasil
output
dengan
gambar
diagram
jalur
(path
diagram).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
.53 1 e1
X2
e2
Y1
.83
1
.79
.78
X1
.23
1.00
.20 1 X3
e3
.36
.22 1 X4
e4
1.23
.30 1 .22 X6
e6
.41
Y2
1.57
1
.25
1.36
X5
e5
1.00
.40
.88
.38
.07
.41
.56
1 X7
e7
.24 .33
.45 1 e8
X8
.15 1 e9
.88 1.00
.51
.24
Y3
X9
-.08 .23
.37 .19
1 e10
X10
.93 1
1.26
-.07 .25
-.03
.10
.50
X11
e11
.19
.15
.36
Y4
1.00
.44 .21 1 X12
e12
.06
.00
.97
.29
X25
.00
.10
.04
.12 e25
.03
1 .11 e29
1.00
e24
1 .26
X26
e27
1 .22 e26
-.10
-.04 X15
.93
X24
1
1
-.01
X14
e15
.99
e28
-.15
Y5
1.00
.27 1
.39 1
-.10
-.01
1 .29 1.00
X27
.97
X13
e14
-.07
.76
1 e13
Y10
Y9
.26
-.08
.85
.01
.81
.31
.08
.98
1
Y6
X16
e16
1.00
.35
.08 -.02
1 e17
.02
X17
.00
.23
.22 1 e18
X18
.04
1.02 .79
.07 1.02
1 e19
Y7
X19
.25
1.00 .19 1 e20
X20
.16
.55 1 X21
e21
1.15
.51
.52
1 e22
.60 e23
1.09
X22
1.00
Y8
1 X23
Universitas Sumatera Utara
5.2.5. Menilai Problem Identifikasi Setelah itu diuji dilihat sebaran datanya, apakah terdapat data outlier ataukah tidak atau dengan menguji chi squarenya yang didapatkan dengan bantuan program excel, dengan rumus chiinv(prob,df) = chiinv(0.001,27) = 55,47 angka probabilitas 0.001 dan angka 27 yang merupakan jumlah indikator pada variabel laten, sebelumnya ditampilkan terlebih dahulu ditunjukkan output observations furthest from the centroid dari program AMOS kemudian dihilangkan setiap data yang outlier. Untuk keseluruhan data dapat dilihat pada tabel 5.1. observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance). Tabel 5.1. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
52
69.685
.000
.002
121
64.586
.000
.000
49
63.250
.000
.000
54
59.471
.000
.000
21
51.228
.003
.000
112
49.698
.005
.000
65
48.561
.007
.000
88
47.919
.008
.000
133
47.875
.008
.000
116
47.759
.008
.000
102
47.333
.009
.000
103
47.096
.010
.000
140
45.484
.014
.000
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
124
43.176
.025
.000
51
41.714
.035
.000
123
41.558
.036
.000
2
40.644
.045
.000
113
40.305
.048
.000
94
39.645
.055
.000
69
38.940
.064
.001
1
38.291
.073
.001
26
38.185
.075
.001
107
37.469
.087
.002
128
37.108
.093
.003
129
37.088
.093
.001
56
37.073
.094
.001
38
36.584
.103
.001
43
36.408
.107
.001
11
36.138
.112
.001
15
35.688
.122
.002
64
35.473
.127
.001
12
35.394
.129
.001
126
34.590
.150
.005
77
34.515
.152
.003
53
34.266
.158
.003
55
34.160
.161
.003
14
34.070
.164
.002
39
33.789
.172
.002
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
74
33.770
.173
.001
29
33.510
.181
.002
7
32.946
.199
.005
114
32.593
.211
.008
62
32.202
.225
.015
115
32.009
.232
.016
105
31.374
.256
.049
92
31.340
.257
.036
32
30.945
.273
.062
93
30.740
.282
.068
125
30.525
.291
.076
66
30.331
.300
.083
75
30.033
.313
.111
25
29.978
.315
.091
19
29.977
.315
.066
41
29.837
.322
.064
137
29.398
.342
.119
71
28.867
.367
.237
76
28.748
.373
.228
122
28.604
.380
.229
3
27.862
.418
.500
111
27.835
.419
.446
30
27.664
.428
.463
119
26.851
.472
.780
80
26.755
.477
.766
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
42
26.387
.497
.849
13
26.324
.501
.828
135
25.852
.527
.919
50
25.675
.537
.928
31
25.584
.542
.921
67
25.547
.544
.902
5
25.458
.549
.893
104
25.308
.557
.899
82
25.234
.561
.886
110
25.058
.571
.899
36
24.110
.624
.992
44
23.990
.631
.992
86
23.906
.636
.990
37
23.711
.646
.993
18
23.313
.668
.998
46
23.090
.680
.998
34
22.867
.692
.999
60
22.648
.704
.999
22
21.812
.747
1.000
45
21.629
.756
1.000
70
21.571
.759
1.000
108
21.571
.759
1.000
28
21.271
.773
1.000
134
21.224
.776
1.000
47
21.162
.779
1.000
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
99
20.965
.788
1.000
63
20.673
.801
1.000
68
20.464
.811
1.000
72
20.382
.814
1.000
91
20.339
.816
1.000
10
19.987
.831
1.000
139
19.944
.833
1.000
95
19.699
.843
1.000
131
19.623
.846
1.000
101
19.523
.850
1.000
35
19.236
.861
1.000
4
19.193
.863
1.000
Angka-angka pada tabel di atas menunjukkkan seberapa jauh jarak sebuah data dari titik pusat tertentu, jarak tersebut diukur dengan metode Mahalanobis. Semakin jauh jarak sebuah data dengan titik pusat (centroid), semakin ada kemungkinan data masuk dalam kategori outlier, atau data yang sangat berbeda dengan data lainnya. Perhatikan data pada tabel yang menunjukkan urutan besar Mahalanobis Distance, dari yang terbesar sampai terkecil. Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,001. Pada data di atas, angka diurutkan mulai dari nomor data yang mempunyai jarak terbesar. Dari 140 data, data nomor 49, 52, 54, 121 dapat dianggap data outlier, karena pada kolom p1 dan p2 mempunyai nilai yang kurang
Universitas Sumatera Utara
dari 0,001. Jika data mempunyai angka yang sudah di atas 0,001, maka dapat dianggap bukan outlier. Pada uji normalitas yang pertama sudah tidak didapatkan lagi data outlier. Dan data observasi pada uji yang pertama dapat dilihat pada tabel 5.10. observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance). Tabel 5.10. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
62
52.184
.003
.291
21
51.068
.003
.079
109
50.526
.004
.017
129
50.162
.004
.003
100
49.815
.005
.001
85
49.634
.005
.000
99
48.318
.007
.000
50
46.955
.010
.000
113
46.814
.010
.000
136
46.248
.012
.000
120
45.951
.013
.000
91
45.651
.014
.000
2
45.577
.014
.000
119
42.969
.026
.000
2
45.577
.014
.000
119
42.969
.026
.000
110
42.068
.032
.000
26
40.719
.044
.000
66
39.820
.053
.001
1
39.322
.059
.001
104
38.978
.064
.001
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
53
38.821
.066
.001
38
38.621
.069
.000
43
38.247
.074
.000
11
38.091
.076
.000
61
37.974
.078
.000
124
36.944
.096
.001
125
36.584
.103
.001
15
36.568
.103
.001
51
36.091
.113
.001
12
35.633
.124
.002
122
35.246
.133
.003
7
35.158
.135
.002
39
35.102
.136
.001
52
34.588
.150
.003
74
34.304
.157
.004
29
34.206
.160
.002
14
33.992
.166
.002
111
33.759
.173
.003
59
33.590
.178
.002
71
33.342
.186
.003
90
33.255
.189
.002
102
33.072
.195
.002
25
32.013
.232
.024
89
31.901
.236
.020
32
31.514
.251
.034
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis dsquared
p1
p2
112
31.424
.254
.027
72
31.161
.265
.035
49
31.044
.269
.030
121
30.660
.285
.051
19
30.520
.291
.049
63
30.493
.292
.035
73
30.327
.300
.036
30
29.838
.321
.078
41
29.525
.336
.109
133
29.185
.352
.156
3
29.148
.354
.126
68
28.875
.367
.160
79
28.632
.379
.190
42
28.593
.381
.157
108
28.244
.399
.225
118
28.131
.404
.214
13
28.094
.406
.179
64
27.933
.414
.186
77
27.064
.460
.507
131
26.984
.465
.478
5
26.872
.471
.467
116
26.616
.485
.528
31
26.325
.501
.607
101
25.671
.537
.829
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
107
25.599
.541
.809
47
25.110
.568
.911
36
25.041
.572
.897
37
24.685
.592
.942
88
24.500
.602
.950
44
23.971
.632
.986
83
23.743
.645
.990
18
22.907
.690
1.000
34
22.850
.693
.999
4
22.805
.695
.999
45
22.780
.697
.998
46
22.696
.701
.998
57
22.415
.716
.999
96
22.381
.718
.999
98
21.999
.737
1.000
17
21.849
.745
1.000
22
21.566
.759
1.000
65
21.518
.761
1.000
67
21.500
.762
1.000
105
21.500
.762
.999
130
21.366
.769
.999
28
21.202
.777
.999
135
21.038
.784
.999
6
20.985
.787
.999
60
20.809
.795
.999
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Lanjutan) Observation number
Mahalanobis d-squared
p1
p2
127
20.743
.798
.999
10
20.603
.805
.999
69
20.130
.825
1.000
23
19.957
.833
1.000
75
19.549
.849
1.000
92
19.382
.856
1.000
54
19.211
.862
1.000
Dari tabel di atas, dapat diperhatikan nilai p1 dan p2 berada di atas 0,001 sehingga tidak perlu dilakukan penghapusan data outlier lagi, dan data sudah dianggap berdistribusi normal, dan dapat melangkah ke tahap selanjutnya.
5.2.6. Mengevaluasi Model dengan Kriteria Goodness of Fit Menilai goodness-of-fit merupakan tujuan utama dalam persamaan structural yaitu ingin mengetahui sampai seberapa jauh model “fit” atau cocok dengan data. Jika didapat goodness-of-fit yang jelek, langkah selanjutnya mendeteksi sumber penyebab “misfit” dalam model. Hal ini dapat dilihat dari: (a) Kelayakan Parameter Estimate Langkah awal dalam menilai fit terhadap parameter individu dalam model adalah menentukan kelayakan nilai estimasi. Nilai estimasi parameter harus memberikan tanda (besaran sign and size) yang benar dan konsisten dengan teori yang ada. Jika ada nilai estimasi yang tidak memenuhi kriteria, ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
indikasi bahwa model mungkin salah atau matrix input tidak cukup memberikan informasi. Beberapa indikasi ini dapat dilihat jika ada nilai korelasi >1.00 serta nilai varian negatif. (b) Kesesuaian Nilai Standard Errors Selanjutnya yang dilakukan adalah penilaian identifikasi model, semua sampel yang ditampilkan disajikan dalam bentuk matriks antar variabel, nilai ini juga menyajikan hubungan kovarians antara variabel yang satu dengan yang lain, dengan contoh seperti dibawah ini: 1. Kovarians antara variabel keberadaan SMS Banking dengan variabel perasaan terhadap teknologi SMS Banking adalah 0,756 2. Varians variabel keberadaan SMS Banking 0,962 Untuk keseluruhan nilai dari sampel kovarians dari seluruh variabel terdapat pada tabel 5.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Sample Covariances
X27 X26 X25 X24 X18 X19 X20 X15 X16 X17 X21 X22 X23 X12 X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3
X27 .962 .756 .752 .732 .013 -.056 -.016 .006 -.074 .034 -.001 .068 -.023 .385 .284 .320 .473 .267 .408 .403 .496 .459 .584 .404 .526 .449 .557
X26
X25
X24
X18
X19
X20
X15
X16
X17
X21
X22
X23
X12
1.044 .746 .781 -.008 -.088 -.056 .016 -.109 .031 .064 .138 .041 .263 .237 .239 .543 .326 .421 .443 .483 .448 .615 .447 .631 .572 .679
1.037 .928 -.052 -.105 -.050 .024 -.059 .063 .032 .082 -.017 .385 .334 .360 .561 .311 .425 .434 .485 .445 .601 .424 .567 .544 .662
.978 -.084 -.163 -.098 -.012 -.100 .000 -.006 .086 -.001 .361 .296 .353 .547 .357 .411 .412 .481 .442 .586 .482 .577 .541 .672
1.013 .817 .792 .223 .223 .224 .202 .071 .214 .114 .062 .110 -.031 -.326 -.003 .040 -.057 .044 .097 -.127 .006 -.039 -.038
.897 .802 .185 .212 .170 .217 .052 .250 .072 .100 .096 -.053 -.365 -.055 -.018 -.060 .010 .046 -.200 -.056 -.073 -.085
.967 .196 .279 .286 .220 .085 .236 .075 .105 .140 -.036 -.384 -.055 .022 -.059 .034 .069 -.192 -.056 -.073 -.082
.966 .723 .748 .195 .295 .226 -.043 -.115 -.062 -.048 -.424 .043 .105 .042 -.030 -.026 -.241 -.019 -.098 -.026
1.041 .809 .186 .349 .319 -.015 .014 -.062 -.121 -.452 -.061 -.009 -.043 -.120 -.066 -.311 -.118 -.152 -.100
1.133 .196 .370 .159 .058 .048 -.055 -.059 -.425 .043 .156 .056 -.018 .007 -.207 -.087 -.089 -.012
1.224 .676 .614 -.026 .049 .044 .028 -.126 .160 .088 .091 -.039 .099 -.145 -.062 .064 .003
1.099 .604 .064 .146 .044 .081 -.226 .103 .074 .150 -.040 .095 -.192 -.100 -.040 -.026
1.103 .054 .111 .059 -.024 -.177 .081 .063 .069 -.034 .028 -.090 -.078 .071 -.067
.913 .695 .710 .324 .124 .214 .241 .297 .378 .375 .163 .337 .280 .417
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Sample Covariances (Lanjutan) X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X27 X26 X25 X24 X18 X19 X20 X15 X16 X17 X21 X22 X23 X12 X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3
.970 .695 .378 .170 .199 .226 .238 .294 .308 .109 .256 .214 .380
1.000 .360 .121 .254 .272 .268 .368 .371 .140 .353 .298 .408
.894 .488 .264 .261 .401 .362 .478 .286 .432 .474 .537
1.278 .147 .101 .250 .231 .257 .727 .291 .349 .355
.809 .491 .200 .321 .326 .312 .299 .355 .408
.673 .285 .390 .399 .228 .272 .369 .406
.608 .483 .511 .277 .367 .381 .426
.748 .530 .396 .375 .450 .483
.833 .336 .401 .478 .612
X7
X1 X2 X3
1.133 .304 .958 .333 .486 .791 .402 .566 .681 .946
Universitas Sumatera Utara
Implied covarians merupakan kovarians estimasi, nilai ini diperlukan untuk penilaian sebuah model, dengan mendapatkan selisih antara kovarians sampel dengan kovarians estimasi didapatkan residual covarians, yang merupakan kunci penilaian sebuah model, semakin kecil angka kovarians residual yang didapat menandakan model semakin fit atau data (observasi) mendukung keberadaan model. Sebaliknya semakin besar angka kovarians residual yang didapat menandakan model tidak fit dengan data yang ada. Untuk keseluruhan nilai dari implied kovarians dari seluruh variabel terdapat pada tabel 5.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Implied Covariances
X27 X26 X25 X24 X18 X19 X20 X15 X16 X17 X21 X22 X23 X12 X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3
X27 .962 .756 .715 .723 -.049 -.050 -.048 -.019 -.020 -.021 .059 .063 .055 .273 .267 .277 .466 .374 .376 .412 .455 .486 .553 .342 .456 .516 .607
X26
X25
X24
X18
X19
X20
X15
X16
X17
X21
X22
X23
X12
1.044 .778 .787 -.053 -.054 -.053 -.020 -.022 -.022 .065 .069 .060 .297 .290 .301 .507 .407 .410 .448 .495 .529 .602 .372 .496 .561 .661
1.037 .928 -.120 -.121 -.118 -.027 -.030 -.031 .038 .040 .035 .344 .336 .348 .526 .422 .386 .422 .468 .500 .569 .352 .499 .564 .665
.978 -.121 -.123 -.119 -.028 -.030 -.031 .038 .041 .035 .348 .339 .352 .531 .427 .390 .427 .473 .505 .575 .355 .504 .570 .672
1.013 .816 .792 .197 .213 .219 .150 .160 .138 .093 .090 .094 -.115 -.092 -.009 -.010 -.002 -.002 -.002 -.001 -.056 -.063 -.074
.897 .803 .199 .216 .222 .152 .162 .140 .094 .092 .095 -.116 -.093 -.010 -.010 -.002 -.002 -.002 -.001 -.056 -.064 -.075
.967 .193 .209 .216 .148 .157 .136 .091 .089 .092 -.113 -.091 -.009 -.010 -.002 -.002 -.002 -.001 -.055 -.062 -.073
.966 .725 .747 .252 .268 .232 -.021 -.020 -.021 -.149 -.119 .052 .057 -.030 -.032 -.036 -.022 -.057 -.064 -.076
1.041 .809 .273 .291 .251 -.022 -.022 -.023 -.161 -.129 .057 .062 -.032 -.034 -.039 -.024 -.062 -.070 -.082
1.133 .282 .300 .259 -.023 -.023 -.023 -.166 -.133 .059 .064 -.033 -.035 -.040 -.025 -.063 -.072 -.084
1.224 .676 .584 .060 .059 .061 -.008 -.006 .078 .086 .044 .047 .054 .033 -.017 -.019 -.022
1.099 .622 .064 .062 .065 -.009 -.007 .083 .091 .047 .050 .057 .035 -.018 -.020 -.024
1.103 .055 .054 .056 -.007 -.006 .072 .079 .041 .044 .050 .031 -.015 -.017 -.020
.913 .688 .714 .320 .257 .225 .246 .292 .312 .355 .219 .285 .323 .380
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Implied Covariances (Lanjutan) X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3 X27 X26 X25 X24 X18 X19 X20 X15 X16 X17 X21 X22 X23 X12 X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3
.970 .697 1.000 .312 .324 .894 .251 .260 .488 1.278 .220 .228 .225 .181 .809 .240 .250 .246 .198 .491 .673 .285 .296 .370 .297 .287 .314 .608 .305 .316 .395 .318 .307 .335 .451 .748 .346 .359 .450 .361 .349 .381 .513 .548 .833 .214 .222 .278 .223 .216 .236 .317 .339 .386 1.133 .279 .289 .401 .322 .288 .315 .351 .376 .427 .264 .958 .315 .327 .453 .364 .326 .356 .397 .425 .483 .299 .501 .791 .371 .385 .534 .429 .384 .420 .468 .500 .569 .352 .591 .668 .946
Universitas Sumatera Utara
Contoh penafsiran angka pada nilai-nilai tabel di atas dapat ditunjukkan seperti contoh di bawah ini: 1. Kovarians antara variabel keberadaan SMS Banking dengan variabel perasaan terhadap teknologi SMS Banking adalah 0,756 2. Varians variabel keberadaan SMS Banking 0,962 Sehingga kovarians residual untuk variabel keberadaan SMS Banking dengan variabel perasaan terhadap teknologi SMS Banking adalah 0.756-0.756= 0, untuk keseluruhan nilai dari kovarians residual dari seluruh variabel terdapat pada tabel 5.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Residual Covariances
X27 X26 X25 X24 X18 X19 X20 X15 X16 X17 X21 X22 X23 X12 X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3
X27 .000 .000 .037 .009 .062 -.006 .032 .024 -.054 .055 -.061 .005 -.077 .112 .017 .043 .007 -.107 .031 -.009 .041 -.028 .031 .062 .070 -.067 -.051
X26
X25
X24
X18
X19
X20
X15
X16
X17
X21
X22
X23
X12
.000 -.032 -.005 .045 -.034 -.004 .036 -.087 .054 -.001 .070 -.019 -.035 -.054 -.062 .037 -.081 .011 -.005 -.013 -.081 .012 .075 .135 .011 .018
.000 .000 .067 .016 .068 .051 -.029 .094 -.006 .042 -.052 .041 -.002 .012 .036 -.111 .039 .011 .017 -.055 .033 .072 .068 -.020 -.003
.000 .037 -.041 .021 .015 -.070 .031 -.044 .045 -.036 .013 -.043 .001 .016 -.070 .021 -.015 .008 -.063 .011 .127 .073 -.029 .000
.000 .001 -.001 .026 .010 .005 .051 -.089 .076 .021 -.029 .016 .084 -.233 .006 .051 -.055 .046 .099 -.126 .061 .024 .036
.000 .000 -.014 -.003 -.052 .065 -.110 .110 -.022 .008 .000 .063 -.271 -.046 -.008 -.058 .012 .048 -.199 .000 -.009 -.010
.000 .002 .069 .070 .072 -.072 .100 -.017 .016 .047 .076 -.293 -.045 .032 -.058 .036 .071 -.190 -.002 -.011 -.009
.000 -.002 .002 -.057 .027 -.006 -.022 -.094 -.042 .101 -.305 -.009 .047 .072 .001 .010 -.218 .038 -.033 .050
.000 .001 -.087 .058 .068 .007 .036 -.040 .040 -.323 -.118 -.071 -.011 -.085 -.027 -.287 -.057 -.082 -.018
.000 -.086 .071 -.100 .081 .070 -.032 .107 -.292 -.016 .092 .089 .017 .047 -.183 -.023 -.017 .072
.000 .000 .030 -.086 -.009 -.017 .036 -.120 .082 .002 .046 -.087 .045 -.179 -.045 .082 .025
.000 -.018 .000 .083 -.021 .090 -.219 .020 -.018 .103 -.090 .037 -.227 -.083 -.020 -.003
.000 -.001 .057 .003 -.017 -.171 .009 -.016 .028 -.078 -.022 -.121 -.063 .088 -.047
.000 .007 -.005 .004 -.133 -.011 -.006 .005 .066 .020 -.056 .051 -.043 .037
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Residual Covariances (Lanjutan) X13 X14 X10 X11 X8 X27 X26 X25 X24 X18 X19 X20 X15 X16 X17 X21 X22 X23 X12 X13 X14 X10 X11 X8 X9 X4 X5 X6 X7 X1 X2 X3
X9
X4
X5
X6 X7 X1 X2 X3
.000 -.002 .000 .066 .036 .000 -.081 -.139 .000 .000 -.021 .026 .039 -.034 .000 -.014 .023 .015 -.097 .000 .000 -.047 -.027 .031 -.047 -.087 -.029 .000 -.011 .052 -.034 -.087 .015 .054 .032 .000 -.039 .012 .028 -.104 -.022 .018 -.002 -.018 .000 -.105 -.083 .008 .504 .096 -.008 -.040 .057 -.049 .000 -.022 .064 .031 -.031 .011 -.043 .016 .000 -.026 .039 .000 -.101 -.029 .021 -.015 .030 .013 -.016 .026 -.005 .035 -.016 .000 .009 .023 .004 -.074 .024 -.013 -.042 -.017 .043 .050 -.025 .013 .000
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini, model dapat dievaluasi dengan menggunakan beberapa uji yaitu, absolute fit indices, incremental fit indices, parsimony fit indices. Nilai-nilai ini hanya didapatkan dari program AMOS. 1. Absolute fit indices Ukuran fundamental dari overall fit adalah likelihood-ratio chi-square (X2). Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α). Sebaliknya nilai chi-square yang kecil akan menghasilkan ni/lai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. Dengan membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel, dimana untuk X2 hitung dari output AMOS didapat angka 467,401 sedangkan X2 tabel dengan menggunakan fungsi Excel = chiinv (0.001,279) didapat angka 357,729. Selain itu dengan melihat angka probabilitas pada output AMOS, terlihat angka probability level (p) adalah 0,000 yang lebih kecil dari 0,001. Dari seluruh perbandingan dapat dilihat bahwa X2 hitung > X2 tabel yaitu 467,401 > 357,729 dan p < 0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak fit dengan data yang ada. Untuk memperbaiki model fit maka loading factor untuk indikator yang nilainya rendah yaitu di bawah 0,5 dikeluarkan dari model yaitu indikator X7 (efisiensi).
Universitas Sumatera Utara
Kemudian pada model dilakukan re-estimasi untuk mendapatkan model yang baru. Setelah dilakukan kalkulasi estimasi dari model yang telah di re-estimasi, namun model tetap belum bisa diuji, karena belum dapat diidentifikasi. Hal ini dapat dilihat pada tampilan AMOS yang menyatakan bahwa “model unidentified”. Pada model tersebut terjadi identification problem, sehingga model perlu diberi batasan tambahan (additional constraint) sejumlah parameter agar dapat diidentifikasi dan dapat diproses lebih jauh. Penambahan parameter diberikan pada variabel Y2 (kinerja) yang merupakan varians yang unidentified. Setelah dilakukan perbaikan model, proses akan diulang sekali lagi. Untuk itu dilakukan kalkulasi estimasi ulang. Hasil yang diperoleh adalah nilai chi - square 310,955 dengan probabilitas p=0.005. a. CMIN/DF CMIN/DF adalah nilai chi-square dibagi dengan derajat kebebasan. Nilai ratio 5 atau < 5 merupakan ukuran yang reasonable. Dengan program Amos didapatkan tampilan sebagai berikut: Tabel 5.6. Hasil CMIN Model
CMIN
DF
CMIN/DF
Default model
310.955
249
1.249
Saturated model
.000
0
Independence model
2844.882
325
8.753
Angka CMIN menunjukkan angka 310.955, nilai default modelnya berada antara CMIN saturated model (0.000) dan CMIN independence model(2844.882). Angka ini menunjukkan bahwa model ini adalah model yang bagus karena angka
Universitas Sumatera Utara
CMIN yang dimiliki oleh default model berada di antara saturated model dan independence model.
b. GFI (Goodness of Fit Index) Alat uji GFI memungkinkan pengaruh jumlah sampel menjadi kurang sensitif dalam proses pengambilan keputusan. Secara teoritis, angka GFI berkisar antara 0 – 1 dengan pedoman bahwa semakin hasil GFI mendekati angka 1, akan semakin baik model tersebut dalam menjelaskan data yang ada. Dengan program Amos didapatkan tampilan sebagai berikut: Tabel 5.7. Hasil GFI Model
GFI
Default model
.865
Saturated model
1.000
Independence model
.242
Terlihat angka GFI yang besar (mendekati 1) yaitu 0.865. Hal ini menunjukkan bahwa model sudah fit.
c. RMR (Root Mean Residual) Alat uji ini pada dasarnya menghitung residu atau selisih kovarians sampel dengan kovarian estimate. Secara logika, semakin kecil hasil RMR tentu akan semakin baik, yang menandakan semakin dekatnya angka pada sampel dengan estimasinya. Dengan demikian, justru jika angka RMR semakin besar, hal ini
Universitas Sumatera Utara
menandakan model tidak fit, karena selisih antara sampel dengan estimasi yang besar pula. Dengan program Amos didapatkan tampilan sebagai berikut: Tabel 5.8. Hasil RMR Model
RMR
Default model
.042
Saturated model
.000
Independence model
.315
Terlihat angka RMR yang sangat kecil (mendekati 0). Hal ini menunjukkan bahwa kovarians sampel mendekati angka kovarians estimasi.
2. Increamental fit measures Increamental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model yang sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya. a. AGFI (Adjusted Goodnes-of Fit Index) Adjusted Goodnes-of Fit Index merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan antara 0 sampai 1. Dengan program Amos didapatkan tampilan sebagai berikut: Tabel 5.9. Hasil AGFI Model
AGFI
Default model
.810
Saturated model Independence model
.181
Universitas Sumatera Utara
Terlihat angka AGFI yang besar (mendekati 1) yaitu 0810. Hal ini menunjukkan bahwa model sudah fit.
b. TLI (Tucker-Lewis Index) Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony ke dalam indeks komparasi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.
c. NFI (Normed Fit Index) Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1 (perfect fit). Dengan program Amos didapatkan tampilan sebagai berikut: Tabel 5.10. Hasil Baseline Comparisons NFI
TLI
Delta1
rho2
Default model
.891
.968
Saturated model
1.000
Independence model
.000
Model
.000
Terlihat alat ukur (NFI dan CFI) semua menunjukkan angka yang tinggi. Dengan demikian dari ukuran incremental fit indices menunjukkan bahwa model sudah fit.
Universitas Sumatera Utara
3. Parsimonious Fit Measures Kelompok pengujian ini membandingkan model yang komples dengan model sederhana (parsimoni atau ringkas). Karena itu, alat ukur sebenarnya tidak efektif untuk mengukur model tunggal (single model), namun akan efektif saat membandingkan dua model, yang terdiri dari model kompleks dan model yang lebih sederhana. Tabel 5.11. Parsimony-Adjusted Measures Model
PRATIO
PNFI
PCFI
Default model
.766
.682
.747
Saturated model
.000
.000
.000
Independence model
1.000
.000
.000
Dari angka-angka di atas, terlihat model tetap fit, karena angka berada di antara range values, yakni antara 0 sampai 1.
4. Measurement Model Fit Setelah keseluruhan model fit dievaluasi, maka langkah berikutnya adalah pengukuran setiap konstruk untuk menilai unidimensionalitas dan reliabilitas dari kontruk. Unidimensionalitas adalah asumsi yang
melandasi perhitungan
reliabilitas dan ditunjukkan ketika indikator suatu kontruk memiliki acceptable fit satu single factor (one dimensional) model. Pendekatan untuk menilai measurement model adalah mengukur composite reliability dan variance extracted untuk setiap konstruk. Reliability adalah ukuran internal consistency indikator suatu konstruk. Hasil reliabilitas
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi memberikan keyakinan bahwa indikator individu semua konsisten dengan pengukurannya. Tingkat reliabilitas yang diterima secara umum adalah > 0.70. Reliabilitas tidak menjamin adanya validitas. Validitas adalah ukuran sampai sejauh mana suatu indikator secara akurat mengukur apa yang ingin diukur. Ukuran reliabilitas yang lain adalah variance extracted sebagai pelengkap ukuran construct reliability. Angka yang direkomendasikan untuk nilai variance extracted > 0.50. Untuk perhitungan reliabilitas konstruk dapat dilihat pada perhitungan di bawah, dan untuk nilai standard loadingnya dapat diambil dari nilai standardized regression weight. Tabel 5.12. Standardized Regression Weights Estimate Y9 <--- Y1 .413 Y9 <--- Y2 .255 Y9 <--- Y3 .109 Y9 <--- Y8 .041 Y9 <--- Y4 .140 Y9 <--- Y5 -.018 Y9 <--- Y7 -.105 Y9 <--- Y6 .035 X19 <--- Y7 .960 Y10 <--- Y9 .542 Y10 <--- Y1 .145 Y10 <--- Y2 .295
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Standardized Regression Weights (Lanjutan) Estimate Y10 <--- Y3
.099
Y10 <--- Y4
.039
Y10 <--- Y5
-.141
Y10 <--- Y6
-.016
Y10 <--- Y7
.038
Y10 <--- Y8
.042
X3 <--- Y1
.912
X2 <--- Y1
.850
X1 <--- Y1
.680
X6 <--- Y2
.872
X5 <--- Y2
.796
X4 <--- Y2
.837
X9 <--- Y3
.895
X8 <--- Y3
.744
X11 <--- Y4
.428
X10 <--- Y4
.958
X14 <--- Y5
.855
X13 <--- Y5
.828
X12 <--- Y5
.871
X23 <--- Y8
.696
X22 <--- Y8
.828
X21 <--- Y8
.683
X17 <--- Y6
.863
X16 <--- Y6
.871
X15 <--- Y6
.834
X20 <--- Y7
.898
X18 <--- Y7
.892
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Standardized Regression Weights (Lanjutan) Estimate X24 -
Y9
.979
X25 <--- Y9
.942
X26 <--- Y10 .888 X27 <--- Y10 .850 X11 <--- Y6
Re liabitas konstruk =
-.338
(Jumlah dari standard loading) 2 (jumlah dari standard loading) 2 + jumlah kesalahan pengukuran
Jumlah standard loading: 1. konstruk kemudahan penggunaan = 0,413 + 0,145 + 0,912 + 0,850 +0,680 = 3,000 2. konstruk kinerja = 0,255 + 0,295 +0,872 + 0,796 + 0,837 = 3,055 3. konstruk keceriaan = 0,109 + 0,099 + 0,895 + 0,744 = 1,847 4. konstruk percaya diri = 0,140 + 0,039 + 0,428 + 0,958 = 1,565 5. konstruk keinginan mencari sesuatu yang baru = 0,018 + 0,141 + 0,855 + 0,828 + 0,871 = 2,713 6. konstruk kebutuhan untuk berinteraksi = 0,035 + 0,016 + 0,863 + 0,871 + 0,834 + 0,338 = 2,957 7. konstruk kesadaran diri = 0,105 + 0,960 + 0,038 + 0,898 + 0,892 = 2,893 8. konstruk situasional = 0,041 + 0,042 + 0,696 + 0,828 + 0,683 = 2,29 9. konstruk minat pelanggan = 0,542 + 0,979 + 0,942 = 2,463 10. konstruk sikap pelanggan = 0,888 + 0,850 = 1,738
Universitas Sumatera Utara
Jumlah kesalahan pengukuran = 1 – (standard loading)2 Jumlah kesalahan pengukuran (measurement error): 1. konstruk kemudahan penggunaan = 0,829 + 0,979 + 0,168 + 0,278 +0,538 = 2,792 2. konstruk kinerja = 0,935 + 0,913 + 0,240 + 0,366 + 0,299 = 2,753 3. konstruk keceriaan = 0,988 + 0,990 + 0,199 + 0,446 = 2,624 4. konstruk percaya diri = 0,980 + 0,998 + 0,817 + 0,082 = 2,878 5. konstruk keinginan mencari sesuatu yang baru = 1,000 + 0,980 + 0,269 + 0,314 + 0,241 = 2,805 6. konstruk kebutuhan untuk berinteraksi = 0,999 + 1,000 + 0,255 + 0,241 + 0,304 + 0,886 = 3,685 7. konstruk kesadaran diri = 0,992 + 0,998 + 0,194 + 0,078 + 0,204 = 2,466 8. konstruk situasional = 0,998 + 0,998 + 0,516 + 0,314 + 0,534 = 3,360 9. konstruk minat pelanggan = 0,708 + 0,039 + 0,114 = 0,860 10. konstruk sikap pelanggan = 0,211 + 0,277 = 0,489 Realibilitas konstruk kemudahan penggunaan =
Realibilitas konstruk kinerja =
(3,000) 2 = 0.763 (3,000) 2 + 2,792
(3,055) 2 = 0.772 (3,055) 2 + 2,753
Realibilitas konstruk keceriaan =
(1,847) 2 = 0.565 (1,847) 2 + 2,624
Realibilitas konstruk percaya diri =
(1,565) 2 = 0.460 (1,565) 2 + 2,878
Universitas Sumatera Utara
Realibilitas konstruk keinginan mencari sesuatu yang baru =
(2,713) 2 = 0,724 (2,713) 2 + 2,805
(2,957) 2 = 0.703 Realibilitas konstruk kebutuhan untuk berinteraksi = (2,957) 2 + 3,685 Realibilitas konstruk kesadaran diri =
(2,893) 2 = 0.772 (2,893) 2 + 2,466
(2,29) 2 = 0.609 Realibilitas konstruk situasional = (2,29) 2 + 3,360 Realibilitas konstruk minat pelanggan =
Realibilitas konstruk sikap pelanggan =
Variance extracted =
(2,463) 2 = 0.876 (2,463) 2 + 0,860
(1,738) 2 = 0.861 (1,738) 2 + 0,489
jumlah kuadrat standard loading jumlah indikator
Variance extracted kemudahan penggunaan =
Variance extracted kinerja =
0,171 + 0,021 + 0,832 + 0,722 + 0,462 = 0,736 3
0,065 + 0,087 + 0,76 + 0,634 + 0,701 = 0,562 4
Variance extracted keceriaan =
0,012 + 0,01 + 0,801 + 0,554 = 0,689 2
Variance extracted percaya diri =
0,02 + 0,002 + 0,183 + 0,918 = 0,562 2
Variance extracted keinginan mencari sesuatu yang baru 0,000 + 0,02 + 0,731 + 0,686 + 0,759 = = 0,732 3
Universitas Sumatera Utara
Variance extracted kebutuhan untuk ber int eraksi =
Variance extracted kesadaran diri =
Variance extracted situasional =
0,001 + 0,745 + 0,759 + 0,696 + 0,114 = 0,772 3
0,008 + 0,002 + 0,806 + 0,922 + 0,796 = 0,843 3
0,002 + 0,002 + 0,484 + 0,686 + 0,466 = 0,547 3
Variance extracted min at pelanggan =
Variance extracted sikap pelanggan =
0,292 + 0,958 + 0,887 = 1,068 2
0,789 + 0,723 = 0,756 2
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan di atas, terdapat 3 buah konstruk yang nilainya berada di bawah nilai reliabilitas yang direkomendasikan yaitu 0,7. Konstruk-konstruk tersebut adalah konstruk keceriaan, percaya diri dan situasional. Sedangkan untuk variance extracted semua nilai berada di atas nilai yang direkomendasikan yaitu 0,5 yang dapat dijadikan tanda adanya konvergensi yang memadai.
5.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model Ketika
model
mempertimbangkan
dinyatakan
dilakukannya
diterima,
modifikasi
maka
model
peneliti
untuk
dapat
memperbaiki
penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Pengukuran model dilakukan modification indices, nilai modification indices sama dengan terjadinya penurunan chi-square jika koefisien diestimasi. Berikut adalah modifikasi yang diusulkan oleh program AMOS untuk menurunkan nilai chi square, yang berguna untuk membuat model lebih fit, penurunan chi square yang dihasilkan dari 452,8 menjadi 381,2 dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian model lebih fit lagi. Untuk penjelasan dari model modifikasi dapat dilihat pada tabel 5.21. Hubungan antar variabel model modifikasi.
Tabel 5.13. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi Hubungan antar
Nilai
variable
Hubungan
Keterangan
Y1 dan X1
0.680
Pengaruh Y1 terhadap X1 kuat
Y1 dan X2
0.850
Pengaruh Y1 terhadap X2 sangat kuat
Y1 dan X3
0.912
Pengaruh Y1 terhadap X3 sangat kuat
Y2 dan X4
0.837
Pengaruh Y2 terhadap X4 sangat kuat
Y2 dan X5
0.796
Pengaruh Y2 terhadap X5 sangat kuat
Y2 dan X6
0.872
Pengaruh Y2 terhadap X6 sangat kuat
Y3 dan X8
0.744
Pengaruh Y3 terhadap X8 kuat
Y3 dan X9
0.895
Pengaruh Y3 terhadap X9 sangat kuat
Y4 dan X10
0.958
Pengaruh Y4 terhadap X10 sangat kuat
Y4 dan X11
0.428
Pengaruh Y4 terhadap X11 cukup kuat
Y5 dan X12
0.871
Pengaruh Y5 terhadap X12 sangat kuat
Y5 dan X13
0.828
Pengaruh Y5 terhadap X13 sangat kuat
Y5 dan X14
0.855
Pengaruh Y5 terhadap X14 sangat kuat
Y6 dan X15
0.834
Pengaruh Y6 terhadap X15 sangat kuat
Y6 dan X16
0.871
Pengaruh Y6 terhadap X16 sangat kuat
Y6 dan X17
0.863
Pengaruh Y6 terhadap X17 sangat kuat
Y7 dan X18
0.892
Pengaruh Y7 terhadap X18 sangat kuat
Y7 dan X19
0.960
Pengaruh Y7 terhadap X19 sangat kuat
Y7 dan X20
0.898
Pengaruh Y7 terhadap X20 sangat kuat
Y8 dan X21
0.683
Pengaruh Y8 terhadap X21 kuat
Y8 dan X22
0.828
Pengaruh Y8 terhadap X22 sangat kuat
Y8 dan X23
0.696
Pengaruh Y8 terhadap X23 kuat
Y1 dan Y2
0.805
Y1 dan Y2 saling mempengaruhi sangat kuat
Y1 dan Y3
0.642
Y1 dan Y3 saling mempengaruhi kuat
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi (Lanjutan) Hubungan antar
Nilai
variable
Hubungan
Keterangan
Y1 dan Y4
0.687
Y1 dan Y4 saling mempengaruhi kuat
Y1 dan Y5
0.507
Y1 dan Y5 saling mempengaruhi cukup kuat
Y1 dan Y6
-0.116
Y1 dan Y7
-0.105
Y1 dan Y8
-0.046
Y2 dan Y3
0.654
Y2 dan Y3 saling mempengaruhi kuat
Y2 dan Y4
0.649
Y2 dan Y4 saling mempengaruhi kuat
Y2 dan Y5
0.544
Y2 dan Y5 saling mempengaruhi cukup kuat
Y2 dan Y6
-0.042
Y2 dan Y7
0.013
Y2 dan Y7 saling mempengaruhi sangat rendah
Y2 dan Y8
0.117
Y2 dan Y8 saling mempengaruhi sangat rendah
Y3 dan Y4
0.402
Y3 dan Y4 saling mempengaruhi cukup kuat
Y3 dan Y5
0.408
Y3 dan Y5 saling mempengaruhi cukup kuat
Y3 dan Y6
0.096
Y3 dan Y6 saling mempengaruhi sangat rendah
Y3 dan Y7
-0.015
Y3 dan Y8
0.155
Y3 dan Y8 saling mempengaruhi sangat rendah
Y4 dan Y5
0.469
Y4 dan Y5 saling mempengaruhi cukup kuat
Y4 dan Y6
-0.098
Y4 dan Y7
-0.056
Y4 dan Y8
0.052
Y1 dan Y6 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah Y1 dan Y7 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah Y1 dan Y8 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah
Y2 dan Y6 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah
Y3 dan Y7 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah
Y4 dan Y6 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah Y4 dan Y7 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah Y1 dan Y6 saling mempengaruhi sangat rendah
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi (Lanjutan) Hubungan antar
Nilai
variable
Hubungan
Keterangan Y5 dan Y6 saling mempengaruhi sangat
Y5 dan Y6
-0.009
Y5 dan Y7
0.122
Y5 dan Y8
0.115
Y6 dan Y7
0.278
Y6 dan Y8
0.431
Y7 dan Y8
0.204
Y7 dan Y8 saling mempengaruhi rendah
Y1 dan Y9
0.413
Pengaruh Y1 terhadap X9 cukup kuat
Y2 dan Y9
0.255
Pengaruh Y2 terhadap X9 rendah
Y3 dan Y9
0.109
Pengaruh Y3 terhadap X9 sangat rendah
Y4 dan Y9
0.140
Pengaruh Y4 terhadap X9 sangat rendah
Y5 dan Y9
-0.018
Y6 dan Y9
0.035
Y7 dan Y9
-0.105
Y8 dan Y9
0.041
Pengaruh Y8 terhadap X9 sangat rendah
Y1 dan Y10
0.145
Pengaruh Y1 terhadap X10 sangat rendah
Y2 dan Y10
0.295
Pengaruh Y2 terhadap X10 rendah
Y3 dan Y10
0.099
Pengaruh Y3 terhadap X10 sangat rendah
Y4 dan Y10
0.039
Pengaruh Y4 terhadap X10 sangat rendah
Y5 dan Y10
-0.141
rendah dan berkebalikan arah Y5 dan Y7 saling mempengaruhi sangat rendah Y5 dan Y8 saling mempengaruhi sangat rendah Y6 dan Y7 saling mempengaruhi rendah Y6 dan Y8 saling mempengaruhi cukup kuat
Y5 dan Y9 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah Pengaruh Y6 terhadap Y9 sangat sangat rendah Y7 dan Y9 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah
Y5 dan Y10 saling mempengaruhi sangat rendah dan berkebalikan arah
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi (Lanjutan) Hubungan antar variabel
Nilai Hubungan
Keterangan Y6 dan Y10 saling mempengaruhi sangat
Y6 dan Y10
-0.016
Y7 dan Y10
0.038
Pengaruh Y7 terhadap X10 sangat rendah
Y8 dan Y10
0.042
Pengaruh Y8 terhadap X10 sangat rendah
Y9 dan Y10
0.542
Pengaruh Y9 terhadap X10 cukup kuat
rendah dan berkebalikan arah
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN
Telah banyak peneliti yang memberikan gambaran mengenai kesuksesan self service technology sebagai teknologi penghubung dalam dunia perbankan. Konsumen lebih menyukai menggunakan self service technology daripada pelayanan tradisional karena mereka menghindari interaksi dengan karyawan, tetapi hal tersebut mungkin tidak benar untuk semua konsumen. Konsumen harus mengevaluasi dan membentuk minat untuk menggunakan teknologi-teknologi tersebut. Menurut beberapa peneliti sebelumnya, bahwa nilai harapan (expectacy value) terhadap suatu self service technology, yaitu kemudahan penggunaan (easy of use), kinerja (performance) dan keceriaan (fun) akan bertindak sebagai penentu sikap ke arah penggunaan self service technology. Dan mereka menemukan adanya faktor eksternal yaitu perbedaan sifat konsumen dan pengaruh situasi yang memoderasi hubungan antara ekspektasi niai di atas terhadap minat dan sikap terhadap teknologi tersebut. Dalam bisnis perbankan, dengan munculnya teknologi penghubung jasa atau self service technology SMS Banking, maka sangat diperlukan untuk melihat minat konsumen terhadap teknologi tersebut yang dihubungkan dengan sikap yang terbentuk untuk menggunakan teknologi tersebut . Pemilihan model dalam pengolahan data ini memilih model alternatif metode estimasi Maximum Likelihood (ML). Pertimbangan memilih Maximum
Universitas Sumatera Utara
Likelihood (ML) adalah jumlah responden sebanyak 140 yang masih di atas jumlah minimum yaitu sebanyak 100. Maximum Likelihood (ML) juga merupakan metode estimasi yang paling bayak digunakan untuk pengolahan dengan metode Structural Equational Modelling (SEM). Dari hasil pengolahan data dapat dilihat seberapa jauh masing-masing independen variabel menjelaskan dependen variabelnya. Berikut penjelasan masing-masing hubungan tersebut: 1. Indikator besarnya usaha dapat menjelaskan variabel kemudahan penggunaan dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 46%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator besarnya usaha mempengaruhi kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.680. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator besarnya usaha, maka akan diikuti kenaikan variabel kemudahan penggunaan. 2. Indikator kompleksitas dapat menjelaskan variabel kemudahan penggunaan dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 72%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator besarnya usaha mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.850. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator kompleksitas, maka akan diikuti kenaikan variabel kemudahan penggunaan. 3. Indikator penggunaan di berbagai tempat dapat menjelaskan variabel kemudahan penggunaan dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan
Universitas Sumatera Utara
terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 83%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator penggunaan di berbagai tempat mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.912. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator penggunaan di berbagai tempat, maka akan diikuti kenaikan variabel kemudahan penggunaan. 4. Indikator keamanan dapat menjelaskan variabel kinerja dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 70%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator keamanan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.837. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator keamanan, maka akan diikuti kenaikan variabel kinerja. 5. Indikator reliabilitas dapat menjelaskan variabel kinerja dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 63%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator reliabilitas mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.796. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator reliabilitas, maka akan diikuti kenaikan variabel kinerja. 6. Indikator keakuratan dapat menjelaskan variabel kinerja dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 76%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator keakuratan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.872. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator keakuratan, maka akan diikuti kenaikan variabel kinerja.
Universitas Sumatera Utara
7. Indikator hiburan dapat menjelaskan variabel fun dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 55%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator hiburan mempengaruhi kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.744. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator hiburan, maka akan diikuti kenaikan variabel fun. 8.
Indikator kesenangan dapat menjelaskan variabel fun dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 80%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator pemakaian yang menyenangkan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.895. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator pemakaian yang menyenangkan, maka akan diikuti kenaikan variabel fun.
9. Indikator kemampuan menggunakan SMS Banking yang menyenangkan dapat menjelaskan variabel percaya diri dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 91%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator kemampuan menggunakan SMS Banking mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.958. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator kemampuan menggunakan SMS Banking, maka akan diikuti kenaikan variabel percaya diri. 10. Indikator kepercayaan teknologi diciptakan untuk memepermudah semua orang dapat menjelaskan variabel percaya diri dalam pembentukan minat dan
Universitas Sumatera Utara
sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 43%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator kepercayaan teknologi diciptakan untuk memepermudah semua orang mempengaruhi cukup kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.428. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator kepercayaan teknologi diciptakan untuk memepermudah semua orang, maka akan diikuti kenaikan variabel percaya diri. 11. Indikator pengalaman baru dapat menjelaskan variabel keinginan mencari sesuatu yang baru dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 76%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator pengalaman baru mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.871. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator pengalaman baru, maka akan diikuti kenaikan variabel keinginan mencari sesuatu yang baru. 12. Indikator rutinitas dapat menjelaskan variabel keinginan mencari sesuatu yang baru dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 68%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator rutinitas mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.828. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator rutinitas, maka akan diikuti kenaikan variabel keinginan mencari sesuatu yang baru. 13. Indikator aktivitas baru dapat menjelaskan variabel keinginan mencari sesuatu yang baru dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap
Universitas Sumatera Utara
penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 73%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator aktivitas baru mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.855. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator aktivitas baru, maka akan diikuti kenaikan variabel keinginan mencari sesuatu yang baru. 14. Indikator rasa suka berinteraksi dengan karyawan jasa dapat menjelaskan variabel kebutuhan untuk berinteraksi dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 69%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator rasa suka berinteraksi dengan karyawan jasa mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.834. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator rasa suka berinteraksi dengan karyawan jasa, maka akan diikuti kenaikan variabel kebutuhan untuk berinteraksi. 15. Indikator rasa suka berinteraksi dengan mesin dapat menjelaskan variabel kebutuhan untuk berinteraksi dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 75%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator rasa suka berinteraksi dengan mesin mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.871. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator suka berinteraksi dengan mesin, maka akan diikuti kenaikan variabel kebutuhan untuk berinteraksi. 16. Indikator pelayanan yang menyenangkan dapat menjelaskan variabel kebutuhan untuk berinteraksi dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan
Universitas Sumatera Utara
terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 74%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator pelayanan yang menyenangkan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.863. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator pelayanan yang menyenangkan, maka akan diikuti kenaikan variabel kebutuhan untuk berinteraksi. 17. Indikator penampilan dapat menjelaskan variabel kesadaran diri dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 79%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator penampilan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.892. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator penampilan, maka akan diikuti kenaikan variabel kesadaran diri. 18. Indikator gaya dapat menjelaskan variabel kesadaran diri dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 92%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator gaya mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.960. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator gaya, maka akan diikuti kenaikan variabel kesadaran diri. 19. Indikator cara memperlihatkan diri dapat menjelaskan variabel kesadaran diri dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 81%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator cara memperlihatkan diri mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.898. Artinya jika terjadi
Universitas Sumatera Utara
kenaikan pada indikator cara memperlihatkan diri, maka akan diikuti kenaikan variabel kesadaran diri. 20. Indikator kehadiran orang lain dapat menjelaskan variabel situasional dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 47%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator kehadiran orang lain mempengaruhi kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.683. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator kehadiran orang lain, maka akan diikuti kenaikan variabel situasioal. 21. Indikator waktu menunggu dapat menjelaskan variabel situasional dalam pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 68%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator waktu menunggu mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.828. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator waktu menunggu, maka akan diikuti kenaikan variabel situasioal. 22. Indikator keramaian dapat
menjelaskan
variabel situasional dalam
pembentukan minat dan sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 48%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator keramaiaan mempengaruhi kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.696. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator keramaian, maka akan diikuti kenaikan variabel situasioal. 23. Indikator keinginan dapat menjelaskan variabel minat pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 96%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator keinginan mempengaruhi sangat
Universitas Sumatera Utara
kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.98. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator keinginan, maka akan diikuti kenaikan variabel minat pelanggan. 24. Indikator kemungkinan dapat menjelaskan variabel minat pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 89%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator kemungkinan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.94. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator kemungkinan, maka akan diikuti kenaikan variabel minat pelanggan. 25. Indikator perasaan dapat menjelaskan variabel sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 79%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator perasaan mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.89. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator perasaan, maka akan diikuti kenaikan variabel sikap pelanggan. 26. Indikator keberadaan SMS Banking dapat menjelaskan variabel sikap pelanggan terhadap penggunaan teknologi SMS Banking sebesar 72%. Selain itu dari hubungan antar variabel dapat dilihat bahwa indikator keberadaan SMS Banking mempengaruhi sangat kuat dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0.85. Artinya jika terjadi kenaikan pada indikator keberadaan SMS Banking, maka akan diikuti kenaikan variabel sikap pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisa data yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa solusi terhadap fenomena yang berkaitan dengan hal di atas, terutama untuk SMS Banking. Komponen ekspektasi nilai pelanggan terhadap teknologi SMS Banking berpatokan pada tiga hal, masing-masing yaitu kemudahan dalam penggunaan, kinerja dan keceriaan dari teknologi tersebut. Komponen kemudahan penggunaan dari SMS Banking didapatkan dari evaluasi terhadap penggunaannya di berbagai tempat sehingga nasabah dapat melakukan transaksi dimanapun dan kapanpun. Oleh sebab itu sistem perbankan harus aktif selama 24 jam non stop. Sedangkan untuk komponen kinerja didapatkan dari hasil evaluasi nasabah terhadap keakuratan transaksi yang tidak akan menghasilkan error dalam bertransaksi yang diharapkan nasabah dari SMS Banking. Sementara itu untuk komponen keceriaan didapatkan dari hasil evaluasi nasabah terhadap kesenangan yaitu harapan nasabah terhadap SMS Banking yang akan menyenangkan pelanggan dalam pemakaiannya. Hal ini juga didukung ketika nasabah melakukan transaksi perbankan tidak terlalu lama menunggu balasan atau jawaban bahwasanya transaksi perbankan yang dilakukan telah berhasil. Selain itu dari karakteristik konsumen, rasa percaya diri seseorang berpengaruh secara signifikan pada hubungan positif antara komponen ekspektasi nilai berupa kemudahan penggunaan SMS Banking dengan minat pelanggan terhadap teknologi. Pelanggan yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi cenderung tidak terlalu memfokuskan pada kemudahan penggunaan SMS Banking sehingga hubungan antara ekspektasi nilai berupa kemudahan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan SMS Banking dengan sikap terhadap teknologi tersebut terkurangi atau terlemahkan karena mereka merasa mampu untuk menggunakan teknologi termutakhir sekalipun Sedangkan pelanggan dengan rasa percaya diri yang rendah cenderung sangat mengharapkan kemudahan penggunaan dari SMS Banking untuk membentuk minat mereka terhadap teknologi tersebut. Jadi dapat diambil solusi
bahwasanya
pihak
perbankan
harus
memperhatikan
kemudahan
penggunaan dalam penggunaan SMS Banking dalam hal langkah-langkah instruksi atau perintah-perintah sederhana yang dilakukan ketika mengirim SMS agar tidak menyulitkan dan membingungkan nasabah. Sikap seseorang untuk menggunakan suatu produk atau objek langsung dipengaruhi oleh minat seseorang terhadap objek tersebut. Terlihat bahwa bagaimana mengubah sikap seseorang terhadap suatu objek hanya bisa berubah apabila minatnya terhadap objek tersebut dirubah terlebih dahulu. Sikap seseorang terhadap suatu objek cenderung konsisten dan tahan lama namun dapat dirubah. Faktor situasi yang dialami seseorang juga berpengaruh pada hubungan antara komponen ekspektasi nilai pelanggan terhadap teknologi SMS Banking dengan sikap pelanggan terhadap teknologi tersebut. Faktor situasional yang berhubungan dengan lamanya waktu menunggu memainkan peranan penting dalam hubungan tersebut. Efek dari waktu menunggu, delay dalam artian susah mendapatkan jaringan akan menimbulkan suatu emosi dan kegelisahan pada diri mereka. Untuk itu pihak perbankan harus memperhatikan waktu delay atau waktu mendownload yang terlalu lama ketika melakukan transaksi dengan mendesain
Universitas Sumatera Utara
suatu sistem yang dapat memproses transaksi perbankan via SMS dengan lebih cepat dan akurat.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Pembentukan sikap nasabah bank atau pelanggan untuk menggunakan teknologi SMS Banking dapat dilihat dari minat mereka yang terbentuk terhadap teknologi tersebut. Artinya bahwa sikap positif yang terbentuk untuk menggunakan SMS Banking dipengaruhi secara langsung oleh minat nasabah terhadap teknologi tersebut. 2. Pembentukan minat tersebut dipengaruhi secara langsung oleh ekspektasi nilai pelanggan terhadap teknologi SMS Banking tersebut. Hubungan antara komponen ekspektasi nilai pelanggan dengan minat yang terbentuk akan dipengaruhi oleh faktor karakteristik personalitas mereka dan faktor situasional menurut persepsi mereka. 3. Komponen ekspektasi nilai pelanggan terhadap teknologi SMS Banking berpatokan pada tiga hal,
masing-masing
yaitu kemudahan dalam
penggunaan, kinerja dan keceriaan dari teknologi tersebut. Komponenkomponen di atas adalah komponen evaluasi harapan mereka. Komponen kemudahan penggunaan dari SMS Banking didapatkan dari evaluasi terhadap penggunaannya di berbagai tempat sehingga nasabah dapat melakukan transaksi dimanapun dan kapanpun. Persentase yang diperoleh sebesar 83%. Sedangkan untuk komponen kinerja didapatkan dari hasil evaluasi nasabah
Universitas Sumatera Utara
terhadap keakuratan transaksi yang tidak akan menghasilkan error dalam bertransaksi yang diharapkan nasabah dari SMS Banking. Persentase yang diperoleh sebesar 76%. Sementara itu untuk komponen keceriaan didapatkan dari hasil evaluasi nasabah terhadap kesenangan yaitu harapan nasabah terhadap SMS Banking yang akan menyenangkan pelanggan dalam pemakaiannya. Persentase yang diperoleh sebesar 80%. 4. Karakteristik personalitas ternyata mempunyai pengaruh terhadap hubungan yang terbentuk antara komponen ekspektasi nilai pelanggan terhadap SMS Banking dengan minat dan sikap yang terbentuk terhadap teknologi tersebut. Karakteristik personalitas yang berpengaruh ada dua yaitu rasa percaya diri dari pelanggan atau nasabah akan kemampuan mereka untuk menggunakan berbagai teknologi dari yang sederhana sampai yang paling mutakhir dengan jumlah persentase sebesar 91% dan kesadaran diri sebagai pandangan seseorang terhadap diri mereka sendiri sebagai objek sosial dalam hal ini yaitu gaya dalam melakukan sesuatu dengan persentase sebesar 92%. 5. Faktor situasional juga mempengaruhi hubungan yang terbentuk antara komponen ekspektasi nilai pelanggan terhadap SMS Banking dengan minat dan sikap yang terbentuk terhadap teknologi tersebut. Dimana faktor situasional yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut adalah delay dalam mendownload teknologi tersebut sehingga pelanggan menjadi tidak sabar untuk menunggu dalam beberapa waktu lamanya. Persentase yang diperoleh sebesar 68%.
Universitas Sumatera Utara
7.2. Saran 1. Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada nasabah bank, berdasarkan identitas responden dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan varians yang signifikan yang harus diperhatikan oleh pihak manajemen bank untuk menarik minat nasabah sehingga nasabah mau mengadopsi teknologi SMS Banking. Diantaranya yang harus diperhatikan adalah usia nasabah yang dapat dijadikan pembeda dalam pembentukan minat dan sikap terhadap penggunaan teknologi SMS Banking yaitu kelompok umur 25-35 tahun, kelompok pekerja swasta, kelompok dengan tingkat pendapatan 1-2.5 juta serta kartu provider telepon genggam. Dalam hal ini kelompok responden dengan kartu provider dari Telkomsel memiliki presentasi yang tinggi. Namun seiring makin berkembangnya provider jasa telekomunikasi, maka pihak perbankan juga dituntut untuk lebih menjalin kerjasama yang lebih luas lagi terhadap provider-provider baru yang bermunculan. 2. Pihak perbankan harus lebih meningkatkan keamanan terhadap teknologi SMS Banking berkaitan dengan maraknya pembobolan ATM yang terjadi belakangan ini yang juga merupakan salah satu produk perbankan yang berbasis elektronik dengan sistem self service technology. Para nasabah perbankan pastinya tidak ingin apabila setelah menggunakan layanan SMS Banking, nomor rekening mereka diketahui dan digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Kerahasiaan data-data yang dikirim dan diterima harus benar-benar dijaga. Dan apabila terjadi kesalahan, maka pihak bank harus bertanggung jawab secara penuh.
Universitas Sumatera Utara
3. Perusahaan harus selalu mengaplikasikan berbagai teknologi agar menjadi suatu keunggulan dalam berbagai persaingan, sehingga suatu teknologi mampu menjalin relasional yang dapat mengikat pelanggan atau nasabah unutk menjadi loyal. 4. Melakukan penelitian tidak hanya mengenai hubungan pelanggan-teknologi saja, tetapi hubungan yang lain dalam pemasaran jasa menyangkut perkembangan teknologi, yaitu hubungan antara perusahaan dengan teknologi dan karyawan dengan teknologi. Hubungan di atas menjadi penting, karena sebelum melihat kesiapan dari pelanggan terhadap adanya teknologi baru, kita harus mengetahui terlebih dahulu kesiapan dari perusahaan dan karyawan tersebut akan teknologi baru. 5. Munculnya self service technology memang akan mempermudah pelanggan dalam mengakses pelayanan, akan tetapi sekaligus menjadi sumber kesulitan tersendiri bagi manajemen perusahaan dalam mengontrol perilaku pelanggan, sehingga suatu perusahaan harus terus memperhatikan perkembangan self service technology yang ada dan mengadopsinya bila sesuai dengan keadaan pelanggan dan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara