BAB III TANGGAPAN SISWA PANTI KARYA WANITA “WANODYATAMA” KENDAL TERHADAP PEMBIMBING DAN MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
3.1. Sekilas Tentang Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal 3.1.1. Latar Belakang Berdirinya Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Panti Karya Wanita adalah panti rehabilitasi sosial wanita tuna susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan sosial meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan ketrampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Dewasa ini masalah ketunasusilaan terus berkembang baik secara kualitas maupun kuantitas dan oleh golongan masyarakat tertentu ketunasusilaan dijadikan sistem mata pencaharian yang bertentangan dengan norma kehidupan. Khusus masalah tuna susila, baik oleh Pemerintah Daerah maupun Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah, telah ditempatkan sebagai salah satu masalah sosial yang serius dan mendapatkan perhatian khusus serta prioritas penanggulangannya. Hal ini mengingat :
61
a. Bahwa tindak tuna susila merupakan tindak yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai sosial, religius dan dapat merendahkan martabat bangsa. b. Dapat berakibat semakin meningkatnya penyimpangan seksual, di mana pengaruhnya terhadap gangguan kejiwaan akan semakin meluas dan berakibat pada terpengaruhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat dan bangsa dari segala aspek. c. Tindak tuna susila sangat berpengaruh terhadap usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda sebagai harapan bangsa. Dengan kata lain, bahwa tindak tuna susila sebenarnya sangat menghambat lajunya pembangunan nasional, karena tindak tuna susila sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Departemen Sosial sebagai aparat pemerintah yang mempunyai misi dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial mendasarkan pada panti dan sistem luar panti. Dengan latar belakang itulah, maka pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah, berupaya menanggulangi ketunasusilaan dengan sistem pembinaan dan pelayanan melalui didirikannya panti untuk wanita tuna susila. Di propinsi Jawa Tengah sendiri ada dua panti untuk rehabilitasi wanita tuna susila yang berada di Surakarta dan Semarang, di Semarang di tempatkan di Kabupaten Kendal yaitu Panti Karya Wanita (PKW) “Wanodyatama” Kendal.
62
PKW “Wanodyatama” Kendal adalah panti rehabilitasi wanita tuna susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial dan resosialisasi serta pembinaan lanjut dari para tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. PKW “Wanodyatama” Kendal telah mulai operasi sejak tanggal 15 September 1981 dengan nama Sasana Rehabilitasi Wanita “Mardi Utama” Kendal dan penghuni pada saat itu 40 orang tuna susila. Pada tanggal 30 April 1982 diresmikan oleh Menteri Sosial RI bersamaan dengan peresmian SRCPM “Raharja” Sragen. Berdasarkan SK Ka. Kanwil Dep. Sosial Propinsi Jawa Tengah No. Deg. 7/80/VII/93, berubah namanya menjadi Panti Karya Wanita “Mardi Wanita” selanjutnya berdasarkan SK Dirjen Bina Rehabilitasi Sosial Dep. Sosial RI tanggal 1 April 1994, No. 06/Kep/BRS/IV/1994, Nama PKW “Mardi Wanita” dirubah menjadi Panti Sosial Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal dengan menempati tanah seluas + 2 Ha, berlokasi di jalan Gemah Km 1 Desa Botomulyo, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal. 3.1.2. Tujuan, Visi, Misi dan Sasaran a. Tujuan 1). Memberikan pembinaan terhadap tata kehidupan bagi masalah kesejahteraan sosial tuna susila dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif.
63
2). Mengembangkan pemulihan kembali harga diri, kepercayaan diri, tanggung jawab sosial, kemauan dan kemampuan para siswa agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. b. Visi dan Misi 1). Visi: Profesionalitas pelayanan Panti Karya Wanita “Wanodyatama” menuju kesejahteraan sosial. 2). Misi: a) Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas kehidupan manusia. b) Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat di dalam penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). c) Menciptakan jaringan kerja dengan instansi, lembaga dan dunia usaha. d) Mengembangkan manajemen pelayanan dan administrasi pekerjaan sosial dengan sistem panti. e) Membina dan mengembangkan PMKS. f) Menciptakan
kondisi
lingkungan
sosial
yang
mampu
mendorong kelayan untuk memulihkan harga diri, percaya diri dan kemandirian agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
64
c. Sasaran Garapan Panti Karya Wanita “Wanodyatama” 1) Sasaran Utama: a). Wanita tuna susila dengan kriteria sebagai berikut: -
Berusia produktif antara 16-35 tahun
-
Sehat jasmani dan tidak berpenyakit menular
-
Sehat rohani dalam arti tidak sakit ingatan atau tuna laras
-
Tinggal di asrama dan memenuhi ketentuan yang berlaku di dalam panti
-
Bimbingan berlangsung maksimal selama enam bulan
b). Eks Wanita Tuna Susila c). Wanita-wanita rawan pelacuran 2). Sasaran lain: a. Keluarga b. Masyarakat c. Organisasi sosial, LSM, Tokoh masyarakat 3.1.3. Landasan Hukum Dalam hal ini, sebagai sebuah Panti Sosial yang bergerak dalam bidang kesejahteraan sosial, dengan fokus utama untuk memberikan bantuan berupa layanan dan rehabilitasi sosial, keberadaan Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal ini mempunyai landasan hukum sebagai berikut: 1. U.U. No.6 th.1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial.
65
2. Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2001 tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah. 3. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 1 Tahun 2002, tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah. 3.1.4. Fungsi Panti 1. Penyusunan rencana tehnis pelayanan PMKS WTS. 2. Pengkajian dan analisis tehnis operasional PMKS. 3. Pelaksanaan kebijakan tehnis pelayanan PMKS. 4. Pelaksanaan identifikasi dan registerasi calon klien. 5. Penyaluran dan pembinaan lanjut. 6. Pelaksanaan evaluasi proses pelayanan panti. 7. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas dinas. 8. Pengelolaan ketatausaha. Persyaratan menjadi siswa/klein PKW “Wanodyatama” Kendal: 1) Tuna susila (WTS) usia 15-35 tahun 2) ABG/remaja rawan tindakan tuna susila 3) Bersedia mengikuti program pelayanan dan rehabilitasi sosial sistem panti yang telah ditetapkan panti 4) Sehat jasmani kecuali berpenyakit kelamin 5) Sehat rohani, tidak sakit ingatan/tuna laras
66
6) Sanggup tinggal di asrama dengan lama waktu pelayanan selama 6 bulan. 3.1.5. Program Pelayanan Kegiatan Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal ini pada dasarnya melaksanakan tugas terhadap penanganan masalah sosial penyandang tuna susila berupa pelayanan yang dikemas melalui suatu proses penyantunan dan rehabilitasi sosial, di mana seperti yang tertera dalam sasaran utamanya, siswa yang dalam hal ini memperoleh layanan dan bantuan ditempatkan dalam asrama, untuk mendapatkan ketrampilan seperti: menjahit, rias salon, tata boga, juga pembinaan fisik, mental kesehatan dan sosial, budi pekerti serta ajaran agama. Pelayanan dan rehabilitasi sosial di PKW “Wanodyatama” Kendal ini dilaksanakan selama enam bulan, di mana dalam satu tahun terdiri dari dua angkatan, yaitu periode Januari s/d Juni dan Juni s/d Desember. Lebih khusus lagi di dalam tiap angkatan hanya melayani 70 orang siswa. Dalam proses pelayanan ini ada tujuh proses kegiatan yaitu: a. Tahap Pendekatan Awal Adalah kegiatan untuk mendapatkan dukungan dari instansi sosial, menunjang keberhasilan pelaksanaan pelayanan, khususnya dalam penerimaan siswa. Pendekatan awal ini dilaksanakan satu bulan sebelum program pelayanan di dalam panti dilaksanakan. Terkait dalam fungsinya mengatasi dan menjaga tingkah laku para tuna susila tersebut, dilakukan melalui pendekatan aktif dan pasif yang berbentuk:
67
1) Orientasi dan konsultasi 2) Identifikasi 3) Motifasi 4) Seleksi b. Tahap penerimaan Tahap penerimaan para tuna susila untuk menjadi kelayan, yang disebut siswa di Panti ini, dengan kelengkapan administrasi, biodata serta informasi lain tentang pelayanan panti dalam membantu pemecahan permasalahan siswa yang berbentuk: 1. Registrasi 2. Assisment 3. Penempatan dalam program pelayanan 4. Pelayanan dan rehabilitasi c. Tahap assisment/penelaahan dan pengungkapan masalah Adalah proses pengungkapan dan pemahaman masalah siswa untuk mendapatkan data dan informasi tentang permasalahan, potensi dan kelemahan-kelemahan yang ada, serta rencana untuk masa depan yang mendukung upaya pemecahan masalah siswa. d. Tahap bimbingan Bimbingan dilaksanakan secara terinteraksi dan saling terkait antara kegiatan bimbingan yang satu dengan yang lain, meliputi: 1). Bimbingan Fisik
68
Yang merupakan bimbingan penanaman kedisiplinan yang berupa latihan jasmani, yaitu olah raga. 2). Bimbingan mental Merupakan usaha untuk melatih dan membentuk kondisi mental, psikis, kepribadian dan integritas yang mantap pada diri siswa serta kemampuan dan kemauan dalam menjalankan ibadah, sehingga siswa mempunyai ketahanan mental, spiritual dan tidak mudah
terpengaruh
oleh
lingkungan
sosial
serta
dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. Kegiatan ini dilakukan melalui bidang keagamaan dan budi pekerti. 3). Bimbingan sosial Adalah kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk membantu siswa baik secara individual, kelompok masyarakat dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi kebutuhan, menghadapi dan mengatasi masalah serta dalam menjalin hubungan dalam lingkungan masyarakat. 4). Bimbingan ketrampilan kerja Adapun bimbingan ketrampilan kerja yang diberikan oleh panti ini disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan siswa, antara lain berbentuk: - Menjahit - Salon - Tata Boga
69
Setelah selesai mengikuti bimbingan fisik, mental, sosial maupun ketrampilan selama lima bulan, maka siswa melaksanakan kegiatan magang (praktek belajar kerja) di berbagai perusahaan sesuai dengan ketrampilan yang diikuti selama satu bulan. e. Tahap resosialisasi, yang meliputi: 1). Bimbingan kesiapan dan peran masyarakat 2). Bimbingan sosial hidup bermasyarakat 3). Bimbingan pembinaan bantuan/stimulan 4). Bimbingan usaha/kerja produktif 5). Bimbingan penempatan dan penyaluran f. Tahap bimbingan lanjut, antara lain: 1) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan 2) Bimbingan pengembangan usaha 3) Bimbingan pemantapan peningkatan usaha g. Terminasi Merupakan pemutusan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi siswa yang telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. 3.1.6. Sarana dan Prasarana Dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan yang memenuhi syarat sangat menentukan kelancaran proses bimbingan dan penyuluhan itu sendiri.
70
Adapun sarana dan prasarana yang ada di panti karya wanita “Wanodyatama” Kendal adalah sebagai berikut : a. Kantor
: 2 unit
b. Asrama
: 4 unit
c. Ruang kelas/aula
: 1 unit
d. Ruang ketrampilan
: 1 unit
e. Ruang makan/dapur : 1 unit f. Musholla
: 1 unit
g. Rumah dinas
: 3 unit
h. Lapangan olah raga : 1 Unit 3.1.7. Struktur Organisasi PKW “Wanodyatama” Kendal adalah merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesejahteraan Sosial termasuk Panti type-A Eselon III, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah (Nur Kholish: 2005).
Kepala Panti
Ka Sub Bag TU
Kasi Penyantunan
Kasi Rehablur
71
3.1.8. Sumber Dana Adapun Sumber dana PKW “Wanodyatama” Kendal diperoleh dari : 1). APBD Propinsi Jawa Tengah. 2). Dana Dekonsentrasi (APBD dan Bantuan Luar Negeri) 3). Sumber lainnya yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. 3.1.8. Kondisi Penghuni Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal a. Pembimbing Tenaga pembimbing atau pengelola yang ada di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal sampai sekarang 21 orang, tetapi ada dari Departemen Agama dan dinas-dinas lainnya. Data identifikasinya adalah tabel sebagai berikut : Tabel I Usia Pengelola/Pembimbing Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal No. 01 02 03 04
Usia / Tahun 30 - 35 Tahun 36 - 40 Tahun 41 - 45 Tahun 46 Tahun – Keatas Jumlah
Responden 5 orang 3 orang 3 orang 10 orang 21 orang
Prosentase 23,8 % 14,3 % 14,3 % 47,6 % 100 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pengelola Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal lebih banyak dikelola orang yang berusia 46 tahun keatas (47,6 %), usia termuda adalah 30 sampai 35 tahun sebanyak 23,8 %. Hal itu menunjukkan bahwa pengelola di panti tersebut lebih banyak dikelola oleh mereka yang lebih matang mental karena usianya tua. Karena, bagaimana juga mengelola panti tersebut
72
dibutuhkan kesabaran yang tinggi, sehingga dengan usia pengelola yang lebih tua diharapkan tingkat kesabarannya juga tinggi. Tabel II Jenis Kelamin Pengelola/Pembimbing Panti Karya Wanita “Wanodyatama”Kendal No. 01 02
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Responden 15 orang 6 orang 21 orang
Prosentase 71,4 % 28,6 % 100 %
Begitu pula dalam tabel tersebut, menunjukkan bahwa jenis kelamin pengelola di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal, kebanyakan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (71,4 %). Sedangkan yang berjenis perempuan berjumlah 6 orang (28,6 %). Tabel III Asal Domisili Pengelola Pembimbing Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal No. 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Asal Domisili Kendal Semarang Karanganyar Pekalongan Surakarta Jepara Sukoharjo Solo Surabaya Sragen Jumlah
Responden 8 orang 5 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 0rang 21 orang
Prosentase 38,1 % 23,8 % 4,7 % 4,7 % 4,7 % 4,7 % 4,7 % 4,7 % 4,7 % 4,7 % 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa, domisili pengelola Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal itu lebih banyak berasal dari daerah Kendal yaitu 8 orang (38,1 %) dan yang berasal dari Semarang 5
73
orang (23,8 %). Sedangkan sisanya berasal dari luar Kendal dan Semarang. Kondisi demikian menunjukkan adanya efektifitas layanan yang dilakukan oleh pengelola panti tersebut terhadap pembinaan siswa yang berada di panti itu.
Tabel IV Pendidikan Pengelola Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal No. 01 02 03 04 05
Pendidikan S.1 Diploma dua SLTA SLTP SD Jumlah
Responden 8 orang 1 orang 8 orang 2 orang 2 orang 21 orang
Prosentase 38,1 % 4,7 % 38,1 % 9,5 % 9,5 % 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa, pendidikan pengelola di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal adalah pendidikan sarjana strata satu (S.1) berjumlah 8 orang (38,1 %), diploma dua berjumlah 1 orang (4,8 %), Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 8 orang (38,1 %), Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 2 orang (9,5 %), dan terakhir pendidikan sekolah dasar berjumlah 2 orang (9,5 %). Jadi dari data itu menunjukkan bahwa pengelola di panti tersebut kebanyakan pendidikan SMA dan S.1, dan paling kecil adalah pendidikan diploma dua. Tenaga pengelola yang berpendidikan SMA dan S.1 itu mengindikasikan bahwa, tenaga tersebut merupakan tenagatenaga pengelola yang profesional, dengan indikasi pendidikan yang sarjana S1. Namun, mayoritas pengelola di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal 100 % beragama Islam.
74
Dari uraian tersebut di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa pembimbing yang ada di PKW “Wanodyatama” Kendal sebagian besar berasal dari luar Kendal, usia mayoritas 45 tahun keatas, jenis kelamin didominasi oleh kaum laki-laki, pendidikannya SMA dan S1, dan pengelolanya semua beragama Islam. b. Siswa Pada tahun anggaran 2004-2005 di PKW “Wanodyatama” Kendal menampung 70 siswa rehabilitasi yang mendaftar di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal di kelurahan Botomulyo. Sehubungannya dengan tempat yang tersedia, maka untuk masuk PKW “Wanodyatama” tersebut diadakan seleksi dan pemeriksaan terlebih dahulu dan jumlah siswa/klien rehabilitasi dibatasi. 1. Jumlah siswa rehabilitasi: 70 orang. Tabel V Asal Daerah Penghuni Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal No. 01 02 03 04 05 06 07 08 09
Asal Daerah Demak Kendal Temanggung Batang Sukoharjo Tegal Pekalongan Semarang Lampung Tengah Jumlah
Responden 14 orang 19 orang 15 orang 5 orang 1 orang 12 orang 2 orang 1 orang 1 orang 70 orang
Prosentase 20 % 27,1 % 21,4 % 7,2 % 1,4 % 17,3 % 2,9 5 1,4 % 1,4 % 100 %
Dari tabel tersebut di atas, maka penghuni Panti Karya Wanita “Wanodyatama” di Kendal terbanyak berasal dari Kendal
75
sendiri, yaitu sebanyak 19 orang (27,1 %), sedangkan urutan kedua dari kabupaten Temanggung sebanyak 15 orang (21,4 %), sedang urutan ketiga dari daerah Demak sebanyak 14 orang ( 20 %). Penghuni terkecil dari daerah Sukoharjo, Semarang, dan Lampung Tengah sebanyak masing-masing 1 orang (1,4 %). Pelayanan yang diperoleh para siswa rehabilitasi selama berada di PKW “Wanodyatama” tersebut meliputi : 1. Pengasramaan dengan rincian: setiap kamar terdiri dari 4 orang dan tempat tidur komplit. 2. Pemberian pakaian seragam untuk pembinaan. 3. Pelayanan kesehatan. - Pemeriksaan 1 minggu sekali - Pemberian obat-obatan bagi yang sakit ringan 4. Pelayanan ketrampilan. - Menjahit - Salon - Memasak. Mengenai pendidikan siswa rehabilitasi yang berada di PKW “Wanodyatama” berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan petugas dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini (Agus: 2005).
76
Tabel VI Keadaan Siswa PKW “ Wanodyatama” Kendal Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan 01. SD 02. SMP 03. SMU Jumlah
Responden 5 orang 37 orang 28 orang 70 orang
Prosenatase 7,2 % 52,8 % 40,0 %, 100 %
Dari tabel tersebut, dapat disebutkan bahwa mayoritas siswa di Panti Karya Wanita “Wanodytama” Kendal adalah berpendidikan SMP sebanyak (52,8 %). Sedangkan yang berpendidikan SMA 40 %, yang berpendidikan SD 7,2 %. Ini menunjukkan bahwa siswa yang ada di panti tersebut mayoritas melaksanakan wajib belajar sembilan tahun. Apabila diperhatikan, usia mereka banyak yang termasuk usia produktif, dimana mereka merupakan generasi muda penerus bangsa. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat dalam tabel berikut ini : Tabel VII Keadaan Responden Di PKW “WANODYATAMA” Kendal Menurut Golongan Usia No. 01 02 03
Golongan Usia 16 – 23 25 – 30 31 – keatas Jumlah
Responden 25 orang 35 orang 10 orang 70 orang
Prosentase 35,7 % 50,0 % 14,3 % 100 %
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa siswa di Panti Karya Wanita “Wanodytama” Kendal paling banyak berusia 25 – 30 tahun
77
atau 50 %. Usia 16 – 23 tahun sebanyak 35,7 %. Jadi siswa yang direhabilitasi di panti tersebut adalah berusia produktif. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan klien menjadi Wanita Tuna Susila, maka penulis mengadakan wawancara dengan siswa dan beberapa pembimbing di PKW “Wanodyatama”. Hasil dari wawancara tersebut, lihat tabel dibawah ini: Tabel VIII Faktor Penyebab Responden Menjadi Wanita Tuna Susila Di PKW “WANODYATAMA” Kendal No. 01. 02. 03.
Faktor Penyebab Ekonomi Sakit Hati Pengaruh Lingkungan Jumlah
Responden 55 orang 9 orang 6 orang
Prosentase 78,5 % 12,9% 8,6 %
70 orang
100 %
Setelah diperhatikan tabel di atas, jelaslah bahwa faktor ekonomi mencapai 78,5%, pengaruh lingkungan 8,6 %, Sakit Hati 12,9%. Dengan demikian maka faktor ekonomi menduduki tempat yang paling tinggi, bahkan merupakan penyebab yang paling tinggi intensitasnya pada tiap-tiap angkatan. Hal ini menunjukkan bahwa, status mereka mayoritas tergolong ekonomi lemah. Dan sampai saat ini, kondisi yang seperti itu masih banyak belum bisa di atasi, terutama di daerah terpencil dan miskin lainnya. Dengan melihat gejala seperti itu, maka pihak pemerintah tidak tinggal diam. Melalui panti-panti pada khususnya, seperti
78
PKW “Wanodyatama” dengan dibantu instansi terkait berusaha mengatasi masalah tersebut dengan memberikan berbagai bimbingan pembinaan WTS yang terkena razia.
3.2. Tanggapan Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal Terhadap Pembimbing Dan Materi Bimbingan Penyuluhan Islam 3.2.1. Tanggapan Siswa Panti Terhadap Pembimbing Secara teoritikal fungsi bimbingan dan penyuluhan secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator klien dalam upaya mengatasi dan memecahkan problem kehidupan klien dengan kemampuan yang ada pada diri klien. Hal itu, sangat terkait dengan keberadaan pembimbing dalam mencapai fungsi bimbangan dan penyuluhan sebagaimana tersebut. Adapun pembimbing di PKW “Wanodyatama” secara umum telah memberikan pelayanan kepada siswa agar supaya mampu mengaktifkan potensi fisik dan psikisnya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidup yang dirasakan sebagai penghalang atau penghambat perkembangan lebih lanjut dalam bidang-bidang tertentu (Wawancara dengan Rani P tanggal 4 april 2005) Pembimbing yang ada di PKW “Wanodyatama” ternyata memiliki tiga sikap pokok, yaitu menerima (acceptance), sikap ingin memahami (understanding), sikap bertindak dan berkata secara jujur
79
(sincerry). Sikap menerima di sini berarti bahwa pembimbing menerima siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” sebagaimana adanya dan tidak segera “mengadili” siswa tentang kebenaran dari pendapatnya/perasaannya/perbuatannya. Sikap ingin memahami menuntut dari pembimbing agar dia berusaha sekuat tenaga untuk menangkap dengan jelas dan lengkap hal-hal yang sedang dikemukakan oleh siswa, baik dengan kata-kata maupun dengan isyarat yang lain. Maka pembimbing berusaha untuk ikut merasakan (empathy) apa yang diungkapkan dan apa yang dialami oleh siswa (Uswa. H tanggal 4 april 2005). Begitu juga menurut Siti. M (tanggal 4 april 2005) yang dikuatkan oleh Indri. N (2005), bahwa sikap bertindak dan berbicara secara jujur oleh pembimbing, adalah dalam bentuk pembimbing di PKW “Wanodyatama” tidak bersikap berpura-pura, sehingga dalam pandangan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama”, pembimbing kelihatan secara spontan. Misalnya, pembimbing tidak berpura-pura bersikap ramah terhadap seorang murid yang berpakaian terlalu seenaknya; lebih baik pembimbing mengatakan bahwa caranya berpakaian kurang pantas dan lain kali sebaiknya dibenarkan. Berdasarkan uraian di atas jelas kiranya, bahwa kesan yang ditangkap oleh siswa di PKW “Wanodyatama” dalam pertemuan awal sangat menentukan bagi kelancaran pertemuan-pertemuan bimbingan yang akan datang. Dalam pertemuan yang untuk pertama
80
kalinya itu siswa akan “menilai” pembimbing, apakah dia pada lain kesempatan masih mempunyai daya tarik terhadap siswa di PKW “Wanodyatama”. Pertemuan yang pertama kalinya itu sangatlah menentukan bagi terciptanya hubungan pribadi antar pembimbing dan yang dibimbing (Endang P tanggal 4 april 2005). Begitu juga, kepekaan terhadap apa yang terdapat “di belakang” kata-kata siswa Panti Sosial Wanita “Wanodyatama”, misalnya macam-macam perasaan yang dialami siswa di panti, tetapi sering kali tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata. Kepekaan (sensitivity) ini seolah-olah harus menjadi suatu sifat kepribadian yang diperoleh melalui studi ilmiah, pengalaman dalam memberi bimbingan kepada siswa-siswa, membaca-baca roman yang bermutu, dan melihat film yang mengisahkan kehidupan batin pada manusia. kepekaan ini lebih penting daripada metode dan masalah yang menimbulkan kegelisahan dan kebingungan ternyata bisa ditangkap oleh pembimbing di PKW “Wanodyatama”yang peka terhadap apa yang dirasakan oleh siswa di PKW “Wanodyatama” Kendal (Dwi. A, Kaswa, dan Siti. M tanggal 4 april 2005).. Kemampuan dalam cara berkomunikasi yang tepat (rapport), hal ini, pembimbing di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” telah menunjukkan bahwa, pembimbing telah mampu menyatakan pemahamannya terhadap hal-hal yang diungkapkan oleh siswa. Caranya
pembimbing
menyatakan
81
“pengertiannya”
dengan
bijaksana, agar jangan menimbulkan sikap defensif pada siswa, misalnya jangan dikatakan: “Ternyata kau bertindak tolol; rupanya engkau seorang penakut”, atau menimbulkan rasa malu pada siswa, misalnya jangan dikatakan: “rupanya kau merasa sangat bermusuhan dengan ayahmu, ya toh ?”. Pembimbing selalu mengingat bahwa kata-katanya, nada
bicara, dan reaksinya yang lain dapat
menimbulkan reaksi terkejut atau tersinggung (Ike. K tanggal 6 april 2005).. Peran pembimbing di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” juga bertindak sebagai pendidik, tetapi
mereka itu tidak
bertindak/berlagak “dominan” dalam mengambil sikap. Sehingga seorang pembimbing tidak membuat siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” terlalu mengantungkan diri pada pembimbing (Sari tanggal 6 april 2005). Pembimbing di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” memiliki kesehatan dan mental yang layak. Hal itu terlihat dari sikap pembimbing
yang
menyakini
akan
kebenaran
agamanya,
menghayati, mengamalkan, karena mereka menjadi pembawa norma sosial maupun agama yang konsekuen serta menjadikan idola sebagai
muslim
lahir
batin
di
kalangan
siswa
di
PKW
“Wanodyatama” (Sri. M tanggal 6 april 2005). Begitu juga menurut Muti (tanggal 6 april 2005), pembimbing memiliki kepribadian menarik terhadap siswa di PKW “Wanodyatama” pada khususnya
82
dan kepada orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Begitu juga, mereka memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti tinggi serta loyalitas terhadap tugas pekerjaannya yang konsisten (tidak
terputus-putus,
atau
berubah-ubah),
di
tengah-tengah
pergolakan masyarakat. Di sisi lain menurut Endang. PW (tanggal 8 april 2005), pembimbing di PKW “Wanodyatama” memiliki kematangan jiwa dalam bertindak menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan. Kematangan jiwa yang dimaksud matang dalam berpikir, berkehendak, dan merasakan (melakukan reaksi-reaksi emosial) terhadap segala hal yang melingkupi tugas kewajibannya. Bahkan, mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik dengan siswa di PKW “Wanodyatama” dan lingkungan sekitarnya, baik kepada pengelola PKW “Wanodyatama”, karyawan dan staf serta orang-orang yang perlu diajak bekerja sama, maupun dengan masyarakat sekitarnya. Pembimbing di PKW “Wanodyatama”mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang harus ditegaskan terutama di kalangan siswa yang dibimbingnya, dengan menjunjung harkat dan martabat kemanusaian yang harus dijunjung tinggi di kalangan mereka. Juga memiliki keyakinan bahwa tiap siswa di PKW “Wanodyatama” memiliki kemampuan dasar yang baik dan dapat dibimbing menuju ke arah perkembangan yang
83
optimal serta memiliki sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan siswa di PKW “Wanodyatama” (Riyati tanggal 8 april 2005). Bahkan menurut Dwi. A (tanggal 8 april 2005), pembimbing di PKW “Wanodyatama” memiliki watak dan kepribadian yang bersifat kekeluargaan sehingga orang yang berada disekitarnya suka bergaul dengannya. Serta memiliki integritas pribadi (yang bulat dan utuh) tidak berjiwa terpecah-pecah, karena jiwa yang terpecah-pecah tidak dapat merekam sikap dan pandangan yang teguh dan konsisten, melainkan selalu berubah-ubah karena pengaruh sekitar. Sisi lain mereka memiliki pengetahuan teknis termasuk metode tentang bimbingan dan penyuluhan serta menerapkan dalam tugasnya, hal itu dikuatkan oleh Elly. A dan Puji A(tanggal 8 april 2005). Dalam kaitannya dengan tugas dan karakter tersebut di atas, maka proses bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan pembimbing telah banyak membawa pengaruh terhadap siswa di PKW “Wanodyatama” untuk melakukan perubahan sikap terhadap apa yang telah diberikan oleh pembimbing yang tersebut. Walaupun
kadang
ada
sebagian
kecil
siswa
yang
menghendaki seorang pembimbing harus memiliki bentuk jasmani yang bagus dan tampan, dan berwajah berseri (dengan alasan bisa memberi kesan akan kebersihan jiwanya), dahi muka lebar (yang menandakan akan kecerdasannya), berdahi terbuka, tidak tertutup
84
oleh rambut kepalanya (tanda sebagai orang yang terpelajar atau terdidik) (Indri. R dan Alimt. M tanggal 4 April 2005). Jadi keberadaan dan karakter pembimbing di PKW “Wanodyatama” ternyata sangat mempengaruhi perubahan sikap bagi siswa di PKW “Wanodyatama”. 3.2.2 Tanggapan Siswa Panti Terhadap Materi Bimbingan Penyuluhan Islam Siswa rehabilitasi di Panti Karya Wanita “Wanodyatama” jumlahnya 70 (tujuh puluh) orang, yang beragama Islam berjumlah 68 orang sedang yang lainnya yaitu Kristen 2 orang. Khusus untuk agama Islam, pembinaan mental diberikan empat kali pertemuan dalam seminggu. Materi-materi tersebut adalah tauhid, akhlak, baca tulis al-Quran, tuntunan shalat. Materi pertama adalah tauhid yang disampaikan oleh instruktur dari Depag Kendal yaitu Bapak Muslikhan, pada hari Senin jam 16.00 WIB. tujuan pengajaran tauhid kepada siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” adalah memantapkan keyakinan atau kepercayaan
agamanya
kepada
Tuhan
Yang
Esa
dengan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan yang masih melekat. Karena sumber agama adalah tauhid ( Tri U tanggal 8 april 2005) Ketika Islam datang, ajaran pertama yang disampaikan oleh Rasul Allah setelah fungsinya sebagai utusan-Nya adalah ajaran Tauhid yang mengesakan Tuhan. Oleh karena itu, setelah seseorang
85
menyatakan bersedia beriman, maka ia akan selalu mengucapkan kesaksian bahwa Tuhan yang benar disembah adalah Allah SWT dan Muhammad adalah utusan-Nya. Dengan materi inilah siswa di PKW “Wanodyatama” akan tertanam rasa memiliki kepada Tuhannya yang telah menciptakan hambanya dan mengakui bahwa Tuhan itu Esa dan menghindari dari sifat musyrik (menyekutukan Allah). kesaksian seperti ini dalam rumusan ajaran Islam disebut syahadat tauhid yang berisi pernyataan negatif karena merupakan peniadaan, namun kemudian diteruskan dengan pernyataan positif yang menyatakan hanya Allah SWT yang berhak menjadi tujuan penyembahan. Syahadat Rasul berisi tentang kesaksian bahwa Muhammad SAW adalah Rasul, utusan dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Pertama-tama siswa PKW “Wanodyatama” diajarkan untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Iman itu melahirkan tata nilai berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dijiwai oleh kesadaran hidup ini berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan (Innâ lillâh wa innâ ilaihirâji’un: Sesungguhnya kita berasal dari Tuhan dan kita akan kembali kepada-NYA”), maka Tuhan adalah asal dan tujuan hidup, bahkan seluruh makhluk yang hidup di dunia ini, karena pada dasarnya bahwa hidup adalah hanyalah sementara sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Siswa
Panti
Karya
Wanita
“Wanodyatama”
yang
mentauhidkan Allah, berarti ia menempatkan Allah di atas segala-
86
galanya. Mereka yakin tidak ada sesembahan selain Allah, mereka tidak sujud dan tidak ruku’ selain kepada Allah. Mereka tidak mengharapkan rizki selain dari Allah. Pengakuan
terhadap
Allah
yang
ajaran-ajarannya
dimasyarakatkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan jantung dari kehidupan orang-orang beragama. Mengesakan Allah SWT adalah ajaran yang utama dan sebagai pengalaman ibadah yang utama. Materi
tauhid
tersebut
adalah
untuk
memperkuatkan
keyakinan siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” kepada Tuhannya, bahwa Tuhan adalah yang berhak atau wajib disembah oleh hambanya dan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun di dalam ibadah. Penuturan Muawanah (tanggal 8 april 2005), materi ini memperkuat bagi kami untuk menyembah kepada Allah, karena Allahlah yang patut disembah setidaknya memberikan wawasan yang luas bagi kami tentang hal-hal yang dapat menjeremuskan ke liang kemusyrikan. Materi kedua adalah akhlak yang disampaikan oleh instruktur dari tokoh agama setempat yaitu bapak Muslikhan, pada hari Senin jam 16.00 WIB. Kedudukan akhlak dalam agama dan pergaulan hidup adalah sungguh amat penting. Dalam agama, akhlak menjadi
87
tiang yang teguh dan dalam masyarakat, akhlak menjadi sendi yang kuat (Ulfah tanggal 8 april 2005). Siswa yang ada di PKW “Wanodyatama”ini adalah wanita. Karena wanita merupakan tiangnya negara, apabila wanita akhlaknya rusak maka negaranya pun akan rusak, begitu juga dengan akhlak. Apabila akhlaknya buruk maka agamanya akan menjadi hancur atau roboh. Akhlak merupakan cerminan bagi manusia, karena seseorang yang mempunyai akhlak yang baik maka hidupnya damai, tentram dan tidak mempunyai rasa takut atau cemas kepada perbuatan yang telah diperbuatnya. Materi ketiga adalah baca tulis al-Qur’an, instrukturnya yaitu bapak Nur Ruddin, kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sehabis shalat Maghrib. Baca tulis al-Qur’an merupakan sebagai wujud cintanya kepada kitab suci-Nya, selain itu dengan membaca alQur’an jiwanya menjadi tenang, damai, dan memperkuat keimanan kita terhadap Allah SWT (Lilik tanggal 8 April 2005). Baca tulis al-Qur’an ini sangat penting karena bagi kaum muslim setidaknya dapat membaca kitabnya sendiri dan dapat menulis dengan baik. Sebagian siswa yang berjumlah 70 (tujuh puluh) orang dapat membaca dan menulis al-Qur’an. Kerena pada dasarnya mereka sudah mendapatkan pendidikan agama. Sedangkan yang lain ada yang sudah bisa tetapi belum lancar dan ada juga yang betul-betul tidak bisa membaca al-Qur’an dan menulis al-Qur’an.
88
Bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an dan menulis al-Qur’an, ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk mengajarkan kepada siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama”. Materi keempat adalah tuntunan shalat, setiap hari jam 18.15 WIB. Instruktur yaitu bapak Nur Ruddin dari tokoh agama setempat. Shalat merupakan kewajiban bagi semua orang Islam selama masih hidup. Tujuan mengajarkan shalat kepada penghuni Panti Karya Wanita “Wanodyatama” ini adalah untuk menanamkan rasa pengabdiannya kepada Allah, bahwa shalat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam keadaan apapun baik gembira maupun susah. Kewajiban ini tidak ada alasan untuk ditinggalkan walaupun di mana kita berada (Ike K tanggal 8 April 2005). Mengajarkan rukun shalat dan adab-adabnya kepada siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” memahami tentang tata cara dalam melaksanakan shalat karena shalat adalah tiang agama, sendi ibadah.
Tetap
memelihara
shalat,
mendorong
siswa
PKW
“Wanodyatama” mengerjakan ibadat-ibadat yang lain, meninggalkan segala yang haram dan amat mengendalikan hawa nafsu. Siswa di PKW “Wanodyatama” dibimbing dan diarahkan untuk berlatih shalat, karena shalat merupakan kewajiban bagi muslim yang sudah dewasa dan akhlaknya sehat. Karena “shalat” adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat, berarti dia
89
mendirikan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, berarti ia merobohkan agama”. Siswa di PKW “Wanodyatama” kebanyakan sudah hafal dalam bacaan shalatnya, karena mereka sudah pernah mendapatkan pendidikannya di daerahnya masing-masing. Maka materi tuntunan shalat ini memperdalam tentang manfaatnya shalat. Sedangkan siswa yang belum hafal doanya shalat diajarkan secara bertahap sehingga siswa betul-betul hafal. Selain itu juga diajarkan apa maksud dari bacaan tersebut (bacaan shalat), karena ini sangat penting bagi siswa, dengan apa yang diucapkan maka tahu maksudnya. Pemberian materi dalam bimbingan kerohanian merupakan sebagai motivasi bagi mereka, bahwa Tuhan masih membuka pintu taubat bagi orang-orang yang melakukan kesalahan, agar hidupnya damai dan sejahtera. (Tutik tanggal 8 April 2005). Setidaknya dengan materi kerohanian tersebut maka siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” akan terbuka dan kembali ke jalan yang lurus dan juga mendapat pencerahan hidup bahwa hidup adalah penuh tantangan dan cobaan bagi umatnya serta memotifasi mereka agar tetap optimis dalam menjalani kehidupan ini yang penuh liku-liku dan kembali bermasyarakat dengan sewajarnya. Dalam
rangka
menumbuhkan
kesadaran
hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal bekerjasama dengan lembaga terkait
90
melakukan bimbingan kesadaran hukum. Penyajian materi tersebut bermaksud untuk memberikan pengetahuan tentang kesadaran hukum-hukum perkawinan, keamanan dan penertiban masyarakat (Kamtibmas), untuk menjadikan kedisiplinan bagi siswa Panti Karya Wanita
“Wanodyatama”
Kendal
sehingga
setelah
kembali
kemasyarakat dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan yang normatif di masyarakat. Penyajian materi dalam bidang keagamaan yang dilakukan oleh Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal cukup berguna bagi kehidupan di dunia ini, yaitu empat kali dalam seminggu. Selain pembinaan keagamaan yang dilakukan Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal empat kali dalam seminggu. Selain penyajian materi-materi keagamaan yang dilakukan Panti Karya Wanita “Wanodyatama”, kami memperoleh pengetahuan agama melalui ceramah di televisi dan melalui buku-buku agama yang telah disediakan oleh Panti Karya Wanita “Wanodyatama” ini (Puji tanggal 8 April 2005). Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” Kendal setuju dengan pendapat bahwa materi yang menyajikan bahwa hidup ini terasa tidak berguna/hampa tanpa iman/percaya adanya Tuhan, karena sesungguhnya pada diri mereka, ada rasa takut atau khawatir dengan azab Tuhan Yang Maha Esa, yang mana tidak akan bisa menghindar dari azab tersebut (Elly: 2005).
91
Bahkan Dwi (tanggal 8 April 2005) menuturkan, mereka melakukan perbuatan diluar ketentuan agama, sebenarnya menyesali perbuatannya itu. Mereka percaya terhadap adanya Tuhan, sedikitpun tidak ragu. Pada dasarnya mereka percaya bahwa agama memberikan bimbingan dengan penyajian materi dalam bidangbidang agama untuk hidup sehari-hari. Karena dengan agama hidup kita menjadi bermakna, hal itu dikuatkan oleh Sariyatun (tanggal 8 April 2005). Sesuai dengan penuturan (Indri tanggal 8 April 2005), penyajian materi dalam pembinaan mental agama tidak hanya yang sudah dijadwalkan saja, melainkan ada permainan kelompok yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku siswa Panti Karya Wanita
“Wanodyatama”,
yang
dilakukan
pada
hari
Rabu,
instrukturnya dari tim pekerja sosial yang berjumlah 2 orang. Selain itu juga diadakan renungan malam yang dilakukan setiap satu bulan sekali yang diambil dari ceramah ulama’ setempat. Tujuan dilakukan renungan malam ini, agar siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” merenungi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang telah dilakukan itu (kembali ke jalan yang diridhai oleh Allah). Siswa Panti Karya Wanita “Wanodyatama” yang berbuat tidak sesuai dengan norma-norma agama atau menyimpang dari peraturan yang telah ditentukan maka siswa PKW “Wanodyatama”
92
dikumpulkan lalu dibimbing dengan cara berkelompok, yang langsung ditangani oleh pekerja sosial. Demikian materi-materi yang disampaikan oleh pembimbing di PKW “Wanodyatama” Kendal yang direspon oleh siswa tersebut, dengan penuh antusias dan merasa ada pengaruhnya terhadap perubahan prilaku atau sikap pada diri siswa PKW “Wanodyatama” Kendal kearah yang lebih baik.
93
94