3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Pengertian Produktivitas Sejak awal perkembangan hingga kini, pengertian produktivitas
sangat
beragam disampaikan dan didefinisikan oleh para ahli, namun pada dasarnya produktivitas itu membahas perbandingan antara hasil atau keluaran ( output) terhadap masukan (input). Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan, mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada hari kemarin, hari ini dikerjakan untuk hari esok. Mali (Dalam Ilyas, 2001) mendefinisikan produktivitas adalah pengukuran tentang seberapa baik sumber daya digunakan bersama-sama dalam organisasi untuk menghasilkan suatu unit hasil produksi. Sinugan (2008) mengatakan bahwa secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata fisik (barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Jadi produktivitas diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa, dan produktivitas mengutamakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang atau jasa.
22
Menurut Schermerhorn (1986), produktivitas adalah ukuran kuantitas dari hasil kerja dengan menggunakan sumber daya yang telah dipertimbangkan. Secara tradisional definisi produktivitas ini difokuskan pada perbandingan antara hasil ( output) terhadap sumber daya (input). Herjanto (1999) mengatakan produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Secara produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara keluaran terhadap sumber daya yang dipakai. Bila dalam rasio tersebut masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung
seluruhnya, disebut sebagai
produktivitas total ( total productivity), tetapi bila yang dihitung sebagai masukan hanya faktor tertentu saja maka disebut sebagai produktivitas parsial ( partial productivity). Contoh :
Berdasarkan doktrin Oslo pada Kongres Produktivitas sedunia ke IV di Oslo-Norwegia tahun 1984, maka pengertian produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba baru. Produktivitas yang berlandasarkan pada pendekatan multi disiplin akan melibatkan suatu usaha, kecakapan, keahlian, modal, teknologi, manajemen, informasi dan sumber daya lain secara terpadu untuk membuatkan perubahan demi meningkatkan mutu manusia. 23
Di Indonesia melalui Dewan Produktivitas Nasional (1983) telah dirumuskan definisi dasar sebagai titik tolak pengertian produktivitas adalah sebagai berikut : Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok jadi lebih baik dari hari ini. Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan pembaharuan pandangan hidup dan kultural dengan sikap mental memuliakan kerja serta perluasan upaya untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Pengertian
produktivitas
berlainan
dengan
peningkatan
produksi,
peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara penyampaian produksi tersebut. Dalam praktek peningkatan produktivitas dilaksanakan melalui kenyataan sebagai berikut (Kussriyanto, 1993) : Produk meningkat dengan sumber daya yang sama (1) Produksi sama atau meningkat dengan menggunakan sumber yang kurang (2) Produksi lebih besar diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (3) Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan anatara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.
24
Konsep ini menunjukkan adanya keterkaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu. Seorang tenaga kerja yang produktif adalah seorang tenaga kerja yang cekatan dan mampu menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan mutu yang ditetapkan dengan dalam waktu yang lebih singkat. Dasar-dasar tersebut diatas dapat dipakai pada berbagai sektor jasa termasuk sektor kesehatan. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan utama dalam produktivitas.
3.2
Waktu Kerja Produktif Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan merupakan salah satu
indikator penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuam organisasi berhubungan erat dengan waktu, semakin tinggi tingkat kecepatan waktu dan semakin efesien pemanfaatan waktu yang tersedia maka organisasi dapat dikatakan telah berhasil dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. International Labour Organization (ILO) telah membuat suatu ruang lingkup waktu kerja produktif dan waktu kerja non produktif. Waktu kerja produktif adalah waktu yang digunakan untuk pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa. Waktu ini terdiri dari 2 jenis, yaitu : Waktu Kerja Dasar (1) yaitu waktu minimum mutlak dibutuhkan untuk menghasilkan suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai perencanaan dan tidak dapat diperkecil atau diperbesar. Secara teoritis waktu kerja ini dapat dikemukakan, tetapi dalam pelaksanaannya hampir tidak dapat pernah terjadi dan selalu diperlukan waktu tambahan. Waktu Kerja Tambahan (2) yaitu waktu yang
25
digunakan sebagai tambahan waktu kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Apabila waktu kerja dasar dijumlahkan dengan waktu tambahan tersebut diperoleh waktu yang dinamakan waktu kerja. Jadi waktu kerja adalah waktu sesungguhnya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan merupakan penjumlahan dari waktu yang secara teoritis (waktu kerja dasar) diperlukan dengan waktu tambahan yang terjadi untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama. Sedangkan waktu kerja non produktif adalah waktu kerja yang digunakan secara tidak benar atau terjadi pemborosan waktu sehingga menyebabkan terganggunya atau terhentinya kegiatan produksi atau opersi atau tidak menghasilkan apa–apa. Hal ini dikaitkan karena kelemahan pimpinan dalam menjalankan fungsi manajemen seperti ; perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan. Sikap dan prilaku karyawan yang kurang baik, antara lain tidak masuk kerja, terlambat datang, mengobrol, kurang bersemangat dan sebagainya. Dalam penyelesaian suatu pekerjaan, maka waktu non produktif inilah yang harus diupayakan sekecil mungkin sehingga waktu kerja produktif menjadi lebih besar. Hal ini akan berdampak pada penyelesaian pekerjaan yang relatif lebih baik secara kuantitas maupun kualitas. Waktu kerja produktif dapat ditingkatakan dengan cara mengurangi atau menghilangkan kelemahan atau kekurangan dalam proses manajemen, misalnya : (1) melaksanakan perencanaan tenaga yang baik dengan menerapkan “ the right man in the right place”, (2) menyusun rencana kegiatan dan standart operational prosedure (SOP), (3) meningkatkan hubungan antara manusia secara vertikal (atasan-bawahan)
maupun
harizontal
26
(antar
bawahan),
(4)
memberikan
penghargaan atas keberhasilan pekerjaan atau atas penyelesaian pekerjaan yang baik, (5) meningkatkan kualitas lingkungan dan tempat kerja, (6) menyediakan program pelatihan bagi tenaga kerja dan sebagainya. Sebelum menerapkan hal-hal tersebut diatas, maka dalam rangka meningkatkan meningkatkan produktivitas para pekerja maka sebelumnya harus dilakukan penelitian kerja untuk memperoleh gambaran distribusi waktu kerja. Disamping pembagian waktu tersebut diatas, ada waktu lain yang diperkenankan (allowance time) yang dapat dilakukan pada waktu jam kerja. Waktu ini dapat dikategorikan menjadi waktu keperluan pribadi (personal allowence), waktu istirahat (fatique allowance) dan waktu keterlambatan (delay allowance). Personal allowance time adalah waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi seperti makan, minum, ketoilet dan sembahyang. Menurut Ilyas, untuk waktu istirahat (fatique allowance) adalah waktu yang deperlukan untuk beristirahat karena terjadi kelelahan atau keletihan . Waktu sangat bervariasi karena sangat tergantung dari keadaaan pekerja, jenis pekerjaan serta lingkungan kerjanya. Namun dari beberapa hasil penelitian mewujudkan bahwa waktu yang diperlukan untuk beristirahat dalam 8 jam kerja sehari sekitar 2 kali istirahat selama 5-15 menit. Menurut Undang-Undang Perburuhan dan Undang-Undang Kerja tahun 1948, pasal 10 ayat 2 bahwa setelah menjalankan tugas selama 4 jam terus-menerus harus diadakan istirahat setidaknya 30 menit.
27
3.3
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Menurut Revianto (dalam osok 1998) aspek manusia sangatlah penting
dalam suatu pekerjaan atau dalam kegiatan kerja, karena produktivitas juga sebagian besar ditentukan oleh baik buruknya penampilan kerja yang ditunjukan oleh masing-masing tenaga kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penampilan kerja seseorang dalam bekerja dan mempengaruhi penampilan kerja seseorang dalam bekerja dan mempengaruhi produktivitas kerja, antara lain : Pendidikan, latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi produktivitas (1) Keterampilan, semakin tinggi keterampilan tenaga kerja semakin tinggi hasil kerjanya (2) Disiplin, betambah disiplin tenaga kerja akan mengakibatkan bartambah tinggi produktivitas sehingga kerja yang hilang akan semakin kecil dan mengurangi kerusakan hasil produksi (3) Motivasi, perlu diberikan pada setiap karyawan berupa rangsang materi, setengah materi dan non materi (4) Sikap dan Etika Kerja (5) Gizi dan Kesehatan (6) Tingkat Penghasilan dan Upah (7) Jaminan Sosial (8) Lingkungan dan Iklim Kerja (9) Hubungan Industri (10) Penerapan Teknologi Tepat Guna (11) Manajemen (12) Kesempatan Berprestasi (13) Menurut Ilyas (2001), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan produktivitas, yaitu sebagai berikut : Faktor lingkungan (1) yaitu ekonomi, sosial budaya, hukum dan politik. Faktor personel (2) yaitu motivasi, tujuan, kemampuan, moral, pendidikan, tingkat penghasilan, gizi dan kesehatan. Faktor organisasi (3) yaitu struktur, teknologi dan iklim kerja. Faktor Manajerial (4) yaitu komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan memberikan motivasi, menyusun tujuan penentuan dan penggunaan SDM.
28
Menurut Sinugan (2008), kerja produktif memerlukan keterampilan yang disesuaikan dengan isi kerjanya dan memerlukan pra syarat lainya sebagai faktor pendukung yaitu kemauan kerja tinggi, kemampuan kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, jaminan sosial yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi dan hubungan kerja harmonis.
Diagram 3.1 Diagram Produktivitas Organisasi Sumber : Muchlison Anis, Siti Nandiroh, dan Agung Supriyanto (Jurnal) 29
Menurut Simanjuntak (1985), produktivitas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan itu sendiri yaitu umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tenaga kerja tersebut yaitu pendidikan dan latihan, gizi dan kesehatan, penghasilan dan jaminan sosial, kesempatan kerja, peningkatan kemampuan, reward dan punishment
serta
lingkungan kerja. Dari berbagai penelitian menunjukan hasil yang bervariasi dari faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas. Hasil penelitian Yulia (1996), menunjukan produktivitas waktu kerja di instalasi farmasi RSU PMI Bogor berhubungan dengan jenis kelamin, lama kerja, tingkat pendidikan dan status perkawinan. Penelitian Osok (1998), dan 20 variabel bebas yang dianalisa secara statistik yang berhubungan dengan produktivitas 4 variabel yaitu : variabel masa kerja, variabel gaji/insentif, variabel tanggung jawab dan variabel status kesehatan.
3.4
Produktivitas dalam Konteks Perusahaan Meningkatkan hasil perusahaan adalah pendekatan yang positif bagi
peningkatan keuntungan serta pertumbuhan perusahaan, melalui usaha-usaha tim manajemen yang kompeten dan terarah. Sasarannya jangka panjang dan jangka pendek perusahaan setelah dilakukan analisis dari intern maupun dari lingkungan luar untuk melakukan rencana yang strategis perusahaan dalam menghadapi persaingan kedepannya.
30
Dengan rencana dan strategi perusahaan tersebut sebagai latar belakangnya, unit-unit operasi dan fungsional menjelaskan sasaran masing-masing dengan cara menganalisis tugas utamanya serta standar karyawan nya. Para manajer dilibatkan dalam semua pekerjaan ini secara pribadi, dan mereka digerakkan, dilatih dan ditambah pengetahuannya agar dapat bekerja lebih baik. Selzinick, (1984 : 5) karena banyaknya kekuatan yang berusaha menjaga kelangsungan hidup perusahaan yang berjalan lancar, maka orang-orang yang memimpinnya dapat dengan mudah menghindar dari tugas menentukan tujuan perusahaan yang berjalan lancar. Penghindaran ini sebagai berpangkal pada keengganan terhadap pemilikan serius dan mendalam yang harus dilakukan dalam membuat rencana tersebut, suatu pekerjaan yang dipandang hanya menambah beban belaka sedang pekerjaan sehari-hari sudah cukup berat. Disamping itu sebagian juga disebabkan oleh keinginan menghindarkan konflik dengan orangorang di luar dan di dalam organisasi perusahaan tersebut, yang kedudukannya akan terancam dengan dinyatakannya suatu tujuan yang pasti dan jelas, beserta dengan tuntutan-tuntutan dan tanggung jawab.
Gambar 3.1 Proses Meningkatkan Hasil Perusahaan Selzinick, (1984 : 5) 31
3.5
Pengukuran Produktivitas Perusahaan Pengukuran produktivitas dalam sebuah prusahaan digunakan sebagai
sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Pertama, dengan pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu sistem pengukuran, akan meninggalkan kesadaran pegawai dan minatnya pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari metode-metode yang relatif kasar ataupun dari data yang kurang memenuhi syarat sekalipun, ternyata memberi dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas produktif. Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target/sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi dan tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Informasi produktivitas dalam bentuk trend di masa lalu, pelaksanaan dan proyeksi, memberikan petunjuk-petunjuk pada semua tingkatan manajemen dalam memberikan pedoman dan mengendalikan permasalahan yang terdapat dalam perusahaan. Metode Pokok Pengukuran Produktivitas Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu : 1. Produktivitas parsial, adalah perbandingan antara total keluaran dengan total masukan persatuan waktu. Dalam perhitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja, bahan energi) terhadap total keluaran harus diperhitungkan.
32
2. Produktivitas total, adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, bahan baku , energi dll.
3.6
Metode Productivity Evaluation Tree (PET) Model ini membuat penggunaan produktiktivitas yang telah diperoleh dari
pohon evaluasi. Pada akhir dari periode perencanaan, level dari output dan input yang dapat diukur pada perusahaan dan setiap produk manufaktur telah diketahui. Untuk merencanakan total produktivitas pada periode berikutnya, manajemen harus mendaftarkan semua perubahan pada input dan output yang terkandung di limit perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan harus mengetahui level aktual dari Oit dan Iit pada periode ini. Model Productivity Evaluation Tree (PET) merupakan salah satu metode dalam membuat perencanaan produktivitas jangka pendek dengan menggunakan pohon evaluasi produktivitas. Metode ini merupakan suatu metode yang mengandalkan pada keputusan manajerial terutama dalam mengidentivikasi dan menguji alternatif yang mungkin serta memutuskan alternatif mana yang sebaiknya dilakukan dalam penetapan target produktivitas total dimasa datang. Jadi penetapan tingkat produktivitas dimasa yang akan datang tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil peramalan dengan menggunakan data masa lalu.
33
Usaha pengembangan alternatif dan pembuatan pohon evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan dasar kombinasi alternatif dalam peningkatan produktivitas seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kombinasi Alternatif Cara Peningkatan Produktivitas (Lianto, 2000) Pada umumnya terdapat 5 strategi yang dapat digunakan dalam menyusun usaha perbaikan produktivitas yaitu: 1. Meningkatkan input dan output, dimana perubahan/peningkatan output > daripada input. 2. Menurunkan input dan output, dimana perubahan/penurunan input > daripada output. 3. Input tetap, output meningkat. 4. Input turun, output tetap. 5. Input turun, output meningkat.
34
Aspek penting dalam model Productivity Evaluation Tree (PET) ini selain pada pengembangan dan pengujian alternatif diatas adalah syarat yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan model ini pada sebuah perusahaan. Beberapa formula yang berkaitan dengan model Muchlison Anis, Siti Nandiroh, dan Agung Supriyanto (Jurnal) ini adalah: =∑
...(1)
̂ ̂
̂
...(2)
= ̂
...(3)
̂
̂
...(4)
̂
̂
...(5)
Keterangan: = nilai output/keluaran produk i pada periode t = nilai input/masukan untuk produk i pada periode t J
= input yang digunakan = produktivitas total untuk produk i pada periode t
̂
= estimasi nilai output produk i pada periode t + 1
̂
= estimasi nilai input produk i pada periode t + 1 ̂
= estimasi besar perubahan output produk i pada periode t + 1
̂
= estimasi besar perubahan input pada produk i pada periode t + 1
̂
= estimasi produktivitas total untuk produk i pada periode t + 1 ̂
̂
= estimasi besar perubahan produktivitas total produk i pada periode t +1 = estimasi indeks produktivitas total produk i pada periode t +1 35
Gambar 3.3 Langkah-langkah Perencanaan Metode Productivity Evaluation Tree (PET) Sumber : Muchlison Anis dan kawan-kawan (Jurnal)
36