Laporan Kerja Praktek
BAB III
PROSES PRODUKSI KAPAL FERRY 3.1
DIVISI PROSES PRODUKSI Bagian Produksi adalah salah satu bagian vital dari semua bidang dan bagian dari
unit I PT Daya Radar Utama. Bagian ini bertindak sebagai pelaksana suatu proyek berdasarkan dari daftar kerja yang telah disepakati oleh pihak owner kapal yang ingin kapalnya dapat masuk di PT Daya Radar Utama dalam hal pembangunan kapal baru, dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah bagian pemasaran (persiapan produksi) yang mana dalam suatu proyek tersebut akan dipimpin oleh kepala proyek.
3.2
TANGGUNG JAWAB DAN PROSES 1. Merencanakan,melaksanakan dan mengawasi semua kegiatan produksi yang sesuaidengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan pada masing-masing bengkel, sesuai pekerjaan yang dibutuhkan pada suatu proyek. 3. Membantu menciptakan sarana dan kondisi kerja yang aman dan nyaman serta memperhatikan keselamatan kerja dan kondisi lingkungan yang di koordinir oleh divisi sarana fasilitas.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
15
Laporan Kerja Praktek
Tahapan pembangunan kapal dapat diilustrasikan dalam Flow Chart berikut:
OUTFITTING & FINISHING Penyelesaian Sistem Perpipaan; Instalasi ListrikInstalasi Perlengkapan; Finishing Hull Out Fitting; Finishing Painting; Interior Accomodation & Insultion.
PELUNCURAN (LAUNCHING) AIR BAG
TEST Pengujian Fungsi Peralatan (Fungction Test) Pengujian Stabilitas (Inclining Test) Pengujian MSB (Load Gambar 3.0 flow chart perusahaaan Test) Pengujian di galangan sumber PT Daya Radar Utama (Dock Trial) Pengujian Berlayar (Sea Trial)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
16
Laporan Kerja Praktek Penjelasan flow chart urutan kerja pembangunan kapal Ferry sebagai berikut :
3.2.1 Kontrak
Setelah ditandatangani kontrak kerja pengadaan/jasa pemborongan pembangunan kapal, diperoleh:
Persyaratan–persyaratan umum yang ditentukan oleh pengguna jasa (owner requirements) yang bersifat mengikat pihak penyedia jasa pemborongan (galangan pembangunan) dalam hal ini PT Daya Radar Utama dan pihak pengguna jasa dalam hal ini adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Satuan Kerja Pengembangan Sarana Transportasi SDP.
Spesifikasi teknis kapal Ferry jenis double endedyang akan dibangun yang berisi penjelasan dan penjabaran yang lebih detail menyangkut karakteristik kapal yang meliputi ukuran utama kapal, aspek-aspek kelaikan kapal, keselamatan dan kenyamanan awak kapal, material dan perlengkapan kapal.
Gambar Rencana Umum (General Arrangement Plan) merupakan gambaran umum kapal yang akan dibangun.Jadwal waktu penyelesaian pekerjaan yang terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) hingga serah-terima kepada pihak pengguna jasa.
3.2.2 Persiapan Galangan Berdasarkan key pointsyang diperoleh dari kontrak, maka selanjutnya penyedia jasa (galangan) melakukan langkah-langkah persiapan yang meliputi antara lain:
Pengorganisasian pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan penugasan personil terutama pimpinan proyek (Project Engineer) atau Kepala Pelaksana Lapangan yang bertanggung jawab dalam pembangunan kapal, yang meliputi estimasi kebutuhan material dan peralatan berdasarkan daftar kuantitas, jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) dan pengaturan jam orang (JO) dan personil lain yang dimiliki pihak galangan maupun diserahkan sebagaian pekerjaan kepada pihak lain (sub-kontraktor) sepanjang masih berada dalam koridor ikatan kontrak.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
17
Laporan Kerja Praktek
Perhitungan kebutuhan material, perlengkapan dan permesinan kapal. Pengadaan material, perlengkapan dan permesinan baik untuk persiapan pembangunan maupun untuk kapal. Pengadaan material, perlengkapan serta permesinan untuk kapal selanjutnya sesuai persetujuan pengguna jasa dan disetujui oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).
Persiapan bengkel kerja (shop), area kerja & perakitan (site) &building berthmenyangkut penyiapan bengkel-bengkel kerja hingga building berth dimana konstruksi kapal akan di ereksi membentuk blok-blok.
Pembuatan Network Planning dan Time Schedule yang berkaitan dengan rencana kerja, pembidangan dan penugasan staff, serta penyusunan jadwal penyelesaian pekerjaan agar tidak melampaui batas waktu yang telah disepakati dalam Kontrak. Spesifikasi urutan pengerjaan kapal tersebut dengan waktu penyelesaiannya masing-
masing. Ini merupakan main schedule pembuatan yang meliputi : 1. Tahapan pemesanan dan penandatanganan kontrak pembangunan. 2. Tahapan ereksi (keel layingdan seterusnya). 3. Tahapan fabrikasi. 4. Tahapan Peluncuran dan pengapungan (launching & floating). 5. Penyerahan (delivery). Berdasarkan Main Schedule tersebut, kemudian dibuatkan Time Schedule urutan pengerjaan secara lengkap yang spesifikasikan sebagai berikut : Umum (general), meliputi:
1. Key Plan dan Basic Plan 2. Production Drawing 3. Pemesanan material 4. Pemesanan material paket (mesin induk, mesin bantu, dan lain-lain)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
18
Laporan Kerja Praktek Konstruksi baja lambung (hull part), meliputi : 1. Mould Lofting 2. Marking 3. Fabrikasi ( Sistem Block ) 4. Assembling 5. Ereksi ( join block ) Konstruksi out-fitting lambung (hull out-fitting), meliputi: 1. Pekerjaan perpipaan (hull piping) 2. Pemasangan perlengkapan tambat (mooring equipment), jangkar (anchor), permesinan geladak (deck machineries). 3. Perlengkapan geladak termasuk perlengkapan penyelamat (safety equipment : live saving & fire fighting system) 4. Perlengkapan tangki muat (cargo tank fittings) 5. Perlengkapan akomodasi (furniture schedule) 6. Peralatan navigasi (navigation equipment)
Bagian Permesinan (Machinery Part), meliputi:
Pemasangan mesin induk (main engine), poros (shaft) dan propeller
Pemasangan generator (genset) dan mesin bantu (auxiliary engine)
Pemasangan perpipaan untuk mesin
Pemasangan perlengkapan untuk kamar mesin (engine room fitting)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
19
Laporan Kerja Praktek 7. Bagian Listrik (Electric Part), meliputi:
Sistem pembangkit tenaga listrik (electric generating plant)
Pembuatan rangkaian panel (MCB)
Pemasangan kabel (cable wiring)
Penyambungan kabel (connection)
Perlengkapan penerangan (lighting)
Perlengkapan radio dan sistem navigasi
Sistem alarm dan komunikasi
Suku cadang dan perlengkapannya
8. Bagian finishing, pemeriksaan dan pengujian, meliputi:
Pengecatan (cleaning, primer & schedule painting)
Inspeksi (welding inspection & water tighness), test (ship equipments & research equipments), dock trial, inclining test dan sea trial.
3.2.3 Rancangan Pada tahapan perancangan ini sudah memasuki bagian dari bidang engineering, dimana dalam tahapan perancangan terdapat Key Plan yang merupakan gambar-gambar utama kapal, khususnya kapal feri type GTR 500 double ended. Key Plan merupakan output dari proses design kapal yang terdiri atas: 1. Rencana Garis (Lines Plan) 2. Rencana Umum (General Arrangement Plan) 3. Rencana Irisan Melintang Gading Tengah (Midship Section Plan) 4. Rencana Profil Konstruksi Kapal Ferry dan Geladak (Construction Profile and Deck Plan) UNIVERSITAS MERCU BUANA
20
Laporan Kerja Praktek 5. Sekat-sekat melintang (Transversal Bulkheads) 6. Perencanaan dalam Kamar Mesin (Arrangement in Engine Room)
3.2.4Fabrikasi Fabrikasi merupakan tahapan awal dalam proses produksi konstruksi kapal ferry type GTR 500 double ended (steel construction), dan menghasilkan sebagian besar komponen yang membentuk struktur kapal tersebut. Jenis pengerjaan yang terjadi dalam proses fabrikasi adalah: 1. Mould lofting 2. Penandaan (marking); 3. Pemotongan (cutting); 4. Pembentukan (Roll, Press and bending); 5. Sub assembling.
1. Mould Lofting Karena struktur kapal yang komplek terutama konstruksi yang berada di bagian haluan dan buritan, maka sulit untuk memfabrikasi komponen konstruksi tersebut secara langsung dari gambar-gambar
rancangan,
kecuali
dengan
menerapkan
teknologi
yang
sudah
terkomputerisasi (CAD/CAM). Gambar–gambar rancangan (design plans) umumnya digambarkan dengan skala 1 : 50 hingga 1 : 100 sehingga kesalahan akan lebih mudah terjadi bila komponen kapal difabrikasikan secara langsung dalam ukuran sebenarnya. Oleh sebab itu, diperlukan suatu tahapan pengerjaan yang merupakan media antara pekerjaan rancangan dan fabrikasi yang dalam istilah teknik perkapalan disebut sebagai proses mould lofting. Dalam proses mould lofting, konstruksi kapal digambarkan dengan metode skala 1 : 1 (full scale lofting), 1 : 10 sampai 1 : 25 (reduced scale lofting), di atas lantai gambar yang terbuat dari papan atau plywood. Metode mould loftinglainnya adalah numerical lofting UNIVERSITAS MERCU BUANA
21
Laporan Kerja Praktek yang tidak menggunakan skala tertentu karena gambar lofting yang tidak menggunakan skala tertentu karena gambar lofting seluruhnya tersimpan dalam bentuk data numeric yang diolah dengan komputer. Hasilan (output) dari data numeric ini dikonversikan ke dalam bentuk pita berlubang (punched card) yang diproses dengan mesin Computerized Numerical Control (CNC) untuk pemotongan pelat dan sebagainya. Keuntungan penerapan numerical lofting adalah bahwa data mould lofting tersimpan dalam memori komputer untuk jangka waktu yang sangat lama selama tidak terjadi kerusakan pada data tersebut. Data ini sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan kembali bila dibutuhkan untuk membangun kapal dengan tipe dan ukuran yang sama. Pelaksanaan mould lofting untuk konstruksi dapat dilakukan setelah ada gambar lines plan, data offset dan dimensi konstruksi dari bagian Rancang Bangun (engineering) yang sudah disetujui oleh klas. Schedule utama (± 1 bulan) pada tahap ini adalah mendapatkan bentuk gading-gading tiap jarak gading dan selebihnya adalah perbaikan dan bentuk-bentuk lain konstruksi kapal.
Gambar 3.1 Mould lofting
2. Penandaan (marking) UNIVERSITAS MERCU BUANA
22
Laporan Kerja Praktek Marking adalah proses penandaan komponen berdasarkan data dari bengkel Mould Loft, sebelum melakukan pemotongan (cutting) terhadap komponen. Berdasarkan peralatan yang digunakan, marking dibedakan atas: 1. Penandaan secara manual (manual marking) 2. Penandaan dengan metode proyeksi (projection marking) 3. Penandaan dengan menggunakan mesin electro photo 4. Penandaan secara numeric (numerical controlled marking) Dengan manual marking, seluruh penandaan penggambaran komponen diatas permukaan material dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana. Pada projection marking, proses penandaan dibantu dengan peralatan optik sehingga gambar komponen dari bengkel mould loftdapat diskalakan. Sementara Electro Photo Marking (EPM) merupakan pengembangan dari projection marking. Proses marking ini tidak membutuhkan pengerjaan awal (pre-processing) pada pelat baja yang akan di marking, karena sudah menggunakan photo conductive powder (EPM photoner) dan fixative. Sedangkan Numerically Controlled Markingdibantu dengan peralatan komputer (CNC) dimana data inputnya hanya merupakan data numeric. Selama penandaan pelat ini terlebih dahulu dicatat nomor pelat/identifikasi pelat dan dibuat daftar pemakaian dan penempatannya di kapal tersebut (cutting plan) untuk keperluan telusur material (traceability material).
UNIVERSITAS MERCU BUANA
23
Laporan Kerja Praktek
Gambar 3.2 Penandaan (Marking)
3. Pemotongan (cutting) Cuttingmerupakan tahapan fabrikasi setelah penandaan di mana pemotongan dilakukan mengikuti kontur garis markingdengan toleransi sebagaimana yang ditetapkan di dalam rencana pemotongan pelat (cutting plan). Pemotongan dengan oxygen cuttingdengan memperhatikan jarak dari nozzleke pelat agar menghasilkan pemotongan yang efektif dan lose materialyang kecil. Berdasarkan jenis peralatan yang digunakan untuk pemotongan pelat, maka pemotongan dibedakan atas:
UNIVERSITAS MERCU BUANA
24
Laporan Kerja Praktek 1. Pemotongan manual dengan menggunakan gas
Gambar 3.3 Pemotongan manual
2.
Pemotongan otomatis dengan menggunakan gas
Gambar 3.4 Pemotongan otomatis
UNIVERSITAS MERCU BUANA
25
Laporan Kerja Praktek 4. Pembentukan (roll, press, dan bending) Roll, pressdan bendingmerupakan kelanjutan proses fabrikasi dari markingdan cutting.Rolladalah proses pembentukan pelat dimana pelat akan berubah bentuk secara radial dengan tekanan dan gerakan antara dua die (round bar). Mesin Roll Pressadalah proses penekanan pelat untuk pelurusan dan perataan permukaan pelat yang mengalami waving. Bending adalah proses pembentukan pelat atau profil hingga membentuk seksi tiga dimensi (frame/profil) sesuai yang dibutuhkan.
Gambar 3.5 Alat Roll
UNIVERSITAS MERCU BUANA
26
Laporan Kerja Praktek 5. Sub-Assembling Sub Assemblingmerupakan tahapan perakitan awal yang fungsinya adalah untuk mengurangi volume kerja diatas assembling jig. Pekerjaan sub assemblingmeliputi antara lain penyambungan pelat, perakitan pelat dengan konstruksi penguat (stiffener, girder,dan sebagainya), perakitan profil-profil I, T, siku (angle) dsb, yang akan membentuk panelpanel untuk posisi vertikal dan horizontal. Perakitan pelat dengan konstruksi penguat (stiffener, girder, dan sebagainya) Pelaksanaann pekerjaan
pada
tahap
ini
dilaksanakansetelah
proses
mould
lofting,
marking, cutting, dan bending selesai.
Gambar 3.6 Sub Assembling kapal Ferry
UNIVERSITAS MERCU BUANA
27
Laporan Kerja Praktek 3.2.5 Perakitan (Assembling) Assemblingmerupakan tahapan lanjutan dari proses fabrikasi. Seluruh material yang telah difabrikasi, baik pelat baja maupun profil-profil (rolled shapes) digabungkan dan dirakit menjadi satu unit tiga dimensi yang lebih besar dan kompak (block). Perakitan komponen-komponen Perakitan komponen dimaksudkan untuk: 1. Meningkatkan produktivitas dan memperkecil volume kerja di atas building berth; 2. Mempersingkat waktu kerja dengan mengurangi pekerjaan diatas building berth; 3. Meningkatkan kemampuan kerja dan keselamatan kerja khususnya untuk pekerjaan out fitting dan pengecatan karena dapat dilaksanakan selama perakitan. Ukuran blok / seksi yang dirakit sepenuhnya tergantung kepada dimensi kapal yang dibangun serta kapasitas crane pada bengkel assembling. Selain perakitan pelat, dalam bengkel assembling juga dilakukan perakitan komponen out-fitting(perpipaan dan kelistrikan).
Gambar 3.7 Assembling kapal Ferry
UNIVERSITAS MERCU BUANA
28
Laporan Kerja Praktek 3.2.6 Ereksi (Erection)
Ereksi adalah proses penyambungan blok-blok/seksi konstruksi yang telah dirakit, pada building berth dengan posisi tegak, dengan menggunakan crane. Urutan peletakan blok ditentukan dalam tahapan rancangan. Blok atau seksi pada kamar mesin (seperti Gb. E.1 pada blok BA 1) karena berhubungan dengan pekerjaan konstruksi tongkat kemudi (rudder stock), daun kemudi (rudder), dan poros baling-baling dan parameter untuk penyambungan blok-blok tersebut dipakai blok didaerah parallel midle body (bagian tengah kapal dengan lebar yang sama) sebagai master blok (blok BA 4), dilanjutkan dengan penyambungan blok-blok atau seksi ke arah haluan dan buritan kapal. Proses pekerjaan ereksi secara umum adalah: 1. Penyambungan Blok / Seksi 2. Pemasangan perlengkapan lambung (Hull Out-fitting), yang terdiri dari: 3. penyambungan sebagian pipa-pipa
Gambar 3.8 Proses Erection
UNIVERSITAS MERCU BUANA
29
Laporan Kerja Praktek 3.2.7Konstruksi Buritan Kapal Instalasi konstruksi bagian buritan (stern arrangement) meliputi; tongkat kemudi, daun kemudi, poros baling-baling (propeller shaft), penumpu poros (V bracket) dan balingbaling (propeller). Jadwal pelaksanaan dimulai setelah blok buritan (BA 1) dan blok kamar mesin (BA 2) terbentuk sampai di tempat ereksi.
Gambar 3.9 Pemasangan V bracket
Pekerjaan ini meliputi penyetelan (alignment) dan pengelasan bush tongkat kemudi, penyambungan flen kemudi dengan flen tongkat kemudi, penyetelan dan pengelasan poros baling-baling dan V bracket. Pada pengelasan antara flen dan tongkat kemudi dan V bracket dengan bush poros setelah di las dilakukan test kualitas las-lasan (Non Destructive Test) yaitu dengan penetran test (colour check) dan ultra sonic test (UT).
UNIVERSITAS MERCU BUANA
30
Laporan Kerja Praktek 3.2.8Peluncuran (Launching) Proses peluncuran dilakukan setelah ereksi fisik kapal telah mencapai lambung dan bangunan atas (stern arrangement, zinc anode, sea chest), Radiographi Test (RT) atau XRay terhadap las-lasan yang lokasi dan jumlahnya ditentukan oleh BKI dan tes kebocoran (leak test). Sisa pekerjaan fisik pembangunan selanjutnya diselesaikan dalam keadaan terapung di atas permukaan air. Berdasarkan tipe bengkel ereksi (building berth), maka metode peluncuran kapal dibedakan atas:
Metode peluncuran membujur (end launching)
Metode peluncuran melintang (side launching)
Metode peluncuran dengan pengapungan (floating launching) Pada peluncuran membujur dan melintang, kapal biasanya dibangun diatas building
berth diatas slipway. Jika kapal dibangun dengan posisi membujur atau sejajar panjang slipway, maka peluncuran dilakukan dengan metode peluncuran melintang. Sementara pada peluncuran dengan pengapungan, kapal dibangun di dalam dock gali (graving dock) atau galangan terapung (floating dock). Proses pengapungan dilakukan dengan memompa air ke dalam graving dock atau floating dock hingga konstruksi kapal akan terapung dengan sendirinya, selanjutnya pintu dock dibuka (pada graving dock) dan kapal ditarik keluar dari dock dengan bantuan kapal tarik (tug boat). Peluncuran kapal yang akan dibangun ditetapkan menggunakan metode peluncuran melintang (side launching) mengingat area air di depan building berth (water front area) dan fasilitas slipway yang tersedia di galangan untuk pembangunan ini adalah dari tipe side launching slipway.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
31
Laporan Kerja Praktek 3.2.9 Sistem pemipaan Peralatan dalam sistem perpipaan terdiri dari pipa, katup (valve), flen, filter, fitting, pompa, dll.Jadwal pemasangan sistem perpipaan ini dimulai setelah penyambungan antar block.Sistem perpipaan ini dimulai setelah penyambungan antar block.Sistem perpipaan pertama yang dipasang adalah sistem bilga dan ballast, sea chest dan cross pipenya dan sistem ini terpusat di kamar mesin dan selanjutnya sistem pipa pendingin, pemadam kebakaran dll. Tahapan instalasi pipa mulai dari persiapan muka las, penyetelan (fit-up) dan pengelasan. Penyambungan antar pipa dengan flen harus memperhatikan perapihan laslasan di sekitar flen dan ujung pipa yang disambung, digerinda agar tidak menambah hambatan aliran fluida dan mengurai tingkat laju korosi di daerah tersebut.
Gambar 3.10 Penyambungan pipa dan flange serta pre-flushing
Fungsi dan kekedapan katup di tes secara individu sebelum disambung dengan sistem perpipaan.Untuk ponmpa dilakukan tes kapasitas dan head-nya sesuai dengan aturan pengujian tekanan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
32
Laporan Kerja Praktek 3.2.10 Peralatan dan Permesinan Geladak Permesinan geladak (deck machinery) dipasang setelah peluncuran kapal seperti windlass dan winch, ulup rantai jangkar, tiang radar, hydran, sekoci dan peralatan keselamatan lainnya, steering gear, boat davit, sistem pengatur udara (AC) dan ventilasi mekanik.
Gambar 3.11 Install Windlass
UNIVERSITAS MERCU BUANA
33
Laporan Kerja Praktek 3.2.11 Peralatan dan Perlengkapan Kapal Peralatan dan perlengkapan (others miscellanous & Equipment) ini mulai dipasang pada saat blok sudah terbentuk sebelum di ereksi di building berth antara lain; peralatan tambat (bollard & fairlead), penetrasi, man hole, tiang radar dll. Tata letak bollard dan fairlead diatur dengan posisi winch supaya menghasilkan sistem penambatan yang efektif. Pengelasan peralatan tersebut ke badan kapal, terutama pelat kapal diberi pelat doubler dan bracket, ujung-ujung bukaan seperti man hole diberi round bar.
Gambar 3.12 Pemasangan Mesin Windlass pada haluan
3.2.12 Mesin Induk dan Mesin bantu Instalasi Mesin Induk dan Mesin Bantu (M/E dan A/E) dapat dilaksanakan setelah blok-blok sampai geladak disambung dengan baik.Karena perkiraan kedatangan permesinan tersebut memerlukan waktu lama (melebihi jadwal peluncuran, maka instalasi permesinan tersebut dilaksanakan setelah peluncuran kapal (floating condition) dan setelah melalui prosedur
pengujian
seperti
UNIVERSITAS MERCU BUANA
pengujian
di
pabrik
pembuat
(manufacturer
shop
34
Laporan Kerja Praktek test).Penyetelan mesin induk ini dengan mempertimbangkan sudut kemiringan poros propeller, persyaratan ketebalan bantalan dudukan mesin (chock past).
Gambar 3.13 Pemasangan ME kapal Ferry GTR 500
Gambar 3.14 Penginstalan dan penguatan dudukan ME
UNIVERSITAS MERCU BUANA
35
Laporan Kerja Praktek
3.2.13 Akomodasi dan Isolasi Sekat-Sekat Jadwal pelaksanaannya setelah instalasi saluran kabel (cable tray), perpipaan dan saluran udara (ducting) selesai.
Gambar 3.15 Pemasangan sekat dan interior kapal Ferry
3.2.14 Penyelesaian (Finishing) Finishing merupakan tahapan akhir pembangunan yang dilakukan setelah kapal dalam kondisi terapung diatas permukaan air. Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah: 1. Pengecatan (coating) interior kapal dan eksterior bangunan atas 2. Pemasangan perlengkapan interior (akomodasi, kursi-kursi penumpang yang berjumlah 200 orang dan sebagainya) 3. Pemasangan perlengkapan keselamatan (lifeboat atau rescue boat, liferaft, life jacket, perlengkapan pemadam kebakaran, dan lain-lain) UNIVERSITAS MERCU BUANA
36
Laporan Kerja Praktek 4.
Pemasangan perlengkapan kapal (dewi-dewi/davits dan sekoci)
5. Pemasangan perlengkapan navigasi dan nautika 6. Accomodation & insulation
Gambar 3.16 Pengecatan deck kapal Ferry
UNIVERSITAS MERCU BUANA
37
Laporan Kerja Praktek Gambar 3.17 Uji kekedapan pintu ruang Generator
Gambar 3.18 Pemasangan sekoci
Gambar 3.19 Pemasangan cable tray kapal Ferry
UNIVERSITAS MERCU BUANA
38
Laporan Kerja Praktek
3.2.15Pengujian (Function Test) Selanjutnya, sebelum diserahkan kepada pemilik kapal (ship owner), kapal yang telah dibangun tersebut perlu mengalami proses pengujian antara lain : 1. Function Testyaitu, pengujian untuk menilai apakah seluruh perlengkapan dan permesinan kapal yang terpasang di kapal dapat berfungsi dengan baik. 2. Inclining Testyaitu, pengujian untuk memperoleh karakteristik stabilitas aktual kapal setelah dibangun. Stabilitas hasil inclining test ini yang dipergunakan sebagai data stabilitas akhir kapal tersebut.
3. Load test instruksi kerja ini dimaksudkan untuk menetapkan sistem uji kerja sistem penghasil tenaga listrik utama (genset & MSB) dengan tujuan memastikan peralatan tersebut berfungsi sesuai dangan yang disyaratkan 4. Dock Trial yaitu, pengoperasian kapal dan seluruh perlengkapannya di dalam areal
dockantara lain: -
Mesin penggerak kapal dan mesin bantu
-
Sistem air minum dan sanitary
-
Pompa-pompa dan perlengkapan kamar mesin lainnya
-
Kemudi dan mesin kemudi
-
Uji mekanis pintu pendarat
-
Panel dan lampu penerangan – navigasi dan komunikasi
UNIVERSITAS MERCU BUANA
39
Laporan Kerja Praktek 5. Sea trial yaitu, pengujian berlayar sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikasi kelaikan pelayaran. Pengujian ini meliputi antara lain: -
Pengujian kecepatan kapal serta daya dan putaran mesin induk kapal pada berbagai kondisi antara lain; 25%, 50 %, 75%, 80 %, 100 %, dan 110% MCR
-
Pengujian cikar kiri dan kanan
-
Percobaan maju, mundur dan crash stop
-
Pengujian fungsi operasional perlengkapan keselamatan, jangkar, dan lain-lain
-
Percobaan ketahanan berlayar minimum 4 jam dengan kecepatan 12 knot dan displacement 80% pada pengukuran pemakaian bahan bakar
-
Percobaan spiral test dan reverse spiral test
-
Percobaan olah gerak kapal
-
Percobaan gerakan kemudi pada kecepatan rendah
-
Pengukuran getaran dan kebisingan kapal
3.2.16 Penggambaran Akhir, Sertifikasi, dan Persetujuan Klasifikasi (Class Approval) Setelah dilakukan pengujian diatas dan kapal dinyatakan memenuhi seluruh persyaratan sebagaimana ditetapkan dan disetujui oleh badan klasifikasi yang telah dipilih, maka selanjutnya dibuatkan penggambaran akhir sesuai pembangunan (As Built Drawings) untuk memperoleh sertifikasi class dan sebagainya serta memperoleh persetujuan badan klasifikasi tersebut.
3.2.17 Serah Terima (Delivery) Serah terima kapal dilakukan ditempat sesuai yang ditetapkan dalam kontrak.Serah terima dilaksanakan sesuai rencana dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule) dan direncanakan tidak lebih dari 450 hari kalender. Mobilisasi kapal ferry ke tempat serah terima menjadi tangung jawab pihak galangan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
40
Laporan Kerja Praktek
Gambar 3.20 Kapal Ferry jenis Double Ended
UNIVERSITAS MERCU BUANA
41