BAB III PEMIKIRAN AL-GHAZALI DAN SKINNER TENTANG GANJARAN DAN HUKUMAN
A. Pemikiran al-Ghazali tentang Ganjaran dan Hukuman 1. Biografi al-Ghazali a. Latar Belakang Sosial Nama
lengkapnya
al-Ghazali
adalah
Abu
Hamid
bin
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Beliau lahir di Kota Thus (Iran) pada tahun 1058 M (450 H). Ayahnya adalah seorang pemintal (benang) wol. Ayahnya berkebangsaan Persi dan meninggal dunia ketika al-Ghazali masih kecil. Dan al-Ghazali mempunyai saudara laki-laki yang bernama Ahmad.1 Ghazali disebut-sebut sebagai nama sebuah desa di distrik Thus, Provinsi Khurasan, Persia. Dan leluhur Abu Hamid Muhammad mempunyai usaha pertenunan (ghazzal) sehingga oleh karena itu dia melestarikan gelar kelurganya. “Ghazzali” (penenun).2 Sebelum ayahnya meninggal, al-Ghazali dan saudaranya dititipkan pada seorang ahli tasawuf agar mendidik kedua anaknya tersebut. Sehingga semasa kecilnya dididik dalam lingkungan ahli tasawuf. Al-Ghazali sejak kecil sangat mencintai ilmu dan pengetahuan dengan kecenderungan tabiatnya meneliti tentang hakekat, sekalipun dalam penelitian menemui ketelitian dan mengadapi berbagai kesulitan dan kesusahan yang dipikulnya dalam menempuh perjalanannya. Sejak usia anak-anak, al-Ghazali sudah diajar ilmu agama. Dan beliau meninggal dunia di tahun 1111 M, pada hari Senin, tanggal 14 Jumadil Akhir dengan karya-karya yang tak terhitung jumlahnya.3
1
……., al-Ghazali dan Plato, (Surabaya : Bina Ilmu, 1986), Cet. I, hlm. 6 al-Haj Maulanan Fazlur – Karim, Ikhya’ Ulumuddin Buku Pertama, Terj. Purwanto, (Bandung : Marja’, 2003), Cet. I, hlm. 11 3 ……., loc.cit 2
29
30 b. Latar Belakang Pendidikan Al-Ghazali pada masa
anak-anak belajar pada Ahmad bin
Muhammad al-Radzikany di Thus untuk mempelajari ilmu fiqh. Kemudian al-Ghazali pergi ke negeri Jurjan dan belajar pada imam Abi Nassar al-Ismaili. Setelah itu, al-Ghazali berangkat ke Nisapur untuk belajar pada imam Al-Haramain.
Pada masa itu, al-Ghazali
menunjukkan kecerdasannya dalam memahami ilmu pengetahuan pokok pada masa itu, seperti ilmu mantic, falsafah dan fiqh madzab Syafi’i.4 Setelah belajar pada Imam al-Haramin dan sampai beliau meninggal, al-Ghazali pergi ke Al-Askar mengunjungi Menteri Nizamul – Muluk dari pemerintahan Dinasti Saljuk, dan beliapun disambut dengan penuh kehormatan sebagai ulama besar. Ditempat ini, al-Ghazali dipertemukan dengan para alim ulama dan para pemuka ilmu pengetahuan.
Kemudian al-Ghazali dilantik oleh menteri
Nizamul Muluk menjadi guru besar pada perguruan Tinggi Nizamiyah di Baghdad pada tahun 484 H. al-Ghazali mengajar di perguruan tersebut selama empat tahun.
Pada tahun 4888 H, al-Ghazali
berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, dan setelah itu, beliau pergi ke Siria untuk mengunjungi Baitul – Maqdis.5 Kemudian al-Ghazali pergi ke Damaskus dan menetap beribadah di Masjid al-Umari. Pada masa inilah beliau mengarang kitab Ikhya. Ditempat ini, al-Ghazali mengasingkan diri dari kehidupan yang ramai. Beliau hidup dengan keadaan yang sederhana dan melatih diri untuk memperbanyak ibadah. Selama menjalani pengembaraan, alGhazali menyerahkan tugasnya pada saudaranya. Setelah itu, beliau kembali ke Baghdad untuk mengadakan majlis pengajaran dan menerangkan isi serta maksud dari kita yang ditulisnya.
Lalu al-
Ghazali berangkat ke Nisapur dan mengajar sebentar pada perguruan 4 5
Ismail Yakub, Terjemahan Ihya’ al-Ghazali, (Jakarta : Faizan, 1994), Cet. 12, hlm. 24 Ibid.,
31 Nizamiyah Nisapur. Dan akhirnya, al-Ghazali kembali Thusia, dan disamping rumahnya dibangun sebuah madrasah untuk ulama-ulama fiqh dan sebuah pondok untuk kaum shufi.6 c. Karya-karya Al-Ghazali hidup hampir 55 tahun dan mulai menulis buku ketika berusia 20 tahun. Beliau melakukan perjalanan selama 10 tahun sampai 11 tahun, dan menghabiskan waktu untuk membaca, menulis serta mengajar. Buku yang ditulisnya hampir 400 judul, antara lain : 1. Teologi : Wasith (fiqh syafi’iyah), Basith, Wajiz (tentang hukum agama), Bayanul Qaulani li Syafi’i, Khulashatul Rasail (inti fiqh), Ikhtisharul Mukhtashar, Ghayatul Ghaur, Mazmatul Fatawa (kumpulan putusan hukum), risalatul qudsiyyah (hukum-hukum agama dari nabi) 2. Prinsip-prinsip teologi : Tahsinul Muakhij, Syifayi Alil (tentang penyembuhan penyakit), Mankahul, Mushtasyfa (tentang fiqh) 3. Fiqh : Khulashatul Fiqh (saripati fiqh), Wajiz, Iqtishad fil I’tiqad (penjelasan aqidah), al-Qaistas Mustaqim. 4. Logika : Mizanul Amal, Mihakhul Nazhar fil Mantiq (Batu Asah Pemikiran tentang Logika), Masyarul Ilm (batu timbang ilmu), alMa’arif (tentang diskursus logika), Mayarul Ilmu fi Fannil Mantiq (batu timbang ilmu logika) 5. Filsafat : Maqashidul Falasifah (tujuan filosof), Munqidz Minadh Dhalal (terlepas dari kesesatan), Kitabul Arba’in (ringkasan dari Ihya) Risalatul Laduniyyah (ilmu dan wahyu) 6. Teologi skolastik : Tahafatul Falasifah (kerancuan filosof), Iqtishad, Mustajhari, (tentang petunjuk bagi kaum mualaf), ijmatil awam, (fitnah orang awam), Faisatul Zindiq (penolakan kaum atheis), Fikrul wal Ibrah (meditasi dan kontemplasi), al-Hikmat (kebijakasanaan Tuhan), Haqiqatur ruh (hakikat ruh). 6
Osman Baker, Hierarki Ilmu Membangun Rangka – Pikir Islamisasi Ilmu, terj. Purwanto, (Bandung : Mizan, 1997), Cet. I, hlm. 189
32 7. Spiritual dan moral : Ikhya’ Ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu
agama),
Kimiya’i
Sa’adat
(kimia
kebahagiaan),
Akhlaqul Abrar (amalan orang shaleh), Jawaharul Quran (permata al-Quran), Minhajul Abidin (jalan para ahli ibadah), Mi’rajus Salikin (langkah para pesuluk), Bidayatul Hidayah (permulaan Hidayah), Misykatul Anwar (ceruk cahaya-cahaya) 8. Tafsir : Yaqutut Ta’wil (berisi tafsir al-Quran dalam 40 Jilid)7 2. Ganjaran dan Hukuman menurut al-Ghazali a. Ganjaran Ganjaran merupakan suatu alat pendidikan yang diberikan kepada anak didik sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapainya. Al-Ghazali berpendapat bahwa jika suatu saat ada seorang anak yang menunjukkan tingkah laku yang terpuji, maka mereka harus dihargai dengan membalasnya yaitu denga pujian sebagai hadiah8 Al-Ghazali membagi tiga macam ganjaran, yaitu : 1). Penghormatan (penghargaan), baik berupa kata-kata maupun isyarat.
Penghormatan dengan kata-kata misalkan : baik, bagi,
pintar. Sedangkan penghormatan dengan isyarat dapat berupa anggukan kepala dengan wajah berseri-seri, menunjukkan jempol, tepuk tangan ataupun menepuk bahu. 2). Hadiah yaitu ganjaran yang dapat berupa pemberian suatu yang berbentuk materi dengan tujuan untuk menggembirakan anak didik. Untuk pemberian hadiah berupa materi tidak perlu berupa barang yang mewah tetapi daya guna barang tersebut. Selain itu, pemberian hadiah materi jangan sering dilakukan tetapi hanya dapat dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu saja.
7 8
I, hlm. 85
al-Haj Maulana Fazlul – Karim, op.cit., hlm. 15 Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), Cet.
33 3). Pujian dihadapan orang banyak Ganjaran yang berbentuk pujian dapat juga diberikan dihadapan orang banyak, misalkan teman sekelasnya ataupun orang tua dari anak didik yang bersangkutan ketika penerimaan raport.9 Ganjaran berfungsi sebagai reinforcement atau penguatan untuk memotivasi anak didik agar meningkatkan prestasi dan atau tingkah laku yang terpuji.10 b. Hukuman Al-Ghazali tidak sependapat dengan pemberian hukuman pada anak didik. Beliau menjelaskan bahwa pemberian hukuman harus melalui proses yaitu : jika ada seorang anak didik yang berperilaku menyimpang, maka seorang guru maupun orang tua memberikan hukuman melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama : apabila anak didik melakukan kesalahan, maka sebagai gurunya harus memberikan kesempatan pada anak didik untuk memperbaiki diri. Dalam hal ini, anak didik diharapkan mampu menyadari kesalahan yang diperbuatnya sehingga menjadikannya untuk tidak mengulanginya lagi. Jika
pada
tahap
pertama,
anak
didik
belum
bisa
memperbaikinya, maka dilakukan tahap kedua yaitu dengan memberi teguran, kritikan atau celaan. Dan ketika menegur, mengeritik ataupun mencela anak didik tidak diperkenankan dilakukan di depan umum. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan rasa malu. Teguran yang diberikan pada anak didik harus singkat dan bijaksana, apabila tahap kedua telah dilakukan tahap ketiga yaitu pemberian hukuman. Hukuman yang dimaksudkan adalah hukuman fisik. Hukuman ini tidak boleh menimbulkan penderitaan bagi anak didik. Dan jika memungkinkan maka hukuman yang diberikan harus ringan.11
9
Ibid., Ibid., hlm. 86 11 Ibid., hlm. 87 10
34 Al-Ghazali mengibaratkan guru atau pendidik sebagai seorang dokter yang harus mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh pasiennya. Dan segera memberikan obat yang sesuai dengan penyakit oleh pasiennya.12 Begitu pula guru harus mampu memberi solusi yang terbaik apabila terjadi perilaku yang menyimpang. Guru harus mampu menyesuaikan kesalahan anak didik dengan hukuman yang akan diterimanya. Dalam kitab Ikhya Ulumuddin yang telah diterjemahkan oleh al-Haj Maulana (Purwanto), al-Ghazali menjelaskan bahwa salah satu kewajiban seorang guru adalah berusaha mencegah anak didiknya dari perbuatan yang tidak baik dengan penuh kehati-hatian dan dengan cara sendirian.
Tetapi tidak dengan cara kekerasan, karena dapat
mengakibatkan anak didik menjadi lebih berani dan tidak patuh lagi kepada gurunya. Al-Ghazali berpendapat bahwa fitrah manusia adalah baik, tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa manusia akan selalu berbuat kebaikan. Karena manusia terdiri dari kebaikan dan watak yang merupakan dua badan satu nyawa yang tidak bisa dipisahkan. Dalam Islam sendiri, jika manusia berbuat kesalahan maka mereka dianjurkan untuk segera bertaubat, seperti dalam firman Allah yang berbunyi :
ﻢ ﺭﺣِﻴ ﺭ ﻪ ﹶﻏﻔﹸﻮ ﻴ ِﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻋﹶﻠ ﺏ ﻮﻳﺘ ﻪ ﺢ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﺻﹶﻠ ﻭﹶﺃ ﻌ ِﺪ ﻇﹸ ﹾﻠ ِﻤ ِﻪ ﺑ ﻦ ﺏ ِﻣ ﺎﻦ ﺗ ﻤ ﹶﻓ (39 : )ﺍﳌﺌﺪﺓ Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS, al-Maidah : 39).13 12 Muhammad ‘Ahthiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Goni dan Djohar Bahry, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), Cet. 2, hlm. 148 13 Soenarjo, dkk, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Bumi Restu, 1975), hlm. 165
35 Dengan demikian dapat terlihat bahwa ketika seorang anak didik melakukan hal yang menyimpang, maka guru harus memberi kesempatan padanya untuk sadar diri dan mengakui kesalahannya. Karena hukuman tidak akan menjamin suatu perilaku akan menjadi lebih baik. B. Pemikiran Skinner tentang Ganjaran dan Hukuman 1. Biografi Skinner a. Latar Belakang Sosial Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, Pensylvania, Amerika Serikat.14
Ayahnya
adalah seorang pengacara yang menjadi General Counsel di sebuah perusahaan batu bara besar, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang cerdas. Dia dididik oleh orang tuanya dengan didikan model kuno dan disiplin.15 Skinner merupakan anak yang kreatif, ia banyak menghasilkan waktu untuk merancang dan membuat berbagai alat permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang dan model-model pesawat terbang. Dan kemudian Skinner menciptakan berbagai alat percobaan sehubungan dengan penyelidikan-penyelidikannya mengenai tingkah laku. Skinner tumbuh dalam keluarga yang hangat dan harmonis. Ia pun mengenang masa kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam kedisiplinan.16 Skinner lebih suka hidup di luar rumah, ia pun sangat menikmati sekolahnya dan menciptakan sesuatu. Dalam hidupnya pernah terjadi suatu tragedi, yaitu saudara laki-lakinya meninggal dunia pada usia 1 tahun, karena pembengkakan pembuluh darah pada otak. Skinner ingin sekali menjadi seorang penulis dan ia pun 14
Torsten Husen, “Burrhus Frederic Skinner”, dalam Joy A. Palpmes (ed), 50 Pemikir Pendidikan, terj. Farid Assifa, (Yogyakarta : Jendela, 2003), Cet. I, hlm. 108 15 C. George Boeree, BF, ‘Skinner”http://www.ship.edu/cyboree/skinner. html, hlm. 1 16 E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik, (Bandung: Eresco, 1991), Cet. 2, hlm. 70
36 mencobanya dengan mengarang lalu mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja menulis dan selalu berkarya sampai akhir hayatnya. Dan Skinner pun meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, karena Leukimia. Ia telah berhasil menjadi seorang tokoh psikologi yang paling terkenal sejak Sigmund Freud.17 b. Latar Belakang Pendidikan Skinner kecil adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap aktif ketika beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis membuat ia selalu berkarya melalui tulisan. Dan selama menuntut ilmu di sekolah menengah, ia didorong oleh guru bahasa Inggrisnya agar mengambil jurusan sastra di perguruan tinggi. Di sekolah menengah, Skinner berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara antara lain dengan membuat iklan pertunjukanpertunjukan, bermain jazz band dan bersama temannya mengorganisasi pertunjukan musik.18 Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun melanjutkan belajarnya di Hamilton College, di dekat Uthica. Pada masa itu ia menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada seni sastra. Di Hamilton College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa sastra, menulis puisi, berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.19 Setelah lulus dari Hamilton College tahun 1926, Skinner ingin menjadi seorang penulis. Tetapi ayahnya tetap saja melarang dan menganjurkan untuk meninggalkan karir potensial ini. Skinner muda tetap saja tidak menghiraukan ayah dan kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun untuk menulis cerita fiksi di Greenwich Village, tempat berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun masa ini tidak produktif, kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti kuliah psikologi di Harvard pada tahun 1928 dengan mengkhususkan
17
C. George Boeree, loc.cit E. Koesworo, loc.cit 19 Torsten Husein, op.cit., hlm. 109 18
37 diri pada bidang tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk kuliah jurusan psikologi, Skinner telah membaca karya dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari Rusia yang telah mengadakan eksperimen dengan anjing yang refleks dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya J.B Watson tentang behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan Skinner berhasil meraih gelar doctor pada tahun 1931.20 Setelah Skinner memperoleh gelar doktornya, ia bekerja di laboratorium Crozier, dimana tiga tahun ia menjadi Junior Fellow yakni suatu jabatan yang sangat bergengsi di Harvard bagi seorang sarjana yang masih muda. Skinner bekerja di tempat tersebut selama lima tahun. Penelitian yang dikerjakannya difokuskan pada penelitian sistem syaraf hewan. Beberapa tokoh yang mempengaruhi pemikiran Skinner yaitu Crozier, Jacques Loeb, C.S. Sherington, Ivan Pavlov, J.B. Watson dan E.L. Thorndike.21 Pada tahun 1936 sampai 1945, Skinner menjalani karir sebagai pengajar di Universitas Minnesota. Selama ini Minnesita, Skinner sangat produktif dan mengukuhkannya sebagai salah seorang psikolog eksperimental yang terkemuka saat itu. Selain itu, Skinner juga sempat menulis novel berjudul Walden Two pada tahun 1948. Di tengahtengah kesibukannya mengajar, pada tahun 1942 sampai 1943 Skinner melibatkan diri dalam kegiatan penelitian mengenai perang yang disponsori
oleh
Guggenheim.
General
Mills
dan
juga
menjadi
anggota
22
Mulai tahun 1945 sampai 1947, Skinner ditunjuk sebagai dekan Fakultas Psikologi Universitas Indiana. Setelah itu, ia kembali ke Harvard dan di sana menerima jabatan guru besar psikologi di Universitas Harvard. Skinner juga menjadi anggota sejumlah 20
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, (Yogyakarta : Kanisius, 2001), cet. 9, hlm.312-313 21 Ibid., 22 E. Koeswara, op.cit., hlm. 71
Psikologi Kepribadian 3,
terj. Yustinus,
38 perhimpunan
professional
serta
menerima
banyak
medali
penghormatan diantaranya yaitu Warren medali dari perhimpunan para ahli psikologi eksperiman pada tahun 1942, Distinguished Scientific Contribution Award dari American Psychological Association (APA) tahun 1958, medali presiden untuk ilmu pengetahuan dan medali emas dari APA pada tahun 1971.23 Selama tahun 1930-an dan 1940-an, Skinner mengembangkan teorinya dengan melakukan eksperimen-eksperiman pengondisian operan (operant conditioning). Dan pada tahun 1954, Skinner ikut serta dalam sebuah symposium tentang kecenderungan-kecenderungan modern dalam psikologi. Skinner menggunakan media ketika proses belajar mengajar Berdasarkan prinsip-prinsip yang mengaturnya. Presentasi tersebut dipublikasikan dalam Harvard Educational Review pada tahun 1954 dan menobatkan Skinner sebagai “pencipta teknologi pendidikan”.24 c. Karya-karya Gagasan dan pemikiran Skinner tertuang dalam beberapa karya baik
dalam
bentuk
buku
maupun artikel. Diantaranya sebagai
25
berikut :
1). Two Types of Conditioned Reflex and Pseudotype tahun 1935 2). The Behavior of Organisms tahun 1938 Buku tersebut menjadi sumber pengaruh intelektual selama bertahun-tahun 3). Supertition in The Pigeon tahun 1948 4). Are Theorities of Learning Necessary tahun 1950 5). Science and Human Behavior tahun 1953
23
Ibid Torsten Husen, op.cit., hlm. 111 25 Calvin S. Hall dan Gordner Lindzey, op.cit., hlm. 314 24
39 Buku tersebut memberikan sejenis pengantar tentang pendirian Skinner dan menjelaskan penerapannya dalam berbagai masalah praktis. 6). The Science of Learning and The Art of Teaching tahun 1954 7). Verbal Behavior tahun 1957 Buku ini merupakan suatu analisis terinci tentang bahasa menurut konsep-konsepnya. 8). Artikel-artikel Skinner yang paling penting sebelum tahun 1961 termuat dalam suatu kumpulan makalah yang berjudul Cumulative Record pada tahun 1961 9). Dalam artikelnya di Teacher’s College Record pada tahun 1963, ia membahas tentang mesin mengajar 10). Suatu laporan yang menarik tentang perkembangan intelektualnya dalam otobiografinya pada tahun 1967 11). The Technology of Teaching tahun 1968, menguraikan secara panjang lebar pendekatannya terhadap proses belajar dalam lingkungan sekolah. 12). Contingencies of Reinforcement tahun 1969, berisi tentang penegasan
kembali
pandangan
ilmiah
Skinner,
termasuk
relevansinya bagi masalah-masalah sosial yang luas. 13). Beyond Freedom and Dignity tahun 1971 merupakan bukunya yang paling kontroversial, karena dalam buku tersebut Skinner menguraikan tentang konsep kebebasan dan martabat merupakan hambatan bagi kemajuan masyarakat modern. 14). About Behaviorism tahun 1974, meringkaskan pandanganpandangan Skinner tentang aliran psikologi yang praktis 15). Particulars of My Life tahun 1976 adalah jilid pertama autobiografi Skinner yang keseluruhannya ada dua jilid.
40 2. Ganjaran dan Hukuman menurut Skinner a. Positive Reinforcement "Reinforcement is contingent the height to which the head must be raised."26 Penguatan adalah satu kesatuan yang tinggi yang mana ingatan seseorang harus dipelihara atau dijaga. Skinner dalam bukunya Science and Human Behavior berpendapat bahwa perlu disadari seseorang yang melakukan aktifitas di lingkungan sekitarnya secara tetap dan teratur dan berbagai akibat dari aktifitas seseorang merupakan penguatan. Skinner berpendapat bahwa pada saat seseorang melakukan aktifitas atau kegiatan dilingkungan sekitarnya secara teratur dan terus menerus serta berbagai akibat dari aktifitas yang telah mereka lakukan merupakan penguatan. Whenever you see a behaviour persiting or increasing over time, you can assume the consequences of that behavior are reinforcers. For the individual involved. For example : student who repeatedly get themselves sent to the principal's office for misbehaving may be indicating that something about this consequence is reinforcing for them, even if it doesn't seem desirable to you.27 Jika sewaktu-waktu, seseorang melihat adanya tingkah laku yang berkepanjangan atau berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka orang tersebut dapat mengasumsikan bahwa konsekuensi dari tingkah laku merupakan penguat bagi individu yang dilibatkan. Sebagai contoh : anak didik yang berkali-kali terlihat masuk ke kantor kepala sekolah dengan alasan berlaku tidak pantas, maka hal tersebut merupakan penguat bagi mereka, rata-rata jika hal itu nampaknya tidak diinginkan oleh orang tua tersebut.
26
B.F. Skinner, Science and Human Behavior, (New York : Mac Millan, 1953), hlm. 66 Anita E. Woolfolk, Educational Psychology, (the United States of America : Allyn and Bacon, 1995) Cet. 6, hlm. 204 27
41 Skinner juga beranggapan bahwa reward atau reinforcement merupakan faktor terpenting dalam proses belajar dan tujuan dari psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.28 Dalam penelitiannya, Skinner melakukan percobaan melalui seekor burung merpati dan tikus. Di mana dalam percobaan burung merpati, makanan sebagai penguat dan menghadiahkan makanan ketika sebuah respon dikeluarkan adalah penguatan. Reinforcement (penguatan) menurut Skinner terbagi menjadi : Positive reinforcement (penguatan positif) menggunakan hadiah untuk memperkuat sebuah tingkah laku. Istilah reinforcement (penguatan) digunakan sebagai pengganti istilah reward (ganjaran).29 Dalam penerapan positive reinforcement (penguatan positive) terjadi stimulus baru yang dihasilkan oleh tingkah laku. Positive
reinforcement
(penguatan
positive)
merupakan
penguatan yang akan mendorong seseorang untuk mengulangi tingkah laku sebelumnya. Tujuan seseorang mengulangi tingkah laku tersebut adalah untuk memperoleh penguatan positif yang serupa. Penguatan
positif
apabila
stimulus
penguat
mampu
memperkuat tingkah laku dengan cara ditambahkan pada situasinya sehingga meningkatkan frekuensi respon. Digolongkan sebagai penguat positif apabila penguat tersebut terjadi sesudah perilaku yang diingini dilakukan atau ditunjukkan dan sebagai suatu hasil, merubah kemungkinan terjadinya perilaku tersebut lagi.30 "Some reinforcement consist of presenting stimuli, of adding something for example : food, water or sexual contact – to the
28
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (tt.p : Rineka Cipta, 1990), Cet. 3, hlm. 119 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir, (Jakarta : Rajawali, 1991), cet. 1, hlm. 127 30 Bernard Produska, Empat Teori Kepribadian, terj. R. Turman Sirait, (Jakarta : Radar Jaya Ofset, 1990), hlm.. 52 29
42 situation, these we call positive reinforcers."31 Beberapa reinforcement (penguatan) yang terdiri dari menghadirkan stimuli, menambahkan sesuatu seperti makanan, air atau kebutuhan seks dan beberapa situasi lainnya. Itu disebut penguat-penguat positif, "Positive reinforcement is a favorable consequence that accompanies behavior and encourages repetition of the behavior."32 Penguatan positif adalah sebuah konsekuensi yang menguntungkan yang menyertai tingkah laku dan akan mendorong adanya pengulangan tingkah laku. Tujuan utama dari pemberian penguatan positif adalah agar individu yang diingini mampu melakukan pengulangan dalam hal ini akan berbuat atau berperilaku lebih baik contoh penerapan penguatan positif yaitu apabila ada anak didik menyapa guru kelasnya di jalan dengan cara yang sopan dan kemudian guru tersebut memberikan pujian kepada anak didik. Maka pada kesempatan lain, anak didik akan berbuat hal yang sama apalagi kalau dia seringkali dipuji. Dengan demikian pujian dari guru kelas merupakan penguatan positif dan perilaku anak didik merupakan reaksi atau respon. Sedangkan guru kelas yang sedang lewat di jalan merupakan perangsang atau stimulus dan diberikannya pujian adalah akibat atau konsekuensi dari perilaku anak didik.33 Skinner
menggunakan
istilah
positive
reinforcement
menggantikan reward yang diteliti oleh Thorndike. Suatu peristiwa yang merupakan penguatan bahwa ketika seseorang berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari, dia mungkin perlu mengetahui bagaimana penguatan dalam peristiwa atau kejadian yang khusus tersebut terjadi. Tetapi seseorang sering memulainya dengan mengukur perilaku yang diperkuat dengan peristiwa yang sama juga. Praktis, secara berangsur-angsur gagal dan masih saja perilaku yang
31
B.F. Skinner, op.cit., hlm. 73 Keith Davis, Human Behavior at Work, (Singapore : Mc. Graw-Hill, 1985), hlm. 78 33 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. 4, hlm. 345 32
43 diperkuat itu secara umum dapat dipercayai bahwa penguat dapat diteliti lain dari pada akibat dan ciri khas individu tersebut. Dalam hal ini dapat didefinisikan bahwa karakteristik dari stimulus penguatan merupakan penguat. Seseorang secara tetap merubah kemungkinan besar dari respon dengan mengatur konsekuensi penguatan, sebagai contoh : untuk mengajar anak didik agar dapat membaca menyanyi ataupun bermain dalam suatu permainan secara efektif, pendidik harus bekerja keras dalam menerapkan sebuah penguatan program pendidikan agar terjadi respon yang sesuai dengan keinginan pemberian hadiah sesering mungkin. 1) Jadwal Penguatan Jadwal
penguatan
menguraikan
tentang
kapan
dan
bagaimana suatu respon diperbuat.34 Skinner membagi jadwal penguatan menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut : a) Continues
Reinforcement
Schedule
(jadwal
penguatan
berterusan) "Under a continuous reinforcement scheduler : the individual receivers a reward every time he or she performs a desired behavior."35 Penguatan berterusan terjadi apabila individu yang menerima hadiah setiap waktunya setelah mereka menjalankan perilaku yang diinginkan. Sebagai contoh penguatan berterusan misalkan seorang anak didik bersedia mengerjakan tugasnya setiap kali gurunya memberi tugas, maka gurunyapun memberikan nilai baik pada anak tersebut.
34
Wasty Sumanto, op.cit., hlm. 120 Altman, op.cit., hlm. 119
35
44 Jadi dalam penguatan berterusan, apabila setiap kali seseorang melakukan perbuatan yang diinginkan maka mereka akan menerima pujian atau hadiah. b) Intermittent
Reinforcement
Schedule
(jadwal
penguatan
berkala) Merupakan penguatan berkala, apabila seseorang tidak menerima hadiah setelah masing-masing atas permintaan dari perilaku yang diinginkan. "In general, behavior acts upon the immediate physical environment is consistenly reinforced."36 Secara umum, tingkah laku yang diperbuat pada lingkungan secara fisik adalah diperkuat secara tetap (konsisten). Sehingga hadiah atau penguatan diberikan menurut kekerapan tertentu atau masa tertentu. "A large part of behavior, howeever is reinforced only inter mittenly a given consequence may depend upon a series of events which are not easily predicted."37 Bagian besar dari tingkah laku, bagaimanapun diperkuat hanya secara berkala suatu akibat kecenderungan, mungkin tergantung pada sebuah bagian dari suatu peristiwa tidak secara mudah diprediksi Dalam jadwal penguatan berkala
terbagi menjadi dua
tipe yaitu : 38 a). Menurut Nisbah (1). Fixed Ratio (nisbah tetap), yaitu apabila penguatan diberikan setelah beberapa perilaku yang diinginkan atau gerak balas berlaku. Seseorang yang segera merealisasikan bahwa penguatan yang diterima hanya setelah melakukan respon yang diinginkan secara berkala, sehingga mereka
36
B.F. Skinner, op.cit., hlm. 99 Ibid., 38 Ibid.,hlm. 100 37
45 akan terus melakuka respon yang diinginkan secara berkala, sehingga mereka akan terus melakukan pekerjaan dengan cepat. Dengan fixed ratio dimisalkan dalam suatu perbandingan yaitu 20 : 1 dengan maksud setiap 20 gerak balas maka memperoleh 1 penguatan. Untuk respon fixed ratio, lebih mudah diterapkan dalam kegiatan industri.
Misalkan :
seorang pegawai yang berhasilkan memproduksi 20 batang rokok, akan memperoleh gaji tiga ribu rupiah. Tetapi fixed ratio bisa juga diterapkan dalam proses belajar mengajar, misalkan : seorang guru memberitahukan bahwa apabila anak didik yang telah mengumpulkan 3 tugas dalam satu semester, maka ia akan memperoleh nilai A. (2). Variable Ratio (nisbah berubah), yaitu apabila penguatan diberikan setelah beberapa gerak balas terwujud tetapi kadarnya tidak tetap. Dalam variabel ratio, jumlah respon yang menyela diantara penguatan dengan bervariasi Jadwal penguatan ini, jumlah perilaku atau gerak balas yang terjadi tidak ditentukan seperti dalam fixed ratio. Reaksi setelah jadwal penguatan ini dihentikan maka ratarata respon akan berhenti dan berangsur-angsur hilang. Berbeda dengan fixed ratio yang menyebabkan berangsurangsur cepat dalam taraf respon ketika jumlah respon yang diharapkan ditentukan dan tidak muncul penguat. b). Menurut Masa (1). Fixed
interval (masa tetap), yaitu apabila penguatan
diberikan pada akhir masa atau periode yang ditentukan Contoh fixed interval misalnya ujian tiap minggu, maka pola respon yang terjadi dalam taraf respon menambah seperti waktu untuk pendekatan penguatan kemudian akan menurun setelah penguatan penerapan fixed interval dalam
46 kehidupan sehari-hari, misalkan seorang pegawai akan menerima gaji setiap dua minggu sekali. Dalam fixed interval, penguatan diberikan berdasarkan periode atau waktu yang ditentukan sebelumnya. (2). Variabel interval (masa berubah), yaitu apabila penguatan diberikan pada akhir masa yang ditentukan berbeda mengikuti gerak balas yang wujud. Hadiah ditentukan pada akhir secara acak yang ditentukan pada selang waktu. Pada penjadwalan ini cenderung menghasilkan taraf respon yang tinggi akan selalu bersifat tetap, teguh dan menghambat penghapusan penguatan. Contoh variabel interval yaitu kuis pop, dimana pola respon yang akan terjadi adalah lambat dan relatif tetap sehingga sangat kecil kemungkinnya terjadi setelah diberikan penguatan. Contoh lainnya misalkan suatu kelompok atau persekutuan kebijaksanaan pembuatan pengawasan keamanan dari setiap departemen sebanyak empat kali dalam setahun dengan tujuan untuk mendorong keamanan dapat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengawasan yang dibuat secara acak, maka jangka waktunya disaling seling 2) Penghapusan "When reinforcement is no longer forthcoming, a response becomes less and less frekuent in what is called operant extinction."39 Menurut Skinner bahwa ketika penguatan tidak lebih lama pada masa yang akan datang, suatu respon menjadi berkurang begitu pula frekuensinya dan kejadian itu disebut dengan penghapusan operan atau operant extinction. Sejak penghapusan
39
Ibid.,hlm. 71
47 operan terjadi lebih lambat daripada pengkodisian operan, proses tersebut mungkin terjadi lebih mudah untuk diikuti. Penghapusan
dalam
pengkondisian
operan
(operant
conditioning) bahwa seseorang tidak akan terus berlaku dalam ketentuan perilaku jika penguat biasa dicegah atau dijauhkan dari orang tersebut dan perilaku akan berakhir dengan dihentikan atau dihapuskan. Misalkan : dalam kehidupan sehari-hari, jika ada seorang ibu yang sudah sangat kesulitan menghentikan kenakalan anaknya baik dengan cara melarangnya ataupun memperhatikannya. Dengan demikian anak akan merasa menang dan diperhatikan lebih, tetapi apabila seorang ibu tersebut tidak lagi menghiraukan sebagai pengganti penghapusan maka terjadi penguatan berkala.40 Pendapat Skinner yang dikutip oleh Margaret E. Bell. G bahwa sesuatu yang terpenting tentang keberhasilan penguatan adalah
waktu
penyajian
stimulus
penguatan.
Skinner
mencontohkannya pada penerapan perhatian guru. Seorang anak didik yang berperilaku lurus dan baik baru akan memperoleh perhatian gurunya setelah ia berperilaku menyimpang. Dalam contoh ini, perhatian guru merupakan penguatan bagi anak didiknya. Jadi penggunaan penguatan dirasa telah cukup, maka pemberla-kuannya segera dihapuskan. Apabila telah terjadi suatu respon atau perilaku diinginkan maka akan menerima penguatan dan hal tersebut terjadi berulang kali. Dengan demikian penguatan yang diberikan akan segera dihapuskan setelah perilaku yang diinginkan betul-betul terbentuk.
40
Anita E. Woolfolk, op.cit., hlm. 207
48 b. Metode Punishment Teknik yang paling biasa digunakan untuk upaya pengontrolan dalam
kehidupan
saat ini, menurut Skinner adalah hukuman.
Misalkan : jika ada seseorang tidak berkelakuan sebagaimana yang ditentukan maka hukumlah dengan memukulnya. Dan apabila ada seorang anak berlaku tidak pantas maka hukumlah dia dengan menamparnya atau memukul pantatnya. "Legal and police systems are based upon such punishments as fines, flogging, incarceration and hard labor. Religious control is extended through penances, threat’s of excommunication and consignment to hell-fire."41 Dalam hukum perundang-undangan dan sistem kepolisian, hukuman dapat berupa denda, mendera, pemenjaraan dan kerja paksa. Dan dalam agama, hukuman melalui penebusan dosa, ancaman pengusiran atau pengasingan dan ancaman memasukkan ke neraka. Hukuman dirancang untuk menghentikan suatu perilaku yang tidak pantas. Penerapan hukuman dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada hubungan antara individu misalnya : ejekan. Yang perlu dirpehatikan bahwa hukuman dilaksanakan hanya untuk mengontrol agar perilaku yang tidak pantas dapat berubah menjadi baik. Sehingga dalam penerapan hukuman harus digunakan seperlunya dan harus melalui cara tertentu. In everyday personal contact we control through censure, snubbing, disapproval, or banishment. In short, the degree to which we use punishment as a technique of control seems to be limited only by the degree to which we can gain the necessary power. All of this is done with the intention of reducing tendencies to behave in certain ways. Reinforcement builds up these tendencies, punishment is designed to tear them down.42 Setiap hari hubungan antar individu dikontrol melalui kecaman, hinaan, celaan atau pengusiran. Pendeknya, cara yang mana 41
B.F. Skinner, op.cit., hlm. 182 Ibid.,
42
49 (berdasarkan derajat) yang akan digunakan untuk menghukum, sebagai sebuah teknik untuk mengontrol semata agar dibatasi oleh cara tertentu yang mana seseorang itu dapat meningkatkan kebutuhan kekuasaan. Semua ini dilakukan dengan maksud mengurangi kecenderungan untuk berbuat menurut cara tertentu. Penguatan membangun kecenderungan baik, hukuman dirancang untuk meruntuhkan. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang dianggap salah atau tidak pantas, maka stimulus aversif mengikutinya dengan segera. Stimulus aversif adalah stimulus-stimulus yang ingin dihindari seseorang atau bahkan orang tersebut ingin melepaskan diri dari keadaan itu.43 Para orang tua memperkenalkan hukuman dalam berbagai macam cara dalam mendidik anak-anaknya, sedangkan dalam masyarakat menggunakan hukuman untuk mencegah sesuatu yang kriminal. Dan seringkali penerapan hukuman yang kurang efektif, hal tersebut terjadi karena seringnya penerapan hukuman setiap kali ada sesuatu yang tidak pantas sehingga pada penerima hukuman akan menjadi terbiasa. Margaret E. Bell. G menuliskan pendapat Skinner bahwa kontingensi dalam hukuman itu bersifat merusak yaitu berarti hukuman tidak menimbulkan tingkah laku positif. Dalam
buku
Science
and
Human
Behavior,
Skinner
menyebutkan bahwa akibat atau efek hukuman bersifat sementara atas penahanan atau pelarangan perilaku, dan tidak mengurangi jumlah keseluruhan dari respon yang telah terbentuk. Misalkan : seorang anak didik akan berhenti menganggu temannya ketika proses belajar mengajar jika ditegur gurunya, tetapi akan kembali mengganggu setelah teguran gurunya berlalu
43
Margaret E. Bell Gredler, op.cit., hlm. 174
50 "Others consist of removing something-for example: a loud noise, a very bright light, extreme cold or heat, or electric shockfrom the situation."44 Sesuatu yang terdiri dari menghilangkan sesuatu misalkan suara keras, cahaya yang sangat menyilaukan, udara yang dingin atau panasnya luar biasa, atau kejutan listrik dan berbagai keadaa lain yang bersifat menyakitkan. Antara positive dan negative reinforcement, menurut Skinner adalah sama yaitu kemungkinan respon ditambah. Jika seorang menginginkan ketiadaan dari cahaya yang menyilaukan, suara yang keras dan sebagainya, maka stimulus akan dihapus. Dan seorang akan belajar bagaimana agar stimulus yang berupa penguatan negatif tidak terjadi. Penguatan negatif terjadi sesudah perilaku yang tidak dikehendaki itu ditunjukkan dan merubah kemungkinan perilaku yang tidak dikehendaki itu terjadi lagi. Negative reinforcement increases the frequency of desired behavioral event while bringing about the termination or withdrawal of some aversive condition. For example : students who come to class late and are eriticized by the professor (the aversive condition) will offen make an effort to get there on time.45 Penguatan negatif menambah frekuensi dari kejadian perilaku yang diinginkan, yang dapat menyebabkan pengakhiran atau penarikan dari beberapa kondisi yang tidak diinginkan. Misalkan : seorang anak didik yang terlambat masuk kelas, dan mendapat teguran dari gurunya bekali-kali, maka anak tersebut akan berusaha untuk berangkat tepat waktu. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa, kondisi yang tidak diinginkan adalah kondisi dimana anak tersebut mendapat teguran berulang kali dari gurunya, jika ingin menghindari ataupun penghapusan kondisi yang tidak diinginkan, maka setiap individu
44
B.F. Skinner, op.cit., hlm. 73 Altman, et.all, Organizational Behavior, (London : Academic Press, 1985), hlm. 116
45
51 harus mengubah perilakunya. Penarikan kondisi yang tidak diinginkan (stimulus aversif) akan memuaskan individu yang mengalaminya. Keith Davis yang mengkaji konsep negative reinforcement menurut Skinner memaparkan bahwa penguatan negatif terjadi ketika perilaku diiringi dengan penghapusan suatu konsekuensi yang tidak menguntungkan. "The proses of reinforcement (positive or negative) always involves strengthening behavior. Punishment, on other hand involves decreasing or suppressing behavior."46 Proses penguatan baik positif atau negatif selalu melibatkan perkuatan perilaku. Sedangkan hukuman, melibatkan pengurangan atau pelarangan perilaku. Dalam penerapan penguatan negatif mulai diberlakukan suatu jenis stimulus yang tidak
menyenangkan yaitu stimulus
aversif dan menarik penguatan positif. Tujuan terpenting dalam negative reinforcement yaitu agar ditariknya keadaan yang tidak diinginkan dengan merubah perilaku yang semula menjadi lebih baik. Penggunaan penguatan negatif sangat diperlukan yakni tergantung pada kondisi tertentu. Jika seseorang, misalkan pendidik tidak ingin membiarkan kebiasaan buruk anak didiknya berulang terus menerus, maka sebaiknya pendidik segera menghentikannya dengan penguatan negatif, seperti teguran keras, tamparan atau bahkan memanggil orang tuanya ke sekolah. Menurut Bernard penguatan negatif merupakan suatu titik permulaan dari penerapan penguatan positif. Jika sesudah seorang pendidik menghentikan perilaku yang tidak diinginkan dengan penguatan negatif, maka pendidik harus memulai suatu program
46
Anita E. Woolfolk, op.cit., hlm. 205
52 untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan dengan penguatan positif. 1). Efek Hukuman Jika hukuman bukan sebagai lawan kata dari hadiah, maka hukuman tidak bekerja dengan pengurangan respon dimana penguatan akan memperbanyaknya. Tetapi perlu diketahui untuk menganalisa tentang hukuman, seseorang harus mampu mendefinisikan hukuman tanpa menyangkakan lebih dulu tentang adanya akibat. Hal tersebut kelihatannya cukup sulit.47 Walaupun hukuman merupakan teknik yang sangat kuat dalam pengendalian masyarakat, hal tersebut tidak perlu diperintahkan oleh individu yang lain. Contohnya : orang yang makan
makanan
yang
tidak
sesuai,
dihukum
dengan
pencernaannya tidak baik. Skinner menyebutkan beberapa akibat dari penerapan hukuman, sebagai berikut :48 a) "The first effect of the aversive stimuli used in punishment is confined to the immediate situation." Efek yang pertama dari stimulus aversif yang digunakan dalam hukuman adalah dikondisikan untuk situasi dengan segera.
Hal
tersebut tidak butuh untuk diikuti oleh perubahan perilaku pada kesempatan yang paling akhir. Contohnya : ketika seorang ibu menghentikan gurauan anak ketika berada ditempat ibadah dengan mencubitnya, maka cubitan sejalan dengan gurauan dan cukup kuat untuk menghentikannya. Akibat yang sama diperoleh dengan stimulus yang dikondisikan, misalkan : seorang ibu menghentikan anak dengan 47 48
ancaman
B.F. Skinner, op.cit., hlm. 185 Ibid., hlm. 186
gerak
tangan
(isyarat).
Hal
itu
53 menghendaki kondisi terdahulu, tetapi akibat yang berlaku semata-mata mengeluarkan perilaku yang bertentangan, respon yang layak, misalkan : rasa takut. Akibat dari hukuman adalah membawa perilaku yang tidak diinginkan untuk diakhiri, tetapi bersifat sementara waktu dan hal itu tidak mungkin diterima sebagai pengontrolan yang khusus. b) "Punishment is generally supposed to have some abiding effect. It is hoped that some change in behavior will be observed in the future, even though further punishment is withheld." Hukuman biasanya mempunyai akibat yang keras. Hal tersebut diharapkan mampu merubah perilaku yang akan dilakukan pada masa yang akan datang walaupun selanjutnya hukuman itu dicegah. Ketika seorang anak yang dicubit mulai bergurau untuk bergurau pada waktu yang paling akhir, perilakunya mungkin disediakan oleh stimulus yang dikondisikan yaitu seperti diancam ibunya dengan isyarat tangan, maka akan membangkitkan pertentangan respon emosi. c) "The most important effect of punishment, then is to establish aversive conditions which are avoided by any behavior of doing something else." Akibat atau efek terpenting dalam hukuman adalah untuk menetapkan kondisi aversif yang akan dihindari oleh berbagai perilaku. Jika hukuman dihindari secara berulang-ulang, maka penguat
negatif
yang
dikondisikan
mengalami
penghapusan. Dan ketika hukuman terjadi lagi, stimulus aversif dikondisikan kembali dan perilaku yang melakukan sesuatu lainnya diperkuat. Kemudian jika hukuman dihentikan, perilaku mungkin menimbulkan kekuatan yang penuh.
54 Apabila seseorang dihukum untuk tidak merespon suatu cara yang ditentukan, maka stimulasi aversif yang dikondisikan ialah dihasilkan ketika ia melakukan sesuatu. 2). Perbedaan Penguat Negatif dengan Hukuman Seringkali, penguatan negatif dan hukuman diartikan sama, tetapi sebenarnya kedua konsep tersebut sangatlah berbeda. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya adalah penguat negatif selalu dihubungkan dengan penambahan perilaku sedangkan hukuman selalu melibatkan pengurangan atau pelarangan perilaku.49 Contohnya : penguat negatifnya yaitu diampuni dari pekerjaan berat sedangkan hukumannya yaitu tidak diperbolehkan menonton TV selama seminggu. Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa penguat negatif mengharapkan
adanya
pengulangan
perilaku
dengan
cara
menambahkan perilaku yang kurang baik menjadi baik. Sedangkan hukuman mengharapkan adanya penghentian perilaku, dari tidak baik menjadi baik. Tetapi antara penguat negatif dengan hukuman bersifat memberikan
sesuatu
yang
merugikan
bagi
individu
yang
menerimanya. Misalkan : seorang guru memberi ulangan secara tibatiba di sekolah dengan tujuan untuk menggiatkan belajar anak didik. Jika anak didik menjadi bertambah rajin maka ia akan terhindar dari tes mendadak. Penguat negatif dan hukuman sama-sama dibenci oleh individu yang menerimanya. Mereka ingin sekali menghindarinya. Penggunaan penguat negatif dan hukuman untuk mengatur perilaku seseorang menghasilkan emosi yang tidak dikehendaki yang menyertai perilakunya untuk melepaskan atau menghindari.50
49 50
Anita E. Woolfolk, op.cit., hlm. 206 Margarer E. Bell. Gredler, op.cit., hlm. 131
55
Metode reinforcement dan punishment merupakan suatu metode
yang
saling
terkait.
Reinforcement
bertujuan
adanya
penambahan pada respon yang diinginkan, sedangkan punishment bertujuan menghentikan terjadinya respon yang tidak diinginkan. Jadi dalam penerapan kedua metode tersebut dapat merupakan suatu bentuk kombinasi. Apabila telah terbentuk suatu perilaku yang diinginkan, maka perlu diwujudkan tujuan yang selanjutnya untuk menuju peningkatan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya.