BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA
3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya pada bulan Mei. Antara bunga dan buah yang masak terbentang waktu 3 bulan. Panenan biasanya dimulai pada bulan September; buahnya masak tidak bersamaan. Buah yang masak harus segera dipetik sebelum membusuk. Jika terlalu lama dibiarkan, buah akan merekah dan sebagian bulu-bulunya akan hilang. Pemetikan merupakan pekerjaan sulit karena salah satu faktor pohon kapuk yang tinggi. maka cabang pohon diguncang-guncangkan dengan galah bambu yang diberi kaitan kayu.
Buahnya dikupas sendiri oleh pemetik. Jika kulit buahnya belum merekah maka pemecahan dilakukan dengan palu kayu. Buah yang masih hijau yang jatuh dirontokkan atau yang jatuh sendiri harus dijemur dulu sebelum
dikupas. Hal tersebut dapat dilakukan juga terhadap buah yang ditimbun, ditutupi dan dibiarkan terperam selama satu atau dua hari. Tetapi tidak dapat dilakukan
pada
buah
yang
belum
berkembang
sempurna
karena
menghasilkan serat bernilai rendah. Pengolahan selanjutnya adalah membuang biji-biji yang terbenam
dalam
jonjot-jonjot
serat
kemudian
dijemur dibawah sinar matahari sehingga mempercepat pembukaan jonjotjonjot sekaligus menggelantang seratnya untuk hasil yang lebih baik dan mensterilkan serat.
3.1.1 Rangkuman Proses Pengolahan Serat Kapuk
Serat Kapuk
Scouring
Pewarnaan
Penjemuran
Pembersihan dan penguraian serat manual
Pilinan manual
Bantuan kain yang dipotong memanjang
Benang pakan
Murni kapuk
Tabel 3.1 Proses Pengolahan Serat Kapuk
3.7 Proses Pembersihan Serat Kapuk Serat kapuk merupakan serat yang mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap pembusukan dan anti kutu jika bebas dari biji. Seratnya dapat disterilkan dengan proses pemanasan kering. Proses eksperimen dilakukan karena kapuk berpotensi untuk diolah lebih lanjut. Diawali dengan proses pembersihan untuk menyempurnakan eksperimen dengan pewarna sintetis. Proses pembersihan serat kapuk dengan zat kimia membutuhkan waktu min 60 menit.
3.2.1
Eksperimen 1 (+ 120 menit)
a. Proses Pemasakan serat (Scouring) Kapuk melewati proses scouring untuk menghilangkan lemak, debu, dan kotoran. Pada proses ini zat-zat yang menolak air harus dihilangkan untuk mempermudah penyerapan zat warna Sedangkan kapuk mempunyai karakter fisik yang licin dan berlemak.
Bahan dan langkah : Air 3L saat akan mendidih dimasukan Teepol 10 ml kemudian masukan Kapuk secukupnya + 40 gr. Biarkan 60 menit diatas api sedang.
b. Proses Degumming Dilakukan untuk menghilangkan zat lignin pada tumbuhan yang mengandung selulosa. Setelah melalui proses ini serat akan terlihat lebih putih, dan pada
tahap ini terjadi penghilangan secara kimia atau pigmen alami serat. Proses degumming berlangsung + 60 menit. Bahan dan langkah : Tambahkan air secukupnya ketika pemasakan serat selesai. Kapuk tidak perlu ditiriskan. Masukan 5 ml teepol, 5 ml Na Silikat, dan 10 ml Ha2O2. didihkan diatas api kecil selama + 60 menit. Kemudian tiriskan untuk persiapan kearah proses penggelantangan (bleaching). c. Penggelantangan (bleaching) Dilakukan untuk menghasilkan serat yang lebih bersih dan putih. Proses penggelantangan terjadi dengan bantuan air dingin sebanyak 3L ditambah 2 ml kaporit untuk 2x proses penggelantangan. Ganti dengan air kaporit baru untuk penggelantangan selanjutnya. Kapuk bilas kedalam air bersih sebanyak 2x. Kemudian kapuk keringkan. Lebih bagus apabila dijemur dibawah cahaya matahari dengan cahaya cukup.
3.2.2
Eksperimen 2 (+ 45 menit)
a. Proses Pemasakan serat (Scouring) Bahan dan langkah : Air 3L
saat akan mendidih dimasukan Teepol 5 ml kemudian masukan
Kapuk secukupnya + 40 gr. Biarkan 20 menit diatas api sedang.
b. Proses Degumming Bahan dan langkah : Tambahkan air secukupnya ketika pemasakan serat selesai. Kapuk tidak perlu ditiriskan. Masukan, 5 ml Na silikat, dan 5 ml Ha2O2 didihkan diatas api
kecil selama 20 menit. Kemudian tiriskan untuk persiapan kearah proses penggelantangan (bleaching)
c. Penggelantangan (bleaching) Proses bleaching dilakukan selama kurang dari 5 menit dengan bantuan Kaporit 3ml untuk 2L air. Setelah itu dijemur dibawah sinar matahari dan tetap berada dalam pengawasan.
3.2.3 Eksperimen 3 (+ 60 menit) Hanya melalui satu tahap yaitu proses pemasakan serat (Scouring) selama 60 menit dengan 4L air mendidih, 10 ml Teepol dan kapuk secukupnya (+ 40 gr). Biarkan 60 menit diatas api sedang. Setelah itu bilas 1x dengan air bersih dan tiriskan. Persiapkan kapuk untuk proses pewarnaan.
3.8 Proses Pewarnaan menggunakan tiga pewarna buatan yaitu Wanteks dan pewarna selulosa Indantren dan Direct.
a. Bahan
dan
langkah
menggunakan
Wanteks
:
Satu bungkus Wanteks untuk 1 L air mendidih. Serat kapuk dimasukkan dan biarkan diatas api sedang selama 15 menit atau sesuai dengan warna yang diinginkan. Semakin lama direbus akan menghasilkan warna yang semakin gelap. Bilas hingga bersih ( + 3x pembilasan ).
b. Bahan dan langkah menggunakan Indantren 3L air panas untuk 1 sdt (+2 ml) soda api, 1 sdt (+2 ml) Hidrosulfit, dan 10 ml indantren. Serat direndam dalam air panas sampai air tersebut menjadi dingin. Tiriskan. Bilas hingga bersih (> 3x pembilasan). Keringkan dibawah sinar matahari.
c. Bahan dan langkah menggunakan Direct 3L air panas untuk
2 Sdm (+15 ml) Direct dan 1sdt garam yang
berfungsi sebagai zat pengikat atau mordant. Dengan jumlah diatas menghasilkan warna yang cukup tua. Jika ingin menghasilkan warna yang lebih muda, kurangi takaran Direct sedikit demi sedikit dan sebaliknya. Serat direndam dalam air panas sampai air tersebut menjadi dingin. Tiriskan. Bilas hingga bersih (> 3x pembilasan). Keringkan dibawah sinar matahari.
3.9 Penyempurnaan Serat Kapuk Termasuk proses yang dilakukan setelah kapuk melewati pembersihan, pewarnaan, dan pengeringan. Proses penyempurnaan dilakukan agar serat kapuk kering tidak menggumpal dan bersih dari biji dan kotoran sehingga dapat lebih mudah dijadikan benang pakan. Proses ini bisa dikerjakan secara mekanik dengan bantuan mesin carding/penggaruk dan manual, seperti yang dilakukan penulis, menguraikan serat kapuk dengan tangan. Penguraian 40 gram kapuk membutuhkan waktu + 3hari atau +36 jam dan dilakukan oleh satu orang.
3.10
Proses pembersihan Serat Kapas
Kapas : merupakan serat yang berbulu-bulu putih yang dapat dipintal menjadi benang dsb; pohon yang buahnya menghasilkan kapas (Moeliono, Anton M, dkk. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta).
Sifat kapas : a. Mudah menyerap air b. Penghantar panas yang baik c. Tahan terhadap panas d. Konduktor listrik yang baik e. Relatif lembut
Pembersihan Kapas 1. Proses Pemasakan serat (Scouring) Coustik Soda atau Teepol 5 gr/L air mendidih, kemudian diturunkan suhunya menjadi 80 derajat Celcius selama 1 jam. 2. Proses Degumming 10 cc/L Ha2O2, 5 ml Na silikat, dan Teepol 5 cc/L air. Selama 1 jam. 3. Penggelantangan (bleaching) proses penggelantang dapat dilaksanakan jika diperlukan.
3.6 Analisa Analisa dilakukan setelah setiap eksperimen terjadi sehingga mempunyai gambaran mengenai resep dan efek pada serat kapuk
3.6.1 Pembersihan
Resep pada proses pembersihan kapuk diadaptasi dari resep proses pembersihan kapas, karena salah satu serat yang menyerupai kapuk adalah kapas. Tetapi hasil eksperimen tersebut menghasilkan kapuk dengan karakter yang berbeda sehingga dilakukan eksperimen lebih dari satu kali
Proses Pembersihan Kapuk/ + 40 gram
untuk mendapatkan karakteristik kapuk yang diinginkan. Yaitu kapuk yang mampu dipilin secara manual. Karena untuk mengejar karakteristik kapuk dengan pemintalan semi manual sangat sulit. Hasil dari eksperimen pembersihan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Proses Pembersihan kapuk
Scouring/3L air
Degumming/3L air
Bleaching/3L air
Eksp
Teepol
Durasi
Teepol
NaSilikat
Ha2O2
Durasi
Kaporit
Durasi
1
10 ml
60"
5 ml
5 ml
10 ml
60"
2ml
1"
Hasil Eksperimen 1. Kapuk paling rapuh diantara hasil lainnya 2. Kapuk lebih putih 3. Kapuk lebih kasar meskipun masih bisa diurai 4. Penyerapan warna baik 5. Kapuk hanya mampu dipilin tebal (+ 0.5cm)
2
5 ml
20"
-
5 ml
5 ml
20"
2ml
1"
1. Kapuk rapuh 2. Kapuk putih 3. Kapuk kasar dan masih bisa diurai 4. Penyerapan warna baik 5. Kapuk hanya mampu dipilin tebal (+ 0.5cm)
3
10 ml
60"
1. Kapuk lebih kuat dibanding hasil lainnya 2. Kapuk kusam 3. Kapuk lembut dan terurai dengan baik 4. Penyerapan warna baik 5. Kapuk mampu dipilin tipis (+0.1 cm) 6. Kapuk mampu tersambung baik saat putus pada saat proses pemilinan
3.6.2 Pewarnaan Pada proses pewarnaan, eksperimen dilakukan menggunakan 3 pewarna buatan sebagai bahan perbandingkan untuk mendukung eksplorasi benang pakan. Hasilnya sebagai berikut :