BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini berlokasi di Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) Provinsi Gorontalo yang berlokasi di Desa Moutong Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai pada bulan Mei 2013. Pemilihan tempat dan lokasi tersebut adalah berdasarkan konsentrasi kami di jagung maka kami memilih lokasi ini sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan. 3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan Adapun alat-alat dan bahan yang kami gunakan untuk penelitian ini : 1.
Alat - Alat Tulis Menulis
- Timbangan Digital
- Kamera 2.
Bahan
- Benih F1 dari persilangan ♀ G.180 dan ♂ MR.14 3.3 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode eksperimental yang di komparasikan dengan teori – teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder. Data primer secara langsung diperoleh dari pencatatan hasil pengamatan, partisipasi aktif dan wawancara, yaitu pengumpulan data melalui dialog secara langsung dengan pakar Pemulia. Sementara data sekunder, didapatkan melalui penelusuran dokumen-dokumen atau buku-buku yang ada di Perpustakaan BPIJ.
3.4 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan yang penulis lakukan disesuaikan dengan aktivitas yang ada di Badan Pusat Informasi Jagung Selama pelaksanaan PKL kegiatan yang diikuti kami mahasiswa meliputi : Persiapan lahan, pembersihan lahan dari sisa – sisa tanaman, pengolahan, pembajakan, penggarukkan, penanaman benih ♀ G.180 dan ♂ MR.14, pengambilan sampel pengamatan, pengamatan, pemupukan, Roughing (Penyimpangan Tanaman Jantan Pada Tanaman Betina), Detaseling (pemotongan bunga jantan). Sebelum ditanam, lahan di beri pupuk kandang setelah itu lahan diolah dengan traktor, di lakukan penggarukan sampai merata. Drainase dibuat dengan ukuran panjang 54 m dengan kedalaman 60 cm. Penanaman benih mengikuti nomor plot yang telah disiapkan dan menggunakan tali yang telah di tandai sesuai jarak tanam yang ditentukan, dengan ukuran petakan yakni dengan panjang 54 x 5,5 m kemudian dengan penanaman menggunakan jarak tanam lanjar legowo. Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan jagung yang dilakukan oleh manusia, di alam pada umumnya dibantu oleh angin. Jagung termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan putik berada dalam satu tanaman namun berbeda bunga. Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari yaitu antara pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan, setelah serbuk sari tanaman jantan di serbuki ke tanaman betina maka akan terjadi pembuahan dari hasil penyerbukan tersebut. Untuk menghindari adanya kemungkinan pencucian Faktor biji kerut selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan besar bisa saja terjadi bila jagung terlalu lama dipanen. Adapun beberapa
gangguan dari faktor luar dan faktor cuaca seperti adanya serangga vektor penyakit, ulat yang memakan biji jagung sehingga tongkol kosong. Dan adapun prosedur kegiatan di lapangan seperti yang telah di rangkum di bawah ini : 1. Pengolahan Tanah Di indonesia jagung hibrida dapat di tanam dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik di tanah sawah, tegal maupun ditanah pekarangan. Lahan yang tersedia akan menentukan kebijaksanaan perencanaan tanam, misalnya pola tanam, kepentingan penanaman, keperluan benih sesuai dengan jarak tanamnya. Pada tanah-tanah yang berpasir atau tanah ringan pengolahannya cukup mudah. Adapun pada tanah tegalan, biasanya di bersihkan dahulu sisa-sisa tanaman atau gulma yang mengganggu penyerapan unsur-unsur hara di dalam tanah sehingga tidak terjadi persaingan. Perlu juga direncanakan air yang akan digunakan menyiram. Hal ini berlaku juga untuk lahan pekarangan yang berada di sekitar rumah. Mengolah tanah adalah membalik dan menggemburkan tanah agar menjadi gembur, sehingga memudahkan perakaran struktur tanah agar menjadi gembur, sehingga memudahkan perakaran untuk masuk ke dalam tanah dan memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara. Kegiatan pengolahan tanah akan sangat mempengaruhi proses budidaya selanjutnya. Pengolahan tanah tetap sangat penting artinya, sehingga wajar bila inovasi dalam kegiatan ini terus dilakukan agar didapatkan hasil yang lebih baik. Awal mulanya pengolahan tanah dilakukan dengan tenaga manusia (dicangkul) dan tenaga hewan. Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi maka
diciptakanlah berbagai macam alat dan mesin pertanian yang berfungsi untuk membantu manusia dalam kegiatan pengolahan tanah, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Pengolahan tanah dilakukan dengan dua teknik yang pertama teknik pembajakan, tanah di bajak dengan menggunakan alat-alat yang canggih tidak lagi menggunakan cangkul melainkan menggunakan traktor. Kemudian penggarukan, penggarukan digunakan dengan traktor pula yang fungsinya untuk menggaruk tanah hasil pembajakan fungsinya untuk membersihkan tanaman-tanaman pengganggu/gulma yang tumbuh di bedengan. Kegiatan pengolahan tanah di bagi ke dalam dua tahap, yaitu : a.
Pengolahan Tanah Pertama (Pembajakan) Dalam pengolahan tanah pertama, tanah di potong, kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman dan pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm.
b.
Pengolahan Tanah Kedua Bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjadi lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses pembungkusan. Pemupukan dasar pada tanaman jagung yaitu mencampurkan tanah yang akan ditanami jagung dengan kotoran ayam.
2. Syarat Tumbuh
Karena cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman jagung tersebut, dan termasuk sebagai komoditi tanaman pangan yang penting, maka perlu ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan/berkelanjutan. a.
Syarat Iklim 1. Tanaman jagung tumbuh di tanah tropik dan sub tropic 2. Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh 3. Ketinggian tempat antara 0-1300 m dpl 4. Suhu udara 13-380C 5. Selama pertumbuhan, jagung membutuhkan suhu optimum 23-270C (suhu bukan masalah bagi perkembangan jagung)
6. Curah hujan optimum adalah 100 mm-125 mm per bulan Untuk pertumbuhan dan produksi jagung memerlukan penyinaran matahari penuh.Umumnya tanaman jagung (Zea mays L) memiliki daya adaptasi yang baik di daerah tropis seperti di Indonesia.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) yang berketinggian 1800 mdpl (Rukmana, 1997).
Untuk iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L) antara lain adalah curah hujan >1200 mm (S1), suhu 20- > 260C dan penyinaran. Intensitas cahaya matahari merupakan factor penting untuk pertumbuhan jagung selama pertumbuhannya harus mendapat cahaya matahari yang cukup. Tanaman yang ternaungi perumbuhannya. Tanaman yang ternaungi pertumbuhannya terhambat dan memberikan hasil yang kurang baik (Sotoro dkk,1998).
Dari data curah hujan yang diperoleh maka karakter dan sifat benih ini dapat lihat dengan beberapa keunggulan yakni benih yang bisa tumbuh pada tanah liat, pada saat pertumbuhan benih betina G.180 tidak bisa kelebihan air kalau kelebihan air tanaman ini akan terlihat menguning daunnya, sementara benih jantan Mr.14 tidak nampak kerusakannya pada saat kelebihan maupun kekurangan air. 3. Persiapan Benih Benih jagung hibrida dibuat dengan menyilangkan biji galur murni (F0) dari dua sertifikat yang menandakan sudah memenuhi semua persyaratan, baik syarat tanam, sifat unggul, maupun keasliannya, induk yang sudah di seleksi sifat unggulnya. Pembuatan benih jagung hibrida dilakukan di laboratorium dengan alat dan tenaga ahli yang berpengalaman. Oleh karena itu, tidak sembarangan orang bisa membuat benih jagung hibrida. Persiapan benih pada lahan penelitian ini di datangkan langsung oleh ahli pakar pemulia dari Maros yaitu Bpk. Mohamad Idrus. 4. Penanaman Tiga komponen yang harus diperhatikan dalam penanaman yaitu : a.
Waktu tanam Penanaman benih dilakukan pada pagi atau sore, saat matahari tidak begitu terik.
Setelah benih masuk ke dalam lubang, maka lubang itu harus ditutupi lagi dengan tanah secara ringan, tidak perlu dipadatkan. Waktu terbaik menanam benih adalah waktu akhir musim hujan agar saat masa pertumbuhan hingga memasuki masa mengeluarkan buah, tanaman masih mendapatkan pasokan air dan diharapkan saat panen tiba, musim kemarau telah datang sehingga memudahkan proses pengeringan. Mengingat dewasa ini kondisi dan situasi musim di Indonesia selalu berubah, untuk memastikan jadwal yang tepat.
b.
Kedalaman lubang tanam Lubang tanam di buat sedalam antara 2-5 cm menggunakan tugal, yakni alat terbuat
dari kayu bulat panjang ujungnya runcing.
c.
Jarak tanam Dalam penanamannya tidak berbarengan tetapi dibuat pola untuk baris pertama
ditanami 2 tanaman jantan dengan jarak antar tanaman 30x20 cm antar jantan dengan jantan kemudian tanaman betina dengan jarak antar tanaman 70x20 cm antar barisan betina dan jantan dan 1 baris jantan di tanam bersamaan dengan betina kemudian jantan kedua ditanam dua hari setelah tanam pertama. Barisan lubang tanam yang dibuat ini menjadi teratur, digunakan alat bantu berupa tali yang dibentangkan sepanjang bedengan. Pengaturan jarak tanam erat kaitannya dengan produksi yang akan dicapai. Jarak tanam yang tidak teratur akan memungkinkan terjadi kompetisi terhadap cahaya matahari, unsur hara, air dan diantara individu tanaman, sehingga pengaturan jarak tanam yang sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh tanaman dan pada prinsipnya pengaturan jarak tanaman untuk memberikan tanaman tumbuh lebih baik tanpa mengalami banyak persaingan. Tujuannya untuk memperpanjang waktu penyerbukan, juga untuk memanifulisa jarak tanam agar pertumbuhannya rata. Karena benih ♀ lebih banyak di butuhkan untuk mengoptimalkan lahan yang ada untuk hasil yang lebih banyak. Dalam pelaksanaannya dilapangan akan dihasilkan tanaman jantan dan tanaman betina, hasil dari tanaman betina inilah yang akan dijadikan benih hibrida F1, yang kemudian akan diperbanyak oleh petani.
5. Pemupukan Pemupukan dimaksudkan meningkatkan kandungan unsur hara dilahan tanam. Waktu pemberian pupuk, yang paling efektif selain bersama dengan saat pencangkulan atau pembajakan biasa juga diberikan saat akan membuat lubang tanam. Dengan cara begitu, pupuk yang diberikan akan tercampur merata dengan lahan yang di tanam. Dilokasi BPIJ pupuk dasar yang digunakan untuk pemupukan dilahan yaitu pupuk kandang ayam. Kemudian pemupukan pertama pada tanaman tersebut pada umur 10 hari setelah tanam (HST) yaitu dengan menggunakan pupuk anorganik urea dan phonska 2:1. Pemupukan ke Dua pada tanaman berumur 25 hari setelah tanam (HST) masih menggunakan pupuk urea dan ponska. Pemupukan ke tiga tanaman jagung berumur 45 hari setelah tanam (HST). 6. Penyulaman Satu minggu setelah tanam benih akan tumbuh dan muncul tanaman muda. Saat itu pengecekan harus dilakukan. Jika ada benih yang tidak tumbuh, mati, atau tanaman muda terserang penyakit, segera lakukan penyulaman yakni melakukan penanaman benih kembali yang proses dan tata caranya sama dengan penanaman benih sebelumnya. Penyulaman ini di maksudkan agar tanaman tumbuh seragam, baik umur maupun sososknya. Karena itu penyulaman kedua dilakukan setelah tanaman berumur di atas 14 hari, di karenakan pada usia itu sistem perakaran tanaman sudah tumbuh kuat sehingga benih sulaman tidak mampu bersaing memperebutkan unsur hara. 7. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan dilakukan dua kali pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST) dan 40 hari setelah tanam (HST). Untuk gulma seperti rumput atau perdu lain, penyiangan dilakukan manual denagan cara mencabut seluruh bagian tanaman gulma sampai ke akar-akarnya. Setelah itu gulma dikumpulkan dan dibakar sampai habis ! Bersama penyiangan gulma yang kedua dilakukan juga pembumbunan yakni menutup akar tanaman yang muncul ke permukaan tanah dengan menggunakan cangkul, tanah dipindahkan ke barisan jagung yang ada di kanan dan kiri hingga tercipta parit baru barisan tanaman. Hal ini dimaksudkan agar akar tanaman semakin mencengkram tanah sehingga tanaman tidak akan roboh saat diterpa angin. 8. Galur dan Galur Murni Galur murni dihasilkan dari penyerbukan sendiri hingga diperoleh tanaman yang homozigot. Hal ini umumnya memerlukan waktu lima hingga tujuh generasi penyerbukan sendiri yang terkontrol.
Pada awalnya, galur murni dibentuk dari varietas menyerbuk
terbuka (open pollinated varieties) tetapi belakangan ini, galur murni dibentuk dari banyak sumber yang lain seperti seperti varietas sintetik, varietas komposit, atau populasi generasi lanjut dari hibrida (Singh, 1987). Dalam membentuk galur murni baru, seorang pemulia mulai dengan individu tanaman yang heterozigot. Dengan penyerbukan sendiri, terjadi segregasi dan penurunan vigor. Tambahan penurunan vigor akan terlihat pada tiap generasi penyerbukan sendiri hingga galur homozigot terbentuk. Sekitar setengah dari total penurunan vigor terjadi pada generasi pertama penyerbukan sendiri, kemudian menjadi setengahnya
pada generasi berikutnya. Selain mengalami penurunan vigor, individu
tanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai kekurangan seperti: tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam
karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi tangkar dalam atau inbreeding depression (Poehlman, 1983). Defenisi Galur murni adalah Tanaman yang apabila melakukan penyerbukan sendiri senantiasa menghasilkan keturunan yang sifatnya sama dengan induknya. Galur yaitu tanaman yang belum ada nama varietasnya atau tanaman yang masih terbilang tanaman muda yang akan menghasilkan keturunan kemudian hasil tersebut akan dijadikan F1 dan akan diperbanyak oleh petani kemudian akan diberikan nama varietas. Sedangkan defenisi dari galur murni adalah varietas yang terdiri dari genotip yang homozigot. Simbol “F” (Filium) menyatakan turunan, sedang simbol “P” (Parentum) menyatakan induk. 9. Rouging ( Penyimpangan Tanaman Jantan Pada Tanaman Betina) Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam kegiatan produksi benih adalah rouging. Yang dimaksud dengan rouging adalah proses pemeriksaan kondisi tanaman di lapangan dan pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki, yang memiliki ciri berbeda yang dilakukan dilahan produksi benih dengan tujuan untuk menjaga kemurnian varietas yang diproduksi. Rouging dilakukan pada tanggal 24 April 2013. Rouging dilakukan beberapa kali pada fase pertumbuhan yang berbeda sampai sebelum panen. Rouging dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan terhadap ciri-ciri kritis yang ada dapat lebih mudah dilakukan. Ciri dan sifat tanaman yang di rouging yaitu warna daun dan tinggi tanaman tidak seragam. 10. Pembungaan Malai tanaman jagung pada petakan pengamatan keluar pada saat tanaman berumur 45 hari, keluarnya malai tanaman tetua betina tidak pada waktu yang bersamaan. Bunga
jantan di pangkas cuman pada tanaman tetua betina itupun yang sudah keluar malainya, pemangkasan dilakukan pada waktu pagi hari dan sore hari. Seleksi/Roguing : 1. Setelah kemunculan tanaman dipermukaan tanah. 2. Perkembangan vegetatif. 3. Saat berbunga. 4. Roguing selama periode pengisian biji 5. Sebelum panen, fase akhir roguing untuk mengeliminasi tanaman yang berpenyakit dan yang memperlihatkan karakteristik menyimpang dari rata-rata.
11. Detaseling (Pemangkasan Bunga Jantan) Kegiatan pembuangan atau pencabutan bunga pada tanaman betina, dilakukan pada umur tanaman 45 hari setelah tanam (HST) yaitu ketika bunga mulai terlihat, hal ini dilakukan agar benang sari tidak menyerbuki putik. Untuk, mendapatkan benih penyerbukan akan diserbuki oleh tanaman jantan. Kriteria tanaman yang akan di lakukan pembuangan/pencabutan bunga pada tanaman betina : 1.
Standar kemurnian genetik, semua tassel dari baris tanaman tetua betina harus dibuang sebelum serbuk sarinya pecah dan rambut muncul.
2.
Umumunya berlangsung selama 2 minggu
3.
Meminimalisasi berikutnya daun bagian atas tongkol. Berikutnya 1, 2 dan 3 helai daun saat tasseling dapat menyebabkan pengurangan hasil berturut-turut 1.5%, 4.9% dan 13.5%
3.5 Parameter dengan cara pengamatan Dalam pelaksanaan pengkajian ini penulis melakukan pengamatan dengan cara mengukur berat parameter yang penulis amati meliputi Berat tongkol dan bobot biji 1000 butir. 3.6 Analisa Data Model teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif yaitu data dari hasil persilangan yang diamati di lapangan dianalisis secara deskriftif kemudian di komparasikan dengan teori – teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Proses analisis data di lakukan dengan pengambilan 5 sampel di lapangan kemudian dilakukan perbandingan antara 5 sampel tersebut diketahui mana yang paling berat dari sampel-sampel tersebut.